Temperatur Stress Relieving

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Temperatur Stress Relieving

Temperatur Stress Relieving


Tegangan sisa yang terjadi di dalam logam sebagai akibat dari faktor-faktor di atas harus dapat
dihilangkan, agar sifat yang diinginkan dari komponen tersebut dapat diperoleh. Proses
penghilangan tegangan sisa biasanya dilakukan dengan cara memanaskan benda kerja di
bawah temperatur A1. Pemanasan menyebabkan turunnya kekuatan mulur logam.
Penghilangan tegangan sisa pada baja dilakukan dengan memanaskan baja tersebut ada
temperatur sekitar 550 - 7000C, tergantung pada jenis baja yang diproses. Pada tempertur di
atas 500 - 6000C, baja hampir sepenuhnya elastik dan menjadi ulet. Berdasarkan hal tersebut,
tegangan sisa yang terjadi di dalam baja pada temperatur itu akan sedikit demi sedikit
dihilangkan melalui deformasi plastik setempat akibat adanya tegangan sisa tersebut.
Setelah dipanaskan sampai temperatur stress relieving, benda kerja ditahan pada temperatur
itu untuk jangka waktu tertentu agar diperoleh distribusi temperatur yang merata di seluruh
benda kerja. Kemudian didinginkan dalam tungku sampai temperatur 3000C dan selanjutnya
didinginkan di udara sampai ke temperatur kamar. Perlu diperhatikan bahwa selama
pendinginan, laju pendinginan harus rendah dan homogen agar dapat dicegah timbulnya
tegangan sisa yang baru.
Temperatur stress relieving yang spesifik dan lazim
Untuk menghilangkan semua tegangan sisa yang ada, proses stress relieving harus dilakukan
pada temperatur mendekati temperatur yang tertinggi pada rentang temperatur yang diijinkan,
tetapi hal ini akan menimbulkan oksidasi dipermukaan benda kerja dan timbulnya pelunakan
pada baja-baja hasil proses pengerasan atau temper. Oleh sebab itu disarankan agar
melakukan stress relieving pada temperatur yang relatif lebih rendah dari rentang temperatur
yang diijinkan. Semakin tinggi temperatur stress relieving akan menyebabkan makin rendah
tegangan sisa yang ada pada benda kerja. Benda kerja yang dikeraskan dan ditemper harus di
stress relieving pada temperatur sekitar 25o dibawah temperatur tempernya.
Tegangan sisa yang terjadi akibat proses pengelasan dapat dihilangkan dengan memanaskan
benda kerja sekitar 600 650oC dan ditahan pada temperatur tersebut untuk jangka waktu
tertentu. Biasanya, waktu penahanan yang diperlukan sekitar 3 4 menit untuk setiap mm tebal
benda kerja, kemudian didinginkan dengan laju pendinginan sekitar 50 - 100o C per jam sampai
ke temperatur 300oC. Pendinginan yang rendah dan homogen diperlukan untuk mencegah
timbulnya tegangan sisa baru pada saat pendinginan dan untuk mencegah timbulnya retak.
Tegangan sisa bisa juga terjadi pada benda kerja yang dikeraskan akibat kesalahan
penggerindaan. Tegangan tersebut bahkan dapat menimbulkan retak pada saat atau sesudah
penggerindaan. Benda kerja tersebut biasanya diselamatkan dengan cara memberikan stress
relieving antara 150 - 400o C pada atau dibawah temperatur tempernya sesaat setelah
dilakukan proses penggerindaan. Pahat-pahat juga akan memiliki tegangan sisa yang sangat
tinggi pada saat digunakan. Dengan demikian, sangatlah bermanfaat untuk menerapkan stress
relieving pada pahat-pahat tersebut dengan cara memanaskan pahat tersebut dibawah
temperatur tempernya.
Tungku Pemanas untuk Stress Relieving

Siklus stress relieving sangat tergantung pada temperatur, oleh karena itu disarankan untuk
menggunakan tungku yang baik, disarankan untuk menggunakan dapur listrik, dan pendinginan
dalam dapur bertujuan untuk menghindari timbulnya tegangan sisa baru.
Normalizing
Proses normalizing atau menormalkan adalah jenis perlakuan panas yang umum diterapkan
pada hampir semua produk cor, over-heated forgings dan produk-produk tempa yang besar.
Normalizing ditujukan untuk memperhalus butir, memperbaiki mampu mesin, menghilangkan
tegangan sisa dan juga memperbaiki sifat mekanik baja karbon struktural dan baja-baja paduan
rendah. Normalizing terdiri dari proses pemanasan baja diatas temperatur kritik A3 atau Acm
dan ditahan pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu tergantung pada jenis dan
ukuran baja (lihat Gambar 8.2). Agar diperoleh austenit yang homogen, baja-baja hypoeutektoid
dipanaskan 30 - 40oC diatas garis A3 dan untuk baja hypereutektoid dilakukan dengan
memanaskan 30 - 40oC diatas temperatur Acm . Kemudian menahannya pada temperatur
tersebut untuk jangka waktu tertentu sehingga transformasi fasa dapat berlangsung diseluruh
bagian benda kerja, dan selanjutnya didinginkan di udara.
Normalizing dilakukan karena tidak diketahui bagaimana proses dari pembuatan benda kerja ini
apakah dikerjakan dingin (cold Working) atau pengerjaan Panas (Hot Working). Dimana
normalizing ini bertujuan untuk mengembalikan atau memperhalus struktur butir dari benda
kerja.
Normalizing terdiri dari proses pemanasan baja di atas temperatur kritis A3 atau Acm dan
ditahan pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu tergantung pada jenis dan ukuran
baja. Agar diperoleh austenit ynag homogen, baja baja hypoeutektoid dipanaskan pada
temperatur 30 400C di atas garis A3. Pemanasan pada temperatur austenit yang terlalu tinggi
akan menyebabkan tumbuhnya butir butir austenit. Demikian juga untuk waktu penahan pada
temperatur austenit yang terlalu lama akan mengakibatkan tumbuhnya butir butir austenit.
Setelah waktu penahan selesai, benda kerja kemudian didinginkan di udara. Struktur baja
hypoeutektoid yang akan dihasilkan terdiri dari ferit dan perlit. Perlu diketahui bahwa batas
batas butir yang baru tidak ada hubungannya dengan batas batas butir sebelum baja
dinormalkan. Setelah penormalan akan terjadi perbaikan terhadap strukturnya diiringi dengan
timbulnya perbaikan sifat mekaniknya.
Sifat mekanik yang akan diperoleh setelah proses penormalan tergantung pada laju
pendinginan di udara. Laju pendinginan yang agak cepat akan menghasilkan kekuatan dan
kekerasan yang lebih tinggi.
1.
Normalizing biasa digunakan untuk menghilangkan struktur butir yang kasar yang
diperoleh dari proses pengerjaan sebelumnya yang dialami oleh baja.
2.
Normalizing berguna untuk mengeliminasi struktur kasar yang diperoleh akibat
pendinginan yang lambat pada prses anil.
3.
Berguna untuk menghilangkan jaringan sementit yang kontinyu yang mengelilingi perlit
pada baja perkakas.
4.
Menghaluskan ukuran perlit dan ferit.
5.
Memodifikasi dan menghaluskan struktur cor dendritik.
6.
Mencegah distorsi dan memperbaiki mampu karburasi pada baja baja paduan karena
temperatur normalizing lebih tinggi dari temperatur karbonisasi.

Hardening
Hardening adalah proses perlakuan panas yang diterapkan untuk menghasilkan benda kerja
yang keras. Perlakuan ini terdiri dari memanaskan baja sampai temperatur pengerasannya
(Temperatur austenisasi) dan menahannya pada temperatur tersebut untuk jangka waktu
tertentu dan kemudian didinginkan dengan laju pendinginan yang sangat tinggi atau di quench
agar diperoleh kekerasan yang diinginkan. Alasan memanaskan dan menahannya pada
temperatur austenisasi adalah untuk melarutkan sementit dalam austenit kemudian dilanjutkan
dengan proses quench.
Quenching merupakan proses pencelupan baja yang telah berada pada temperatur
pengerasannya (temperatur austenisasi), dengan laju pendinginan yang sangat tinggi
(diquench), agar diperoleh kekerasan yang diinginkan
Pada tahap ini, karbon yang terperangkap akan menyebabkan tergesernya atom-atom
sehingga terbentuk struktur body center tetragonal. Atom-atom yang tergeser dan karbon yang
terperangkap akan menimbulkan struktur sel satuan yang tidak setimbang (memiliki tegangan
tertentu). Struktur yang bertegangan ini disebut martensit dan bersifat sangat keras dan getas.
Biasanya baja yang dikeraskan diikuti dengan proses penemperan untuk menurunkan tegangan
yang ditimbulkan akibat quenching karena adanya pembentukan martensit
Temperatur Pemanasan
Temperatur pengerasan yang digunakan tergantung pada komposisi kimia (kadar karbon).
Temperatur pengerasan untuk baja karbon hipoeutektoid adalah sekitar 20 - 500C di atas garis
A3, dan untuk baja karbon hipereutektoid adalah sekitar 30 - 500C diatas garis A13
Jika suatu baja misalnya mengandung misalnya 0.5 % karbon (berstruktur ferit dan perlit)
dipanaskan sampai temperatur di bawah A1, maka pemanasan tersebut tidak akan mengubah
struktur awal dari baja tersebut. Pemanasan sampai temperatur diatas A1 tetapi masih dibawah
temperatur A3 akan mengubah perlit menjadi austenit tanpa terjadi perubahan apa-apa
terhadap feritnya.
Quenching dari temperatur ini akan menghasilkan baja yang semi keras karena austenitnya
bertransformasi ke martensit sedangkan feritnya tidak berubah. Keberadaan ferit dilingkungan
martensit yang getas tidak berpengaruh pada kenaikan ketangguhan. Jika suatu baja
dipanaskan sedikit diatas A3 dan ditahan pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu
agar dijamin proses difusi yang homogen, maka struktur baja akan bertransformasi menjadi
austenit dengan ukuran butir yang relatif kecil.
Quenching dari temperatur austenisasi akan menghasilkan martensit dengan harga kekerasan
yang maksimum. Memanaskan sampai ke temperatur E (relatif lebih tinggi diatas A3 )
cenderung meningkatkan ukuran butir austenit. Quenching dari temperatur seperti itu akan
menghasilkan struktur martensit, tetapi sifatnya, bahkan setelah ditemper sekalipun, akan
memiliki harga impak yang rendah. Disamping itu mungkin juga timbul retak pada saat
diquench.
Pada baja hipereutektoid dipanaskan pada daerah austenit dan sementit, kemudian didinginkan
dengan cepat agar diperoleh martensit yang halus dan karbida-karbida yang tidak larut. Struktur
hasil quench memiliki kekerasan yang sangat tinggi dibandingkan dengan martensit. Jika
karbida yang larut dalam austenit terlalu sedikit, kekerasan hasil quench akan tinggi. Jumlah
karbida yang dapat larut dalam austenit sebanding dengan temperatur austenisasinya. Jumlah
karbida yang larut akan meningkat jika temperatur austenisasinya dinaikkan. Jika karbida yang
terlarut terlalu besar, akan terjadi peningkatan ukuran butir disertai dengan turunnya kekerasan
dan ketangguhan
Tahapan Pekerjaan Sebelum Proses Quenching
Benda kerja yang akan dikeraskan terlebih dahulu dibersihkan dari terak, oli dan sebagainya,
hal ini dilakukan agar kekerasan yang diinginkan dapat dicapai. Benda kerja yang memiliki

lubang, jika perlu, terutama baja-baja perkakas, harus ditutup dengan tanah liat, asbes atau
baja insert sehingga tidak terjadi pengerasan pada lubang tersebut. Hal ini tidak perlu
seandainya ukuran lubang cukup besar serta cara quench yang tertentu sehingga permukaan di
dalam lubang dapat dikeraskan dengan baik.
Baja karbon dan baja paduan rendah dapat dipanaskan langsung sampai ke temperatur
pemanasannya tanpa memerlukan adanya pemanasan awal (pre-heat). sedangkan benda kerja
yang besar dan bentuknya rumit dapat dilakukan pemanasan awal untuk mencegah distorsi dan
retak akibat tidak homogennya temperatur di bagian tengah dengan dibagian permukaan.
Pemanasan awal biasanya dilakukan terhadap baja-baja perkakas karena konduktifitas panas
baja tersebut sangat rendah.
Pemanasan awal biasanya 500 - 6000C, pada temperatur ini tegangan dalam yang
berkembang akibat tidak homogennya pemanasan dipermukaan dan di bagian tengah sedikitdemi sedikit dapat dihilangkan. Setelah itu, pemanasan diatas temperatur tersebut dapat
dilakukan dengan laju pemanasan yang relatif cepat. Pemanasan awal juga diperlukan jika
temperatur pengerasannya tinggi, karena manahan benda kerja pada temperatur tinggi dalam
waktu singkat dapat memperkecil terbentuknya terak dan dekarburasi. Benda kerja yang rumit
bentuknya atau baja-baja paduan tinggi harus diberi pemanasan awal dua kali sebelum
mencapai temperatur austenisasinya.
Penting untuk diketahui bahwa benda kerja yang akan dikeraskan harus memiliki struktur yang
homogen dan halus. Jika benda kerja yang akan dikeraskan memiliki struktur yang kasar
setelah dikeraskan akan diperoleh kekerasan yang tidak homogen, distorsi dan retak pada saat
dipanaskan maupun pada saat diquench. Agar dijamin hasil dengan kekerasan yang tinggi dan
seragam dari baja-baja perkakas setelah pengerasan, maka baja-baja sebelum dikeraskan
harus memiliki struktur yang lamelar dan bukan globular. Hal ini dikarenakan proses
transformasi dari suatu struktur yang globular ke austenit relatif lebih lambat dibanding dari
perlit ke austenit. Dengan demikian baja dengan struktur globular juga tidak akan memiliki
kedalaman pengerasan yang tinggi.
Lama Pemanasan
Waktu yang diperlukan untuk mencapai temperatur pengerasan tergantung pada beberapa
faktor seperti jenis tungku dan jenis elemen pemanasnya. Lama pemanasan pada temperatur
pengerasannya tergantung jenis baja dan temperatur pemanasan yang dipilih dari rentang
temperatur yang telah ditentukan untuk jenis baja yang bersangkutan. Dalam banyak hal,
umumnya dipilih temperatur pengerasan yang tertinggi dari rentang temperatur pengerasan
yang sudah ditentukan. Tetapi jika penampang-penampang dari benda kerja yang diproses
menunjukkan adanya perbedaan yang besar, umumnya dipilih temperatur pengerasan yang
rendah.
Pada kasus yang pertama, lama pemanasannya lebih lama dibandingkan dengan lama
pemanasan pada kasus kedua. Untuk mencegah timbulnya pertumbuhan butir, baja-baja yang
tidak dipadu dan baja paduan rendah, lama pemanasannya harus diupayakan lebih singkat
dibanding baja-baja paduan tinggi seperti baja hot worked yang memerlukan waktu yang cukup
untuk melarutkan karbida-karbida yang merupakan faktor yang penting dalam mencapai
kekerasan yang diinginkan. Diagram yang tampak pada Gambar 8.6, dapat dijadikan pegangan
untuk menentukan lama pemanasan untuk baja-baja konstruksi dan perkakas setelah
temperatur pengerasannya dicapai.
Media Quenching
Tujuan utama dari proses pengerasan adalah agar diperoleh struktur martensit yang keras,
sekurang-kurangnya di permukaan baja. Hal ini hanya dapat dicapai jika menggunakan medium
quenching yang efektif sehingga baja didinginkan pada suatu laju yang dapat mencegah
terbentuknya struktur yang lebih lunak seperti perlit atau bainit. Tetapi berhubung sebagian

besar benda kerja sudah berada dalam tahap akhir dari proses , maka kualitas medium
quenching yang digunakan harus dapat menjamin agar tidak timbul distorsi pada benda kerja
setelah proses quench selesai dilaksanakan. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara
menggunakan media quenching yang sesuai tergantung pada jenis baja yang diproses, tebal
penampang dan besarnya distorsi yang diijinkan. Untuk baja karbon, medium quenching yang
digunakan adalah air, sedangkan untuk baja paduan medium yang disarankan adalah oli.
Quench ke dalam oli saat ini paling banyak digunakan, manfaat dari pendinginannya oli adalah
bahwa laju pendinginannya pada tahap pembentukan lapisan uap dapat dikontrol sehingga
dihasilkan karakteristik quenching yang homogen. Laju pendinginan untuk baja yang diquench
di oli relatif rendah karena tingginya titik didih dari oli. Memanaskan oli sampai sekitar 40 1000C sebelum proses quenching akan meningkatkan laju pendinginan
Dengan ditingkatkannya temperatur oli akan menjadikan oli lebih encer sehingga meningkatkan
kapasitas pendinginannya. Faktor-faktor yang mengatur penyerapan panas dari benda kerja
adalah panas spesifik, konduktivitas termal, panas laten penguapan dan viskositas oli yang
digunakan. Umumnya makin rendah viskositas makin cepat laju pendinginannya. Temperatur
maksimum dari oli yang digunakan harus 250C dibawah titik didih oli yang bersangkutan
(Suratman,1994).
Pengaruh Unsur Paduan Pada Pengerasan
Sifat mekanik yang diperoleh dari proses perlakuan panas terutama tergantung pada komposisi
kimia. Baja merupakan kombinasi Fe dan C. Disamping itu, terdapat juga beberapa unsur yang
lain seperti Mn, P, S dan Si yang senantiasa ada meskipun sedikit, unsur-unsur ini bukan unsur
pembentuk karbida . Penambahan unsur-unsur paduan seperti Cr, Mo, V, W, T dapat menolong
untuk mencapai sifat-sifat yang diinginkan, unsur-unsur ini merupakan unsur pembentuk
karbida yang kuat.
Embentukan Aust Penit Sisa
Austenit akan bertransformasi menjadi martensit jika didinginkan ke temperatur kamar dengan
laju pendinginan yang tinggi, sementara itu masih ada sebagian yang tidak turut
bertransformasi yang disebut sebagai austenit sisa. Dimana sejumlah austenit sisa yang
terbentuk akan semakin meningkat dengan meningkatnya kadar karbon
Kadar karbon yang tinggi akan menurunkan garis Ms, sehingga jumlah austenit sisanya akan
semakin banyak. Selain itu juga pengaruh temperatur pengerasan juga akan menurunkan
temperatur Ms (martensit start), sehingga jumlah austenit sisa akan semakin banyak dengan
naiknya suhu austenisasi Tempering
Proses memanaskan kembali baja yang telah dikeraskan disebut proses temper. Dengan
proses ini, duktilitas dapat ditingkatkan namun kekerasan dan kekuatannya akan menurun.
Pada sebagian besar baja struktur, proses temper dimaksudkan untuk memperoleh kombinasi
antara kekuatan, duktilitas dan ketangguhan yang tinggi. Dengan demikian, proses temper
setelah proses pengerasan akan menjadikan baja lebih bermanfaat karena adanya struktur
yang lebih stabil.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: mesin ototmotip

Anda mungkin juga menyukai