21lampiran Standar Teknis 6-2 PDF
21lampiran Standar Teknis 6-2 PDF
21lampiran Standar Teknis 6-2 PDF
STANDAR TEKNIS
a.
Tabel 1
Kriteria Lokasi Zona Industri Besar
No
Faktor Pertimbangan
Maks 15-20 Km
Minimal 2 (dua) km
Arteri primer
Jaringan listrik
melayani
Jaringan telekomunikasi
Prasarana angkutan
Topografi/kemiringan tanah
Maksimal 15%
Kesuburan tanah
10
Peruntukan lahan
11
Ketersediaan lahan
12
Harga lahan
13
Orientasi lokasi
14
Multiplier Effects
XXI-1
b.
c.
d.
e.
f.
XXI-2
Tabel 2
Standar Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Kebutuhan
Per Satuan
Fasilitas
No
Jenis Fasilitas
Jumlah
Penduduk
Standar
Luas
Luas
Pendukung
(m2/jiwa)
Radius
Lantai Lahan
(jiwa)
Pencapaian
(m2)
(m2)
Kriteria
RW
Balai pertemuan
2.500
150
300
0,12
Pos hansip
2.500
12
0,06
Gardu listrik
2.500
20
30
0,012
500 m
2.500
30
0,012
Parkir umum
2.500
100
0,04
KELURAHAN
Kantor kelurahan
30.000
500
1.000
0,033
Pos kamtib
30.000
72
200
0,006
30.000
72
200
0,006
30.000
36
72
0,0024
30.000
21
60
0,002
XXI-3
30.000
21
60
0,002
- saling bersebelahan.
30.000
80
0,003
Parkir umum
KECAMATAN
30.000
500
0,017
Kantor kecamatan
120.000
1.000
2.500
0,02
Kantor polisi
120.000
500
1.000
0,001
120.000
500
1.000
0,001
120.000
250
500
0,004
120.000
500
1.000
0,008
120.000
250
750
0,006
120.000
80
0,003
0,017
Parkir umum
120.000
2.000
XXI-4
Tabel 3
Standar Fasilitas Pendidikan
No
Jenis Fasilitas
Jumlah
Penduduk
Pendukung
(jiwa)
Luas Lahan
(m2)
Kriteria
Standar
(m2/jiwa)
Taman KanakKanak
1.250
216
500
0,28
Sekolah Dasar
1.600
633
2.000
1,25
SLTP
4.800
2.282
9.000
1,88
SLTA
4.800
3.835
12.500
2,6
Taman Bacaan
2.500
72
150
0,09
Radius
Pencapaian
Keterangan
Lokasi dan Penyelesaian
2 rombongan prabelajar
@ 60 murid dapat
bersatu dengan fasilitas
lain.
Kebutuhan harus
berdasarkan
perhitungan dengan
rumus 2, 3 dan 4.
Dapat digabung dengan
fasilitas pendidikan lain,
mis. SD, SLTP, SLTA
dalam satu komplek.
XXI-5
Tabel 4
Standar Fasilitas Kesehatan
No
Jenis Fasilitas
Jumlah
Penduduk
Pendukung
(jiwa)
Kebutuhan Per
Satuan Fasilitas
Luas
Lantai
(m2)
Kriteria
Standar
(m2/jiwa)
Luas
Lahan
(m2)
Radius
Pencapaian
Lokasi dan
Penyelesaian
Posyandu
1.250
36
60
0,048
2.500
150
300
0,12
BKIA/Klinik Bersalin
30.000
1.500
3.000
0,1
4.000 m
30.000
150
300
0,006
1.500 m
Dapat dijangkau
dengan kendaraan
3.000 m umum.
120.000
420
1.000
0,008
5.000
18
1.500 m
30.000
120
250
0,025
1.500 m
Keterangan
Dapat bergabung
dengan balai warga
atau sarana hunian/
rumah
Dapat bergabung
dalam lokasi kantor
kelurahan.
Dapat bergabung
dalam lokasi kantor
kecamatan.
Dapat bersatu dengan
rumah tinggal/tempat
usaha/apotik.
XXI-6
Tabel 5
Standar Fasilitas Peribadatan
No
Jenis Fasilitas
Musholla/ langgar
Masjid warga
Jumlah
Penduduk
Pendukung
(jiwa)
Luas Lahan
(m2)
Kriteria
Standar
(m2/jiwa)
Radius
Pencapaian
100 m
250
45
100
0,36
2.500
300
600
0,24
Masjid lingkungan/
kelurahan
30.000
1.800
3.600
0,12
Masjid kecamatan
120.000
3.600
5.400
0,03
Sarana ibadah
agama lain
Tergantung
sistem
kekerabatan/
hirarki
lembaga.
Tergantung
sistem
kekerabatan
setempat.
Tergantung
sistem
kekerabatan
setempat.
Tabel 6
Standar Fasilitas Perdagangan dan Jasa
No
Jenis Fasilitas
Jumlah
Penduduk
Pendukung
(jiwa)
Kebutuhan Per
Satuan Fasilitas
Luas
Lantai
(m2)
Luas
Lahan
(m2)
Kriteria
Standar
(m2/jiwa)
Radius
Pencapaian
250
50
100
0,4
300 m
6.000
1.200
3.000
0,5
2.000 m
30.000
13.500
10.000
0,33
120.000
36.000
36.000
0,3
Toko/warung
Pertokoan
XXI-8
Tabel 7
Standar Fasilitas Ruang Terbuka, Taman, dan Lapangan Olah Raga
No
Jenis Fasilitas
Jumlah
Penduduk
Pendukun
(jiwa)
Kriteria
Luas
Lahan
(m2)
Standar
(m2/jiwa)
Radius
Pencapaian
250
250
2.500
1.250
0,5
30.000
9.000
0,3
120.000
24.000
0,2
Jalur hijau
15 m
120.000
- Terletak menyebar.
-
XXI-9
Tabel 8
Pola Penggunaan Lahan Pada Zona Industri
No
Jenis
Struktur
Penggunaan
Penggunaan
Keterangan
Setiap kaveling harus
Kavling Industri
Maksimal 70%
Jalan dan
Saluran
Ruang Terbuka
Hijau
Minimal 10%
Fasilitas
Penunjang
g.
XXI-10
Tabel 9
Klasifikasi Jalan Secara Umum Menurut Kelas, Fungsi, Dimensi Kendaraan Maksimum
dan Muatan Sumbu Terberat (MTS)
Kelas
Jalan
Fungsi Jalan
Khusus
Dimensi Kendaraan
Maksimum
Muatan Sumbu
Terberat
(ton)
Panjang
(m)
Lebar
(m)
Tinggi
(m)
Arteri
18
2,5
4,2
> 10
Arteri, Kolektor
18
2,5
4,2
10
II
Arteri, Kolektor,
Lokal,
Lingkungan
12
2,5
4,2
III
Arteri, Kolektor,
Lokal,
Lingkungan
2,1
3,5
Tabel 10
Sistem Perencanaan Jaringan Jalan
Kecepatan
Kendaraan
(km/jam)
Minimal Lebar
Jalan/ROW
(meter)
GSJ Terhadap
Bangunan
(meter)
Arteri primer
60
11
6,5
Arteri sekunder
30
11
6,5
Kolektor primer
40
5,5
Kolektor sekunder
20
5,5
Lokal primer
20
7,5
4,5
Lokal sekunder
10
7,5
4,5
Lingkungan primer
10
6,5
10
Lingkungan
sekunder
10
3,5
Hirarki Jalan
XXI-11
Tabel 11
Klasifikasi Jalan Arteri, Kolektor, dan Lokal
Kriteri dan
Sifat
Arteri Primer
Arteri Senkunder
Kolektor Primer
Kolektor
Senkunder
Lokal Primer
Lokal
Senkunder
Kecepatan
minimal
60 km/jam
30 km/jam
40 km/jam
20 km/jam
20 km/jam
10 km/jam
Lebar jalan
minimal
11 meter
11 meter
9 meter
9 meter
6,5 meter
6,5 meter
Kapasitas
Besarnya lalu
lintas harian
rata-rata pada
umumnya paling
dibanding
dengan fungsi
jalan lainnya
Volume
Pada umumnya
lebih rendah dari
volume jalan arteri
primer
Pada umumnya
lebih rendah dari
volume jalan arteri
sekunder
Besarnya lalu
lintas harian ratarata pada
umumnya lebih
rendah pada
sistem primer
Kelengkapan
rambu
marka
lampu pengatur
lalu lintas
lampu penerangan
jalan
median
rambu
marka
lampu pengatur
lalu lintas
lampu
penerangan jalan
median
rambu
marka
lampu pengatur
lalu lintas
lampu penerangan
jalan
rambu
marka
lampu pengatur
lalu lintas
lampu penerangan
jalan
rambu
marka
lampu pengatur
lalu lintas
lampu
penerangan jalan
rambu
marka
lampu pengatur
lalu lintas
lampu
penerangan
jalan
Jalur lambat
(sepeda dan
kendaraan
lambat lainnya)
Disediakan
Disediakan
Dianjurkan
disediakan
Dianjurkan
disediakan
Kriteria
XXI-12
Diatur sesuai
dengan volume
lalu lintasnya
Diatur sesuai
Diatur sesuai
dengan volume lalu dengan volume
lintasnya
lalu lintasnya
Kelancaran
akses
Jumlah jalan
masuk ke jalan
arteri primer
dibatasi dengan
secara efisien.
Jarak antara jalan
masuk/akses
langsung minimal
500 meter.
Jumlah jalan
masuk ke jalan
arteri sekunder
dibatasi dengan
secara efisien.
Jarak antara jalan
masuk/akses
langsung minimal
500 meter.
Jumlah jalan
masuk ke jalan
kolektor primer
dibatasi dengan
secara efisien.
Jarak antara jalan
masuk/akses
langsung minimal
400 meter.
Lalu lintas cepat
tidak boleh
terganggu oleh lalu
lintas lambat
Jumlah jalan
masuk ke jalan
kolektor sekunder
dibatasi dengan
secara efisien.
Jarak antara jalan
masuk/akses
langsung minimal
400 meter.
Lalu lintas cepat
tidak boleh
terganggu oleh lalu
lintas lambat
Asal
Terusan jalan
arteri sekunder
luar kota
Terusan jalan
kolektor primer luar
kota
Terusan jalan
kolektor sekunder
luar kota
Terusan jalan
lokal primer luar
kota
Terusan jalan
lokal primer luar
kota
Tujuan
Melalui atau
menuju kawasan
primer
Melalui atau
menuju kawasan
primer
Melalui atau
menuju kawasan
primer atau arteri
primer
Melalui atau
menuju kawasan
primer atau arteri
primer
Melalui atau
menuju kawasan
primer atau jalan
primer lainnya
Melalui atau
menuju
kawasan
sekunder atau di
bawahnya
Menghubungkan
antar PKN dengan
PKW
(menghubungkan
Kota Yogyakarta
dengan Propinsi
Jawa Tengah)
Menghubungkan
antar PKW
(menghubungkan
Kota Yogyakarta
dengan
Kabupaten lain di
Propinsi DIY)
Menghubungkan
antar PKN dengan
PKL, antar PKW,
antara PKW
dengan PKL, atau
jalan yang
menghubungkan
ruas jalan arteri
Menghubungkan
antar PKW, antara
PKW dengan PKL,
atau jalan yang
menghubungkan
ruas jalan arteri
primer dengan PKL
Menghubungkan
antara PKN
dengan PK
Lingkungan,
antara PKW
dengan PK
Lingkungan, PKL
PKL, PKL
dengan PK
Menghubungkan
antara kawasan
sekuder dengan
perumahan
Persimpangan
Diatur sesuai
dengan volume lalu
lintasnya
Sifat
Diatur sesuai
dengan volume
lalu lintasnya
Diatur sesuai
dengan volume
lalu lintasnya
XXI-13
Lingkungan, atau
antar PK
Lingkungan
Daya dukung
Lalu lintas
regional, tidak
boleh terganggu
oleh lalu lintas
ulang alik dan lalu
lintas lokal dari
kegiatan lokal
Tidak boleh
terganggu oleh lalu
lintas ulang alik
dan lalu lintas lokal
dari kegiatan lokal
Angkutan
barang berat
dan kendaraan
umum bus
Diijinkan
Diijinkan
Dapat diijinkan
Dapat diijinkan
Dapat diijinkan
Tidak diijinkan
Parkir dan
berhenti pada
badan jalan
Tidak diijinkan
Diijinkan dengan
ketentuan
Sangat dibatasi
dan tidak diijinkan
pada jam sibuk
Sangat dibatasi
dan tidak diijinkan
pada jam sibuk
Sangat dibatasi
dan tidak
diijinkan pada
jam sibuk
Sangat dibatasi
dan tidak
diijinkan pada
jam sibuk
Kelengkapan
Tempat istirahat
tiap jarak 25 km
XXI-14
b)
c)
Rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana umum
jaringan transportasi jalan.
b)
c)
d)
e)
Kondisi topografi.
f)
Kelestarian lingkungan.
b)
c)
b)
Pembatasan yang jelas antara lingkungan kerja terminal dengan lokasi peruntukkan
lainnya, misalnya pertokoan, perkantoran, sekolah dan sebagainya.
c)
Pemisahan antara lalu lintas kendaraan dan pergerakkan orang di dalam terminal.
XXI-15
d)
Pemisahan yang jelas antara jalur angkutan Antar Kota Antar Provinsi, angkutan
antar kota dalam Provinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Manajemen lalu
lintas di dalam terminal dan di daerah pengawasan terminal.
Frekuensi perjalanan;
Kamar kecil/toilet;
Mushalla;
Kios/kantin;
Ruang pengobatan;
Taman.
d) Turun naik penumpang dan parkir bus tidak mengganggu kelancaran sirkulasi bus
dan dengan memperhatikan keamanan penumpang.
e) Luas Bangunan ditentukan menurut kebutuhan pada jam puncak berdasarkan
kegiatan adalah:
f)
Tata Ruang Dalam dan Luar Bangunan Terminal harus memberikan kesan yang
nyaman dan akrab. Luas pelataran terminal ditentukan berdasarkan kebutuhan pada
jam puncak berdasarkan:
-
g) Sistem Parkir Kendaraan di dalam terminal harus ditata sedemikian rupa sehingga
rasa aman, mudah dicapai, lancar dan tertib.
i.
a) Parkir di Badan Jalan (on-street parking) menggunakan sebagian badan jalan pada
salah satu sisi atau kedua sisi untuk parkir.
Sasaran dari sistem ini adalah menghindarkan gangguan bagi lalu lintas secara
umum yang diakibatkan dari penggunaan on-street parkirng. Dengan kata lain
menghindarkan keadaan volume kendaraan lebih besar dari kapasitas jalan, sehingga
menimbulkan kemacetan.
Luas kebutuhan parkir di tempat ini bergantung pada jumlah kendaraan yang
diharapkan parkir dan sudut parkir. Umumnya parkir jenis ini menggunakan sudut
parkir yang sejajar dengan badan jalan (bila jalannya kecil) atau membentuk sudut
ILUSTRASI PARKIR TEPI JALAN
apabila jalannya cukup lebar. Sudut parkir yang umum digunakan adalah 30, 45,
60, 90. Tidak semua badan jalan dapat digunakan sebagai media parkir,
Tepi Jalan
30
0m
2,50m
0m
0m
2 ,5
2 ,5
4,20m
2 ,5
2 ,5
50
0m
4,70m
0m
0m
2 ,5
0m
2 ,5
2,
Tepi Jalan
Tepi Jalan
Tepi Jalan
0m
0m
0m
2 ,5
4 ,0
2 ,5
0m
2 ,5
2 ,5
0m
2 ,5
4,20m
30
Tepi Jalan
0m
2 ,5
0m
4 ,0
m
50
2,
2 ,5
0m
1 Tepi
Jalan
90
1
60
2 ,5
0m
Tepi Jalan
Tepi Jalan
50
0m
2,
m
50
2 ,5
4 ,0
0m
4,70m
2,
50
2 ,5
30
Tepi Jalan
Tepi Jalan
4,00m
50
m
49
2,
2,
Tepi Jalan
2 ,5
0m
Tepi Jalan
60
4,00m
4,00m
90
4,00m
2,
m
50
4,00m
2,
45
2,50m
60
Tepi1 Jalan
4,00m
90
50
98
4,66m
2,50m
2,
3,
4,00m
49
m
2,
4,00m
98
0
4 ,0
Tepi Jalan
90
3,
50
60
4,70m
90
2,50m
Tepi Jalan
45
0m
Tepi Jalan
0
4 ,0
50
2,
2,
50
2,
2,
2,
98
m
0m
2,
2, 49m
50
m
49
0m
4,70m
3,
45
4,66m
4,00m
4,00m
4,66m
4,66m
98
Tepi Jalan
4 ,0
2,50m
60
4,00m
3,
4 ,0
Tepi Jalan
0m
45
4,00m
2,50m
Sejajar
45
90
Tepi Jalan
50
50
2,
2,
2,
0m
30
4,20m
2,50m
0m
4 ,0
2 ,5
Tepi Jalan
Tepi Jalan
1
4,00m
98
49
3,
4,66m
60
Tepi Jalan
30
4,20m
Tepi Jalan
2 ,50 m
4 ,0
0m
30
0m
0m
Tepi Jalan
4,70m
45
2,50m
4 ,0
2 ,5
4,00m
2,50m
Tepi Jalan
4,20m
2,50m
Gambar 1
b) Parkir di Luar jalan (off-street parking). Parkir di luar jalan merupakan parkir yang
tidak memanfaatkan badan jalan. Jenis parkir ini antara lain adalah:
1) Pelataran Parkir (open space parking)
2) Bangunan Parkir (park building)
3) Parkir di Lantai Dasar (besement parking)
Ukuran lebar pintu keluar-masuk dapat ditentukan yaitu lebar 3 meter dan panjangnya
harus dapat menampung tiga mobil berurutan dengan jarak antar mobil (spacing)
sekitar 1,5 meter. Oleh karena itu panjang-lebar pintu keluar-masuk minimum 15
meter. Pergerakkan kendaraan di area parkir dapat dibedakan menjadi jalur sirkulasi
gang dan modul. Patokan umum yang dipakai adalah:
1) Panjang sebuah jalur gang tidak lebih dari 100 meter.
2) Jalur gang yang dimaksudkan untuk melayani lebih dari 50 kendaraan dianggap
sebagai jalur sirkulasi
Lebar minimum jalur sirkulasi
1) Untuk jalur satu arah = 3,5 meter
XXI-17
PARKIR
90
5,00m
90
5,00m
2,50m
PARKIR
J A L A N
TROTOAR
RETAIL
PARKIR
KENDARAAN
4,00m
4,00m
Gambar 2
Ruang Parkir dan Desain Geometri Di Dalam Persil (Off-Street Parking)
j.
b)
Tempat perhentian bus (bus stop) adalah tempat untuk menurunkan dan/atau
menaikkan penumpang (selanjutnya disebut TPB).
2)
terletak pada jalur pejalan (kaki) dan dekat dengan fasilitas pejalan (kaki);
3)
4)
XXI-18
Tabel 12
Jarak Halte dan TPB
Zona
Lokasi
Jarak Tempat
Henti
(m)
CBD, Kota
200 300*)
Kota
300 400
Permukiman
Kota
300 400
Pinggiran
300 500
300 m.
Gambar 3
Peletakan Tempat Perhentian
Di Pertemuan Jalan Simpang Tiga dan Simpang Empat
XXI-19
Gambar 4
Tata Letak Halte Pada Ruas Jalan
Gambar 5
Contoh Prototipe Tata Letak Halte Pada Ruas Jalan
k.
2)
Pada lokasi yang dapat memberikan manfaat baik dari segi keselamatan,
keamanan, kenyamanan dan kelancaran.
3)
Jika berpotongan dengan jalur lalu lintas kendaraan harus dilengkapi rambu dan
marka atau lampu yang menyatakan peringatan/petunjuk bagi pengguna jalan.
4)
Koridor Jalur Pejalan Kaki (selain terowongan) mempunyai jarak pandang yang
bebas ke semua arah.
5)
b)
Lapak Tunggu
1)
2)
Disediakan pada pergantian roda, yaitu dari pejalan kaki ke roda kendaraan
umum.
c)
Lampu Penerangan
1)
2)
3)
4)
d)
e)
Cahaya lanpu tidak membuat silau pengguna jalan lalu lintas kendaraan.
Perambuan
1)
2)
Jenis rambu sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan keadaan medan.
Pagar Pembatas
1)
Apabila volume pejalan kaki di satu sisi jalan sudah > 450 orang/jam/lebar
efektif (dalam meter).
f)
2)
3)
4)
5)
Marka
1)
2)
Keberadaan marka mudah terlihat dengan jelas oleh pengguna jalan baik di
siang hari maupun malam hari.
3)
Pemasangan marka harus bersifat tetap dan tidak berdampak licin bagi
penguna jalan.
g)
Peneduh / Pelindung
Jenis peneduh disesuaikan dengun jenis Jalur Pejalan Kaki, dapat berupa:
1)
2)
Atap;
3)
dll.
Gambar 6
Contoh Prototipe Sarana Pejalan Kaki Pada Ruas Jalan
XXI-21
l.
Pipa Primer
= 4 5 m / sambungan
b.
Pipa Sekunder
= 6 8 m / sambungan
c.
Pipa Tersier
= 9 12 m / sambungan
Tabel 13
Standar Pelayanan Air Bersih/Minum
Uraian
Satuan
Sedang
Besar
Metro
jiwa/ha
100
200
300
400
10
10
Kebocoran Air
20
20
20
20
Pelayanan Domestik
90
85
80
70
Rasio Pelayanan SL
90
90
90
90
10
10
10
10
jiwa/SL
Konsumsi SL
ltr/jiwa/hr
100
125
150
200
Pelayanan per-HU/TA
jiwa/HU
50
50
50
50
ltr/jiwa/hr
30
30
30
30
10
10
10
10
ltr/unit/hr
2.000
2.000
2.000
2.000
Relatif
datar
Relatif
datar
Relatif
datar
Relatif
datar
Kepadatan
Pelayanan per-SL
Kemiringan Lahan
Keterangan :
SL = Sambungan Langsung
HU = Hidrant Umum
TA = Terminal Air
XXI-22
Tabel 14
Kriteria Kerapatan Saluran Tian 100 Ha
No
Kemiringan
Lahan
Primer
Sekunder
Tersier
Total
0 2%
800
5.100
14.100
20.000
2 5%
600
4.080
11.280
15.960
5 15%
480
3.060
8.460
12.000
15 40%
320
2.040
5.640
8.000
> 40%
Keterangan
Vmin = 0,6
m/dt
Vmak = 2,5
m/dt
Tidak Direkomendasikan
b) Kriteria Volume
1) Air limbah domestik berasal dari sisa penggunaan air bersih dengan perkiraan
debit (Q) rata-rata sebesar antara 70%-80% dari penggunaan air bersih.
2) Debit puncak air limbah adalah
F= 4,02 (0,0864 Q)-0,154
Dimana :
Q = debit air limbah rata-rata
F = koefisien faktor puncak untuk rata-rata debit air limbah per-hari, tidak
termasuk infiltrasi
3) F ditetapkan 5 untuk daerah pelayanan kecil kurang dari 1.500 jiwa atau air limbah
kurang dari 225 m/hari.
4) Debit Infiltrasi air tanah (Qinf) yang masuk kedalam pipa diperkirakan 10% dari
debit rata-rata (Q).
XXI-23
: maksimum 80 %
350mm-800mm
: maksimum 80 %
>900mm
: maksimum 50 %.
Air limbah dari pipa pengumpul dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah
(IPAL)
belokan dan pertemuan, dan jarak 200 m untuk ukuran pipa lebih besar dari 900
mm.
2) Pompa (Submersible Pump), dan Lift Pump.
o.
a) Sampah Organik
70%
b) Sampah Anorganik
28%
c) B 3
2%
JENIS PERALATAN
KAPASITAS
KK
UMUR
TEKNIS
Jiwa PELAYANAN
KET.
Di dpn
rumah
10/40 Lt
Sekali pakai
Bin Plastik
40 Lt
Pej. Kaki
3 tahun
Bin Plastik
60 Lt
1-2
3 tahun
Bin Plastik
120 Lt
2-3
20
3 tahun
Drum Plastik
240 Lt
4-6
3 tahun
Komunal
Container 0,5 m3
500 Lt
20
120
5 tahun
Komunal
Container 1,0 m3
1.000 Lt
40
240
5 tahun
Komunal
Wadah Komunal
1.000 Lt
50
300
5 tahun
Gerobak Sampah
500 Lt
100
600
5 tahun
Gerobak Sampah
700 Lt
140
850
5 tahun
XXI-25
Gerobak Sampah
1.000 Lt
200
1.200
5 tahun
6 m
825
4.950
5 tahun
8 m
1.100
6.600
5 tahun
10 m
1.375
8.250
5 tahun
Tempat Penampungan
Sementara
200 m
200 m
400
24.000
20 tahun
60 m
1.000
6.000
20 tahun
20 m
400
2.400
20 tahun
Truk Engkel
6 m
600
5.000
5 tahun
Truk Sampah
8 m
1.000
8.000
5 tahun
10 m
1.100
10.000
5 tahun
6 m
600
5.000
5 tahun
8 m
1.000
8.000
5 tahun
10 m
1.100
10.000
5 tahun
20 tahun
Dump Truck
6 m
Arm Roll Truck
8 m
10 m
Tergantung
jarak
ke TPA
5 tahun
5 tahun
5 tahun
p.
Bulldozer
(Crawler)
80 Hp
7 tahun
b.
c.
penempatan
hidaran
diprioritaskan
di
persimpangan
jalan
sehingga
jarak
q.
Standar Penyediaan Gardu Listrik dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
a) Pembangunan Prasarana Gardu Listrik
Standar pemabangunan gardu listrik adalah sebagai berikut :
1. Ukuran dan Kapasitas Maksimum Gardu per unit .
a. Luas tanah
: 6 x 7 m2.
: 4 x 7 m2.
c. Radius pelayanan
: 200 m2.
d. Kapasitas maksimum
: 6.257 m2.
2. Kebutuhan Listrik/Gardu
a. Untuk perumahan, sebagaimana terlihat Tabel 16
Tabel 16
Kebutuhan Listrik Untuk Perumahan
Ukuran
Luas
Petak Rata-
Bangunan
rata (m2)
Rata-rata (m2)
Kecil
100
60
450
1.400
Sedang
200
120
1.500
420
Besar
600
360
6.600
100
Jenis
Rumah
Kebutuhan
(watt)
Jumlah Rumah
yang Dilayani
Gardu (unit)
3. Ruang aman yang meliputi jarak bebas horisontal dan jarak bebas vertikal. Jarak
bebas horisontal adalah jarak antara titik tengah menara dengan benda terdekat.
Jarak bebas vertikal adalah ketinggian minimal antara penghantar dengan tanah;
4. jarak bebas horisontal minimal untuk SUTT ditetapkan 20 m ke kanan kiri dari titik
tengah menara untuk menara tunggal dan 15 m untuk menara ganda, sementara
jarak bebas vertikal bergantung pada letak menara tersebut dan beberapa faktor
lainnya;
5. Jarak bebas horisontal minimal untuk SUTET ditetapak 32 m ke kanan kiri dari titik
tengah menara, sementara jarak bebas vertikal bergantung pada letak menara
tersebut dan beberapa faktor lainnya;
6. faktor-faktor yang menentukan ruang aman adalah tegangan, kekuatan angin dan
suhu disekitar kawat penghantar:
a) Tegangan
Makin besar tegangan yang bekerja pada penghantar makin besar jarak
minimum (clearance) yaitu jarak yang terpendek yang diizinkan antara kawat
penghantar dengan benda atau kegiatan lain sesuai dengan angka-angka
yang tertera pada Tabel 17 dan Gambar 7.
Tabel 17
Jarak Bebas Vertikal Minimum
Antara Penghantar SUTT dan SUTET Dengan Tanah dan Benda Lain
Lokasi
1. Lapangan Terbuka dan Daerah
Terbuka
2. Daerah dengan keadaan tertentu:
a. Bangunan tidak tahan api
b. Bangunan Tahan api
c. Lalu lintas jalan/jalan raya
d. Pohon-pohon pada umumnya,
hutan, perkebunan
e. Lapangan olahraga
f. SUTT lainnya, penghantar
udara tegangan rendah,
jaringan telekomunikasi,
antena radio, antena televisi,
dan kereta gantung
g. Rel kereta biasa
h. Jembatan besi, rangka besi
penahan pengantar, kereta
listrik terdekat dan sebagainya
i. Titik tertinggi tiang kapal pada
kedudukan air pasang
tertinggi pada lalu lintas air
Sutet 500 kv
SUTT
66kv
(m)
SUTT
150 kv
(m)
Sirkuit
Ganda
Sirkuit
Tunggal
6,5
7,5
10
11
12,5
3,5
8
3,5
13,5
4,5
9
4,5
14
8,5
15
8,5
15
8,5
15
8,5
12,5
3
13,5
4
14
8,5
15
8,5
8
3
9
4
15
8,5
15
8,5
8,5
8,5
XXI-28
STANDARSTANDAR
JARAK BEBAS SUTT
STANDARSTANDAR
JARAK BEBAS SUTET
Gambar 7
Standar Jarak Menara SUTT dan SUTET
b) Angin
Makin besar tekanan angin, makin besar ayunan kawat penghantar ke kiri dan ke
kanan dan pada satu gawang (jarak antara sua menara) ayunan yang terbesar
karena pengaruh angin adalah pada kawat penghantar yang lengkungannya
paling rendah sedangkan ayunan semakin kecil arah menara.
c) Suhu Kawat Penghantar
Makin besar suhu yang mempengaruhi kawat penghantar makin mengendor
kawat penghantar tersebut, sehingga adongannya menjadi lebih besar dan
kenaikan suhu tersebut disebabkan oleh suhu disekeliling dan suhu yang
diakibatkan oleh besarnya arus yang mengalir pada kawat penghantar tersebut.
Ruang aman dapat dibentuk sedemikian rupa sehingga lahan/ruang yang ada dapat
dimanfaatkan secara maksimal untuk berbagai kepentingan, sehingga di satu pihak sistem
listrik yang ada tidak terganggu oleh lingkungan dan di lain pihak lingkungan tersebut tidak
terganggu oleh sistem listrik tersebut. Jarak bebas vertikal dapat dibentuk dengan
menetapkan ketinggian menara direncanakan sedemikian rupa sehingga kuat medan listrik
dan medan magnet yang dibangkitkan SUTT atau SUTET berada di bawah ambang batas
XXI-29
yang direkomendasikan Badan Kesehatan Dunia (WHO/ World Health Organization) dengan
ketentuan tertentu.
r.
c)
a)
b)
Gambar 8
Prototipe Jenis Struktur Bangunan Menara
WALIKOTA YOGYAKARTA
HARYADI SUYUTI
XXI-31