Proposal 2
Proposal 2
Proposal 2
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Provinsi Aceh dikenal dengan potensinya yang berlimpah. Salah satu potensi
tersebut ialah potensi kelautan dan perikanannya. Hal tersebut didukung oleh
letaknya yang berada di ujung pulau Sumatera, tepatnya di titik koordinat 01o 58
37,2 06o 04 33,6 LU dan 94o 57 57,6 98o 17 13,2 BT . Aceh di kelilingi
oleh Samudera Hindia dan Selat Malaka, hal ini mengindikasikan bahwa Provinsi
Aceh juga terletak dijalur migrasi ikan tuna yang merupakan komoditi penting serta
jalur pelayaran internasional yang strategis. Aceh memiliki panjang garis pantai yang
mencapai 1.660 km serta luas perairannya 295.370 km 2. Aceh memiliki laut ZEE
(Zona Ekonomi Eksklusif) seluas 238.807 km2 dan perairan teritorial mencapai
56.563 km2. Potensi lestari yang dihasilkan dari perairan ZEE mencapai 272,7 ribu
ton/tahun serta jumlah kapal penangkapan yang ada sebanyak 16.701 unit. Selain itu,
Aceh juga memiliki jumlah nelayan yakni berkisar 64.466 orang. Hal tersebut
menjadi alasan mengapa selama ini masyarakat Aceh selalu mengandalkan sektor
laut dan perikanan sebagai penunjang perekonomiannya (DKP, 2015).
Posisi Banda Aceh yang terdapat di Selat Malaka dan Samudera Hindia
merupakan daerah yang cukup potensial untuk industri penangkapan. Hal ini terlihat
dari produksi ikan pada tahun 2014 yang mencapai 4.832.039 kg/tahun atau 709.988
kg/bulan atau 27.307kg/hari (UPTD Lampulo). Peningkatan produksi pada
komoditas penting seperti tuna dan cakalang juga terjadi, hal ini terlihat dari
peningkatan produksi tuna dan cakalang yang dihasilkan yaitu sebesar 17,3% atau
6.823,158 ton pada tahun 2012 dibanding dengan tahun 2010 yaitu sebesar 5.638,270
ton (DKP Aceh, 2012).
Pelabuhan perikanan adalah sebuah wilayah yang terdiri dari daratan dan
perairan yang kondisinya cukup terlindungi dari ancaman angin dan gelombang
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pusat aktivitas maritim yang dilengkapi dengan
berbagai fasilitas. Pelabuhan perikanan merupakan sebuah jembatan terlaksananya
segala aktivitas perikanan tangkap, seperti tempat awal persiapan penangkapan
sampai pada pendaratan, pendistribusian hasil tangkapan dan konsumen. Pelabuhan
perikanan juga harus dapat menjamin segala kebutuhan kapal yang sedang berlabuh
serta menjamin mutu hasil tangkapan yang telah didaratkan (Lubis, 2006). Undangundang No 9 tahun 1985 menyebutkan Pelabuhan perikanan berfungsi guna
mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya perikanan dan lingkungan mulai dari pra produksi, produksi sampai
pada pemasaran. Pada hakekatnya pelabuhan perikanan merupakan basis utama
kegiatan industri perikanan tangkap yang harus dapat menjamin suksesnya aktivitas
usaha perikanan tangkap tersebut. Pelabuhan perikanan berperan sebagai terminal
yang menghubungkan kegiatan usaha di laut dan di darat kedalam suatu sistem usaha
yang berdaya guna tinggi. Dalam menjalankan aktivitas unit penangkapan di laut,
keberangkatannya dari pelabuhan harus dilengkapi dengan bahan bakar, perbekalan
makanan, es dan lain-lain.
Provinsi Aceh memiliki pelabuhan perikanan terbesar, yaitu Pelabuhan
perikanan Lampulo. Lampulo terletak pada posisi geografis 05 o 35 6.94 LU dan 95o
18 51.16 BT, berhadapan langsung dengan alur pelayaran internasional yaitu
Samudera Hindia dan Selat Malaka. Nelayan Aceh menggantungkan hidupnya dari
2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan fasilitas di
1.4.
Manfaat
Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam
Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian terhadap tiga
fasilitas pokok yang dikaji yaitu: dermaga tambat dan labuh, lahan Pelabuhan
Perikanan Lampulo dan kolam labuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Fasilitas Pokok
Fasilitas pokok atau juga sering disebut fasilitas dasar diperlukan untuk
menunjang aktifitas di pelabuhan. Fasilitas pokok ada yang berfungsi sebagai
penjamin keamanan dan kelancaran kapal baik ketika berlayar maupun masuk ke
pelabuhan, saat berlabuh maupun bertambat. Fasilitas pokok itu antara lain:
Pelindung (Break Water, revetment, dan groin), tambat seperti dermaga dan jetty,
perairan seperti kolam dan alur pelayaran, penghubung seperti jalan, drainase,
gorong-gorong, dan jembatan, lahan pelabuhan perikanan.
2. Fasilitas Fungsional
Fasilitas fungsional yaitu fasilitas yang berfungsi untuk menunjang kegiatan
fasilitas pokok, sehingga dapat meninggikan nilai guna suatu aktifitas . Fasilitas ini
pada umumnya tidak harus ada dalam pelabuhan dan disediakan sesuai dengan
kebutuhan operasional pelabuhan perikanan tersebut.
Fasilitas tersebut diantaranya ialah: TPI, pabrik es, gudang es, refrigerasi /
fasilitas pendinginan, seperti cool room, dan cold storage, fasilitas pemeliharaan dan
perbaikan armada dan alat penangkap ikan, fasilitas perbekalan, fasilitas komunikasi
(Nurani, 2006).
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Lokasi penelitian di Pelabuhan Perikanan Lampulo, Kecamatan Kuta Alam,
Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Penelitian ini akan dilakukan mulai dari bulan
Maret sampai Mei. Peta lokasi penelitian disajikan seperti berikut:
10
start
Data aktivitas
Tingkat
dan dimensi
penggunaan
Dermagafasilitas
11 (%) tingkat
Data
aktivitas
Tingkat
Data aktivitas
Presentase
rekomendasi
dan
dimensi
kebutuhan
dan dimensi
pemanfaatan Fasilitas
Kapasitas
fasilitas
kolam
labuh
Lahan
Finish
pokok3.2.
Pelabuhan
Gambar
Digram
AlirPerikanan
Penelitian terhadap fasilitas
2.
1). Dermaga
Untuk menganalisis tingkat pemanfaatan dermaga saat ini maka dilakukan
perbandingan nilai panjang dermaga yang telah tersedia dan kebutuhan panjang
dermaga saat ini dengan persamaan:
kebutuhan panjang saat ini
Tingkat penggunaan dermaga=
100
kapasitas yang tersedia
Panjang dermaga yang dibutuhkan saat ini akan dihitung dengan mengetahui
jumlah kapal rata-rata sehari yang akan berlabuh (m), cara kapal merapat,
memanjang, tegak lurus (jam kerja efektif dianggap 6 jam), panjang dan lebar kapal
12
rata-rata yang berlabuh (Kandi, 2005). Maka panjang dermaga dapat dicari dengan
rumus sebagai berikut:
Ld=( Loa+s ) ns
Dimana :
Ld
= panjang dermaga (m)
Loa = panjang kapal (m)
s
= jarak antar kapal
ns
= jumlah rata-rata kapal yang akan berlabuh setiap hari
2). Tempat labuh
Tempat labuh digunakan oleh kapal untuk tempat beristirahat yang telah
melakukan kegiatan pembongkaran ikan. Rumus untuk menghitung Tempat tambat
labuh ialah sebagai berikut:
l s n
L=
3
Keterangan :
L
= panjang dermaga
l
= panjang kapal
s
= jarak antar kapal
n
= jumlah kapal yang menggunakan dermaga.
13
LT
di mana:
LT
= 3,14
Lahan pelabuhan perikanan dibutuhkan 2-4 kali luas dari keseluruhan dari
fasilitas yang ada. Hasil perhitungan selanjutnya akan dibandingkan dengan
14
kapasitas yang tersedia sehingga didapat sarana perlu diperluas atau tidak (Dirjen,
1981).
15
16
17
BIODATA
I. DATA PRIBADI
1. Nama
: Rosi Rahayu
2. Tempat/Tanggal Lahir : Meulaboh/25 April 1994
3. Agama
: Islam
4. Alamat
: Jl. Letnan Gg. Besi No. 7C Kec.
Kuta Alam Kota Banda Aceh
Nama Ayah
Pekerjaan
Nama Ibu
Pekerjaan
: Rusli Abdullah
: BUMN
: Rosmiati, S.E
: PNS
5. Alamat orang tua : Jl. Tuanku Imam Bonjol Lr.
H. Usman Kec. Johan Pahlawan
Tempat
Tahun
2006
SLTP
2009
SLTA
IPA
MAN I Meulaboh
2012
Tahun
Rosi Rahayu
19