Hifni Shofiyul Amali - 13521087 - Pengolahan Limbah Cair Industri Jamu

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI JAMU

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh manusia,
hewan dan tumbuhan. Limbah cair merupakan unsur pencemaran yang sangat potensial bagi
lingkungan air. Unsur tersebut dapat membahayakan baik terhadap manusia maupun
kehidupan biota air. Oleh karena itu, pengolahan limbah cair menjadi semakin penting artinya
sebagai bagian dari upaya manusia untuk mengamankan sumber-sumber air yang sangat
dibutuhkan mengingat air tersebut sangat terbatas.
Salah satu industri yang mengalami perkembangan cukup pesat adalah industri jamu.
Industri jamu senantiasa mengikuti perkembangan jaman. Pengembangan industri jamu yang
berbasiskan tanaman obat alami atau bahan natural, dapat dikembangkan dalam berbagai
bidang produk. Untuk menghasilkan berbagai produk, sebuah pabrik jamu pasti akan
menghasilkan berbagai macam limbah. Industri jamu menjadi salah satu industri yang banyak
menghasilkan limbah cair. Limbah cair industri jamu mengandung bahan organik dan bahan
berbahaya seperti fenol dan turunannya yang berasal dari bahan baku tanaman obat yang
dipakai. Kehadiran fenol dan turunannya pada badan air memiliki efek serius terhadap
kehidupan mikroorganisme meskipun pada konsentrasi yang relatif rendah.
Air limbah jamu merupakan salah satu masalah dalam pengendalian dampak
lingkungan industri jamu karena memberikan dampak yang luas terhadap lingkungan hal ini
disebabkan oleh karakteristik fisik maupun karakteristik kimianya yang memberikan dampak
negatif terhadap lingkungan. Air limbah jamu sebagian besar terdiri dari zat-zat organik dan
komponen-komponen non organik yang tidak berbahaya. Namun demikian air limbah
tersebut mempunyai harga zat padat terlarut, zat padat tersuspensi, COD dan BOD yang
cukup tinggi sehingga diperlukan langkah penanganan sebelum dibuang ke lingkungan
sebagai efluen atau dimanfaatkan kembali sebagai air pendukung aktivitas industri.
Pemanfaatan limbah cair industri jamu merupakan bentuk alih fungsi limbah dari
sampah menjadi barang ekonomis yang bermanfaat. Disamping untuk meminimalisir dampak
negatif limbah cair, juga dapat

digunakan sebagai upaya peningkatan perekonomian

masyarakat sekitar. Perlu adanya tindakan preventif untuk mengatasi dan meminimalisir

adanya krisis ekonomi yang semakin genting, misalnya dengan adanya alternatif baru untuk
meningkatkan ekonomi melalui pemanfaatan limbah cair jamu menjadi produk organik.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diuraikan masalah :
1. Apa saja yang termasuk dalam limbah cair industri jamu ?
2. Apakah bahaya yang ditimbulkan dari limbah cair industri jamu ?
3. Bagaimana penanganan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir bahaya yang
ditimbulkan dari limbah cair industri jamu ?
C. TUJUAN
Berdasarkan uraian di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui limbah cair industri jamu.
2. Untuk mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari limbah cair industri jamu.
3. Untuk mengetahui penanganan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir
bahaya yang ditimbulkan dari limbah cair industri jamu.
D. MANFAAT
Berdasarkan tujuan diatas, penulis berharap makalah ini bermanfaat untuk :
1. Memberikan informasi dan edukasi bagi pembaca mengenai bahaya yang
ditimbulkan dari limbah cair industri jamu.
2. Membantu penanganan masalah pencemaran lingkungan, khususnya lingkungan
sekitar industri jamu.
3. Memberikan alternatif baru untuk meningkatkan ekonomi melalui pemanfaatan
limbah cair jamu menjadi produk organik.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Limbah Cair Industri Jamu
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai
jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air
buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP
82 thn 2001). Limbah cair ini sekitar 90% dihasilkan dari aktivitas pencucian bahan baku
jamu, sedang 10% dari pencucian mesin proses dan air limbah domestik. Air limbah

industri jamu farmasi mengandung zat-zat organik (organic sludge) selebihnya komponen
komponen non organik yang tidak berbahaya, namun demikian air limbah tersebut
mempunyai harga zat padat terlarut, zat padat tersuspensi, COD dan BOD yang melebihi
baku mutu. Air limbah pada tahap aktivitas industri jamu berasal dari beberapa unit usaha
meliputi unit pembuatan jamu tradisional yang akan menghasilkan air limbah yang berasal
dari pencucian bahan baku, pencucian peralatan proses.
Dilihat dari karakteristiknya air limbah ini yang sebagian besar terdiri dari bahanbahan organik maka dengan proses penangan air limbah secara kimia dan fisika air limbah
ini dapat ditangani dengan baik, yang diperlukan dalam penangan air limbah ini adalah
penentuan jenis koagulan dan flokulan serta dosis optimumnya.
Karakteristik kimia bahan organik dalam limbah cair adalah sebagai berikut :
1. Protein
Protein merupakan bagian yang penting dari makhluk hidup, termasuk di
dalamnya tanaman, dan hewan bersel satu. Protein mengandung karbon, hidrogen,
dan oksigen yang mempunyai bobot molekul sangat tinggi. Struktur kimianya sangat
kompleks dan tidak stabil serta mudah terurai, sebagaian ada yang larut dalam air,
tetapi ada yang tidak. Susunan protein sangat majemuk dan terdiri dari beribu-ribu
asam amino dan merupakan bahan pembentuk sel dan inti sel. Di dalam limbah cair,
protein merupakan unsur penyebab bau, karena adanya proses pembusukan dan
peruraian oleh bakteri.
2. Karbohidrat
Karbohidrat antara lain : gula, pati, sellulosa dan benang-benang kayu terdiri dari
unsur C, H, dan O. Gula dalam limbah cair cenderung terdekomposisi oleh enzim dari
bakteri-bakteri tertentu dan ragi menghasilkan alkohol dan gas CO 2 melalui proses
fermentasi. Fermentasi merupakan proses peruraian metabolik dari bahan organik oleh
mikroorganisme yang menghasilkan energi dan gas, yang berlangsung dalam kondisi
anaerobik. Metabolisme merupakan peristiwa pembentukan dan peruraian zat di
dalam diri makhluk hidup yang memungkinkan berlangsungnya hidup. Pati
merupakan salah satu karbohidrat yang relatif lebih stabil, tetapi dapat diubah menjadi
gula oleh aktivitas bakteri. Sedang sellulosa merupakan salah satu karbohidrat yang
paling tahan terhadap dekomposisi atau peruraian bakteri. Karbohidrat ini
keberadaannya dalam limbah cair mengakibatkan bau busuk dan turunnya oksigen
terlarut, sehingga dapat mengganggu kehidupan biota air.
3. Minyak dan Lemak

Minyak adalah lemak yang bersifat cair. Keduanya mempunyai komponen utama
karbon dan hidrogen yang mempunyai sifat tidak larut dalam air. Bahan-bahan
tersebut banyak terdapat pada makanan, hewan, manusia dan bahkan ada dalam
tumbuh-tumbuhan sebagai minyak nabati. Sifat lainnya adalah relatif stabil, tidak
mudah terdekomposisi oleh bakteri.
4. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi senyawa
organik secara kimiawi. Hasil analisis COD menunjukkan kandungan senyawa
organik yang terdapat dalam limbah. Analisis COD dapat dilakukan dengan metode
dikromat.
5. BOD (Biologocal Oxygen Demand)
BOD adalah jumlah kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme
untuk mengoksidasi semyawa organik yang ada dalam limbah. Hasil analisa BOD
menunjukkan besarnya kandungan senyawa organik yang dapat terbiodegradasi.
6. Deterjen
Deterjen termasuk bahan organik yang sangat banyak digunakan untuk keperluan
rumah tangga, hotel, dan rumah sakit. Bahan aktif pembersih yang terkandung dalam
deterjen di Indonesia sebelum tahun 1993 masih menggunakan ABS (Alkyl Benzene
Sulfonate). ABS ini dapat menimbulkan busa yang mempunyai sifat tahan terhadap
peruraian biologis, sehingga dapat menimbulkan masalah pencemaran air. Sejak tahun
1993, bahan aktif ini diganti dengan LAS (Linear Alkyl Sulfonate) yang busanya dapat
diuraikan, walaupun harganya relatiflebih mahal.
7. Phenol
Phenol juga merupakan bahan organik yang mempunyai sifat larut dalam air.
Bahan ini dalam air dapat menyebabkan iritasi yang kuat, racun terhadap kulit dan
dapat menyebabkan gangguan terhadap tenggorokan. Toleransi pengolahan untuk air
limbah industri adalah 500 mg/l, bila melebihi akan sulit untuk diuraikan secara
biologis. Toleransi maksimum untuk air limbah adalah 2 mg/l.
B. Bahaya Limbah Cair Industri Jamu
Limbah cair dikhawatirkan dalam mencemari air masyarakat yang ada di sekitar
daerah sekitar kawasan indutri jamu. Banyak penyebab pencemaran air tetapi secara
umum dapat dikategorikan sebagai sumber kontaminan langsung dan tidak langsung.
Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA (tempat Pembuangan
Akhir Sampah), dan sebagainya. Sumber tidak langsung yaitu kontaminan yang memasuki
badan air dari tanah, air tanah, atau atmosfer berupa hujan. Tanah dan air tanah
mengandung mengandung sisa dari aktivitas industri seperti pabrik jamu dengan berbagai

komponen yang bersifat obat (bahan kimia). Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari
aktivitas manusia yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam.
Limbah cari yang masuk ke dalam tanah ini juga dapat mencemari tanah dan
menimbulkan pencemaran tanah. Dampak yang dihasilkan pun besar, tidak hanya pada
lingkungan saja, namun juga kepada kesehatan seluruh masyarakat yang ada karena
adanya mata rantai dari tumbuhan yang hidup di tanah dan membutuhkan air. Bisa
dibayangkan jika, air yang digunakan oleh tumbuh-tumbuhan yang kita makan adalah air
limbah yang masih dipenuhi dengan zat yang berbahaya. Belum lagi fauna yang ada di air
(ikan) yang juga ikut menjadi salah satu hidangan kita. Maka perlu kiranya untuk
memperhatikan lagi bagaimana sistem pengolahan limbah yang ada, misalnya limbah cair
ini.
C. Pengolahan Limbah Cair Industri Jamu
Secara umum, proses produksi industri obat herbal diawali dengan proses
pencucian bahan mentah dan proses ekstraksi untuk mengambil senyawa aktif
yang terkandung di dalamnya. Dalam proses tersebut akan dihasilkan limbah
padat (ampas) dan limbah cair sisa proses pencucian dan ekstraksi. Seiring dengan
peningkatan jumlah industri, aktivitas produksi akan meningkat, sehingga limbah
yang dihasilkan semakin banyak pula. Limbah industri obat herbal yang paling
berpotensi memberi dampak negatif bagi lingkungan ialah limbah cair, karena
limbah cair industri jamu/ obat herbal banyak mengandung zat zat organik yang
membuat air limbah tersebut memiliki nilai COD (Chemical Oxygen Demand)
yang tinggi (Eckender dan Wesley, 2000). Limbah cair dengan nilai COD yang
tinggi apabila langsung dibuang ke badan air dapat menurunkan jumlah oksigen
terlarut di dalam badan air. Kondisi ini akan menyebabkan terganggunya
ekosistem perairan dan membunuh biota biota di dalam perairan.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan oleh limbah cair
industri obat herbal, pemerintah menetapkan peraturan yang tertuang dalam
Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah No 5 Tahun 2012 yang
menyatakan bahwa baku mutu air limbah untuk industri jamu harus memiliki nilai
COD maksimal 120 mg/L. Dengan adanya Perda tersebut, perusahaan obat herbal
harus melakukan penanganan terhadap limbah cair untuk menurunkan nilai COD
hingga memenuhi baku mutu yang ditentukan sebelum dibuang ke lingkungan.

Beberapa upaya yang pernah dilakukan untuk menurunkan nilai COD


limbah cair industri obat herbal antara lain dengan menggunakan metode
biodegradasi baik secara aerob maupun anaerob (Kshirsagar, 2010 ; Amin et al.,
2013). Cara ini dapat menurunkan nilai COD limbah, akan tetapi membutuhkan
waktu yang lama untuk sekali proses. Selain itu, untuk limbah cair dengan nilai
COD yang sangat tinggi penurunan menjadi tidak maksimal karena secara
langsung bakteri dapat teracuni oleh limbah cair yang diproses sebelum
melakukan proses biodegradasi. Metode adsorpsi dengan menggunakan membran
juga pernah dilakukan untuk menurunkan nilai COD limbah cair industri obat
herbal (Battacharya, 2011). Metode ini cukup efektif, akan tetapi membutuhkan
biaya yang mahal. Penurunan nilai COD limbah cair industri obat herbal juga
pernah dilakukan dengan metode koagulasi dan flokulasi (Risdianto, 2007).
Penggunaan metode ini dibutuhkan berbagai jenis bahan kimia dan diakhir proses
dihasilkan endapan sisa hasil pengolahan limbah yang dapat menjadi limbah baru.
Selain beberapa metode yang telah disebutkan, metode untuk menurunkan
nilai COD limbah cair industri obat herbal yang pernah dilakukan ialah dengan
metode fotodegradasi terkatalisis TiO2 dan sekuensial dengan oksidasi oleh
kaporit (Krisnasiwi, 2013). Dengan metode ini, senyawa organik dalam limbah
cair industri obat herbal mengalami proses degradasi sehingga nilai COD menjadi
berkurang. Metode ini sangat efektif dalam menurunkan nilai COD, akan tetapi
penggunaan kaporit dapat menghasilkan sisa radikal OCl dan senyawa
trihalometana yang bersifat karsinogenik.
Pengolahan Limbah Cair secara Biologi
Hampir semua junis limbah cair dapat diolah secara biologi bila dilakukan melalui
analisis dan kontrol lingkungan yang benar. Proses pengolahan biologi
proses

pengolahan

air

limbah

dengan

merupakan

memanfaatkan

aktivitas

pertumbuhan mikroorganisme yang berkontak dengan air limbah, sehingga


mikroorganisme tersebut dapat menggunakan bakteri organik pencemar yang ada
sebagai bahan makanan dalam kondisi lingkungan tertentu dan mendegradasi atau
menstabilisasinya menjadi bentuk yang lebih sederhana (Metcalf & Eddy, 2004).
Umumnya bakteri merupakan mikroorganisme utama

dalam proses

pengolahan biologi. Karakteristik mereka beragam dan kebutuhan lingkungan yang


sederhana membuat mereka dapat bertahan pada lingkungan air limbah. Perlu

diperhartikan bahwa mikroorganisme lain juga dapat ditemukan pada lingkungan


pengolahan air limbah namun peranannya dalam oksidasi materi organik relatif kecil.
Proses pengolahan biologi juga dapat dibagi berdasarkan media pertumbuhan
mikroorganismenya, yaitu :
a. Suspended growth atau pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme berada dalam
keadaan tersuspensi di air limbah seperti pada reaktor lumpur akif atau kolam
oksidasi.
b. Attached growth atau pertumbuhan terlekat, mikroorganisme tumbuh terlekat pada
media pendukung yang berada di dalam air limbah. Media pendukung ini dapat
berupa media pendukung yang bergerak (rotating biological contactor, fluidized bed,
rotortogue), diam (trickling filter, baffled reactor), terendam (fluidized bed) maupun
tidak terendam (trickling filter).
c. Kombinasi dari suspended dan attached growth.
Secara keseluruhan, tujuan pengolahan limbah secara biologis pada limbah domestik
ialah (1) Mengubah (mengoksidasi) unsure terlarut dan partikel biodegradable ke
dalam bentuk akhir yang cocok (2) Menangkap dan menggabungkan padatan
tersuspensi dan padatan koloid yang sulit diendapkan pada lapisan biofilm (3)
Mengubah atau menghilngkan nutrien, seperti nitrogen dan fosfor (4). Pada beberapa
kasus, menghilangkan unsur dan senyawa trace organik spesifik. (Metcalf & Eddy,2004)

Gambar 2. Skema Diagram pengolahan Biologi

1. Proses Aerob
Proses dimana menggunakan O2. Dibutuhkan aerasi sesuai dengan kebutuhan
yang diinginkan. Proses aerob biasanya menghasilkan biomassa dalam jumlah besar
(66%) dan menghasilkan air, gas, asam organik (34%) (Sutapa DAI, 1999).
Reaksi yang terjadi :

2. Proses Anaerob
Reaksi : Zatorganik cell + CH4 + RSH + energi
(Bambang T. Basuki, 2001)
Beberapa limbah Industri dengan kadar COD dan BOD tinggi lebih efektif
ialah dengan menggunakan proses anaerob. Pengolahan limbah anaerob adalah
sebuah metode biological untuk peruraian bahan organik atau anorganik tanpa
kehadiran oksigen. Produk akhir dari degradasi anaerob adalah gas, paling banyak
metana (CH4), karbondioksida (CO2), dan sebagian kecil hidrogen sulfide (H2S) dan
hydrogen (H2). Proses yang terlibat adalah fermentasi asam dan fermentasi metana.
Dalam proses anaerob ini peruraian bahan organik dilakukan oleh
mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut dibagi dalam dua kelompok yaitu
kelompok 1 yang menghidrolisa dan memfermentasi komponen organik kompleks menjadi
komponen organik sederhana seperti asam

asetat

dan

asam

propionat.Kelompok bakteri ini terdiri dari bakteri anaerob dan fakultatif yang
disebut pembentuk asam. Kelompok II adalah mikroorganisme yang mengubah asam
organik yang dibentuk oleh kelompok I menjadi gas methane dan gas CO2 . Bakteri
ini disebut pembentuk methane. Beberapa kelompok bakteri anaerob dan fakultatif
yang lain memenfaatkan macam-macam ion inorganik yang ada dalamlumpur seperti
bakteri mereduksi ion sulfat (SO42-) menjadi ion sulfit (S2-) dan mereduksi Nitrat
(NO3-) nenjadi nitrogen (N2).Sistem pengolahan limbah secara anaerob dijaga kestabilann
ya agar proses
berjalan secara effisien dengan cara mempertahankan keseimbangan antara bakteri
pembentuk asam dan methane.Reaktor harus bebas dari oksigen dan logam berat

pada konsentrasi tertentu. pH lingkungan harus dijaga agar berada pada rentang 6.67.6 dengan penambahan alkalinitas (CaCO3 atau dolomit) (Metcalf & Eddy, 2004).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn
2001). Limbah cair ini sekitar 90% dihasilkan dari aktivitas pencucian bahan baku jamu,
sedang 10% dari pencucian mesin proses dan air limbah domestik. Air limbah industri jamu
farmasi mengandung zat-zat organik (organic sludge) selebihnya komponen komponen non
organik yang tidak berbahaya, namun demikian air limbah tersebut mempunyai harga zat
padat terlarut, zat padat tersuspensi, COD dan BOD yang melebihi baku mutu. Air limbah
pada tahap aktivitas industri jamu berasal dari beberapa unit usaha meliputi unit pembuatan
jamu tradisional yang akan menghasilkan air limbah yang berasal dari pencucian bahan baku,
pencucian peralatan proses.
Limbah cair dikhawatirkan dalam mencemari air masyarakat yang ada di sekitar daerah
sekitar kawasan indutri jamu. Banyak penyebab pencemaran air tetapi secara umum dapat
dikategorikan sebagai sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung
meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA (tempat Pembuangan Akhir Sampah), dan
sebagainya. Sumber tidak langsung yaitu kontaminan yang memasuki badan air dari tanah,
air tanah, atau atmosfer berupa hujan. Tanah dan air tanah mengandung mengandung sisa dari
aktivitas industri seperti pabrik jamu dengan berbagai komponen yang bersifat obat (bahan
kimia). Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari aktivitas manusia yaitu pencemaran udara
yang menghasilkan hujan asam.
Beberapa upaya yang pernah dilakukan untuk menurunkan nilai COD
limbah cair industri obat herbal antara lain dengan menggunakan metode
biodegradasi baik secara aerob maupun anaerob (Kshirsagar, 2010 ; Amin et al.,
2013). Cara ini dapat menurunkan nilai COD limbah, akan tetapi membutuhkan
waktu yang lama untuk sekali proses. Selain itu, untuk limbah cair dengan nilai
COD yang sangat tinggi penurunan menjadi tidak maksimal karena secara
langsung bakteri dapat teracuni oleh limbah cair yang diproses sebelum
melakukan proses biodegradasi. Metode adsorpsi dengan menggunakan membran
juga pernah dilakukan untuk menurunkan nilai COD limbah cair industri obat
herbal (Battacharya, 2011). Metode ini cukup efektif, akan tetapi membutuhkan
biaya yang mahal. Penurunan nilai COD limbah cair industri obat herbal juga
pernah dilakukan dengan metode koagulasi dan flokulasi (Risdianto, 2007).

Penggunaan metode ini dibutuhkan berbagai jenis bahan kimia dan diakhir proses
dihasilkan endapan sisa hasil pengolahan limbah yang dapat menjadi limbah baru.

B. Saran
Menurut saya akan lebih baik jika limbah cair yang dihasilkan oleh industri jamu diolah
terlebih dahulu agar tidak terjadi pencemaran lingkungan baik secara langsung maupun tidak
langsung, untuk pengolahan limbah cair dipilih berdasarkan ketentuan limbah dan kebutuhan
dana dari industri.

Anda mungkin juga menyukai