CBD Preeklamsi Ringan
CBD Preeklamsi Ringan
CBD Preeklamsi Ringan
Disusun oleh :
RANI PURNAMASARI
P17324413054
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia dan hidayah -Nya telah
memberikan nikmat sehat yang tidak ternilai sehingga Saya dapat menyelesaikan penyusunan
CBD.
Saya berharap semoga isi dari materi ini dapat menyumbangkan pengetahuan dan
menambah wawasan bagi para pembacanya sehingga dapat di jadikan sebagai salah satu
sumber dalam penyelesaian tugas.
Makalah CBD dengan judul Asuhan Kebidanan Intra Natal Care pada Ny. R dengan
Pre eklampsi Ringan di RSUD Indramayu ini tentu masih memiliki berbagai kekurangan
baik dari segi penampilan maupun isi. Oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca
sangat saya harapkan sebagai pembelajaran dan bekal dalam pembuatan CBD selanjutnya.
BAB I
TINJAUAN TEORI
1. 1 Definisi
Hipertensi pada kehamilan dapat dibagi menjadi :
hipertensi kronik yaitu keadaan hipertensi yang timbul sebelum kehamilan atau pada
umur kehamilan 20 minggu
hipertensi gestasional yaitu hipertensi yang timbul sesudah minggu ke 20 atau pada
awal nifas tetapi tanpa pre-eklamsia. disebut juga sebagai transsien atau late
hypertension. keadaan ini dapat timbul pada kehamilan berikutnya.
pre-eklamsia yaitu hipertensi yang timbul pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih
yang disertai dengan proteinuria dan udema.
eklamsia, yaitu kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau nifas
ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, sebelumnya sudah menunjukkan gejalagejala pre-eklamsia
Pre-eklamsia dibagi menjadi 2 bagian :
1. pre-eklamsia Ringan (PER)
2. Pre-eklamsia Berat (PEB)
Pre eklampsi ringan yaitu keadaan dimana hipertensi dengan proteinuria dan atau udema
setelah kehamilan 20 minggu.
Penyebabnya sampai sekarang belum jelas namun patofisiologinya telah diketahui dengan
jelas yakni disfungsi atau kerusakan sel endotel vaskular secara menyeluruh (imunologi,
genetik, nutrisi)
Pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinnuria dan atau edema setelah umur
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. (Sujiyatini, 2009)
Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria, dan edema yang
timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke tiga pada
kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa. (Rukiyah, 2010).
1.2 Faktor Predisposisi
1. Kehamilan kembar
2. Penyakit trofoblas
3. Hidramnion
4. Diabetes Melitus
5. Gangguan vaskuler plasenta
6. Faktor herediter
7. Riwayat preeklampsia sebelumnya
8. Obesitas sebelum hamil
1.3 Etiologi
Penyebab pre eklampsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai
maladaptation syndrome akibat vasospasme general dengan segala akibatnya.
(kuliahbidan.com)
Sedangkan Penyebab pre eklamsia saat ini juga belum bisa diketahui dengan pasti, walaupun
penelitian yang dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju. Semuanya baru
didasarkan pada teori yang dihubungkan dengan kejadian. Itulah sebab pre eklamsia disebut
juga disease of theory (Rukiyah, 2010).
Dari hal-hal tersebut diatas, jelas bahwa bukan hanya satu faktor, melainkan banyak faktor
yang menyebabkan pre-eklamsia dan eklamsia.
1.4 Patofisiologi
Menurut Mochtar (2007) Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerolus. Pada
beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu
sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan
darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi
jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan intertisial belum diketahui penyebabnya,
mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola
sehingga terjadi perubahan glomerolus.
1.5 Manifestasi Klinis
Gejala klinis pre eklampsia ringan meliputi :
1. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih; diastol 15 mmHg atau lebih dari
tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau sistol 140 mmHg
sampai kurang 160 mmHg; diastol 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg.
2. Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif positif
2 (+2).
3. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.
4. Tidak disertai gangguan fungsi organ.
Menurut Chapman Vicky (2006), faktor resiko pre eklamsia :
1. Pre eklamsia 10 kali lebih sering terjadi pada primigravida
2. Kehamilan ganda memiliki resiko lebih dari 2 kali lipat
3. Obesitas (yang dengan indeks masa tubuh > 29) meningkatkan resiko 4 kali lipat.
4. Riwayat hipertensi
5. Diabetes
1.6 Komplikasi
Komplikasi terberat adalah Preeklamsi berat dan Eklamsi yang berujung pada kematian ibu
dan janin. Komplikasi dibawah ini yang bisa terjadi pada pre eklamsia dan eklamsia
(Rukiyah, 2010)
Komplikasi yang terjadi pada ibu :
1. Solusio Plasenta : Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan
lebih sering terjadi pada pre eklamsia
2. Hipofibrinogenemia : Biasanya terjadi pada pre eklamsia berat. Oleh karena itu dianjurkan
untuk pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
3. Hemolisis : Penderita dengan PEB kadang-kadang menunjukkan gejala klinik hemolisis
yang dikenel dengan ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan
sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada
autopsy penderita eklamsia dapat menerangkan ikterus tersebut.
4. Perdarahan Otak : Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal
penderita eklamsia.
5. Kelainan Mata : Kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung sampai
seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina. Hal ini merupakan
tanda gawat akan terjadi apopleksia serebri.
6. Edema Paru-Paru : Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronkopnemonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang ditemukan abses paru-paru.
7. Nekrosis Hati : Nekrosis periportal hati pada pre eklamsia/eklamsia merupakan akibat
vasopasme arteriole umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklamsia, tetapi juga dapat terjadi
pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati,
terutama penentuan enzim-enzimnya.
8. Sindroma HELLP (Haemolisys elevated liver enzymes dan low palatelet) Merupakan
sindrom kumpulan gejala klinis berupa gangguan fungsi hati, hepatoselular (peningkatan
enzim hati [SGOT,SGPT], gejala subyektif [cepat lelah, mual, muntah, nyeri epigastrium]).
Hemolisis akibat kerusakan membrane eritrosit oleh radikal bebas asam lemak jenuh dan tak
jenuh. Trombositopenia (,150.000/cc), agregasi (adhesi trombosit did inding vaskuler),
kerusakan tromboksan (vasokonstriktor kuat), lisosom.
9. Kelainan Ginjal : Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan
sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur yang lainnya. Kelainan lain
yang dapat timbul ialah anuria samapi gagal ginjal.
10. Komplikasi Lain : Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang kejang
pneumoni aspirasi dan DIC (disseminated intravascular coagulation)
Komplikasi yang terjadi Pada Janin
Janin yang dikandung ibu hamil pre eklamsia akan hidup dalam rahim dengan nutrisi dan
oksigen dibawah normal. Keadaan ini bisa terjadi karena pembuluh darah yang menyalurkan
darah ke plasenta menyempit, karena buruknya nutrisi pertumbuhan janin akan terhambat
sehingga akan terjadi bayi dengan berat lahir rendah. Bisa juga janin dilahirkan kurang bulan
(prematuritas), komplikasi lanjut dari prematuritas adalah keterlambatan belajar, epilepsy,
serebral palsy, dan masalah pada pendengaran dan penglihatan, bayi saat dilahirkan asfiksia,
dan sebagainya.
1.7 Penatalaksanaan
Penanganan Preeklamsia ringan menurut Rukiyah (2010), dapat dilakukan dengan dua cara
tergantung gejala yang timbul yakni :
1. Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeklamsia ringan, dengan cara : ibu dianjurkan
banyak istirahat (berbaring,tidur/miring), diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan
garam; pemberian sedativa ringan : tablet phenobarbital 3x30 mg atau diazepam 3x2 mg/oral
selama 7 hari (atas instruksi dokter); roborantia; kunjungan ulang selama 1 minggu;
pemeriksaan laboratorium: hemoglobin, hematokrit, trombosit, urin lengkap, asam urat darah,
fungsi hati, fungsi ginjal.
2. Penatalaksanaan rawat tinggal pasien preeklamsi ringan berdasarkan kriteria : setelah dua
minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala
preeklamsia; kenaikan berat badan ibu 1kg atau lebih/minggu selama 2 kali berturut-turut (2
minggu); timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsia berat.
Bila setelah satu minggu perawatan diatas tidak ada perbaikan maka preeklamsia ringan
dianggap sebagai preeklamsia berat. Jika dalam perawatan dirumah sakit sudah ada perbaikan
sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari
lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan rawat jalan.
Perawatan obstetri pasien preeklamsia menurut Rukiyah (2010) adalah :
1. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu) : bila desakan darah mencapai normotensi selama
perawatan, persalinan ditunggu sampai aterm; bila desakan darah turun tetapi belum
mencapai normotensi selama perawtan maka kehamilanya dapat diakhiri pada umur
kehamilan 37 minggu atau lebih.
2. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih) : persalinan ditunggu sampai terjadi onset
persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan persalinan pada tanggal taksiran
persalinan
3. Cara persalinan: Persalinan dapat dilakukan secara spontan bila perlu memperpendek kala
II.
Menurut Winkjasastro Hanif (2006), Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simtomatis
(pencegahan) karena etiologi pre eklamsia dan faktor faktor apa dalam kehamilan yang
menyebabkannya belum diketahui, tujuan penanganan ialah: Mencegah terjadinya pre
eklamsia berat dan eklamsia, Melahirkan janin hidup, Melahirkan janin dengan trauma
sekecil-kecilnya.
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2009):
Jika usia kehamilan > 37 minggu:
1. jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500ml dekstrose IV 10
tetes/menit atau dengan prostaglandin
2. jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol, atau kateter foley, atau
terminasi dengan sc
BAB II
KASUS
2.1 Pengkajian Intranatal Care
No. Register
: 241913
Tanggal/ waktu
Nama pengkaji
: Rani Purnamasari
Tempat pengkajian
: Ruang VK
: Ny. R
Nama
: Tn. A
Umur
: 42 tahun
Umur
: 48 tahun
Pekerjaan
Pekerjaan
: Guru
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Suku Bangsa
Pendidikan
Suku Bangsa
: Jawa/ Indonesia
Golongan Darah : A
Golongan Darah
:Belum diperiksa
Status Perkawinan
: Kawin
Alamat rumah
: Jawa/ Indonesia
: S1
: Pabean
B. KELUHAN
Ibu mengaku hamil anak ke 5 usia kehamilan 9 bulan mengeluh mulas-mulas dan keluar
lendir bercampur darah dari jalan lahir. Ibu mengaku belum keluar air-air.
C. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG
Kehamilan ke : 5
Bersalin
: 4 kali
HPHT : 15 01 15
Taksiran Persalinan: 22 10 - 15
Keguguran : 0 kali
Usia Kehamilan: 37mgg
Tahun
UK
JK
Persalinan
Nifas
Penolong
Jenis
BB
PB
Tempat
H/
M
Lochea
Laktasi
Infeksi
1990
9 bulan
Paraji
Normal
Rumah
Normal
Ya
Tidak
1996
9 bulan
Paraji
Normal
Rumah
Normal
Ya
Tidak
2005
9 bulan
Bidan
Normal
3kg
50
BPM
Normal
Ya
Tidak
2008
9 bulan
Bidan
Normal
3kg
50
BPM
Normal
Ya
Tidak
E. AKTIVITAS SEHARI-HARI
1. Diet
a. Nutrisi
Terakhir makan
: jam 07.00 WIB
Jenis makanan yang dikonsumsi
: Nasi, sayuran dan lauk pauk
Porsi makan
: 1 porsi
Makanan yang dipantang
: Tidak ada
Alergi terhadap makanan
: Tidak ada
b. Hidrasi
Terakhir minum
: jam 11.00 WIB
Jenis minuman
: Air putih
2. Istirahat dan Tidur
Malam
: 4 jam
Siang
: Masalah
: Merasa mulas
3. Personal Hygiene
Mandi
: 1 kali
Gosok gigi
: 1 kali
Ganti Pakaian
: 1 kali
4. Aktivitas seksual
Kapan hubungan seksual terakhir
: 2 minggu yang lalu
Keluhan
: Tidak ada
5. Eliminasi
a. BAK
Terakhir kali BAK
: 10.30 WIB
Banyaknya
: 150 cc
Keluhan
: Tidak ada
b. BAB
Terakhir kali BAB
: Pagi jam 06.00 WIB
Konsistensi
: Lunak
Keluhan
: Tidak ada
F. RIWAYAT KESEHATAN
1. Penyakit yang pernah dan sedang diderita
II.
No
Nama
L/P
Usia
Hubungan
Keluarga
Pendidikan
Pekerjaan
1.
HA
48th
Suami
S1
Guru
2.
MK
25th
Anak
S1
Guru
3.
MH
19th
Anak
SMA
Belum bekerja
4.
15th
Anak
SMA
Pelajar
5.
8th
Anak
SD
Pelajar
Ket
- Sklera
: Putih
Bibir
Inspeksi
- Pucat
: agak pucat
- Stomatitis
: Tidak ada stomatitis
Leher
Inspeksi
Pembesaran kelenjar getah bening
: tidak ada
Pembesaran kelenjar tyroid
: tidak ada
Pembesaran vena jugularis
: tidak ada
Dada
Payudara
Inspeksi
- Simetris
: Ya simetris kanan dan kiri
- Benjolan
: tidak ada
- Hyperpigmentasi
: ada
- Retraksi
: tidak ada
- Putting susu
: menonjol
- Lecet
: tidak ada
- Kelainan
: tidak ada
Palpasi
- Benjolan
: tidak ada
- Colostrum
: ada
- Pembengkakan KGB axila : tidak ada
Abdomen
Inspeksi
- Bentuk perut
: membesar sesuai usia kehamilan
- Sikatrik bekas luka operasi : tidak ada
- Striae
: ada
- Hyperpigmentasi
: ada
Palpasi
- TFU
: 33 cm
- Leopold I
: TFU 3 jari di bawah PX, teraba bagian lunak, bulat,
tidak melenting
Leopold II : Kanan : Teraba bagian-bagian kecil janin.
Kiri : Teraba keras memanjang dan ada tahanan.
- Leopold III
: Teraba keras, bulat dan tidak bisa digoyangkan.
- Leopold IV
: Divergen
- Perlimaan
: 2/5
- TBJ
: (33-11)x155 = 3410 gram
- Penilaian His
Frekuensi : 4x/10 menit Interval His : 1 menit
Durasi His: >40 detik
Intensitas : kuat
Auskultasi
- DJJ
Frekuensi: 130 x/menit
kekuatan : kuat
regularitas : reguler
Ekstremitas atas
Inspeksi
- Bentuk
: simetris kiri dan kanan
-
10
6.
III.
- Oedema
: tidak ada oedema
- Kuku
: bersih dan pendek
Palpasi
- Oedema
: tidak ada oedema
- Capillary refill
: kembali dalam 2 detik
Ekstremitas bawah
Inspeksi
- Bentuk
: simetris kiri dan kanan
- Oedema
: tidak oedema
- Varises
: tidak varises
Palpasi
- Oedema
: tidak oedema
- Varises
: tidak varises
- Capillary refill
: kembali dalam 2 detik
Genetalia
Inspeksi
- Oedema
: Tidak ada oedema
- Varises
: Tidak ada
- Pembesaran Kelenjar Bartolini
: Tidak ada
- Pengeluaran
: Lendir, darah,
- Tanda Infeksi
: Tidak ada
Pemeriksaan dalam
- Vulva vagina
: Tidak ada kelainan
- Portio
: Tebal, lunak
- Pembukaan
: 5 cm
Keadaan ketuban
: Utuh
- Presentasi
: Kepala
- Denominator
: UUK kiri depan
Molase
:0
Turunnya bagian terendah janin
: Hodge III+
- Bagian-bagian yang menyertai
: Tidak ada
Anus
- Haemoroid
: tidak ada
Pemeriksaan Laboratorium
- Darah :
Hb
: 11.5 gr%
- Urine :
Protein : ++ Glukosa : ASSESMENT (A)
Diagnosa
: Ibu G5P4A0 usia kehamilan 37 minggu 2 hari inpartu kala 1 fase aktif
dengan PER.
Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala hodge II keadaan baik.
Masalah potensial
11
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga. Ibu dan keluarga
mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberikan dukungan emosional pada ibu bahwa ibu bisa melahirkan bayinya
dengan normal. Ibu terlihat tenang.
3. Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kanan atau ke kiri. Ibu mengerti dan tidur
miring ke kiri.
4. Menganjurkan cara relaksasi pada ibu yaitu dengan menarik nafas dalam melalui
hidung dan mengeluarkannya melalui mulut secara perlahan-lahan saat ibu merasa
mulas. Ibu mengerti dan dapat melakukannya secara mandiri.
5. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga untuk tidak menahan keinginan buang
air kecil, jika ibu masih bisa berjalan maka dianjurkan untuk kekamar mandi
diantar oleh keluarga atau jika sudah tidak bisa untuk berjalan maka dapat
menggunakan pispot. Ibu dan keluarga mengerti.
6. Menjelaskan kepada ibu bahwa kandung kemih yang penuh dapat menghambat
proses turunnya kepala bayi sehingga ibu tidak boleh menahan keinginan untuk
buang air kecil. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
7. Menganjurkan ibu minum, dan memberitahu keluarga untuk memenuhi kebutuhan
cairan pada ibu. Ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan
keluarga membantu memenuhi kebutuhan cairan pada ibu.
8. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memilih siapa yang akan mendampingi
ibu selama proses persalinan. Ibu mengerti dan ibu memilih paraji untuk
mendampinginya.
9. Memberitahu kepada keluarga untuk menyiapkan beberapa kain, pembalut, pakaian
bayi dan pakaian ibu untuk persalinan. Ibu dan keluarga mengerti dan sudah
menyiapkan segala kebutuhan tersebut.
10. Menyiapkan partus set, hecting set dan alat pertolongan segera pada bayi setelah
lahir. Alat-alat persiapan persalinan sudah disiapkan.
11. Memantau kemajuan persalinan dengan partograf yaitu DJJ dan HIS setiap 30
menit, nadi 30 menit, pembukaan serviks, penurunan kepala, tekanan darah dan
suhu setiap 4 jam, atau bila ada indikasi. Pemantauan dilakukan.
12
KALA II
Tanggal : Rabu, 21-10-2015
I.
DATA SUBJEKTIF
KELUHAN
Ibu mengaku mulas-mulas sudah semakin sering dan ibu sudah ingin meneran
II.
DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum: Baik Kesadaran : Compos Mentis
2. Tanda tanda vital
Tekanan darah
: 140/80 mmHg
Nadi
: 80 x/mnt
Respirasi
: 22 x/menit
Suhu
: 36,8oC
Infus
3. His
Intensitas
: kuat
Frekuensi
: 5x/10 menit
Interval
: 1 menit
Durasi
: 60 detik
4. DJJ
: 142 x/menit, Reguler
5. Pemeriksaan luar abdomen
Perlimaan
: 0/5
Vesika Urinaria : kosong
6. Pemeriksaan dalam
Vulva/vagina
: Tidak ada kelainan
Portio
: Tidak teraba
Pembukaan
: 10 cm
Keadaan Ketuban
: Pecah spontan pukul 11.40 WIB
Presentasi
: Kepala
Denominator
: UUK depan
Turunnya bagian terendah janin : Hodge IV
Mollage
:0
Bagian lain yang teraba
: Tidak ada
III. ASSESMENT
Diagnosa
Masalah Potensial
: eklampsia
13
tersimpan
Meletakkan kain yang dilipat 1/3 bagian bokong ibu.
Membuka partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
Saat kepala terlihat 5 6 cm di depan vulva, melindungi perineum dengan tangan
kanan saat sub occipito tampak dibawah sympisis dengan dialasi lipatan kain
bersih di bawah bokong ibu, sementara tangan kiri menahan puncak kepala agar
14
mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lain, kecuali bagian tangan.
Menjepit tali pusat dengan klem berjarak 3 cm dari umbilikus bayi kemudian urut
tali pusat ke arah ibu dan memasang klem kedua dengan jarak 2 cm dari klem
pertama.
Memegang tali pusat di antara kedua klem. Kemudian memotong tali pusat
KALA III
Tanggal : 21-10-15
I.
DATA SUBJEKTIF
Keluhan : Ibu mengatakan masih merasa mulas
II.
1.
DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum: Baik
Stabil
2.
III.
ASSESSMENT (A)
15
Keadaan emosional :
IV.
Diagnosa
Masalah Potensial
: Solusio plasenta
PLANNING (P)
1. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa bayi sudah lahir dengan jenis
kelamin perempuan dan sekarang akan melahirkan plasenta. Ibu mengerti dengan
informasi yang telah disampaikan dan ibu terlihat senang.
2. Meletakkan kain bersih di atass perut ibu dan memastikan tidak ada janin kedua. Janin
kedua tidak ada.
3. Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik oksitosin 10 IU agar kontraksi rahim tetap
baik. Ibu menyetujui tindakan yang akan dilakukan.
4. Menyuntikan oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha bagian luar kemudian lakukan
aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk ke pembuluh darah. Oksitosin sudah
disuntikan pada pukul ...WIB.
5. Melakukan PTT. PTT dilakukan ketika ada kontraksi.
Setelah plasenta tampak pada vulva, memegang plasenta dengan kedua tangan dan
lakukan putaran searah jarum jam untuk membantu pengeluaran plasenta dan
mencegah robeknya selaput ketuban.
6. Segera setelah plasenta lahir, melakukan massase uterus pada fundus uteri dengan
menggosok fundus secara sirkuler hingga kontraksi uterus baik selama 15 detik.
Hasilnya fundus teraba sepusat dengan kontraksi keras.
7. Memeriksa bagian maternal dan fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan
memasukkan plasenta ke dalam tempat yang disediakan. Plasenta sudah di simpan di
tempat yang disediakan.
Waktu plasenta lahir
Kotiledon
Selaput ketuban
Insersi tali pusat
Diameter
Tebal
Panjang tali pusat
Infark/Kelainan plasenta
Perdarahan
Kontraksi
Konsistensi
: 12.10 WIB
: lengkap
: lengkap
: sentralis
: 20 cm
: 3 cm
: 60 cm
: tidak ada
: 200 cc
: baik
: keras
16
Intensitas
: kuat
KALA IV
Tanggal : 21 10 2015
I. DATA SUBJEKTIF
Keluhan utama : Ibu mengeluh merasa gemetar
II. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum
Kesadaran
Keadaan umum
Status emosi
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suhu
3. TFU
4. Keadaan vesika urinaria
5. Jumlah perdarahan
6. Keadaan perineum
III.
IV.
ASSESMENT (A)
Diagnosa
Masalah potensial
Antisipasi masalah potensial
: compos mentis
: baik
: stabil
: 140/80 mmHg
: 80 x/menit
: 20 x/menit
: 36,6oC
: 2 jari dibawah pusat
: kosong
: 100 cc
: tidak ada laserasi
: Ibu P5A0 inpartu kala IV keadaan baik.
: Perdarahan post partum
: Mengajarkan cara menilai kontraksi, cara memasase
fundus uteri, observasi kala IV
PLANNING (P)
1. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu dalam keadaan baik dan tidak
terdapat robekan pada perineum. Ibu dan keluarga mengerti
2. Mengajarkan ibu dan keluarga untuk memeriksa atau merasakan uterus yang memiliki
kontraksi baik yang di tandai dengan teraba keras pada perut serta mengajarkan cara
melakukan masase uterus kepada keluarga apabila kontraksi teraba lembek. Ibu dan
keluarga mengerti dan dapat melakukannya.
3. Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah serta memakaikan pampers
dan mengganti pakaian ibu. Ibu telah bersih dan nyaman.
4. Melakukan dekontaminasi bed. Bed sudah di dekontaminasi.
5. Menganjurkan kepada keluarga untuk memberikan makanan dan minuman kepada
ibu. Suami memberikan makan nasi, sayur, dan ikan serta minum air putih dan ibu
mau makan dan minum.
17
6. Mengingatkan kembali ibu dan keluarga untuk memassase fundus jika kontraksi
lembek. Ibu dan keluarga mengerti.
7. Merendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit
dan mensterilkan alat. Alat- alat sudah terendam dan sudah di sterilkan.
8. Membuang bahan bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang disediakan.
Bahan-bahan yang terkontaminasi sudah dibuang.
9. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5 %. Melepaskan sarung
tangan ke dalam keadaan terbalik dan merendamnya kedalam larutan klorin 0,5 %.
Sarung tangan telah di cuci dan di rendam dalam larutan klorin.
10. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
11. Melengkapi partograf dengan melanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus,
tanda perdarahan pervaginam dan tanda vital ibu. 15 menit sekali pada 1 jam pertama
dan 30 menit sekali pada 1 jam kedua pasca persalinan. Observasi telah dilakukan
Partograf telah lengkap dan keadaan ibu normal
18
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
N
O
1
KASUS
TEORI
PEMBAHASAN
Subjektif:
Ibu mengaku hamil anak ke
usia kehamilan 9 bulan
datang mengeluh mulasmulas disertai pusing.
HPHT 15-01-15
TP 22-10-15
Definisi:
pre-eklamsia yaitu hipertensi
yang timbul pada umur
kehamilan 20 minggu atau
lebih yang disertai dengan
proteinuria dan udema.
Pre eklampsi ringan yaitu
keadaan dimana hipertensi
dengan proteinuria dan atau
udema setelah kehamilan 20
minggu.
Tidak terjadi
kesenjangan antara
kasus dengan teori,
karena diagnosa
preeklampsia ringan
dapat ditegakkan
apabila usia
kehamilan lebih dari
20 minggu, TD
140/90 dengan
protein urin +2
TD 140/90 mmHg, N
80x/menit, R 20x/menit, S
36oC, protein urin: +2
Tidak ada
Gejala:
1. Kenaikan tekanan darah kesenjangan antara
teori dan kasus.
sistol 30 mmHg atau lebih;
diastol 15 mmHg atau lebih
dari tekanan darah sebelum
hamil pada kehamilan 20
minggu atau lebih atau sistol
140 mmHg sampai kurang
160 mmHg; diastol 90 mmHg
sampai kurang 110 mmHg.
2. Proteinuria : secara
kuantitatif lebih 0,3 gr/liter
dalam 24 jam atau secara
kualitatif positif 2 (+2).
3
4
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pre eklampsi ringan yaitu keadaan dimana hipertensi dengan proteinuria dan atau
udema setelah kehamilan 20 minggu.
Pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinnuria dan atau edema setelah
umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum
umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.
Kenaikan tekanan darah sistol 140 dan tidak lebih dari 160, diastol 90 tidak lebih dari
110 mmHg dan disertai dengan urin positif.
4.2 Saran
Bagi ibu hamil di sarankan untuk sering memeriksakan kehamilannya minimal sesuai
dengan kunjungan ANC sedikitnya 4 kali kunjungan gunanya untuk mencegah terjadinya
komplikasi dalam kehamilan.
20
DAFTAR PUSTAKA
21