PDT Kulit Kelamin
PDT Kulit Kelamin
PDT Kulit Kelamin
SKABIES
BATASAN
Penyakit kulit menular yang ditandai dengan keluhan utama gatal terutama di malam hari.
ETIOLOGI
Sarcoptes scabiei homonis berkembangbiak hanya pada kulit manusia. Sarcoptes scabiei
merupakan tungau putih, transparan, berbentuk bulat agak lonjong, setelah kontak pada kulit akan
membuat terowongan dengan panjang 2 3 mm perhari. Tungau betina besarnya 2 kali dari pada
yang jantan mati setelah membuahi yang betina. Tungau betina sampai di buahi membuat
terowongan pada kulit sampai perbatasan stratum korneum dan stratum granulosum serta bertelur
sepanjang terowongan sampai sebanyak 40 50 butir yang akan menetas dalam waktu 3 5 hari.
Larva ke luar permukaan kulit, kemudian melalui stadium nimfa menjadi dewasa. Waktu yang di
perlukan mulai dari telur menetas sampai menjadi dewasa sekitar 16 17 hari.
PATOFISIOLOGI
Penyakit ini menular secara langsung dari orang ke orang lain (teman atau anggota keluarga)
dan pada orang dewasa dapat melalui kontak seksual. Dapat pula secara tidak langsung melalui alas
tidur atau pakaian. Gatal yang timbul adalah akibat dari sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes
Scabei. Sensitisasi terjadi pada penderita yang terkena infeksi scabies pertama kali. Sensitisasi
terjadi dalam beberapa minggu akan timbul gatal dalam 24 jam.
GEJALA KLINIS
Gejala yang sangat menonjol adalah rasa sangat gatal terutama pada malam hari sehingga
dapat mengganggu penderita. Lesi yang khas dan patognomonik berupa terowongan kecil, sedikit
meninggi, berkelok kelok berwarna putih keabu abuan (bila belum ada infeksi sekunder),
penjangnya kurang lebih 10 mm.
Kelainan dapat berupa papula, vesikula, urtika, ekskoriasi, krusta dan bila timbul infeksi sekunder
terdapat pustule yang dapat mengaburkan lesi primernya.
Tempat tempat predileksi : sela sela jari tangan, telapak tangan, pergelangan tangan sebelah
dalam, siku, ketiak, daerah mammae, daerah pusar dan perut bagian bawah, daerah genitalis
eksterna dan pantat. Pada anak anak terutama bayi dapat mengenai bagian lain seperti telapak kaki,
telapak tangan, sela jari jari kaki dan juga muka (pipi).
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Sarcoptes Scabei didapatkan dengan membuka terowongan atau vesikula atau pustule
dengan pena vaksinasi sambil mengorek dasarnya. Hasil kerokan diletakkan pada kaca sediaan,
kemudian beri beberapa tetes gliserin / minyak immersion dan tutup dengan gelas penutup. Lihat di
bawah mikroskop dengan lensa obyektif 10 x, kemudian 40 x. Hasil positip bila di dapatkan
Sarcoptes scabei atau telurnya.
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
Diagnosis klinis cukup ditegakkan dengan :
1.
Riwayat gatal pada malam hari
2.
Keluarga atau teman dekat yang sakit seperti penderita
3.
Didapatkan efloresensi polimorf ditempat tempat predileksi.
Diagnosis pasti dapat berdasar bila hanya didapatkan :
-1-
Sarcoptes scabei atau telunya pada sediaan langsung dengan mengorek dasar vesikula atau
pustula atau terowongan di tambah beberapa tetes gliserin / minyak immersion.
Atau dapat juga dengan di temukannya Sarcoptes scabei pemeriksaan sediaan Histopatologi.
DIAGNOSIS BANDING
1.
Pyoderma
2.
Pedikulosis korperis
3.
Dermatitis
4.
Prurigo
PENYULIT
1.
Ekzema Infantum
2.
Urtikaria
3.
Post scabetic dermatitis
4.
Persistens nodule
5.
Infeksi Sekunder
6.
Lymphadenitis akuta
7.
Folikulitis
8.
furunkel
9.
Infiltrat
PENATALAKSAAN
A. Setelah mandi dengan sabun hijau (resep no. 5) seluruh badan diolesi dengan :
1. Salep yang mengandung asam salisilat dan sulfur (resep no. 1) selama 3 4 hari,
kemudian dapat diulang estela satu minggu.
2. Salep yang mengandung benzoas benzilicus (resep no. 2) selama 3 malam kemudian
dapat diulangi estela satu minggu.
3. Salep yang mengandung gamma benzene hexachlorida (resep no.3 atau no.4) selama 1
malam, kemudian dapat diulang estela satu minggu.
Salep resep no. 2 jangan di berikan pada anak anak dan bayi, karena dirasakan Sangay
panas sekali pada kulit.
Salep resep no. 3 atau no. 4 jangan di berikan pada bayi, anak anak dan wanita hamil
karena bila di serap kulit dapat bersifat neurotoksik.
Resep No. 1
R/ Acidum salicylicum 2 %
Sulfur precipitatum 4 %
Vaselin flafum ad.
m.f. ung.
S. salep pagi malam
Resep No. 2
R/ Benzoas benzylicus 25 %
Emulgidum 4,375 %
Oleum sesami 4,375 %
Aqua ad 100 ml
m.f.c.
S. salep malam
-2-
B.
C.
D.
Malathion 0,5 % dalam basis air berfungsi sebagai skabisid dioleskan pada kulit dalam
24 jam. Aplikasi kedua bisa diulang beberapa hari kemudian.
krim permethrin 5 % (terbaik, dapat untuk semua umur dan wanita hamil). Dioleskan
pada seluruh tubuh dari leher ke bawah dan di cuci setelah 8 14 jam, merupakan obat
yang paling efektif bila terjadi kegagalan pengobatan dengan gamma benzene
hexachloride 1 %.
Semua baju dan alat-alat tidur di cuci dengan air panas serta mandi dengan sabun.
Semua anggota keluarga atau orang seisi rumah yang berkontak dengan penderita harus di
periksa dan bila juga menderita scabies juga diobati bersamaan agar tidak terjadi penularan
kembali.
Keluhan gatal dapat di beri antibiotik atau kemoterapetik.
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
-3-
DERMATITIS ATOPIK
BATASAN
Dermatitis Atopik merupakan keradangan kulit, yang bersifat gatal, menahun, residif, dan
dapat terjadi pada bayi, anak, dewasa, dan pada penderita sering di dapatkan riwayat atopi pada
dirinya sendiri atau pada keluarganya berupa Dermatitis Atopik (DA), rinitis alergika, asma
bronkial.
PATOFISIOLOGI
Penyebab DA belum diketahui dengan jelas. Beberapa faktor yang berpengaruh antara lain
faktor imunologik, genetik dan gangguan biokimia. Defisiensi imunologik berupa peningkatan IgE
dan gangguan fungsi limfosit T, juga didapatkan pada DA. Diduga pada patogenesis DA terdapat
early phase reaction (EPR) dan late phase reaction (LPR). Pada EPR, setelah alergen terikat pada
IgE yang terdapat pada permukaan sel mast, terjadilah draganulasi pada sel mast sehingga terjadi
pengeluaran histamin dan beberapa sitokin. Sesudah itu dilanjutkan dengan LPR yaitu timbulnya
ekspresi beberapa molekul adhesi pada dinding yang di pengaruhi beberapa sitokin pada EPR. Sel
radang akan tertarik akan tertarik pada dinding pembuluh darah di tempat molekul adhesi berada.
Akhirnya sel radang akan keluar dan pembuluh darah menuju jaringan sehingga timbul reaksi
radang. Antihistamin generasi II, di samping berkhasiat sebagai antihistamin generasi I juga
berkhasiat dalam pencegahan penarikan sel radang pada dinding pembuluh darah di tempat molekul
adhesi berada.
GEJALA KLINIS
Kelainan Kulit terutama berupa iktiosis, reaksi radang berupa macula yang eritematus yang
diatasnya terdapat vesikule, papule folikuler, dan akhirnya dapat timbul likenifikasi. DA dapat
berlangsung terus sejak bayi sampai dewasa atau hanya timbul pada fase tertentu saja. Pada fase
lanjut sebagai akibat kurangnya kadar air pada lapisan korneum, tampak gejala klinis berupa iktiosis.
Kurangnya kadar air mengakibatkan rasa gatal pada kulit, dan juga mengakibatkan penurunan
fungsi sawar kulit sehingga kulit lebih mudah mengalami reaksi iritasi jika terpapar bahan iritan.
Bentuk klinis :
1.
Dermatitis atopik pada bayi
Biasanya mulai 2 bulan sampai 2 tahun (tetapi dapat pula tampak sejak lahir). Lokasi pada
skalp, muka , leher dan badan bagian atas berupa papul dan vesikel di atas makula yang
eritematus yang akhirnya akan menjadi lesi yang eksudatif sehingga terbentuk krusta.
2.
Dermatitis atopik pada anak
Mulai umur 2 10 tahun. Lokasi terutama di fosa kubiti, fosa popliteae, pergelangan tangan ,
muka dan leher. Lesi lebih kering daripada fase bayi, tampak makula eritematus, papul,
ekskoriasi, dan likenifikasi.
3.
Dermatitis atopik pada dewasa
Lokalisasi pada fosa kubiti, fosa popliteae, leher dan pergelangan tangan berupa papul, vesikel
dan likenifikasi
DIAGNOSIS
-4-
Kortikosteroid
Hanya untuk kasus yang akut dan berat, diberikan dalam jangka pendek, dihentikan secara
bertahap (tappering-off)
Prednisone
-5-
Pengobatan topikal
Tergantung pada keadaan lesi :
Kering dan tidak eksudatif, diberi pelembab (Urea 10 %) kemudian di beri kortikosteroid yaitu
emolin hydrocortisone acetat, emolin diflucortolone valerat atau betamethasone valerat 0,1 %
Antibiotik :
Hanya di berikan bila ada infeksi sekunder
Erytrhomycine : Dewasa : 250 500 mg/dosis, sehari 3 4 kali p.o
Anak : 15 25 mg/dosis, sehari 3 kali p.o
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
-6-
URTIKARIA
BATASAN
Urtikaria merupakan reaksi vaskular dari kulit berwarna merah atau keputihan akibat edema
interseluler lokal yang terbatas pada kulit atau mokosa.
PATOFISIOLOGI
Urtikaria adalah akibat vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas dari kapiler atau
pembuluh darah kecil sehingga terjadi transudasi cairan dari pembuluh darah di kulit. Hal ini terjadi
karena pelepasan mediator kimia dari sel mast atau basofil terutama histamin.
Pelepasan mediator ini dapat melalui mekanisme :
1.
Imunologi (terutama reaksi hipersensitivitas tipe I, kadang kadang tipe III).
2.
Non imunologi ( chemical histamin liberator , agen fisik, efek kolinergik )
Faktor etiologi :
Makanan
Obat obatan
Inhalan
Infeksi / infestasi
Genetik
Gigitan serangga
Faktor fisik
Kontaktan
Psikis
GEJALA KLINIS
Pada umumnya semua berbentuk urtikaria, yaitu edema setempat meninggi di kulit,
berwarna merah / keputihan, besarnya bervariasi. Dalam perjalanannya dibedakan dua bentuk yaitu
akut dan kronis.
Akut : timbul mendadak, menghilang dengan cepat, pada umumnya mudah diobati
Kronis : Timbul berulang ulang atau menetap lebih dari 6 minggu meskipun telah diobati.
Bentuk klinis
1.
Angioedema (Giant Urticaria, Quinkes edema) bila urtikaria besar-besar disertai edema papa
palpebra, genitalia, bibir.
2.
Urtikaria kolinergik bila urtikaria berbentuk kecil-kecil tersebar dan sangat gatal.
-7-
4.
5.
6.
7.
Urtikaria dermografik (urtikaria fisik) bila timbul akibat tekanan berbentuk linear sesuai
dengan bagian tekanan / garukan / goresan. Tes dermografisme positif (digaruk, digores akan
keluar urtika).
Urtikaria dingin timbul beberapa menit sampai beberapa jam setelah terpapar hawa / air dingin.
Dapat ringan / setempat, sampai berat (disertai hipotensi, hilangnya kesadaran dan sesak
nafas).
Urtikaria solar timbul setelah terpapar dengan sinar matahari.
Urtikaria alergika, bila karena alergi makanan obat.
Urtikaria udiopatik, bila tidak diketahui penyebabnya.
Pemeriksaan fisik yang teliti mengenai bentuk urtikarianya, penyakit umum / sistemik yang
menyertai
Bila perlu dapat dilakukan pemeriksaan alergi lanjutan misalnya IgE, jumlah eosinofil, kadar
komplemen dan tes gores / tusuk kulit
Kecurigaan urtikaria dingin diperiksa dengan ice tube test, krioglobulin, cold hemolysin
Erythema nodusum
2.
3.
4.
5.
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
-9-
HERPES ZOSTER
BATASAN
Herpes Zoster (HZ) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Varisela Zoster yang
sifatnya localized, terutama menyerang orang dewasa dengan ciri khas berupa nyeri radikuler,
unilateral dan gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dermatom yang diinervasi oleh satu ganglion
saraf sensoris.
PATOFISIOLOGI
HZ terjadi pada penderita yang telah pernah menderita varisela, karena reaktivasi virus yang
laten yang terdapat pada ganglion dorsalis atau nervus kranialis. Pada orang usia lanjut dan dengan
penurunan imunitas seperti pada keganasan, penggunaan radioterapi, imunosupresif dan
pengguanaan kortikosteroid lama dapat merupakan pencetus untuk timbulnya herpes zoster.
Tersering di badan (HZ torakalis) dan dahi (HZ optalmikus).
GEJALA KLINIS
1.
Stadium prodromal
Gejala pertama adalah berupa gatal / rasa nyeri pada dermatom yang terserang disertai dengan
panas, malaise dan nyeri kepala.
2.
Stadium erupsi.
Mula mula timbul papel atau plakat berbentuk urtika yang setelah 1-2 hari akan timbul
gerombolan vesikel diatas kulit yang eritematus sedangkan kulit diantara gerombolan tetap
normal, usia lesi pada satu gerombolan adalah sama sedangakan usia lesi dengan gerombolan
lain adalah tidak sama.
Lokasi lesi sesuai dengan dermatom, unilateral dan biasanya tidak melewati garis tengah dari
tubuh.
3.
Stadium krustasi
Vesikel menjadi purulen, mengalami krustasi dan lepas dalam waktu 1 2 minggu. Sering
terjadi neuralgi pasca herpetica, terutama pada orang tua yang dapat berlangsung berbulan
bulan parestasi yang bersifat sementara.
CARA PEMERIKSAAN
Diagnosis berdasarkan :
1.
Gejala gejala klinis
- 10 -
sitologi (64% Tzanck smear : adanya sel raksasa yang multilokuler dan sel sel akantolitik)
Kultur virus (lembaga virologi)
DIAGNOSIS BANDING
1.
Dermatitis Kontakta Alergika
2.
Varisela
3.
Herpes simpleks
4.
Penyakit penyakit dengan efloresensi bula : Pemfigus Vulgaris
5.
Dermatitis Herpetiformis dari Duhring
6.
Bulous Pemfigoid
PENYULIT
Infeksi sekunder
1.
Neuralgi pasca herpetica
2.
Kerato konjuntivitis pada herpes zoster optalmikus
3.
Sindroma ramsay Hunt pada herpes yang mengenai ganglion genikulatum :
a.
Herpes pada telinga bagian luar
b. Otalgi
c.
Paralisis daerah fasial ( muka )
d. Zoster generalisata : suatru zoster yang disertai dengan varisela.
PENATALAKSANAAN
A. Umum
1. Analgetik : Metampiron sehari 4 kali 1 tablet
2. Bila ada infeksi sekunder : antibiotik Erythromicin 250 500 mg, Dicloxacillin : 125
250 mg sehari 3 kali atau lainnya.
3. Lokal :
Bila basah : kompres larutan garam faali
Bila erosi : salep sodium fusidate
Bila kering : bedak salicyl 2 %
B. Khusus
1. Acyclovir
Dosis : Dewasa : 800 mg sehari 5 kali selama 7 10 hari.
Anak : 20 mg/kgBB sampai 800 mg sehari 4 kali
Acyclovir tidak dapat menghilangkan neuralgi pasca herpetika
2. Neuralgi pasca herpetika :
a.
Aspirin : 500 mg sehari 3 kali
b.
Anti Depresan Trisiklik mis. Amitriptyline 50 100 mg / hari :
hari 1 : 1tablet (25 mg)
hari 2 : sehari 2 kali 1 tablet
hari 3 : sehari 3 kali 1 tablet
c.
Carbamazepine : 200 mg sehari 1 2 kali
Khusus untuk trigeminal neuralgia
3. Pada H.Z optalmikus perlu konsul ke spesialis mata atau dapat diberikan :
1. Acyclovir salep mata 5 kali setiap 4 jam
2. dan juga Oflaxacin / Ciprofolaxacin obat tetes mata
Hari 1 dan 2 : 1 tetes / 2 4 jam
Hari 3 7 : 1 tetes zaher 4 kali
- 11 -
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
VARISELA
BATASAN
Varisela merupakan penyakit kulit dengan kelainan berbentuk vesikel yang tersebar,
terutama menyerang anak anak, bersifat mudah menular yang di sebabkan oleh virus Varisela
Zoster.
PATOFISIOLOGI
Virus masuk traktus respiratorius bagian atas dan orafaring, kemudian memperbanyak diri
dan menyebar melalui aliran darah dan limfe ke jaringan retikulo endotelial, di sini
memperbanyak diri lagi dan menyebar ke seluruh tubuh terutama kulit dan mukosa.
GEJALA KLINIS / SIMTOM
1.
Inkubasi : 10 20 hari
2.
Pada anak anak gejala prodromal adalah ringan, terdiri dari malaise, nyeri kepala dan sumer
sumer yang timbul sebelum erupsi keluar.
Pada orang dewasa gejala prodromal lebih berat dan lebih lama. Panas badan sesuai dengan
luasnya lesi bahkan kadang kadang mencapai 40 - 41 C selama 4 5 hari. Pada beberapa
penderita sering juga disertai rasa gatal.
Setelah stadium prodromal timbul banyak makula / papula cepat berubah menjadi vesikel.
Selama beberapa hari akan timbul vesikel baru sehingga umur dari lesi tidak sama. Kulit
sekitar lesi berwarna eritematus. Pada anamnesis ada kontak dengan penderita varisela atatu
zoster.
Lesi paling banyak terdapat di badan kemudian pada muka, kepala dan ekstremitas,
distrobusinya bersifat sentripetal pada paha dan lengan atas lebih banyak dari pada tungkai
bagian bawah dan lengan bawah. Sering terdapat vesikel pada mukosa mulut dan kadang
kadang pada mukosa lain seperti pada konjungtiva.
Setelah 5 hari kebanyakan lesi mengalami krustasi dan lepas dalam waktu 1 3 minggu.
Penyakit dianggap menular 24 jam sebelum erupsi timbul sampai semua krusta lepas.
- 12 -
PENYULIT
1.
Infeksi sekunder
2.
Komplikasi lain pada anak jarang, pada orang dewasa dapat terjadi ensefalitis, pneumoni dan
glomerulonefritis.
PENATALAKSANAAN
A. Umum
1. Istirahat cukup
2. Bila ada panas :
Dewasa
: Metampiron 500 mg sehari 3 kali p.o
Paracetamol
: 500 mg sehari 4 kali p.o
Anak
: Paracetamol : 10 mg/kg/dosis sehari 4 kali p.o
3. Bila ada sekunder infeksi dapat diberikan antibiotik oral :
Dicloxacillin : 12,5 50 mg/kg/hr p.o
Erythromycin stearat : 250 500 mg sehari 4 kali p.o
B. Khusus
1. Acyclovir : sebaiknya sedini mungkin (dalam 1 3 hari pertama) :
Oral : dewasa : 800 mg sehari 5 kali (selama 7 10 hari)
Anak : 20 mg/kgBB/kali sampai 800 mg sehari 4 kali selama 5
Salep antibiotik : untuk yang erosi : salep sodium fusidate
C. Pencegahan
Pemberian vaksin Varicella Virus Vaccine (Oka Strain)
Indikasi :
Umur 12 bulan yang belum terkena infeksi varicella zoster virus primer
(melindungi 20 tahun), misalkan pada wanita yang menikah dan belum pernah
terkena varisela perlu di vaksinasi untuk mencegah varisela pada waktu hamil.
WEWENANG
- 13 -
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
- 14 -
REAKSI KUSTA
BATASAN
Reaksi kusta adalah suatu episode akut dalam perjalanan kronis penyakit kusta yang
merupaka suatu reaksi imunologis dengan akibat merugikan penderita.
PATOFISIOLOGI
Reaksi menggambarkan adanya suatu hipersensitivitas terhadap antigen M. Leprae,
karenaadanya ketidakseimbangan imunologis.
Ada 2 tipe reaksi :
1.
Reaksi tipe 1
Disebabkan karena hipersensitivitas tipe IV (Coombs dan Gel). Antigen dari M. Leprae
beraksi dengan T limfosit karena adanya perubahan yang cepat dari imunitas seluler (CMI =
Celuler Mediated Immunity)
2.
Reaksi tipe 2
Terjadi karena kompleks imun (reaksi antigen antibodi yang melinatkan komplemen). Istilah
Eritema Nodusum Leprosum (ENL) digunakan bila terdapat adanya lesi kulit berupa nodul
nodul eritematus
GEJALA KLINIS
1.
Reaksi tipe 1
Timbul pada kusta tipe borderline (BT; BB; BL) karena ketidakstabilan imunologis. Disebut
juga sebagai reaksi upgrading atau reaksi reversal bila kenaikan CMI yang cepat.
Gejala klinis : lesi di kulit makula eritematus, menebal, teraba panas dan nyeri tekan. Bila
berat dapat membengkak sampai pecah.
Gejala sistemik jarang dijumpai
Gejala syaraf biasanya menonjol berupa keradangan syaraf yang mendadak, pada satu atau
beberapa syaraf tepi (yang paling sering n.ulnaris dan n.medianus), dengan gejala nyeri yang
hebat dan atau adanya gangguan fungsi.
2.
Reaksi tipe 2.
Terjadi pada 50 % tipe LL dan 25 % tipe BL
Dapat terjadi sebelum, selama ataupun estela pengobatan
Gejala terutama pada kulit berupa Eritema Nodusum Leprosum (ENL) yaitu adanya nodul
kemerahan yang nyeri, pada perabaan dapat superfisial ataupun dalam. Pada reaksi tipe 2 berat,
lesi ENL menjadi vesikuler atau bula dan pecah, di sebut sebagai eritema nekrotikans.
Dapat juga menyerang mata (iridosiklitis), testis (orkhitis), ginjal (nefritis), sendi (artritis),
limpadenik dan neuritis
Gejala sistemik berupa malaise, panas badan, sakit kepala dan kelemahan otot.
FENOMENALUCIO
Reaksi yang terjadi pada varian tipe LL yang dijumpai di Mexicoyang disebut kusta tipe
difusi non nodula (Lepra Bonita) dan yang belum pernah mendapatkan pengobatan.
Gejala biasanya berupa nodule eritematus yang bagian tengahnya mengalami nekrosis dan
meninggalkan jaringan parut yang atrofi.
- 15 -
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
- 16 -
AKNE VULGARIS
BATASAN
Akne vulgaris merupakan suatu keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan
adanya komedo, papule, kista, dan pustule pada daerah daerah predileksi (muka, bahu, lengan,
dada, punggung).
PATOFISIOLOGI / ETIOLOGI
Akne vulgaris mulai timbul pada masa pubertas. Merupakan keradangan dari folikel pilosebaseus
disebabkan karena pembentukan komedo, menyebabkan distensi dan akhirnya pecahnya folikel
yang berakibat keradangan berupa papul, pustula dan lesi nodulokistik.
Patofisiologi akne vulgaris :
1.
Kenaikan ekskresi dari sebum
Dipengaruhi oleh androgen (5 a dihydrotesteosteron)
2.
Keratinisasi folikel pilosebasea bersama sebum menyebabkan distensi folikel
3.
Propinoribacterium acnes yang mempunyai lipase merubah sebum menjadi asam lemak bebas
4.
Pecahnya folikel akibat distensi menyebabkan radang karena asam lemak bebas bersifat
kemotaktik sehingga menarik se radang.
Faktor faktor yang berpengaruh :
1.
Keturunan.
2.
Stres dan emosi.
3.
Musim
4.
Diet : Pengaruh makanan masih menjadi perdebatan para ahli.
5.
Menstruasi.
70 % wanita mengalami eksaserbasi 2 7 hari sebelum menstruasi.
6.
Obat obat :
Kortikosteroid oral / topikal, ACTH, androgen, yodida, bromida, INH, Vit B12,
diphenylhidantoin, phenobarbital dapat menyebabkan eksaserbasi akne yang sudah ada atau
menyebabkan erupsi yang mirip akne (acneiform aruption)
7.
Kosmetika.
Bahan bahan yang bersifat komedogenik sering sebagai penyebab terutama terdapat pada
krim dasar, pelemabab, krim tabir surya
GEJALA KLINIS
Lesi utama komedo, jika beradang disertai papul, pustul, nodul dan kista. Lesi nodulo kistik
beradang dapat terasa gatal dan nyeri tekan, bila pecah dapat mengeluarkan pus. Lokasi terutama
pada muka, dada, dan punggung
- 17 -
3.
4.
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
- 19 -
ERITRODERMA
BATASAN
Eritroderma adalah istilah untuk segala keadaan klinis dimana terjadi keradangan kulit yang
sangat luas, yang mencapai lebih dari 90% luas permukaan kulit tubuh.
PATOFISIOLOGI
Eritroderma merupakan keradangan kulit yang bisa berasal dari bermacam-macam penyakit.
Penyebab yang tersering pada orang dewasa adalah :
Psoriasis vulgaris
25%
Pemeriksaan klinis
Keadaan umum penderita (terutama bila penderita tua atau balita) perlu diperhatikan
apakah ada tanda-tanda dehidrasi, mengigil dsb.
- 20 -
3.
4.
Sebaiknya diagnosis eritroderma dilanjutkan dengan keterangan penyakit kulit atau sistemik yang
menjadi penyebabnya, misalkan :
Perawatan topikal :
Bila masih menggigil, penderita tidak boleh mandi dulu
Setiap pagi seluruh tubuh diolesi oleum cocos
Untuk kulit yang terlalu kering dapat digunakan krim hydrocortisone 1%
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
- 22 -
SINDROMA STEVENS-JOHNSON
BATASAN
Sindroma Stevens-johnson (SJS) termasuk penyakit kulit dan mukosa yang akut dan berat,
yang diakibatkan oleh reaksi intolerans terhadap obat dan beberapa infeksi
PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS
Penyebab SJS banyak, tetapi obat merupakan penyebab utama. Di samping itu infeksi,
vaksinasi, graft-versus-host-disease, kadang-kadang menyebabkan timbulnya SJS. Beberapa obat
sebagai penyebab antara lain preparat sulfa terutama long acting sulfonamide, beberapa antibiotik
(tetracycline, penicilline), allopurinol, anti konvulsi.
Adanya kelainan metabolisme obat dapat menyebabkan terjadinya SJS, walaupun patogenesis
masih belum jelas, diduga reaksi imun sitotoksik yang merusak keratinosit yang permukaannya
mengandung antigen (obat) berperan pada patogenesis SJS. Reaksi imun sitotoksik ini akhirnya
merusak epidermis. Diduga deposit kompleks imun juga berperan pada patogenesis SJS. Hal ini
dibuktikan dengan adanya peningkatan circulating immune complex, dan juga didapatkan adanya
vaskulitis kompleks imun.
GEJALA KLINIS
Gejala klinis dimulai dengan :
1.
Sindroma prodromal yang non spesifik dan reaksi konstitusional berupa meningkatnya suhu
tubuh, sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan, nyeri dada, mialgi, sehingga penderita berobat.
Dalam keadaan ini, sering penderita mendapat pengobatan antibiotik, dan antiinflamasi,
sehingga menyebabkan kesukaran dalam mengidentifikasi obat penyebab SJS.
2.
Gejala kulit tampak berupa makula eritematus yang menyerupai morbiliform rash, timbul
pada muka, leher, dagu, tubuh dan kestremitas. Lesi target (target lesion) dan bula dengan
Nikolsky sign positif sering di dapatkan. Lesi membesar dan bertambah banyak.
3.
Kelainan membran mukosa. Bibir, mukosa mulut dirasakan sakit, disertai kelainan mukosa
yang eritematus, sembab dan disertai bula yang kemudian akan pecah sehingga timbul erosi
yang tertutup pseudomembrane (necrotic epithelium dan fibrin). Bibir diliputi massive
hemorrhagic crusts. Kelainan pada mulut menimbulkan kesukaran makan, bernafas, dan
terjadi hipersalivasi. Proses ini dapat meluas pada ginggiva, lidah, pharynx dan esophagus,
juga didapat rasa pedih pada konjungtiva, uveitis anterior, dan panophthalmitis. Kelainan pada
kelamin juga sering di dapat berupa bula yang hemoragik dan erosi.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
1.
Anamnesis yang cermat untuk mengetahui penyebab SJS terutama obat yang diduga sebagai
penyebab.
- 23 -
Pemeriksaan klinis, berupa pemeriksaan gejala prodromal, kelainan kulit dan kelainan mukosa
serta mata.
pemeriksaan adanya infeksi yang mungkin sebagai penyebab SJS.
DIAGNOSIS BANDING
1.
Generalized bullous fixed drug eruption
2.
TEN (Toxic epidermal Necrolysis)
3.
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (4S)
4.
Paparan bahan iritan yang poten terhadap kulit.
PENATALAKSANAAN
1.
Perawatan di tempat khusus untuk mencegah infeksi
2.
Mengidentifikasi dan menghentikan penggunaan obat penyebab
3.
Perbaikan terhadap keseimbangan cairan, elektrolit dan protein (sebaiknya pertama kali
diperiksa GJ Plasma)
4.
Pemberian glukokortikoid misalnya methyl prednisolone 80-120 mg per oral (1,5-2
mg/kgBB/hari) atau pemberian dexamethasone injeksi (0,15-0,2 mg/kgBB/hari)
5.
Pemberian antibiotik untuk infeksi, dengan catatan menghindari pemberian sulfonamide, dan
antibiotik yang sering juga sebagai penyebab SJSmisalnya penicilin, cephalosporin. Sebaiknya
antibiotik yang diberikan berdasarkan hasil kultur kulit, mukosa dan sputum. Dapat digunakan
injeksi gentamycine 80 mg iv. Sehari 2-3 kali (1-1,5 mg/kgBB/kali)
6.
Hematokrit, blood gases, keseimbangan cairan dan elektrolit selalu dimonitor
7.
Pemberian makanan TKTP (Tinggi Kalori Tinggi protein)
8.
Perawatan dan pengobatan kelainan mata
PENYULIT
1.
Sepsis
2.
Pneumonia
3.
Gagal ginjal
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
- 24 -
FURUNKEL / KARBUNKEL
BATASAN
Furunkel adalah infeksi akut dari satu folikel rambut yang biasanya mengalami nekrosis
disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
Karbunkel adalah satu kelompok beberapa folikel rambut yang terinfeksi oleh
Staphylococcus aerus, yang disertai oleh keradangan daerah sekitarnya dan juga jaringan di
bawahnya termasuk lemak bawah kulit.
PATOFISIOLOGI
Karena adanya mikrolesi baik karena garukan atau gesekan baju, maka kuman masuk ke
dalam kulit.
Faktor Predisposisi
1.
Pada Fulunkel : dermatitis seborhoika, dermatitis atopi, malnutrisi, diabetes militus, pecandu
alkohol, diskrasia darah, kelainan fungsi neutrofil, iatrogenik atau keadaan imuno supresi
termasuk AIDS.
2.
Pada karbunkel : penderita diabetes militus, malnutrisi, gagal jantung, penyakit kulit yang
menyeluruh dan berat misalnya eritroderma, pemfigus dan pengobatan steroid lama, walaupun
dapat pada orang sehat. Tersering pada laki-laki, usia menengah dan usia tua.
GEJALA KLINIS
1.
Furunkel
Mula-mula nodul kecil yang mengalami keradangan pada folikel rambut, kemudian
menjadi pustula dan mengalami nekrose dan menyembuh setelah pus keluar dan
meninggalkan sikatrik. Proses nekrosis dalam 2 hari 3 minggu.
Nyeri, terutama pada yang akut, besar, di hidung, lubang telinga luar
Tempat predileksi : muka, leher, lengan, pergelangan tangan dan jari-jari tangan, pantat
dan daerah anogenital.
2.
Karbunkel
Pada permulaan infeksi terasa sangat nyeri dan tampak benjolan merah, permukaan
halus, bentuk seperti kubah dan lunak.
Supurasi terjadi setelah 5-7 hari dan pus keluar dari banyak lubang fistel
- 25 -
Setelah nekrosis tampak nodul yang menggaung atau luka yang dalam dengan dasar
yang purulen
PEMERIKSAAN
Bila dicurigai adanyaDiabetes Militus, perlu pemeriksaan :
a.
Reduksi Urine : positif
b.
Kadar gula darah acak / 2 jam PP : 3 200 mg%
DIAGNOSIS BANDING
1.
Furunkel
Herpes simplex
Hidradenitis
Myasis
2.
Karbunkel :
Anthraks
PENYULIT
1.
Furunkel :
Sepsis, meningitis
Sepsis
PENATALAKSANAAN
1.
Pada furunkel dibibir atas pipi dan karbunkel pada orang tua sebaiknya dirawat inapkan
2.
Pengobatan topikal
Bila lesi masih basah / kotor dikompres dengan solusio sodium chloride 0,9%
Bila lesi telah bersih, diberi salep natrium fusidat atau fremycetine sulfat kasa steril
3.
Pengobatan sistem,ik
Antibiotik umumnya diberikan 7-10 hari
a.
Penicilline dan semisintetiknya (pilih salah satu)
Penicilline G procaine injeksi
Dosis : 0,6-1,2 juta I.U. i.m., sehari 1-2 kalu
Anak-anak : 25.000-50.000 I.U. / kg/dosis, sehari 1-2 kali
Ampicilline
Dosis : 250-500 mg/dosis, sehari 4 kali a.c.
Anak-anak : 7,5-25 mg/kg/dosis, sehari 4 kali a.c
Amoxycilline, penulisan resep harus diparaf staf medik
Dosis : 250-500 mg/dosis, sehari 3 kali a.c
Anak-anak : 7,5-25 mg/kg/dosis, sehari 3 kali a.c
- Cloxacillin (untuk Staphylococci yang kebal penicillin)
Dosis : 250-500 mg/dosis, sehari 4 kali a.c
Anak-anak : 10-25 mg/kg/dosis, sehari 3-4 kali a.c.
- Dicloxacillin (untuk Staphylococci yang kebal peniciline)
Dosis : 125-250 mg/dosis, sehari 3-4 kali a.c.
Anak-anak : 5-15 mg/kg/dosis, sehari 3-4 kali a.c.
- 26 -
b.
c.
d.
e.
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
- 27 -
IMPETIGO
BATASAN
Impetigo adalah penyakit infeksi piogenik pada kulit yang superfisial dan menular
disebabkan oleh Staphylococcus dan / atau Streptococcus.
Ada 2 bentuk :
1.
Impetigo non bulosa (=Impetigo kontagiosa) disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan /
atau Streptococcus pyogenesis (= Streptococcus beta-hemolytic grup A).
2.
Impetigo bulosa disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
PATOFISIOLOGI
Penyakit ini mengenai kulit pada lapisan superfisial (epidermis). Kuman penyebab dapat
ditemukan dan dibiakkan dari cairan bulanya. Pada impetigo bulosa, dari cairan bula ditemukan
toksin epidermolitik yang dianggap sebagai penyebab terjadinya bula. Masuknya kuman melalui
mikro lesi di kulit dan menular.
GEJALA KLINIS
A. Impetigo kontagiosa
1. Tersering pada anak-anak
2. Tempat predileksi : muka sekitar hidung dan mulut, anggota gerak (kecuali telapak
tangan dan kaki), dan badan.
3. Kelainan kulit : Vesikel / bula berbanding tipis di atas kulit yang eritem yang cepat
memecah, sehingga vesikel/bulanya sendiri jarang sekali terlihat, yang terlihat adalah
khas berupa krustal tebal berwana kuning kecoklatan / keemasan / seperti madu. Krusta
dilepas tampak erosi di bawahnya.
4. Tidak disertai gejala konstitusi (=demam, melaise, mual), kecuali bila kelainan kulitnya
berat.
B. Impetigo bulosa
1. Pada semua umur
2. Tempat predileksi : muka dan bagian tubuh lainnya termasuk telapak tangan dan telapak
kaki, mukosa membrane dapat terkena.
- 28 -
Kelainan kulit
Timbul bula yang bertambah besar, kurang cepat pecah dapat tahan 2-3 hari. Isi bula
mula-mula jernih, kemudian keruh, sesudah pecah tampak krusta kecoklatan yang
tepinya meluas dan tengahnya menyembuh, sehingga tampak gambaran lesi sirsiner
PEMERIKSAAN
Bila diperlukan dapat memeriksa isi bula dengan pengecatan gram untuk mencari StaphylococcusStreptococcus.
DIAGNOSIS BANDING
1.
Tinea Corponis
2.
Varisela
3.
Ektima
4.
Sifilis stadium II
5.
Dermatitis
6.
Pamfigus
PENYULIT
1.
Glomerulonefritis
2.
Sepsis
3.
Pneumonia
4.
Meningitis
PENATALAKSANAAN
1.
Pengobatan topikal
Lesi sedikit dan dini dengan hanya obat topikal cukup menolong : salep natrium fusidat.
Drainage : bule dan pustule dengan ditusuk jarum steril untuk mencegah penyebaran
lokal.
Mencuci lesinya pelan-pelan dan melepas krustanya. Bila krusta melekat kuat,
dikompres lebih dulu dengan larutan sodium chloride 0.9%. Krusta perlu dilepas agar
obat topikalnya dapat efektif bekerja.
2.
Pengobatan sistemik
Diberikan pada kasus-kasus berat, lama pengobatan paling sedikit 7-10 hari,
2.1. Penicllin dan semisintetiknya (pilih salah satu) :
a.
Penicilline G procain injeksi
Dosis : 0,6-1,2 juta I.U. m., sehari 1-2 kali
Anak-anak : 25.000-50.000 I.U./kg/dosis, sehari 1-2 kali
b.
Ampicilline
Dosis : 250-500 mg/dosis, sehari 4 kali
Anak-anak : 7,5-2,5 mg/kg/dosis, sehari 4 kali a.c.
c.
Amoxicillin : penulisan resep harus di paraf staf medik
Dosis : 250-500 mg/dosis, sehari 3 kali
Anak-anak : 7,5-25 mg/kg/dosis, sehari 3 kali a.c.
d.
Cloxacillin (untuk Staphylococci yang kebal penicilline)
Dosis : 250-500 mg/dosis, sehari 4 kali a.c.
Anak-anak : 10-25 mg/kg/dosis, sehari 4 kali a.c.
e.
Dicloxacillin (untuk Staphylococci yang kebal Penicilline)
Dosis : 125-250 mg/dosis, sehari 3-4 kali a.c.
Anak-anak : 5-15 mg/kg/dosis, sehari 3-4 kali a.c.
- 29 -
Pakaian, handuk, seprei seiring ganti dan dicuci air panas dan dipakai sendiri.
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
SELULITIS
BATASAN
Selulitis adalah inflamasi jaringan subkutan di mana proses inflamasi, yang umumnya
dianggap sebagai penyebab adalah bakteri.
Etiologi yang paling sering adalah Staphylococcus aureus atau Streptococcus.
PATOFISIOLOGI
Biasanya timbul setelah adanya luka. Selulitis dapat terjadi melalui pintu masuk berupa luka
pada berbagai tempat di mukokutan atau lebih jarang lagi melalui penyebaran secara hematogen ke
jaringan lunak.
GEJALA KLINIS
1.
Malaise, demam, menggigil
2.
Lesi kulit berupa eritoma lokal yang nyeri, dengan cepat menjadi makin merah, meluas namun
batasnya tak jelas (difus) dan tepi tidak meninggi
3.
Kadang kala bagian tengahnya menjadi nodular dan di atasnya terdapat vesikula yang pecah
mengeluarkan pus (nanah) serta jaringan nekrotik.
PEMERIKSAAN / DIAGNOSIS
Sama dengan erisepelas
DIAGNOSIS BANDING
1.
Erisipelas
2.
Trombosis vena dalam
3.
Dermatitis kontak
- 30 -
Bila lesi kulit kering dapat diberikan salep yang mengandung natrium fusidate atau mupirocin.
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
- 31 -
MORBUS HANSEN
BATASAN
Morbus hansen (kusta, lepra) adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi (primer), kulit dan jaringan tubuh lainnya, kecuali
susunan saraf pusat.
PENYABAB
Kuman Mycobacterium leprae, ditemukan oleh ilmuwan Norwegia Gerald A hansen, pada
tahun 878. Kuman berbentuk batang dan dengan pengecatan Ziehl Nielsen bersifat tahan asam.
PATOFISIOLOGI
Kuman masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan dan kulit yang tidak utuh. Sumber
penularan adalah penderita kusta yang banyak mengandung kuman (tipe multibasiler) yang belum
diobati. Setelah kuman masuk ke dalam tubuh, kuman menuju tempat predileksinya yaitu saraf tepi.
95% populasi manusia mempunyai kekebalan alamiah terhadap M. Leprae.
GEJALA KLINIS
1.
Kelainan saraf tepi
Kerusakan saraf tepi bisa bersifat sensorik, motorik dan autonomik. Sensorik biasanya berupa
hipoastesi ataupun anastesi pada lesi kulit yang terserang. Motorik berupa kelemahan otot,
biasanya didaerah ekstremitas atas, bawah, muka dan otot mata.
- 32 -
2.
Autonomik menyerang persarafan kelenjar keringat sehingga lesi terserang tampak lebih
kering. Gejala lain adalah pembesaran saraf tepi terutama yang dekat dengan permukaan kulit
antara lain : n.ulnaris, n.aurikularis magnus, n.peroneus komunis, n.tibialis posterior dan
beberapa saraf tepi lain.
Kelainan kulit dan organ lain
Kelainan kulit bisa hipopigmentasi ataupun eritematus dengan adanya gangguan estesi yang
jelas. Bila gejala lanjut dapat timbul gejala-gejala akibat banyaknya kuman yaitu :
PEMERIKSAAN FISIK
1.
Kulit
Dicari adanya gangguan sensibilizas terhadap suhu, nyeri dan rasa raba pada lesi yang
dicurigai
a.
pemeriksaan sensibilitas suhu (terpenting) dilakukan dengan cara tes panas dingin.
b. Terhadap rasa nyeri digunakan jarum pentul
c.
Terhadap rasa raba di gunakan kapas
d. Gangguan autonomik terhadap kelenjar keringat dilakukan guratan tes (lesi digores
dengan tinta) penderita exercise, bila tinta masih jelas maka tes menunjukkan positif (+)
(Gunawan Test)
2.
Saraf tepi
Dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan saraf tepi yang berjalan disekitar permukaan kulit
Cara pemeriksaan
a.
N.aurikularis magnus
Kepala menoleh ke arah yang berlawanan, maka teraba saraf menyilang muskulus
Sternokleidomastoideus bagian 1/3 atas dan tengah
b. N.ulnaris
Posisi tangan dalam keadaan pronasi ringan, sendi siku fleksi, jabat dan tangan penderita,
raba epikondilus medialis humerus. Dibelakang dan atas pada sulkus ulnaris. Urut ke
arah proksimal untuk membedakan dengan tendon.
c.
N.peroneus lateralis homunis
Penderita duduk dalam keadaan lutut fleksi 90, raba kapitulum fibulae, ke arah bagian
atas dan belakang
d. N.tibialis posterior
Raba maleolus medialis kaki, raba bagian posterior dan urutkan ke bawah ke arah tumit.
Pemeriksaan harus dibandingkan kiri dan kanan dalam hal size (besar), shape (bentuk),
texture (seratnya) dan tenderness (lunaknya).
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS
Pememriksaan dilakukan dengan menggunakan pewarnaan Ziehl Nielsen, dengan sediaan diambil
dari kedua cuping telinga dan lesi yang ada di kulit.
Cara pengambilan sediaan :
1.
Bagian yang dimabil lebih dulu dilakukan tindakan asepsis
2.
Bagian tersebut dijepit diantara jari kedua dengan ibu jari tangan sehingga tampak jaringan
kulit menjadi pucat agar kemungkinan perdarahan sedikit
- 33 -
Dengan skalpel steril dibuat sayatan cm panjang sampai mencapai dermis kemudian skalpel
diputar 90 sambil mengerok sisi dan dasar sampai didapat bubur jaringan. Bahan tersebut
dibuat sediaan apus
Sediaan yang telah dicat dilihat dibawah mikroskop dengan pembesaran 100X, kemudian
ditentukan bentuk kuman :
1.
Solid / utuh, bila : 1. dinding sel tidak putus
2. mengambil zat warna secara merata
3. panjang kuman 4-5 kali lebar
4. ujung tumpul
2.
Fragmented / pecah-pecah
3.
Granular (seperti titik-titik tersusun garis atas berkelompok)
4.
Globus (dapat bentuk solid, fragmented atau granular)
5.
Clump (bentuk granular, membentuk pulau)
kepadatan kuman dinyatakan dalam :
1.
Indeks bakteri
: ukuran semi kuantitatif dengan nilai 1+ sampai 6+
2.
Indeks morfologi
: merupakan presentasi bentuk utuh/solid terhdap seluruh Basil tahan
Asam.
PEMERIKSAAN SEROLOGIS
1.
Lepromin test : untuk mengetahui imunitas seluler dan membantu menentukan tipe kusta
2.
MLPA (Myocobacterium Lepra Particle Agglutination) : untuk mengetahui imunitas humoral
terhadap antigen yang berasal dari M.leprae.
3.
PCR (Polimerase Chain Reaction) :
Sangat sensitif
PB
Asimetris (jumlah 1-5) Batas
tegas kering dan kasar.
Anastesi jelas,
Hipopigmentasi
Terjadi dini dan asimetris
BTA
Klinis Makula
MB
Simetris (jumlah > 5). Tidak
tegas, halus berkilat. Anastesi
tidak jelas, eritematus.
Terjadi lanjut dan cenderung
simetris
+
PENYULIT
1.
Sekunder infeksi
2.
Reaksi
3.
kecacatan
PENATALAKSANAAN
Diberikan berdasarkan regimen MDT (Multi Drug Therapy)
1.
Pausibasiler
Lamprene 50 mg/hari
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
- 35 -
DERMATOFITOSIS
BATASAN
Dermatofitosis (=Tinea, Ringworm) adalah infeksi jamur dermatofit (spesies Microsparum,
Trichophyton dan Epidermophyton) yang menyerang epidermis bagian superfisialis (stratum
korneum), kuku dan rambut)
PATOFISIOLOGI
1.
Ada 3 penularan pada antroprolifik, zoofilik, geofilik
1.1 Pada Antropofilik (pada manusia ke manusia)
Spesies antroprofilik (E. Floccosum, M. Audouinii, M. Ferrugineum, T. Mentagrophytes
var. Interdigitale = T. Interdigitale, T. Rubrum, T. Tonsurans) mengakibatkan reaksi
radang ringan dan kronis / kambuh-kambuhan.
1.2 Pada Zoofilik (pada binatang ke manusia)
- 36 -
2.
3.
4.
Spesies Zoofilik (M. Canis pada anjing dan kucing, T. Mentagrophytes var.
Mentagrophytes = T. Mentagrophytes pada binatang mengerat)mengakibatkan reaksi
radang hebat / akut, sembuh jarang kambuh
1.3 Pada Geofilik (pada tanah ke manusia)
Spesies Geofilik (M. Gypseum) mengakibatkan reaksi radang hebat / akut, sembuh jarang
kambuh.
Reaksi radang tergantung :
Tempat infeksi, imunitas penderita, rambut halus (vilus) folikelnya sebagai reservoir hingga
sering kambuh. Hanya di lapisan keratin oleh karena adanya serum faktor penghambat jamur
dermatofit memasuki ruangan ekstravaskuler yang berfungsi melindungi jaringan sehingga
mencegah penetrasi ke lapisan lebih dalam.
Faktor predisposisi :
Higiene sanitasi jelek, daerha tropis, faktor penyebab maserasi di pelipatan, sakit berat,
penderita diabetes militus, neurodermatitis, leukorrhoe.
Microsporum : 5 dari 17 spesies menginfeksi manusia pada rambut dan kulit
Trichophyton : 11 dari 22 spesies menginfeksi manusia pada rambut, kulit dan kuku.
Epidermophyton : 1 dari2 spesies menginfeksi manusia pada kulit dan jarang pada
kuku
GEJALA KLINIS
Ada 9 bentuk :
Tinea kapitis, Tinea favosa (tidak ada di Indonesia), Tinea korporis, Tinea imbrikata, Tinea kruris,
Tinea unguium, Tinea pedis, Tinea manuum dan Tinea barbae (jarang ditemukan lagi).
TINEA KAPITIS
Infeksi dermatofit pada kepala, alis dan bulu mata
Umumnya pada anak-anak
1.
Infeksi ektothrik : Miselium menjadi arthrokonidia di sekitar batang rambut / bawah kutikula
dan destruksi kutikula.
Ada 2 bentuk :
a.
Gray match (antropofilik : M. ferrugineum)
Berskuama, disertai radang ringan, gatal ringan/sangat, rambut keabuan, kusut, rapuh,
terpotong beberapa millimeter diatas kepala menyebabkan alopesia, dengan lampu
Wood (+) hijau terang.
b. Kerion (Zoofilik)
Karena M. canis
Keradangan berat, dengan lampu Wood (+) hijau terang
Karena T. Mentagrophytes dan T. Verucosum
Kerion celsi (+), nyeri, rambut mudah putus, dengan lampu Wood (-)
2.
Infeksi endothrik : miselium menjadi arthokonidia di dalam batang rambut, selalu
anthropofilik (T.violaceum), lesi multipel, banyak, terpencar, tidak semua di lesi terkena
menyebabkan alopesia.
Black dot : rambut putus tepat di orifisium folikel rambut, kronis, dapat berlangsung sampai
dewasa, dengan lampu Wood (-)
TINEA KORPORIS
Infeksi dermatifit pada kulit halus (glabrous skin)
2 bentuk tersering : bentuk annular dan bentuk iris
- 37 -
- 38 -
3.
4.
Bulan I
: seminggu 3 kali
Bulan II : seminggu 2 kali
Bulan III : seminggu 1 kali
4.2.2 Obat oral
a. Terbinafine : 1 tablet / hari
Tangan : 6-8 minggu, kaki : 12-16 minggu
b. Itraconazole
a) sehari 2 kapsul
tangan : 6 minggu, kaki : 12 minggu
b) Terapi denyut (pulse treatment)
Pemberian obat dengan dosis tinggi dalam waktu singkat sehingga menimbulkan
efek fungisidal sekunder karena terjadi fungitoksik. Penderita akan lebih patuh
dan tidak sering lupa sehingga kesembuhan labih dan baik dan kekambuhan
jarang terjadi.
Pada itraconazole
a. Tinea unguium
400 mg sehari 2 kali 2 kapsul selama 1 minggu
istirahat 3 minggu/siklus
kuku tangan
: 2 siklus
kuku kaki
: 3-4 siklus
4.2.3 Bedah kuku
a. Curettage
a) SWO
b) Subungual debris, mengurangi beban kuku yang harus diobati oral
b. Pencabutan kuku tak dilakukan
4.3 Pada penderita HIV (+)/Imunokompromais
= Tx pada orang normal, hanya sering kambuh
4.4 Dermatofitosis rekalsirant
4.4.1 Obat topikal
a.
Pad injeksi ringan/sedang atau obat oral tidak dapat diberikan
b.
Krim terbinafin sehari 2 kali selama 4 minggu
c.
+ pelembab (krim urea 10%)/keratolitik (salep acidum salicylicum 3-5%
dioleskan jam sebelum terbinafine dioleskan
4.4.2 Obat oral
a.
Lesi luas / terapi topikal gagal
b.
Terbinafine 250 mg/hari 2-4 minggu
c.
Itraconazole 100 mg/hari selama 4 minggu atau 400 mg/hari selama 1
minggu (terapi denyut)
d.
+ pelembab/keratolitik (4.4.1.c)
PENCEGAHAN
1.
Sesudah mandi dikeringkan dan ditaburi bedak biasa/bedak anti jamur (pelipatan, kaki)
2.
Pemakaian sepatu yang enak, tidak tertutup (kulit, sepatu sendal)
3.
Pakaian longgar dan katun
4.
Kaos kaki katun
- 41 -
Sering pakaian dan handuk direndam air mendidih 15 menit / dry clening
Disinfeksi sepatu / ganti sepatu baru
Pakai sandal karet / plastik di tempat umum / hotel / tempat olah raga
Hewan peliharaan yang terinfeksi jamur (petal) diobatai juga
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
PITIRIASIS VERSIKOLOR
BATASAN
- 42 -
Eksogen : kelembaban dan suhu tinggi, higiene, oklusi pakaian, penggunaan emolien yang
berminyak.
Pitiriasis versikolor tidak lagi digolongkan sebagai penyakit yang menular. Timbulnya infeksi jamur
ini lebih do sebabkan oleh faktor-faktor individual yang spesifik yang belum dapat diketahui dengan
pasti. Aspek-aspek endogen (genetik) merupakan faktor-faktor kontributor yang menyebabkan
timbulnya Pitiriasis versikolor.
GAMBARAN KLINIS
1.
Gatal bila berkeringat
2.
Lokasi lesi pada umumnya terdapat pada badan (dada, punggung), leher, lengan atas,
selangkang. Bisa ditemukan pada daerah lain termasuk muka.
3.
Terdapat 3 bentuk lesi :
a.
Makular : soliter dan biasanya saling bertemu (koalesen) dan tertutup skuama
b. Papuler : bulat kecil-kecil perifolikuler, sekitar folikel rambut dan tertutup skuama
c.
Campuran lesi makular dan papular
4.
Warna lesi bervariasi : putih (lesi dini) kemerahan, coklat dan kehitaman (lesi lama) bentuk
kronis akan didapatkan bermacam warna.
5.
Selesai terapi biasanya didapatkan depigmentasi residual tanpa skuama di atasnya yang akan
menetap dalam beberapa bulan sebelum kembali normal.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Pemeriksaan mikologis kerokan kulit
Pengambilan bahan bisa dengan kerokan biasa atau dengan menggunakan cellotape yang
ditempel pada lesi. Setelah di ambil, bahan diletakkan di atas gelas obyek lalu diteteskan
larutan KOH 20% atau campuran 9 bagian KOH 20% dengan 1 bagian tinta Parker blueblack
superchrome X akan lebih memperjelas pembacaan karena memberi tampilan warna biru yang
cerah pada elemen-elemen jamur.
Hasil positif :
Hifa pedek, lurus, bengkok (seperti huruf i, v, j) dan gerombolan spora budding yeast
yang berbentuk bulat mirip seperti sphagetti with meatballs.
Hasil negatif : bila tidak ada lagi hifa, maka bukan berarti Pitiriasis versikolor walaupun
ada spora.
2.
Lampu Wood
Untuk membantu menegakkan diagnosis dan untuk menentukan luasnya lesi dapat dilakukan
pemeriksaan dengan penyinaran lampu Wood pada seluruh tubuh penderita dalam kamar
gelap. Hasilnya positif apabila terdapat fluoresensi berwarna kuning emas pada lesi tersebut.
- 43 -
B.
PROGNOSIS
1.
Kekambuhan tinggi (40-70%)
2.
Perlu pengobatan pemeliharaan untuk mencegah kambuh : Ketoconazole 400 mg 1 kali /
bulan atatu Ketoconazole 200 mg selama 3 hari berturut-turut tiap bulan selama faktor
predisposisi masih ada, rata-rata selama 1 tahun
- 44 -
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
KANDIDIASIS SUPERFISIALIS
- 45 -
BATASAN
Kandidiasis (= Kandisosis) adalah infeksi primer atau sekunder dari genus Candida, dimana
yang penting disebabkan oleh Candida albicans. Manifestasi klinisnya sangat bervariasi dari akut,
subakut dan kronis ke episodik. Yang terkena dapat lokal di mulut, tenggorokan, kulit, kepala,
vagina, jari-jari tangan, kuku, bronkhi, paru-paru atau saluran pencernaan makanan atau menjadi
sistemik seperti septisemia, endokarditis dan meningitis. Proses patologis yang timbul juga berbagai
macam dari iritasi dan inflamasi sampai supurasi akut dan kronis atau reaksi granulomatosis, karena
C.albicans merupakan spesies endogen, penyakitnya merupakan infeksi oportunistik. Kandidiasis
superfisialis adalah kandidiasis pada dermatomikosis superfisialis, yang sering dijumpai adalah :
1.
Mengenai mukosa :
Oral, vaginitis dan balanitis
2.
Mengenai kulit
Intertriginosa dan generalisata, paronikhia dan onikomikosis, daerah popok / diaper / napkin.
PATOFISIOLOGI
Infeksi kandida merupakan infeksi oportunis yang dimungkinkan karena menurunnya pertahanan
tubuh pejamu. Faktor-faktor predisposisi yang dihubungkan dengan meningkatnya insidensi
kolonisasi dan infeksi kandida yaitu :
1.
Faktor mekanis
Trauma (luka bakar, abrasi, penggunaan IUD, meningkatnya frekuensi koitus) dan oklusi lokal,
kelembaban atau maserasi (gigi palsu, pakaian sintetik, ketat atau balut tertutup, kegemukan)
2.
Faktor nutrisi
Avitaminosis, defisiensi besi, malnutrisi generalis
3.
Perubahan fisiologi
Umur sangat muda / sangat tua, kehamilan, menstruasi
4.
Penyakit sistemik
Diabetes militus dan endokrinopathies tertentu lainnya, uremia, malignansi dan keadaan
immunodefisiensi intrinsik (misalkan infeksi HIV / AIDS)
5.
Penyebab latrogenik
Faktor barier lemah (pemasangan kateter, penyalahgunaan obat i.v), radiasi sinar X, obat-obat
oral, parenteral, topikal dan aerosol (kortikosteroid dan imunosupresi lainnya, antibiotik
spektrum luas, metronidazole, transquilizer, kontrasepsi oral / estrogen, colchisine,
phenylbutazone dan histamine 2-blocker)
6.
Idiopatik
Kemampuan ragi berubah bentuk menjadi hifa dianggap sebagai mekanisme patogen primer dan
terbukti bila bentuk hifa melekat lebih kuat pada permukaan epitel, namun sekarang diketahui
bahwa bentuk ragi (yeast) mampu invasi dan tidak lagi dianggap sebagai komensal.
GEJALA KLINIS
1.
Mengenai mukosa.
1.1 Kandidiasis Oral (KO)
1.1.1 Kandidiasis pseudomembran akut (=thrush)
Lesi putih tebal pada mukosa bukal, gusi atau lidah, plaknya dapat dikerok,
terasa nyeri, eritem dan dapat berdarah
1.1.2 Kandidiasis eritema
Nampak eritema dan oedema
a.
Kandidiasis atrofi akut (= stomatitis antibiotik)
- 46 -
2.
b.
Kandidiasis atrofi kronis (= stomatitis gigi palsu dan glossitis)
1.1.3 Kandidiasis hiperplastik kronis (= kandida leukoplakia)
Bercak putih, dapat diraba sampai plak kasar melekat erat dan tidak dapat
dikerok, pada lidah, palatum atau mukosa bukal. Sering pada perokok.
1.1.4 Angular Kheilitis (= Perleche, kandida kheolisis)
Eritema dan fisura pada ujung mulut, pada pemakai gigi palsu yang tidak pas,
biasa menjilat bibir, usia lanjut dengan kulit kendor pada lubang mulut.
1.2 Kandidiasis Vulvo Vaginalis (= Kandida Vulvo Vaginatis = KVV)
Gatal dan rasa sangat panas pada vulva dan vagina, keluar cairan tebal, putih, seperti susu
dan plak putih melekat pada vulva, vagina atau serviks.
Disuria dan dispareunia.
Sering pada 1 minggu sebelum menstruasi dan kehamilan
1.2.1 Kandidiasis Vulvo Vaginalis Rekuren (KVVR) yaitu penderita yang terkena
gejala simptomatik KVV empat kali atau lebih dalam satu tahun.
1.3 Kandida balanitis / Kandida balanoposthitis
Erosi merah superfisialis dan pustul berdinding tipis di atas glans penis dan sulkus
koronarium (balanitis) dan juga preputium penis yang tidak disirkumsisi (balanoposthitis).
Mengenai kulit (Kandidiasis Kutis = KK)
2.1 Kandidiasis intertriginosa (= kandida intertrigo) dan kandidiasis generalisata mengenai
daerah pelipatan-pelipatan badan, umbilikus, pennikulus (lipatan lemak badan) dan dapat
meluas ke kulit badan (generalisata). Dapat mengenai skrotum dan penis. Kulit nyeri,
inflamasi, eritematus dan ada satelit vesikel / pustul, bula atau papulopustular yang pecah
meninggalkan permukaan yang kasar dengan tepi yang erosi.
2.1.1 Erosi interdigitale blastomycetica (Kandidiasis interdigitalis).
Kandidiasis mengenai sela jari tangan (tersering) / sela jari kaki. Tersering pada
sela jari tiga. Pada yang sering / terus menerus terkena air.
2.2 Paronikhia dan Onikomikosis
2.2.1 Kandida paronikhia.
Infeksi lipatan kuku proksimal atau kutikula, khas adanya eritema, oedema, dan
cairan purulen, tebal, pus putih, membentuk kantong yang mungkin
menyebabkan infeksi kuku. Terasa nyeri.
Tersering pada orang yang tangannya sering terkena iar, tepung, karbohidrat lain.
2.2.2 Kandida onikomikosis (= kandida onikhia)
Lihat bab Onikomikosis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20% (dapat ditambah tinta Parker Superchrome
bluebleck). Tampak budding yeast cells (2 spora seperti angka 8) dengan atau tanpa
pseudohifa atau hifa. Pseudohifa (gambaran seperti untaian sosis) / hifa pada infeksi
membrana mukosa adalah patognomonis, sedang pada kandidiasis kutis tidak selalu ada.
Spesiemen harus baru dan segera diperiksa
2.
Pengecatan Gram.
Elemen jamur (budding yeast cell / blastospora / blastokonidia / pseudohifa / hifa) tampak
sebagai gram positif dan sporanya lebih besar dari bakteri. Dilakukan pada kandidiasis
mukosa.
3.
Kultur
Spesimen harus baru dan kultur dengan media :
a.
Sabourauds Dextrosa Agar (SDA) + chloramphenicole + gentamycine
b. Mycobiotic / Mycosel (SDA + chloramphenicole + Cydohexamide)
- 47 -
4.
5.
DIAGNOSIS
1.
Anamnesis dan gejala klinis yang khas.
2.
Pemeriksaan penunjang no 1 dan / atau no 2 harus dilakukan dan apabila hasilnya positif
sudah dapat memastikan diagnosis. Bila hasilnya negatif tidak menyingkirkan diagnosis
apabila anamnesis dan diagnosis klinisnya menyokong.
3.
Kultur untuk memastikan spesies penyebab
4.
Histo PA dilakukan bila diagnosis meragukan.
DIAGNOSIS BANDING
1.
Kandidiasis oral : difteria, leukoplakia karena keganasan dan kheilitis.
2.
Kandidiasis vulvovaginalis : trikhomoniasis vaginalis, bakterial vaginosis dan leukorhoe
fisiologis pada kehamilan.
3.
Kandidiasis balanitis : infeksi bakteri, herpes simpleks, psoriasis dan likhen planus.
4.
Kandidiasis kutis : dermatofitosis, dermatitis sebhorroik, eritema intertrigo, eritrasma,
psoriasis, pyoderma.
PENYULIT
1.
Infeksi sekunder
2.
Candida id reaction
PENATALAKSANAAN
1.
Umum
1.1 Mengurangi dan mengobati faktor-faktor predisposisi.
1.2 Mengobati infeksi sekunder dengan kompres sol. Sodium chloride 0,9% selama 3 hari
dan antibiotik yang tidak berspektrum luas (erythromycine, cotrimoxazole, lincomycine
dan clindamycine) selama 5-7 hari.
2.
Kandidiasis oral
2.1 Obat topikal
2.1.1 Nystatin oral suspensi
3.
4.
5.
6.
2.3.1 Tablet ketoconazole 200 mg-400 mg (1-2 tablet)/ hari selama 2-4 minggu. Untuk
infeksi kronis perlu 3-5 minggu.
2.3.2
kapsul Itraconazole 100-200 mg (1-2 kapsul) / hari selama 4 minggu
Kandidiasis vulvovaginalis
3.1 Obat topikal
3.1.1 Nystatin suppositoria vagina
1 tablet (100.000 I.U)/malam selama 12 hari
Indikasi obat topikal :
a.
Pada wanita hamil / sudah menikah
b.
KVV akut (ringan-sedang)
3.2 Tablet oral
Indikasi :
a. Wanita belum menikah
b. KVV berat / KVVR perlu jangka lama 10-14 hari
3.2.1
Tablet Ketoconazole (200 mg)
Sehari 2 kali tablet selama 5 hari
3.2.2
Kapsul Itraconazole (100 mg)
Sehari 2 kali 1 kapsul selama 2-3 hari
Sehari 2 kali 2 kapsul selama 1 hari setiap 8 jam
3.2.3
Profilaksis pada KVVR
Sesudah KVVR diobati sembuh diteruskan :
WEWENANG
- 49 -
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
ONIKOMIKOSIS
BATASAN
Onikomikosis adalah infeksi kuku karena jamur. Primer adalah infeksi jamur pada dasar
kuku (nail bed). Jamur penyebab adalah dermatofit, ragi (yeast) dan kapang (molds).
PATOFISIOLOGI
Di negara maju onikomikosis sering karena dermatofit 81-91% (tersering Trichophyton
rubrum), kandida 6-17% (tersering Candida albicans) dan kapang 2-3% (terutama Scopulariopsis
brevicaulis). Dinegara-negara muslim karena kewajiban wudhu 5 kali sehari sebelum sembahyang 5
waktu maka banyak ditemukan infeksi kandida (C.albicans) pada kuku kaki juga walau umumnya
tersering mengenai kuku tangan.
Faktor-faktor predisposisi dan yang meningkatkan kasus onikomikosis adalah :
Populasi usia lanjut meningkat, populasi immunocompromised / infeksi HIV / AIDS meningkat,
kemajuan teknik transplantasi, pengobatan immunosupresif, penggunaan luas antibiotik dan steroid,
kegemaran hidup sehat meningkat (pakaian dan sepatu tertutup, olah raga berlebihan, fasilitas
mandi umum), trauma, udara panas / kelembaban, hiperhidrosis, faktor herediter dan menderita
Tinea pedis
GEJALA KLINIS
Gejala klinis adalah :
1.
Diskromia unguium adalah perubahan warna kuku :
3.
4.
5.
Gejala klinis pada sisi proksimal kuku. Bentuk yang jarang. Dijumpai pada penderita
immunocompetent (infeksi HIV / AIDS), penyakit jaringan ikat, penerima transplantasi organ
Superficial White Onychomicosis (SWO) = Leuconychia mycotica.
Biasanya mengenai kuku kaki, karena T. Mentagrophytes. Permukaan lempeng kuku tampak
bercak berbatas jelas, pulau-pulau opak, putih (bila lama akan berwarna kuning), permukaan
putih menjadi kasar, lunak seperti kapur dan mudah dikorek. Pada penderita AIDS, SWO
dapat mengenai kuku tangan.
Candida Onychomycosis = Candida onychia (CO)
Biasanya gejala klinis onikomikosis dimulai di kuku proksimal dan pada tekanan dan gerakan
kuku terasa nyeri. Di Negara muslim karena wuhu 5 kali sehari maka jari kaki juga sering
terkena, walau tersering pada jari tangan dominant (ibu jari dan jari telunjuk), wanita lebih
sering. Dapat dengan atau tanpa paronikia.
Total Dystrophyc Onychomicosis (TDO)
Bentuk lanjut dari ke 4 jenis onikomikosis di atas, kuku menjadi menebal dan rusak (distrofik)
dengan dasar kuku yang menebal.
PEMERIKSAAN
1.
Pengambilan sediaan kuku yang terkena tergantung jenis onikomikosisnya.
Bersihkan dulu dengan alcohol.
1.1 DLSO
Gunting kuku yang terkena sebelakang mungkin, bersihkan dengan alcohol, di scalpel
atau dikuret di tempat paling proksimal sedekat pembatasan kuku yang sakit dengan kuku
yang sehat, di sini tempat filament jamur yang hidup.
1.2 PSO
Diambil dari kuku yang sakit bagian proksimal. Atau kuku sehat diiris dengan pisau
scalpel No. 15 dan dikuret dari dasar kuku proksimal.
1.3 SWO
Dikerok debrisnya dengan pisau scalpel No. 15 atau kuret tajam.
1.4 CO
Bahan paling dekat tepi proksimal dan lateral kuku yang diambil, dikerok dasar kuku
yang terkena. Bila tidak banyak debris dapat dikerok dari permukaan dalam lempeng
kuku.
2.
Pemeriksaan langsung larutan KOH 10-20% (yang terbaik dalam dimetilsulfoksid = DMSO),
dapat di tambah tinta Parker Blue Black, docari :
Spora, budding yeast cell (dua spora seperti angka delapan) (kandida)
Hifa lebih tipis dan diameter tidak teratur / tidak sama (S.hyalinium dan S.dimidiatum).
Hasil positif sudah dapat menyokong menegakkan diagnosis onikomikosis, angka positif
palsu 5-15%
3.
Kultur
Perlu pembiakan pada 2 media :
a.
Sabouraud dextrose Agar (SDA) + Chloramphenicole + Cyclohexamide (Mycobiotic
Agar , Mycocel Agar)
b. Sabouraud Dextrose Agar + Chloramphenicole + Gentamycine (Littman Oxgall agar).
Untuk identifikasi spesies, kegagalan cukup tinggi 50%. Kultur negatif tidak
menyingkirkan diagnosis.
4.
Histopatologi
- 51 -
- 52 -
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
PEMPHIGUS VULGARIS
BATASAN
Pemphigus Vulgaris adalah salah satu bentuk bulous dermatosis yang bersifat kronis,
disertai dengan adanya proses akantolisis dan terbentuknya bula pada epidermis.
PATOFISIOLOGI
Pemphigus Vulgaris merupakan penyakit autoimun, dimana antibodinya yang beredar
melekat pada epidermis, yang akan menyebabkan terlepasnya mediator, sehingga terjadi akantolisis
di atas stratum basalis yang akhirnya akan membentuk bula intraepidermal.
Banyak di dapatkan pada setengan umur.
GEJALA KLINIS
Ditandai dengan timbulnya bula yang lembek, berdinding tipis, mudah pecah, timbul pada
kulit dan mukosa yang tampaknya normal atau eritematosa. Isis bula mula-mula cairan jernih, dapat
menjadi hemoragis atau seropurulen. Bula yang pecah meninggalkan erosi yang eksudatif, mudah
berdarah dan sukar menyembuh. Bila sembuh meninggalkan bekas yang hiperpigmentasi. Dalam
beberapa minggu atau bulan lesi dapat meluas, di mana di dapatkan erosi lebih banyak dari pada
bula. 60% dari penderita lesi mulai di mukosa mulut kemudian di tempat-tempat lain kepala, muka,
leher, ketiak, lipat paha atau daerah kemaluan. Bila lesi luas sering mengalami infeksi sekunder
yang menyebabkan timbul bau yang tidak enak.
CARA PEMERIKSAAN
1.
Tidak adanya kohesi pada epidermis dapat dibuktikan dengan :
Tanda Nikolsky : dengan penekanan atau penggosokan pada kulit akan menyebabkan
terbentuk lesi, epidermisnya terlepas dan tampak seperti kertas yang basah.
Bulla spread phenomenon : bila bula ditekan isinya akan tampak menjalar menjauhi
tekanan.
2.
Tzanckk tes bahan diambil dari dasar bula dan dicat dengan Giemsa, pada pemeriksaan akan
tampak adanya sel akantotitik atau sel Tzanck
3.
Biopsi bahan diambil dari bula yang baru timbul, kecil dan utuh. Dicari adanya bula
intraepidermal.
Pemeriksaan laboratorium yang tidak spesifik :
Leukositosis
Eosinophilia
- 53 -
4.
Gangguan elektrolit
Anemia
Secara tak langsung : antibiotik interseluler yang beredar di dapatkan pada 80-90%
penderita pemphigus vulgaris dan terikat pada sel epidermis.
Titernya sesuai dengan derajat penyakitnya.
Secara langsung : untuk diagnosis dini dari pemphigus vulgaris adanya Ig G interseluler
sepanjang epidermis atau epitel pada mukosa mulut.
DIAGNOSIS BANDING
1.
Dermatitis herpetiformis
2.
Herpes gestationis
3.
Epidermolisis bulosa
4.
Eritema multiforma
5.
Toxic epidermal necrolysis
PENYULIT
1.
Sepsis
2.
Pneumonia
PENATALAKSANAAN
Penderita yang berat diperlukan rawat inap, selain untuk pengobatan, juga untuk istirahat dan
perawatan yang tepat.
A. Topikal :
1. Lesi basah : dikompres dengan garam faali (NaCl 1,9%)
Lesi kering : dibedaki dengan talkum acidum salicylicum 2%
B. Sistemik :
1. Antibiotik : bila timbul infeksi sekunder diberikan antibiotik dengan sebelumnya
dilakukan
Pemeriksaan gram
Kultur dan tes kepekaan
Diberikan antibiotik dengan spektrum yang luas selama 7-10 hari
2. Kortikosteroid : merupakan obat pilihan untuk pemphigus vulgaris, diberikan
dexamethasone atau sejenisnya.
Dosis : bila keras diberikan 3-4 mg dexamethasone sehari
Bila setelah beberapa hari tidak timbul bula baru, dosis dapat diturunkan pelan-pelan
(dan diberi tambahan azathioprine untuk mencegah relaps) sampai dengan dosis
terendah yang tidak menimbulkan bula baru.
3. Imunosupresan : untuk mengurangi dosis kortikosteroid dapat diberikan azathioprine
(Imuran) : 1-2 mg/kgBB/hari sehari 2-3 kali 1 tablet
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
UNIT TERKAIT
PITYRIASIS ROSEA
BATASAN
Penyakit keradangan kulit, etiologi belum jelas, mempunyai gejala klinis yang khas, sembuh
dengan sendirinya dalam waktu 10-12 minggu
PATOFISIOLOGI
Walaupun etiologi belum diketahui dengan jelas, beberapa ahli menduga penyebabnya adalah suatu
virus tertentu berdasar :
Tepi meninggi
Ditengah ada skuama di atas dasar kulit yang kekuning-kuningan, melekat pada tepi.
Hal ini berbeda dengan bercak oleh sebab yang lain misalnya tinea, dimana skuama melekta di
daerah tengah sedangkan tepinya bebas.
KELUHAN
1.
Biasanya gatal tingan / tidak gatal
- 55 -
LOKASI
Sebagian kasus lainnya efloresensi timbul hanya pada ekstremitas atas dan paha.
DIAGNOSIS
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
PSORIASIS VULGARIS
BATASAN
Merupakan penyakit kulit yng bersifat kronis dan residif yang ditandai makula yang
eritematus, bentuknya dapat bulat atau lonjong yang tertutup skuama tebal, transparan atau putih ke
abu abuan.
PATOFISIOLOGI
Penyebab penyakit masih belum diketahui dengan pasti.
Pada garis besarnya ada 3 aspek yang berperan :
1.
Predisposisi genetik
Ada kecenderungan timbulnya psoriasis vulgaris dipengaruhi oleh faktor genetik.
Dikatakan bahwa penurunannya secara autosomal dominan dengan incomplete penetrance
2.
Faktor presipitasi
a.
Trauma.
b. Infeksi : terutama infeksi dengan Streptococcus b haemolyticus
c.
Stres emosional : menimbulkan eksaserbasi
d. Perubahan iklim menyebabkan penyakit lebih aktif
3.
Perubahan struktur biokimia
Terjadi pemendekan turn over epidermis yang normalnya berlangsung antara 28-30 hari
pada psoriasis vulgaris hanya berlangsung antara 3-4 hari.
GEJALA KLINIS
1.
Keluhan penderita biasanya sedikit gatal dan panas di samping keluhan kosmetik.
2.
Lesi kulit yang pertama timbul biasanya pada tempat-tempat yang mudah terkena trauma
antara lain : siku, lutut, sakrum, kepala dan genitalia, berupa makula eritematus dengan batas
jelas, tertutup skuama tebal dan transparan yang lepas pada bagian tepi dan lekat di bagian
tengah.
- 57 -
3.
4.
5.
Skuama ini selalu menunjukkan gambaran menebal yang konstan dan perlektanannya kendor.
Bentuk yang paling sering dijumpai adalah bentuk makula yaitu berupa bercak yang dapat
bulat atau oval dengan diemeter satu sampai beberapa sentimeter. Bentuk ini akan statis dalam
jangka waktu lama yang apabila terjadi eksaserbasi dapat memberikan perubahan bentuk
klinik yang bermacam-macam antara lain : bentuk anular, gyrata, folikularis, gutata dan
punktata.
Selain itu psoriasis dapat menyerang kuku di mana permukaan kuku menjadi keruh,
kekuningan dan terdapat cekungan / pitting atau titik-titik punctate, menebal dan terdapat
subungal hiperkeratosis sehingga kuku terangkat dari dasarnya. Dalam hal ini kuku tangan
lebih sering diserang daripada kuku kaki.
Psoriasis dapat menyerang mukosa dan sendi-sendi terutama sendi kecil
Bentuk-bentuk lain dari psoriasis :
Psoriasis arthropatika : psoriasis yang disertai kronik artritis pada sendi-snedi kecil dari
tangna dan kaki.
Mikro abses dari Munro yang merupakan kumpulan kecil dari sel-sel neutrofil pada
stratum korneum.
DIAGNOSIS BANDING
Grup Eritro papulo Skuamus :
1.
M.H.tipe T. Makuler
2.
Lues II
3.
Dermatomikosis superfisialis
4.
Pitiriasis rosea
5.
Eksema sebhoroikum
6.
Likhen ruber planus.
- 58 -
Umur penderita
Ada tidaknya kontra indikasi terhadap obat yang akan kita berikan.
2.
Pengobatan kausal belum dapat diberikan sehingga pengobatan ditujukan untuk :
Pengobatan topikal.
Biasanya digunakan salep / crem yang mengandung steroid atau tar (salep LCD 5%)
Pengobatan sistemik.
1. Untuk lesi yang terbatas digunakan folic acid tablet dengan dosis sehari 3 kali 1 tablet.
2. Untuk lesi yang luas digunakan methotrexate (MTX) dengan dosis sebagai berikut :
a.
Cara 1 : sehari 2 kali tablet selama 7 hari, kemudian istirahat 1 minggu untuk
observasi LFT, RFT dan darah rutin. Bila hasil laboratorium tetap baik MTX dapat
diberikan lagi dengan dosis dan aturan yang sama sampai terjadi perbaikan klinis
(lesi tidak aktif lagi), yang kemudian dosis MTX dapat diturunkan secara tapering
off sampai tercapai dosis maintenance.
b.
Cara 2 :
Methotrexate 2 tablet diberikan 2-3 kali selang 12 jam, istirahat 1 minggu. Setelah
itu diberikan dengan dosis yang dikurangi 1 tablet setiap minggu sampai tidak
minum lagi. Sewaktu tidak minum MTX, maka penderita minum tablet asam folic
acid sehari 3 kali 1 tablet. Sewaktu minum MTX, tidak dibolehkan minum folic
acid
3. Pengobatan kombinasi :
a.
Psoralen sistemik dengan penyinaran ultra violet (PUVA) pada lesi kulit dalam
beberapa hal bisa dipakai sebagai pengobatan alternatif.
b.
Kombinasi obat topikal dan sistemik
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
- 59 -
Ulkus neuropatik = Ulkus anastetik = ulkus perforan adalah ulkus yang terjadi karena tekanan
atau trauma pada kulit yang anestetik.
PATOFISIOLOGI
1.
Ulkus venosum
Akibat aliran darah yang tidak lancar sehingga vena menjadi distensi dan dilatasi serta
berkelok-kelok. Pada keadaan normal sistem vena dlam mempunyai tekanan yang tinggi dan
berhubungan dengan sistem vena superficial melalui perforating vains, untuk menghindari
aliran darah ke vena bertekanan rendah maka terdapat beberapa katup pada sistem vena
tersebut. Aliran darah yang terhambat tersebut juga menyebabkan terjadi trapping dari lekosit
selanjutnya lekosit menghasilkan enzim-enzim proteolitik dan radikal bebas yang merusak
endotel hingga terjadi kebocoran kapiler, fibrin-fibrin yang masuk ke ekstravaskuler. Fibrinfibrin yang masuk ke ekstravaskuler, menumpuk didaerah perivaskuler dan menghambat
difusi eksogen hingga terjadi eksema kutan akhirnya terjadi ulserasi.
2.
Ulkus arteriosum
Karena gangguan aliran darah arteri, misalkan penyempitan atau penyumbatan lumen, amka
jaringan akan mengalami hipoksia (iskemi) sehingga terjadi perubahan kulit yaitu kulit
menipis, kering, bersisik dan sianotik. Daya tahan terhadap trauma dan infeksi menurun.
Dapat menjadi gangren pada jari kaki dan tungkai, akhirnya ulkus.
3.
Ulkus neuropatik
Karena kerusakan saraf terjadi neuropati perifer yang berakibat hilangnya rasa nyeri (anastesi),
hingga mudah terkena trauma yang berulang.
U, arteriosum
Distal, di atas tonjolan
tulang, trauma dapat
meluaskan ulkus ke
proksimal
Gambaran
klinis
Gejala yang
sering
Lokasi ulkus
Pemeriksaan
fisik
U, neuropatik
Titik tekanan pada kaki
(contohnya perbatasan
ibu jari kaki, dan
telapak kaki, metatarsal
head, tumit)
Kalus mengelilingi luka
dan tepinya menggaung
adalah ciri khasnya,
dapat tampak bula,
hemorragis, nekrosis
dan struktur di
bawahnya sering terlihat
Mati rasa pada kaki,
rasa terbakar, parestesi
Hilangnya kepekaan
terhadap rangsangan
resorbsi tulang, claw
toes, flat foot, charcot
joints.
- 61 -
Doppler arteri :
ABI (Ankle
Brachial Index)
Faktor resiko
Penyulit
Terapi utama
Diabetes militus
Hipertensi
Perokok
Hiperkolesterolemia
Morbus Hansen
Diabetes militus
Frostbite
Gangren
Osteomielitis
Pentoxifyline
ABI < 0,5, kirim ke Bedah,
perlu pembedahan
pembuluh darah
Debridement (kalus
dibuang), menghindari
tekanan
PENATALAKSANAAN
1.
Menentukan jenis ulkus kronisnya
2.
Pemeriksaan Doppler arteri yaitu pemeriksaan untuk mengetahui adanya arterial insufficiency.
Rasio tekanan sistolik pada pergelangan kaki dan pada lengan tangan (Ankle Brachial Index =
ABI) Normal ABI : 0,8 1,1. ABI rendah (0,4 0,6) dihubungkan dengan arterial
insufficiency.
Ulkus arterinosum ABI < 7
3.
Debridement
Terutama pada U, neuropatik, harus agresif dengan membuang semua kalus. Luka U.
Venostim harus diperluas dan diperdalam dasar ulkus yang keras dan fibrosis sampai bawah
fasia dibersihkan dengan cara : olesi ulkus dengan obat topikal anastesi kombinasi lidocain
0,5% dan prilocain 2,5%, biarkan 30 45 menit tanpa ditutup, kemudian dasar ulkus diiris-iris
(insisi), kemudian dikuret.
4.
Memakai crutches atau kursi roda untuk ulkus neurotropik agar kaki terhindar beban berat.
5.
Bebat (dressing)
a.
Bebat luka terbakar untuk ulkus venosum atau ulkus kronis lainnya
b. Pada ulkus diabetes yang tidak ada komplikasi (tidak ada penyakit arteria, infeksi atau
osteomielitis) dibebat basah / kompres dengan larutan Salin (PZ) sehari 2 kali. Tidak
boleh bebat tertutup karena dapat infeksi.
6.
Antibiotik
a.
Antibiotik sistemik
Kombinasi antibiotik yang membunuh bakteri gram negatif (quinolone) dan membunuh
bakteri anaerob (clindamycine)
b. Antibiotik topikal
Bila lukanya bersih atau inflamasinya minimal, yang dianjurkan Silver sulfadiazine.
7.
Konsultasi ke dokter ahli diabet, ahli bedah pembuluh darah dan ahli bedah orthopedi
8.
Terapi tekan (Compression therapy)
a.
Biasanya untuk ulkus venorosum
b. Tidak dapat untuk ulkus arteriosum dan ABI rendah kurang dari normal
c.
Dengan elastic bandages (melekat sendiri, sistem berlapis banyak)
d. Khusus untuk penderita non ambulatoir.
e.
Memerlukan mobilisasi tungkai bawah hingga otot-otot tungkai bawah dapat bekerja
sebagai pompa dan timbul tekanan yang diperlukan terhadap bebat setengah kaki
tersebut. Tekanan akan tinggi saat istirahat dan posisi tegak.
- 62 -
9.
10.
11.
f.
Kurang berhasil baik pada daerah konkav yaitu dekat atau di bawah moleolus.
Pentoxifyline (obat haemorheological) dosis tinggi : 800 mg sehari 3 kali. Untuk ulkus
venosum yang tidak sembuh-sembuh, gunanya untuk :
a.
Mengurangi vikositas darah
b. Memperbaiki oksigenasi jaringan sistemik
c.
Kelainan pembuluh darah perifer
d. Kelainan kardiovaskuler
Terapi luka eksudatif / parah
a.
Kompres dengan larutan normal salin
b. Sering terjadi pada ulkus venosum, kurangi penggunaan obat topikal steroid dan
pelembab karena insidensi kontak iritan tinggi
Pemeriksaan laboratorium
a.
Gula darah
b. Biopsi ulkus kronis
Bila 3 bulan diobati tidak ada perbaikan , untuk menyingkirkan karsinoma atau
vaskulitis
c.
Foto rontgen : mencari osteomilitis
d. Lain-lain yang perlu
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
- 63 -
SKLERODERMA
BATASAN
Skleroderma adalah suatu bentuk gangguan kulit akibat berkurangnya rusaknya jaringan
penyangga kulit, terutama serat-serat kolagen. Kelainan ini bisa terjadi setempat (localized
svleroderma, atau morphea), bisa pula menyeluruh sehingga menyerang berbagai organ tubuh
(sistemic sclerosis).
PATOFISIOLOGI
Akibat suatu proses auto-imun yang belum jelas mekanismenya terjadi kerusakan pada
serat-serat kolagen dan fibrin di bawah kulit. Akibatnya terjadi penurunan elastisitas kulit dan
bantalan kulit menghilang.
Pada bentuk sistemik kerusakan ini timbul secara luas tidak hanya pada kulit tetapi juga pada organorgan dalam seperti paru-paru dan jantung.
GEJALA KLINIS :
Pada bentuk setempat biasanya pasien mengeluh adanya daerah kulit yang menipis
dibandingkan dengan sekitarnya, tanpa diketahui sebabnya dan tanpa rasa gatal ataupun nyeri.
Biasanya di daerah muka atau ekstremitas, berupa makula berbentuk lonjong atau linier, disertai
dengan adanya perubahan warna jadi hipopigmentasi. Kulit teraba jadi menipis, bisa mirip parut
luka dan bila memanjang tampak seperti bacokan pedang (en coup de sabre). Lesi kulit bisa
menunjukkan anhidrosis ataupun anestesi.
Bila lesi meluas ke daerah akral maka kulit jari-jari tangan dan kaki menjadi ketat sehingga gerakan
jari terhambat karena kaku. Ujung jari teraba dingin bisa didapat fenomena Raynoud.
Fenomena Raynoud (FR) adalah vesospasme episodik yang menyebabkan jari-jari menjadi pucat
(putih), diikuti beberapa derajat sianosis (biru dan merah) biasanya dipucu oleh dingin atau stres
emosi, tapi dapat setiap waktu.
Bila lesi terjadi disekitar mulut maka pembukaan mulut jadi terbatas. Pada bentuk sistemik,
gangguan elastisitas pada organ dalam memberikan gangguan fungsi menelan, gerakan jantung dan
paru-paru.
PEMERIKSAAN
Anamnesis :
Makula bentuk lonjong atau linier, hipopigmentasi, teraba menipis atrofis, bisa anhidrosis atau
anastesi; kekakukan kulit jari-jari tangan atau kaki, fenomena Raynaud, sulit membuka mulut
dengan lebar.
- 64 -
Radiologis :
Pada bentuk setempat umumnya tidak ditemukan kelainan laboratorium rutin. Pada
pemeriksaan histopatologi terlihat kelainan yang spesifik berupa hilangnya lapisan kolagen
pada jaringan ikat subkutan.
DIAGNOSIS
Localized Scleroderma : ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan gambaran
histopatologi yang khas.
Systemic Sclerosis : anamnesis, gejala klinis dan radiologis.
DIAGNOSIS BANDING
1.
Sikatrik post trauma
2.
Morbus Hansen
3.
Vitiligo
4.
Raynaud Disease
PENYULIT
Terdapat pada bentuk sistemik berupa :
gangguan menelan
gangguan pernafasan
gangguan jantung
PENATALAKSANAAN
1.
Setelah ada kecurigaan Skleroderma, perlu dilakukan pemeriksaan histopatologi dan lesi yang
dicurigai dan pemeriksaan radiologi untuk mencari kelainan sistemik.
2.
Secara umum belum ada pengobatan yang memuaskan untuk skleroderma, baik bentuk lokal
maupun sistemik.
3.
Pada bentuk lokal dapat dilakukan operasi bedah plastik atau injeksi triamcinolone asetonid
intra lesi, dengan dosis 1 mg per lokasi suntikan, maksimal 10 lokasi suntik.
Pengobatan topikal dengan salep kortikosteroid (triamcinolone, bethametasone, dll) dapat
mencegah luasnya lesi.
4.
Pada bentuk sistemik dapat digunakan kortikosteroid secara oral :
Prednisone : dosis awal 30 mg/hari, diturunkan secara perlahan-lahan hingga dosis
maintenance 2,5-5 mg/hari. Bisa diberikan juga vitamin E 200 i.u./hari selama 3-6 bulan. Juga
bisa digunakan Methyldopa 125-500 mg/hari, dinaikkan secara bertahap, dipertahankan 1-3
bulan sampai ada kemajuan klinis, kemudian diturunkan kembali.
5.
Perlu emolien dan sunscreen.
Kosmetik : - camouflage makeup : untuk dispigmentasi
- Laser untuk telengiektasis dan dispigmentasi
- Augmentation (autologous fat), untuk lesi atrofi
6.
Penanganan fenomena Raynaud :
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
- 66 -
MELASMA
BATASAN
Melasma adalah suatu hipermelanosis yang di dapat (acquired), terutama terdapat pada
daerah yang sering terpapar sinar matahari.
PATOFISIOLOGI
Patogenesis yang pasti tidak diketahui. Pada 1/3 kasus wanita dan kebanyakan pada pria
adalah idiopatik. Terutama pada wanita usia subur dan 10% terdapat pada laki-laki. Sering terjadi
eksaserbasi setelah paparan sinar matahari, kehamilan, penggunaan kontrasepsi oral dan obat-obat
anti epilepsi tertentu. Melasma juga ada hubungannya dengan faktor genetik dan kelainan endokrin.
Terutama terdapat pada bangsa Latin dan Asia. Tampak lebih jelas pada musim panas dan kurang
jelas pada musim dingin.
GEJALA KLINIS
Makula coklat, batas jelas, irreguler seperti peta dan biasanya simetris. Perjalanan penyakit
kronis dan mengalami eksaserbasi bila kena sinar matahari atau sinar buatan UVA dan UVB.
Melasma sering terjadi setelah kehamilan yang berulang-ulang dan dapat mengadakan resolusi
setelah melahirkan atau penghentian oral kontrasepsi.
Ada 3 bentuk klinis :
Bentuk sentrofasial : tersering, terutama pada pipi, dahi, vivir atas, hidung dan dagu.
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
- 68 -
KERATOSIS SEBOROIK
BATASAN
Keratosis seboroik adalah suatu tumor jinak yang berasal dari hiperplasia epidermis.
PATOFISIOLOGI
Diduga diwariskan secara autosomal dominan bersifat poligena 9melibatkan banyak gen),
sering muncul pada usia 40-50 tahun.
GEJALA KLINIS
1.
Sering multipel
2.
Diameter beberapa mm sampai beberapa cm (jarang lebih dari 3 cm)
3.
Berbatas jelas sedikit meninggi
4.
Warna kecoklatan
5.
Permukaan seperti beludru sampai verukosa
6.
Konsistensi lunak
7.
Lokasi terutama pada area seboroik seperti wajah, leher, dada, perut, punggung
DIAGNOSIS
Berdasarkan gejala klinis
Dengan kaca pembesar ditemukan tanda khas berupa sutura-sutura halus pada permukaan. Bila
meragukan dapat dilakukan pemeriksaan histopatologis.
DIAGNOSIS BANDING
1.
Veruka vulgaris
2.
Nevus melanositik
3.
Keratosis aktinik
4.
Melanoma maligna
5.
Basalioma
PENYULIT
Infeksi sekunder
PENATALAKSANAAN
1.
Eksekohleasi
2.
Hefrycauter (fulgurasi)
3.
Kraioterapi
WEWENANG
- 69 -
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
ALOPESIA AREATA
BATASAN
Alopesia areata merupakan kelainan yang ditandai hilangnya rambut (kebotakan) pada satu
atau beberapa area paling sering terjadi pada kepala, bersifat asimtomatis.
PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor predisposisi :
1.
Genetik
2.
Pencetus : bakteri, bahan kimia, neuropeptida
3.
Di duga merupakan penyakit autoimun.
GEJALA KLINIS
Lesi tunggal maupun multipel berupa kebotakan (hilangnya rambut secara total) berbentuk
bulat atau oval berbatas tegas permukaan kulit tampak licin, tidak didapatkan jaringan parut dan
tanda-tanda inflamasi meski kadang-kadang tampak eritema ringan, dan skuama halus. Pada lesi
yang aktif didapatkan exclamation point hair.
DIAGNOSIS
Berdasarkan gambaran klinis
Penunjang : histopatologis
DIAGNOSIS BANDING
1.
Tinea kapitis
2.
Trikotilomania
3.
Alopesia androgenetik
4.
Lues II
5.
Lupus eritematosus
PENYULIT
1.
Ophiasis : kebotakan meluas mengelilingi tepi bawah dan samping scalp.
2.
Alopesia totalis.
PENATALAKSANAAN
1.
Dapat sembuh sendiri
2.
Steroid oral sehari 3 kali 2 tablet, seminggu sekali diturunkan 1 tablet sampai sehari 1 kali 1
tablet
3.
Steroid intralesi (riamnisolone asetonide injeksi)
4.
Antralin / Dithranol 0,02% krim
- 70 -
Minoxidil 2% losion
PUVA (Psoralen-Ultra Violet A)
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
FLUOR ALBUS
BATASAN
Fluor albus adalah cairan kental keputihan yang keluar dari vagina dan rongga uterus.
Sinonim : leukorrhea
PATOFISIOLOGI
Tidak semua fluor albus bersifat patologis. Sekret vagina normal bersifat encer tidak kental,
tidak berwarna, tidak berbau dan biasanya terdapat pada forniks posterior, serta dipengaruhi oleh
kadar hormon sehingga jumlahnya akan meningkat pada pertengahan siklus haid.
Fluor albus yang patologis dapat disebabkan oleh :
1.
Bakterial vaginosis (BV)
Penyebab : hilangnya laktobasilus penghasil hidrogen peroksida sebagai flora
Normal vagina, sehingga menimbulkan pertumbuhan bakteri anaerobik yang
berlebihan
Gejala
: tanda-tanda peradangan sedikit sekali, didapatkan cairan vagina yang
Homogen dan berbau amis.
Laboratorium :
Sekret vagina berbau amis jika diteteskan KOH (tes sniff positif)
Mikroskopis : jumlah clue cells meningkat 20% dari jumlah sel epitel, lekosit normal <
30/lp.
Penatalaksanaan
Mitronidazole 500 mg sehari 2 kali peroral selma 7 hari atau 2 gram peroral dosis
tunggal
Alternatif : Metronidazole gel 0,75% - 1 aplikator (5gr) intravaginal sehari 2 kali selama
5 hari
3.
4.
5.
Sekret yang banyak menimbulkan rasa gatal dan perih pada vulva serta kulit di sekitarnya.
Bila jumlah kuman banyak sekali, akan tampak gambaran strawberry cervix pada servicks.
Laboratorium :
Mikroskopis : sediaan basah, tampak trikhomonas dengan pergerakan yang khas dan
peningkatan jumlah lekosit.
Metronidazole 500 mg sehari 2 kali peroral selama 7 hari atau 2 gram peroral dosis
tunggal
Mikroskopis : bentuk ragi, blastospora bentuk lonjong, pseudohifa seperti sosis panjang
bersambung, kadang-kadang hifa asli bersepta.
Penatalaksanaan :
1. Miconazole / Clotrimazole 200 mg intravaginal perhari selama 3 hari
2. Clotrimazole 500 mg intravaginal dosis tunggal
3. Nystatin 100.000 IU intravaginal perhari selama 14 hari
4. Tablet ketoconazole sehari 2 kali 1 tablet selama 7 hari
Cervicitis gonorhoe (lihat gonore)
Non Spesifik Genital Infeksi (NSGI) (lihat Uretritis non gonore)
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
- 72 -
GONOROE
BATASAN
Gonoroe adalah suatu penyakit menular sksual yang bersifat akut, disebakan oleh Neisseria
gonorrhoeae suatu kuman gram negatif, berbentuk biji kopi, letaknya intra atau ekstra seluler.
PATOFISIOLOGI
N. gonorrhoeae terbaik hidup pada udara yang mengandung 2-10% CO2, dengan suhu 35C
dan pH optimum 7,2 7,6. N. Gonorrhoeae dapat beradaptasi dengan keadaan mukosa yang basah,
membelah diri dengan cepat, menghasilkan keradangan yang eksudatif dan juga dapat masuk ke
aliran darah.
GEJALA KLINIS
Penularan terjadi melalui kontak seksual dengan penderita gonoroe. Masa tunas penyakit berkisar
antara 2-5 hari (1-14 hari).
Gejala yang didapatkan pada laki-laki :
1.
Keluhan (sakit) waktu kencing
2.
Orifisium uretra yang udem dan eritematus
3.
Sekret uretra yang purulen
Uretritis akut pada pria ini dapat menimbulkan komplikasi berupa :
a.
Cowperitis.
Sakit pada perineum
Disuri
Bila pecah keluar ke perineum, uretra dan rectum
b.
Prostatitis
Akut : nyeri yang sangat pada perineum dan suprasimfiser
Sakit sewaktu defekasi
Kronis : gejala seperti pada akut namun lebih ringan
c.
Epididimitis
Febris
- 73 -
d.
e.
f.
g.
Sakit sehingga sukar berjalan, udema pada epididimitis, kenyal dan rata kulit skrotum
menunjukkan tanda radang akut, funikulitis udema dan rata
Orkho-epididimitis : udema dan batas tidak jelas
Tysonitis, littritis : terjadi abses pada uretra
Seminal vesikulitis
Sistitis : polakisuri, yang prominem terminal hermaturi
3.
4.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan melalui :
1.
Anamnesis adanya coitus suspectus, fellatio atau cunillingus.
2.
Gejala klinis
3.
Pemeriksaan laboratorium yang positif.
PENATALAKSANAAN
1.
Gonore tanpa komplikasi (cerviks, uretra, rectum dan faring)
a.
Ciprofloxacine 500 mg per oral dosis tunggal
b. Ofloxacine 400 mg per oral dosis tunggal
c.
Cefixime 400 mg per oral dosis tunggal
d. Ceftriaxone 250 mg im dosis tunggal
Bila diduga ada infeksi campuran dengan chlamydia dapat ditambahkan :
e.
Erytromycine 500 mg sehari 4 kali per oral selama 7 hari
f.
Doxycycline 100 mg/ sehari 2 kali per oral selama 7 hari
2.
Gonore dengan komplikasi sistemik
a.
Meningitis dan endocarditis
Ceftriaxone 1-2 g iv setiap 12 jam, untuk meningitis dilanjutkan 10-14 hari dan untuk
endocarditis diteruskan paling sedikit 4 minggu.
b. Artritis, tenosynovitis dan dermatitis
Ciprofloxacine 500 mg iv setiap 12 jam
Ofloxacine 400 mg setiap 12 jam
Cefotaxime 1 g iv setiap 8 jam
Ceftriaxone 1 g im/iv tiap 24 jam
3.
Gonore pada bayi dan anak
a.
Sepsis, arthritis, meningitis atau abses kulit kepala pada bayi
Ceftriaxone 25-50 mg/kg/hari im/iv 1 kali sehari selama 7 hari
Cefotaxime 25 mg/kg iv/im setiap 12 jam selama 7 hari
Bila terbukti meningitis lama pengobatan menjadi 10-14 hari
- 75 -
4.
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
Disuri
Polakisuri
- 76 -
Gatal
Keluar sekret jernih sampai keruh atau berupa lendir atau bercak pada celana
Pada pemeriksaan fisik meatus eksternus dapat udem dan kemerahan atau juga tidak terdapat
kelainan.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1.
Pemeriksaan mikroskopis apusan sekret uretra/serviks
a.
Pewarnaan gram : tidak dijumpai diplokokus gram negatif, lekosit > 5 pada hapusan
sekret uretra dan > 30 pada hapusan sekret serviks.
b. Sediaan basah : tidak ditemukan Trichomonas vaginalis.
2.
Pembiakan
Chlamydia trachomatis dapat dibiakkan dalam biakan monolayer seperti Mc Coy dan BHK.
Biakan positif bila pada hari ketiga tumbuh kuman.
3.
Metode penentuan antigen
a.
Pewarnaan imunofluoresen
b. ELISA
4.
Polimerase Chain Reaction
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan melalui :
1.
Anamnesis
2.
Gejala klinis
3.
Pemeriksaan laboratorium
PENATALAKSANAAN
1.
Doxycycline 100 mg sehari 2 kali per oral selama 7 hari
2.
Erythromycine 500 mg sehari 3 kali per oral selama 7 hari
3.
Tetracycline 500 mg sehari 3-4 kali per oral selama 7 hari
4.
Azithromycine 1 gr oral dosis tunggal
UNG yang disebabkan Trichomonas pengobatannya sesuai dengan Trichomoniasis vaginalis.
Setelah pengobatan UNG dilakukan kontrol minimal 3 kali dengan interval 7 hari.
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
- 77 -
SIFILIS
BATASAN
Sifilis adalah suatu penyakit akibat hubungan seksual yang disebabkan oleh Treponema
(Spirochaeta) pallidum, dapat menjangkit seluruh organ tubuh serta dapat menembus plasenta, dan
perjalanan klinisnya melewati beberapa stadium.
PATOGENESIS
Penyakit ini menular melalui kontak langsung dari infeksi yang infeksius, Spirochaeta masuk
melalui mukosa membran yang intak dan kulit yang rusak, kemudian menghasilkan reaksi inflamasi
pada host dan membentuk chancre. Dalam waktu yang singkat Spirochaeta masuk dalam aliran
darah menuju ke setiap organ dalam tubuh.
GEJALA KLINIS
Perjalanan klinis penyakit ini mempunyai beberapa stadium, antara lain :
1.
Stadium I (Sifilis Primer)
2.
Stadium II (Sifilis Sekunder)
3.
Latent syphilis : Early latent syphilis dan Late Latent syphilis
4.
Stadium III (Sifilis Tersier)
Stadium I dan II disebut juga sifilis dini (early syphilis).
Stadium III disebut sifilis lanjut (late syphilis).
Batas late dan early syphilis 3 tahun.
- 78 -
2.
3.
e.
Erythromycin 500 mg sehari 4 kali per oral selama 4 minggu
f.
Cefriaxone 200 mg sehari im selama 10 hari
Late Syphillis
a.
Benzathine Penicillin G 2,4 juta unit im satu minggu sekali selama 3 minggu
b. Doxycycline 100 mg sehari 2 kali per oral selama 4 minggu
c.
Tetracycline 500 mg sehari 4 kali per oral selama 4 minggu
Latent Syphilis
a.
Early latent syphilis : Benzathine Penicilline G 2,4 juta unit im dosis tunggal
b. Late latent syphilis : Benzathine Penicilline G 2,4 juta unit im satu minggu sekali selama
3 minggu
c.
Bila alergi terhadap penicillin dapat diberikan :
Doxycycline 100 mg sehari 2 kali per oral selama 4 minggu
Tetracycline 500 mg sehari 4 kali per oral selama 4 minggu
Erythromycine 500 mg sehari 4 kali per oral selama 4 mingu
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
LIMFOGRANULOMA VENEREUM
BATASAN
Limfogranuloma venereum merupakan penyakit menuloar seksual yang disebabkan oleh
chlamydia trachomatis serotipe L1, I2 dan L3 yang terutama menyerang sistem getah bening di
daerah genitalia eksterna, rektum dan anus.
PATOFISIOLOGI
Penyakit ini ditularkan melalui kontak seksual. Penyebabnya bisa didapatkan pada serviks
wanita yang tidak menunjukkan keluhan apa-apa.
Tempat masuknya mikroorganisme terutama daerah genital tetapi dapat juga melalui rektum dan
faring. Masa inkubasinya berkisar antara 3-20 hari.
GEJALA KLINIS
Ada 2 stadium yaitu :
1.
Stadium dini
a.
lesi primer di genital
b. sindrom inguinal
- 81 -
Stadium lanjut
a.
estiomen
b. sindrom anorektal
Lesi primer
Lesi bisa berbentuk macam-macam (papul, vesikel, erosi, ulkus dan uretritis). Lesi tidak sakit
dan cepat menghilang walaupun tanpa pengobatan. Pada laki-laki lokasinya di sulkus koronarius,
frenulum, preputium, glans penis, batang penis, uretra dan skrotum. Pada wanita dapat ditemukan di
labia, dinding depan dan dinding belakang vagina dan bagian posterior serviks. Lesi ekstragenital
terjadi pada mulut, jari, anus dan rektum.
Sindrom inguinale
Timbul beberapa hari sampai beberapa minggu setelah lesi primer menghilang.
Kelenjar limfe inguinal membesar dan sakit (limfadenitis) disertai perilimfadenitis sehingga terjadi
perlekatan satu kelenjar dengan yang lainnya (bentukan paket) kulit di atasnya merah, teraba panas
dan sakit bila di sentuh. Kelenjar femoral juga mengalami hal yang serupa. Diantara kedua kelenjar
limfe terdapat ligamentum inguinal Pouparti sehingga membentuk cekungan yang disebut sign of
groove. Pembesran kelenjar femoral, inguinal superfisial dan profundus menyebabkan bentuk
seperti tangga yang disebut ettage bubo. Sindrome ini umumnya terjadi pada laki-laki karena pada
wanita lesi primer umumnya terletak lebih dalam sehingga drainase terjadi pada kelenjar limfe di
daerah perlvis.
Estioma
Timbul 2-10 tahun setelah manifestasi dini yng tidak diobati sempurna. Terjadi karena kerusakan
saluran dan kelenjar limfe (terjadi bendungan) sehingga terjadi udema dan fibrosis. Pada laki-laki
berupa elephantiasis skrotum dan pada wanita berupa elephantiasis vulva (mulai klitoris sampai
anus)
Sindroma anorektal
Terjadi pada wanita. Gejala klinis berupa proktitis, peripoktitis dan striktura rektum, abses periektal,
fistularekto-vesikel/rekto-vaginal. Buchblatt condyloma yaitu elephantiasis vulva yang tercepit
sehingga pipih berlipat (menyerupai kondiloma)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1.
Tes GPR (Gatte papacosta Reaction) : 2 cc serum penderita + 1-2 tetes formalin 40% biarkan
24 jam. Positif bila terjadi penggumpalan (serum menjadi beku). Tes ini tidak spesifik.
2.
Tes Frei : 0,1 ml antigen disuntikkan intradermal pada bagian volar lengan bawah. Positif bila
terjadi indurasi > 6 mm setelah 48 72 jam penyuntikan. Hasil positif ini akan berlangsung
lama bahkan mungkin seumur hidup dan hasil juga positif pada infeksi oleh chlamydia yang
lain.
3.
pengecatan Giemsa : bahan diambil dari pus bubo. Cara ini digunakan untuk menemukan
badan inklusi Chlamydia yang khas.
4.
Tes serologi : Complement Fixation Test (CFT), Radio Isotop Precipitation (RIP) dan micro
immunofluorescence (micro-IF) typing. CFT positif bila titernya 1 : 64 atau lebih, ini artinya
terdapat infeksi LGV yang aktif. CFT dapat tetap tinggi atau rendah sampai beberapa tahun.
Penurunan titer dapat menunjukkan keberhasilan terapi. Titer rendah ditemukan pada kasus
inaktif dan infeksi Chlamydia lain. RIP dan micro IF typing lebih sensitif dan spesifik
dibandingkan CFT terapi caranya lebih rumit dan mahal.
- 82 -
Kultur jaringan : dilakukan di dalam yolk sac embrio ayam atau dalam biakan sel dengan
bahan pemeriksaan dari aspirasi pus bubo yang belum pecha. Gunanya untuk konfirmasi
diagnosis.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis (coitus suspectus), gejala klinis dan tes serologi.
PENATALAKSANAAN
1.
Doxycycline 100 mg sehari 2 kali selama 21 hari (obat pilihan yang direkomendasikan WHO)
2.
Erythromycine stearat 500 mg sehari 4 kali selama 21 hari
3.
Sulfanomida 3-5 gr sehari selama 14 hari
4.
Cotrimoxazole 2 tablet sehari 3 kali selama 7 hari
5.
Tetracycline HCl 500 mg sehari 4 kali selama 14 hari
6.
Tindakan pembedahan pada kasus :
elephantiasis labia : vulvektomi atau labeiktomi
sindrom anorektal : dilatasi dengan boigue atau kolostomi bila obstruksinya total, abses
perianal dan perirektal : drainase
elephantiasis penis dan skrotum : operasi plastik.
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
YANG MENANGANI
KONDILOMA AKUMINATUM
BATASAN
Kondiloma akuminatum (bila banyak kondilomata akuminata) adalah penyakit menular
seksual yang disebabkan oleh Virus Papiloma Humanus (VPH) dengan kelainan berupa
fibroepitelioma pada kulit dan mukosa.
Sinonim : penyakit jengger ayam, kutil kelamin, genital warts.
ETIOLOGI
VPH merupakan virus DNA golongan famili Papovaridae yang merupakan virus
epiteliotropik. Lebih dari 70 tipe VPH telah dapat diidentifikasi, tetapi yang dianggap berhubungan
dengan kondiloma akuminata sekitar 23 tipe, terutama tipe 6 dan 11.
GEJALA KLINIS
Masa inkubasi seringkali sukar ditentukan secara tepat dan dapat bervariasi antara 3 minggu
8 bulan (rata-rata 3 bulan). Gambaran klinis sangat bervariasi, berupa suatu vegetasi bertangkai
- 83 -
Kandiloma latum (kondilomata lata : bila lesi banyak) : Lues stadium 2. Berupa papul-papul
dengan permukaan yang lebih halus dan bentuk lebih bulat. Terdapat pada daerah lipatan yang
lembab seperti vulva dan anus.
Karsinoma sel skuamosa : vegetasi seperti kembang kol, mudah berdarah dan berbau.
PENATALAKSANAAN
1.
Kemoterapi
Podofilotoksin 0,5%
Reaksi iritasi lebih jarang dibandingkan tingtura podofilin. Dioleskan 2 kali sehari
selama 3 hari berturut-turut.
Bedah skalpel
Bedah beku : mudah dilakukan dan tidak membutuhkan anestesi lokal. Dengan memakai
lidi kapas, nitrogen cair diletakkan pada lesi selama 10-20 detik.
3.
laser karbondioksida
4.
Interferon
- 84 -
Imunoterapi
PROGNOSIS
Baik, tetapi sering residif
WEWENANG
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, PPDS Kulit dan Kelamin, Dokter UGD dan Dokter
Umum yang bekerja di bagian Kulit dan Kelamin.
UNIT YANG MENANGANI
- 85 -
- 86 -
- 87 -
- 88 -
- 89 -
- 90 -