AsKep Bedah
AsKep Bedah
AsKep Bedah
Ns. SUMARDA
Proses keperawatan perioperatif
Fase perioperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi diambil hingga sampai ke meja
pembedahan, tanpa memandang riwayat atau klasifikasi pembedahan.
Keahlian seorang perawat perioperatif dibentuk dari pengetahuan keperawatan professional dan
keterampilan psikomotor yang kemudian diintegrasikan ke dalam tindakan keperawatan yang
harmonis. Kemampuan dalam mengenali masalah pasien yang sifatnya risiko atau actual pada
setiap fase perioperatif yang didasarkan atas pengetahuan dan pengalaman keperawatan
perioperatif akan membantu penyusunan rencana intervensi keperawatan. Staf keperawatan yang
merawat pasien bertanggung jawab untuk mengelola aspek-aspek penting perawatan pasien
dengan cara mengimplementasikan rencana perawatan yang berdasarakan pada tujuan yang
diprioritaskan, koordinasi seluruh anggota tim perioperatif, dan melibatkan tindakan mandiri dan
kolaboratif.
Asuhan keperawatan praoperatif pada praktiknya akan dilakukan secara berkesinambungan, baik
asuhan keperawatan praoperatif dibagian rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari (one day
care) atau di unit gawat darurat yang kemudian dilanjutkan kamar operasi oleh perawat
praoperatif. Asuhan keperawatan praoperatif yang terintegrasi secara berkesinambungan terjadi
saat beberapa masalah pasien yang belum teratasi di ruang rawat inap, poliklinik, bedah sehari,
atau unit gawat darurat akan tetap dilanjutkan oleh perawat perioperatif di kamara operasi.
Dokumentasi yang optimal dapat membantu terciptanya komunikasi yang baik antara perawat
ruangan dengan perawat kamar operasi.
PENGKAJIAN
Pengkajian pasien pada fase praoperatif secara umum dilakukan untuk menggali permasalahan
pada pasien, sehingga perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien.
Pengkajian praoperatif pada kondisi klinik terbagi atas dua bagian, yaitu :
1) Pengkajian komprehensif yang dilakukan perawat pada bagian rawat inap, poliklinik, bagian
bedah sehari, atau unit gawat darurat.
2) Pengkajian klarifikasi ringkas oleh perawat perioperatif di kamar operasi.
Lamanya waktu praoperatif akan menentukan lengkapnya data pengkajian. Misalnya, jika pasien
datang ke tempat pembedahan pada hari yang sama, maka waktu yang tersedia mungkin tidak
cukup untuk melakukan pemeriksaan fisik yang komprehensif. Dalam kasus ini, perawat lebih
berfokus pada pengkajian utama seluruh system tubuh untuk memastikan bahwa tidak ada
masalah yang terabaikan. Walaupun dokter akan melakukan pemeriksaan yang teliti dan
menyeluruh sebelum menentukan jadwal pembedahan, tetapi pengkajian praoperatif sering kali
menunjukkan adanya ketidaknormalan. Hal ini akan mengakibatkan penundaan atau pembatalan
jadwal pembedahan yang telah dibuat. Perawat harus tetap waspada terhadap kemungkinan
terjadinya komplikasi pascaoperatif karena biasanya hasil pemeriksaan memperlihatkan hasil
yang normal-normal saja. Pengkajian praoperatif secara umum meliputi :
Pengkajian umum
Riwayat kesehatan
Pengkajian psikososiospiritual
Pemeriksaan fisik
Pengkajian diagnostic
PENGKAJIAN UMUM
Pada pengkajian pasien di unit rawat inap. Poliklinik, bagian bedah sehari, atau unit gawat
darurat dilakukan secara komprehensif dimana seluruh hal yang berhubungan dengan
pembedahan pasien perlu dilakukan secara seksama. Berikut ini adalah hal-hal yang harus
diidentifikasi pada saat melakukan pengkajian umum.
Identitas pasien
Pengkajian ini perlu dilakukan agar tidak terjadi duplikasi nama pasien. Umur pasien sangat
penting untuk diketahui guna melihat kondisi pada berbagai jenis pembedahan. Selain itu juga
diperlukan untuk memperkuat identitas pasien.
Perawat peripoperatif harus mengetahui bahwa factor usia, baik anak-anak dan lansia, dapat
meningkatkan resiko pembedahan. Pengetahuan tersebut akan membantu perawat perioperatif
untuk menentukan tindakan pencegahan mana yang penting untuk dimasukkan ke dalam rencan
asuhan keperawatan.
Bayi dan anak-anak. bayi dan anak-anak berhubungan dengan status fisiologis yang masih
imatur atau mengalami penurunan. Pada bayi yang menjalani pembedahan, kemampuan
pertahanan suhunya masih belum optimal. Refleks menggigil pada bayi belum berkembang dan
sering terjadi berbagai variasi suhu. Anestesi menambah resiko bagi bayi karena agen anetesi
dapat menyebabkan vasodilatasi dan kehilangan panas, bayi juga mengalami kesulitan untuk
mempertahankan volume sirkulasi darah normal. Volume total darah bayi dianggap kurang dari
anak-anak atau orang dewasa. Kehilangan darah walaupun dalam jumlah kecil dapat menjadi hal
yang serius. Penurunan volume sirkulasi menyebabkan bayi sulit berespons terhadap kebutuhan
untuk meningkatkan oksigen selama pembedahan. Dengan demikian, bayi menjadi sangat rentan
mengalami dehidrasi. Namun, jika darah atau cairan diganti terlalu cepat , maka akan
menimbulkan overdehidrasi. Aspek penting lainnya pada perawatan bedah anak meliputi
manajemen jalan nafas, mempertahankan keseimbangan cairan, mengatasi kejang, mengatasi
perubahan suhu, mengidentifikasi dan mengatasi penurunan kesadaran yang tiba-tiba dan
kegawatan anestesi yang tertunda, mengatasi nyeri dan agitasi, serta terjadinya peralatan dan
obat-obatan.
lansia, seiring meningkatnya usia, kapasitas fisik pasien lansia untuk beradaptasi dengan stress
pembedahan menjadi terhambat karena mundurnya beberapa fungsi tubuh tertentu. Individu
lansia yang menghadapi operasi bisa mempunyai suatu kombinasi penyakit kronik dan masalah
kesehatan selain masalah kesehatan yang mengindikasikan pembedahan. secara umum, lansia
dianggap memiliki resiko pembedahan yang lebih buruk dibandingkan pasien yang lebih muda.
Cadangan jantung menurun, fungsi ginjal dan hepar menurun, dan aktifitas gastrointestinal
tampaknya berkurang. Dehidrasi, konstipasi, dan malnutrisi juga mungkin terjadi. Keterbatasan
sensori seperti gangguan penglihatan dan pendengaran, serta penurunan sensitivitas terhadap
sentuhan sering kali menjadi alas an terjadinya kecelakaan, cedera, dan luka bakar. Keadaan
mulut juga penting untuk dikaji sebab sering kali ditemukan adanya karies gigi atau gigi palsu.
Temuan ini penting bagi ahli anestesi. Penurunan produksi keringat mengarah pada kulit yang
kering dan gatal-gatal. Kulit yang rapuh tersebut mudah mengalami abrasi, sehingga tindakan
kewaspadaan yang lebih tinggi harus ditetapkan ketika memindahkan pasien lansia. Penurunan
lemak subkutan membuat individu lansia lebih rentan terhadap perubahan suhu tubuh.
Jenis pekerjaan dan asuransi kesehatan
Pengkajian jenis pekerjaan dan asuransi kesehatan diperlukan sebagai persiapan umum.
Pengkajian seperti persiapan financial sangat bergantung pada kemampuan pasien dan kebijakan
rumah sakit tempat pasien akan menjalani proses pembedahan . beberapa jenis pembedahan
membutuhkan biaya yang lebih mahal . misalnya pembedahan jantung dan vascular, bedah saraf,
serta bedah ortopedi. Hal itu disebabkan karena proses pembedahan tersebut memerlukan alat
tambahan karena waktu yang dibutuhkan lebih lama sehingga berpengaruh pada biaya obat
anestesi yang digunakan.
Sebelum dilakukan operasi sebaiknya pasien dan keluarga sudah mendapat penjelasan dan
informasi terkait masalah financial, mulai dari biaya operasi hingga pemakaian alat tambahan .
hal ini diperlukan agar setelah operasi nanti tidak ada complain atau ketidakpuasan pasein dan
keluarga.
Persiapan umum
Persiapan informed consent dilakukan sebelum dilaksanakannya tindakan. Pasien dan keluarga
harus mengetahui perihal prosedur operasi, jenis operasi, dan prognosis dari hasil pembedahan.
peran perawat disini adalah bertanggung jawab dan memastikan bahwa pasien/keluarga dan
dokter sudah menandatangani isi dari informed consent.
Persiapan alat dan obat yang akan digunakan selama pembedahan harus dilakukan secara optimal
sesuai dengan kebijakan institusi. Beberapa rumah sakit memberlakukan kebijakan bahwa
persiapan alat dan obat harus dilakukan sebelum pasien memasuki kamar operasi. Beberapa
rumah sakit lainnya mensyaratkan penyediaan darah untuk persiapan transfuse harus dilakukan
oleh pihak keluarga. Pengkajian ulang pada ketepatan transfuse darah antara donor dengan
resipien dapat menurunkan resiko kesalahan pemberian transfusi.
Persiapan lainnya yang bersifat umum seperti pencalonan pasien yang akan dilakukan
pembedahan dari ruang rawat inap, unit gawat darurat, atau unit perawatan intensif ke kamar unit
dimana pasien akan dilakukan pembedahan.
Bagi perawat di kamar operasi, pengkajian praoperatif adalah suatu keterampilan yang biasanya
difokuskan pada area intervensi bedah dan harus dilakukan dalam waktu yang amat singkat.
Pengetahuan mengenai anatomi, fisiologi, serta patofisiologi sangat penting dimiliki oleh
seorang perawat praoperatif untuk menyintesis temuan pengkajian dan menggunaknnya untuk
menentukan tujuan perawatan pasien. Pasien yang baru diterima di kamar operasi akan
diklarifikasi secara ringkas dan disesusaikan dengan intervensi bedah yang akan dilakukan.
Dalam melakukan pengkajian yang ringkas dan optimal, perawat kamar operasi hanya
melakukan klarifikasi secara cepat dengan menggunakan system checklist.
Formulis checklist .pada beberapa institusi , penggunaan formulir praoperatif di kamar operasi
bertujuan untuk mendokumentasikan prosedur yang secara rutin dilakukan pada pembedahan.
dengan adanya formulir ini, akan terjalin komunikasi yang cepat antara perawat ruangan dengan
perawat di kamar operasi. Yang diharapkan dari pembuatan formulir ini adalah perawat
perioperatif dapat secara ringkas memvalidasi persiapan praoperatif yang telah dilakukan
perawat ruangan.
Pada kondisi yang lebih baik, beberapa institusi rumah sakit memberlakukan lembar pengenal
yang dipasang pada lengan bawah pasien agar memudahkan pengenalan lebih lanjut tentang
identitas pasien. Tujuan pemasangan tanda pengenal ini adalah untuk mencegah kekeliruan atau
kesalahan intervensi yang dilakukan.
dengan kebijakan institusi . perawat juga harus memastikan bagian depan lembar pencatatan
pasien berisi daftar alergi yang dideritanya.
Kebiasaan merokok, alcohol, dan narkoba
Pasien perokok memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami komplikasi paru-paru
pascaoperasi daripada pasien bukan perokok. Perokok kronik telah mengalami peningkatan
jumlah dan ketebalan sekresi lendir pada paru-parunya. Anestesi umum akan meningkatkan
iritasi jalan napas dan merangsang sekresi pulmonal, karena sekresi tersebut akan dipertahankan
akibat penurunan aktivitas siliaris selama anestesi. Setelah pembedahan, pasien perokok
mengalami kesulitan yang lebih besar dalam membersihkan jalan napasnya dari sekresi lendir.
Kebiasaan mengonsumsi alcohol mengakibatkan reaksi yang merugikan terhadap obat anestesi .
pasien juga mengalami toleransi silang (toleransi obat meluas) terhadap pemakaian obat anestesi,
sehingga memerlukan dosis anestesi yang lebih tinggi dari normal. Selain itu dokter mungkin
perlu meningkatkan dosis analgesic pascaoperatif. Konsumsi alcohol secara berlebihan juga
dapat menyebabkan malnutrisi sehingga penyembuhan luka menjadi lambat.
Pasien yang mempunyai riwayat adanya pemakaian narkoba (narkotika dan obat-obatan
terlarang) perlu diwaspadai atas kemungkinan yang lebih besar untuk terjangkit penyakit seperti
HIV dan hepatitis, terutama pada pasien pengguna narkoba suntik. Penggunaan obat-obatan
narkotika atau penyalahgunaan obat-obatan terlarang dapat mengganggu kemampuan pasien
mengontrol nyeri setelah operasi serta mempengaruhi tingkat serta jumlah pemberian anestesi
selama pembedahan. penggunaan narkoba suntik dapat mengganggu system vascular dan
menyulitkan akses ke dalam vena.
Pengkajian nyeri
Nyeri adalah suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan yang bersifat subjektif. Keluhan sensori yang dinyatakan sebagai pegal, linu,
ngilu, keju, kemeng, cangkeul, dan seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas nyeri.
Penting bagi setiap perawat untuk mempercayai pasien yang melaporkan rasa nyeri . yang juga
sama pentingnya adalah waspada terhadap pasien yang mengabaikan nyeri. Misalnya
mengungkapkan kenyataan bahwa gangguan atau prosedur biasanya menimbulkan nyeri atau
bahwa pasien tampak meringis saat bergerak atau menghindari gerakan. Menggali alas an
mengapa pasien mengabaikan rasa nyeri juga sangat membantu. Banyak orang yang menyangkal
nyeri yang dialaminya karena mereka takut dengan pengobatan /tindakan yang mungkin
diberikan jika mereka mengeluh nyeri, atau takut menjadi ketergantungan terhadap opioid jika
obat-obat ini diberikan untuk mengatasi nyerinya.
Kondisi penyakit dan posisi dapat menimbulkan nyeri pada pasien, perawat perlu mengkaji
pengalaman nyeri pasien sebelumnya, metode pengontrolan nyeri yang digunakan, sikap pasien
dalam menggunakan obat-obatan peghilang rasa nyeri, respons perilaku terhadap nyeri,
pengetahuan pasien, harapan, dan metode manajemen nyeri yang dipilih karena akan member
dasar bagi perawat dalam memantau perubahan kondisi pasien.
Pengkaji nyeri yang benar memungkinkan perawat perioperatif untuk menetapkan status nyeri
pasien, lebih bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap perawatan yang diberikan, dan
lebih berorientasi pada sifat kemitraan dalam melakukan penatalaksanaan nyeri. Perawat harus
mengembangkan hubungan terapeutik yang positif dan memberi waktu kepada pasien untuk
mendiskusikan nyeri. Member posisi yang nyaman pada pasien sebelum perawat bertanya dapat
membantu pasien merasakan bahwa perawat peduli akan dirinya. Perawat menghindari nyeri
yang semakin buruk karena melakukan pengkajian yang lama.
Perawat harus mempelajari cara verbal dan nonverbal pasien dalam mengomunikasikan rasa
ketidaknyamanan. Meringis, menekuk salah satu bagian tubuh, dan postur tubuh yang tidak
lazim merupakan contoh ekspresi nyeri secara nonverbal.
Pasien yang tidak mampu berkomunikasi efektit biasanya membutuhkan perhatian khusus
selama pengkajian . anak-anak, individu yang mengalami keterlambatan perkembangan, pasien
yang menderita psikosis, pasien yang sedang dalam kondisi kritis, pasien yang mengalami
dimensia, dan pasien yang tidak bisa berbicara bahasa Indonesia membutuhkan pendekatan
dengan cara yang berbeda. Pernyataan verbal anak-anak merupakan hal yang paling penting.
Anak-anak yang masih kecil mungkin tidak mengerti makna nyeri sehingga dalam melakukan
pengkajian perawat perlu menggunakan kata-kata, seperti ouh, aduh, atau sakit. Untuk pasien
yang mengalami gangguan kognitif, perlu menggunakan pendekatan pengkajian yang sederhana,
yaitu dengan melakukan observasi ketat terhadap perubahan perilaku pasien. Untuk pasien yang
sedang dalam kondisi kritis dan mungkin mengalami penumpulan sensori, menggunakan selang
nasogastrik, atau jalan nafas artificial perawat mungkin perlu mengajukan pertanyaan spesifik
secara lansung kepada pasien sehingga pasien dapat member jawaban dengan mengangguk dan
menggelengkan kepala.
Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri dan prosedur yang menyebabkan
nyeri. Anak-anak kecil yang belum dapat mengungkapkan kata-kata juga mengalami kesulitan
untuk mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau petugas
kesehatan. Secara kognitif , anak-anak toddler dan prasekolah tidak mampu mengingat
penjelasan tentang nyeri atau mengasosiasikan nyeri sebagai pengalaman yang dapat terjadi di
berbagai situasi . dengan memikirkan pertimbangan pemikiran ini, perawat harus mengadaptasi
pendekatan yang dilakukan dalam upaya mencari cara untuk mengkaji nyeri yang dirasakan
anak-anak (termasuk apa yang akan dinyatakan dan perilaku yang akan diobservasi) dan
bagaimana mempersiapkan seorang anak untuk prosedur medis yang menyakitkan (whaley,
1995).
Apabila pasien berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda, maka akan sulit melakukan
pengkajian nyeri . dalam situasi seperti ini, seorang penerjemah atau seorang anggota keluarga
mungkin diperlukan untuk menjelaskan perasaan pasien dan sensasi yang dirasakan.
Pengkajian karakteristik nyeri secara PQRST
Keluhan dari pasien tentang nyeri yang dirasakan merupakan indicator utama yang paling dapat
dipercaya tentang keberadaan dan intensitas nyeri dan apapun yang berhubungan dengan
ketidaknyamanan.. nyeri bersifat individual, sehingga pengkajian karakteristik nyeri membantu
perawat membentuk pengertian pola nyeri dan tipe manajemen nyeri yang digunakan untuk
mengatasi nyeri. Penggunaan instrument untuk menghitung luas dan derajat nyeri bergantung
kepada kondisi pasien yang sadar secara kognitif dan mampu memahami instruksi perawat.
Pendekatan pengkajian karakteristik nyeri dengan menggunakan metode PQRST dapat
mempermudah perawat perioperatif dalam melakukan pengkajian nyeri yang dirasakn pasien
secara ringkas dan dapat digunakan dalam kondisi praoperatif yang singkat.
PENGKAJIAN PSIKOSOSIOSPIRITUAL
Kecemasan praoperatif
Kecemasan berasal dari bahasa latin angere yang berarti untuk menghadapi (to strange) atau
untuk distre. Hal ini berkaitan dengan kata anger yang berarti kesedihan atau masalah.
Kecemasan juga berkaitan dengan kata to anguish yang menggambarkan adanya nyeri akut,
penderitaan ,dan distress (stuart. 1998). Cemas berbeda dengan rasa takut, dimana cemas
disebabkan oleh hal-hal yang tidak jelas termasuk di dalamnya pasien yang akan menjalani
operasi karena mereka tidak tahu konsekuensi pembedahan itu sendiri. Ketakutan memiliki objek
yang jelas dimana seseorang dapat mengidentifikasi dan menggambarkan objek ketakutan.
Ketakutan melibatkan penilain intelektual terhadap stimulus yang mengancam sedangkan
kecemasan merupakan penilaian emosional terhadap penilain itu. Ketakutan diakibatkan oleh
paparan fisik maupun psikologis terhadap situasi yang mengancam, ketakutan dapat
menyebabkan kecemasan, dua pengalaman emosi ini dibedakan dalam ucapan, yaitu kita
mengatakan memiliki rasa takut tetapi menjadi cemas, inti permasalahn dalam suatu bentuk
kecemasan adalah pada penjagaan diri (chitty, 1997).
Berbagai dampak psikologis yang dapat muncul adalah adanya ketidaktahuan akan pengalaman
pembedahan yang dapat mengakibatkan kecemasan yang terkespresi dalam berbagai bentuk
seperti marah, menolak, atau apatis terhadap kegiatan keperawatan. Pasien yang cemas sering
mengalami ketakutan atau perasaan tidak tenang . berbagai bentuk ketakutan muncul seperti
ketakutan akan hal yang tidak diketahui, misalnya terhadap pembedahan, anestesi, masa depan,
keuangan, dan tanggung jawab keluarga, ketakutan akan nyeri, kematian, atau ketakutan akan
perubahan citra diri dan konsepp diri.
Kecemasan dapat menimbulkan adanya perubahan secara fisik maupun psikologis yang akhirnya
megaktifkan saraf otonom simpatis sehingga meningkatkan denyut jantung, peningkatan
tekanan darah, peningkatan frekuensi napas, dan secara umum mengurangi tingkat energy pada
pasien, dan akhirnya dapat merugikan individu itu snediri (rothrock, 1999). Berdasarkan konsep
psikoneuroimunologi, kecemasan merupakan stressor yang dapat menurunkan system imunitas
tubuh. Hal ini terjadi melalui serangkaian aksi yang diperantarai oleh HPA-axis (hipotalamus,
pituitary, dan adrenal) . stress akan merangsang hipotalamus untuk meningkatkan produksi
corticotrophin releasing factor (CRF) . CRF ini selanjutnya akan merangsang kelenjar pituitary
anterior untuk meningkatkan produksi adrenocorticothropin hormone (ACTH). Hormone ini
yang akan merangsang korteks adrenalin untuk meningkatkan sekresi kortisol. Kortisol inilah
yang selanjutnya akan menekan system tubuh (guyton, 1996).
Prosedur pembedahan akan memberikan suatu reaksi emosional bagi pasien, apakah reaksi
tersebut jelas atau tersembunyi, normal, atau abnormal, sebagai contoh kecemasan praoperatif
merupakan suatu respons antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien
sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan kehidupan
itu sendiri,sudah diketahui bahwa pikiran yang bermasalah secara lansung akan mempengaruhi
fungsi tubuh, oleh karena itu pentig untuk mengidentifkasi ansietas yang dialami pasien.
Dengan mengumpulkan riwayat kesehatan secara cermat, perawat akan menemukan
kekhawatiran pasien yang didapat menjadi beban lansung selama proses pembedahan. tidak
diragukan lagi pasien yang menghadapi pembedahan akan dilingkupi oleh ketakutan , termasuk
ketakutan akan ketidaktahuan,kematian, anestesi dan kanker, kekhawatiran mengenai kehilangan
waktu kerja, kemungkinan kehilangan pekerjaan, tanggung jawab terhadap keluarga, dan
ancaman ketidakmampuan permanen yang lebih jauh. Akan memperberat ketegangan emosional
yang sangat hebat yang diciptakan oleh proses pembedahan, kekhawatiran yang nyata yang lebih
ringan dapat terjjadi karena pengalaman sebelumnya dengan system perawatan kesehatan dan
orang-orang yang dikenal pasien dengan kondisi yang sama. Akibatnya perawat harus
Informed consent adalah suatu izin tertulis yang dibuat secara sadar dan sukarela oleh pasien
sebelum suatu pembedahan dilakukan. Izin tertulis tersebut dapat melindungi pasien dari
kelainan dalam prosedur pembedahan dan melindungi ahli bedah terhadap tuntutan dari suatu
lembaga hukum demi kepentingan bersama, semua pihak yang terkait perlu mengikuti prinsip
medikolegal yang baik (Potter, 2006).
Tanggung jawab perawat adalah untuk memastikan bahwa informed consent telah diminta oleh
dokter dan ditanda tangani secara sukarela oleh pasien. Sebelum pasien menandatangani
informed consent, ahli bedah harus memberikan penjelasan yang jelas dan sederhana tentang apa
yang akan diperlukan dalam pembedahan. ahli bedah juga harus menginformasikan pasien
tentang alternatif alternatif yang ada, kemungkinan resiko, komplikasi, perubahan bentuk tubuh,
menimbulkan kecacatan,ketidakmampuan, pengangkatan bagian tubuh, dan juga tentang apa
yang diperkirakan terjadi pada periode pasca operatif awal dan lanjut. Persetujuan tindakan
medic ini diperlukan pada:
Suatu prosedur tindakan invasive, seperti insisi bedah, biopsy, sistoskopi, atau parasintesis
Intervensi dengan menggunakan anestesi
Prosedur nonbedah yang resikonya lebih dari sekedar risiko ringan, contohnya prosedur
arteriografi
Prosedur yang mencakup terapi radiasi atau kobal
Pasien secara pribadi menandatangani consent tersebut jika telah mencapai usia yang ditentukan
dan mampu secara mental, bila pasien dibawah umur, tidak sadar, atau tidak kompeten, maka
izin harus didapat dari anggota keluarga yang bertanggung jawab atau wali yang sah.
Pada kasus-kasus kedaruratan, penting bagi ahli bedah untuk mengambil tindakan yang bersifat
penyelamatan tanpa informed consent dari pasien. Namun, upaya untuk menghubungi pihak
keluarga pasien harus terus dilakukan. Pada situasi seperti ini , komunikasi dapat dilakukan
melalui telepon, telegram, facsimile,, atau media elektronik lainnya.
Jika pasien ragu-ragu dan tidak sempat mencari pengobatan alternative , maka opini orang kedua
dapat diminta, tidak ada pasien yang boleh dipaksa untuk menandatangani izin operasi.
Penolakan terhadap prosedur pembedahan adalah hak hukum dan hak istimewa seseorang. Akan
tetapi, informasi tersebut harus didokumentasikan dan disampaikan kepada ahli bedah sehingga
pengaturan lain dapat dibuat. Sebagai contoh, penjelasan tambahan dapat diberikan kepda pasien
dan keluargnya atau pembedahan dapat dijadwalkan ulang .
Proses penandatanganan informed consent ini dapat dilengkapi dengan penjelasan dan harus
dipastikan bahwa pasien dapat memahami dan mengerti isi atau maksud dari informed consent
tersebut. Fomulir informed consent yang sudah ditandatangani diletakkan direkam medic pada
posisi yang mudah dilihat. Pemeriksaan fisik
Ada berbagai pendekatan yang digunakan dalam melakukan pemeriksaan fisik , mulai dari
pendekatan heat to toe hingga pendekatan per system . perawat dapat menyesuaikan konsep
pendekatan pemeriksaan fisik dengan kebijakan prosedur yang digunakan institusi tempat ia
bekerja. Pada pelaksanaanya, pemeriksaan yang dilakukan bisa mencakup sebagian atau seluruh
system, bergantung pada banyaknya waktu yang tersedia dan kondisi praoperatif pasien. Focus
pemeriksaan yang dilakukan adalah melakukan klarifikasi dari hasil temuan saat melakukan
anamnesis riwayat kesehatan pasien dengan system tubuh yang akan dipengaruhi atau
memengaruhi respons pembedahan.
KEADAAN UMUM DAN TANDA-TANDA VITAL
Pemeriksaan keadaan umum pasien praoperatif meliputi penampilan umum dan prilaku,
pangkajian tingkat kesadaran dan pengkajian status nutrisi.
Penampilan Umum
Pada pengkajian keadaan umum, secara ringkas perawat melakukan survei keadaan umum untuk
mengobservasi panampilan umum pasien. Bentuk dan pergerakan tubuh dapat menggambarkan
kelemahan yang disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan adanya intervensi
pembedahan. secara ringkas, pengkajian yang berhubungan dengan praoperatif meliputi elemenelemen berikut ini:
Usia
Usia akan memengaruhi karakteristik fisik normal. Kemampuan untuk berpartisipasi dalam
beberapa bagian pemeriksaan fisik praoperatif juga dipengaruhi oleh usia.
Tanda distres
Terdapat tanda dan gejala distress nyata yang mengindikasikan nyeri, kesulitan bernapas, atau
kecemasan. Tanda tersebut dapat membantu perawat dalam membuat prioritas yang berkaitan
dengan apa yang akan diperiksa terlebih dahulu.
Jenis tubuh
Perawat mengobservasi jika pasien tanpak ramping, berotot, obesitas, atau sangat kurus. Jenis
tubuh dapat mencerminkan tingkat kesehatan, usia, dan gaya hidup.
Postur
Perawat mengkaji postur tubuh pasien. Apakah pasien memiliki postur tubuh yang merosot,
tegak, dan bungkuk. Postur dapat mencerminkan alam perasaan atau adanya nyeri.
Gerakan tubuh
Observasi gerakan tersebut bertujuan untuk memperhatikan apakah terdapat tremor di
ekstremitas. Tentukan ada atau tidaknya bagian tubuh yang tidak bergerak.
Kebersihan diri dan bau badan
Tingkat kebersihan diri pasien dicatat dengan mengobsevasi penampilan rambut, kulit, dan kuku
jari. Bau badan yang tidak sedap dapat terjadi karena kebersihan diri yang buruk atau akibat
patologi penyakit tertentu. Kondisi kebersihan praoperatif merupakan hal yang penting
diperhatikan karena dapat memengaruhi konsep asepsis intraoperasi dan akan memberikan data
dasar pada perawat untuk memberikan intervensi praoperatif terkait kebutuhan pemenuhan
kebersihan area pembedahan.
Afek dan alam perasaan
Afek adalah perasaan seseorang yang terlihat oleh orang lain. Alamperasaan atau status emosi
diekpresikan secara verbal dan nonverbal.
Bicara
Bicara normal adalah bicara yang dapat dipahami, diucapkan dengan kecepatan sedang dan
menunjukkan hubungan dengan apa yang dipikirkan.
Pengkajian tingkat kesadaran
Penilaian tingkat respons kesadaran secara umum dapat mempersingkat pemeriksaan.
Pengenalan kondisi klinis pada setiap tingkat kesadaran akan memudahkan perawat dalam
melakukan pengkajian.
Pada keadaan emergensi , kondisi pasien dan waktu untuk mengumpulkan data penilaian tingkat
kesadaran sangat terbatas. Oleh karena itu, skala koma Glasgow dapat memberikan jalan pintas
yang sangat berguna . skala tersebut memungkinkan pemeriksa untuk membuat peringkat tiga
respons utama pasien terhadap lingkungan, yaitu : membuka mata, mengucapkan kata, dan
gerakan.
Pada setiap kategori, respons yang terbaik diberikan nilai, nilai total maksimum untuk sadar
penuh dan terjaga adalah 15. Nilai minimum 3 menandakan pasien tidak memberikan respons.
Jika nilai keseluruhan adalah 8 atau dibawahnya, maka berhubungan dengan koma, jika bertahan
dalam waktu yang lama mungkin dapat menjadi satu tanda akan buruknya pemulihan fungsi.
System penilaian ini dirancang sebagai pedoman untuk mengevaluasi dengan cepat pasien yang
sakit saat kritis atau pasien yang cedera sangat berat dan status kesehatannya dapat berubah
dengan cepat.
Pengkajian status nutrisi
Pengkajian status nutrisi dengan menggunakan berat dan tinggi badan merupakan indicator
status nutrisi yang penting . kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi dan berat
badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah, dan keseimbangan nitrogen.
Segala bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein
yang cukup guna perbaikan jaringan.
Perbaikan jaringan normal dan resistensi terhadap infeksi bergantung pada status nutrisi yang
cukup. Pembedahan akan meningkatkan kebutuhan nutrisi. Setelah pembedahan, pasien
membutuhkan minimal 1500 kkal/hari untuk mempertahankan cadangan energy. Peningkatan
protein , vitamin A dan C serta zat besi akan mempercepat penyembuhan luka. Pasein malnutrisi
cenderung mengalami penyembuhan luka yang kurang baik, berkurangnya penyimpangan
energy, dan infeksi setelah operasi. Apabila pasien menjalani pembedahan efektif , maka
ketidakseimbangan nutrisi dapat diperbaiki sebelum pembedahan. namun jika pasien malnutrisi
harus menjalani prosedur darurat, maka upaya perbaikan nutrisi dilakukan setelah pembedahan.
(potter,2006) .
Dehidrasi, hipovolemia, dan ketidakseimbangan elektrolit umum terjadi dan harus
didokumentasikan dengan cermat. Tingkat keparahan sering sulit untuk ditentukan , ketika
pasien sedang dipersiapkan untuk pembedahan, maka tambahan waktu mungkin diperlukan
untuk memperbaiki deficit cairan guna meningkatkan kondisi praoperatif sebaik mungkin.
Obesitas sangat meningkatkan resiko dan komplikasi yang berkaitan dengan pembedahan,
selama pembedahan, jaringan lemak rentan terhadap infeksi . selain itu , obesitas mengakibatkan
peningkatan masalah-masalah tehnik dan mekanik . oleh karena itu, dehisens (perlepasan luka)
dan infeksi luka umum terjadi. Pasien obesitas biasanya lebih sulit dirawat karena akibat
peningkatan berat badan , pasien menjadi bernafas tidak optimal ketika berbaring miring dan
karenanya mudah mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonal pascaoperatif . selain itu,
distensi abdomen, flebitis, gangguan system kardiovaskular, endokrin, hepatica, dan penyakit
biliari terjadi lebih sering pada pasien dengan obesitas. Telah diperkirakan bahwa untuk setiap
kelebihan berat badan 13 kg, diperlukan seiktar 40 km pembuluh darah. Kebutuhan yang
meningkat pada jantung dalam hal ini sangat jelas (potter, 2006).
Obesitas meningkatkan resiko pembedahan akibat menurunnya ventilasi dan fungsi jantung,
pasien akan mengalami kesulitan melakukan aktivitas fisik normal setelah pembedahan, pasien
obesitas rentan mengalami penyembuhan luka yang buruk dan infeksi luka karena struktur
jaringan lemak memiliki suplai darah yang buruk . suplai darah yang buruk akan memperlambat
pengiriman nutrisi yang penting, antibody,dan enzim yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka.
Pasien obesitas sering mengalami kesulitan penutupan luka karena tebalnya lapisan adipose.
Klien obesitas juga beresiko mengalami dehisens (terbukanya garis jahitan operasi).
Pemeriksaan tanda tanda vital
Pemeriksaan awal fisik dilakukan dengan memeriksa tanda-tanda vital . tanda vital diukur untuk
menentukan status kesehatan atau untuk menilai respons pasien terhadap stress intervensi
pembedahan.
pemeriksaan TTV meliputi pengukuran suhu , nadi, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan.
Sebgai indicator dari status kesehatan , ukuran-ukuran ini menandakan keefektifan sirkulasi =,
respirasi, serta fungsi neurologis dan endokrin tubuh . karena sangat penting, maka disebut
dengan vital. Banyak factor seperti suhu lingkungan, latihan fisik, dan efek sakit yang
menyebabkan perubahan tanda vital hingga kadang-kadang diluar batas normal. Pengukuran
tanda vital member data untuk menentukan status kesehatan pasien yang lazim (data dasar),
seperti respons terhadap stress fisik dan psikologis . perubahan pada tanda vital menandakan
kebutuhan dilakukannya intervensi keperawatan dan medis praoperatif.
Pengkajian tanda-tanda vital praoperatif memberikan data dasar yang penting untuk
dibandingkan dengan perubahan tanda-tanda vital yang terjadi selama dan setelah pembedahan.
pengkajian tanda-tana vital praoperatif juga penting untuk menentukan adanya abnormalitas
cairan dan elektrolit . peningkatan denyut jantung dapat disebabkan karena kekurangan volume
cairan plasma, kekurangan kalium, atau kelebihan natrium. Apabila denyut nadi kuat dank eras,
hal tersebut mungkin disebabkan karena kelebihan volume cairan. Disritmia jantung umumnya
disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit.
Peningkatan suhu sebelum pembedahan merupakan penyebab yang harus diperhatikan . apabila
pasien mengalami infeksi , maka dokter bedah dapat menunda pembedahan sampai infeksi
tersebut teratasi. Peningkatan suhu tubuh meningkatkan resiko ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit setelah pembedahan.
Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi pasien. Teknik dasar
inspeksi, palpasi, dan auskultasi digunakan untuk menentukan tanda vital. Keterampilan ini
sederhana, tetapi tidak boleh diabaikan. Pengkajian tanda vital memungkinkan perawat untuk
mengidentifikasi diagnosis keperawatan , mengimplementasikan rencana intervensi , dan
mengevaluasi keberhasilan bila tanda vital dikembalikan pada batas nilai yang dapat diterima.
Pemeriksaan tanda vital merupakan unsure yang penting bila perawat dan dokter melakukan
kolaborasi dalam menentukan statu s kesehatan pasien. Teknik pengukuran yang cermat
menjamin temuan akurat pula.
Kepala dan leher
Survey kepala
Riwayat keperawatan akan mendeteksi adanya cedera intracranial dan deformitas local atau
congenital. Perawat mulai dengan menginspeksi posisi kepala dan gambaran wajah pasien. Posisi
kepala normalnya tegak dan stabil.
Perawat mengobservasi gambaran wajah pasien, melihat kelopak mata, alis,lipatan nasolabial,
dan mulut untuk mengetahui bentuk dan kesimetrisannya, sedikit ketidaksimetrisan merupakan
suatu hal yang normal . jika terdapat ketidaksimetrisan pada wajah, maka perawat menilai
apakah seluruh bagian atau hanya sebagian dari wajah saja yang terkena. Berbagai gangguan
neurologis seperti paralisis saraf fasial, akan memengaruhi saraf lain yang juga mempersarafi
otot-otot wajah.
Mata
Observasi gambaran kesimetrisan mata kanan dan mata kiri. Kesimetrisan wajah pasien dikaji
untuk melihat apakah kedua mata terletak pada jarak yang sama. Perawat memeriksa apakah
salah satu mata lebih besar atau menonjol ke depan melalui pemeriksaan posisi istirahat dan garis
mata atas.
Alis diobservasi kuantitas dan penyebaran rambutnya. Kelopak mata diinspeksi warna, keadaan
kulit, dan ada/tidaknya bulu mata serta arah timbulnya . batas kelopak diperiksa akan adanya lesi
seperti tonjolan atau tumor. Terkadang pada fraktur dasar tengkorak di fosa anterior, darah dapat
merembes dari robekan dura hingga ke rongga orbita . hematoma yang terjadi menyebabkan
gambaran mata hitam yang dikenal sebagai raccoon eyes pasien dengan fraktur dikaji
ada/tidaknya kebocoran cairan serebrospinal dari hidung.
Mata dan kelopak mata orang yang kekurangan nutrisi atau dehidrasi Nampak seperti tenggelam
atau cekung karena lemak dan cairan yang tersimpan di belakang bola mata hilang. Ptosis
(turunnya kelopak) dapat disebabkan oleh edema, kelemahan oto, defek congenital, atau masalah
neurologis (SOIII) yang disebabkan oleh trauma atau penyakit.
Konjungtiva dan sclera. Konjuntiva adalah membrane mukosa tipis dan transparan yang melapisi
bagian posterior kelopak mata dan melipat kea rah bola mata untuk melapisi bagian anterior bola
mata. Sclera dikaji warnanya , biasanya putih . warna kekuningan merupakan indikasi ikterus
atau masalah sistemik. Pada individu yang berkulit hitam, sclera normal juga bisa terlihat kuning,
terdapat titik kecil, gelap, dan berpigmen. Pemeriksaan konjungtiva praoperatif akan
memberiakan data dasar untuk intervensi.
Pupil normal berbentuk bulat, letaknya di tengah , dan memiliki ukuran yang sama antara kiri
dan kanan. Terdapat kurang lebih 5% individu yang secara normal memiliki perbedaan dalam
ukuran pupil. Perbedaan ini disebut anisokor. Ukuran pupil bervariasi pada tiap individu yang
terpapar cahaya dalam jumlah yang sama. Pupil yang lebih kecil ditemukan pada lansia. Individu
dengan myopia (hanya dapat melihat dari dekat) mempunyai pupil yang lebih besar, sedangkan
individu hipertopi (hanya dapat melihat jauh) mempunyai pupil yang lebih kecil. Diameter pupil
normal adalah 2-6 mm . pupil yang ukurannya kurang dari 2 mm disebut konstriksi (miosis),
sedangkan pupil yang berukuran lebih dari 6 mm disebut dilatasi (midriasis).
Kaji respons pupil terhadap cahaya . respons pupil terhadap cahaya lebih mudah diobservasi jika
uji ini dilakukan di ruang gelap. Akan tetapi, pada individu dengan mata cokelat tua, lebih sulit
bagi perawat untuk mendeteksi peruabahan yang ada. Konstriksi kedua pupil merupakan respons
normal terhadap sinar lansung , meningkatnya cahaya menyebabkan pupil konstriksi, sedangkan
penurunan cahaya menyebabkan pupil dilatasi. Pupil juga mengecil atau konstriksi dalam
respons terhadap akomodasi (perubahan focus akibat berubahnya pandangan dari objek jauh ke
dekat).
Perawat mengkaji reaksi pupil terhadap sinar dengan menganjurkan pasien untuk lurus ke depan
sambil cepat membawa sinar senter dari samping dan mengarahkan ke pupil mata kanan (oculus
dextra). Konstfasriksi pada pupil OD merupakan direct response terhadap cahaya senter ke
dalam mata tersebut, konstruksi pada pupil mata kiri (oculus sinistral) selama cahaya diarahkan
pada OD dikenal sebagai consensual response. Kedua aphakia (tidak adanya lensa mata) pupil
berwarna hitam, sedangkan pada kondisi katarak, pupil berwarna putih
Sestem endokrin
Pada diabetes yang tidak terkontrol , bahaya utama yang megancam hidup adalah hipoglikemia.
Hipoglikemia perioperatif mungkin terjadi selama anestesi, akibat asupan karbohidrat pasctif
yang tidak adekuat atau pemberian obat insulin yang berlebihan , bahaya lain yang mengancam
pasien tetapi onsetnya tidak secepat hipoglikemia adalah asidosis atau glukosuria. Secara umum,
resiko pembedahan bagi pasien dengan diabetes mellitus yang tidak terkontrol tidak lebih besar
dari pasien nondiabetes, namun pemantaun kadar gula darah secara rutin penting dilakukan
sebelum , selama, dan setelah pembedahan.
Pasien yang mendapat kortikosteroid berisiko mengalami insufisiensi adrenal. Oleh karena itu,
penggunaan medikasi steroid untuk segala tujuan selama tahun-tahun sebelumnya harus
dilaporkan pada ahli anestesi dan ahli bedah.
Dada dan tulang belakang
Payudara
Tujuan pemeriksaan payudara adalah untuk mengklarifikasi riwayat atau keluhan pasien tentang
adanya massa pada payudara. Pemeriksaan dimulai dengan melakukan observasi ukuran dan
kesimetrisan payudara. Perbedaan ukuran dan ketidak simetrisan dapat disebabkan oleh
inflamasi atau massa. Perawat kemudian menilai kontur atau bentuk payudara dan mencatat
adanya massa, dataran, retraksi, atau lesung. Retraksi atau lesung terjadi akibat invasi ligament
oleh tumor atau kanker payudara, jika pasien mengeluhkan adanya massa. Maka perawat harus
memeriksa payudara pada sisi lain terlebih dahulu untuk memastikan perbandingan yang objektif
antara sisi jaringan normal dan abnormal . selama palpasi, perawat mencatat konsistensi jaringan
payudara. Normalnya jaringan payudara terasa padat, keras dan elastic
Massa abnormal dipalpasi untuk menentukan lokasi, diameter massa dalam sentimeterl, bentuk
(misalnya bulat atau cakram) konsistensi (lunak, liat atau keras) adanya nyeri tekan kemampuan
mobilitas, dan kondisi tepi massa (jelas atau tidak) lesi kanker bersifat keras tidak dapat
digerakkan tidak ada nyeri tekan dan bentuknya tidak teratur. Kondisi ini dicirikan dengan
benjolan payudara yang nyeri dan terkadang rabas putting. Gejala tersebut lebih nyata terjadi
selama periode menstruasi. Jika dipalpasi, kista (benjolan) terasa lunak, berbeda, dan dapat
digerakkan kista dalam biasanya terasa keras.
Sistem Pernapasan
Pemeriksaan praoperatif sistem pernapasan dapat menjadi data dasar rencana intervensi
pascaoperatif. Pemeriksaan dimulai dengan melihat keadaan umum sistem peranapasan dan
tanda-tanda abnormal seperti sisnosis, pucat, kelelahan, sesak napas, batuk, penilaian produksi
sputum, dan lainnya. Karena harus melakukan pengkajian fisik secara inspeksi, maka perawat
harus memahami kondisi sistem pernapasan dalm rongga torak secara imajiner. Hal ini sangat
berguna bagi perawat dalam memeriksa kondisi normal dan abnormal dari interpretasi
pemeriksaan fisik.
Penilaian bentuk dada secara inspeksi dilakukam untuk melihat seberapa jauh kelainan yang
terjadi pada pasien. Benuk dada normal pada orang dewasa adalah diameter anteropsoterior
dalam proporsi terhadap diameter lateral adalah 1:2. Kondisi yang tidak normal, seperti barrel
chest akan meningkatkan resiko pembedahan dan memberikan implikasi pada penyuluhan
preoperasi tentang latihan batuk efektif dan latihan napas diafragma.
Perawat kemudian melakukan pemeriksaan palpasi untuk menilai adanya kelainan pada dinding
toraks dan merasakan perbedaan getaran suara napas. Kelainan yang mungkin didapatkan pada
pemeriksaan ini seperti: nyeri tekan, adanya emfisema subkutan atau terdapat penuruanan
getaran saura napas pada satu sisi akibat adanya cairan atau udara pada rongga pleura.
Perkusi pada paru yang normal menimbulkan nadan sonor, sedangkan perkusi pada struktur yang
berongga seperti, usus atau pneumotoraks, menimbulkan nada hipersonor. Pemeriksaan
auskultasi praoperatif ditunjukkan untuk menilai atau mengkaji aliran udara melalui cabang
bronkus dan mengevaluasi adanya cairan atau obstruksi padat dalam struktur paru. Untuk
menentukan kondisi paru-paru pemeriksa mengauskultasi bunyi napas normal, bunyi napas
tambahan, dan bunyi suara. Auskultasi bunyi napas akan menunjukkan apakah pasien mengalami
kongesti paru atau penyempitan jalan napas. Adanya atelektasis atau kelembaban pada jalan
napas akan memperburuk kondisi pasien selama pembedahan. Kongesti paru yang serius dapat
menyebabkan ditundanya pembedahan. Beberapa obat anestesi dapat menyebabkan spasme otot
laring. Oleh karena itu, jika perawat mendengar bunyi mengi saat mengauskultasi jalan napas
pada pemeriksaan praoperatif, maka hal ini menunjukkan bahwa pasien berisiko mengalami
penyempitan jalan napas yang lebih lanjut selama pembedahan.
Pemeriksaan dada lainnya adalah dengan menilai adanya dilatasi vena pada bagian anterior dada
yang merupakan salah satu tanda dari adanya tumor mediastinum.
Sistem Kardiovaskular
Lakukan inspeksi ada/ tidaknya parut bekas luka. Operasi jantung sebelumnya akan
menimbulkan bekas parut pada dinding dada. Lokasi dari parut memberi petunjuk mengenai lesi
katup yang telah dioperasi. Kebanyakan pembedahan katup memerlukan cardiopulmonary
bypass yang berarti akan dilakukan sternontomi medial (irisan pada bagian medial sternum).
Pemeriksaan tekanan darah praoperatif dilakukan untuk menilai adanya peningkatan tekanan
darah di atas normal (hipertensi) yang berperngaruh pada kondisi hemodinamik intraoperatif dan
pascaoperatf. Apabila pasien mempunyai penyakit jantung, maka perawat harus mengkaji
karakter denyut jantung apikal. Setelah pembedahan, perawat harus membandingkan frekuensi
dan irama nadi dengan data yang diperoleh sebelum operasi. Obat-obatan anestesi, perubahan
dalam keseimbangan cairan, dan stimulasi respons stres akibat pembedahan dapat menyebabkan
disnritmia jantung.
Perawat mengkaji nadi perifer, waktu pengisian kapiler dan warna serta suhu ekstremitas untuk
menentukan status sirkulasi pasien. Waktu pengisian kapiler dikaji untuk menilai kemampuan
perfusi perifer. Pengukuran pengisian kapiler penting dilakukan pada pasien yang menjalani
pembedahan vaskular atau pasien yang ekstremitsnya dipasang gips ketat.
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pembedahan akan direspons oleh tubuh sebagai sebuah trauma. Akibat respons stres
adrenokortikal, reaksi hormonal akan menyebabkan retensi air dan natrium serta kehilangan
kalium dalam 2-5 hari pertama setelah pembedahan. Banyaknya protein yang dipecah akan
menimbulkan keseimbangan nitrogen yang negatif. Beratnya respons stres memengaruhi tingkat
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Semakin luas pembedahan, maka akan semakin berat
pula stres akibat kehilangan cairan dan elektrolit intraoperatif.
Pasien yang mengalami hipovolemik atau perubahan elektrolit praoperatif yang serius
mempunyai resiko yang siginifikan selama dan setelah pembedahan. Misalnya, kelebihan atau
kekurangan kalium akan meningkatkan peluang terjadinya disrtimia. Apabila pasien sebelumnya
telah mempunyai gangguan pada ginjal, gastrointestinal, atau kardiovaskular, maka risiko
terjadinya perubahan cairan dan elektrolit akan semakin besar.
PENGKAJIAN TULANG BELAKANG
Pemeriksaan sekilas dalam inspeksi tulang belakang yang penting adalah penilaian kurvatura
atau lengkung dari tulang belakang. Kurvatura tulang belakang yang normal biasanya konveks
pada bagian dada dan konkaf sepanjang leher dan pinggang. Jika dilihat dari samping lengkung
kolumna vertebralis memperlihatkan empat kurva atau lengkung anterior-posterior, yaitu
lengkung vertikal pada daerah leher melengkung ke depan, daerah torakal melengkung ke
belakang , daerah lumbal melengkung ke depan, dan daerah pelvis melengkung ke belakang.
Pengetahuan perawat yang benar tentang pengenalan kurvatura tulang belakang akan
memudahkan perawat dalam mengenal adanya deformitas pada setiap segmen dari tulang
belakang.
Deformitas tulang belakang yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan praoperatif meliputi
skoliosis, yaitu pembengkokan pada tulang belakang ke arah lateral dan kifosis, yaitu kenaikan
kurvatura tulang belakang bagian dada yang akan menurunkan kemampuan pengembangan paru
secara maksimal sehingga menambah risiko pembedahan.
ABDOMEN DAN PANGGUL
Survei Abdomen dan Panggul
Perawat mengkaji ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan distensi abdomen. Apabila pasien akan
menjalani bedah abdomen, maka perawat harus sering melakukan pengkajian pascaoperatif pada
insisi abdomen dan membandingkan hasilnya dengan data yang diperoleh pada fase
pascaoperatif. Distensi menunjukkan adanya perubahan fungsi gastrointestinal pada fase
pascaoperatif. Perawat harus mengetahui apakah abdomen pasien menonjol atau mengalami
distensi setelah pembedahan.
Hepar berperan penting dalam biotransformasi senyawa-senyawa anestesi. Oleh karena itu,
segala bentuk kelainan hepar berefek pada bagaimana anestensi tersebut di metabolisme. Karena
penyakit hepar akut berkaitan dengan mortalitas bedah yang tinggi, maka perbaikan fungsi hepar
pada fase praoperatif sangat diperlukan. Pengkajian yang cermat dilakukan dengan berbagai
pemeriksaan fungsi hepar.
Sistem Pencernaan
Pengkajian bising usus pada fase praoperatif berguna sebagai data dasar. Perawat juga
menentukan apakah pergerakan usus pasien teratur. Apabila pembedahan memerlukan
manipulasi saluran gastrointestinal atau pasien diberikan anestesi umum, maka peristalik tidak
akan kembali normal dan bising usus akan hilang atau berkurang selama beberapa hari setelah
operasi.
Sistem Perkemihan
Ginjal terlibat dalam eksrkresi obat-obat anestesi dan metabolitnya. Status asam basa dan
metabolisme merupakan pertimbangan penting dalam pemberian anestesi. Pembedahan
dikontraindikasikan bila pasien menderita nefritis akut, insufisiensi renal akut dengan oliguri
atau anuri, atau masalah-masalah renal akut lainnya, kecuali kalau pembedahan merupakan satu
tindakan penyelamat hidup atau amat penting untuk memperbaiki fungsi urinari, seperti pada
obstruksi uropati.
Kolaborasi
Berikan anticemas sesuai indikasi,
contohnya diazepam.
kekurangan.
Menunjukkan penerimaan, membantu
pasien untuk mengenal dan mulai
menyesuaikan dengan perasaan tersebut.
Mendukung penolakan terhadap bagian
tubuh atau perasaan negatif terhadap
gambaran tubuh dan kemampuan yang
menunjukkan kebutuhan dan intervensi serta
dukungan emosional.
Membantu pasien untuk melihat bahwa
perawat menerima kedua bagian sebagai
bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan
pasien untuk meraskan adanya harapan dan
mulai menerima situasi baru.
Membantu meningkatkan perasaan harga
diri dan mengontrol lebih dari satu area
kehidupan.
Menghidupkan kembali perasaan
kemandirian dan membantu perkembangan
harga diri serta memengaruhi proses
rehabilitasi.
Pasien dapat beradaptasi terhadap perubahan
dan pengertian tentang peran individu masa
mendatang.
Meningkatkan kemandirian untuk
membantu pemenuhan kebutuhan fisik dan
menunjukkan posisi untuk lebih aktif dalam
kegiatan sosial.
Dapat mengindikasikan terjadinya depresi.
Umumnya memerlukan intervensi dan
evaluasi lebih lanjut.
Dapat memfasilitasi perubbahan peran yang
penting untuk perkembangan perasaan.
Pasien dan keluarga mampu mengulang kembali secara narasi mengenai itervensi prosedur
pascaanestesi.
Pasien dan keluarga mengunkapkan alasan pada setiap instruksi dan latihan praoperatif.
Pasien dan keluarga memahami respons pembedahan secara fisiologis dan psikologis.
Secara subjektif pasien menyatakan rasa nyaman dan relaksasi emosinonal.
Pasien mampu menghindarkan cedera selama periode perioperatif.
Intervensi
Rasional
Kaji tingkat pengetahuan dan sumber
Menjadi data dasar untuk memberikan
informasi yang telah diterima.
pendidikan kesehatan dan mengklarifikasi
sumber yang tidak jelas.
Diskusikan perihal jadwal pembedahan.
Pasien dan keluarga harus diberikan
mengenai waktu dimulianya pembedahan.
Apabila rumah sakit mempunyai jadwal
kamar operasi yang padat, maka lebih baik
pasien dan keluarga diberitahukan tentang
banyaknya jadwal operasi yang telah
ditetapkn sebelum pasien.
Diskusikan perihal lamanya pembedahan.
Kurang bijaksana bila memberitahukan
pasien dan keluarganya tenetang lamanya
waktu operasi yang akan dijalani.
Penundaan yang tidak antisipasi dapat
terjadi karena berbagai alasan. Apabila
pasien tidak kembali pada waktu yang
diharapkan, maka keluarga akan menjadi
sangat cemas. Anggota keluarga harus
menunggu di ruang tunggu bedah untuk
mendapat berita yang terbaru dari staf.
Lakukan pendidikan kesehatan paroperatif.
Manfaat dasri instruksi praoperatif telah
dikenal sejak lama. Setiap pasien diajarkan
sebagai seorang individu, dengan
mempertimbangkan segala keunikan tingkat
ansietas, kebutuhan, dan harapanharapannya.
Programkan instruksi yang didasrkan pada
Jika sisi penyuluhan dilakukan beberapa hari
kebutuhan individu, direncanakan, dan
sebelum pembedahan, maka pasien mungkin
diimplementasikan pada waktu yang tepat.
tidak ingat tentang apa yang telah dikatakan.
Jika instruksi diberikan terlalu dekat dengan
waktu pembedahan, maka pasien mungkin
tidak dapat berkonsentrasi atau belajar
karena ansietas dan efek dari medikasi
praanestesi.
Beritahu persiapan pembedahan.
Pembersihan dengan enema atau laksatif
Persiapan intestinal.
mungkin dilakukan pada malam sebelum
operasi dan diulang jika tidak efektif.
Persiapan kulit.
Di sebagian besar rumah sakit, pasien lebih dulu masuk ke ruang prabedah. Pasien dipindahkan
ke ruang prabedah di atas tempat tidur atau barankar sekitar 15-30 menit sebelum anestesi
dimulai. Barankar harus senyaman mungkin, dengan jumlah selimut yang cukup untuk
memastikan pasien tidak kedinginan. Bantal kecil di kepala bisasnya diperbolehkan.
Di ruang prabedah, pasien akan bertemu dengan staf ruang operasi yang menggunakan pakaian
dan wajah tertutup masker sesuai dengan kebijakan pengontrolan infeksi rumah sakit. Pada
kondisi ini, pasien sudah tidak ditemani oleh orang terdekat. Suasana ruangan yang terasa sunyi
akan memberikan kondisi yang berbeda pada pasien.
Perawat ruang transit sementara akan melakukan pengkajian pasien, meliputi keabsahan pasien,
jenis pembedahan, kamar operasi yang akan dimasuki, jenis anestesi yanga akan digunakan,
kelengkapan pemeriksaan dagnostik, dan kelengkapan sarana pembedahan.
Meskipun pasien sudah mendapat medikasi paraoperatif, tampak mengantuk, dan terlihat aman
di atas brankar dengan sabuk pelindung di atasnya, tetapi seorang perawat harus selalu ada di
dekatnya. Dengan menugaskan perawat bersama pasien akan memberikan ketenangan dan
keamanan. Ketenangan dapat dikomunikasikan secara verbal atau nonvebal melalui ekspresi
wajah, tingkah laku, genggaman hangat pada tangan, dan memperlihatkan wajah yang ramah
oleh perawat yang membantu menyiapkan pasien sebelum dipindahkan ke ruang bedah atau ahli
anestesi yang telah mengunjungi pasien sehari sebelum hari pembedahan.
Diagnosis keperawatan
Di ruang prabedah, diagnosis keperawatan yang paling lazim ditegakkan adalah sebagai
berikut :
1. Kecemasan berhubungan dengan suasana menjelang pembedahan
2. Resiko cedera perioperatif berhubungan dengan prosedur premedikasi anestesi
Rencana Intervensi dan Kriteria Evluasi
Kecemasan berhubungan dengan suasana menjelang pembedahan
Pemberian anestesi secara umum merupakan tanggung jawab dokter anestesi, sedangkan penata
anestesi berperan mempersiapkan obat-obatan, alat, dan sarana pemberian anestesi. Kenyataan di
Indonesia, pemberian anestesi secara keseluruhan dapat dilakukan oleh penata anestesi yang
mendapat pelimpahan tanggung jawab dari ahli anestesi. Hal ini memberikan tantangan
tersendiri bagi perawat anestesi agar dapat melakukan proses keperawatan secara komprehensif
pada prosedur anestesi sejak menerima, mempersiapkan, dan memberikan prosedur anestesi
umum.
Pemberina anestesi umumnya dilakukan pada saat pasien berada di atas meja bedah. Tetapi pada
keadaan tertentu, dimana dalam pengaturan posisi bedah memerlukan anestesi lebih dahulu,
maka pemberian anestesi dilakukan di atas brankar sebelum pasien dipindahkan ke meja bedah.
Pemberian anestesi umum akan membuat pasien kehilangan seluruh sensasi dan kesadarannya.
Relaksasi oto mempermudah manipulasi anggota tubuh. Pasien juga mengalami amnesia tentang
seluruh proses yang terjadi selama pembedahan.
Diagnosa Keperawatan
Pada pemberian anestesi umum selama intrabedah, diagnosa keperawatan yang paling lazim
ditemukan adalah: Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan prosedur anestesi umum.
Rencana Intervensi dan Kriteria Evaluasi
Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan prosedur anestesi umum
Tujuan: Risiko cedera intraoperatif sekunder dari intervensi anestesi umum tidak terjadi.
Kriteria evaluasi:
Pasien kooperatif terhadap intervensi anestesi.
Pasien dapat menjadi tidak sadar sesuai tahapan anestesi umum.
Intervensi
Rasional
Kaji ulang identitas pasien
Perawat ruang operasi memeriksa kembali
identifikasi dan kardeks pasien; melihat
kembali lembar persetujuan tindakan,
riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik,
dan berbagai hasil pemeriksaan;
memastikan bahwa alat protese dan barang
berharga telah dilepas; dan mermeriksa
kembali rencana perawatan praoperatif
yang berkaitan dengan rencana perawtan
intraoperatif.
Siapkan obat-obatan pemberian anestesi
Obat-obatan anestesi yang dipersiapkan
umum.
meliputi obat pelemas otot danobat anestesi
umum. Intubasi endotrakeal dilakukan
setelah pemberian pelemas otot kerja
singkat seperti suksinikolin (Anectine,
Burroughs Wellcome) dan mivikurium
(Mivicron, Burroughs Wellcome), atau
obat yang bekerja lebih lama misalnya
vekuronium (Norcuron, Organon) atau
atrakurium (Tracium, Burroughs
Wellcome). Anestesi umum dapat diinduksi
Faktor luar
EKG
Hemoglobin
Urine rutin
Pemeriksaan radiologi
Pengkajian
Pemberian anestesi regional sering dilakukan pada pembedahan apendektomi, laporoskopi,
histerektomi, persalinan pervagina atau sesar, serta hemoroid atau reseksi trasnrusera. Pada
pemberian anestesi regional blok subaraknoid atau spinal, akar-akar saraf akan mengalami
anestesi dengan oleh agen anestesi lokal yang dimasukkan ke dalam cairan serebrospinalis.
Anestesi lokal menempati reseptor-reseptor di serat saraf dan mencegah hantaran impuls (Kee,
1996).
Ada beberapa risiko yang mungkin timbul akibat anestesi regional, terutama pada anestesi spinal,
karena kadar anestesi mungkin dapat meningkat, yang berarti agen anestesi dalam medula
spinalis akan bergerak ke atas dan dapat memengaruhi pernapasan.
Blok anestesi pada saraf vasomotor simpatis, serat saraf nyeri, dan motorik menimbulkan
vasodilatasi yang luas sehingga pasien dapat mengalami penurunan tekanan darah yang tiba-tiba.
Apabila kadar anestesi meningkat, maka parlisis pernapasan dapat terjadi serta memerlukan
resusitasi dari ahli anestesi. Pasien harus dipantau secara hati-hati selama dan segera setelah
pembedahan (Potter, 2006).
Menurut (Potter, 2006), anestesi regional dapat dilakukan dengan salah satu metode induksi
berikut:
Blok saraf
Anestesi lokala disuntikkan ke dalam saraf (misalnya plekus brakialis pada lengan). Blok suplai
sarf ke tempat pembedahan.
Anestesi spinal
Ahli anestesi melakukan fungsi lumbal dan memasukkan anestesi lokal ke dalam cairan
serebrospinal pada ruang subaraknoid spinal. Anestesi akan menyebar dari ujung prosesus
xifoideus ke bagian kaki. Posisi pasien memengaruhi pergerakan obat anestesi ke atas atau ke
bawah medula spinalis.
Anestesi epidural
Prosedur ini lebih aman daripada anestesi spinal karena obat anestesi disuntikkan ke dalam ruang
epidural di luar dura mater dan kandungan anestesinya tidka sebesar kandungan anestesi spinal.
Karena anestesi epidrual menyebabkan hilangnya sensasi di daerah vagina dan perineum, maka
jenis anestesi ini merupakan pilihan yang terbaik untuk prosedur kebidanan. Kateter epidural
dibiarkan di dalam ruang epidural sehingga pasien dapat menerima obat melalui infus epidural
secara terus-menerus selam pembedahan beralangsung.
Anestesi kaudal
Anestesi ini merupakan salah satu jenis anestesi epidural yang diberikan secara lokal pada dasar
tulang belakang. Efek anestesi hanya memengaruhi daerah pelvis dan kaki.
Peran perawat perioperatif sangat penting dalam membantu pelaksanaan pemberian anestesi
regional yang dilakukan ahli anestesi, meliputi persiapan obat, alat, sarana pemberin anestesi,
pengaturan posisi yang optimal untuk dilakukan fungsi, pengaturan fokus cahaya, dan dukungan
psikologis pada pasien.
Selama pembedahan berlangsung, pasien dengan anestesi regional akan tetap sadar kecuali jika
dilter memprogramkan pemberian transquilizer yang dapat menyebabkan pasien tertidur. Karena
pasien responsif dan dapat beranapas secara volunter, maka ahli anestesi tidka perlu
menggunakan selang endotrakeal. Perawat harus ingat bahwa luka bakar dan cedera lainnya
dapat terjadi pada bagian tubuh yang berada di bawah pengaruh anestesi tanpa disadari oleh
pasien. Oleh karena itu, posisi ekstremitas dan kondisi kulit pasien harus sering diobservasi.
Petugas ruang operasi juga perlu berhati-hati dengan topik yang didiskusikan selama
melaksanakan pembedahan karena pasien dapat mendengar perbincangan yang dilakukan.
Diagnosis Keperawatan
Pada kondisi pemberian anestesi regional dana intraoperatif, diagnosi keperawatan yang paling
lazim ditegakkan adalah sebagai berikut:
1. Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan prosedur anestesi regional.
2. Kecemasan intraoperatif berhubungan dengan prosedur intrabedah.
Rencana Intervensi dan Kriteria Evaluasi
Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan prosedur anestesi regional.
Tujuan: Risiko cedera intraoperatif sekunder intervensi anestesi regional tidak terjadi.
Kriteria evaluasi: Pasien kooperatif terhadap intervensi anestesi, pengaruh anestesi
regional dapat optimal, dan pembedahan dapat berjalan lancar.
Intervensi
Rasional
Kaji ulang identitas pasien.
Perawat ruang operasi memeriksa kembali
identifikasi dan kardeks pasien; melihat kembali
lembar persetujuan tindakan, riwayat kesehatan,
hasil pemeriksaan fisik, dan berbagai hasil
pemeriksaan; pastikan bahwa alat prtese dan barang
berharga telah dilepas; dan memeriksa kembali
rencana perawatan praoperatif yang berkaitan
dengan rencana perawatan intraoperatif.
Siapkan obat-obatan anestesi
Obat-obat anestesi regional yang dipersiapkan
regional.
untuk memudahkan ahli anestesi dalam melakukan
fungsi.
Lakukan pemasangan infus.
Memnuhi kebutuhan hidrasi intaroperasi dan jalur
penting apabila diperlukan pemberian agen obat
pada kondisi kedaruratan.
Atur posisi pasien.
Pengaturan posisi anestesi regional disesuaikan
dengan permintaan ahli anestesi. Atur posisi pasien
untuk memudahkan akses ahli anestesi dalam
melakukan fungsi.
Bantu ahli anestesi dalam
Pemberian anestesi spinal dilakukan dengan teknik
melakukan desinfeksi area fungsi.
steril. Perawat membantu persiapan kelengkapan
alat dan sarana yang diperlukan dalam desinfeksi
area fungsi.
dapat memberi anestesi lokal pada area pembedahan. Misalnya, pada herniorafi, injeksi Marcaine
akan menghilangkan nyeri selama 12 jam atau lebih (Rivellini (1993) dalam Potter (2006)).
mungkin. Beberapa prosedur bedah tertentu, seperti bedah saraf, bedah toraks, bedah
kardiovaskular, atau bedah spina akan memerlukan waktu operasi yang lama. Pada kondisi
tersebut, perawat asisten memerlukan daya tahan fisik sempurna karena akan melakukan
aktivitas berdiri yang lama disertai tingkat konsentrasi yang tinggi untuk bisa mengikuti jalannya
pembedahan secara optimal.
Perawat instrumen mempunyai peran agar proses pembedahan dapat dilakukan secara efektif dan
efesien (lihat modalitas peran perawat instrumen pada bab sebelumnya). Pada pelaksanaannya,
perawat instrumen harus memiliki keterampilan psikomotor, keterampilan manual, dan
keterampilan interpersonal yang kuat, yang diperlukan untuk mengikuti setiap jensi pembedahan
yang berbeda-beda dan mengadaptasikan antara keterampilan yang dimiliki dengan keinginan
dari operator bedah pada setiap tindakan yang dilakukan dokter bedah dan asisten bedah.
Tanggung jawab yang penting dari perawat instrumen adalah menjaga kesterilan lingkungan
bedah agar tidak meningkatkan risiko infeksi intraoperatif. Perawat sirkulasi merupakan
penghubung antara zona steril dengan zona di luarnya. Peran lainnya adalah menurunkan risiko
cedera intraoperatif dimulai dari pengaturan posisi bedah sampai selesai pembedahan.
Diagnosis Keperawatan
Pada kondisi prosedur intraoperatif diagnosis keperawatan yang paling lazim ditegakkana adalah
sebagai berikut:
1. Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan pengaturan posisi bedaha, proseddur invasif
bedah.
2. Risiko infeksi intraoperatif berhubungan dengan adanya port de entree prosedur bedah,
penurunan imunitas efek anestesi.
Rencana Intervesni dan Kriteria Evaluasi
Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan pengaturan posisi bedah, prosedur invasif bedah
Tujuan: Risiko cedera intraoperatif sekunder pengaturan posisi bedah, prosedur invasif
bedah tidak terjadi.
Kriteria evaluasi:
Selama intraoperatif, tidak terjadi gangguan henmodinamik akibat pndarahan serius.
Pascaoperatif tidka ditemukan cedera tekan dan cedera listrik.
Perhitungan spons dan instrumen sesuai dengna jumlah yang dikeluarkan.
Tidak ditemukan adanya kram otot.
Intervensi
Rasional
Kaji ulang identitas pasien.
Perawat ruang operasi memeriksa kembali identitas
dan kardeks pasein; melihat kembali lembar
persetujuan tindakan, riwayat kesehatan, hasil
pemeriksaan fisik, dan berbagai hasil pemeriksaan;
dan memeriksa kembali rencana perawatan
praoperatif yang berkaitan dengan rencana perawatan
intraoperatif.
Pemeriksaan darah terutama kadar trombosit, waktu
pembekuan, dan waktu pendarahan. Adanya hasil
yang abnormal pada pemeriksaan ini bermanifestasi
pada kewaspadaan yang sangat tinggi oleh ahli bedah
dan asisten operasi dalan melakukan prosedur bedah.
Lakukan manajemen kamar
Dilakukan oleh perawat administratif dalam
operasi.
mengatur dan menentukan staf pada setiap
Risiko infeksi intraoperatif berhubungan adanya port de entree prosedur bedah, penurunan imunitas
efek anestesi.
Follow Us on Twitter!
"Join Us on Facebook!
RSS
Contact
Google+
Visitors
Google+ Followers
Reza On Facebook
Reza Syahbandi J
Popular Posts
PENGERTIAN
Gagal ginjal
ASKEP DIARE
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian . Gastroenteritis adalah buang air besar
yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer...
ASKEP GLOMERULONEFRITIS
BAB I PENDAHULUAN A. L atar Belakang
penyebab utama terjadinya gagal g...
Glomerulonefritis merupakan
Blog Archive
2014 (2)
2013 (122)
o Desember (5)
o November (10)
PENGANTAR FARMAKOLOGI
o September (3)
o Agustus (13)
o Juli (24)
o April (2)
o Februari (65)
Kunjungan
Latest Tweets
...searching twitter...
Theme by Site5.
Experts in Web Hosting.
Copyright 2011 Diary/Notebook Theme by Site5.com. All Rights Reserved. by TNB