Kuliah Trematoda
Kuliah Trematoda
Kuliah Trematoda
Oleh :
Dr. M. Tumewu Wagey DAP,
SpParK
Bagian Parasitology Klinik
FAKED UNSRAT
MANADO
2008
Sifat
sifat
umum
Cacing
golongan
Trematoda adalah sebagai berikut :
1. Badan berbentuk daun, tidak bersegment.
2. Ukuran panjang 1 mm beberapa cm.
3. Mempunyai orac sucker (batil hisap mulut) dan
ventral sucker (batil hisap perut).
4. Semua cacing adalah Hermaphrodite kecuali
cacing
Schistosoma,
mempunyai
kelamin
terpisah, ada cacing jantan & betina.
5. Tidak mempunyai rongga badan, mempunyai
alat pencernaan tapi tidak lengkap.
6. Mempunyai alat ekskretoris yang spesifik.
7. Sistim reproduksi sempurna.
8. Telur hanya dapat berkembang di air dan semua
telur mempunyai opperculum (penutup) kecuali
telur golongan Schistosoma mempunyai kait.
Hospes definitif adalah manusia dan hewan mamalia seperti domba, sapi,
babi, anjing, kucing.
Hospes perantara adalah golongan molusca (siput atau keong air). Kadang
kadang memerlukan hospes perantara yang ke-2 seperti ikan, kepiting
atau ketam, tumbuh2an air dan semut.
Cara infeksi :
1. Menelan metaserkarya yang adalah bentuk infektif yang terdapat pada :
a)
b)
c)
Tanaman air
Ikan air tawar
Udang atau ketam
Jenis jenis larva Trematoda yang ada dalam siklus hidupnya adalah sbb :
1. Merasidium yang keluar dari telur dalam air.
2. Sporokista , redia, serkarya yang berekor di dalam tubuh molusca.
3. Serkarya yang terdapat bebas di air sesudah keluar dari tubuh molusca
(siput air).
4. Metaserkarya yang terdapat dalam hospes perantara ke-2 seperti
tumbuh2an air & ikan.
Sporokista II
Telur Mirasidium Sporokista Redia Redia II Serkarya
Redia
Clonorchis sinensis
Opistorchis fileneus
Opistorchis viverrini
Fasciola hepatica ed gigantica
a) Fasciolopsis Buski
b) Echinostoma
c) Heterophyes heterophyes
Clonorchis sinensis
Oleh:
Dr.M.Tumewu-W DAP SpParK
BAGIAN PARASITOLOGI KLINIK
FK UNSRAT MANADO
Sejarah
Pertama kali ditemukan di saluran empedu
seorang Cina di Kalkuta (Mc Connel 1874)
Distribusi geografik
Cina, Jepang, Korea dan Vietnam
Indonesia bukan infeksi autokton
Morfologi
Cacing dewasa:
Hidup di saluran empedu, kadang pankreas.
Ukuran 10 - 25 mm x 3 - 5 mm
Bentuk pipih, lonjong, menyerupai bentuk
daun
Telur:
Ukuran 30 x 16 mikron
Bentuk seperti bola pijar berisi mirasidium
Ditemukan di saluran empedu
Daur hidup
Tinja (telur) HP I: keong air
(Bulinus, Semisulcospira)
mirasidium sporokista redia
induk redia anak serkaria HP
II: ikan (Famili CYPRINIDAE)
melepaskan ekor membentuk
kista di dalam kulit di bawah sisik
(metaserkaria)
Cara infeksi
Makan daging ikan yg mengandung
metaserkaria yang dimasak kurang
matang duodenum ekskistasi
larva ke duktus koledokus
saluran empedu yg lebih kecil 1
bulan dewasa
Keseluruhan daur 3 bulan
Patologi
Larva di saluran empedu iritasi dan
penebalan dinding saluran
Perubahan jaringan hati radang sel
hati
Keadaan lanjut sirosis hati + asites
+ edema
Luas kerusakan tergantung jumlah
cacing dan telur yg di deposit pada
jaringan serta lama infeksi
Gejala klinis
Stadium ringan : tanpa gejala
Stadim progresif: nafsu makan ,
perut rasa penuh, diare, edema,
pembesaran hati.
Stadium lanjut: Pembesaran hati,
ikterus, asites edema, sirosis hepatis
(sindrom hipertensi portal. Kadang
keganasan hati
Diagnosis
Menemukan telur dalam tinja atau
dalam cairan duodenum
Pengobatan
Prazikuantel
Epidemiologi
Faktor penting penularan makan
ikan yg diolah kurang matang, cara
pemeliharaan ikan, pembuangan tinja
di kolam ikan
Tujuan pemberantasan cegah
infeksi pd manusia. Misal penyuluhan
agar makan ikan yg sudah dimasak
dengan baik serta pemakaian jamban
yg tidak mencemari sungai.
Opistorchis felineus
Oleh:
Dr.M.Tumewu-W DAP SpParK
BAGIAN PARASITOLOGI KLINIK
FK UNSRAT MANADO
Distribusi geografik
Eropa Tengah, Selatan dan Timur
Asia, Vietnam dan India.
Patologi
Larva di saluran empedu iritasi dan
penebalan dinding saluran
Perubahan jaringan hati radang sel
hati
Keadaan lanjut sirosis hati + asites
+ edema
Luas kerusakan tergantung jumlah
cacing dan telur yg di deposit pada
jaringan serta lama infeksi
Gejala klinis
Stadium ringan : tanpa gejala
Stadim progresif: nafsu makan ,
perut rasa penuh, diare, edema,
pembesaran hati.
Stadium lanjut: Pembesaran hati,
ikterus, asites edema, sirosis hepatis
(sindrom hipertensi portal. Kadang
keganasan hati
Epidemiologi
Faktor penting penularan makan
ikan yg diolah kurang matang, cara
pemeliharaan ikan, pembuangan tinja
di kolam ikan
Tujuan pemberantasan cegah
infeksi pd manusia. Misal penyuluhan
agar makan ikan yg sudah dimasak
dengan baik serta pemakaian jamban
yg tidak mencemari sungai.
Opistorchis viverrini
Oleh:
Dr.M.Tumewu-W DAP SpParK
BAGIAN PARASITOLOGI KLINIK
FK UNSRAT MANADO
Fasciola hepatica
Oleh:
Dr.M.Tumewu-W DAP SpParK
BAGIAN PARASITOLOGI KLINIK
FK UNSRAT MANADO
Distribusi geografik
Amerika Latin, Perancis, negara sekitar
Laut Tengah
Morfologi
Cacing dewasa:
Bentuk pipih seperti daun
Ukuran : 30 x 13 mm
Anterior berbentuk seperti kerucut
Puncaknya batil isap mulut besar kira-kira
1 mm
Dasar batil isap perut kira-kira 1,6 mm
Saluran pencernaan bercabang distal rektum
Testis, kelenjar vitelin bercabang
Telur:
Ukuran: 140 x 190 mikron
Daur hidup
Telur saluran empedu tinja (blm
matang) matang dalam air (9-15
hari), isi mirasidium telur menetas
mirasidium HP I: keong air M
S R1 R2 SK HP II:
tumbuhan air permukaan
tumbuhan air metaserkaria
Diagnosis
Menemukan telur dalam tinja, cairan
duodenum, cairan empedu
Px serologis sgt membantu
Pencegahan
Mencuci sayuran yang berasal dari
sawah atau danau, kemudian masak
untuk merusak metaserkaria.
Pembuangan tinja hewan dan
manusia tidak mengkontaminasi
saluran air.
TREMATODA PARU
Paragonimus westermani
Hospes
Manusia
Hewan pemakan udang dan ketam
Penyakit : Paragonimiosis
Distribusi
RRC, Taiwan, Korea, Jepang, Filipina,
Vietnam, Thailand, Malaysia, India,
Afrika dan Amerika Latin.
Indonesia, autokton pada hewan
Manusia import ???
Morfologi
Cacing dewasa hidup di paru (dalam
kista)
Bentuk lonjong seperti biji kopi
8-12 x 4-6 cm, coklat tua
Batil isap mulut hampir sama
dengan b i p
Testis berlobus samping b i p
Ovarium belakang b i p
Telur:
Lonjong, operkulum tertekan ke dalam
Waktu keluar (sputum,tinja) belum
mirasidium
Menjadi matang setelah 16 hari
T-M-S-R1-R 2-Serkaria (keong air) HP 1
Serkaria-Metaserkaria (udang,ketam)
HP 2
Infeksi terjadi bila makan HP 2 mentah.
Cara infeksi :
Metaserkaria duodenum (cacing
muda) tembus dinding usus
rongga perut tembus diafragma
paru kista (2 ekor).
Patologi dan gejala:
Batuk kering, batuk darah (endemic
hemoptysis)
Dapat bermigrasi
(hati,limpa,otak,otot,dinding usus)
sebagai abses
Diagnosis :
Menemukan telur dalam sputum,
tinja.
Pemeriksaan serologi
Pengobatan :
Prazikuantel
Pencegahan :
Masak makanan ( HP 2 )
Pembuangan sputum dan tinja yang
benar
Pengendalian hospes perantara
Keluarga FASCIOLIDAE
Oleh:
Dr.M.Tumewu-W DAP SpParK
BAGIAN PARASITOLOGI KLINIK
FK UNSRAT MANADO
Sejarah
Fasciolopsis buski manusia & hewan
Ukuran terbesar diantara trematoda pd
manusia
Pertama kali Busk (1843) autopsi seorang
pelaut di London
Hospes dan nama penyakit
HD manusia dan babi
Anjing kelinci
Penyakit fasciolopsiosis
Distribusi geografik
RRC, Taiwan, Vietnam, Thailand, India,
Indonesia
Morfologi
Cacing Dewasa
Ukuran 2-7,5x0,8-2,0 cm
Bentuk lonjong dan tebal
Kutikulum ditutupi duri-duri kecil melintang
Batil isap kepala batil isap perut
Pencernaan Prefaring pendek, faring yg
menggelembung, esofagus pendek, sepasang
sekum yg tidak bercabang dgn 2 indentasi
Posterior: dua buah testis bercabang
Lateral: vitelaria sekum meliputi badan cacing
setinggi batil isap perut ujung badan
Ovarium bentuk agak bulat
Uterus berpangkal pd ootip, berkelok ke anterior
bermuara pd atrium genital, anterior batil isap perut
Telur
Bentuk lonjong, dinding tipis transparan,
dengan operkulum di sebuah kutub
Ukuran 130-140x80-85 mikron
1 ekor cacing 15.000-48.000 butir sehari
Telur dalam air (270-320 C) 3-7 minggu
menetas.
Mirasidium bersilia
Serkaria
Bentuk seperti kecobong, ekor lurus runcing di
bagian ujung
Ukuran 195x145 mikron
Badan C.dewasa dengan batil isap kepala
dan perut
Daur hidup
Mirasidium HPI: keong air tawar (genus
Segmentina, Hippeutis, Gyraulus) sporokista
jantung dan hati keong matang koyak
redia induk redia anak serkaria
Serkaria tidak mempunyai kecenderungan
memilih tumbuhan tertentu.
Metaserkaria Trapa, Eliocharis, Eichornia,
Zizania, Nymphoea lotus, Ipomoea.
Manusia tumbuhan air yg tidak dimasak
sampai matang 25-30 hari C.dewasa 3
bulan telur dlm tinja
Diagnosis
Gejala klinis di daerah endemi
fasiolopsiosis
Pasti menemukan telur dalam tinja
Pengobatan
Diklorofen, niklosamid, prazikuantel.
Prognosis
Berat kematian
Pengobatan dini sembuh
Epidemiologi
Pd manusia tergantung kebiasaan makan
tumbuh-tumbuhan air yg mentah dan
tidak dimasak sampai matang.
Penyebarluasan penyakit budidaya
tumbuhan air yg tercemar dgn kotoran
manusia maupun babi.
Perbaikan kebiasaan defekasi,
pembuangan kotoran ternak, cara
budidaya tumbuhan air.
EndemikSei Papuyu, Kalimantan Selatan
(27,0%). Tertinggi 5-14 tahun (56,8%).
Anak sekolah 79,1%.
Keluarga ECHINOSTOMATIDAE
Oleh:
Dr.M.Tumewu-W DAP SpParK
BAGIAN PARASITOLOGI KLINIK
FK UNSRAT MANADO
Sejarah
Echinostoma 11 spesies
Garrison 1907 telur Echinostoma ilocanum
Tubangui 1931 Rattus rattus norvegicus
hospes reservoar
Chen 1934 menemukan di anjing
Brug dan Tesch 1937 Echinostoma lindoense
Palu, Sulawesi Tengah
Bonne, Bras, Lie Kian Joe 1948 Echinostoma
ilocanum penderita sakit jiwa di Jawa
Indonesia Echinostoma ilocanum,
Echinostoma malayanum, Echinostoma
lindoense, Echinostoma recurvatum, dan
Echinostoma revolutum
Distribusi geografik
Filipina, Cina, Indonesia, India
Morfologi
Khas duri-duri leher 37-51 buah, letak dua baris
berupa tapal kuda, melingkar bagian belakang serta
samping batil isap kepala.
Bentuk lonjong, panjang 2,5 hingga 13-15 mm,
lebar 0,4-0,7 mm hingga 2,5-3,5 mm warna merah
keabu-abuan
Testis bentuk bulat, berlekuk, bersusun tandem di
posterior
Vitelaria sebelah lateral 2/3 badan cacing
bagian posterior
Telur mempunyai operkulum, 103-137x59-75
mikron
Isi: mirasidium
Morfologi
C.dewasa hidup dlm usus halus.
Mirasidium HPI: keong (Anisus,
Gyraulus, Lymnaea) sporokista
redia induk redia anak serkaria
HPII: keong besar (genus
Vivipar/Bellanya, Pila, Corbicula)
Prognosis
Tanpa gejala berat sembuh sesudah
pengobatan
Epidemiologi
Keong sawah dimasak sampai
matang
Keluarga HETEROPHYIDAE
Oleh:
Dr.M.Tumewu-W DAP SpParK
BAGIAN PARASITOLOGI KLINIK
FK UNSRAT MANADO
Sejarah
Trematoda kerdil, ukuran sangat kecil.
Billharz (1851) autopsi seorang Mesir di Kairo
Indonesia Lie Kian Joe (1951) Haplorchis
yokogawai
Hospes dan nama penyakit
Hospes Pemakan ikan: Manusia, kucing, anjing,
rubah, burung tertentu
Penyakit heterofiosis
Distribusi geografis
Mesir, Turki, Jepang, Korea, RRC, Taiwan, Filipina,
Indonesia
Morfologi
Panjang 1-1,7 mm lebar: 0,3-0,75 mm.
Haplorchis P: 0,41-0,51 mm, L: 0,24-0,3
mm
Khas batil isap perut, batil isap kelamin
Testis 2 buah, lonjong
Ovarium kecil bulat dan 14 buah folikel
vitelin letak sebalah lateral
Uterus berkelok diantara kedua sekum
Telur:
Warna coklat muda, mempunyai
operkulum
Ukuran 26,5 -30 x 15-17 mikron
Isi: mirasidium
Daur hidup
Mirasidium HP I: keong air
tawar/payau (genus Pirenella,
Cerithidia, Semisulcospira)
Sporokista redia induk redia
anak serkaria HP II: Ikan
(genus Mugil, Tilapia, Aphanius,
Acanthogobius, Clarias) otot
metaserkaria.
Epidemiologi
Manusia, Pedagang hewan sumber
infeksi
Telur dalam tinja air serta ikan
Pencegahan merubah kebiasaan
makan daging ikan mentah.
TREMATODA DARAH
Schistosoma / Bilharzia
Oleh:
Dr.M.Tumewu-W DAP SpParK
BAGIAN PARASITOLOGI KLINIK
FK UNSRAT MANADO
3 speseis penting:
Schistosoma japonicum,
Schistosoma mansoni,
Schistosoma haematobium
Hospes dan nama penyakit
HD: manusia. Reservoar: Binatang
Penyakit: skistosomiosis / bilharziosis
Morfologi
Dewasa jantan
Halus, panjang
Ukuran 16,0-26,0x0,3 mm
Uterus isi 50-300 butir telur
Dewasa betina
Telur
Daur hidup
Telur pembuluh darah jaringan
lumen usus / kandung kemih tinja /
urin air mirasidium HP: keong air
sporokista I sporokista II serkaria.
Serkaria (bentuk infektif)menembus
kulit (5-10 menit) kapiler darah
jantung kanan Jantung kiri peredaran
darah besar v.portae hati dewasa
v.portae vena usus kandung
kemih.
Stadium akut
Efek patologis dna gejala klinis tergantung
jumlah telur
Demam, malaise, BB ,
Infeksi berat sindrom disentri, ringan
diare
Hepatomegali, splenomegali 6-8 bulan
setelah infeksi
Stadium menahun
Penyembuhan pembnetukan jaringan ikat /
fibrosis
Hepar besar kecil sirosis
Sirosis periportar hipertensi portal
splenomegali, edema tungkai bawah /alat
kelamin, asites, ikterus.
Stadium lanjut hematemesis akibat varises
esofagus
Diagnosis
Menemukan telur dalam tinja, urin, jaringan
biopsi
Serologis
Pengobatan
Umumnya tidak ada yg aman
Pengaruh anti Schistosoma terlepasnya
pegangan cacing dewasa hati hepatic sift
Menghambat enzim tertentu antimon trivalen
enz fosfofruktokinase cacing tidak dapat
memanfaatkan glikogen
Epidemiologi
Masalah kesehatan di berbagai
negara
Indonesia skistosomiosis japonika
endemik Sulawesi Tengah.
Penanggulangan terutama
pengobatan massal tiap 6 bulan
sekali.
Schistosoma japonicum
Oleh:
Dr.M.Tumewu-W DAP SpParK
BAGIAN PARASITOLOGI KLINIK
FK UNSRAT MANADO
Morfologi
Dewasa jantan
Badan seperti daun melipat, gemuk
Tonjolan badan duri-duri halus
Panjang 12-20mm
Lebar 0,5-0,55 mm
Batil isap kepala dan batil isap perut
Testis 5-7 buah
Ventral: Canalis gynaecophorus
Dewasa betina
Badan kurus, lebih panjang
Tonjolan badan duri-duri halus
P: 26 mm, L: 0,3 mm
Batil isap kepala dan batil isap perut
ovarium di tengah-tengah badan
Telur:
Bentuk bundar lonjong
Ukuran 70-100x50-65 mikron
Dinding hialin
Mempunyai duri menyerupai kait pada
satu sisi dekat kutub
Isi mirasidium
Terdapat di dinding usus halus, hati,
paru, dan otak
Daur hidup
Tinja bersama telur air
mirasidium HP: Oncomelania
hupensis linduensis sporokista I
sporokista II serkaria
menembus kulit siklus paru
dewasa dalam hati v.mesenterika
usus halus.
Epidemiologi
Endemi di Sulawesi Tengah danau Lindu dan
Lembah Napu
Sumber infeksi: manusia, reservoar penting
tikus sawah selain itu rusa hutan, babi hutan,
sapi, dan aning
HP: keong air Oncomelania hupensis
lindoensis.
Habitat keong
Fokus daerah yg digarap
Fokus daerah hutan di perbatasan bukit dan
dataran rendah
Schistosoma mansoni
Oleh:
Dr.M.Tumewu-W DAP SpParK
BAGIAN PARASITOLOGI KLINIK
FK UNSRAT MANADO
Distribusi geografik
Afrika, Negara Arab (Mesir), Amerika
Selatan dan Tengah
Morfologi
Dewasa jantan
Badan seperti schistosoma japonicum
Tonjolan badan duri-duri kasar
P:6,4-12 mm
Testis 6-9 buah
Dewasa betina
Badan seperti schistosoma japonicum
P: 7,2-17 mm
Telur
Bentuk lonjong
Dinding hialin
Ukuran 112-170x40-70 mikron
Mempunyai duri agak panjang di ujung kutub
Isi mirasidium
Daur hidup
Tinja bersama telur air
mirasidium HP: Biomphalaria
sporokista I sporokista II
serkaria menembus kulit siklus
paru dewasa dalam hati
v.mesenterika, kolon dan rektum
Schistosoma haematobium
Oleh:
Dr.M.Tumewu-W DAP SpParK
BAGIAN PARASITOLOGI KLINIK
FK UNSRAT MANADO
Distribusi geografik
Afrika, Spanyol, Negara Arab (Timur
tengah, Lembah Nil)
Indonesia tidak ditemukan
Morfologi
Dewasa jantan
Badan seperti schistosoma japonicum
Tonjolan badan duri-duri halus
P:10-15 mm
Testis 4-5 buah
Dewasa betina
Badan seperti schistosoma japonicum
P: 20 mm
Telur
Bentuk lonjong
Dinding hialin
Ukuran 112-170x40-70 mikron
Mempunyai duri agak panjang di ujung kutub
Isi misrasidium
Daur hidup
Tinja bersama telur air
mirasidium HP: Bulinus
sporokista I sporokista II
serkaria menembus kulit siklus
paru dewasa dalam hati vena
kandung kemih
Schistosoma Dermatitis
Oleh:
Dr.M.Tumewu-W DAP SpParK
BAGIAN PARASITOLOGI KLINIK
FK UNSRAT MANADO
Distribusi geografik :
Penyebarannya kosmopolit (seluruh dunia). Ada 25
species keong air tawar dan 4 species keong air laut
yang berfungsi sebagai hospes perantara. Penyakit ini
ditemukan pertama kali tahun 1928 di Michigan USA.
Tempat hidup
Pada vena vena kecil misenterium dari beberapa jenis
unggas, kadang kadang bisa sampai ke paru paru.
Siklus Hidup (Lihat Gambar)
Gejala gejala Klinis
Pada manusia serkarya schistosoma burung ini
menembus kulit dan menimbulkan perasaan seperti
ditusuk tusuk, diikuti dengan urtikarya yang cepat
menghilang, kemudian timbul makula kecil kecil pada
tempat tersebut. Makula ini membengkak karena
edema kemudian timbul papula. Bila papula kena
sekunder infeksi oleh bakteri, maka timbul pustula
(pernanahan). Selanjutnya bisa terjadi perdarahan dan
kelemahan badan.