Keratoplasti Keratoplasti
Keratoplasti Keratoplasti
Keratoplasti Keratoplasti
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Keratoplasty, dikenal juga sebagai pencangkokan kornea, adalah
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif
disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang
dapat terjadi dari epitel sampai stroma yang mempunyai batas, dinding,
dan dasar. (AAO)
3.2. ETIOLOGI
a. Infeksi
1. Infeksi Bakteri
P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella
merupakan penyebab paling sering.
2. Infeksi Jamur
Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies
mikosis fungoides.
3. Infeksi virus
virus herpes simplex, virus lainnya varicella-zoster, variola,
vacinia
4. Acanthamoeba
Biasanya pada pengguna lensa kontak lunak yang kurang
hygine.
b. Noninfeksi
1. Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH
2. Sindrom Sjorgen.
3. Defisiensi vitamin A
III. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika insiden ulkus kornea bergantung pada penyebabnya.
Insidensi ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di
Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain
terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, Mortalitas atau morbiditas
tergantung dari komplikasi dari ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan
refraksi, neovaskularisasi dan kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di
USA, laki-laki lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%,
begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di India Utara ditemukan
61% laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya kegiatan
kaum laki-laki sehari-hari sehingga meningkatkan resiko terjadinya trauma
termasuk trauma kornea.3
IV. PATOGENESIS
Karena kornea terletak paling luar maka kornea dapat dengan
mudah
terpapar
mikroorganisme
dan
faktor
lingkungan
lainnya.
dibiarkan atau tidak mendapat pengobatan yang tidak adekuat maka akan
terjadi kematian jaringan kornea atau ulkus kornea. 4
Lokasi ulkus kornea ada 4, sentral, parasentral, perifer, dan
marginal :1
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi, dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea, yaitu2:
1.Ulkus kornea sentral.
a. INFEKSI
1. Ulkus Kornea Bakteri
Gambaran ulkus bakteri dapat membantu menentukan kausa
penyebab ulkus kornea, secara umum, gambaran ulkus kornea karena
bakteri adalah :
Onset
nyeri
cepat
diikuti
injeksi
konjungtiva,
fotofobia,
Pengobatan
umumnya
untuk
tukak
kornea
adalah
dengan
Pada kasus ulkus kornea bakteri terdapat 2 prinsip terapi antibiotik yaitu :
1.
2.
antibiotik
tunggal
spesifik
berpedoman
pada
hasil
Manifestasi klinis:
-
Hipopion
Diagnosis Laboratorium:
-
Silver.
-
Pengobatan:
-
400mg/hr)
Voriconazole topikal efektif untuk keratitis fungal yang
tidak berespon pada terapi tradisional
1. Debridement
2. Flap konjungtiva, partial atau total
3. Keratoplasti tembus
4. Bandage soft contact lens
5. Tissue Adhesive glue seperticynoacrylate
3. UlkusKornea Virus
a. Keratitis Herpes Simpleks
Keratitis herpes simpleks ada dua bentuk, yaitu primer dan
rekurens.Perjalanan klinik keratitis ini dapat berlansung lama
karena stroma kornea kurang vaskuler, sehingga menghambat
migrasi limfosit dan makrofag ke tempat lesi.Infeksi okuler pada
hospes biasanya sembuh sendiri, namun pada hospes yang secara
imunologik tidak kompeten, termasuk pasien yang diobati dengan
kortikosteroid topikal, perjalanannya mungkin menahun dan dapat
merusak.
Temuan klinik:
terjadi pada 4-6% kasus dan paling sering pada pasien atopik.
Gejala: iritasi, fotofobia, mata berair, bisa ada gangguan
penglihatan
9
Terapi:
Debridement
Terapi medikamentosa
Untuk HSV yang dipakai adalah idoxuridine, trifluridine, vidarabine,
dan acyclovir.
Terapi Bedah
Keratoplasti penetrans mungkin diindikasikan untuk rehabilitasi
Komplikasi
Pengobatan ulkus yang tidak adekuat dan terlambat dapat
menimbulkan komplikasi yaitu :3
1. Terbentuknya jaringan parut kornea sehingga dapat menurunan
visus mata.
2. Perforasi kornea
3. Iritis dan ridosiklitis
4. Descematokel
10
5. Glaukoma sekunder
6. Endoftalmitis atau panoftalmitis
7. Katarak
VII. Prognosis
Dengan penanganan sedni mungkin, infeksi pada kornea dapat
sembuh,mungkin tanpa harus terjadi ulkus. Bila ulkus kornea tidak
diterapi, dapat merusak kornea secara permanen. Dan juga dapat
mengakibatkan perforasi dari interior mata, sehingga menimbulkan
penyebaran infeksi dan meningkatkan resiko kehilangan penglihatan yang
permanen. Semakin telat pengobatan ulkus kornea, akan menimbulkan
kerusakan yang banyak dan timbul jaringan parut yang luas.
Tatalaksana Surgical
B. TRANSPLANTASI KORNEA / KERATOPLASTI
Pertama dilakukan pada tahun 1905, transplantasi kornea adalah
prosedur pembedahan di mana kornea yang rusak atau berpenyakit
digantikan oleh jaringan kornea sumbangan.
Indikasi keratoplasti
setiap kelainan atau kekeruhan kornea yang menyebabkan
kemunduran tajam penglihatan serta memenuhi beberapa kriteria, yaitu 5
1. Kemunduran visus yang cukup mengganggu pekerjaan penderita
2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita
3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia
11
12
susunan air mata dan epitel konjungtiva. Bila dilakukan keratoplasti dapat
menimbulkan gangguan epitelisasi5
Sumber Transplantasi dapat berasal dari beberapa sumber 5
1. Heterotransplan
Dengan menggunakan kornea hewan. Tingkat kegagalan tinggi
disebabkan karena adanya reaksi imunologik yang hebat.
2. Keratoprostesis
Dengan menggunakan bahan sintetik. Digunakan pada kasus
gawat. Bahan yang digunakan adalah methyl-meta crylate, tiflon,
silicon. Bahan akan ditolak oleh tubuh, namun keratoprostesis
memberi kemungkinan untuk melihat
3. Autotransplan
Menggunakan kornea penderita sendiri, dengan cara menggeser
bagian yang jernih ke bagian depan pupil yang tadinya keruh
(rotating graft), atau dapat juga digunakan kornea dari mata
sebelahnya yang telah buta bukan karena kelainan kornea
4. Homotransplan
Kornea yang diperoleh dari donor manusia. Kornea yang baik,
syaratnya
a. Donor tidak terlalu tua, karena pada donor tua, jumlah
endotel sedikit yang merupakan salah satu penopang hidup
kornea
b. Donor tidak sakit terlalu lama sebelum meninggal
13
tidak
terlalu
lama
disimpan
sebelum
ditransplantasikan
Terdapat empat tipe keratoplasti yaitu :
1. Full thickness (Penetrating) grafts
Di mana seluruh bagian kornea perlu diganti.
2. Partial thickness grafts (Deep Lamellar) menggantikan bagian
depan kornea
Untuk memperbaiki kerusakan superficial pada permukaan kornea.
3. Partial thickness grafts (Endothelial Lamellar) menggantikan bagian
belakang kornea
Untuk memperbaiki kondisi yang mempengaruhi kornea bagian
dalam atau endothelium.
4. Mushroom Keratoplasty transplantasi berbentuk jamur, kombinasi
antara Penetrating dan Deep Lamellar Keratoplasty. Sudah mulai
ditinggalkan karena terlalu banyak menyebabkan trauma
14
15
jaringan
donor
mungkin
memerlukan
pengulangan
prosedur.
17
dan
rehabilitasi
penglihatan
yang
lebih
cepat.
Bentuk
transplantasi kornea ini bahkan dapat dilakukan melalui luka sekecil luka
bedah katarak modern dan dapat dilakukan tanpa jahitan.
18
ada
kemungkinan
terinfeksi
oleh
berbagai
Kegagalan
graft
dapat
terjadi
setiap
saat
setelah
kornea
Prognosis
Faktor faktor yang mempengaruhi hasil keratoplasti
19
BAB 4
DISKUSI
20
karakteristik
gambaran
klinis
CIN.Dari
pemeriksaan
21
adalahSevere
Conjungtival
Intraepithelial
Neoplasia.
Severe
CIN
cryotherapy
adjuvant
masih
menyebabkan
metastase.
Pada
pasien
ini
follow
up
22
BAB 5
KESIMPULAN
Laporan
kasus
ini
melaporkan
kasus
Severe
Conjungtival
23
dengan
tujuan
menunjukkan
mengurangi
diagnosis
angka
pasien
ini
rekurensi.
adalah
Hasil
Severe
DAFTAR PUSTAKA
24
of
the
Conjunctiva
and
Cornea.
Ophthalmology
2000;107:2190-2195.
7. Shields C, et al. Interferon for Ocular Surface Squamous Neoplasia in
81 Cases: Outcomes Based on the American Joint Committee on
Cancer Classification. Cornea 2013;32:248-256.
8. Kim H, et al. Giant Ocular Surface Squamous Neoplasia Managed with
Interferon
Alpha-2b
as
Immunotherapy
or
Immunoreduction.
Ophthalmology 2012;119:938-944.
9. Liesegang TJ, et al. External diseases and cornea. San Fansisco :
American Academy of Ophthalmology. 2014-2015: p 212-214, 216-220.
10. Liesegang TJ, et al. Ophthalmic Patology and Intraocular Tumors. San
Fransisco : American Academy of Ophthalmology. 2014-2015: 62-64.
11. Peksayar G, et al. Excision and cryosurgery in the treatment of
conjunctival malignant epithelial treatment. Eye 2003;17: 228-232.
12. Peer J and Frucht J. Ocular surface squamous neoplasia. Clinical
Ophthalmic Oncology. Saunders Elsevier. 2007;136-.40.
13. Schechter B, et al. Long-term Follow-up of Conjunctival and Corneal
Intraepithelial Neoplasia Treated with Topical Interferon Alfa-2b.
Ophthalmology 2008;115:1291-1296.
14. Holcombe D and Lee G. Topical Interferon or Surgical Excision for the
Management of Primary Ocular Surface Squamous Neoplasia.
Ophthalmology 2008;115:1297-1302.
25
Ocular
Surface
Squamous
Neoplasia.
Ophthalmology
2010;117:2241-2246.
16. Khan N and Sane S. Conjungtival Dysplasia. Indian J Ophthalmology
2007;32: 97-99.
17. Barros N, et al. Predictive Index to Differentiate Invasive Squamous
Cell Carsinoma from Preinvasive Ocular Surface Lesions by
Impression Citology. Brj Ophthalmol 2009:93:209-214.
18. Karp C, et al. Treatment of conjunctival and corneal intraepithelial
neoplasia with topical interferon alpha-2b. Ophthalmology 2001; 108:
10931098.
19. Dahl
A.
Ocular
Cryotherapy.
2011.
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/2049289-technique.
20. Tehrani S and Fraunfelder F. Cryotherapy in Ophthalmology. Open
Journal of Ophthalmology 2013; 3, 103-117.
21. Liesegang TJ, et al. Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. San
Fransisco: American Academy of Ophthalmology. 2014-2015: 200.
26