Laporan Kepadatan Lalat Tps
Laporan Kepadatan Lalat Tps
Laporan Kepadatan Lalat Tps
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Sistem Kesehatan Nasional dan Rencana Pokok Program
Reformasi di Bidang Kesehatan telah digariskan bahwa tujuan Reformasi
Kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal
sebagai salah satu unsur kesepakatan umum dari tujuan nasional.
Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan adalah
jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup besar, dan
distribusi yang belum merata, tingkat pendidikan dalam sosial ekonomi
masyarakat yang masih rendah.
Keadaan lingkungan fisik dan biologis yang belum memadai,
dimana baru sebagian kecil saja penduduk/orang yang dapat menikmati air
bersih dan penggunaan pembuangan air kotor, sampah basah/kering yang
memenuhi syarat kesehatan, selain itu penyakit menular masih banyak
diderita oleh masyarakat.
Untuk merngatasi permasalahan tersebut diatas telah dirumuskan
dari salah satu langkah-langkah pelaksanaan upaya kesehatan antara lain
pengendalian dampak lalat. Hal ini memerlukan perhatian yang serius,
karena masih tingginya penyakit yang disebabkan dan ditularkan lalat.
Penyakit-penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain disentri,
kolera, typhus perut, diare dan lainnya yang berkaitan dengan kondisi
sanitasi lingkungan yang buruk. Penularan penyakit ini terjadi secara
mekanis, dimana kulit tubuh dan kaki-kakinya yang kotor tadi merupakan
tempat menempelnya micro-organisme penyakit yang kemudian lalat
tersebut hinggap pada makanan. Oleh karena demikian besar penyebaran
penyakit yang dapat ditularkan melalui lalat, maka perlu dilakukan
penngendalian lalat dengan cermat.
Lalat banyak jenisnya tetapi paling banyak merugikan manusia
adalah jenis lalat rumah (Musca domestica), lalat hijau (lucilia seritica),
lalat biru (Calliphora vomituria) dan lalat latirine (Fannia canicularis).
ditularkan oleh lalat antara lain disentri, kolera, thypus perut, diare dan
lainnya yang berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk
(Depkes, 2001).
1. Pola Hidup Lalat
Adapun pola hidup lalat adalah sebagai berikut (Depkes, 1992):
a. Tempat Perindukan
Tempat yang disenangi lalat adalah tempat basah, bendabenda organik, tinja,sampah basah, kotoran binatang, tumbuhtumbuhan busuk. Kotoran yang menumpuk secara kumulatif sangat
disenangi oleh lalat dan larva lalat, sedangkan yang tercecer
dipakai tempat berkembang biak lalat.
b. Jarak Terbang
Jarak terbang sangat tergantung pada adanya makan yang
tersedia. Jarak terbang efektif adalah 450.900 meter. Lalat tidak
kuat terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan
terbang mencapai 1 km.
c. Kebiasaan Makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari makanan
yang satu ke makanan yang lain. Lalat sangan tertarik pada makan
yang dimakan oleh manusia sehari-hari, seperti gula, susu, dan
makanan lainnya, kotoran manusia serta darah. Sehubungan
dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cair atau
makan yang basah, sedangkan makan yang kering dibasahi oleh
ludahnya terlebih dahulu lalu dihisap.
d. Tempat Istirahat
Pada siang hari, bila lalat tidak mencari makan, mereka
akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-langit, jemuran
pakaian, rumput-rumput, kawat listrik, serta tempat-tempat dengan
yang tepi tajam dan permukaannya vertikal. Biasanya tempat
istirahat ini terletak berdekatan dengan tempat makannya atau
tempat berkembang biaknya, biasanya terlindung dari angin.
Tempat istirahat tersebut biasanya tidak lebih dari 4,5 meter di atas
permukaan tanah.
e. Lama Hidup
manusia
karena
berhubungan
dengan
dengan
cara
mengukur
angka
kepadatan
lalat.
padat
dan
perlu
dilakukan
tidak
hanya
dalam
estetika
saja,
tetapi
juga
C. Manfaat
1. Dapat mengetahui angka kepadatan lalat di TPS permukiman rumah
warga.
2. Mengetahui jenis atau species di masing-masing lalat.
3. Dapat menanggulangi penyakit yang disebabkan oleh lalat.
BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA
Lalat umumnya mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil
yang digunakan untuk menjaga stbilitas saat terbang. Lalat sering hidup di antara
manusia dan sebagian jenis dapat menyebabkan penyakit yang serius. Lalat
disebut penyebar penyakit yang sangat serius karena setiap lalat hinggap di suatu
tempat, kurang lebih 125.000 kuman yang jatuh ke tempat tersebut. Lalat sangat
mengandalkan penglihatan untuk bertahan hidup. Mata majemuk lalat terdiri atas
ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Beberapa jenis lalat memiliki
penglihatan tiga dimensi yang akurat (Suska, 2007).
Mata lalat dapat mengindra getaran cahaya 330 kali per detik. Ditinjau dari
sisi ini, mata lalat enam kali lebih peka daripada mata manusia. Pada saat yang
sama, mata lalat juga dapat mengindra frekuensi-frekuensi ultraviolet pada
spektrum cahaya yang tidak terlihat oleh kita. Perangkat ini memudahkan lalat
untuk menghindar dari musuhnya, terutama di lingkungan gelap. Namun
demikian, lalat juga bertindak sebagai vektor mekanis dari suatu penyakit,
umumnya penyakit perut atau gastro enteritis. Lalat, seperti serangga pada
umumnya, mempunyai kepekaan (sensitivitas) terhadap berbagai perbedaan
panjang gelombang cahaya (warna).
dengan pemukiman
Untuk mengetahui angka kepadatan lalat disuatu wilayah dilakukan
dengan cara mengukur angka kepadatan lalat. Pengukuran populasi lalat
hendaknya dapat dilakukan pada :
a. Setiap kali dilakukan pengendalian lalat (sebelum dan sesudah)
b. Memonitoring secara berkala, yang dilakukan setidaknya 3 bulan sekali.
Angka rata-rata penghitungan lalat merupakan petunjuk (indeks) populasi
pada suatu lokasi tertentu. Sedangkan sebagai interprestasi hasil pengukuran
indeks populasi lalat pada setiap lokasi atau block grill adalah sebagai berikut :
1. 0 2 : Rendah atau tidak menjadi masalah
2. 3 5 : Sedang dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat
berkembang biakan lalat (tumpukan sampah, kotoran hewan, dan lainlain)
3. 6 20 : Tinggi/padat dan perlu pengamanan terhadap tempat - tempat
berkembang biakan lalat dan bila mungkin direncanakan upaya
pengendaliannya.
4. 21 keatas : Sangat tinggi/sangat padat dan perlu dilakukan pengamanan
terhadap tempat tempat perkembangbiakan lalat dan tindakan
pengendalian lalat.
Kepadatan lalat disuatu tempat perlu diketahui untuk menentukan apakah
daerah tersebut potensial untuk terjadinya fly borne diseases atau tidak. metode
pengukuran kepadatan lalat yang populer dan sederhana adalah dengan
menggunakan alat flygrill. Prinsip kerja dari alat ini didasarkan pada sifat lalat
yang menyukai hinggap pada permukaan benda yang bersudut tajam vertikal.
Lokasi yang perlu dilakukan pengukuran kepadatan lalat, utamanya adalah
perumahan, rumah makan dan tempat pembuangan sampah.
Prosedur pengukuran kepadatan lalat :
1. Fly grill diletakkan mendatar pada titik lokasi pengukuran
2. Setiap titik lokasi dilakukan 10x pengukuran
3. Selama 30 detik lalat yang hinggap di fly grill dihitung.
Setelah prosedur diata dilakukan, kepadatan lalat dicatat dilembar isian.
Formulir ini diisi tiap kali pengukuran dengan lama waktu 30 detik. Penentuan
tingkat kepadatan lalat dihitung dengan cara diambil 5 dari 10 pengukuran yang
paling banyak, elanjutnya di rata-rata. Hasil ini dibandingkan dengan standart
berikut :
Indeks Kepadatan Lalat
a. Jarang
:<2
b. Sedang
: 2-20
c. Tinggi
: > 20
Keuntungan penggunaan flygrill diantaranya adalah mudah, cepat dan
murah. Dengan demikian dapat dengan cepat menentukan kriteria suatu daerah
potensial atau tidak.
Kendati demikian, flygrill mempunyai beberapa kelemahan. Utamanya
adalah bahwa flygrill sangat tidak cocok untuk menghitung kepadatan lalat,
dimana populasinya sangat banyak atau sangat sedikit. Dalam kondisi seperti itu,
penghitungan kepadatan lalat dengan flygrill, hasilnya tidak dapat mewakili
keadaan yang sesungguhnya.
Lalat banyak sekali jenisnya dan yang paling banyak merugikan manusia
adalah jenis lalat rumah (Musa domestica), lalat hijau (lucilia) , lalat biru
(calliphora vomituria) dan lalat latrine (Fannia canicularis). Dari beberapa jenis
yang disebutkan diatas lalat rumah tertentu pemakan makanan yang berbau busuk
biasa dia memakan bahan berbentuk cairan seperti : Sirup, Susu, buah-buahan
dan sayuran yang basah dan membusuk, sputum, kotoran, air dia juga mencemari
makanan pada kulit/tubuh yang basah seperti mulut, lubang hidung, mata pada
luka serta pada daging kemudian lalat hinggap pada keju, gula, dan makanan lain
lalat memakan makanan kering dengan bantuan dia mengeluarkan air liurnya yang
merusak
pemandangan
geli/jijik,
gatal-gatal
pada
kulit,
menimbulkan
tidak nyaman akhirnya napsu makan berkurang, selain itu dari segi estitika
terkesan jorok akibatnya dapat menjadi sumber complain bagi tamu karena
dianggap telah menjual makanan yang kotor.
Lalat pengganggu umumnya mati dengan insektisida berupa tepung atau
semprotan yang dapat memusnakan telor, Lalat dewasa dan larvanya. Jika
penggunaan insektisida semprotan yang berizin akan menimbulkan sisa atau
iresidu, tentu saja penanganannya harus hati-hati terutama ditempat pengolahan
makanan karena bahan kimia (pestisida selain mencemari makanan langsung juga
akan mencemari peralatan atau terhirup langsung bila tidak hati-hati sewaktu
penyemprotan oleh sebab itu peralatan orang dan makanan harus jauh dan
peralatan/makanan diletakkan ditempat tertutup, karena perlu dipertimbangkan
faktor keamanannya bila mana akan menggunakan perusahaan pemberantas hama
(pest control) swasta. Pengetahuan tentang racun dan insektisida, kebiasaan dari
lalat serta resiko pencemaran harus diketahuinya dengan baik.
Lalat mengandalikan insting tertarik pada bau-bau yang has yaitu pada
sampah yang membusuk, telur-telur lalat perlu waktu 1 (satu) hari untuk
menetasnya larva dan diperlukan waktu 3 5 hari untuk berubah dari larva
menjadi pupa atau kepompong dan pada hari ke 7 (tujuh) pupa tersebut berubah
bentuk menjadi lalat dewasa, maka untuk memutuskan siklus hidup, penumpukan
sampah oleh karena peranan yang demikian besar dalam penyebaran penyakit dan
khususnya yang dapat ditularkan melalui makanan, peralatan, penjamah, dan
tempat dimana makanan tersebut berada perlu mendapat pengawasan yang cermat
terhadap lalat sehingga tidak mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia.
BAB. III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu
Praktikum
Pengendalian
Vektor
Binatang
Pengganggu
ini
dilaksanakan pada :
Hari / tanggal : Jumat, 2 Mei 2014
Pukul
: 14.00 selesai
Tempat
B. Jenis Kegiatan
Jenis dari kegiatan ini adalah penelitian angka kepadatan lalat
dengan menggunakan Fly Grill dan Bait Trap.
C. Alat dan Bahan
1.
Alat
Fly Grill warna hijau dan biru muda
Bait Trap
Thermometer suhu
Thermometer Kelembaban
Stopwatch
Counter
Meteran
Buku catatan
Pulpen
Kamera
2.
Bahan
a) Lalat
b) Masker
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
B. Uraian Kegiatan
Menghitung angka kepadatan lalat ini cara kerjanya adalah :
1. Siapkan alat.
2. Cara kerja Fly Grill
1) Mengetahui tempat yang akan di lakukan pengukuran
2) Menentukan titik Sampling
3) Ukur suhu dan kelembaban
4) Letakkan Fly Grill hijau dan biru muda pada titik sampling
5
3. Prosedur Kerja Bait Trap
1) Mengetahui Peta situasi
2) Tentukan titik Sampling
3) Ukur suhu dan Kelembaban
4) Letakkan Bait Trap pada titik Sampling. Jangan lupa member
umpan agar lalat yang terbang tertarik pada bau umpan dan masuk
ke trap.
5) Amati : Hindari gangguan
6) Setalah 8 jam, ambil dan hitung jumlah lalat
7) Lalat yang tertangkap warnai dengan Rodhamin B dan lepaskan.
8) Amati lagi pada hari hari keberikutnya
9) Setelah 8 jam, ambil dan hitung lagi jumlah lalat yang tertangkap.
10) Hitung density lalat secara keseluruhan.
Rumus :
AxN
R
Keterangan :
A = Jumlah lalat diwarnai dari penangkapan I
N = Jumlah lalat tertangkap dari penangkapan II
BAB. IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1.
Data-data pada Fly Grill Hijau
No
30 Detik
KE
JUMLAH
LALAT
SUHU
(0C)
RH
(%)
1.
Satu
10 ekor
2.
Dua
14 ekor
3.
Tiga
7 ekor
71
4.
Empat
9 ekor
70
5.
Lima
29 ekor
6.
Enam
14 ekor
7.
Tujuh
17 ekor
74
32
34
74
67
67
36
64
KETERANGAN
DI DALAM
CONTAINER
SAMPAH
8.
Delapan
17 ekor
65
9.
Sembilan
20 ekor
63
10
Sepuluh
17 ekor
61
ekor/grill
No 30 Detik Ke
JUMLAH
LALAT
SUHU
(0C)
RH
(%)
1.
Satu
15 ekor
36
60
2.
Dua
11 ekor
36
58
3.
Tiga
15 ekor
59
4.
Empat
9 ekor
58
5.
Lima
7 ekor
59
6.
Enam
9 ekor
7.
Tujuh
20 ekor
58
8.
Delapan
13 ekor
58
9.
Sembilan
17 ekor
57
10
Sepuluh
7 ekor
57
38
58
KETERANGAN
DI DALAM
CONTAINER
SAMPAH
ekor/grill
3.
15 Menit
JUMLAH
LALAT
SUHU
(0C)
RH
(%)
KETERANGAN
1 kali
pengukuran
Tidak ada
yang
tertangkap
37
58
DI DALAM
CONTAINER
SAMPAH
B. Pembahasan
Untuk jumlah total nilai keseluruhan angka kepadatan lalat pada
Fly Grill berwarna hijau adalah 20 ekor/grill, sedangkan untuk Fly grill
berwarna biru muda (menyerupai warna putih) memperoleh nilai angka
kepadatan lalat sebanyak 16 ekor/grill. Itu berarti warna sangat
memperngaruhi jumlah lalat yang hinggap. Lalat menyukai warna seperti
buah-buahan atau sayuran.
Dari jumlah angka keseluruhan di kedua grill tersebut, yaitu 20 dan
16, dapat di interprtasikan dalam nilai berkisar 6-20 yang artinya
Tinggi/padat dan perlu pengamanan terhadap tempat- tempat berkembang
biakan lalat dan bila mungkin direncanakan upaya pengendaliannya.
Sedangkan dalam pengukuran angka kepadatan lalat, di TPS kali
ini tidak ada satu ekor pun lalat yang tertangkap. Hal ini di karenakan
kemungkinan waktu yang dipasang untuk bait trap tidak maksimal. Yang
seharusnya 8 jam menjadi 10-15 menit saja.
Dalam praktikum kali ini, Lokasi TPS yang dihitung angka
kepadatan lalatnya yaitu di TPS Amaco (Balitan) Banjarbaru.
Fly Grill dan bait trap adalah dua alat yang mempunyai tujuan
yang sama, yaitu :
1. Untuk menentukan density lalat.
2. Menentukan jenis atau spesies lalat
3. Menentukan fauna lalat.
Fly grill dan Bait Trap sama-sama mudah dalam pengoperasiannya,
mudah di bawa kemana-mana dan tahan lama. Bedanya hanya Fly Grill
b. 3 5
c. 6 20
:Sangat
tinggi/sangat
padat
dan
perlu
dilakukan
Hygiene
perorangan
yang
buruk
serta
sanitasi
Kotoran burung/ternak
d) Kotoran Manusia
Tempat berkembang biak lalat di pembuangan kotoran
(jamban) terbuka dapat dicegah dengan :
a. Membuat
Slab
yang
dapat
menutup
lubang
penampungan kotoran.
b. Jamban perlu dilengkapi dengan :
1) Leher angsa untuk mencegah bau dan kotoran
tidak dihinggapi lalat.
tidak
ada/tidak
sesuai,
masyarakat
didalam lokasi
penampungan pengungsi.
Kemudahan untuk menghilangkan kotoran
di tempat pengungsian adalah dengan membuat
lubang penampungan dan menutupnya dengan tanah
secara
berlapis,
kemungkinan
peningkatan
pengangkutan
dan
pembuangan
digunakan untuk :
- Menutup bayi agar terlindung dari lalat, nyamuk dan
serangga lainnya
- Menutup makanan atau peralatannya
-
perangkap.
b. Pemberantasan lalat secara langsung
Cara yang digunakan untuk membunuh lalat secara
langsung adalah cara fisik, cara kimiawi dan cara biologi.
1. Cara fisik
Cara pemberantasan secara fisik adalah cara yang
mudah dan aman tetapi kurang efektif apabila lalat dalam
kepadatan yang tinggi. Cara ini
puncak
serta
tangki
harus
segera
beberapa
minggu
bila
tidak
tertutu
DAFTAR PUSTAKA
http://beautifulpitire.blogspot.com/2008/11/fly-grill.html
Diposkan oleh fitri di 21.00
LAMPIRAN