Ulkus Mooren

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

ULKUS MOOREN

Kholidah Firdaussina S,.Ked

Albert Mooren adalah seorang dokter jerman


pada tahun 1828-1899 yang menguraikan
ulkus serpiginosa kronik yang terdapat pada
lansia (Ilyas, 2014).

Penyebab ulkus mooren belum diketahui,


tetapi diduga autoimun.
Ulkus ini termasuk ulkus marginal: 60-80%
kasusnya unilateral dan ditandai dengan
penggalian (excavation) limbus dan kornea
perifer, yang nyeri dan progresif, dan sering
berakibat kehilangan mata.
Ulkus mooren paling sering dijumpai pada usia
tua, tetapi agaknya tidak berhubungan dengan
penyakit sistemik apapun yang sering diderita
orang-orang tua (Vaughan & Asbury, 2008).

Merupakan ulkus kornea idiopatik unilateral ataupun


bilateral. Penyakit ini lebih sering terdapat pada
wanita usia pertengahan dan pada usia lanjut biasanya
unilateral dengan rasa sakit dan merah (Ilyas, 2014).
Tukak ini menghancurkan membran bowman dan
stroma kornea.
Neovaskularisasi tidak terlihat pada bagian yang
sedang aktif,bila kronik akan terlihat jaringan parut
dengan bagian vaskularisasi.
Pasien terlihat sakit berat dan 25% mengalami
bilateral, proses yang terjadi mungkin kematian sel
yang disusul dengan pengeluaran kolagenase (Ilyas,
2014).

DIKLINIK DIKENAL 2 BENTUK:


Laki laki tua

Pasien muda laki-laki

75% unilateral

75% binokular

rasa sakit yang tidak berat

rasa sakit dan berjalan progresif

prognosis sedang

Prognosis buruk

jarang perforasi

1/3 kasus terjadi perforasi


kornea

Anatomi Kornea

Kornea adalah selaput bening mata, bagian


selaput mata yang tembus cahaya,
merupakan lapis jaringan yang menutup bola
mata sebelah depan dan terdiri dari 5 lapis
yaitu (Ilyas & Rahayu, 2014).

LAPISAN KORNEA
Epitel
Membran bowman
Stroma
Membran descement
endotel

Epitel
Tebalnya

550 m, terdiri atas 5 lapis sel epitel


tidak bertanduk yang saling tumpang tindih, satu
lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel
muda ini terdorong kedepan menjadi sel sayap
dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng,
sel basal berikatan erat dengan sel basal
disampingnya dan sel poligonal di depannya
melalui desmosom dan makula okluden, ikatan
ini menghambat pengaliran air, elektrolit, dan
glukosa yang merupakan barrier.

Sel basal menghasilkan membran basal yang


melekat erat kepadanya, bila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren
Epitel berasal dari ektoderm permukaan.

Membran bowman
Terletak

dibawah membran basal epitel yang


merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur
seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma.
Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.

Stroma
Menyusun

90% ketebalan kornea.


Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen
yang sejajar satu dengan yang lainnya, pada
permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang
dibagian perifer serat kolagen ini bercabang,
terbentuknya kembali serat kolagen memakan
waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang
merupakan fibroblas terletak diantara serat
kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk
bahan dasar dan serat kolagen dalam
perkembangan embrio atau sesudah trauma.

Membran descement
Merupakan membran aselular dan merupakan
batas belakang stroma kornea dihasilkan sel
endotel dan merupakan membran basalnya

Bersifat sangat elastik dan berkembang terus


seumur hidup, mempunyai tebal 40 m.

Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu,
bentuk heksagonal, besar 20-40 m. Endotel
melekat pada membran descement melalui
hemidesmosom dan zonula okluden (Ilyas &
Rahayu, 2014).

DEFINISI

Ulkus Mooren adalah suatu ulkus menahun


superfisial yang dimulai dari tepi kornea
dengan bagian tepinya tergaung dan berjalan
progresif tanpa kecendrungan perforasi
ataupun hipopion, lambat laun ulkus ini
mengenai seluruh kornea (Ilyas & Rahayu,
2014).

EPIDEMIOLOGI

Ulkus mooren adalah penyakit yang jarang terjadi


di Amerika Serikat yang biasanya bersifat idiopatik.
penyakit ini biasanya terjadi pada orang dewasa
namun pernah dilaporkan penyakit ini terjadi pada
anak usia 3 tahun.
Kietnam melaporkan 37 kasus ulkus mooren di
Nigeria.
Pada penelitiannya, penyakit ini secara primer
terjadi pada laki-laki yang sehat, usia 20-30 tahun,
perjalanan penyakit ini sangat cepat yang dapat
melibatkan dan merusak jaringan kornea secara
total dalam waktu 6 minggu. Peforasi jarang
terjadi, hanya 36% dari pasien

ETIOLOGI

Walaupun penyebab terjadinya keratitis ulseratif perifer masih


belum diketahui, namun respon autoimune terbukti memegang
peranan penting. Terjadinya ulkus mooren diduga akibat adanya
faktor pencetus berupa infeksi parasit, helminthiasis dan
hepatitis C
Infeksi lain yang dapat berhubungan dengan ulkus mooren
seperti herpes simplex, herpes zoozter, syphilis dan tuberkulosis.
Schanzlin menduga terjadinya reaksi antigen-antibody terhadap
toxin dari cacing yang menumpuk pada daerah perifer kornea
sehingga memicu terjadinya proses inflamasi dan ulserasi. Ulkus
mooren juga dapat terjadi akibat adanya trauma
Penyebab ulkus mooren sampai sekarang belum diketahui.
Banyak teori yang diajukan dan diduga penyebabnya
hipersensitivitas terhadap protein tuberkulosis, virus, autoimun,
dan alergi terhadap toksin ankilostoma (Ilyas, 2014).

PATOFISIOLOGI

Mekanisme pathophysiologi pasti terjadinya ulkus mooren


belum diketahui secara pasti, tetapi diduga adanya proses
autoimune. Terjadinya gangguan imunologi ditandai dengan
dihasilkannya antibodi sebagai reaksi terhadap jaringan
konjungtiva dan kornea yang terlibat (Sangwan et al, 2005).
Autoimune sellular dan humoral keduanya terbukti memegang
peranan penting dalam pathophisiologi penyakit ini dengan
ditemukannya pada pemeriksaan histologis adanya plasma sel,
polymorphonuclear leukosit (PMNs), eosinophil, sel mast,
immunoglobulin dan komplemen. Pada beberapa orang pasien
level T-sel suppresor menurun, IgA meningkat, peningkatan
konsentrasi plasma sel dan lymphosit pada konjungtiva yang
berbatasan dengan lokasi ulkus, dan terjadinya ikatan
imunoglobulin dengan komplemen pada epitel konjungtiva dan
daerah tepi kornea (Sharma et al, 2013).

GEJALA KLINIS

Gejala klinis ulkus mooren yang terpenting


adanya rasa sakit yang disertai dengan mata
merah, berair dan silau. Uveitis anterior ringan
dan sedang dapat terjadi pada penderita ulkus
mooren,
glaucoma sekunder dan katarak juga dapat
terjadi akibat komplikasi lanjut dari penyakit
ini.
Penurunan tajam penglihatan biasanya
disertai adanya keterlibatan kornea atau
terjadinya astigmatisma ireguler akibat adanya
penipisan didaerah perifer kornea

Ulserasi biasanya dimulai pada daerah tepi


kornea.
Pada kebanyakan penderita prosesnya terjadi
didaerah fissura interpalpebra, yaitu berupa
infiltrat tipis keabu-abuan di sekitar limbus.
Daerah medial dan lateral kuadran lebih
sering jika dibanding daerah superior dan
inferior.
Infiltrat tersebut dapat membentuk ulkus
marginal dalam beberapa minggu

PENATALAKSANAAN

Banyak pengobatan tetapi belum


memberikan hasil yang memuaskan seperti
steroid, antibiotik, antivirus, antijamur,
kolegenase inhibitor, heparin, dan
pembedahan keratektomi, lamelar
keratoplasti dan eksisi konjungtiva. (Ilyas,
2014).

Ulkus ini tidak responsif terhadap antibiotik


maupun kortikosteroid.
Belakangan ini telah dilakukan eksisi
konjungtiva bagian limbus dalam upaya
menghilangkan substansi-substansi yang
menimbulkan sensitisasi.
Keratoplasti tektonik lamelar telah dipakai
pada kasus tertentu dan berhasil baik.
Terapi imunosupresif sistemik sering diperlukan
untuk mengontrol penyakit tahap menengah
atau lanjut (Vaughan & Asbury, 2008).

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai