Proposal 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Provinsi Aceh dikenal dengan potensinya yang berlimpah. Salah satu potensi

tersebut ialah potensi kelautan dan perikanannya. Hal tersebut didukung oleh
letaknya yang berada di ujung pulau Sumatera, tepatnya di titik koordinat 01o 58
37,2 06o 04 33,6 LU dan 94o 57 57,6 98o 17 13,2 BT . Aceh di kelilingi
oleh Samudera Hindia dan Selat Malaka, hal ini mengindikasikan bahwa Provinsi
Aceh juga terletak dijalur migrasi ikan tuna yang merupakan komoditi penting serta
jalur pelayaran internasional yang strategis. Aceh memiliki panjang garis pantai yang
mencapai 1.660 km serta luas perairannya 295.370 km 2. Aceh memiliki laut ZEE
(Zona Ekonomi Eksklusif) seluas 238.807 km2 dan perairan teritorial mencapai
56.563 km2. Potensi lestari yang dihasilkan dari perairan ZEE mencapai 272,7 ribu
ton/tahun serta jumlah kapal penangkapan yang ada sebanyak 16.701 unit. Selain itu,
Aceh juga memiliki jumlah nelayan yakni berkisar 64.466 orang. Hal tersebut
menjadi alasan mengapa selama ini masyarakat Aceh selalu mengandalkan sektor
laut dan perikanan sebagai penunjang perekonomiannya (DKP, 2015).
Posisi Banda Aceh yang terdapat di Selat Malaka dan Samudera Hindia
merupakan daerah yang cukup potensial untuk industri penangkapan. Hal ini terlihat
dari produksi ikan pada tahun 2014 yang mencapai 4.832.039 kg/tahun atau 709.988
kg/bulan atau 27.307kg/hari (UPTD Lampulo). Peningkatan produksi pada
komoditas penting seperti tuna dan cakalang juga terjadi, hal ini terlihat dari
peningkatan produksi tuna dan cakalang yang dihasilkan yaitu sebesar 17,3% atau

6.823,158 ton pada tahun 2012 dibanding dengan tahun 2010 yaitu sebesar 5.638,270
ton (DKP Aceh, 2012).
Pelabuhan perikanan adalah sebuah wilayah yang terdiri dari daratan dan
perairan yang kondisinya cukup terlindungi dari ancaman angin dan gelombang
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pusat aktivitas maritim yang dilengkapi dengan
berbagai fasilitas. Pelabuhan perikanan merupakan sebuah jembatan terlaksananya
segala aktivitas perikanan tangkap, seperti tempat awal persiapan penangkapan
sampai pada pendaratan, pendistribusian hasil tangkapan dan konsumen. Pelabuhan
perikanan juga harus dapat menjamin segala kebutuhan kapal yang sedang berlabuh
serta menjamin mutu hasil tangkapan yang telah didaratkan (Lubis, 2006). Undangundang No 9 tahun 1985 menyebutkan Pelabuhan perikanan berfungsi guna
mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya perikanan dan lingkungan mulai dari pra produksi, produksi sampai
pada pemasaran. Pada hakekatnya pelabuhan perikanan merupakan basis utama
kegiatan industri perikanan tangkap yang harus dapat menjamin suksesnya aktivitas
usaha perikanan tangkap tersebut. Pelabuhan perikanan berperan sebagai terminal
yang menghubungkan kegiatan usaha di laut dan di darat kedalam suatu sistem usaha
yang berdaya guna tinggi. Dalam menjalankan aktivitas unit penangkapan di laut,
keberangkatannya dari pelabuhan harus dilengkapi dengan bahan bakar, perbekalan
makanan, es dan lain-lain.
Provinsi Aceh memiliki pelabuhan perikanan terbesar, yaitu Pelabuhan
perikanan Lampulo. Lampulo terletak pada posisi geografis 05 o 35 6.94 LU dan 95o
18 51.16 BT, berhadapan langsung dengan alur pelayaran internasional yaitu
Samudera Hindia dan Selat Malaka. Nelayan Aceh menggantungkan hidupnya dari
2

aktivitas melaut, keberadaan Pelabuhan Perikanan Lampulo diharapkan akan


meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pengurangan angka pengangguran.
Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh (DKP) 2012, Pelabuhan Lampulo
dibangun di atas lahan seluas 63 ha dengan kolam labuh 70 ha. Pelabuhan lampulo
yang ada saat ini ialah hasil dari relokasi pelabuhan lama. Meskipun demikian,
aktivitas yang terjadi dalam pelabuhan ini masih ramai dan padat, hal demikian
mengindikasikan bahwa Lampulo masih menjalankan fungsinya sebagai tempat
pendaratan ikan dengan baik. Pelabuhan Lampulo sampai saat ini juga masih aktif
berkontribusi terhadap sektor perikanan Aceh dan pendapatan asli daerah (PAD)
Provinsi Aceh yaitu sekitar 42% - 53% (Lubis et al., 2014).
Agar pelabuhan perikanan Lampulo dapat berfungsi, maka pelabuhan
memerlukan fasilitas yang memadai, sehingga seluruh aktivitas dapat terlaksana
dengan baik, seperti fasilitas pokok, fungsional dan penunjang. Syahputra (2013)
mengatakan bahwa dalam menjalani fungsinya, pelabuhan perikanan harus
dilengkapi dengan berbagai fasilitas, yaitu fasilitas pokok yang befungsi sebagai
penjamin keamanan dan kelancaran kapal, fasilitas fungsional yang berfungsi
sebagai peninggi nilai guna dari fasilitas pokok sehingga dapat menunjang aktivitas
di pelabuhan, dan fasilitas penunjang yang berfungsi sebagai peningkat peranan
pelabuhan atau sebagai peningkat kenyamanan pelaku (User) dalam melakukan
aktivitas di pelabuhan.
Sumberdaya perikanan dapat saja dihargai dengan harga yang rendah hanya
dikarenakan fasilitas pelabuhan yang tidak berfungsi secara optimal. Harapannya
kedepan dalam hal ini pemerintah lebih memprioritaskan lagi terhadap sarana dan
prasarana yang ada dipelabuhan terutama yang mendorong peningkatan mutu
3

sehingga kedepannya Indonesia mampu mengekspor hasil perikanananya sebagai


kesiapan dalam menghdapi MEA (Kohar et al., 2011) . Hal ini dapat diperoleh bila
jenis, ukuran dan kondisi fasilitas juga dalam keadaan baik serta pemanfaatan
fasilitas sesuai dengan kebutuhan, kemudian terlaksananya aktivitas yang baik pula
(Marwanto et al., 2012).
Oleh karena itu, dari semua gambaran diatas, penelitian tentang analisis tingkat
pemanfaatan fasilitas pokok di Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo dipandang
perlu dilakukan dengan mengukur nilai pemanfaatan fasilitas-fasilitas yang ada di
pelabuhan perikanan Lampulo agar diketahui apakah fasilitas tersebut sudah cukup
luas atau kurang dengan diketahui dari nilai pemanfaatan tersebut 100% atau tidak.
1.2. Rumusan Masalah
Pelabuhan Perikanan Lampulo merupakan pelabuhan terbesar dan tertua yang
ada di Aceh. Posisinya yang strategis dan potensial bagi para pelaku usaha,
mengundang minat para pelaku usaha untuk melakukan bisnis di pelabuhan tersebut.
Hal tersebutlah yang menjadi alasan mengapa tingkat aktivitas yang terdapat dalam
pelabuhan tersebut dapat tergolong tinggi dan padat. Oleh karena itu, penting bagi
kita untuk mengukur tingkat pemanfaatan fasilitas yang ada di pelabuhan lampulo
lebih lanjut untuk mengetahui apakah fasilitas tersebut sudah cukup atau masih
kurang dalam segi pemanfaatanya agar aktivitas yang ada dapat berjalan dengan
lancar dan efektif.
1.3.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan fasilitas di

Pelabuhan Perikanan Lampulo.

1.4.

Manfaat
Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam

pengembangan fasilitas di Lampulo.


1.5.

Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian terhadap tiga
fasilitas pokok yang dikaji yaitu: dermaga tambat dan labuh, lahan Pelabuhan
Perikanan Lampulo dan kolam labuh.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian pelabuhan perikanan


Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan
dan wilayah lautan yang biasanya dipergunakan sebagai pangkalan kegiatan
penangkapan ikan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan
sampai ikan didistribusikan (Lubis, 2006). Menurut Yuspardianto (2006) bahwa
pelabuhan perikanan merupakan prasarana yang mendukung untuk meningkatkan
pendapatan petani nelayan juga sekaligus mendorong nilai investasi dibidang
perikanan. Sedangkan menurut (UPT), Pelabuhan perikanan adalah prasarana
perikanan yang berfungsi sebagai pusat pengembangan dari masyarakat nelayan dan
pusat kegiatan ekonomi perikanan mulai dari produksi, pengolahan, hingga
pemasaran hasil perikanan .
Menurut PERMEN No 8 Tahun 2012 tentang kepelabuhan perikanan,
Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan
disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan
bersandar, berlabuh, atau bongkar muat yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Suryana (2010) menyatakan bahwa
pelabuhan merupakan pusat aktifitas ekonomi kelautan, sehingga keberadaannya
sangat diperlukan. Keberadaan pelabuhan perikanan sangat penting untuk menunjang
aktifitas penangkapan dalam kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya
perikanan mulai dari kegiatan praproduksi, produksi, sampai pada pasca produksi.
Pelabuhan perikanan juga memberikan kontribusi untuk meningkatkan
produksi ikan, pemasukan devisa, membuka lapangan kerja dan peningkatan
6

pendapatan, peningkatan penyediaan ikan segar dan peningkatan pendapatan


pemerintah lokal. Selain itu, pelabuhan juga mempunyai peranan penting yang
terletak pada fasilitasnya sebagai penunjang dalam menunjang (Arsyad, 2014).
2.2. Klasifikasi Pelabuhan Perikanan
Menurut UPT Pusat (2005) bahwa Pelabuhan perikanan diklasifikasikan dalam
empat kelas, yaitu: Pelabuhan Perikanan kelas A (Pelabuhan Perikanan Samudera),
Pelabuhan Perikanan kelas B (Pelabuhan Perikanan Nusantara/PPN); Pelabuhan
Perikanan kelas C (Pelabuhan Perikanan Pantai/PPP); dan Pelabuhan Perikanan kelas
D (Pangkalan Pendaratan Ikan/PPI). Kelas pelabuhan perikanan berdasarkan kriteria
teknis dan operasional adalah sebagai berikut
1. Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) ditetapkan berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
a. Mampu melayani kapal perikanan di ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia) dan laut lepas;
b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan sekurangkurangnya 60 GT;
c. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam
sekurang-kurangnya minus 3 m;
d. Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 100 unit atau
jumlah keseluruhan 6000 GT; dan
e. Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 20 ha.
2. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) ditetapkan berdasarkan kriteria
sebagai berikut:
a. Mampu melayani kapal perikanan di Perairan ZEEI;
b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran
sekurang-kurangnya 30 GT;
c. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam
sekurang-kurangnya minus 3 m;
d. Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 75 unit atau
jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT;
e. Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 10 ha.
7

3. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) ditetapkan berdasarkan kriteria sebagai


berikut:
a. Mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di
Perairan Indonesia;
b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran
sekurang-kurangnya 10 GT;
c. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam
sekurang-kurangnya minus 2 m;
d. Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 30 unit atau
jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT;
e. Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 5 ha.
4. Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) ditetapkan berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
a. Mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di
Perairan Indonesia.
b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran
sekurang-kurangnya 5 GT;
c. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam
sekurang-kurangnya minus 1 m;
d. Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 15 unit atau
jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 75 GT;
e. Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 1 ha.
2.3. Fasilitas Pelabuhan Perikanan
Fasilitas sangat berperan dalam menunjang aktifitas di pelabuhan
perikananan. Kapasitas yang tidak cukup, ketidak ketersediaan salah satu fasilitas
yang diperlukan, serta tata letak fasilitas pelabuhan yang salah akan menghambat
berbagai aktifitas yang ada di pelabuhan. Fasilitas diperlukan dari praproduksi yaitu
disaat persiapan kegiatan operasi penangkapan sampai pada pasca produksi yaitu saat
dimana ikan yang menjadi hasil tangkapan didaratkan dan dipasarkan (Lubis, 2011).
Berdasarkan PERMEN No 16 Tahun 2006 Tentang pelabuhan perikanan
harus memiliki fasilitas yang meliputi:
8

1. Fasilitas Pokok
Fasilitas pokok atau juga sering disebut fasilitas dasar diperlukan untuk
menunjang aktifitas di pelabuhan. Fasilitas pokok ada yang berfungsi sebagai
penjamin keamanan dan kelancaran kapal baik ketika berlayar maupun masuk ke
pelabuhan, saat berlabuh maupun bertambat. Fasilitas pokok itu antara lain:
Pelindung (Break Water, revetment, dan groin), tambat seperti dermaga dan jetty,
perairan seperti kolam dan alur pelayaran, penghubung seperti jalan, drainase,
gorong-gorong, dan jembatan, lahan pelabuhan perikanan.
2. Fasilitas Fungsional
Fasilitas fungsional yaitu fasilitas yang berfungsi untuk menunjang kegiatan
fasilitas pokok, sehingga dapat meninggikan nilai guna suatu aktifitas . Fasilitas ini
pada umumnya tidak harus ada dalam pelabuhan dan disediakan sesuai dengan
kebutuhan operasional pelabuhan perikanan tersebut.
Fasilitas tersebut diantaranya ialah: TPI, pabrik es, gudang es, refrigerasi /
fasilitas pendinginan, seperti cool room, dan cold storage, fasilitas pemeliharaan dan
perbaikan armada dan alat penangkap ikan, fasilitas perbekalan, fasilitas komunikasi
(Nurani, 2006).

BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Lokasi penelitian di Pelabuhan Perikanan Lampulo, Kecamatan Kuta Alam,
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Penelitian ini akan dilakukan mulai dari bulan
Maret sampai Mei. Peta lokasi penelitian disajikan seperti berikut:

Gambar 3.1. Lokasi penelitian


3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat dan bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Lay out pelabuhan Lampulo, peta pelabuhan serta meteran untuk mengukur dimensi
fasilitas.

10

3.3. Prosedur Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data
primer diambil melalui survey, yaitu dengan pengamatan dan pengumpulan data
langsung ke lokasi penelitian dan mengamati fasilitas-fasilitas yang tersedia di
Pelabuhan Perikanan Lampulo tersebut.
Pengambilan data primer meliputi:
1) Pengamatan langsung pada dimensi fasilitas pokok
2) Pengamatan terhadap aktifitas yang berkaitan dengan fasilitas pokok
3) Mengukur jarak antar kapal menggunakan meteran

Pengambilan data sekunder meliputi:


1)
2)
3)
4)

Data fasilitas pokok di pelabuhan Lampulo, seperti ukuran dan kapasitas


Data kapal yang berlabuh setiap hari
Lay out Pelabuhan Lampulo
Master Plan Pelabuhan Lampulo.

start

Fasilitas Pokok Pelabuhan


Perikanan Lampulo

Data aktivitas
Tingkat
dan dimensi
penggunaan
Dermagafasilitas

11 (%) tingkat
Data
aktivitas
Tingkat
Data aktivitas
Presentase
rekomendasi
dan
dimensi
kebutuhan
dan dimensi
pemanfaatan Fasilitas
Kapasitas
fasilitas
kolam
labuh
Lahan
Finish
pokok3.2.
Pelabuhan
Gambar
Digram
AlirPerikanan
Penelitian terhadap fasilitas

3.4. Analisis Data


Analisis aktivitas operasional perikanan di Pelabuhan Perikanan Lampulo
dilakukan secara deskriptif dengan fakta keadaan lapangan.
Menurut Bambang (2011) bahwa dengan menggunakan analisis presentase
tingkat pemanfaatan, penulis dapat mengetahui atau menilai berapa tingkat
pemanfaatan fasilitas di PPS Lampulo. Batasan untuk mengetahui pemanfaatan
fasilitas ialah sebagai berikut:
1.

Fasilitas berkapasitas tertentu.


penggunaan fasilitas
presentase pemanfaatan=
100
kapasitas fasilitas

Jika pemanfaatan > 100 % maka tingkat pemanfaatan fasilitas pelabuhan


melebihi batas optimal.

Jika presentase pemanfaatan = 100 % maka pemanfaatan fasilitas pelabuhan

masih dalam batas optimal.


Jika presentase pemanfaatan < 100% maka tingkat pemanfaatan fasilitas
pelabuhan dalam kondisi belum optimal.

2.

Fasilitas tidak berkapasitas, dihitung secara subjektif

1). Dermaga
Untuk menganalisis tingkat pemanfaatan dermaga saat ini maka dilakukan
perbandingan nilai panjang dermaga yang telah tersedia dan kebutuhan panjang
dermaga saat ini dengan persamaan:
kebutuhan panjang saat ini
Tingkat penggunaan dermaga=
100
kapasitas yang tersedia
Panjang dermaga yang dibutuhkan saat ini akan dihitung dengan mengetahui
jumlah kapal rata-rata sehari yang akan berlabuh (m), cara kapal merapat,
memanjang, tegak lurus (jam kerja efektif dianggap 6 jam), panjang dan lebar kapal
12

rata-rata yang berlabuh (Kandi, 2005). Maka panjang dermaga dapat dicari dengan
rumus sebagai berikut:
Ld=( Loa+s ) ns
Dimana :
Ld
= panjang dermaga (m)
Loa = panjang kapal (m)
s
= jarak antar kapal
ns
= jumlah rata-rata kapal yang akan berlabuh setiap hari
2). Tempat labuh
Tempat labuh digunakan oleh kapal untuk tempat beristirahat yang telah
melakukan kegiatan pembongkaran ikan. Rumus untuk menghitung Tempat tambat
labuh ialah sebagai berikut:
l s n
L=
3
Keterangan :
L
= panjang dermaga
l
= panjang kapal
s
= jarak antar kapal
n
= jumlah kapal yang menggunakan dermaga.

3). Kolam Labuh


Untuk menghitung tingkat optimal penggunaan luas kolam labuh saat ini
maka dilakukan perbandingan nilai luas kolam labuh yang tersedia dan kebutuhan
kolam labuh saat ini dengan persamaan:
tingkat penggunaanluas kolam labuh=

luas kolam yang tersedia


100
luas kolam labuh yang dibutuhkan

Kebutuhan luas kolam pelabuhan saat ini dihitung dengan persamaan:


Lx = LT + (3 n l b)
di mana:
Lx

= Luas kolam pelabuhan (m2);

13

LT

= Luas untuk memutar kapal (m2);

= perkiraan jumlah kapal maksimum yang berlabuh pada saat yang


sama

= panjang kapal rata-rata (m)

= lebar kapal rata-rata (m)

sedangkan LT dapat kita hitung dengan rumus lingkaran, yaitu:


LT = r

di mana:
LT

= Luas untuk memutar kapal (m2);

= 3,14

= panjang kapal terbesar (m)

4). Lahan Pelabuhan perikanan


Untuk menganalisis tingkat pemanfaatan daratan pelabuhan saat ini maka
dilakukan perbandingan nilai luas daratan yang saat ini dibangun dan kebutuhan luas
daratan pelabuhan saat ini dengan persamaan:

tingkat pemanfaatan daratan=

kebutuhan saat ini


100
luas yang tersedia

Lahan pelabuhan perikanan dibutuhkan 2-4 kali luas dari keseluruhan dari
fasilitas yang ada. Hasil perhitungan selanjutnya akan dibandingkan dengan
14

kapasitas yang tersedia sehingga didapat sarana perlu diperluas atau tidak (Dirjen,
1981).

15

DAF TAR PUSTAKA


Arsyad, M. 2014. Analisis Tingkat Pemanfaatan Fasilitas Pangkalan Pendaratan
Ikan Bonehalang. Skripsi, UNHAS, Makassar.
DKP ACEH. 2015. Data Statistika Perikanan Tangkap Aceh 2015. Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Aceh, Banda Aceh
Kandi, O. 2005. Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo. Tesis, IPB,
Bogor.
Kohar, A. M., Agus, S., Much, A.W. 2011. Performance Analysis of Nusantara
Fishery Harbor of Pekalongan. Jurnal Saintek Perikanan, 7(1): 32-38.
Lubis, A.M., Syaifuddin, Isnaniah. 2015. The Contribution Of The Lampulo Fishing
Port, For Fishery Sector In Banda Aceh City, Nanggroe Aceh Darussalam.
Jurnal Online Mahasiswa Februari, 83-86.
Lubis, E. 2006. Pengantar pelabuhan perikanan.Intramedia, Bogor.
Lubis, E., Mardiana, N. 2011. Peranan Fasilitas PPI Terhadap Kelancaran Aktivitas
Pendaratan Ikan di Cituis Tangerang. Jurnal Tekhnologi Perikanan dan
Kelautan, 2 (7) 1-10
Marwanto, Jonny Z., Syaifuddin. 2012. Studi Pemanfaatan Fasilitas Tempat
Pendaratan Ikan di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Provinsi
Riau.Jurnal Universitas Riau,
Nurani. 2006. Pengelolaan Pelabuhan Perikanan.
Peraturan Menteri. 2006. PER.16/MEN/2006 Peraturan Menteri Tentang
Kepelabuhan Perikanan. Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia:
Jakarta
Suherman, A. 2011. Formulasi Strategi Pengembangan Pelabuhan Perikanan
Nusantara Pengambengan Jembrana. Jurnal Marine Fisheries, 1 (2) hal 87-99
Suryana, E. 2008. Analisis Sistem Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan
Provinsi Banten.Tesis, UT, Jakarta.

16

Syahputra, F.2015.Analisis pengembangan fasilitas pokok pelabuhan perikanan


pantai (PPP) Lampulo, Banda Aceh.Tesis, IPB, Bogor.
UPT PUSAT. 2005. Profil Pelabuhan Perikanan di Indonesia. Dirjen Perikanan
Tangkap. Jakarta
Yuspardianto. 2006. Studi Fasilitas Pelabuhan Perikanan Dalam Rangka
Pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus Sumatera Barat.
Jurnal Mangrove dan Pesisir, 1 (6) 47-57.

17

BIODATA
I. DATA PRIBADI
1. Nama
: Rosi Rahayu
2. Tempat/Tanggal Lahir : Meulaboh/25 April 1994
3. Agama
: Islam
4. Alamat
: Jl. Letnan Gg. Besi No. 7C Kec.
Kuta Alam Kota Banda Aceh

II. DATA ORANG TUA


1.
2.
3.
4.

Nama Ayah
Pekerjaan
Nama Ibu
Pekerjaan

: Rusli Abdullah
: BUMN
: Rosmiati, S.E
: PNS
5. Alamat orang tua : Jl. Tuanku Imam Bonjol Lr.
H. Usman Kec. Johan Pahlawan

III. RIWAYAT PENDIDIKAN

No. Jenjang pendidikan Bidang Studi


formal
1
SD
-

Tempat

Tahun

MIN Drien Rampak

2006

SLTP

MTsN Model Meulaboh I

2009

SLTA

IPA

MAN I Meulaboh

2012

IV. KARYA TULIS


No
Judul
.
1.

Tahun

Banda Aceh, 9 Februari, 2016


18

Rosi Rahayu

19

Anda mungkin juga menyukai