Laporan Kepadatan Lalat Tps

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

BAB.

I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Sistem Kesehatan Nasional dan Rencana Pokok Program
Reformasi di Bidang Kesehatan telah digariskan bahwa tujuan Reformasi
Kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal
sebagai salah satu unsur kesepakatan umum dari tujuan nasional.
Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan adalah
jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup besar, dan
distribusi yang belum merata, tingkat pendidikan dalam sosial ekonomi
masyarakat yang masih rendah.
Keadaan lingkungan fisik dan biologis yang belum memadai,
dimana baru sebagian kecil saja penduduk/orang yang dapat menikmati air
bersih dan penggunaan pembuangan air kotor, sampah basah/kering yang
memenuhi syarat kesehatan, selain itu penyakit menular masih banyak
diderita oleh masyarakat.
Untuk merngatasi permasalahan tersebut diatas telah dirumuskan
dari salah satu langkah-langkah pelaksanaan upaya kesehatan antara lain
pengendalian dampak lalat. Hal ini memerlukan perhatian yang serius,
karena masih tingginya penyakit yang disebabkan dan ditularkan lalat.
Penyakit-penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain disentri,
kolera, typhus perut, diare dan lainnya yang berkaitan dengan kondisi
sanitasi lingkungan yang buruk. Penularan penyakit ini terjadi secara
mekanis, dimana kulit tubuh dan kaki-kakinya yang kotor tadi merupakan
tempat menempelnya micro-organisme penyakit yang kemudian lalat
tersebut hinggap pada makanan. Oleh karena demikian besar penyebaran
penyakit yang dapat ditularkan melalui lalat, maka perlu dilakukan
penngendalian lalat dengan cermat.
Lalat banyak jenisnya tetapi paling banyak merugikan manusia
adalah jenis lalat rumah (Musca domestica), lalat hijau (lucilia seritica),
lalat biru (Calliphora vomituria) dan lalat latirine (Fannia canicularis).

Dari beberapa jenis yang disebutkan di atas lalat rumah sudah


dikenal sejak lama sebagai pembawa penyakit. Lalat rumah ini tersebar
merata di berbagai penjuru dunia.
Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo
Dipthera, yaitu insekta yang mempunyai sepasang sayap berbentuk
membran. Lalat mempunyai sifat kosmopolitan, artinya kehidupan lalat
dijumpai merata hampir diseluruh permukaan bumi. Diperkirakan
diseluruh dunia terdapat lebih kurang 85.000 jenis lalat, tetapi semua jenis
lalat terdapat di Indonesia. Jenis lalat yang paling banyak merugikan
manusia adalah jenis lalat rumah (Musca domestica), lalat hijau (Lucilia
sertica), lalat biru (Calliphora vomituria) dan lalat latrine (Fannia
canicularis). Lalat juga merupakan spesies yang berperan dalam masalah
kesehatan masyarakat yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran
pencernaan. Vektor adalah arthropoda yang dapat memindahkan atau
menularkan agent infection dari sumber infeksi kepada host yang rentan
(Kusnoputranto, 2000).
Lalat umumnya mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang
sayap kecil yang digunakan untuk menjaga stabilitas saat terbang. Lalat
sering hidup di antara manusia dan sebagian jenis dapat menyebabkan
penyakit yang serius. Lalat disebut penyebar penyakit yang sangat serius
karena setiap lalat hinggap di suatu tempat, kurang lebih 125.000 kuman
yang jatuh ke tempat tersebut. Lalat sangat mengandalkan penglihatan
untuk bertahan hidup. Mata majemuk lalat terdiri atas ribuan lensa dan
sangat peka terhadap gerakan. Beberapa jenis lalat memiliki penglihatan
tiga dimensi yang akurat (Suska, 2007).
Penularan penyakit terjadi secara mekanis, dimana bulubulu
badannya, kaki-kaki serta bagian tubuh yang lain dari lalat merupakan
tempat menempelnya mikroorganisme penyakit yang dapat berasal dari
sampah, kotoran manusia, dan binatang. Bila lalat tersebut hinggap ke
makanan manusia, maka kotoran tersebut akan mencemari makanan yang
akan oleh manusia sehingga akhirnya akan timbul gejala sakit pada
manusia yaitu sakit pada bagian perut serta lemas. Penyakit-penyakit yang

ditularkan oleh lalat antara lain disentri, kolera, thypus perut, diare dan
lainnya yang berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk
(Depkes, 2001).
1. Pola Hidup Lalat
Adapun pola hidup lalat adalah sebagai berikut (Depkes, 1992):
a. Tempat Perindukan
Tempat yang disenangi lalat adalah tempat basah, bendabenda organik, tinja,sampah basah, kotoran binatang, tumbuhtumbuhan busuk. Kotoran yang menumpuk secara kumulatif sangat
disenangi oleh lalat dan larva lalat, sedangkan yang tercecer
dipakai tempat berkembang biak lalat.
b. Jarak Terbang
Jarak terbang sangat tergantung pada adanya makan yang
tersedia. Jarak terbang efektif adalah 450.900 meter. Lalat tidak
kuat terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan
terbang mencapai 1 km.
c. Kebiasaan Makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari makanan
yang satu ke makanan yang lain. Lalat sangan tertarik pada makan
yang dimakan oleh manusia sehari-hari, seperti gula, susu, dan
makanan lainnya, kotoran manusia serta darah. Sehubungan
dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cair atau
makan yang basah, sedangkan makan yang kering dibasahi oleh
ludahnya terlebih dahulu lalu dihisap.
d. Tempat Istirahat
Pada siang hari, bila lalat tidak mencari makan, mereka
akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-langit, jemuran
pakaian, rumput-rumput, kawat listrik, serta tempat-tempat dengan
yang tepi tajam dan permukaannya vertikal. Biasanya tempat
istirahat ini terletak berdekatan dengan tempat makannya atau
tempat berkembang biaknya, biasanya terlindung dari angin.
Tempat istirahat tersebut biasanya tidak lebih dari 4,5 meter di atas
permukaan tanah.
e. Lama Hidup

Pada musim panas, berkisar antara 2-4 pekan. Sedangakan


pada musim dingin bisa mencapai 20 hari.
f. Temperatur
Lalat mulai terbang pada temperatur 15oC dan aktifitas
optimumnya pada temperatur 21oC. Pada temperatur di bawah
7,5oC tidak aktif dan diatas 45oC terjadi kematian.
g. Kelembaban
Kelembaban erat kaitannya dengan temperatur setempat.
h. Cahaya
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototrofik, yaitu
menyukai cahaya. Pada malam hari tidak aktif, namun dapat aktif
dengan adanya sinar buatan.
2. Kepadatan Lalat
Upaya untuk menurunkan populasi lalat adalah sangat penting,
mengingat dampak yang ditimbulkan. Untuk itu sebagai salah satu cara
penilaian baik buruknya suatu lokasi adalah dilihat dari angka
kepadatan lalatnya. Dalam menetukan kepadatan lalat, pengukuran
terhadap populasi lalat dewasa tepat dan biasa diandalkan daripada
pengukuran populasi larva lalat.
Tujuan dari pengukuran angka kepadatan lalat adalah untuk
mengetahui tentang :
a. Tingkat kepadatan lalat
b. Sumber-sumber tempat berkembang biaknya lalat
c. Jenis-jenis lalat
d. Lokasi pengukuran kepadatan lalat adalah yang berdekatan dengan
kehidupan/kegiatan

manusia

karena

berhubungan

dengan

kesehatan manusia, antara lain (Depkes, 1992):


a) Pemukiman penduduk
b) Tempat-tempat umum (pasar, terminal, rumah makan, hotel,
dan sebagainya)
c) Lokasi sekitar Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sampah
yang berdekatan dengan pemukiman
d) Lokasi sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang
berdekatan dengan pemukiman
Untuk mengetahui angka kepadatan lalat disuatu wilayah
dilakukan

dengan

cara

mengukur

angka

kepadatan

Pengukuran populasi lalat hendaknya dapat dilakukan pada :

lalat.

1) Setiap kali dilakukan pengendalian lalat (sebelum dan sesudah)


2) Memonitoring secara berkala, yang dilakukan setidaknya 3
bulan sekali.
3. Interpretasi Kepadatan Lalat
Angka rata-rata penghitungan lalat merupakan petunjuk
(indeks) populasi pada suatu lokasi tertentu. Sedangkan sebagai
interprestasi hasil pengukuran indeks populasi lalat pada setiap lokasi
atau fly grill adalah sebagai berikut :
a. 0 2 : Rendah atau tidak menjadi masalah
b. 3 5 :Sedang dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempattempat berkembang biakan lalat (tumpukan sampah, kotoran
hewan, dan lain-lain)
c. 6 2 : Tinggi/padat dan perlu pengamanan terhadap tempattempat berkembang biakan lalat dan bila mungkin direncanakan
upaya pengendaliannya.
d. > 21 :Sangat tinggi/sangat

padat

dan

perlu

dilakukan

pengamanan terhadap tempattempat perkembangbiakan lalat dan


tindakan pengendalian lalat.
Lalat menyukai tempat-tempat yang berbau menyengat dan
tempat yang cukup lembab. Keberadaan lalat memang cukup
mengganggu,

tidak

hanya

dalam

estetika

saja,

tetapi

juga

menyebabkan penyakit. Seperti di TPS Ngabean dimana tidak jauh


dari lokasi tersebut yang hanya berjarak 5 meter terdapat beberapa
warung makan yang tentunya hal ini dapat mengganggu sanitasi
makanan di lokasi tersebut. Maka kami mencoba membuat rekayasa
fly grill yang bertujuan pada umumnya alat tersebut dibuat yaitu
mengetahui jumlah kepadatan lalat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Praktikum fly grill dan bait trap ini secara umum ingin
mengetahui angka kepadatan lalat di TPS.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui TPS di tempat-tempat permukiman penduduk.
b. Mengetahui cara kerja masing-masing alat.
c. Mengetahui jenis atau spesies lalat

C. Manfaat
1. Dapat mengetahui angka kepadatan lalat di TPS permukiman rumah
warga.
2. Mengetahui jenis atau species di masing-masing lalat.
3. Dapat menanggulangi penyakit yang disebabkan oleh lalat.

BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA
Lalat umumnya mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil
yang digunakan untuk menjaga stbilitas saat terbang. Lalat sering hidup di antara
manusia dan sebagian jenis dapat menyebabkan penyakit yang serius. Lalat
disebut penyebar penyakit yang sangat serius karena setiap lalat hinggap di suatu
tempat, kurang lebih 125.000 kuman yang jatuh ke tempat tersebut. Lalat sangat
mengandalkan penglihatan untuk bertahan hidup. Mata majemuk lalat terdiri atas
ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Beberapa jenis lalat memiliki
penglihatan tiga dimensi yang akurat (Suska, 2007).
Mata lalat dapat mengindra getaran cahaya 330 kali per detik. Ditinjau dari
sisi ini, mata lalat enam kali lebih peka daripada mata manusia. Pada saat yang
sama, mata lalat juga dapat mengindra frekuensi-frekuensi ultraviolet pada
spektrum cahaya yang tidak terlihat oleh kita. Perangkat ini memudahkan lalat
untuk menghindar dari musuhnya, terutama di lingkungan gelap. Namun
demikian, lalat juga bertindak sebagai vektor mekanis dari suatu penyakit,
umumnya penyakit perut atau gastro enteritis. Lalat, seperti serangga pada
umumnya, mempunyai kepekaan (sensitivitas) terhadap berbagai perbedaan
panjang gelombang cahaya (warna).

Tujuan dari pengukuran angka kepadatan lalat adalah untuk mengetahui


tentang :
a. Tingkat kepadatan lalat
b. Sumber-sumber tempat berkembang biaknya lalat
c. Jenis-jenis lalat
Lokasi pengukuran kepadatan lalat adalah yang berdekatan dengan
kehidupan/kegiatan manusia karena berhubungan dengan kesehatan manusia,
antara lain (Depkes, 1992):
1. Pemukiman penduduk
2. Tempat-tempat umum (pasar, terminal, rumah makan, hotel, dan
sebagainya)
3. Lokasi sekitar Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sampah yang
berdekatan dengan pemukiman
4. Lokasi sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang berdekatan

dengan pemukiman
Untuk mengetahui angka kepadatan lalat disuatu wilayah dilakukan
dengan cara mengukur angka kepadatan lalat. Pengukuran populasi lalat
hendaknya dapat dilakukan pada :
a. Setiap kali dilakukan pengendalian lalat (sebelum dan sesudah)
b. Memonitoring secara berkala, yang dilakukan setidaknya 3 bulan sekali.
Angka rata-rata penghitungan lalat merupakan petunjuk (indeks) populasi
pada suatu lokasi tertentu. Sedangkan sebagai interprestasi hasil pengukuran
indeks populasi lalat pada setiap lokasi atau block grill adalah sebagai berikut :
1. 0 2 : Rendah atau tidak menjadi masalah
2. 3 5 : Sedang dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat
berkembang biakan lalat (tumpukan sampah, kotoran hewan, dan lainlain)
3. 6 20 : Tinggi/padat dan perlu pengamanan terhadap tempat - tempat
berkembang biakan lalat dan bila mungkin direncanakan upaya
pengendaliannya.
4. 21 keatas : Sangat tinggi/sangat padat dan perlu dilakukan pengamanan
terhadap tempat tempat perkembangbiakan lalat dan tindakan
pengendalian lalat.
Kepadatan lalat disuatu tempat perlu diketahui untuk menentukan apakah
daerah tersebut potensial untuk terjadinya fly borne diseases atau tidak. metode
pengukuran kepadatan lalat yang populer dan sederhana adalah dengan

menggunakan alat flygrill. Prinsip kerja dari alat ini didasarkan pada sifat lalat
yang menyukai hinggap pada permukaan benda yang bersudut tajam vertikal.
Lokasi yang perlu dilakukan pengukuran kepadatan lalat, utamanya adalah
perumahan, rumah makan dan tempat pembuangan sampah.
Prosedur pengukuran kepadatan lalat :
1. Fly grill diletakkan mendatar pada titik lokasi pengukuran
2. Setiap titik lokasi dilakukan 10x pengukuran
3. Selama 30 detik lalat yang hinggap di fly grill dihitung.
Setelah prosedur diata dilakukan, kepadatan lalat dicatat dilembar isian.
Formulir ini diisi tiap kali pengukuran dengan lama waktu 30 detik. Penentuan
tingkat kepadatan lalat dihitung dengan cara diambil 5 dari 10 pengukuran yang
paling banyak, elanjutnya di rata-rata. Hasil ini dibandingkan dengan standart
berikut :
Indeks Kepadatan Lalat
a. Jarang
:<2
b. Sedang
: 2-20
c. Tinggi
: > 20
Keuntungan penggunaan flygrill diantaranya adalah mudah, cepat dan
murah. Dengan demikian dapat dengan cepat menentukan kriteria suatu daerah
potensial atau tidak.
Kendati demikian, flygrill mempunyai beberapa kelemahan. Utamanya
adalah bahwa flygrill sangat tidak cocok untuk menghitung kepadatan lalat,
dimana populasinya sangat banyak atau sangat sedikit. Dalam kondisi seperti itu,
penghitungan kepadatan lalat dengan flygrill, hasilnya tidak dapat mewakili
keadaan yang sesungguhnya.
Lalat banyak sekali jenisnya dan yang paling banyak merugikan manusia
adalah jenis lalat rumah (Musa domestica), lalat hijau (lucilia) , lalat biru
(calliphora vomituria) dan lalat latrine (Fannia canicularis). Dari beberapa jenis
yang disebutkan diatas lalat rumah tertentu pemakan makanan yang berbau busuk
biasa dia memakan bahan berbentuk cairan seperti : Sirup, Susu, buah-buahan
dan sayuran yang basah dan membusuk, sputum, kotoran, air dia juga mencemari
makanan pada kulit/tubuh yang basah seperti mulut, lubang hidung, mata pada
luka serta pada daging kemudian lalat hinggap pada keju, gula, dan makanan lain
lalat memakan makanan kering dengan bantuan dia mengeluarkan air liurnya yang

mengandung penyakit kemudian dihisapnya kembali makanan tadi hingga lalat


sudah dikenal sejak lama sebagai pembawa penyakit.
Lalat rumah ini tersebar merata di berbagai penjuru dunia, beberapa
penyakit yang ditularkan melalui makanan oleh lalat ini seperti disentri, kholera,
typhoid, diare gatal-gatal pada kulit.
Penyakit tersebut disebabkan karena sanitasi lingkungan yang buruk
Penularan ini terjadi secara mekanis, dimana kulit tubuh dan kaki-kakinya yang
kotor tadi merupakan tempat menenmpelnya micro organisme penyakit perut
kemudian hinggap pada makanan.
Lalat Rumah, lalat hijau, lalat biru dapat membawa kuman dari sampah
atau kotorannya kepada makanan dan menimbulkan penyakit bawaan makanan.
Lalat membawa bacteri pada tubuh dan kaki-kakinya, Sewaktu lalat menikmati
makanan ia akan mencemari makanan melalui cairan yang dikeluarkan oleh
makanan yang dicerna dan masuk kembali kedalam permukaan makanan . Bila
lalat terlampau banyak maka lalat dapat membuang kotoran diatas makanan,
sehingga makanan menjadi tercemar oleh telor atau larva lalat, ada juga gangguan
kenyamanan

merusak

pemandangan

geli/jijik,

gatal-gatal

pada

kulit,

menimbulkan
tidak nyaman akhirnya napsu makan berkurang, selain itu dari segi estitika
terkesan jorok akibatnya dapat menjadi sumber complain bagi tamu karena
dianggap telah menjual makanan yang kotor.
Lalat pengganggu umumnya mati dengan insektisida berupa tepung atau
semprotan yang dapat memusnakan telor, Lalat dewasa dan larvanya. Jika
penggunaan insektisida semprotan yang berizin akan menimbulkan sisa atau
iresidu, tentu saja penanganannya harus hati-hati terutama ditempat pengolahan
makanan karena bahan kimia (pestisida selain mencemari makanan langsung juga
akan mencemari peralatan atau terhirup langsung bila tidak hati-hati sewaktu
penyemprotan oleh sebab itu peralatan orang dan makanan harus jauh dan
peralatan/makanan diletakkan ditempat tertutup, karena perlu dipertimbangkan
faktor keamanannya bila mana akan menggunakan perusahaan pemberantas hama
(pest control) swasta. Pengetahuan tentang racun dan insektisida, kebiasaan dari
lalat serta resiko pencemaran harus diketahuinya dengan baik.

Lalat mengandalikan insting tertarik pada bau-bau yang has yaitu pada
sampah yang membusuk, telur-telur lalat perlu waktu 1 (satu) hari untuk
menetasnya larva dan diperlukan waktu 3 5 hari untuk berubah dari larva
menjadi pupa atau kepompong dan pada hari ke 7 (tujuh) pupa tersebut berubah
bentuk menjadi lalat dewasa, maka untuk memutuskan siklus hidup, penumpukan
sampah oleh karena peranan yang demikian besar dalam penyebaran penyakit dan
khususnya yang dapat ditularkan melalui makanan, peralatan, penjamah, dan
tempat dimana makanan tersebut berada perlu mendapat pengawasan yang cermat
terhadap lalat sehingga tidak mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia.

BAB. III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu
Praktikum

Pengendalian

Vektor

Binatang

Pengganggu

ini

dilaksanakan pada :
Hari / tanggal : Jumat, 2 Mei 2014
Pukul

: 14.00 selesai

Tempat

: TPS Amaco (Balitan) Banjarbaru

B. Jenis Kegiatan
Jenis dari kegiatan ini adalah penelitian angka kepadatan lalat
dengan menggunakan Fly Grill dan Bait Trap.
C. Alat dan Bahan
1.

Alat
Fly Grill warna hijau dan biru muda
Bait Trap
Thermometer suhu
Thermometer Kelembaban
Stopwatch
Counter
Meteran
Buku catatan
Pulpen
Kamera
2.
Bahan
a) Lalat
b) Masker
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)

B. Uraian Kegiatan
Menghitung angka kepadatan lalat ini cara kerjanya adalah :
1. Siapkan alat.
2. Cara kerja Fly Grill
1) Mengetahui tempat yang akan di lakukan pengukuran
2) Menentukan titik Sampling
3) Ukur suhu dan kelembaban
4) Letakkan Fly Grill hijau dan biru muda pada titik sampling

5) Jumlah lalat yang hinggap akan dihitung setiap interval 30 detik


Catatan : menghitung angka kepadatan lalat dengan cara
menghitung lalat yang hinggap di fly grill, meskipun lalat tersebut
terbang dan hinggap lagi.
6) Hitung angka kepadatan lalat dengan menggunakan stopwatch dan
counter.
7) Hitungan diulang sebanyak 10 kali, yaitu 30 detik dikali 10 = 300
detik atau 6 menit.
8) Dari jumlah 5 hasil, perhitungan terbanyak , dicari rata-rata.
Rumusnya :
Jumlah 5 terbesar lalat

5
3. Prosedur Kerja Bait Trap
1) Mengetahui Peta situasi
2) Tentukan titik Sampling
3) Ukur suhu dan Kelembaban
4) Letakkan Bait Trap pada titik Sampling. Jangan lupa member
umpan agar lalat yang terbang tertarik pada bau umpan dan masuk
ke trap.
5) Amati : Hindari gangguan
6) Setalah 8 jam, ambil dan hitung jumlah lalat
7) Lalat yang tertangkap warnai dengan Rodhamin B dan lepaskan.
8) Amati lagi pada hari hari keberikutnya
9) Setelah 8 jam, ambil dan hitung lagi jumlah lalat yang tertangkap.
10) Hitung density lalat secara keseluruhan.
Rumus :
AxN
R
Keterangan :
A = Jumlah lalat diwarnai dari penangkapan I
N = Jumlah lalat tertangkap dari penangkapan II

R = Jumlah lalat diwarnai tertangkap pada penangkapan II

BAB. IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1.
Data-data pada Fly Grill Hijau

No

30 Detik
KE

JUMLAH
LALAT

SUHU
(0C)

RH
(%)

1.

Satu

10 ekor

2.

Dua

14 ekor

3.

Tiga

7 ekor

71

4.

Empat

9 ekor

70

5.

Lima

29 ekor

6.

Enam

14 ekor

7.

Tujuh

17 ekor

74
32

34

74

67
67

36

64

KETERANGAN
DI DALAM
CONTAINER
SAMPAH

8.

Delapan

17 ekor

65

9.

Sembilan

20 ekor

63

10

Sepuluh

17 ekor

61

Nilai kepadatan lalat :


2.

ekor/grill

Data-data pada Fly Grill Biru muda

No 30 Detik Ke

JUMLAH
LALAT

SUHU
(0C)

RH
(%)

1.

Satu

15 ekor

36

60

2.

Dua

11 ekor

36

58

3.

Tiga

15 ekor

59

4.

Empat

9 ekor

58

5.

Lima

7 ekor

59

6.

Enam

9 ekor

7.

Tujuh

20 ekor

58

8.

Delapan

13 ekor

58

9.

Sembilan

17 ekor

57

10

Sepuluh

7 ekor

57

Nilai kepadatan lalat:

38

58

KETERANGAN

DI DALAM
CONTAINER
SAMPAH

ekor/grill

3.

Data-data pada Bait Trap

15 Menit

JUMLAH
LALAT

SUHU
(0C)

RH
(%)

KETERANGAN

1 kali
pengukuran

Tidak ada
yang
tertangkap

37

58

DI DALAM
CONTAINER
SAMPAH

B. Pembahasan
Untuk jumlah total nilai keseluruhan angka kepadatan lalat pada
Fly Grill berwarna hijau adalah 20 ekor/grill, sedangkan untuk Fly grill
berwarna biru muda (menyerupai warna putih) memperoleh nilai angka
kepadatan lalat sebanyak 16 ekor/grill. Itu berarti warna sangat
memperngaruhi jumlah lalat yang hinggap. Lalat menyukai warna seperti
buah-buahan atau sayuran.
Dari jumlah angka keseluruhan di kedua grill tersebut, yaitu 20 dan
16, dapat di interprtasikan dalam nilai berkisar 6-20 yang artinya
Tinggi/padat dan perlu pengamanan terhadap tempat- tempat berkembang
biakan lalat dan bila mungkin direncanakan upaya pengendaliannya.
Sedangkan dalam pengukuran angka kepadatan lalat, di TPS kali
ini tidak ada satu ekor pun lalat yang tertangkap. Hal ini di karenakan
kemungkinan waktu yang dipasang untuk bait trap tidak maksimal. Yang
seharusnya 8 jam menjadi 10-15 menit saja.
Dalam praktikum kali ini, Lokasi TPS yang dihitung angka
kepadatan lalatnya yaitu di TPS Amaco (Balitan) Banjarbaru.
Fly Grill dan bait trap adalah dua alat yang mempunyai tujuan
yang sama, yaitu :
1. Untuk menentukan density lalat.
2. Menentukan jenis atau spesies lalat
3. Menentukan fauna lalat.
Fly grill dan Bait Trap sama-sama mudah dalam pengoperasiannya,
mudah di bawa kemana-mana dan tahan lama. Bedanya hanya Fly Grill

dapat langsung mengetahui tingkat kepadatan dengan cara menghitung


Lalat yang terbang dan hinggap lagi, sedangkan Bait trap measang upan
terlebih dahulu, setelah terperangkap barulah lalat tersebut dihitung.
Angka rata-rata penghitungan lalat merupakan petunjuk (indeks)
populasi pada suatu lokasi tertentu. Sedangkan sebagai interprestasi hasil
pengukuran indeks populasi lalat pada setiap lokasi atau fly grill dan Bait
Trap adalah sebagai berikut :
a. 0 2

: Rendah atau tidak menjadi masalah

b. 3 5

: Sedang dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat


tempat berkembang biakan lalat (tumpukan sampah,
kotoran hewan, dan lain-lain)

c. 6 20

: Tinggi/padat dan perlu pengamanan terhadap tempat

tempat berkembang biakan lalat dan bila mungkin direncanakan upaya


pengendaliannya.
d. > 21

:Sangat

tinggi/sangat

padat

dan

perlu

dilakukan

pengamanan terhadap tempattempat perkembangbiakan lalat dan


tindakan pengendalian lalat.
1. Penyakit yang ditularkan oleh lalat serta gejala-gejalanya .
a. Desentri penyebaran bibit penyakit yang dibawa oleh lalat
rumah yang berasal dari sampah, kotoran manusia/hewan
terutama melalui bulu-bulu badannya, kaki dan bagian tubuh
yang lain dari lalat dan bila lalat hinggap kemakanan manusia
maka kotoran tersebut akan mencemari makanan yang akan
dimakan oleh manusia, akhirnya timbul gejala pada manusia
yaitu sakit pada bagian perut, lemas karena terlambat peredaran
darah dan pada kotoran terdapat mucus dan push.
b. Diare cara penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala
sakit pada bagian perut, lemas dan pecernaan terganggu.
c. Typhoid cara penyebaran sama dengan desentri, gangguan
pada usus, sakit pada perut, sakit kepala, berak darah dan
demam tinggi.

d. Cholera penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala


muntah-muntah, demam, dehydrasi.
2. Epidemiologi:
a. Cholera yang tersebar diseluruh dunia tidak terganggu pada
iklim,

Hygiene

perorangan

yang

buruk

serta

sanitasi

lingkungan yang rendah mempunyai pengarah langsung


terhadap

Incidence cholera. Penyediaan air bersih yang

memadai mencegah kontak lalat atau lipas terhadap makanan


dan minuman serta pelaksanaan karantina bagi penderita
cholera dapat mengurangi kejadian cholera zizuepidemi cholera
disuatu daerah.
b. Disentry basiller seperti halnya clolera, desentri basiler
berkaitan langsung dengan kebersihan perorangan dan sanitasi
lingkungan, di Indonesia penyakit ini sering terjadi pada
pemukiman yang dengan kualitas pemukiman yang buruk dan
selain itu penyakit sering menyerang dan terjadi pada anakanak.
c. Desentri amoeba hampir ditemukan diseluruh dunia terutama
didaerah tropik dan daerah beriklim sedang. Di Indonesia
desentri amoeba banyak ditemukan dalam keadaan idemis,
prevalensinya berkisarar antar 1080% hal ini berhubungan
dengan cara penularan yang begitu mudah dan cepat melalui
kontaminasi makanan atau minuman oleh kista matang dan
kebersihan perorangan yang buruk.
3. Tindakan Pengendalian
a. perbaikan Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
1) Mengurangi atau menghilangkan tempat perndukan lalat.
a) Kandang ternak

Kandang harus dapat dibersihkan

Lantai kandang harus kedap air ,dan dapat disiram


setiap hari

b) Peternakan / kandang burung

Bila burung/ternak berada dalam kandang dan


kotorannya terkumpul disangkar, kadang perlu
dilengkapi dengan ventilasi yang cukup agar
kandang tetap kering.

Kotoran burung/ternak

dapat dikeluarkan dari

sangkar dan secara interval dapat dibersihkan.


c) Timbunan pupuk kandang

Timbunan pupuk kandang yang dibuang ke tanah


permukaan pada temperatur tertentu dapat menjadi
tempat perindukan lalat. tumpukan pupuk tersebut
dapat ditutup dengan plastik atau bahan lain lain
yang anti lalat. Cara ini dapat mencegah lalat untuk
bertelur juga dapat membunuh larva dan pupa
karena panas yang keluar dari prases komposting
dapat memperpendek lalat untuk keluar.

Pupuk kandang yang dibuang ke tanah Pemukaan


pada alasnya perlu dilengkapi dengan pancuran/pipa
sekelilingnya, untuk mencegah perpindahan larva
ke pupa dibawah tanah dalam tumpukkan pupuk
tersebut. Pada cuaca panas, pupuk mungkin dapat
menyebar ke bawah tanah dan menjadi kering
sebelum lalat mempunyai waktu untuk berkembang.

d) Kotoran Manusia
Tempat berkembang biak lalat di pembuangan kotoran
(jamban) terbuka dapat dicegah dengan :
a. Membuat

Slab

yang

dapat

menutup

lubang

penampungan kotoran.
b. Jamban perlu dilengkapi dengan :
1) Leher angsa untuk mencegah bau dan kotoran
tidak dihinggapi lalat.

2) Pipa hawa (ventilasi) dilengkapi dengan kawat


anti lalat.
3) Bila air pada leher angsa tidak baik sambungan
penutup tidak rapat.
4) Mungkin kebocoran sampai merembes pada
lubang jamban.
5) Pemasangan ventilasi pada lubang jamban dan
juga menghilangkan tempat perindukan lalat.
6) Buang kotoran di sembarang tempat dapat
sebagai tempat perindukan lalat kebun (Musa
Sorbens)
Ini merupakan problem dimana kelompok
besar dari masyarakat misalnya pengungsi, tinggal
bersama sementara di pengungsian. Perlu jamban
yang cocok untuk tempat pengungsian. Bila fasilitas
jamban

tidak

ada/tidak

sesuai,

masyarakat

pengungsi dapat melakukan buang air besar 500


meter pada arah angin yang tidak mengarah ke
dekat tempat perindukan atau timbunan makanan
dan 30 meter dari sumber air bersih. ini dapat
menghilangkan sejumlah lalat

didalam lokasi

penampungan pengungsi.
Kemudahan untuk menghilangkan kotoran
di tempat pengungsian adalah dengan membuat
lubang penampungan dan menutupnya dengan tanah
secara

berlapis,

kemungkinan

peningkatan

perkembangan lalat pelan-pelan secara bertahap


dapat ditekan.
e) Sampah basah dan sampah Organic
Pengumpulan,

pengangkutan

dan

pembuangan

sampah yang dikelola dengan baik dapat menghilangkan

media perindukan lalat. Bila sistim pengumpulan dan


pengangkutan sampah dari rumahrumah tidak ada,
sampah dapat dibakar atau dibuang ke lubang sampah,
Dengan catatan bahwa setiap minggu sampah yang dibuang
ke lubang sampah harus ditutup dengan tanah sampai tidak
menjadi tempat berkembang biaknya lalat. Lalat adalah
mungkin dapat berkembang biak di tempat sampah yang
permanen dan tertutup rapat. Dalam iklim panas larva lalat
ditempat sampah dapat menjadi pupa dalam waktu hanya
34 hari. Untuk daerah tertentu, sampah basah harus
dikumpulkan paling lambat 2 kali dalam seminggu.
Bila tong sampah kosong adalah penting untuk
dibersihkan sisa-sisa sampah yang ada di dasar tong
Pembuangan sampah akhir dibuang ketempat terbuka perlu
dilakukan dengan pemadatan sampah dan ditutup
setiap hari dengan tanah merah setebal 15 30 cm . hal ini
untuk penghilangan tempat perkembang biakan lalat,
Lokasi tempat pembuangan akhir sampah adalah harus
beberapa km dari rumah penduduk.
1. Tanah Yang mengandung bahan organik.
Lumpur dan lumpur organik dari air buangan
disaluran terbuka, tangki septik dan rembesan dari
lubang penampungan harus di hilangkan. Saluran air
dapat digelontor. Tempat berkembang biak lalat dapat
dihilangkan dengan menutup saluran, tetapi perlu
dipelihara dengan baik, Air kotor yang keluar melalui
outlet ke saluran dapat dikurangi. Tindakan pencegahan
ditempat pemotongan hewan, tempat pengolahan dan
pengasinan ikan, lantainya terbuat dari bahan yang kuat
dan mudah digelontor untuk dibersihkan.
2. Mengurangi Sumber yang menarik lalat

Dalam komdisi tertentu lalat akan ditarik pada


hasil dari makanan ikan dan tepung tulang, sirop gula,
tempat pembuatan susu air kotor dan bau buah yang
manis khususnya mangga. Untuk mengurangi sumber
yang menarik lalat dapat ddicegah dengan melakukan :
-. Kebersihan lingkungan
- Membuat saluran air limbah (SPAL)
- Menutup tempat sampah
- Untuk industri yang menggunakan produk yang dapat
menarik lalat dapat dipasang dengan alat pembuang bau
(Exhaust)
- Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang
mengandung kuman penyakit
- Sumber kuman penyakit dapat berasal dari kotoran
manusia , bangkai binatang, sampah basah, lumpur
organik, maupun orang sakit mata.
Cara-cara untuk mencegah kontak antara lalat
dan kotoran yang mengandung kuman, adalah dengan :
a. Membuat konstruksi jamban yang memenuhi syarat,
sehingga lalat tidak bisa kontak dengan kotoran.
b. Mencegah lalat kontak dengan orang yang sakit,
tinja, kotoran bayi, orang sakit dan penderita sakit
mata.
c. Mencegah agar lalat tidak masuk ke tempat sampah
dari pemotongan hewan dan bangkai binatang.
3. Melindungi makanan, peralatan makan dan orang yang

kontak dengan lalat Untuk melindungi makanan,


peralatan makan dan orang yang kontak dengan lalat
dapat dilakukan dengan :
- Makanan dan peralatan makan yang digunakan harus
anti lalat,

- Makanan disimpan di lemari makan


- Makan perlu dibungkus
- Jendela dan tempat-tempat terbuka dipasang kawat
kasa.
- Pintu dipasang dengan sistim yang dapat menutup
sendiri
- Pintu masuk dilengkapi dengan goranti lalat
-

Penggunaan kelambu atau tudung saji , dapat

digunakan untuk :
- Menutup bayi agar terlindung dari lalat, nyamuk dan
serangga lainnya
- Menutup makanan atau peralatannya
-

Kipas angin elektrik dapat dipasang untuk

menghalangi lalat masuk


-

Memasang stik berperekat anti lalat sebagai

perangkap.
b. Pemberantasan lalat secara langsung
Cara yang digunakan untuk membunuh lalat secara
langsung adalah cara fisik, cara kimiawi dan cara biologi.
1. Cara fisik
Cara pemberantasan secara fisik adalah cara yang
mudah dan aman tetapi kurang efektif apabila lalat dalam
kepadatan yang tinggi. Cara ini

hanya cocok untuk

digunakan pada skala kecil seperti dirumah sakit, kantor,


hotel, supermarket dan pertokoan lainnya yang menjual
daging, sayuran, serta buah-buahan .
a) Perangkap Lalat (Fly Trap)
Lalat dalam jumlah yang besar/padat dapat
ditangkap dengan alat ini. Tempat yang menarik lalat
untuk berkembang biak dan mencari makan adalah
kontainer yang gelap. Bila lalat mencoba makan terbang

maka/mereka akan tertangkap dalam perangkap dalam


perangkap yangdiletakkan dimulut kontainer yang
terbuka itu. Cara ini hanya cocok digunakan di luar
rumah sebuah model perangkap akan terdiri dari
kontainer plastik atau kaleng untuk umpan, tutup kayu
atau plastik dengan celah kecil, dan sangkar diatas
penutup. Celah selebar 0,5cm antara sangkar dan
penutup

tersebut memberi kelonggaran kepada lalat

untuk bergerak pelan menuju penutup. Kontainer harus


terisi separo dengan umpan, yang akan luntur tekstur &
kelembabannya. Tak ada air tergenang dibagian
bawahnya. Dekomposisasi sampah basah dari dapur
adalah yang paling cocok, seperti sayuran hijau, sereal,
dan buah-buahan. Setelah tujuh hari, umpan akan berisi
larva dalam jumlah yang besar dan perlu dirusak serta
diganti. Lalat yang masuk ke dalam sangkar akan
segera mati dan umumnya terus menumpuk sampai
mencapai

puncak

serta

tangki

harus

segera

dikosongkan, Perangkap harus ditempatkan di udara


terbuka dibawah sinar cerah matahari, jauh dari
keteduhan
pepohonan.
b) Umpan kertas lengket berbentuk pita/lembaran (Sticky
tapes)
Dipasaran tersedia alat ini, menggantung diatap,
menarik lalat karena kandungan gulanya. Lalat hinggap
pada alat ini akan terperangkap oleh lem. Alat ini dapat
berfungsi

beberapa

minggu

bila

tidak

tertutu

sepenuhnya oleh debu atau lalat yang terperangkap.


c) Perangkap dan pembunuh elektronik (light trap with
electrocutor)

Lalat yang tertarik pada cahaya akan terbunuh


setelah kontak dengan jeruji yang bermuatan listrik
yang menutupi. Sinarbias dan ultraviolet menarik lalat
hijau (blow flies) tetapi tidak terlalu efektif untuk lalat
rumah metode ini harus diuji dibawah kondisi setempat
sebelum investasi selanjutnya dibuat. Alat ini kadang
digunakan didapur rumah sakit dan restoran.
d) Pemasangan kasa kawat/plastik pada pintu dan jendela
serta lubang angin/ ventilasi.
e) Membuat pintu dua lapis, daun pintu pertama kearah
luar dan lapisan kedua merupakan pintu kasa yang
dapat membuka dan menutup sendiri.
2. Cara kimia
Pemberantasan

lalat dengan insektisida harus

dilakukan hanya untuk periode yang singkat apabila sangat


diperlukan karena menjadi resiten yang cepat. Aplikasi
yang efektif dari insektisida dapat secara sementara
memberantas lalat dengan cepat, yang aman diperlukan
pada KLB kolera , desentri atau trachoma.
Penggunaan pestisida ini dapat dilakukan melalui
cara umpan (baits), penyemprotan dengan efek residu
(residual spraying) dan pengasapan (space spaying).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fly Grill dan Bait Trap adalah dua alat yang digunakan untuk
pengendalian vector dan binatang penggangu berupa serangga yaitu lalat.
Untuk fly grill hijau dapat diperoleh angka kepadatan lalat sebesar
20 ekor/grill, sedangkan untuk fly grill biru muda diperoleh angka

kepadatan lalat sebesar 16 ekor/grill. Hal ini menyebabkan TPS Amaco


memperoleh interpretasi 6-20 yang artinya Tinggi/padat dan perlu
pengamanan terhadap tempat tempat berkembang biakan lalat dan bila
mungkin direncanakan upaya pengendaliannya.
B. Saran
Sebaiknya para praktikum melakukan praktik ini dengan baik dan
bersungguh-sungguh dalam menghitung angka kepadatan lalat,agar
memperoleh hasil yang sesuai dengan kenyataan dan dapat melakukan
pengendalian segera bagi TPS yang memperoleh angka kepadatan lalat
yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Lalat. Diunduh 19 September 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Lalat


Anonim, Perbedaan Kepadatan Lalat Pada Berbagai Warna Fly Grill. Diunduh
tanggl 9 September 2011.
http://adln.fkm.unair.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=adlnfkm-adln-s2
2006-dewinurjan-283
Pitire, Beautiful, Fly Grill. Diunduh 19 September 2011.

http://beautifulpitire.blogspot.com/2008/11/fly-grill.html
Diposkan oleh fitri di 21.00

LAMPIRAN

Fly Grill berwarna Hijau

Anda mungkin juga menyukai