Sajak-Sajak Sahabat Sadhar - 2014 PDF
Sajak-Sajak Sahabat Sadhar - 2014 PDF
Sajak-Sajak Sahabat Sadhar - 2014 PDF
= Novita Dewi =
Penerbit
Universitas Sanata Dharma
Diterbitkan oleh:
Penerbit Universitas Sanata Dharma
Jl. Affandi (Gejayan) Mrican,
Yogyakarta 55281
Telp. (0274) 513301, 515253;
Ext.1527/1513; Fax (0274) 562383
e-mail: [email protected]
Penulis:
Novita Dewi
Ilustrasi Sampul:
Lieke & Pius Sigit
Tata Letak: Thoms
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
~1
~3
Pendahuluan
~5
BAB SATU
Membaca Puisi, Membaca Isi Semesta
~ 11
1.
~ 13
2.
3.
Mencari Mesias
~ 33
~ 40
BAB DUA
Guratkan Kata, Bebaskan Jiwa
~ 49
1.
2.
3.
~ 51
~ 60
~ 75
BAB TIGA
Puisi: Grafiti di Setiap Hati
~ 83
1.
2.
~ 85
~ 95
3.
Daftar Pustaka
Daftar Indeks
~ 125
~ 131
~ 108
PENDAHULUAN
cenderung
mengedepankan
rasionalitas,
bukan
teknologi,
Martin
Heidegger
berkata,
merupakan
modus
mendalam. Dengan berpuisi, mereka mencoba memaknai legitgetir maupun hambarnya hubungan manusia dengan sesama,
termasuk dirinya sendiri, dengan alam semesta, dan dengan Sang
Penyair Agung.
Sajak-sajak Sahabat Sadhar: Sebuah Apresiasi Puisi hanya memuat
satu pandangan saja dari sekian banyak interpretasi pembaca
atas karya keenam penyair terulas. Maka, sesuai judulnya, buku
ini tidak mendaku melakukan kajian kritis atas puisi-puisi yang
ada, melainkan sebentuk penghargaan bagi para sahabat yang
telah setia menebar asa dengan mengguratkan aksara.
BAB SATU
MEMBACA PUISI,
MEMBACA ISI SEMESTA
11
berpendapat
bahwa
puisi
hendaknya
puisi. Selain ajaran dan hiburan, dalam Katak pun Berpantun ada
pula undangan untuk doa dan refleksi lewat pantun yang
disampaikan secara renyah dan jenaka. Jalu Suwangsa mengajak
sejumlah pemantun baru, yakni warga paroki setempat dan
komunitas-komunitas lain yang mendadak ndendang itu untuk
menanggapi berbagai peristiwa dan pengalaman yang ditemui
sehari-hari: alam, manusia, Sang Pencipta, pekerjaan, pergaulan,
1
2
Versi lain tulisan ini telah terbit sebagai Catatan Pengantar untuk karya Jalu
Suwangsa Katak Pun Ikut Berpantun: Menyusuri Sungai Sepauk Kalimantan
Barat (Yogyakarta: Penerbit Amara Books, 2009), hal. 15 22.
Buku kumpulan pantun katak Jalu Suwangsa yang terbit sebelumnya yaitu
Katak Pun Tertawa (2007) dan Katak Pun Memilih Presiden (2008).
33
SUNGAI SEPAUK3
KUPAS TEBU
Kupas tebu dibagi dua,
Mari dimakan bersama-sama.
Kalau rindu dengan orang tua,
Janganlah sayang dengan pulsa. ( KPIB ,93)
Juga ini:
UNTUK APA
Untuk apa membeli talam,
Kalau untuk menyimpan kain.
34
35
PROYEK LOKAL
Proyek lokal pembangunan,
Buat jalan tanpa koral.
Produk gagal pendidikan,
Orang pandai tidak bermoral. ( KPIB , 19)
Mengapa Maria Von Trapp dan Jalu Suwangsa memilih
puisi dan irama lagu pantun dan kondan? Puisi dan lirik (yang
di) lagu (kan) merupakan dua karya seni yang serupa tapi tak
sama, namun keduanya bisa saling mengisi. Keduanya begitu
penting untuk mengasah imajinasi kita. Menurut Carla Starret,
pengelola SongLyricist.com, sebuah situs terdepan untuk segala
sesuatu yang berkaitan dengan puisi, penulisan lagu, musik, film,
dan sastra, persamaan mendasar antara puisi dan lirik lagu
terletak pada kemampuan keduanya mementikkan api imajinasi
lewat tema-tema yang menyentuh, menggugah emosi, dan
orisinal. Punggawa seni yang dikenal luas di London, Paris, dan
New York ini lebih lanjut menekankan pentingnya penerapan
piranti puitik atau gaya bahasa pada puisi dan lirik lagu seperti
metafor, simili, aliterasi, hiperbola, personifikasi, dan sebagainya.
Penggunaan bahasa, permainan kata, dan pemilihan istilah
perlu dipadukan dengan rima dan irama lagu. Perpaduan ini
harus benar-benar merangsang otak dan telinga pendengar agar
36
SI MAMA
Si mama membeli manggis,
Si Atun keluar kota naik bis nusa indah.
Lama-lama kata-kataku habis,
Pantun perlu kata cerdas dan indah. ( KPIB , 20)
Jelaslah di sini bahwa menulis puisi atau pantun untuk
dilantunkan sebagai lagu membutuhkan koordinasi yang baik
antara ketrampilan menulis, berpikir, dan refleksi diri hand,
headand heart. Pembaca dipersilahkan menilai sejauh mana
koordinasi tersebut nampak pada masing-masing pantun,
mengingat beberapa diantaranya ditulis oleh pemula yang acap
kali tidak bersedia disebutkan identitasnya.
Namun, sebelum pembaca bergegas melompat bersama
Sang Katak menyusuri Sungai Sepauk, ada sebuah catatan kecil
seputar momen kreativitas penyair di akhir tulisan ini. Setiap
penyair mempunyai caranya sendiri yang biasanya cukup unik
saat menorehkan gagasannya menjadi puisi. Lain Virgil, lain
OHara, lain pula Katak Sungai Sepauk. Virgil, seorang pujangga
Romawi abad pertengahan, misalnya, mondar-mandir seorang
diri di kebunnya dari pagi hingga matahari terbenam; dan
merasa sudah bekerja keras bila menghasilkan satu baris saja dari
puisi yang sedang disusunnya. Sebaliknya, penyair dari New
York School, Frank OHara, dikenal paling senang makan siang
dan ngobrol bersama sahabat-sahabatnya, setelah itu balik ke
kantornya di Museum of Modern Art, mengetik dulu puisinya,
37
DARI YOGYA
Dari Yogya ke kota Malang,
Singgah makan di kota Ngawi.
Setiap orang pasti kan pulang,
Jangan lupa bekal sorgawi. ( KPIB , 21)
Peristiwa-peristiwa lain di tanah air dengan cepat ditanggapi dan
direkam dalam Katak pun Berpantun: dari heboh dukun cilik
Ponari, hingar-bingar Pemilu, sampai ke semangat dan suka-cita
kebangkitan Paskah. Tak terlewatkan pula di sini berbagai
peristiwa keseharian kita yang dipantunkan.
Akhir
kata,
Romo
Mangunwijaya
dalam
Ragawidya
38
Rujukan
Jalu Suwangsa, Katak Pun Ikut Berpantun: Menyusuri Sungai Sepauk
Kalimantan Barat. Yogyakarta: Amara Books, 2009.
John Timpane, Poetry for Dummies. New York: Wiley Publishing,
Inc., 2001.
Mangunwijaya, J. B. Ragawidya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
1986.
Starret. Carla. Poetry and Song Lyrics Copyright 2009. Diunduh
21 April 2009 dari http://www.songlyricist.com/lyricorpoem.
htm.
39
BAB DUA
GURATKAN KATA,
BEBASKAN JIWA
49
antara
lain,
Rebecca
Beasley,
sebagai
pelopor
mazhab
sekilas dinamika puisi kontemporer dari Modernisme ke AntiModernisme sampai Modernisme Baru, yang dari segi bentuk
tidak mengalami perubahan berarti, tetapi dilihat dari isi
mengalami transformasi seiring dengan berubahnya pandangan
ideologis pengarangnya. Latar belakang ini menarik, karena
puisi-puisi besutan penyair sahabat (dan alumnus) Sadhar kita
kali ini, Ouda Teda Ena, memiliki kesamaan dengan penyair
Modernis Lama dilihat dari bentuknya, tetapi secara konsisten
menyerupai penyair Modernis Barudari segi isi.
Seabad sebelum berkembangnya gaya puisi bebas a la
Modernisme, penyair Inggris Gerard Manley Hopkins sudah
memulainya, sementara di Amerika Walt Whitman dikenal sebagai
pendobrak tradisi puisi lama, yakni puisi yang mementingkan
1
60
Gaya bebas yang konon diciptakan Gustave Kahn penyair Perancis beraliran
Simbolisme ini sebenarnya bukan kreasi baru karena merupakan varian dari
puisi-puisi dalam bahasa Latin dan Yunani yang ada sejak abad pertengahan.
Lihat selengkapnya Rebecca Beasley, Theorist of Modern Poetry (London:
Routlegde, 2007), hal. 26 29.
ritma dan sajak. Mata yang jeli merupakan karunia yang dimiliki
penyair untuk mengamati alam sekitarnya yang biasanya luput
dari pengamatan kebanyakan orang. Penyair hanya memaparkan
tanpa memberikan komentar apapun, seakan membiarkan
keindahan (atau kebenaran) berbicara dengan sendirinya.
Pemaparan inilah yang oleh tiga serangkai penyair Amerika
tadidisebut dengan Imagisme.
Gaya Imagisme Pound, terutama, dipengaruhi oleh Haiku
dari Jepang dan Cina. Puisi berikut ini, misalnya, merupakan
salah satu karya Pound yang menyergap perhatian pembaca:
61
62
63
BUNUH WAKTU8
7
8
64
MEDITATIO
When I carefully consider the curious habits of dogs
I am compelled to conclude
That man is the superior animal.
When I consider the curious habits of man
I confess, my friend, I am puzzled. 9
65
MENUNGGU BIS
Aku tahu kapan dan darimana berangkatnya.
Aku tahu kemana tujuannya.
Yang aku tidak tahu apakah aku akan sampai padaMu. ( PA ,
12)
Atau ini:
ORANG NASRANI
Hari ini aku melihat orang Nasrani
berjalan gontai
menuruni bukit tengkorak
Wajahnya letih
tidak setegar ketika dia mendaki. ( PA, 66)
Seorang Ouda Teda Tena yang Katolik itu membuat distansi
dengan Ouda Teda Ena sang penyair dengan memilih kata,
yang mungkin dianggap lebih umum, Nasrani ketimbang
Kristiani. Puisi ini barangkali akan sedikit sulit dipahami
apabila pembaca tidak memahami konteks bukit tengkorak
yang dituju sembari memanggul salib kehidupan. Namun
demikian, absennya penjelasan justru membuat puisi ini makin
kuat dalam hal pesan yang akan disampaikan, sama halnya
dengan pesan dalam puisi di bawah ini. Puisi pendek ini
66
SIMPANG
Tuhan aku mengemis di persimpangan
Ada bulan dan bunga liar
Ada matahari dan rumpun padi
Apalah yang tak aku ingini. ( PA , 37)
Penyair menyesali dirinya yang terus-menerus meminta, alih-alih
mengucap syukur. Ia pengemis yang tak tahu berterimakasih.
67
TO DIVES
Who am I to condemn you, O Dives,
I who am as much embittered
With poverty
As you are with useless riches ? 10
KDRT
Tak terlihat tapi terdengar
Prang, Glondang, Krompyang
lalu
tak terdengar apa-apa lagi
kecuali sunyi. ( PA, 19)
Akan halnya tema Cinta, Ouda Teda Ena nampaknya
berguru pada penyair mistis abad ke-13 Mevlana Jalaludin
Rumi yang terkenal dengan rubaiyat terlarangnya. Begitu
10
68
SEDIKIT CIU
Hari ini tanggal 27
Sudah tiga hari sejak pertemuan denganmu
Ku rasa aku perlu minum sedikit ciu
Untuk menghambat laju detak jantungku. ( PA, 77)
Juga dalam puisi di bawah ini si Aku kehilangan kewarasannya
karena cinta. Ia ingin sang kekasih menikam saja hatinya
daripada kesakitan karena cinta.
Rubaiyat Terlarang Rumi, Nevit O. Ergin dan Will Johnson (penerjemah). Bakdi
Soemanto (penerjemah Indonesia) (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2006),
hal. 11. Lihat juga The Rubais of Rumi: Insane with Love, Nevit O. Ergin dan Will
Johnson (penerjemah) (Rochester, Vermont: Inner Traditions, 2007).
69
GODAAN HARIAN
Bapa kami yang ada di surga
Berilah kami godaan hari ini. ( PA, 75)
12
70
The Rubais of Rumi: Insane with Love, Nevit O. Ergin dan Will Johnson
(penerjemah) (Rochester, Vermont: Inner Traditions, 2007), hal. 105.
JIKA PULANG
Jika aku harus pulang sebelum senja
Aku telah bahagia.
Telah kau bawakan aku Ocha, teh hijau yang
Menenangkan jiwa
Yang kau seduh di bawah bulan membara. ( PA , 70)
Versi bahasa Inggris puisi ini yang diberi judul Ocha (R, 25)
mengingatkan kita pada karya penyair Amerika lainnya, William
Carlos Williams. Puisi terkenal karya penyair yang juga beraliran
Modernisini mirip dengan sebuah catatan pesan yang biasanya
ditempelkan di pintu almari es:
71
14
72
Rujukan
Beasley, Rebecca. Theorist of Modern Poetry, London: Routlegde,
2007.
Diharja, J. Prapta, S. J., Bahasa Sastra dalam Penerapannya,
dalam Butir-butir Gagasan Bahasa dan Sastra Indonesia serta
Pengajarannya. (Editor) Y. Setiyaningsih dan R. Kunjana
Rahardi. Yogyakarta: Penerbit USD, 2013.
McQuade, Donald dan kawan-kawan (Editor). The Harper
American Literature. Compact Edition. New York: Harper
& Row, Publishers, 1987.
73
http://www.newyorker.com/magazine/2008/06/09/
the-pound-error
Ouda Teda Ena, Reticent: Reminiscent of Macapat Poems.
Charleston, South Carolina: Createspace.com 2011.
Ouda Teda Ena, Perempuan dalam Almari: Kumpulan Puisi.
Charleston, South Carolina: Createspace.com, 2013.
Poems
of
Ezra
Pound.
PoetHunter.com.
Diunduh
http://www.poemhunter.com/ezra-pound/poems/
74
dari
BAB TIGA
PUISI: GRAFITI DI SETIAP HATI
83
ebuah laci diperlukan untuk menyimpan pernakpernik atau beraneka barang mungil nan cantik yang
Versi lain Kata Pengantar untuk Puisi Laci karya Henny Herawati (segera
terbit)
85
Ferlinghetti,
Herawati
memakai
puisi
agar
86
kekaguman
pada
alam
semesta
(Seperti
Daun,
87
88
KEMARIN
Kemarin
Ketika malam menjemput sebelah hatinya
Jari-jarinya yang keriput menggegam mesra
Biru jemari keriput kekasihnya
Dibelainya sayang sambil pelan berkata,
bikinkan aku secangkir teh hangat ya, Pak
Tunggu aku hingga malamku
Di bawah bayang-bayang bintang
Aku pasti datang
Temanimu minum teh hangat
Dari cangkir kita
Seperti senja biasanya
Namun secangkir teh simbol kehangatan kadang juga
dijadikan metafora kekecewaan; dan suasana minum tehpun
serasa hambar dan kehilangan makna seperti pada kedua puisi
berikut ini:
89
MENGHANYUT
Ketika kau ingatkan aku
Tentang sungai kecil di belakang rumahku,
Kupikir kau ingin ulurkan tanganmu
90
91
SEPERTI DAUN
Seperti daun mencintai embun
Yang kadangkala singgah menyentuhnya.
Seperti daun mencintai angin
Yang sesekali lembut membelainya.
Baginya tak pernah ada kata
Karena memang tak perlu ada.
Dan jika saatnya tiba
Ia akan luruh.
Nafasnya akan memberi tumbuh
Daun-daun muda
Yang mencintai embun dan angin
Seperti sebelumnya ia.
Disamping menjadi tokoh penting dalam Puisi Laci karena
sifatnya sebagai pengayom, daun sering muncul bersama angin
dan embun pagi menyuguhkan pemandangan yang menakjubkan
bak selendang menjuntai mewarna suarga dalam puisi
Terkesima. Namun tidak jarang daun harus rela berkorban
seperti pada puisi Hujan dan Kopi di mana angan adalah
daun bambu kering [...] yang mengambang, menari ditiup angin,
lalu pelan jatuh ke tanah. Selain menjadi angan, daun juga luruh
berjatuhan ketika mendung menggantung dan tangan yang
kedinginan mencoba mencari hangatnya mentari dalam puisi
Aku Memikirkanmu.
Akhirnya, di bawah ini adalah puisi sendu tentang sebuah
karya lukis kolaborasi yang oleh salah satu pelukisnya
dipercantik dengan gambar bunga dan dedaunan tetapi belum
92
SEPOTONG GAMBAR
Di bukuku ada satu gambar
Yang tak selesai.
Pernah bisa kutambahkan
Satu dua bunga dan sejumlah daun.
Tapi lebih sering kupandangi,
Kucermati setiap lengkung dan titiknya;
Ombak yang kubuat,
Teratai yang kautambahan.
Mencoba mengingat
sebenarnya gambar apa
Yang ingin kita buat.
Dan ketika jari-jariku
Ingin menyelesaikannya,
Mereka mencari
Jari-jarimu.
Pada awal tulisan ini, disebutkan bahwa Lawrence
Ferlinghetti menggagas puisi sebagai bentuk ekspresi kebebasan.
Epigraf kedua diambil dari Orlando, novel Virginia Woolf yang
bertokohkan
laki-laki
yang
akhirnya
berubah
menjadi
93
Rujukan
A Biography of Lawrence Ferlinghetti City Lights: Booksellers
and Publishers. Diunduh dari http://www.citylights.com/
ferlinghetti/
Herawati, Henny. Puisi Laci (segera terbit)
Woolf, Virginia. Orlando: A Biography by Virginia Woolf (1928).
San Diego: A Harvest Book, Harcourt, Inc. 2010.
94
pakar
teater
yang
berulang
kali
mendapatkan
108
Bakdi Soemanto, Kata: Antologi Puisi 1976 2006 Bakdi Soemanto (Yogyakarta:
Bentang, 2007); Kutipan lain dari buku ini ditulis dengan K dan nomor halaman.
109
110
Lihat James R. Knowlson, Damned to Fame: The Life of Samuel Beckett (New
York: Grove Press, 1996).
111
tersisa hanya kata, seperti pada puisi yang berjudul sama dengan
buku yang mewadahinya berikut:
KATA
Seribu kata
menggebu
lewat jari
yang dipanggang mentari.
Punggung bumi meleleh
gedung dan kehidupan rata
dalam cahya hari
tak ramah.
Di dalam genggam
kehidupan gemetar
dalam sajak
kehidupan mencampak busur.
Dan baris-baris kata
adalah bekas jejak nafas
yang enggan lepas
dari dengus desah. ( K, 38)
Apakah judul ini juga diilhami oleh pernyataan Samuel Beckett
Words are all we have hanya kata harta kita? Nampaknya,
semangat dalam puisi yang ditulis di tahun 1974 ini masih terasa
pula dalam puisi berjudul Penyair yang digurat di Oberlin 13
tahun kemudian, yakni eksistensi penyair adalah kata yang
ditulisnya. Maka ketika medengar perintah Penyair, kembali ke
bumi! setelah membubung tinggi ke langit mimpi di mana
hidup tak dibagi malam dan hari, sang penyair terhenyak
112
113
YANG DATAR
Ada datar
memuncak datar
penjara datar
cengkaman datar.
Matahari bulan
yang siang yang malam
dan kehidupan.
Ada perjalanan
tanpa pencapaian
ada pergulatan
tetapi cuma perputaran
ada pergantian
tetapi cuma pengulangan.
datar di puncak datar
menanjak datar
mencengkam datar. ( K, 3)
Dilihat dari fitur bahasa, gaya pengulangan kata yang plastis
seperti menanjak datar/ mencengkam datar lebih sering
dijumpai di karya-karya lawas. Misalnya, /Langit yang
menghati/ hati yang melangit./ pada Langit (K, 14 ); atau
/Lantas:/merdeka dan tidak merdeka/ bukan lagi suatu soal./
pada puisi Bunga Mawar (K, 15); dan /Baik dan buruk/ buruk
dan baik/ tak terbagi/ karena engkau ada dalam hati./ dalam
Engkau (K, 21) ketiga puisi ini terbit tahun 1975.
Di sini, seperti sastrawan eksistensialis lainnya, diam
(dalam arti mengambil sikap) dan menunggu menjadi dua kata
114
115
LEDEK MUNYUK
Terlintas, kita adalah ledek munyuk itu
Menari diiringi tabuhan
Membawa payung jumpalitan
Menarik gerobak tanpa tujuan.
Jika si munyuk bosan dan tak hiraukan irama gendang
Lari mencolek tangan perawan tengah nonton
Cemeti memukul punggung sebagai hukuman
Seiring irama gendang kehidupan
Kita pun menari
Hingga batas waktu
Tatkala tirai panggung turun
Dan pertunjukan usai
Lenyaplah kita tanpa catatan. ( K, 68)
TIKAR
Mungkin kita ini tikar.
Orang duduk, ya.
Orang jongkok, ya.
116
117
118
119
KEMARAU
Kemarau menggulung tikar
waktu mendung bergantung
di ujung hari.
Apakah kehidupan seperti musim
melap keringat duka dan
berteduh di meriah pesta?
Jika begitu
apa pula maknamenunggu
sesudah jera
pusing di tungku.
Ada yang berlanjut
120
121
Orang-orang menyaksikan
bagaimana Tuhan dirajam
oleh dosa-dosa kita
di atas altar kehidupan.
Ada koor dan organ
dan bunga-bunga hiasan.
Perayaan dan korban
dalam satu pengertian.
Alangkah indah
tetapi pedih juga.
Setiap
Setiap
Setiap
Setiap
122
Tetapi
marilah kita berjanji
akan menjadi diri sendiri
bersamaNya.
Barangkali
penyaliban bukan sekedar upacara. ( K, 28 29)
Sebelum melibati ABC (Albee, Beckett, Camus), untuk
menyebut beberapa nama saja, Bakdi Soemanto sudah mengenal
Sokrates yang mengajarinya bahwa sia-sia saja hidup yang tak
teruji. Bahkan jauh sebelumnya, ia pun selalu bersama Kristus
yang erat melekat di pundaknya saat menyeberangi sungai
kehidupan dan kematian, karena ia seorang Christopher. Meski
ia tahu Siapa yang dicarinya, terus mencari ia, walau tak lagi
bertanya apa hakekatnya. Terus bermain ia, di atas papan catur
hidup, dengan tetap setia berkarya, seperti Sisyphus dengan batu
besarnya. Sia-siakah ia? Jawabnya pasti: Tidak!
Maka, pada pagi 11 Oktober 2014, delapan belas hari
menjelang ulang tahunnya yang ke-73, ketika permainan tak
mungkin lagi dilanjutkan saat mencapai Remis, sang penyair
telah menitipkan kata-kata untuk kita hasil buah pikir
pencariannya selama ini. Akhir kisah akan menjadi suatu awal
yang baru. Selalu begitu.
Rujukan
Knowlson, James R. Damned to Fame: The Life of Samuel Beckett.
New York: Grove Press, 1996.
123
124
Daftar Pustaka
Publishers.
Diunduh
dari
http://www.citylights.
com/ferlinghetti/
Aging Quotes that Embrace Growing Old. Diunduh dari
http://www.great-inspirational-quotes.com/aging-quotes.html.
Andrews, Richard. The Problem with Poetry. Bristol: Open
University Press, 1991.
Beasley, Rebecca. Theorist of Modern Poetry. London: Routlegde,
2007.
Clark, Timothy. The Cambridge Introduction to Literature and the
Environment. Cambridge: Cambridge University Press,
2011.
Critical Insights: Emily Dickinson. Hackensack: Salem Press, 2010.
Derr, Jason. The Role of Poetry in Religious Knowledge The
Huffington Post, July 6, 2010. Diunduh dari http://
www.huffingtonpost.com/jason-derr/the-role-of-poetry-inrel_b_636293.html.
Dewi, Novita, Puisi Itu Membebaskan. GATRA 34. 24 (Januari
2008): 62 66.
125
126
http://www.newyorker.com/magazine/2008/06/09/the-
pound-error
127
Generasi
Pasca-Indonesia,
Ed.
Sindhunata.
Mei
2008 dari
http://www.biopsecrets.org/gateway/
passages/basho-frog.htm
O. Ergin, Nevit dan Will Johnson (penerjemah). Bakdi Soemanto
(penerjemah Indonesia). Rubaiyat Terlarang Rumi. Jakarta:
Elex Media Komputindo, 2006.
O. Ergin, Nevit dan Will Johnson (penerjemah). The Rubais of
Rumi: Insane with Love. Rochester, Vermont: Inner
Traditions, 2007
Ouda Teda Ena. Perempuan dalam Almari: Kumpulan Puisi.
Charleston, South Carolina: Createspace.com, 2013.
Ouda Teda Ena. Hampir Chairil: Kumpulan Kisah Kilat. Charleston,
South Carolina: Createspace.com. 2013.
Poems
of
Ezra
Pound.
PoetHunter.com.
Diunduh
dari
http://www.poemhunter.com/ezra-pound/poems/
Sastrapratedja, M., S. J. Pendidikan sebagai Humanisasi. Jakarta:
Pusat Kajian Filsafat dan Pancasila, 2013.
Sidin, Samuel Oton, OFM. Cap. Sejauh ini Allah Menciptakan
Satu Bumi Praedicamus 12. 4 (Januari Maret 2013): 15 30.
Soemanto, Bakdi. Kata: Antologi Puisi 1976 2006 Bakdi Soemanto.
Yogyakarta: Bentang, 2007.
128
129
Daftar Indeks
Abstraksi 62.
Absurditas 113.
Akal budi 5.
Albert Camus 113.
Aliterasi 36, 45, 98.
Allen Ginsberg 53, 87.
Amos Wilder 40.
Anna Mary Robertson Moses
80.
Anthony Giddens 30.
Antroposentrisme 13, 26.
Ari Subagyo 42.
Aristophanes 52.
Arthur Miller 77.
C
Creative Writing 86.
E
Ekokritik 7, 14, 21, 26, 126.
Eksistensialis 114.
Emil Salim 19.
Emily Dickinson 42, 46, 47,
48, 125, 126.
Emosi 5, 36, 43.
Ernest Hemingway 78.
Ezra Pound 60, 62, 63, 65,
74, 128.
G
Gabriel Garca Mrquez 78.
Gaya bahasa 15, 36, 45.
131
132
Shakespeare 77.
Simbol 15, 25, 62, 89.
Sisyphus 113, 123.
Sufisme 69.
T
T. E. Hulme 60.
T.S. Eliot 60.
Tanka 55.
Teopuitik 47.
Thornton Wilder 40.
U
Umar Kayam 110.
Unik 6, 37, 44, 62, 94.
V
Virgil 37.
Virginia Woolf 85, 87, 93, 94,
129.
W
Walt Whitman 60.
William Carlos Williams 71.
133