LAB 1 Pengenalan Alat (Recovered)
LAB 1 Pengenalan Alat (Recovered)
LAB 1 Pengenalan Alat (Recovered)
Agroklimatologi
: Dirland Junardi
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Tetik. 2012. Pernana Agroklimatologi Dalam Membangun Pertanian.
https://plus.google.com/111166355502091511618/post/UGivBEJPJrw.
Diakses pada tanggal 20 Februari 2016
Anin, Surya. 2008. Pengenalan Alat-Alat.www.klimatologibanjarbaru.com/artikel
/2008/12/pengenalan-alat-alat/. Diakses tanggal 22 Februari 2016.
Bidang Klimatologi, 1985. Pedoman Stasiun Iklim. Departemen Perhubungan.
Badan Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.
BMKG.
2010.
http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Profil/Sejarah.bmkg.
Diakses pada tanggal 20 Februari 2016.
Fatmawati, Fitriana. 2013. Pengenalan Alat-alat Meteorologi. http://www.
academia.edu/9295005/Laporan_Resmi_Dasar2_Klimatologi_-_Acara_IV_2013. Diakses pada tanggal 20 Februari 2016.
Fontain, A. 2002. Meteorology. (http://www.kompas.com) Diakses tanggal 29
November 2014.
Gyanto. 2014. Pengaruh Faktor Suhu Terhadap Pertumbuhan Tanaman.
http://agroklimatologipertanian.blogspot.co.id/. Diakses pada tanggal 22
Februari 2016.
Hakim, N, M. Y. Nyakpa, S. G. Nugroho, A. M. Lubis, M. R. Saul, M. A. Diha,G.
B. Hong, dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Lampung:Universitas Lampung.
Handoko, I., G. Kartono, A.A. A.C. Setiawan dan M.Y. Ishadamy., 1996. Study
on relationship between climatic variables and manggo as a basis of
agroclimatic zoning in Indonesia.
Department of Geophysics and
Meteorology, Faculty of Mathematics and Natural Science.
Kusumawati, Rohana. 2012. PR Biologi. Klaten:Intan Pariwara.
Laimeheriwa, Samuel. 2002. Pengembangan Komoditas Pertanian Berdasarkan
Pendekatan Iklim. IPB : Bogor.
Neiburger, dkk.1982. Memahami Lingkungan Atmosfer Kita. Bandung: ITB
Nur Muin, S . 2012. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Unib. Bengkulu
Prawirowardoyo, S. 1996. Meteorologi. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Purnama, Sandy. 2014. Laporan Agroklimatologi. http://sandypurnama.
blogspot.co.id/2014/06/laporan-klimatologi-hanya-untuk-bahan.html.
Diakses pada tanggal 20 Februari 2016.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Klimatologi adalah alat untuk mempelajari kondisi fisis udara pada suatu
tempat misalnya curah hujan, suhu udara, angin yang bertiup, lama penysuryaan,
tekanan udara, penguapan udara dan kelengasan/kelembaban udara. Dalam
mampelajari kondisi iklim ini umumnya berkaitan dengan pengumpulan data
pengamatan dari stasiun cuaca yang dikumpulkan mula-mula tiap-tiap jam, tiaptiap hari, tiap-tiap bulan hingga tiap-tiap tahun. Dengan mempelajari kondisi iklim
dari berbagai unsur cuaca tersebut, maka kondisi karakteristik fisi udara pada
suatu tempat akan dapat diketahui (Anggraini, 2012)
Stasiun meteorologi pertanian adalah suatu tempat yang mengadakan
pengamatan secara terusmenerus mengenai keadaan fisik dan lingkungan
(atmosfer) serta pengamatan tentang keadaan biologi dari tanaman dan objek
pertanian lainnya. Dalam persetujuan internasional, suatu stasiun meteorologi
paling sedikit mengamati keadaan iklim selama 10 tahun berturut turut hingga
akan mendapatkan gambaran umum tentang rerata keadaan iklimnya, batasbatas
ekstrim dan juga pola siklusnya (Purnama, 2014).
Peralatan yang digunakan dalam pengamatan cuaca sangat banyak jumlah dan
jenisnya. Peralatanperalatan tersebut terdiri atas alat pengukur curah hujan,
pengukur kelembaban udara, pengukur suhu udara, pengukur suhu tanah,
pengukur hujan, pengukur panjang penyinaran matahari, pengukur kecepatan
angin, dan pengukur evaporasi (Fitriani, 2013).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika)
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika yang biasanya disingkat
BMKG adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPNK) yang ada di
Indonesia. Sebelumnya nama dari BMKG adalah BMG, yaitu Badan Meteorologi
dan Geofisika. Tugas dari BMKG adalah melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku (BMKG, 2010).
Ilmu Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari tentang cuaca dan iklim di
bumi dan ruang angkasa, tekanan udara (air pressure), suhu udara , kepadatan
udara (air density), humidity (kebasahan), wind (angin), awan, hujan dll. Cuaca
buruk : taifun, cyclone, hurricane, tornado (Anonim, 2013).
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari iklim dan merupakan sebuah
cabang dari ilmu atmosfer. Dikontraskan dengan meteorologi yang mempelajari
cuaca jangka pendek yang berfikir sampai beberapa minggu, klimatologi
mempelajari frekuensi dimana system cuaca ini terjadi (Anonim, 2013).
Geofisika adalah ilmu yang mempelajaru yang mempelajari sifat-sifat fisik
bumi, seperti bentuk bumi, reaksi terhadap gaya serta medan potensial bumi
(medan magnet dan gravitasi). Geofisika adalah ilmu yang mempelajari bumi
menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Di dalamnya termasuk juga
meteorologi, elektrisitas atmosfer dan fisika ionosfer (Anonim, 2013).
Awan (Cloud) adalah uap air(water vapor) yang terangkat ke atas dan
berkondensasi menjadi awan (Anonim, 2013).
Hujan (Rain) adalah awan yang karena proses pendinginan temperatur erubah
menjadi cair yang jatuh ke bumi dan dapat mempengaruhi jarak pandang yang ada
pada mata (Anonim, 2013).
Iklim (climate) adalah sifat cuaca rata-rata yang terjadi di suatu
wilayah.Daerah kutub : selalu winter/ selalu summer. Daerah sub-tropis : 4 musim
(summer, autumn, winter, spring). Daerah tropis : dua musim (Anonim, 2013).
2.2 Agroklimatologi bagi Pertanian
Bagi Indonesia yang sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor
agraris, karakter iklim seperti curah hujan, suhu, dan musim sangat
mempengaruhi pola kehidupannya. Pada zaman dahulu ketika pengetahuan cuaca
dan iklim belum berkembang, nenek moyang kita sudah memanfaatkan datangnya
musim bagi pola tanam (Fontain, 2002).
Agroklimatologi atau klimatologi pertanian adalah ilmu yang mempelajari
tentang hubungan antara unsur-unsur iklim dengan proses kehidupan tanaman.
Yang dipelajari dalam agroklimatologi adalah bagaimana unsur-unsuriklim itu
berperan di dalam kehidupan tanaman. Unsur-unsur iklim yang langsung
mempengaruhi pertumbuhan tanaman meliputi, curah hujan,kelembaban udara,
suhu udara, angin, cahaya dan panjang hari (Laimeheriwa, 2002).
Melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian, faktor-faktor
iklim benar-benar dijadikan salah satu pertimbangan dalam penentuan kecocokan
jenis tanaman yang akan dibudidayakan di suatu tempat. Misalnya, tanaman padi
sangat cocok jika dibudidayakan di daerah dataran rendah yang beriklim panas,
sedangkan perkebunan hortikultur sangat baik dikembangkan di dataran tinggi
yang suhunya relatif sejuk. Para nelayan tradisional sering kali memanfaatkan
pola angin dan musim pada aktivitas mencari ikan. Sebagai contoh, pada zaman
dulu para nelayan memanfaatkan angin darat dan angin laut untuk pergi dan
pulang menangkap ikan di laut. Selain itu, para nelayan jarang mencari ikan pada
periode berembusnya angin barat, karena sering terjadi angin ribut dan disertai
hujan-hujan lebat (Setiawan, 2003).
Suhu, curah hujan, dan pola musim sangat berpengaruh terhadap usaha
pertanian. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, maka
sangat cocok sekali untuk usaha pertanian, karena udaranya yang panas dan
mendapatkan curah hujan sepanjang tahun (Handoko, et al, 1996).
Tidak teraturnya perilaku iklim dan perubahan awal musim dan akhir musim
seperti musim kemarau dan musim hujan membuat para petani begitu susah untuk
merencanakan masa tanam dan masa panen. Untuk daerah tropis Indonesia, hujan
merupakan faktor pembatas penting dalam pertumbuhan dan produksi tanaman
pertanian.
tanaman adalah suhu, angin, kelembaban dan sinar matahari. Setiap tanaman pasti
memerlukan air dalam siklus hidupnya, sedangkan hujan merupakan sumber air
utama bagi tanaman (Neiburger, 1982).
Penguapan
danpenguapan
air
dapat
eksternal.
dibedakan
Penguapan
ke
dalam
eksternal
penguapan
terjadi
pada
internal
permukaan
suhu yang
sehingga udara panas menjadi sejuk dan juga Membawa gas-gas yang sangat
dibutuhkan oleh pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Untad, 2013).
2.3.5 Kelembaban
Kelembapan adalah banyaknya kandungan uap air dalam udara atau tanah.
Tanah yang lembab berpengarauh baik terhadap pertumbuhan tumbuhan. Kondisi
yang lembab banyak air yang dapat diserap oleh tumbuhan dan lebih sedikit
penguapan. Kondisi ini berpengaruhi pada pemanjangan sel (Kusumawati, 2012).
Adapun alat-alat meteorologi yang ada di Stasiun Meteorologi Pertanian
diantaranya alat pengukur curah hujan (Ombrometer tipe Observatorium dan
Ombrograf), alat pengukur kelembaban relatif udara (Psikometer Assman,
Psikometer Sangkar, Higrograf, Higrometer, Sling Psikometer), alat pengukur
suhu udara (Termometer Biasa, Termometer Maksimum, Termometer Minimum,
dan Termometer Maximum-Minimum Six Bellani), alat pengukur suhu air
(Termometer Maksimum-Minimum Permukaan Air), alat pengukur panjang
Termometer
Bengkok,
Termometer
Maksimum-Minimum
tanah,
b.
c.
d.
e.
mingkin kawasan wilayah yang diinginkan. Stasiun dibuat pada sebidang lahan
datar dengan ditanami rumput seragam setinggi sekitas 5 cm. Stasiun harus bebas
dari penghalang. Stasiun harus diberi pagar kokoh. Ukuran luas stasiun beragam,
mulai dari 2 m x 2 m hingga 50 m x 50 m. Mengetahui koordinat dan tinggi dari
muka laut stasiun tersebut (Muin, 2012).
2.5 Alat-alat Klimatologi
Ditinjau dari segi cara pembacaanya, alat-alat Meteorologi terbagi menjadi 2
(dua) jenis, yaitu bersifat Recording dan non-recording. Yang dimaksud dengan
non-recording adalah alat-alat yang harus dibaca pada saat-saat tertentu untuk
memperoleh data, dengan kata lain alat ini tidak bisa mencatat dengan sendirinya.
Alat yang termasuk jenis ini umumnya digunakan dalam meteorologi Synoptik
atau penerbangan, misalnya Barometer, Thermometer, Anemometer, dan lain-lain.
Yang bersifat recording dapat mencatat data secara terus menerus sejak
pemasangan, sampai penggantian pias yang berikutnya. Dari data yang diperoleh
dapat ditentukan maksimum dan minimum saat terjadinya (Wisnubroto, 1999).
b.
c.
diperbaiki, dan tidak mempunyai standar tertentu seperti alat meteorologi lainnya.
Sensor jenis alat ini kebanyakan terdiri dari Thermocouple, yang mempunyai
instruksi yang bermacam-macam seperti Hot Wire Anemometer (pengukur angin
lemah),
Thermocouple
Psychrometer
(pengukur
Kelembaban),
Ribbon
alat-alat
pengamatan
alat-alat
meteorologi didalam sangkar dimaksudkan agar hasil pengamatan dari tempattempat dan waktu yang berbeda dapat dibandingkan satu sama lain (Anin, 2008).
Untuk ketelitian pengukuran suhu udara sekiranya dihindari dari beberapa
macam gangguan lokal maupun hal-hal lain yang mengurangi kemurniankemurnian suhu atmosfer. Sangkar dibuat dari kayu sedemikian rupa sehingga
dapat melindungi/mengelilingi alat didalammnya secara sempurna, tetapi dapat
menunjukkan suhu udara yang sama dengan suhu udara luar (Anin, 2008).
Kisi pintu Sangkar dibuat rangkap untuk mencegah tiupan angin secara
langsung, tetapi udara yang bebas dapat melalui alat. Sangkar dibuat berpintu dua,
membuka/menutup menghadap UtaraSelatan. Gunanya untuk mencegah
pancaran langsung sinar matahari pada alat sewaktu melakukan pengamatan. Jika
matahari berada pada belahan bumi Utara, digunakan pintu sebelah Selatan untuk
pengamatan dan sebaliknya (Anin, 2008).
2.5.3 Penakar Hujan Jenis Hellman
Penakar hujan jenis Hellman termasuk penakar hujan yang dapat mencatat
sendiri. Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul
dalam tabung tempat pelampung. Air ini menyebabkan pelampung serta
tangkainya terangkat (naik keatas). Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena
yang gerakkannya selalu mengikuti tangkai pelampung. Gerakkan pena dicatat
pada pias yang ditakkan/ digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan
bantuan tenaga per. Jika air dalam tabung hampir penuh, pena akan mencapai
tempat teratas pada pias. Setelah air mencapai atau melewati puncak lengkungan
selang gelas, air dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dalam
tabung dan tangki pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias
merupakan garis lurus vertikal. Dengan demikian jumlah curah hujan dapat
dhitung/ ditentukan dengan hitung jumlah garis pada pias (Prawiroardoyo, 1996).
Penguapan ialah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini dapat terjadi
pada setiap permukaan benda pada temperatur diatas 0 0K. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penguapan ialah temperatur benda dan udara, kecepatan angin,
kelembaban udara, intensitas radiasi matahari dan tekanan udara, jenis permukaan
benda serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Dalam meteorologi dikenal
dua istilah untuk penguapan yaitu evapotranspirasi (Prawiroardoyo, 1996).
Evaporimeter panci terbuka digunakan untuk mengukur evaporasi. Makin
luas permukaan panci, makin representatif atau makin mendekati penguapan yang
sebenarnya terjadi pada permukaan danau, waduk, sungai dan lain-lainnya.
Menurut Prawiroardoyo (1996) pengukuran evaporasi dengan menggunakan
evaporimeter memerlukan perlengkapan sebagai berikut :
a.
b.
Hook Gauge yaitu suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air
dalam panci. Hook Gauge mempunyai bermacam-macam bentuk, sehingga
cara pembacaannya berlainan.
c.
Still Well ialah bejana terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk silinder
dan mempunyai 3 buah kaki.
d.
e.
f.
Pondasi/ Alas
g.
udara
atau
angin
umumnya
diukur
dengan
alat cup
counter anemometer, yang didalamnya terdapat dua sensor, yaitu: cup propeller
sensor untuk kecepatan angin dan vane/ weather cock sensor untuk arah angin.
Untuk pengamatan angin permukaan,Anemometer dipasang dengan ketinggian 10
meter dan berada di tempat terbuka yang memiliki jarak dari penghalang sejauh
10 kali dari tinggi penghalang (pohon, gedung atau sesuatu yang menjulang
tinggi). Tiang anemometer dipasang menggunakan 3 buah labrang/ kawat penahan
tiang, dimana salah satu kawat/labrang berada pada arah utara dari tiang
a.
Pipa gelas yang panjangnya + 20 Cm dan garis tengahnya + 1,5 Cm. Pada
pipa gelas terdapat skala, yang menyatakan volume air dalam Cm 3 atau
persepuluhnya. Ujung bawah pipa gelas terbuka dan ujung atasnya tertutup
b.
c.
sehingga mudah menyerap air. Kertas filter dipasang pada mulut pipa terbuka.
Penjepit logam, yang berbentuk lengkungan seperti lembaran per. Per
ujung yang melekat disekeliling pipa dan ujung lainnya berbentuk sama
dengan diameter pipa.
evaporasi
dengan
menggunakan
evaporimeter
memerlukan
perlengkapan sebagai berikut, panci bundar besar, hook gauge, still well,
thermometer air dan thermometer maximum/ minimum, cup counter anemometer,
pondasi/ alas dan penakar hujan biasa (Anin, 2008).
2.5.11 Gun Bellani
Merupakan
alat
pencatat
intensitas
cahaya
matahari.
Satuan
2.5.12 Actinograph
b.
Alat ini tidak boleh terkena sinar Matahari & angin secara langsung
dipasang tegak lurus pada dinding yang kuat. Tinggi bejana 1 m dari lantai
BAB III
METODOLOGI
a.1 Waktu dan Tempat
Praktikun laboratorium
Agroklimatologi
mengenai
pengenalan
alat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.
panel
Menghubungkan AWS dengan Komputer untuk melakukan kalibrasi sensor
angin
2.
Komputer atau Laptop yang sudah di install program MAWS terminal untuk
proses pengambilan data.
Masing-masing parameter sensor dapat ditampilkan melalui LED Display
2.
3.
AWS menyediakan data dalam segala cuaca, siang dan malam, 365 hari per
tahun
4.
1.
2.
3.
2.
3.
Dua buah pipa pelindung dan parafin wax (untuk thermometer pada
kedalaman 50 100 cm)
Panci dari stainlees dengan diameter 122 cm dan tinggi 25.4 cm.
2.
3.
Still Well (Tempat Hook Gauge dan sekaligus pencegah terjadinya gelombang
saat pengukuran)
4.
Beton
2.
3.
4.
Barograf
Termohigrograf
Swing thermometer
Sinar yang datang difokuskan pada bola kristal yang dibawahnya ada kertas
pias, jika sinar terfokus akan membuat/menimbulkan geresan hitam pada kertas
hitam. Goresan ini yang digunakan yang digunakan untuk mengukur intensitas
sinar matahari, ini dilakukan setiap hari.
4.1.5.4 Pemasangan Alat di Lapangan
1.
2.
3.
barat.
Bagian bawah alat harus datar (diatur dengan leveling).
Lensa bola bersama dengan kertas pias dimiringkan sesuai dengan letak
lintang tempat pengamatan.
Kertas pias dipasang dan diganti tiap sore hari pada pukul 18.00.
Kertas pias yang digunakan ada tiga macam, yaitu bentuk lurus, bengkok
3.
4.
pemusatan.
Noda berbentuk garis tidak berlangsung, tidak pada dikoreksi.
2.
Lebar corong
3.
4.
Tangki pelampung
5.
6.
Tangki pena
7.
8.
Pelampung
9.
Instalasi alat penakar hujan jenis hellman ini sama dengan alat penakar hujan
lainnya.Alat ini juga harus memperhatikan beberapa hal secara umumnya,antara
lain:
1.
2.
3.
5.
Pelindung
alat/pagar,apabila
alat
dianggap
perlu
untuk
dikelilingi
Pengamatan curah hujan dengan penakar hujan jenis hellman dilakukan setiap
hari pada jam-jam tertentu dan dalam periode tertentu,meskipun cuaca dalam
keadaan cerah atau pada musim kemarau.
4.1.6.6 Kebaikan dan Kelemahan Alat
Kelebihan dari penakar ini yaitu pengamatannya lebih efisien karena grafik
akan terbentuk secara otomatis dengan perubahan volume air di dalam tabung
penampung. Selain itu juga kelemahan pada ketelitian alat yang mencapai 2 mm
sehingga data yang dihasilkan kurang valid dibandingkan hellman. Hal ini
disebabkan data yang dihasilkan berdasarkan gerakan pena yang dimungkinkan
bisa bergerak juga akibat factor selain pena seperti halnya akibat tersenggol
pengamat.
4.1.7.1 Penakar Hujan Tipe Observatorium
2.
Data curah hujan harian didapat dengan jalan dibuka dan airnya ditampung
dalam gelas penakar yang bersatuann mm tinggi air.
2.
3.
Hujan kurang dari 0,5 mm dianggap tidak ada meskipun tetap dicatat.
4.
Kelebihan alat ini yaitu pemakaiannya mudah dan praktis, selain itu,
ketelitian alat cukup kecil sehingga memungkinkan untuk memperoleh data hasil
pengukuran yang lebih valid. Kekurangan peralatan ini yaitu memerlukan
pengamatan berulang untuk mendapatkan data hasil karena diamati harian.
4.1.8.1 Anemometer Tipe Cup Counter
Gambar 8. Anemometer
(dari kiri ke kanan) 1000cm, 200cm, dan 50cm
4.1.8.2 Bagian-bagian Alat
Adapun beberapa bagian-bagian yang terdapat pada anemometer tipe cup
counter, yaitu:
1. Mangkok anemo
2. Pencatat jarak
3. Tiang penyangga
4.1.8.3 Prinsip Kerja Alat
Dengan adanya baling-baling/mangkok yang berputar jika adanya angin,
kecepatan sudut putar mangkok terhadap sumbu vertikal dan kecepatan sudut
putar baling-baling pada sumbu horizontal sebanding dengan laju angin dan
dengan desain sistem mangkok dan baling-baling yang baik. Dengan mengukur
banyaknya baling-baling berputar melalui alat mekanik dapat diketahui kecepatan
anginnya.
4.1.8.4 Pemasangan Alat di Lapangan
1.
2.
Pemasangan harus pada tempat yang terbuka, jarak benda terdekat paling
sedkit 10 kali tinggi benda tersebut.
Tiap pagi hari pukul 07.00 dibaca angka pada alat pencatat.
2.
Rerata kecepatan angin dapat dihitung dari besarnya selisih pembacaan hari II
dengan pembacaan I (jarak tempuh angin) dibagi dengan waktu antara
bedapengamatan tersebut (periode satu hari : 24 jam).
3.
Bola timah hitam yang dilapisi oleh zat hidroskopis yang berfungsi untuk
mennyerap sinar matahari
2.
Bola kaca
3.
Air murni
4.
makain banyak pula air yang menguap, uap ini selanjutnya akan masuk kedalam
tabung buret. Sehingga uap air tadi dirubah dalam bentuk cair.
4.1.9.4 Pemasangan Alat di Lapangan
Gunn bellani ini dipasang pada sebuah tabung yang ditanam di dalam tanah.
Juga yang nampak dari luar hanya bola kacanya karena ada pennyangga bola
kaca yang posisisnya sejajar dengan per mukaan tanah sehingga sinar matahari
dapat jatuh dengan tepat pada alat.sehingga pipa kaca dari alat ini tersem bunyi
dalam tabung di dalam tanah.
4.1.9.5 Satuan Pengamatan dan Pengambilan Data
Pengukuran dilakukan sekali dalam 24 jam yaitu pada pagi hari, Pukul: 07.00
WI / 00.00 GMT. Cara pengolahan data yaitu jumlah pembacaan hari ini
dikurangi dengan skala awal hari sebelumnya.
4.2 Pembahasan
Taman alat-alat Klimatologi merupakan taman dimana alat-alat pengukur
unsur-unsur cuaca dan iklim ditempatkan. Taman alat ini dibangun pada luasan
yang cukup sehingga dapat menampung berbagai alat pengukur tanpa
menyebabkan gangguan satu sama lain dan berfungsi sebagai Stasiun Klimatologi
yang dapat mewakili daerah yang berhubungan disekitarnya. Taman alat
klimatologi di stasiun klimatologi indrapuri berada pada elevasi 64.0 m dpl.
b.
c.
d.
e.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun beberapa alat-alat klimatologi yang digunakan dalam stasiun
klimatologi yaitu Automatic Weather System (AWS), Campbell Stokes, Penakar
Hujan tipe OBS (Observatorium), Penakar Hujan tipe Hellman, Termometer
Tanah Vegetasi, Termometer Tanah Non Vegetasi, Cup Counter Anemometer,
Wind Vane Anemometer, Sangkar Meteorologi, Termometer Bola Basah,