Laporan Pemeriksaan Fisik Praktikum Ke 9
Laporan Pemeriksaan Fisik Praktikum Ke 9
Laporan Pemeriksaan Fisik Praktikum Ke 9
Kesehatan Ruminansia
NIM
J3P113017
J3P113031
J3P113000
J3P213000
J3P113005
J3P113019
TTD
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PENDAHULUAN
Bagi negara yang beriklim tropis seperti Indonesia dengan keadaan cuaca
yang panas sangat kering atau lembab akan mempengaruhi status kesehatan
ternak. Salah satu cara untuk menjaga kesehatan ternak adalah dengan mengontrol
dan mengatur tata laksana kesehatan ternak, antara lain dengan pemeriksan
kesehatan ternak melalui pengamatan tingkah laku ternak, pemeriksaan fisik
tubuh ternak dan pemeriksaan kondisi fisiologis ternak. Pemeriksaan fisik hewan
merupakan salah satu hal yang biasanya dilakukan baik untuk mengetahui kondisi
hewan maupun untuk mendiagnosa suatu penyakit yang ada pada hewan tersebut.
Teknik atau cara melakukan pemeriksaan fisik hewan meliputi inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi, dan membau. Pemeriksaan fisik biasanya dilanjutkan
dengan pemeriksaan status present. Pemeriksaan status present adalah
pemeriksaan fisik dengan ruang lingkup pemeriksaan terhadap keadaan umum
hewan. Ada juga pemeriksaan lain selain pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
status present yaitu pemeriksaan klinis. Pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan
fisik dengan ruang lingkup pemeriksaan terhadap keadaan khusus hewan
(kelainan organ).
Tujuan praktikum kali ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
keadaan atau kondisi fisik hewan dengan cara pemeriksaan fisik serta dapat
mengetahui keadaan-keadaan yang tidak normal (keadaan sakit) dengan
mengetahui keadaan normal hewan terlebih dahulu.
METODOLOGI
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk pemeriksaan fisik pada regio thoraks adalah
stetoskop, palu perkusi, fleximeter dan termometer. Bahan yang digunakan pada
praktikum kali ini adalah domba dan sapi.
Metode Kerja
Metode untuk pemeriksaan fisik bagian rongga thoraks pada sapi dan
domba menggunakan empat metode yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Data yang harus didapatkan adalah signalemen, anamnesis, dan status
present. Status present dapat dilakukan dengan pengamatan dengan mata langsung
di antara ibu jari dan kedua jari pertama dengan sendi pergelangan tangan sebagai
pengendali gerak. Setiap ketukan palu perkusi harus jatuh tegak lurus pada
fleximeter. Seluruh daerah yang diperiksa harus diperkusi epanjang garis-garis
yang sejajar dan tidak hanya dilakukan pada beberapa tempat saja. Secara
berurutan, cara mencari lapang paru-paru adalah pertama tentukan tempat yang
akan diambil yaitu sejajar dengan os coxae, os tuber ischii dan os scapula.
Kemudian dengan palu perkusi memukul fleximeter yang telah diletakkan di
bagian intercostae sapi dari arah cranial menuju caudal. Lapang paru-paru
ditentukan dengan cara mendengarkan perbatasan suara nyaring dan redup yang
ditimbulkan oleh palu fleximeter.
Pemeriksaan lapang jantung dilakukan menggunakan stetoskop. Stetoskop
diletakkan di bagian kiri os costae ke-3 dan ke-4. Kemudian dengarkan suara
jantung dari arah cranial menuju caudal. Perbesaran lapang jantung ditentukan
dengan suara detakan jantung terdengar sampai costae ke berapa. Uji tinju
dilakukan dengan cara bagian flank sebelah kiri sapi ditekan. Penekanan
dilakukan selama 5 menit dan hitung berapa kali rumen bergerak. Uji gumba
dilakukan dengan cara bagian gumba dari sapi ditarik ke atas. Jika sapi terasa
sakit, sapi akan memberontak.
HASIL
SIGNALEMEN
Jenis Hewan
Ras/Breed
Warna Rambut
Jenis Kelamin
Umur
Berat Badan
Tanda Khusus
ANAMNESIS
KEADAAN UMUM
Perawatan
Temperamen
Habitus
Gizi
Pertumbuhan badan
Sikap Berdiri
Sapi
Frissian Holstein
Hitam Putih
Jantan
3,5 tahun
300 kg
Tidak ada
Domba
Lokal
Putih
Jantan
< 1 tahun
20 kg
Terdapat pigmen di
kelopak mata
Baik
Jinak
Tulang belakang rata
Baik
Baik
Berdiri dengan 4 kaki
Temperatur (oC)
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
Frekuensi jantung
38,9
64
20
64
39,2
96
30
96
Abdominal
Tidak ada
Simetris
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada perbesaran
Tidak ada perbesaran
Bronkialus, Vasikularis
Burboritme
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
PEMBAHASAN
Pemeriksaan fisik adalah suatu metode yang dilakukan untuk mengetahui
kondisi kesehatan hewan. Teknik pemeriksaan ini pertama kali dilakukan saat
memeriksa hewan dan merupakan teknik yang paling sederhana. Pemeriksaan ini
sangat sederhana namun memerlukan keterampilan dan kejelian dalam memeliksa
bagian tubuh hewan. Ketika pasien datang yang diperhatikan pertama kali
sebelum melakukan tindakan pemeriksaan yaiut signalemen hewan. Signalemen
merupakan identitas hewan, yaitu ciri yang membedakan dirinya dengan hewan
lain. Tujuan signalemen sebagai komponen dalam surat keterangan hewan, berita
acara penyakit, dan surat keterangan kesehatan hewan. Surat-surat ini diperlukan
apabila hendak membawa hewan keluar suatu daerah ataupun untuk kepentingan
tertentu yang terkait dengan kesehatan hewan.
Signalemen pada sapi dan domba sangat penting untuk pendataan dalam
peternakan, pendataan hewan. Pendataan ini sangat penting untuk kepentingan
keberadaan hewan dalam peternakan dan terutama dalam kesehatan hewan.
Menurut Widodo, pemeriksaan kadaan umum merupakan pemeriksaan yang
meliputi kebiasaan (habitus) mencakup sikap (attitude), kondisi tubuh, konformasi
(penyesuaian
Keadaan umum sapi diamati dengan teknik inspeksi dan palpasi serta dengan alat
temperatur. Perawatan hewan dalam kondisi baik, habitus hewan diamati pada
tulang punggung hewan. Tulang punggung hewan merata dan tidak ada tanda
keabnormalan pada bagian ini. Setelah itu pemeriksaan terhadap tingkah laku,
tingkah laku yang umum pada sapi perah adalah sapi yang lebih tenang
dibandingan dengan sapi potong, lebih mudah nervous, dan mampu menendang
dengan kuat apabila merasa terganggu. Hewan sapi yang kami periksa dalam
tingkah laku yang jinak dan hewan tidak merasa terganggu pada saat diperiksa.
Sedangkan pada domba lokal yang kami periksa tingkah lakunya jinak tetapi
hewan merasa terganggu saat dilakukan pemeriksaan, sehingga domba sedikit
agresif. Keadaan gizi hewan merupakan suatu kondisi yang dapat diamati dengan
melakuan teknik inspeksi dan palpasi. Pemeriksaan dengan tenik inspeksi
menghasilkan kondisi gizi yang cukup baik, setelah dilakukan teknik palpasi pada
bagian tulang dan otot sapi kondisi gizi hewan masih dapat dikatakan dalam
kondisi cukup baik. Pertumbuhan dan postur tubuh hewan baik. Pemeriksaan
terhadap sikap berdiri merupakan pemeriksaan pada bagian ekstermitas. Tidak
ditemukan kelainan baik dalam bagian otot ataupun pertulangan. Hewan berdiri
dengan empat kaki. Pemeriksaan panas badan hewan mendapatkan hasil 38.9 C
untuk sapi dan 39.2oC untuk domba. Suhu normal pada sapi adalah 38.0 39.3oC,
sedangkan suhu normal domba adalah 38.3- 39.9oC (Triakoso 2011).
Status gizi hewan ditentukan oleh fisik yang gemuk atau kurus atau ideal,
secara klinis dengan melakukan inspeksi di beberapa tempatdari ragawi hewan
yaitu inspeksi bagian costae, proseus, scapula, pelvis dan pangkal ekor. Penilaian
status gizi dapat berupa normal/ideal, kekurusan atau kaheksia dan kegemukan
atau obesitas atau adipositas. Perubahan berat badan dapat terjadi secara perlahan
lahan atau secara mendadak.
Bila
pergerakan
terbagi
rata
maka
dinamakan
pernapasan
Pada saat penekanan rongga thoraks hewan tidak ada reaksi rasa sakit dan
lapang paru paru tidak meluas dan menyempit. Hal ini dibuktikan karena pada
saat melakukan perkusi pada bagian thoraks, perbatasan suara nyaring dan redup
berada di costae 11 yang sejajar dengan os tuber coxae, costae ke-9 yang sejajar
dengan os tuber ischii dan costae ke-5 yang sejajar dengan os scapula. Lapang
paru-paru normal pada sapi dari atas ke bawah adalah terdapat pada costae ke-11,
9 dan 5 (Subronto 2003).
Pemeriksaan abdomen dan organ pencernaan yang berkaitan bagi sapi
hanya dilakukan dengan inspeksi dan palpasi yaitu uji tinju. Inspeksi daerah
abdomen menunjukan kesimetrisan antara abdomen kiri dan kanan, maka dapat
dikatakan normal pada sapi. Daerah abdomen terlihat bentukan perut yang tidak
ada perubahan baik pembesaran maupun pengecilan ukuran. Legok lapar terlihat
jelas karena selama pelaksanaan pemeriksaan fisik, sapi dan domba belum diberi
pakan. Suara peristaltik secara jauh (inspeksi) tidak terdengar, maka hal tersebut
normal pada hewan sehat. Pemeriksaan secara palpasi (uji tinju) dilakukan dengan
menghitung frekuensi gerak rumen per 5 menit dan kekuatan geraknya (tonus
rumen), normal pada ruminanansia 5-10 kali/5 menit (Subronto 2003).
Pemeriksaan ini dilakukan oleh tangan pemeriksa dengan mengepalkan tinju dan
mendesaknya di bagian kiri atas lambung tepat di lekuk pinggang di belakang
rusuk terakhir. Terjadinya perubahan frekuensi atau gerak ruminansia yang tidak
dapat dirasakan menandakan adanya gangguan fungsi rumen. Hasil uji tinju
menunjukan adanya gerakan rumen (tonus rumen) sapi normal yaitu 7 kali/ 5
menit.
Pemeriksaan lapang paru-paru dilakukan menggunakan alat yang bernama
palu perkusi dan fleximeter. Fleximeter yang digunakan harus benar-benar ditekan
pada bidang perkusi agar diantara fleximeter dan perkusi tidak terdapat celah
udara. Udara yang hadir dianatara kedua bagian tersebut akan dapat
mempengaruhi kualitas suara perkusi. Palu perkusi tidak boleh dipegang kuatkuat, tetapi harus dapat digerakkan di antara ibu jari dan kedua jari pertama
dengan sendi pergelangan tangan sebagai pengendali gerak. Cara ini dimaksudkan
agar dapat memberikan ketukan yang memantul. Gerakan memukul harus datang
dari sendi pergelangan tangan dan bukan dari sendi siku-siku atau sendi bahu.
Setiap ketukan palu perkusi harus jatuh tegak lurus pada fleximeter untuk
mendapatkan pentulan ketukan paling maksimal dan paling jelas. Semakin jauh
dari tegak lurus semakin berkurang suara pantulan ketukan didengar. Seluruh
daerah yang diperiksa harus diperkusi sepanjang garis-garis yang sejajar dan tidak
hanya dilakukan pada beberapa tempat saja. Hal ini untuk menghindari adanya
bagian-bagian yang terlampaui. Fleximeter harus dalam posisi statis sebelum
diperkusi dan tiap ketukan harus dengan tekanan yang sama kuat. Tekanan pada
tiap ketukan diberikan dengan kekuatan secukupnya sampai suara resonansi yang
keluar lebih dapat dibedakan dengan nyata (Widodo dkk 2011).
SIMPULAN
Dian, simpulan tolong yaah.. pokoknya sapi sama dombanya normal.
DAFTAR PUSTAKA
Subronto. 2003. Ilmu Penyakit Ternak I. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University
Press