Majalah Ptkdikmen Jul 12

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 64

PTK

DIKMEN
MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI PTK PENDIDIKAN MENENGAH

Surya Dharma:
Tantangan Guru Abad XXI

MENGGENJOT MUTU

PTK DIKMEN

JULI
2012

S T RUKTUR ORGANISASI

DIREKTORAT PEMBINAAN
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
PENDIDIKAN MENENGAH

Surya Dharma, MPA, Ph.D


Direktur PPTK Dikmen

Mora Baringin Harahap, SE


Kasubag Tata Usaha

Wastandar, MA, Ph.D


Kasubdit Program
dan Evaluasi

Dra. Maria Widiani, MA


Kasubdit PTK SMA

Ir. Mamat, MM
Kasi Perencanaan Program

Dra. Nani Parhanah, MM


Kasi Perencanaan Kebutuhan
dan Peningkatan Kualikasi

Kasi Perencanaan Kebutuhan


dan Peningkatan Kualikasi

Drs. Yusrizal, M.Pd.


Kasi Evaluasi dan Pelaporan

Sarwin Zain, M.Pd.


Kasi Karier

Drs. Akhmad Nirwan, M.Pd


Kasi Karier

Drs. Prasetyo Triatmojo, MM

Kasubdit PTK SMK

Drs. Suko Wiyanto, MM

Drs. Subahi Idris, MM

Kasubdit PTK Pendidikan


Khusus dan Layanan Khusus

Wendi Kuswandi, SE

Kasi Perencanaan Kebutuhan


dan Peningkatan Kualikasi

Dra. RR. Sutaris, M.Pd.


Kasi Karier

ji Kompetensi Awal (UKA) guru yang dilaksanakan Februari 2012 lalu masih menjadi
pembicaraan di kalangan guru. UKA merupakan bagian dari penyelenggaraan
sertikasi pendidik dengan pola baru mulai tahun 2012. Pelaksanaan uji kompetensi
bagi para guru itu sesungguhnya hanya bagian kecil dari proses pembinaan kepada
guru. Sebab masih banyak tantangan serius yang harus dihadapi para guru, juga tenaga
kependidikan pendidikan menengah kita. Guru saat ini mengajar anak-anak kita yang hidup
di masa depan, di abad 21. Kalau guru-guru tidak bisa menyiapkan anak-anak yang diajarnya
untuk hidup di zaman mereka hidup nanti, hal itu sama saja dengan merampas masa depan
kehidupan anak-anak didik kita.
Permasalahan utama guru yang menjadi perhatian sangat serius kami, di antaranya,
adalah peningkatan kualifikasi akademik menjadi S-1/D-4; ketidaksesuaian kualifikasi
akademik dan bidang studi yang diajar guru (mismatch), distribusi guru, dan peningkatan
kompetensi guru. Kualifikasi akademik guru-guru SMA/SMK yang belum S-1/D-4 hanya sekitar
15% dari jumlah keseluruhan guru SMA/SMK. Tapi ternyata tidak sepenuhnya gampang
meningkatkan kualifikasi akademik mereka ini. Pada tahun 2011 lalu, kami menganggarkan
kurang lebih 3000 guru SMA/SMK untuk diberikan subsidi kualifikasi S-1. Ternyata alokasi
yang kita sediakan tidak terserap semua, hanya sekitar 500 guru.
Persoalan mismatch, yang menurut penelitian Ditjen Dikti jumlahnya kurang lebih 20%,
diharapkan semakin berkurang. Sebab guru yang bersertifikat profesi pendidik, tidak boleh
lagi mengajar yang di luar bidang keahliannya. Persoalan mismatch ini sebenarnya dampak
dari masalah ketiga, yaitu distribusi guru yang tidak merata, baik secara geografis maupun
kompetensi. Guru banyak menumpuk di daerah perkotaan, sementara di daerah pinggiran
dan pedalaman masih banyak yang mengalami kekurangan.
Permasalahan kompetensi guru yang masih memprihatinkan, setidaknya tercermin
dari hasil UKA. Persoalannya bukan semata pada peningkatan mutu guru yang ada saat
ini. Melainkan juga merevitalisasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK),
sebagai lembaga penghasil guru. LPTK harus mengaca atas hasil UKA dan ke depan harus
menghasilkan guru-guru yang well prepared dan well motivated.
Marilah tahun 2012 ini menjadi pijakan bagi kita dalam meningkatkan kualitas diri,
sekaligus turut andil dalam mengurangi berbagai permasalahan PTK pendidikan menengah,
dan menjadi roda penggerak gerbong peningkatan mutu pendidikan nasional kita.

Jakarta, Juli 2012


Direktur Pembinaan PTK Dikmen

Surya Dharma, MPA, Ph.D


NIP 195309271979031001

PTKDIKMEN

S A L A M REDAKSI

MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI PTK PENDIDIKAN MENENGAH

PEMBINA
Hamid Muhammad, Ph.D
Direktur Jenderal Pendidikan Menengah
PENGARAH
Surya Dharma, MPA, Ph.D
Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Menengah
PEMIMPIN REDAKSI/
PENANGGUNG JAWAB
Wastandar, MA, Ph.D
(Kasubdit Program dan Evaluasi)
SIDANG REDAKSI
Wastandar, MA, Ph.D
Dra. Maria Widiani, MA
Drs. Prasetyo Triatmojo, MM
Drs. Subahi Idris, MM,
Ir. Mamat, MM
Drs. Yusrizal, M.Pd
Saiful Anam, Dipo Handoko, Mukti Ali,
Saif Al Hadi, Eva Rohilah, Nabila D.P,

ahun kedua Majalah PTK Dikmen kembali hadir dengan sejumlah tulisan
yang kami rangkum dari bulan Januari hingga Juli. Sejumlah artikel edisi
ini berupa rangkuman kegiatan Direktorat Pembinaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah, berita seputar dunia pendidikan,
serta sejumlah prol sekolah, guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah. Ada
juga tulisan seputar perkembangan pendidikan di daerah, khususnya seputar
pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan menengah.
Cover story edisi ini sengaja mengupas panjang tentang guru. PIjakan tulisan
berdasarkan berita hangat pada Februari 2012, yakni pelaksanaan Uji Kompetensi
Awal (UKA) bagi guru. Mulai tahun 2012, guru yang akan mengambil sertikasi
profesi pendidik harus menjalani UKA. Mereka yang lulus UKA selanjutnya
mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) selama 9 hari. Pada akhir
PLPG, mereka dites lagi dengan Uji Kompetensi Akhir. Mereka yang lulus Uji
Kompetensi Akhir itulah yang berhak menyandang sertikat profesi pendidik dan
mendapatkan tunjangan profesi pendidik.
Pro dan kontra sempat mengiringi kehadiran UKA. Namun UKA tetap berlangsung,
dan hasilnya sungguh mencengangkan. Rata-rata nilai secara nasional hanya 42,25
dari hampir 300 ribu guru calon peserta sertikasi pendidik. Bahkan ada seorang
guru yang nilainya hanya 1 dari kemunkinan 100. Nilai UKA tertinggi, 97,0, diraih
Zuhri Muslim, guru SMKN 2 Slawi, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Guru
SMA peraih nilai UKA tertinggi adalah Gatot Priadi dari SMAN 1 Karas, Kabupaten
Magetan, Provinsi Jawa Timur, dan Nur Hidayati dari SMAN 11 Siak, Kabupaten
Siak, Provinsi Riau, yang sama-sama meraih nilai 90.
Yang juga memprihatinkan adalah raihan nilai UKA para pengawas, yang ternyata
banyak yang di bawah nilai guru. Nilai UKA tertinggi untuk pengawas sekolah
hanya 72, yakni yang dicapai St Syuhaeni S, pengawas sekolah yang
bertugas di Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua.

Andi Wahyudi, Arien TW, Yono Suryono


DESAIN VISUAL
Dipo Handoko
PENERBIT
Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Menengah
Ditjen Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
ALAMAT REDAKSI

Tulisan menarik lainnya edisi ini adalah prol dari PTK yang berprestasi. Kami
mendapat respons baik dari sidang pembaca mengenai prol dari mereka yang
meraih prestasi. Sehingga kami akan selalu menampilkan prol dari PTK, juga
sekolah dan daerah dalam mengembangan pendidikan. Kali ini para guru yang
kami angkat adalah mereka yang meraih prestasi pada Lomba Keberhasilan
Guru dalam Pembelajaran, yang diselenggarakan Pusat Pengembangan Profesi
Pendidikan dan Lomba Kreativitas Ilmiah Guru yang dilaksanakan oleh LIPI.
Semoga edisi tengah tahun 2012 ini banyak memberi manfaat, khususnya bagi PTK
yang tersebar di seluruh Tanah Air, dan mampu menjadi pendorong peningkatan
mutu. Hal ini menjadi pegangan kami di jajaran redaksi PTK DIkmen untuk
menghadirkan tulisan yang menginspirasi dan membumikan perbaikan mutu PTK.
Selamat membaca!

Direktorat Pembinaan PTK Dikmen


Gedung D Lt 12 Kompleks Kemdikbud
Jl. Pintu I Senayan, JAKARTA 10270
Telepon: 021 57974108
Email: [email protected]

Salam PTK Dikmen . . .

daftar isi

6-13

LAPORAN UTAMA

Memudahkan dalam Pembinaan Profesi Guru


Wawancara Direktur PPTK Dikmen
Memeratakan Distribusi Guru PNS

Nomor 3

Tahun II

Juli 2012

PESAN DIREKTUR

6
9
12

PTK SMA

3
14-15

Menggelontor Subidi Bantuan Studi


Perlindungan Hukum Bagi PTK

14
15

15-17

PTK SMK

Pemerataan Mutu Melalui Kemitraan


Memacu Kompetensi Pustakawan
Memenuhi Standar Tenaga Administrasi

15
16
17

PTK PK-LK

Mengurangi Kesenjangan Kompetensi


Memacu Kompetensi Pustakawan
Mendongkrak Kompetensi Guru Bidang Autis
Meningkatkan Mutu Guru Mata Pelajaran Khusus
Mengasah Kecakapan Hidup
Mengais Mutu dari Sekolah Maju

MULAI TAHUN 2012, GURU YANG AKAN MENGAMBIL SERTIFIKASI


PROFESI PENDIDIK HARUS MENJALANI UJI KOMPETENSI AWAL
(UKA). MEREKA YANG LULUS UKA SELANJUTNYA MENGIKUTI
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) SELAMA 9 HARI.
PADA AKHIR PLPG, MEREKA DITES LAGI DENGAN UJI KOMPETENSI
AKHIR. MEREKA YANG LULUS UJI KOMPETENSI AKHIR ITULAH
YANG BERHAK MENYANDANG SERTIFIKAT PROFESI PENDIDIK DAN
MENDAPATKAN TUNJANGAN PROFESI PENDIDIK.
DAERAH

Kabupaten Banyumas
Kabupaten Mojokerto
Kabupaten Biak Numfor

45-47

45
46
47

Surya Dharma, MPA, Ph.D


Tantangan Guru Abad XXI

48-53
48

APA & SIAPA

Wastandar, M.A, Ph.D


Dr. Fauziyah

54-57
54
56

SEKOLAH

SMA Negeri 1 Purbalingga


22
SMA Negeri 1 Mempawah Hilir, Pontianak 24

Juara I LKG 2011 Guru SMA/SMK Non-Sains


Juara I LKG 2011 Guru SMA/SMK Sains
Juara I LKIG 2011 Guru SMA Bidang IPSK
Juara II LKG 2011 Guru SMA/SMK Sains
Juara III LKG Guru SMA/SMK Sains
Juara III LKG 2011 Guru SMA/SMK Non-sains
Juara III LKIG 2011 Guru SMA Bidang IPSK
TENAGA KEPENDIDIKAN

PERISTIWA

Hari Pendidikan Nasional 2012


Ujian Nasional SMA/SMK 2012
Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan

58-62
58
59
60
62

19
19
20
20
21
21

22-25
GURU

KOLOM

17-21

Penerima Satyalancana Pendidikan 2011


Kepala SMA Negeri 3 Palu
Juara II Pengawas SMK Berprestasi 2011

PTK DIKMEN

26-39

26
28
30
32
34
36
38

40-44
40
42
44

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

UJI KOMPETENSI AWAL GURU TAHUN 2012

PIH KEMDIKBUD

MEMUDAHKAN DALAM
PEMBINAAN PROFESI GURU

erbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, mulai tahun ini para guru yang akan mengambil
sertikasi profesi pendidik harus menjalani Uji
Kompetensi Awal (UKA). Mereka yang lulus UKA
selanjutnya mengikuti Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru (PLPG) selama 9 hari. Pada akhir pelaksanaan PLPG,
mereka dites lagi dengan Uji Kompetensi Akhir. Mereka yang lulus
Uji Kompetensi Akhir itulah yang berhak menyandang sertikat
profesi pendidik dan berhak mendapatkan tunjangan profesi pendidik yang besarnya satu kali gaji pokok. Perbedaan dengan tahun-tahun sebelumnya terletak pada Uji Kompetensi Awal. Pada
tahun-tahun sebelumnya, para peserta langsung mengikuti PLPG.
Tahun ini, UKA dilaksanakan secara serentak pada tanggal 25
Februari, dan hasilnya telah diumumnya pada pertengahan Ma-

ret lalu. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA
menjelaskan jumlah guru yang mendaftar
UKA 2012 sebanyak 285.884 orang. Namun, sebanyak 4.868 orang (1,70 persen)
batal mengikuti UKA dengan berbagai
alasan, sehingga peserta yang mengikuti
sebanyak 281.016 orang (98,30 persen).
Peserta UKA tahun ini terdidiri dari
23.753 guru TK, 164.539 guru SD, 51.238
guru SMP, 18.125 guru SMA, 15.105 guru
SMK, 2.446 guru SLB, dan 606 pengawas
sekolah. Mereka terdiri dari 195 lulusan
SMP, 19.039 lulusan SMA, 2.697 lulusan

PIH KEMDIKBUD
D-1, 34.614 lulusan D-2, 3.906 lulusan D-3,
211.858 lulusan S-1, 3.453 lulusan S-2, dan
9 peserta berkualikasi pendidikan S-3
atau bergelar doktor. Dari jumlah peserta UKA tersebut, yang lulus UKA sebanyak
249.001 orang dan diperoleh nilai rata-rata nasional sebesar 42,25, kata Mohammad Nuh.

GURU SMK SLAWI RAIH NILAI


TERTINGGI
Hasil UKA 2012 menunjukkan gambaran kompetensi guru yang beragam dan
cukup memprihatinkan. Nilai UKA tertinggi adalah 97,0, sedangkan nilai terendah 1,0. Nilai UKA tertinggi itu diraih Zuhri
Muslim, guru SMKN 2 Slawi, Kabupaten
Tegal, Provinsi Jawa Tengah.
Secara lebih rinci, nilai UKA tertinggi
untuk kategori guru Taman Kanak-kanak
(TK) diperoleh Desi Dwi Jayanti dari TK
Islam Nurul Iman, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat, dengan nilai 90. Untuk kategori guru SD diraih Nurfatah dari
SD 8 Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dengan
nilai 80. Untuk kategori guru SMP disabet
Melany Wiwanty Parulian Mukuan dari

SMP Advent Amurang, Kabupateng Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara,


dengan nilai 87,5. Untuk kategori guru
SLB, nilai tertinggi diperoleh Isma Mulyani
dari SLB BC YGP BL Limbangan, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, dengan
nilai 95.
Untuk kategori guru SMA, nilai tertinggi didapatkan oleh dua orang guru
dengan nilai masing-masing 90, yakni Gatot Priadi dari SMAN 1 Karas, Kabupaten
Magetan, Provinsi Jawa Timur, dan Nur
Hidayati dari SMAN 11 Siak, Kabupaten
Siak, Provinsi Riau. Nilai tertinggi untuk
kategori guru SMK diperoleh Zuhri Muslim dari SMKN 2 Slawi, Kabupaten Tegal,
Jawa Tengah. Sedangkan untuk kategori
pengawas sekolah, nilai tertinggi diraih
St Syuhaeni S, pengawas sekolah yang
bertugas di Kabupaten Kepulauan Yapen,
Provinsi Papua, dengan nilai 72.
Mendikbud memaparkan, hasil UKA
ini juga menunjukkan bahwa tingginya
kualikasi pendidikan guru ternyata tidak
menjadi jaminan atas perolehan nilai UKA
tersebut. Pada jenjang guru yang bertugas
di SMP, guru yang memiliki latar belakang
pendidikan S-2 ada yang mendapat nilai

UKA sebesar 14. Selain itu, rata-rata guru


SMP yang berpendidikan S-2 sebesar 51,3
dengan nilai UKA tertinggi sebesar 82.
Seharusnya, kualikasi pendidikan yang
lebih tinggi mendapatkan nilai UKA yang
lebih baik.
Kasus yang sama juga terjadi pada
guru SMA. Nilai UKA dari guru SMA yang
berlatar belakang pendidikan S-3 sebesar
46,8 dengan nilai tertinggi 61. Nilai ini tidak lebih baik dari nilai UKA dari guru yang
berlatar belakang pendidikan S-2 yaitu
sebesar 55,9 dengan nilai tertinggi 84,3.
Yang juga menarik dicermati, dari
total 281.016 peserta UKA 2012, nilai
rata-rata tertentinggi justru diperoleh
guru-guru TK dengan nilai rata-rata 58,87.
Sementara untuk peserta guru-guru SD
mendapatkan nilai rata-rata 36,86, guruguru SMP 46,15, guru-guru SMA 51,35,
guru-guru SMK 50,02, dan guru-guru SLB
49,07. Yang justru memprihatinkan nilai
rata-rata yang diperoleh pengawas sekolah, hanya 32,58.
Mendikbud menandaskan, berdasarkan hasil UKA yang menempatkan nilai
rata-rata pengawas berada di posisi paling
buncit tersebut, maka observasi lanjutan

PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

terhadap para pengawas akan dilakukan.


Tujuannya, penanganan yang tepat dapat
segera dilakukan terhadap penyebab rendahnya nilai rerata tersebut. Observasi
akan mencakup sistem perekrutan, usia,
latar belakang pendidikan, hingga kemampuan dasar pengawas.

PEMETAAN PENDIDIKAN
Para guru yang sudah lulus UKA yang
berjumlah 249.001 orang itu selanjutnya
mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi
Guru (PLPG). Pada akhir PLPG, mereka
mengikuti Uji Kompetensi Akhir. Guru
yang mendapatkan sertikat guru profesional adalah guru yang telah mengikuti
UKA, PLPG, dan Uji Kompetensi Akhir,
ujar Mohammad Nuh.
Sedangkan bagi para guru yang tidak
lulus UKA akan diberikan pembinaan. Tujuannya adalah memberi energi baru pada
para guru untuk tahun ajaran baru di bulan Juli. Guru yang tidak lulus UKA wajib
mengikuti pembinaan itu, kata Mendikbud.
Mendikbud berharap hasil Uji Kompetensi Akhir bagi guru-guru yang sudah
mengikuti PLPG dapat lebih besar dari
hasil UKA. Kalau ternyata guru yang sudah
mengikuti PLPG nilai Uji Kompetensi Akhir yang diraihnya tidak lebih baik dari nilai
UKA, maka berarti PLPG yang diberikan
tidak memberikan efek yang lebih banyak
bagi guru. Di sinilah perlu kita ukur lagi
kinerja dari lembaga penyelenggara PLPG
itu, kata Mohammad Nuh.
Meski hasil nilai UKA cukup memprihatinkan, namun nilai UKA itu akan sangat
berguna bagi pemetaan dunia pendidikan.
Peta guru tersebut menunjukkan nilai
penting dari UKA untuk melihat kompetensi guru dengan standar rata-rata nasional bisa dilihat. Diharapkan pemetaan
juga bukan sekedar kelulusan uji kompetensi tapi juga ukuran dari kinerja guru
pada masa mendatang, kata Mendikbud.
Selain itu, hasil UKA 2012 ini dapat
dipasangkan dengan peta hasil Ujian Nasional (UN) 2012. Nantinya, peta tenaga
pengajar, fasilitas infrastruktur akan turut
serta dimasukkan. Sehingga, peta yang
utuh dari dunia pendidikan dapat diperoleh secara bertahap.
Mohammd Nuh menyatakan, pemerintah tahun ini sebenarnya menyediakan
kuota 250.000 bagi sertikasi guru.

Dengan hasil UKA saja yang kuang dari


250.000 ribu, sudah dapat dipastikan kuota tahun ini tidak bisa dipenuhi. Apalagi
dari hasil Uji Kompetensi Akhir di penghgujung PLPG nanti kemungkinan juga
ada sebagian yang tidak lulus. Para guru
yang belum berhasil lolos UKA di tahun
ini diberikan kesempatan untuk mencoba
kembali pada tahun depan.
Ia menambahkan, UKA dilakukan

antara lain untuk memastikan apakah


orang yang masuk ke dalam PLPG sudah
memenuhi persyaratan minimal yang harus dipenuhi.
UKA ini tidak dilakukan untuk mempersulit guru, tetapi untuk memastikan
agar siswa tidak diajar oleh guru yang tidak kompeten.

SAIFUL ANAM

SAIFUL ANAM

asil Uji Kompetensi Awal (UKA) guru memperlihatkan kompetensi guru-guru kita
yang cukup memprihatinkan. Ke depan,
upaya mengatasi berbagai persoalan guru
harus dilakukan secara sistemik, mulai dari
penyiapan calon guru, rekrutmen guru baru, peningkatan
kompetensi, peningkatan kualikasi, distribusi, pembinaan
dan pengembangan profesi, hingga pemberian penghargaan
dan perlindungan.
Revitalisasi dan reposisi peran strategis guru itu amat
penting lantaran menurut Surya Dharma, MPA, Ph.D, Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah, Ditjen Pendidikan Menengah, guru merupakan komponen paling penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Kalau guru tidak bisa menyiapkan anak-anak yang
diajarnya untuk hidup di zaman mereka hidup nanti, hal itu
sama saja dengan merampas masa depan kehidupan mereka.
Untuk mengetahui lebih lanjut pandangan dan pemikiran Surya Dharma terkait masalah guru, khususnya guru-guru
pendidikan menengah, Saiful Anam dari Majalah PTK DIKMEN mewawancarai pria yang berpenampilan kalem itu di
ruang kerjanya, Mei lalu. Berikut petikannya.

Wawancara Surya Dharma, MPA, Ph.D


Direktur Pembinaan PTK Dikmen

Jangan Pernah
Merampok
Masa Depan Anak
Bagaimana Bapak melihat persoalan guru-guru kita, khususnya guru-guru pada pendidikan menengah?
Kalau kita bicara masalah guru, ada beberapa persoalan sangat
mendasar. Pertama, masalah kualikasi. Artinya dari kurang lebih
3 juta guru, mulai dari guru-guru di level pendidikan anak usia dini
hingga SMA/SMK, baru sekitar 45% yang berkualikasi S-1 atau D-4.
Sebagian besar mereka adalah guru SD. Kalau untuk guru-guru pendidikan menengah, persoalan kualikasi ini tidak terlalu besar. Mungkin
tinggal sekitar 15% yang belum S1 atau D-4. Jadi ini satu persoalan,
bagaimana meningkatkan kualikasi guru-guru kita menjadi minimal
S-1 sesuai tuntutan UU Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen.
PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

SMAN 2 PURWOREJO
Khusus guru-guru pendidikan menengah, kami bertekad meningkatkan kualikasi bagi mereka yang belum S-1. Tetapi ternyata hal itu tidak sepenuhnya gampang. Misalnya saja pada tahun
2011 lalu, kami menganggarkan kurang lebih 3000 guru SMA/SMK
untuk diberiksan subsidi kualikasi S-1. Ternyata alokasi yang kita
sediakan tidak terserap semua, hanya terserap sekitar 500 guru
saja.
Mengapa sampai begitu?
Masalahnya daerah ternyata tidak siap dengan data yang
benar-benar akurat. Secara angka, guru-guru SMA/SMK yang belum berkualikasi memang sekitar 15 %. Dari data yang ada secara
nasional, terlihat mereka tersebar di provinsi dan kabupaten/kota
mana saja. Tetapi data yang dikumpulkan baru sebatas itu. Kalau
ditelusuri lebih lanjut siapa saja mereka, tidak ada data lebih lanjut. Daerah tidak punya data yang akurat siapa saja yang belum
S-1 dan daftar nama guru-guru yang sedang menempuh S-1. Akibatnya, setelah kita kasih bantuan block grant untuk peningkatan
kualikasi mereka ke kabupatek/kota, banyak yang tidak terserap.
Ini kan sayang, karena tidak gampang memperjuangkan anggaran. Ada sekitar Rp 7 miliar yang tidak terserap. Oleh karena itu, tahun ini kami tidak berani lagi menganggarkan lebih banyak, hanya
dialokasikan 950 orang.
Jadi siapa saja sebenarnya guru-guru pendidikan menengah
yang belum berkualikasi S-1 yang jumlahnya sekitar 15% itu,
dan siapa saja yang sedang menempuh S-1, kami belum punya
data akurat. Kami minta kepada daerah nama-nama mereka, tapi
sejauh ini belum terpenuhi. Data NUPTK tidak sampai masuk ke
sana. Data yang sudah ada baru jumlahnya saja, dan sebaran di
provinsi dan kabupaten/kota mana saja.
10

Selain masalah kualikasi, persoalan apa lagi yang terkait guru-guru kita?
Masalah kedua adalah mismatch, atau ketidaksesuaian antara kualikasi pendidikan dengan mata pelajaran yang diampunya. Guru mengajar yang bukan sesuai bidangnya. Misalnya guru
agama mengajar matematika, guru sejarah mengajar IPA, dan
seterusnya.
Berapa banyak guru-guru yang mismatch ini?
Ada kawan dari Ditjen Dikti yang pernah melakukan penelitian, jumlahnya kurang lebih 20%. Lumayan besar juga. Ini mestinya tidak boleh terjadi. Kalau guru sudah bersertikat profesi pendidik, tidak boleh lagi mengajar yang di luar bidang keahliannya.
Persoalan mismatch ini sebenarnya dampak dari masalah
yang ketiga, yaitu distribusi guru yang tidak merata, baik secara
geogras maupun kompetensi. Guru banyak menumpuk di daerah
perkotaan, sementara di daerah pinggiran dan pedalaman masih
banyak yang mengalami kekurangan.
Khusus guru-guru pendidikan menengah, juga terjadi kelebihan pada mata pelajaran tertentu, sementara mata pelajaran lain
kurang. Misalnya guru matematika, sika, biologi, bahasa Indonesia, dan agama, secara nasional sudah berlebih. Walaupun kalau kita telusuri lebih jauh di tingkat kabupaten/kota, ada daerah
yang mengalami kelebihan guru bidang-bidang tersebut, sementara daerah lain masih kurang. Kita harapkan, dengan adanya Peraturan Bersama 5 Menteri tahun lalu yang mengatur kembali distribusi guru-guru PNS dan mulai berlaku tahun ini, bisa membantu
mengatasi masalah ini.

Tapi implementasi peraturan itu kan tidak mudah?


Ya, memang tantangannya berat. Memindahkan guru dari
satu kabupaten ke kabupaten tetangganya dalam wilayah satu
provinsi saja tidak gampang. Misalnya Kabupaten Wonogiri mengalami kekurangan 6 guru biologi, sementara Kabupaten Sukoharjo kelebihan. Logikanya, Kabupaten Wonogiri tinggal minta
ke Sukoharjo yang bertetangga dan dalam satu wilayah provinsi
Jawa Tengah. Tapi ternyata tidak semudah itu memindahkan
guru. Apalagi kalau yang dipindah itu guru-guru senior yang sudah
berkeluarga. Jangankan antara kabupaten/kota, perpindahan dari
satu sekolah ke sekolah lain di dalam kabupaten/kota sendiri saja
kadang juga menimbulkan persoalan.
Mestinya urusan manpower planning atau perencanaan kebutuhan guru memang urusan kabupaten/kota karena mereka yang
punya guru dan sekolah. Mereka seharusnya yang tahu persis
berapa kebutuhan guru bahasa Inggris, guru sika, dan seterusnya. Berapa yang mau pensiun tahun depan dan tahun-tahun berikutnya, berapa jumlah kebutuhan yang diperlukan. Intinya manpower planning seperti itu, harus ada proyeksi kebutuhan guru.
Dari perencaraan kebutuhan guru yang dikalkulasi secara
akurat itu baru di-aggregate ke tingkat provinsi dan selanjutnya ke
tingkat nasional. Hal ini akan ketahuan secara pasti. Misalnya tahun 2015 nanti secara nasional kita butuh guru sekian, yang merupakan akumulasi jumlah kebutuhan guru dari kabupaten/kota secara keseluruhan. Selanjutnya, pusat meminta LPTK (Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan) menyiapkan dengan bidangbidang keahlian yang dibutuhkan. Yang kita khawatirkan, LPTK
ini seperti perusahaan konveksi. Pokoknya mereka memproduksi
saja sebanyak-banyaknya calon guru tanpa didasari proyeksi yang
akurat tentang kebutuhan guru dalam beberapa tahun ke depan.
Bagaimana dengan persoalan kompetensi guru?
Itu masalah keempat. Buktinya, hasil Uji Kompetensi Awal
(UKA) guru tahun ini menunjukkan gambaran kompetensi guruguru kita yang masih memprihatinkan. Bahkan ada guru yang hanya bisa menjawab satu soal. Kalau kita telusuri, siapa pabriknya
yang memproduksi mereka? Ya LPTK. Oleh karena itu, bukan
hanya guru-guru yang sudah ada yang harus ditingkatkan kompetensinya, tapi LPTK pun harus direvitalisasi. LPTK harus mengaca
atas hasil UKA itu.
LPTK harus menghasilkan guru-guru yang well prepared dan
well motivated. Guru ini mengajar anak-anak kita untuk hidup
di masa depan, hidup di abad 21. Kalau guru-guru tidak bisa menyiapkan anak-anak yang diajarnya untuk hidup di zaman mereka hidup nanti, hal itu sama saja dengan merampas masa depan
kehidupan anak-anak yang diajarnya. Apakah kita sudi dan tega
merampok masa depan anak-anak kita. Inilah sebenarnya tantangan serius bagi LPTK dan guru.
Jadi Bapak melihat hasil UKA seperti apa?
UKA itu memperlihatkan kompetensi guru-guru kita. Pertama, menggambarkan kualitas guru yang diproduksi LPTK. Kedua,
guru-guru kita mulai dari direkrut sampai sekarang hampir tidak
pernah di-update ilmunya. Yang namanya pengembangan profesi
berkelanjutan (continouing professional development/CPD) hampir
tidak pernah dilakukan. Begitu menjadi guru sampai sekarang ya

tetap tidak banyak perubahan. Karena ilmunya tidak pernah diupdate, sehingga apa yang mereka ketahui 20 tahun lalu saat di
bangku kuliah tidak berubah sampai sekarang. Padahal ilmu itu
terus berkembang dan pengetahuan guru harus di-update.
Secara garis besar sekarang ada dua persoalan yang kita hadapi. Pertama, bagaimana membina dan mengembangkan kompetensi guru yang sudah ada, yang jumlahnya sekitar 3 juta orang.
Kedua, bagaimana menyiapkan calon guru yang profesional, baik
penyiapan mahasiswa calon guru yang dihasilkan oleh LPTK maupun sistem rekrutmen guru-guru baru.
Menangani persoalan yang pertama jauh lebih berat, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejauh ini sudah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini, walaupun hasilnya masih belum optimal. Sedangkan untuk memberesi masalah
yang kedua relatif lebih mudah. Tinggal kita berkomitmen dalam
memberlakukan sistem yang ketat dalam menyiapkan calon guru
maupun dalam rekrutmen guru-guru baru.
Saya sering bilang kepada kawan-kawan dosen dari LPTK,
bahwa LPTK tidak hanya memproduksi calon guru sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik. Calon guru yang dihasilkan
LPTK harus menguasai bidang ilmu yang ditempuhnya dan memiliki kompetensi pedagogik. Selain itu mereka harus bisa menjadi
teladan, memiliki kepribadian dan sikap yang baik. Ini yang harus
disiapkan oleh LPTK dengan baik.
Jika calon guru yang akan dihasilkan LPTK kita harapkan seperti itu, maka dosen-dosennya pun juga harus dituntut hal yang
sama. Kalau dosen LPTK sendiri tidak kompeten, dan cara mengajarnya tidak menarik, bagaimana bisa diharapkan menghasilkan
calon guru yang baik. Oleh karena, LPTK harus melakukan introspeksi dan berbenah diri. Bagaimanapun kualitas guru-guru kita
yang memprihatinkan seperti yang tercermin dari hasil UKA itu
merupakan produksi LPTK.

Hasil Uji Kompetensi Awal menunjukkan


gambaran kompetensi gr kita yang masih
memprihatinkan. Oleh karena it bukan
hanya gr-gr yang hars ditingkatkan
kompetensinya, melainkan LPTK pun
hars direvitaslisasi. LPTK hars mampu
menghasilkan gr yang well prepared dan
well motivated...
Surya Dharma, M.P.A., Ph.D

PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

11

SMK PGRI 1 NGAWI

Sosialisasi Peraturan Bersama Lima Menteri

Memeratakan
Distribusi Guru PNS

irektorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah (Dit Pembinaan PTK
Dikmen), sejak awal tahun
ini gencar melakukan sosialisasi terhadap
Peraturan Bersama Lima Menteri, yakni
Peraturan Bersama Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 05/X/PB/2011, Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor SPB/03/M
PAN-RB/10/2011, Menteri Dalam Negeri
Nomor 48 Tahun 2011, Menteri Keuangan
Nomor 158/PMK.01/2011, dan Menteri
Agama Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai
Negeri Sipil.
12

Peraturan Bersama yang dikeluarkan


September 2011 lalu itu berlaku efektif
mulai tanggal 2 Januari 2012. Peraturan ini
diharapkan dapat menjadi solusi terhadap
masalah distribusi guru yang tidak merata,
sehingga ke depan menjadi lebih baik.
Surya Dharma, MPA, Ph.D, Direktur
Pembinaan PTK Dikmen, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, menyatakan
bahwa distribusi guru yang tidak merata
memang merupakan salah satu masalah
serius. Kendati begitu, ia mengakui masalah
penyebaran guru yang tidak merata untuk
tingkat SMA dan SMK tidak seberat yang
dihadapi guru-guru SD.
Ia menambahkan, sejak berlakunya

otonomi daerah, penataan dan redistribusi


guru menjadi tak mudah dilakukan. Sebagai contoh, guru dari Kabupaten Wonogiri
tidak bisa dengan mudah pindah ke Kabupaten Karanganyar, walaupun letaknya
berdekatan dan berada dalam satu wilayah
provinsi Jawa Tengah, katanya.
Akibat lebih lanjut dari distribusi
guru yang tidak merata adalah guru-guru
yang sudah lulus sertikasi akan kesulitan
memenuhi ketentuan minimal mengajar
24 jam tatap muka dalam semingu. Untuk mengatasi persoalan tersebut, maka
pemerintah mengeluarkan Peraturan
Bersama 5 Menteri.

TANGGUNG JAWAB PUSAT DAN


DAERAH
Peraturan ini secara rinci mengatur
kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota)
dalam penataan guru PNS. Pasal 3 secara
detail mengatur kewenangan pemerintah
pusat. Menteri Pendidikan Nasional (sekarang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan)
menetapkan kebijakan standardisasi teknis
dalam penataan dan pemerataan guru PNS

antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan


antarjenis pendidikan secara nasional (ayat
1). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
mengkoordinasikandan dan memfasilitasi
pemindahan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan untuk penataan dan pemerataan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang,
dan antarjenis pendidikan antarprovinsi,
antarkabupaten/kota pada provinsi yang
berbeda berdasarkan data pembanding
dari Badan Kepegawaian Negara (ayat 2).
Selanjutnya, Pasal 4 secara rinci mengatur kewenangan gubernur dan walikota.
Gubernur bertanggung jawab dan wajib
melakukan penataan dan pemerataan
guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah provinsi yang kelebihan
atau kekurangan guru PNS (ayat 1). Bupati/Walikota bertanggung jawab dan wajib
melakukan penataan dan pemerataan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang,
dan antarjenis pendidikan di satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota yang kelebihan dan
kekurangan guru PNS (ayat 2).
Gubernur mengkoordinasikan dan
memfasilitasi pemindahan guru PNS untuk penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya
sesuai dengan kewenangannya (ayat 3).
Bupati/Walikota mengkoordinasikan dan
memfasilitasi pemindahan guru PNS untuk penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya
sesuai dengan kewenangannya (ayat 4).
Gubernur mengkoordinasikan dan
memfasilitasi pemindahan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan sesuai dengan kebutuhan
dan kewenangannya untuk penataan dan
pemerataan antarkabupaten/kota dalam
satu wilayah provinsi (ayat 5).

PELAPORAN
Peraturan ini juga mengatur aspek
yang terkait dengan pelaporan, yang secara
gamblang dikemukakan dalam Pasal 8.
Bupati/Walikota membuat usulan perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan di wilayahnya dan

menyampaikannya kepada Gubernur paling


lambat bulan Februari tahun berjalan (ayat
1). Gubernur mengusulkan perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan perencanaan penataan dan pemerataan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang,
dan antarjenis pendidikan di wilayahnya kepada Menteri Pendidikan Nasional melalui
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP) dan Menteri Agama sesuai dengan
kewenangannya masing-masing paling
lambat bulan Maret tahun berjalan (ayat 2).
Bupati/Walikota membuat laporan
pelaksanaan penataan dan pemerataan
guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di
wilayahnya dan menyampaikannya kepada
Gubernur paling lambat bulan April tahun
berjalan (ayat 3). Gubernur melaporkan
pelaksanaan penataan dan pemerataan
guru PNS sebagimana dimaksud pada ayat
(3) kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama
sesuai dengan kewenangannya masingmasing paling lambat bulan Mei tahun
berjalan dan diteruskan ke Menteri Dalam
Negeri, Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,
dan Menteri Keuangan (ayat 4).
Berdasarkan laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS sebagimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4),
dan informasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (5), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melakukan evaluasi dan menetapkan
capaian penataan dan pemerataan guru
PNS secara nasional paling lambat bulan
Juli tahun berjalan (ayat 6).

PEMBERIAN SANKSI
Peraturan ini juga mengatur tentang
pemberian sanksi, yang diungkapkan
secara detail pada Pasal 9. Pada Pasal 9
ayat 1 ditegaskan, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan menghentikan sebagian atau
seluruh bantuan nansial fungsi pendidikan
dan memberikan rekomendasi kepada Kementerian terkait sesuai dengan kewenangannya untuk menjatuhkan sanksi kepada
Bupati/Walikota atau Gubernur yang tidak
melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan penataan dan pemerataan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang,
atau antarjenis pendidikan di daerahnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.

Penyebaran gr yang
tidak merata di tingkat
SMA/SMK tidak seberat
perasalahan distibusi
gr SD yang tidak
merata.
Surya Dharma, MPA, PhD

Pasal 9 ayat (2) menyatakan: Menteri


Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi atas dasar rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menunda pemberian formasi guru PNS
kepada pemerintah, pemerintah provinsi,
dan pemerintah kabupaten/kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Menteri Keuangan atas dasar rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat melakukan penundaan penyaluran dana perimbangan kepada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/
kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (ayat 3). Selanjutnya,
Menteri Dalam Negeri atas dasar rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberikan penilaian kinerja kurang baik
dalam penyelenggaraan urusan penataan
dan pemerataan guru PNS sesuai dengan
peraturan perundang-undangan (ayat 4).
Lahirnya PBM ini dimaksudkan sebagai upaya mengatasi distribusi guru PNS
yang tidak merata, yang merupakan salah
satu persoalan mendasar pendidikan di
Indonesia. Setelah regulasi dikeluarkan,
kini tinggal implementasinya, yang dipastikan tidak akan semudah membalik
telapak tangan. Tapi, upaya redistribusi
guru harus terus dilakukan untuk menjamin
terwujudnya pendidikan yang bermutu dan
berkeadilan.

SAIFUL ANAM

PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

13

ari data NUPTK 2011di Subdit


Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMA, Direktorat Pembinaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah (Dit.
PPTK Dikmen), bahwa jumlah guru SMA
secara nasional sebanyak 264.512 orang.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 247. 216
guru (93,46) sudah memiliki kualikasi akademik minimal S-1/D-4. Sedangkan guru
yang belum memenuhi S-1/D-4 sebanyak
17.296 orang (6,54%).
"Jika dibandingkan jenjang SMP dan
terlebih SD, jumlah guru SMA yang belum
S-1 atau D-4 jauh lebih sedikit. Tetapi,
sesuai amanat Undang- Undang Nomor 14
Tahun 2005 bahwa semua guru harus minimal berkualikasi S-1 atau D IV, maka tidak
bisa ditawar lagi, mereka yang belum S-1
atau D-4 harus segera memenuhinya," kata
Dra. Maria Widiani, MA, Kepala Subdit PTK
SMA, Dit. PPTK Dikmen.
Menurut penjelasan Maria, guru-guru
SMA yang belum S-1/D-4 tidak hanya didorong memenuhi kualikasi minimal hanya
dengan anjuran berupa retorika belaka.
Tetapi terdapat dukungan nyata yang diberikan melalui program Subsidi Bantuan
Studi. "Subsidi ini bentuk perhatian pemerintah, dan menjadi upaya percepatan
pemenuhan target, agar pada tahun 2015
tidak ada lagi guru yang belum S-1 atau
D-4, termasuk guru-guru SMA," lanjutnya.
Ditegaskan pula, bahwa tujuan Subsidi
Bantuan Studi di antaranya adalah untuk
memotivasi guru-guru SMA mempercepat
penyelesaian studi sampai memperoleh
ijasah S-1/ D IV. Juga untuk meningkatkan
kompetensi guru-guru SMA dalam pembelajaran, serta untuk mempercepat proses
peningkatan kualitas pendidikan melalui
peningkatan mutu guru.
Untuk tahun 2012, Dit. P2TK Dikmen
melalui Subdit P2TK SMA memasang kuota
458 orang calon penerima subsidi. Sasarannya adalah para guru SMA yang sedang
menempuh pendidikan jenjang S-1/ D IV,
baik melalui program reguler maupun Program Sarjana (S-1) Kependidikan bagi guru
dalam jabatan (Program SKGJ). Besaran
atau nilai nominal subsidi yang diberikan
adalah sebesar Rp 5.000.000 per orang per
tahun. Dana bersumber dari APBN tahun
anggaran 2012 yang dialokasikan pada DIPA
Dit. PPTK Dikmen.

14

BEASISWA PENINGKATAN KUALIFIKASI S-1/D-4

Menggelontor Subsidi
Bantuan Studi
MUKTI ALI
Maria mengatakan terdapat beberapa prinsip pemberian Subsidi Studi, meliputi: 1)
Bantuan bersifat terbuka untuk
semua guru SMA PNS maupun
non PNS yang sedang menepuh
pendidikan S-1/ D IV se-suai
persyaratan yang telah ditentukan; 2) Subsidi diberikan secara
langsung melalui transfer ke
rekening bank atas nama guru
bersangkutan/penerima; 3)
Program Studi yang dipilih
adalah program studi yang
sesuai dengan mata pelajaran
yang diampu dan terakreditasi
dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi; 4) Guru
penerima Subsidi Studi berkewajiban tetap melaksanakan
tugas belajar mengajar.
"Nah yang perlu diperhatikan adalah, bahwa guru
yang diberi subsidi adalah yang
kuliah pada Program Studi yang
sesuai dengan yang diampunya. Kemudian Program Studi
yang diambil harus terakreditasi, ini untuk menjamin kualitasnya. Selain itu, guru yang
bersangkutan tetap diwajibkan
menjalankan kewajibannya mengajar di
sekolahnya," Maria menerangkan.
Sedangkan beberapa kriteria bagi
calon penerima Subsidi Studi di antaranya
adalah terdaftar dan aktif mengikuti kuliah
pada Program Studi yang terakdreditasi
dari BAN PT, Program Studi yang dipilih
diutamakan relevan dengan mata pelajaran
yang diampunya. Selain itu guru bersangkutan berstatus sebagai guru tetap, baik
PNS maupun non PNS dan meliliki NUPTK.
Sehat jasmani dan rohani, tidak sedang
menerima beasiswa pendidikan untuk

Dra. Maria Widiani, M.A.

peningkatan kualikasi akademik dari APBN


atau APBD. "Juga tidak sedang menjalani
hukuman, baik disiplin kepegawaian,
pidana atau perdata, dan memperoleh
izin melanjutkan studi dari pihak yang berwenang, yakni kepala sekolah dan dinas
pendidikan serta Badan Kepegawaian Daerah setempat," ujar Maria.

MUKTI ALI

HARIAN JOGJA

ADVOKASI DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI GURU

Perlindungan Hukum
Bagi PTK

agi pendidik dan tenaga kependidikan, perlindungan hukum


merupakan hal yang sangat
penting. Adanya perlindungan
hukum, para PTK akan mampu
menjalankan profesinya dengan baik dan
nyaman. Kenyamanan ini dapat berdampak
pada peningkatan mutu proses dan hasil
pendidikan. "Ini menjadi semacam mata
rantai, bahwa kenyamanan menjalankan
profesi sangat diperlukan oleh setiap pendidik dan tenaga kependidikan. Jika itu
terwujud, guru akan mampu menjalankan
tugasnya dengan baik, demikian pula tenaga kependidikan," kata Dra. Maria Widiani,
MA, Kasubdit PTK SMA, Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidikan Menengah (Dit. PPTK Dikmen).
Untuk menjamin kenyamanan PTK
menjalankan tugasnya, terdapat perlindungan hukum yang diberikan kepadanya.
Hal itu tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 40 Ayat (1) butir
(d). Disebutkan bahwa Pendidik dan Tenaga
Kependidikan berhak memperoleh perlin-

dungan hukum dalam melaksanakan tugas


dan hak atas hasil kekayaan intelektual.
Ditegaskan pula oleh Maria, bahwa
Pasal 39 Undang-Undang Guru dan Dosen
pada dasarnya juga telah memberikan
landasan hukum mengenai perlindungan
hukum. Beberapa butir yang menegaskan
tentang hal tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, organisasi profesi, dan/atau
satuan pendidik wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam melaksanakan
tugas; 2) Perlindungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta
perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja; 3) Perlindungan hukum sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) mencakup perlindungan hukum terhadap tindak kekerasan,
ancaman, diskriminatif, intimidasi, atau
perlakuan tidak adil dari pihak peserta
didik, orang tua peserta didik, masyarakat,
birokrasi, atau pihak lain. 4) Perlindungan
profesi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) mencakup perlindungan terhadap pe-

mutusan hubungan kerja yang tidak sesuai


dengan peraturan perundang-undangan,
pemberian imbalan yang tidak wajar,
pembatasan dalam menyampaikan pandangan, pelecehan terhadap profesi dan
pembatasan atau larangan lain yang dapat
menghambat guru dalam melaksanakan
tugasnya. 5) Perlindungan keselamatan
dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup perlindungan
terhadap resiko gangguan keamanan kerja,
kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu
kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan
kerja, dan atau risiko lainnya.
Dari rumusan di atas dapat dikatakan,
bahwa yang dimaksud dengan perlindungan hukum adalah segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum, keadilan kenyamanan kerja bagi pendidik dan
tenaga kependidikan. "Tetapi pada kenyataannya, masih banyak pendidik dan tenaga
kependidikan kita yang belum memiliki
kesadaran tinggi dan belum memahami
secara komperehensif akan pentingnya perlindungan hukum bagi dirinya ketika menjalankan profesinya, juga belum tahu ke
mana ia akan mengadukan permasalahan
yang dihadapinya," ujar Maria. "Di sisi lain,
juga masih kurangnya bantuan hukum atau
advokasi bagi pendidik dan tenaga kependidikan dalam menghadapi masalah," Maria
menambahkan.
Untuk itulah, sosialisasi tentang perlindungan hukum bagi pendidik dan tenaga
kependidikan terus digalakkan. Tidak hanya
itu, pemerintah melalui Dit. PPTK Dikmen,
khususnya Subdit PTK SMA, telah mengalokasikan dana secara khusus dalam bentuk
blokgrant perlindungan hukum bagi pendidik dan tenaga kependidikan, yang berstatus PNS maupun non-PNS. "Tujuannya
adalah untuk memberikan konsultasi, menyelesaikan permasalahan hukum, meningkatkan kesadaran hukum serta meningkatkan rasa aman dan nyaman bagi PTK dalam
menjalankan tugasnya," ujar Maria.

MUKTI ALI

PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012 15

16

Kemitraan SMK

Pemerataan Mutu
melalui Kemitraan

SAIFUL ANAM

erkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)


dalam dunia usaha dan dunia
industri (DUDI) seringkali
berkembang lebih cepat daripada perkembangan IPTEK yang ada di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hal
ini menyebabkan adanya kesenjangan
kompetensi antara SMK dan DUDI. Demi
mengatasi permasalahan tersebut, Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Menengah,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud) mengadakan sebuah kerjasama dengan DUDI yang dilaksanakan
Mei lalu di Hotel Safari Garden Cisarua,
Bogor, Jawa Barat.
Menurut Drs. Prasetyo Triatmojo,
M.M., Kasubdit PTK SMK, kegiatan ini
bertujuan untuk menyamakan kompetensi yang ada di SMK dan DUDI. Salah satu
cara untuk mengatasi kesenjangan tersebut adalah dengan menugaskan seorang
guru bidang studi keahlian untuk magang
di sebuah industri, kata Prasetyo. Kegiatan inilah, katanya lagi, yang biasa
disebut dengan on the job training (OJT).
Atau sebaliknya, lanjut Prasetyo, sekolah
mendatangkan staf ahli dari DUDI untuk
memberikan bimbingan teknis pada guru-guru produktif di sekolah tanpa guru
tersebut meninggalkan sekolah yang bisa
disebut dengan in house training (IHT).
Prasetyo menambahkan, kedua
kegiatan ini bisa mengatasi kesenjangan
kompetensi yang ada antara DUDI dan
SMK. Selain itu, kegiatan ini juga akan
memberikan wawasan baru bagi guruguru SMK yang belum memiliki pengalaman di DUDI. Pada kenyatannya, masih
banyak guru SMK yang belum memiliki
pengalaman magang di DUDI, sehingga
kompetensi yang diajarkan juga belum
sesuai dengan kebutuhan kompetensi di
DUDI, terangnya.
Kegiatan kemitraan ini melibatkan
300 guru produktif yang berasal dari 60
SMK di 15 provinsi. Kelimabelas provinsi
tersebut meliputi Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung,
Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali,
NTB, NTT, Sulawesi Selatan, dan Papua
Barat.

Drs. Prasetyo Triatmojo, MM

Industri Berbasis SMK

Menurut Prasetyo, selain untuk


menyatukan persepsi antara DUDI dan
SMK, program tersebut juga merupakan
bentuk pemeratan guru SMK yang dilaksanakan dalam bentuk kerjasama dengan
DUDI. Program ini diharapkan dapat
memberi manfaat yang saling menguntungkan bagi kedua pihak. Pihak SMK
dapat meningkatkan kompetensi guru
agar mampu menyediakan lulusan yang
siap kerja dan industri juga dapat memperoleh tenaga kerja yang siap pakai.
Selain itu, dengan adanya program
pemerataan mutu keahlian guru SMK melalui kerjasama dengan DUDI ini diharapkan juga adanya proses alih teknologi
diantara keduanya, kata Prasetyo. Tidak
hanya alih teknologi saja, tetapi alih
teknologi juga dapat dipercepat sehingga
akan muncul industri-industri baru yang
berbasis SMK,.
Prasetyo menambahkan, SMK se-

bagai pendidikan kejuruan menengah


memiliki visi untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja, berjiwa wirausaha,
cerdas, kompetitif, dan memiliki jati diri
bangsa, serta mampu mengembangkan
keunggulan lokal dan dapat bersaing di
pasar global. Keberhasilan pendidikan
kejuruan, katanya, diukur berdasarkan
jumlah lulusan yang dapat bekerja di
DUDI ataupun berwirausaha mandiri.
Dengan adanya kerjasama ini, kita
berharap SMK dapat meluluskan siswasiswa unggul dan siap masuk dunia kerja,
sehingga mereka bisa memberikan kinerja terbaiknya di industri-industri yang
ada, ujarnya. Secara bertahap, industri SMK nantinya diharapkan mampu
mengembangkan usaha atau industri
berbagai bidang, seperti pembuatan suku
cadang, perakitan, pemasaran, dan pelayanan purna jual.

SAIF AL HADI

Bimbingan Teknis

Memacu Kompetensi
Pustakawan

Bimtek ini diikuti 200 TPS yang


berasal dari 6 provinsi, yaitu Jawa Barat,
DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Bali, dan NTB, kata Prasetyo. Materinya
mengenai kebijakan pembinaan PTK Dikmen; perpustakaan sebagai pusat sumber
belajar di sekolah; pengembangan koleksi; organisasi informasi terkait klasikasi,
tajuk subjek, dan katalogisasi bahan perpustakaan (buku dan koleksi elektronik);
layanan perpustakaan sekolah; promosi
perpustakaan sekolah; teknologi informasi perpustakan sekolah (perpustakaan
digital); manajemen perpustakan sekoah
dan rencana tindak lanjut; akreditasi
perpustakaan sekolah; dan, standar kualikasi, kompetensi, dan penilaian kinerja
kepala perpustakaan sekolah.

google.com

Kompetensi TPS

uku adalah jendela ilmu, dan


perpustakaan adalah tempat
dari jendela-jendela ilmu
itu. Namun, pernyaatan itu
berbanding terbalik dengan
kenyataan di lapangan. Kebanyakan
perpustakaan tampak sepi dan tidak menarik bagi pengunjung. Begitu juga nasib
perpustakaan sekolah. Padahal, perpustakaan memiliki peran sangat penting
bagi keberhasilan sekolah. Peran Tenaga
Perpustakaan Sekolah (TPS) sebagai
pengelola perpustakan menjadi penting
karena ia juga salah satu pendukung peningkatan mutu pendidikan.
Agar peran TPS bisa berjalan dengan
baik, Direktorat Pembinaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah (Dit. PPTK Dikmen), Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)
melaksanakan sejumlah bimbingan teknis
(bimtek) untuk TPS di seluruh Indonesia.
Drs. Prasetyo Triatmojo, M.M.,
Kepala Subdit PTK SMK, mengemukakan bahwa kegiatan bimtek telah ia

laksanakan bagi TPS SMK sebanyak dua


kali pada April lalu yang dilaksanakan di
Malang dan Solo. Kami melaksanakan
bimtek tersebut sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Pasal 39 ayat 1 mengenai
tugas tenaga kependidikan, katanya.
UU Sisdiknas menegaskan bahwa
tugas tenaga kependidikan adalah
melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan. Berdasarkan UU Sisdiknas itu, kata Prasetyo,
bimtek TPS SMK dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan peserta terkait
kebijakan pengembangan perpustakaan
sekolah; standar kualikasi dan kompetensi perpustakaan sekolah; keterampilan
mengelola perpustakaan sekolah; meningkatkan penghargaan terhadap profesi
perpustakaan sekolah sebagai orientasi kinerja TPS; dan menerapkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap sebagai TPS.

TPS sebagai pelaksana perperpustakaan sekolah tidak mudah menjalankan


peran strategisnya, kata Prasetyo. Sehingga diperlukan bimtek pembinaan
dan pengembangan kompetensi TPS
secara terus menerus. Sesuai Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25
Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/Madrasah, kompetensi PTS terdiri dari enam dimensi,
yakni manajerial, pengelolaan informasi,
kependidikan, kepribadian, sosial , dan
pengembangan profesi.
Kompetensi manajerial terkait
pelaksanaan kebijakan, perawatan
koleksi, dan pengelolaan anggaran dan
keuangan. Kompetensi pengelolaan informasi terkait pengembangan koleksi
perpustakaan sekolah/madrasah, pengorganisasian informasi, pemberian jasa dan
sumber informasi, penerapan teknologi
informasi dan komunikasi. Kompetensi
kependidikan terkait dengan wawasan
kependidikan, pengembangan keterampilan memanfaatkan informasi, promosi
perpustakan, dan pemberian bimbingan
literasi informasi.Kompetensi kepribadian
terkait integritas dan etos kerja yang
tinggi. Kompetensi sosial terkait pembangunan hubungan sosial dan komunikasi.
Kompetensi pengembangan profesi
terkait pengembangan ilmu, menghayati
etika profesi, dan membiasakan membaca.

SAIF AL HADI
PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012 17

Bimbingan Teknis Tenaga Administrasi SMK

Memenuhi Standar
Tenaga Administrasi

18

google.com

tandar pendidikan nasional


dipenuhi untuk menjamin
mutu pendidikan dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat.
Dalam rangka mendukung terpenuhinya
standar nasional tersebut diperlukannya
Tenaga administrasi sekolah yang bermutu
tinggi guna melayani kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, guru, siswa, dan stakeholder dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
Meningat akan pentingnya peran
tenaga administrasi dalam manajerial
sekolah, Direktorat Pembinaan Pendidik
dan Tenaga Kependidikan Pendidikan
Menengah menggelar bimbingan teknis
tenaga admisnistrasi untuk jenjang SMK
yang dilaksnakan di dua region, Padang
dan Bogor pada April lalu.
Dengan adanya bimtek ini, peserta
diharapkan memiliki kompetensi teknis
menurut Permendiknas Nomor 24 Tahun
2008 tentang Standar Tenaga Administrasi
Sekolah/Madrasah, kata Drs. Prasetyo
Triatmojo, M.M., Kasubdit PTK SMK. Ia
menambahkan, kompetensi tersebut
yaitu mampu melaksanakan administrasi:
kepegawaian; keuangan; sarana dan prasarana; hubungan sekolah dengan masyarakat; persuratan dan kearsipan; kesiswaan;
kurikulum; dan layanan khusus.
Kedelapan kompetensi tersebut, kata
Prasetyo, ditunjang pula oleh kemampuan tenaga administrasi sekolah dalam
memanfaatkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) untuk kelancaran pelaksanaan kedelapan administrasi sekolah
di atas. Selain itu, tenaga administrasi
sekolah juga dituntut untuk menggunakan
TIK dalam mendokumentasikan kedelapan
administrasi sekolah tersebut.

Bimtek ini sendiri, kata Prasetyo, diikuti oleh 200 orang tenaga administrasi
sekolah berasal dari 12 Provinsi, yaitu
Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi,
Riau, Bengkulu, Kalimantan Selatan, DKI
Jakarta, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta,
Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Adapun
materi yang disampaikan terkait kebijakan
karier tenaga administrasi SMK; administrasi kepegawaian; administrasi keuangan;
administrasi sarpras; administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat; administrasi persuratan dan kearsipan; administrasi kesiswaan; administrasi kurikulum;
administrasi layanan khusus; action plan
(rencana tindakan); pre test; dan post test.

Standar Tenaga Administrasi

Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan


Nasional Republik Indonesia Nomor 24
tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah, pasal pertama
ayat pertama menjelaskan bahwa standar
tenaga administrasi sekolah/madrasah
mencakup kepala tenaga administrasi,
pelaksana urusan, dan petugas layanan

khusus sekolah/madrasah. Pada ayat


kedua dijelaskan untuk dapat diangkat
sebagai tenaga administrasi sekolah/madrasah, seseorang wajib memenuhi standar tenaga administrasi sekolah/madrasah
yang berlaku secara nasional.
Pasal dua, penyelenggara sekolah/
madrasah dapat menetapkan perangkapan jabatan tenaga administrasi pada
sekolah/madrasah yang diselenggarakannya. Pasal tiga, penyelenggara sekolah/
madrasah wajib menerapkan standar
tenaga administrasi sekolah/madrasah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini, selambat-lambatnya lima tahun
setelah peraturan ini ditetapkan.
Adapun standar tenaga administrasi
tersebut terkait kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, kompetensi teknis, dan
kompetensi manajerial pada kepala tenaga
administrasi, pelaksana urusan, dan petugas layanan khusus sekolah/madrasah.

SAIF AL HADI

Bimtek PENGAWAS SEKOLAH PKLK

Bimtek Guru PENDIDIKAN KHUSUS

Memacu
Kompetensi
Pengawas PKLK

Mengurangi
Kesenjangan
Kompetensi

paya peningkatan mutu layanan pendidikan di satuan


pendidikan, tak lepas dari peran penting seorang pengawas sekolah. Ia harus mampu memberikan supervisi
akademik dan manajerial kepada kepala sekolah dan
guru agar dapat memberikan layanan yang semakin
berkualitas, tak terkecuali bagi Pendidikan Khusus dan Layanan
Khusus (PKLP). "Profesionalitas pengawas sekolah PKLK ini terus
kita genjot, agar kepala sekolah dan guru-gurunya dapat meningkatkan mutu layanannya. Hasil akhir yang kita harapkan tentu didapatkannya lulusan yang memiliki kompetensi dan keterampilan
yang memadai," kata Drs. Subahi Idris, MM, Kasubdit Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus, Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan
Menengah.
Salah satu upaya Subdit PTK PKLK adalah dengan menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi pengawas sekolah PKLK.
Subahi menjelaskan, bahwa tujuan umum dari Bimtek tersebuti
adalah untuk meningkatkan kompetensi pengawas sekolah. Meliputi
kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi manajerial, supervisi
akademik, penelitian dan pengembangan, evaluasi pendidikan, serta
kompetensi sosial. Sedangkan tujuan khususnya, agar pengawas
sekolah PKLK memiliki kemampuan menyusun, melaksanakan, dan
melaporkan program pengawasan, serta mengembangkan penelitian
tindakan. "Bimtek ini sangat penting dan sangat bermanfaat bagi
mereka, karena sebagian besar dari mereka memang masih minim
kemampuan, baik tugas kepengawasan dan terlebih membuat penelitian tindakan sekolah," kata Subahi. "Tetapi bukan berarti mereka
tidak mampu, kalau terus kita bimbing saya yakin mereka juga bisa
menjalankan tugasnya dengan maksimal dan bagus," lanjutnya.
Bimtek pengawas PKLK dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap
pertama diikuti pengawas sekolah PKLK dari 15 provinsi dan tahap
kedua diikuti pengawas sekolah dari 18 provinsi. Materi-Bimtek meliputi: kebijakan Direktorat Pembinaan PTK Dikmen berkaitan dengan
tugas pengawas, pembentukan karakter di sekolah, serta kebijakan
baru tentang PTK PKLK. Peserta juga melakukan praktik-praktik
peningkatan kompetensi pengawas sekolah. Antara lain menyusun
program rencana pengawasan akademik pendidikan khusus, menyusun program rencana pengawasan manajerial pendidikan khusus,
menyusun instrumen tugas kepengawasan, melakukan analisis hasil
pengawasan pendidikan khusus dan program tindak lanjut sekolah
binaan, membuat laporan hasil kepengawasan SMALB/SMKLB, membuat karya tulis ilmiah, serta memanfaatkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi bagi pengawas PKLK.

da banyak kompetensi yang harus dikuasai bagi


guru pendidikan khusus. Subdit Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus
(Subdit PTK PK-LK) menggelar bimbingan teknis peningkatan profesionalisme guru pendidikan khusus di
sejumlah bidang, yakni autis; orientasi dan mobilitas bagi anak
dengan ketunanetraan; bina komunikasi dan persepsi bunyi dan
irama untuk anak dengan ketunarunguan; bina diri untuk anak
dengan ketunagrahitaan; bina diri dan bina gerak untuk anak dengan ketunadaksaan.
Dalam pelaksanaannya, pendidikan bagi ABK (Anak BerkebutuSaat ini masih
han Khusus) tidak hanya dilakukan
terjadi kesenjangan
dalam setting segregasi tetapi
kompetensi gr
juga dalam setting inklusi, kata
ABK antara
Drs. Subahi Idris, M.M., Kasubdit
kompetensi yang
PTK PKLK. Pada setting segregasi,
diharapkan dengan
sekolah lebih mengkhususkan diri
kompetensi yang
pada anak autis dalam memberikan
dimiliki gr.
layanan pendidikannya, sedangkan
pada setting inklusi sekolah mengakomodasi berbagai jenis kebutuhan anak, termasuk di dalamnya
anak autis.
Persoalan pokok dalam pendidikan inklusif, kata Subahi,
adalah Hak Asasi Manusia (HAM) dalam pendidikan seperti yang
dinyatakan dalam deklarasi universal tentang hak asasi manusia.
Hal yang lebih khusus dan sangat penting adalah hak anak untuk
tidak didiskriminasikan yang dinyatakan dalam Konvensi Hak-Hak
Anak . Sebagai konsekuensi logis dari hak-hak anak ini adalah
bahwa semua anak mempunyai hak yang sama untuk menerima
pendidikan yang ramah serta tidak diskriminatif dalam hal kecacatan, kelompok etnik, agama, bahasa, jenis kelamin, kemampuan dan sebagainya, kata Subahi.
Selain itu, persoalan utama yang juga dihadapi saat ini terkait kompetensi guru. Menurutnya, kompetensi guru ABK saat ini
masih terjadi kesenjangan antara kompetensi yang diharapkan
dengan kompetensi yang dimiliki guru saat ini. Dengan demikian,
mengindikasikan perlunya untuk meningkatkan kemampuan guru
(professional eort) secara terus menerus.

SAIF AL HADI

MUKTI ALI
PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012 19

Bimtek Guru PLB Bidang Autis

Bimtek Mata Pelajaran Kekhususan

Mendongkrak
Kompetensi
Guru Bidang Autis

Meningkatkan
Mutu Guru
Mata Pelajaran Khusus

endidikan bagi anak


autis mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah.
Hal ini terbukti dari
adanya rencana pemerintah
untuk mendirikan sentra-sentra
pendidikan bagi anak autis di
beberapa kota di Indonesia.
Tentunya keberadaan sentra
auitis itu membutuhkan guruguru berkompeten bidang autis.
Subdit Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Khusus
dan Layanan Khusus (Subdit PTK
PK-LK) merencanakan sejumlah
kegiatan peningkatan kemampuan guru. satu di antaranya
bimbingan teknis (bimtek) untuk
Drs. Subahi Idris, MM
guru bidang autis.
Peningkatan kemampuan guru idealnya mengakomodasi
semua guru bidang kekhususan, namun pada kesempatan ini lebih
fokus pada peningkatan kemampuan guru bidang autis, kata Drs.
Subahi Idris, M.M., Kasubdit PTK PK-LK . Atas dasar pemikiran itulah Subdit PTK PK-LK akan menyelenggarakan bimtek peningkatan
kemampuan guru bidang autis,.
Kegiatan ini, kata Subahi, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru bidang autis pada jenjang SMALB/MALB/SMKLB
khusus anak autis dan jenjang SMA/MA/SMK penyelenggara
program inklusi yang menjadi peserta dalam kegiatan tersebut.
Materi bimtek peningkatan kemampuan guru bidang autis meliputi kebijakan direktorat, konsep dasar anak autis, identikasi dan
asesmen, media pembelajaran, model dan strategi pembelajaran,
lingkungan belajar, prinsip-prinsip dan evaluasi pembelajaran, serta
uji kemampuan.
Adapun para peserta dalam bimtek ini, lanjutnya, lebih diutamakan pada guru yang memiliki pengalaman mengajar minimal
3 tahun atau usia maksimum 50 tahun yang dibuktikan dengan
foto kopi SK CPNS atau SK Yayasan. Selain itu juga belum pernah
mengikuti program bimtek peningkatan kompetensi profesional
guru serupa yang dibiayai pemerintah dan dinyatakan dalam data
identitas pribadi yang diketahui oleh kepala sekolah.

SAIF AL HADI
20

MUKTI ALI

egiatan penting untuk peningkatan


mutu guru pendidikan khusus yang
akan digelar Subdit Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Pendidikan
Khusus dan Layanan Khusus (Subdit
PTK PK-LK), Direktorat Pembinaan Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah bimbingan teknis
peningkatan profesionalisme guru PK-LK pengampu mata pelajaran kekhususan.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kompetensi profesional guru
PK-LK pengampu mata pelajaran kekhususan
anak dengan ketunanetraan, ketunarunguan,
ketunagrahitaan, dan ketunadaksaan, terang
Drs. Subahi Idris, M.M., Kasubdit PTK PK-LK.
Kegiatan ini, lanjutnya, akan akan dilaksanakan
selama empat hari dan diikuti 50 guru PK-LK
pengampu mata pelajaran kekhususan tersebut pada jenjang
SMALB/MALB/SMKLB A/B/C/D dan 50 guru jenjang SMA/MA/
SMK penyelenggara program inklusi sebanyak 50 orang.
Subahi menambahkan, keberhasilan ABK dalam mengikuti
pendidikan tidak terlepas dari faktor guru. Hal ini sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Pasal 1 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pasal 7 juga menjelaskan bahwa profesi guru
merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan
prinsip, antara lain memiliki kualikasi akademik dan latar belakang
pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya.
Dengan demikian, diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru. Peningkatan profesionalisme
guru idealnya mengakomodasi semua guru mata pelajaran, kata
Subahi. Namun, pada awal kegiatan bimtek, Subdit PTK PK-LK lebih
memfokuskan pada empat bidang kekhususan yaitu orientasi dan
mobilitas bagi anak dengan ketunanetraan; bina komunikasi dan
persepsi bunyi dan irama untuk anak dengan ketunarunguan; bina
diri untuk anak dengan ketunagrahitaan; serta bina diri dan bina
gerak untuk anak dengan ketunadaksaan.

SAIF AL HADI

WORKSHOP KEcakapan HIDUP

PROGRAM PEMERATAAN MUTU

Mengais Mutu
dari Sekolah Maju

Mengasah
Kecakapan Hidup

ntuk meningkatkan kecakapan hidup atau keterampilan


(life skill) bagi guru PKLK, Subdit PTK PKLK Dit. P2TK Dikmen membuat program kemitraan antara SMLB/SMKLB/
MALB dengan lembaga penyelenggara keterampilan. Tujuan program tersebut adalah untuk meningkatkan keterampilan kecakapan hidup guru PKLK dalam mempersiapkan peserta
didik agar memiliki kemampuan, kesanggupan dan keterampilan
yang diperlukan dalam menjaga kelangsungan hidup dan mengembangkan dirinya, sehingga mampu mengatasi berbagai permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari. "Anak-anak di sekolah luar biasa itu
sangat membutuhkan keterampilan, agar setelah ia lulus punya bekal
kesiapan kerja. Maka guru-gurunya juga dituntut mempunyai bekal
keterampilan," terang Drs. Subahi Idris, MM, Kasudbit PTK PKLK,
Direktorat PPTK Dikmen.
Program ini dilaksanakan oleh sekolah pengusul dan lembaga
keterampilan yang memenuhi persyaratan dan telah ditetapkan oleh
Direktorat PPTK Dikmen. Program dilaksanakan melalui pemberian
dana hibah yang akan digunakan untuk pelaksanaan peningkatan
keterampilan kecakapan hidup guru PKLK dengan lembaga keterampilan. Besaran dana hibah akan diberikan sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan kegiatan yang diusulkan sekolah melalui pengajuan
proposal. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan guru PKLK dalam keterampilan kecakapan hidup, mampu menyusun dan melaksanakan rencana kerja
(action plan) dengan lembaga keterampilan.
Secara garis besar, kata Subahi, substansi program meliputi
sistem peningkatan keterampilan kecakapan hidup, khususnya kecakapan vokasional yang dibutuhkan siswa berkebutuhan khusus
sesuai dengan kemampuannya. Peserta program berasal dari sekolah
yang telah memiliki atau sedang merencanakan peningkatan kompetensi guru dalam keterampilan kecakapan hidup. Penetapan peserta
diperlukan untuk menjamin keterlaksanaan program sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Sedangkan untuk lembaga keterampilan
yang dibolehkan menjalin mitra harus memenuhi persyaratan tertentu sesuai yang telah ditetapkan Dit. Pembinaan PTK Dikmen.
Untuk mengetahui hasil yang dicapai dalam pelaksanaan program, dilakukan workshop pelaporan hasil program. Kegiatan ini
dilaksanakan untuk mempertemukan peserta program dan melaporkan hasil yang telah dicapai selama pelaksanaan program, termasuk
pelaporan tentang pemanfaatan dana hibah. Selain itu, ada pula
program tindak lanjut yang dilakukan sesuai rekomendasi dari hasil
analisis kegiatan yang telah dilakukan. "Pola kegiatannya diselenggarakan dalam waktu tertentu melalui tahapan-tahapan," ujar Subahi.

atu lagi upaya peningkatan mutu Pendidik dan Tenaga


Kependidikan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PTK
PKLK) adalah program Pemerataan Mutu. Program tersebut
diadopsi dari Program Kemitraan Kepala Sekolah. Program
ini diluncurkan pertama kali pada tahun 2004, yang merupakan kerjasama Direktorat Tenaga Kependidikan dengan Kementerian
Negara Pembangunan Daerah Tertinggal. Tujuan kemitraan untuk mengurangi kesenjangan mutu pendidikan antara sekolah maju dan sekolah tertinggal. "Program tersebut diperluas, dan pada tahun 2011 lalu
Subdit PTK PKLK melaksanakan kembali kemitraan kepala sekolah melalui program yang dinamakan Pemerataan Mutu PTK PKLK Pendidikan
Menengah," kata Drs. Subahi Idris, MM, Kasubdit PTK PKLK, Direktorat
Pembinaan PTK Dikmen.
Program Pemerataan Mutu PTK PKLK, kata Subahi, didesain secara
sistematis untuk meningkatkan mutu sekolah menengah luar biasa
(SMALB/SMKLB) dengan fokus utama pada perbaikan proses pembelajaran, manajemen sekolah, dan pemberdayaan masyarakat. Urgensi
program selain untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pemerataan
mutu juga untuk meningkatkan esiensi pembiayaan peningkatan
mutu sekolah. "Karena upaya-upaya peningkatkan mutu tidak harus disentralkan di suatu tempat. Proses pemerataan mutu dilakukan dengan
mengimbaskan keunggulan-keunggulan suatu sekolah pada sekolah
sekitar yang belum maju," ujar Subahi. " Program ini juga menekankan
pada paningkatan mutu manajemen pembelajaran di tiap sekolah."
Peserta program meliputi kepala sekolah pengimbas dan sekolah
imbas. Kepala sekolah pengimbas yakni kepala SMALB/SMKLB yang
maju dan sekolahnya memiliki keunggulan-keunggulan. Kepala sekolah
imbas yakni kepala SMLB/SMKLB dari sekolah yang belum maju dan
perlu peningkatan mutu. "Proses pengimbasan disesuaikan dengan
jenis kekhususan sekolah tersebut, misal SMLB B daerah maju bermitra
dengan SMLB B daerah tertinggal," jelas Subahi.
Rangkaian kegiatan meliputi: 1) Mempertemukan kepala sekolah
pengimbas dan sekolah imbas untuk bersama-sama mengikuti workshop dan menyususn rencana On The Job Learning (OJL) atau benchmarking; 2) Benchmarking selama tujuh hari di sekolah pengimbas; 3)
Workshop penyusunan rencana tindakan (action plan) di mana sekolah
imbas membawa laporan hasil OJL; 4) Impelementasi rencana tindak
di sekolah imbas; 5) Seminar hasil dan evaluasi. "Selama OJL, kepala
sekolah imbas bisa melihat dan mempelajari keunggulan-keunggulan
di sekolah pengimbas, mereka diarahkan untuk menemukan gagasangagasan penerapan sesuai dengan kondisi sekolah yang dikelolanya.
Kemudian untuk pelaksanaan di sekolah oleh kepala sekolah imbas,
kami menyediakan blockgrant selama tiga bulan," kata Subahi. "Sangat
diyakini program ini bisa memeratakan mutu layanan pendidikan khususnya di sekolah-sekolah imbas," ujar Subahi.

MUKTI ALI

MUKTI ALI

PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012 21

SMA Negeri 1 Purbalingga

Saling sapa antarwarga


SMA Negeri 1 Purbalingga,
bagian dari program 10 S

anesha rupanya bukan


cuma monopoli Institut
Teknologi Bandung sebagai logo kebanggaan
kampus ternama itu. Sosok Dewa Ilmu Pengetahuan yang diwujudkan melalui gajah bersila bertangan
empat itu juga menjadi simbol kebanggaan SMA Negeri 1 Purbalingga. Label
Ganesha pun melekat kala siswa hingga
alumni SMAN 1 Purbalingga menyebutnya SMANSA GANESHA. Di kegiatan
Pramuka pun beken nama ambalan Ganesha. Lambang Dewa Ganesha itu menjadi
pemantik semangat siswa SMAN 1 Purbalingga agar berlomba-lomba menguasai ilmu pengetahuan untuk kemajuan
bangsa dan negara.
Iklim mencintai ilmu pengetahuan
juga didengungkan melalui satu di antara
10 ciri khas SMAN 1 Purbalingga, yakni
semboyan 10 S. Kepanjangan 10 S ini biasa dipilah ke dalam 5S pertama, yakni
Sehat, Senyum, Salam, Salaman, dan
Sapa. Kemudian 5 S kedua adalah Siap,
Siasat, Sahih, Sains dan Sosial. Semboyan
22

YANG TERBAIK DARI


GANESHA PURBALINGGA
10 S menjadi salah satu unggulan sekolah
dalam rangka pembentukan pendidikan
karakter. Pemandangan harian di sekolah
pun sudah hal biasa menyaksikan siswa
saling menyapa, bersalaman, juga dengan
senyum.
Semangat dari 5S kedua juga tercermin dari keseharian siswa dalam pembelajaran. Misalnya makna dari siap dan siasat.
Setiap siswa mendapat pemahaman bahwa untuk meraih prestasi yang memuaskan harus siap kapan pun dalam belajar,
ulangan harian atau ujian sekolah.
Sedangkan siasat bermakna strategi
setiap siswa disesuaikan karakter masingmasing dalam meraih prestasi. Misalnya
siswa dengan tipe audio, maka ia harus
duduk di depan agar pendengarannya lebih bagus dalam menyerap pemelajaran.
Pengurus OSIS yang punya kesibukan
lebih juga harus pandai mengatur strategi
dalam belajar, kata Tulus Kiswidagda,
M.Pd, guru yang juga dipercaya menjadi
Kepala Bagian Humas SMAN 1 Purbalingga.

DIPO HANDOKO

Tampak depan sekolah dengan


hamparan lapangan seluas 5000 m2

Tulus Kiswidagda, M.Pd.

LAHAN SANGAT LUAS


Bagi yang belum pernah menyambangi SMAN 1 Purbalingga bisa jadi dibuat
capek saat menyusuri semua sudut sekolah. Pasalnya, sekolah yang beralamat di

ADA CASPER & GAZEBOO


Penambahan 6 unit kelas baru untuk
memenuhi animo masyarakat yang setiap
tahun ajaran baru membludak jumlahnya.
SMAN 1 Purbalingga memang sudah lama
menjadi sekolah unggulan dan favorit di
sana. Kegiatan pembelajaran dengan 10
rombongan belajar di setiap tingkatan
itu baru dimulai tahun ajaran 2009/2010.
Kebanggaan siswa kelas baru, khususnya di kelas X-10, sampai-sampai mereka

Kegiatan siswa di bidang


sains, salah satu unggulan sekolah (atas)
Memupuk jiwa sosial,
adalah salah satu ciri
khas kegiatan pembentukan karakter (bawah)

Yang jelas, berdasarkan hitungan Rencana


Anggaran
Belanja
Sekolah (RABS), dibagi
jumlah siswa, maka
disepakati jumlah at
sumbangan, yang tahun ini sebesar Rp
2.250.000. Ada yang
sanggup
membayar
lebih dari itu. Namun
ada juga yang sampai
kelas tiga juga belum
lunas, kata Tulus.
SMAN 1 PURBALINGGA

Jalan MT Haryono, Purbalingga ini memiliki lahan yang amat luas. Di bagian depan
sekolah terhampar lapangan seluas sekitar dari 5.000 m2. Dari pagar depan sekolah menuju bangunan terdepan saja tak
kurang berjarak 30-an meter.
Lahan SMAN 1 Purbalingga memang
belum lama mendapat hibah tanah dari
pemerintah Kabupaten Purbalingga.
Awalnya luas lahan sekolah sekitar 20.000
m2, termasuk lapangan rumput di bagian
depan sekolah. Tanah hibah yang berada
di samping kiri sekolah hingga memanjang
ke belakang, luasnya kurang lebih 15.000
m2. Bisa dibayangkan sejauh apa langkah
kaki harian para guru dan siswa, terutama
saat pembelajaran moving class yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2007.
Tambahan lahan hibah itu dimanfaatkan untuk membangun 6 unit kelas baru
yang menelan anggaran pembangunan
sekitar Rp 600 juta. Total daya tampung
sekolah kini 30 rombongan belajar. Tahun ajaran 2011/2012 ini jumlah siswanya
sebanyak 1043 orang. Mereka diasuh 65
guru, 8 di antaranya guru tidak tetap.
Latar belakang pendidikan hampir seluruhnya S-1, hanya ada satu guru berpendidikan D-3. Guru bertitel S-2 hanya 3 orang.
Ada 12 orang guru yang tengah merampungkan pendidikan S-2. Kepala SMAN
1 Purbalingga dipercayakan kepada Drs.
Akhmad Khotib, M.Pd sejak tahun 2008
lalu.
Lahan luas itu menjadi berkah bagi
sekolah untuk menggelar tak kurang dari
23 kegiatan ekstra kurikuler. Dari yang tidak memberlukan lahan luas seperti Pembinaan Amaliyah Islam, PKS, biola, Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), hingga aneka
kegiatan yang membutuhkan lapangan
luas, seperti Pramuka, Paskibra, basket,
tenis lapangan, Ganesha Football Club,
hingga panahan.

menyebut angkatan pertama kelas X-10


adalah Cassper, kepanjangan dari Community Anak Sepuluh Sepuluh Pertama.
Setelah Cassper, kelas X-10 tahun ajaran
2010/2011 menamakan diri GazeboO singkatan dari Ganesha Zepuluh Bontoot.
Meski berstatus Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI), kata Tulus,
sekolah tak melupakan siswa kalangan
miskin yang memang cerdas. Setiap tahun kami usahakan sekitar 20% siswa dari
kalangan kurang mampu, kadang malah
lebih, kata Tulus, yang pernah menjabat
Kepala Indonesia Moskow (2004-2007).
Siswa dari kalangan kurang mampu ini
bisa mendapatkan bantuan beasiswa, bisa
diambilkan dari beasiswa siswa miskin,
beasiswa Komite Sekolah, atau beasiswa alumni. Sehingga SPP Rp 200.000/
bulan tidak menjadi beban. Begitu juga
kesanggupan orangtua siswa memberikan sumbangan bagi pengembangan
sekolah. Kebijakan sekolah, menyerahkan mekanisme pembayaran sumbangan
disesuaikan kesanggupan orangtua siswa.

SUJANMO MOSIK
ARUMING PUTRO
Tak banyak sekolah yang memiliki
surya sengkala, atau
kalimat penanda yang
memiliki makna tahun pendirian. SMAN 1 Purbalingga yang
didirikan tanggal 12 Oktober 1961, adalah
salah satu sekolah yang memiliki surya
sengkala, yakni Sujanmo Mosik Aruming
Putro. Makna per kata adalah: sujanmo
(manusia), mosik (rasa ingat, bergerak,
dan berjuang, aruming (harum), putro
(anak).
Pendirian sekolah memang penuh
perjuangan melibatkan warga masyarakat, yang merintisnya sejak tahun 1955.
Awalnya menumpang di SDN IV Purbalingga dengan guru sukarela dari SMA
Negeri 2 Purwokerto dan guru senior SMP
Negeri 1 Purbalingga. Makna surya sengkala SMAN 1 Purbalingga setidaknya
masih terjaga hingga 51 tahun ini sekolah
masih harum oleh prestasi siswa dan para
guru. Yang gres tentu saja prestasi yang
diraih Ruswanto, S.Pd, guru biologi yang
meraih Juara II Lomba Keberhasilan Guru
dalam Pembelajaran 2011 dan Juara III
Lomba Kreativitas Ilmiah Guru 2011.

DIPO HANDOKO (Purbalingga)


PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

23

YANG TERUNGGUL
DI PONTIANAK
Menjadi salah sat sekolah favorit di Kabupaten Pontianak, tapi tidak
memungt biaya pendidikan yang tinggi. Biaya pendidikan diusahakan
terjangkau masyarakat tapi bisa menyelenggarakan pembelajaran beraraf
interasional.

egitu mendengar nama


sekolah berstatus Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), yang
melekat dalam pikiran
adalah sekolah mewah, bertarif mahal,
dan siswanya untuk kalangan berduit.
Pendapat itu tidak 100% benar. Paling tidak, jika menengok Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Negeri 1 Mempawah Hilir,
RSBI di Kabupaten Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat.
Sekolah yang dipimpin Drs. Abdul
Fattah, MM.Pd ini, tergolong favorit di Kabupaten Pontianak. Fasilitasnya lengkap,
guru-gurunya berkualitas, dan bangunan
sekolahnya bagus. Namun, bukan berarti
dengan berbagai kelebihannya itu, sekolah ini memasang tarif mahal bagi para

24

calon siswanya. Terbukti banyak siswa


dari keluarga yang kurang mampu bisa
bersekolah di sana.
Lebih dari 20% siswa kami berasal
dari keluarga yang tidak mampu secara
ekonomi, kata Abdul Fattah. Jumlah itu,
lanjutnya, sudah sesuai dengan ketentuan
dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bahwa RSBI harus bisa menampung minimal 20% siswa dari kalangan
kurang mampu.
SMK Negeri 1 Mempawah Hilir memiliki komitmen untuk memberikan pendidikan berkualitas namun dengan biaya
pendidikan yang terjangkau masyarakat
kebanyakan. SMKN 1 Mempawah Hilir
memiliki empat jurusan, yakni Akuntansi,
Pemasaran, Perkantoran, dan Multimedia.
Fasilitasnya sudah memadai, seperti labo-

SAIF AL HADI

SMK Negeri 1 Mempawah Hilir, Pontianak, Kalimantan Barat

Abdul Fattah, M.MPd.

ratorium perkantoran, komplit dengan


perlengkapan perkantoran sebagaimana
kantor sebenarnya.
Di laboratorium perkantoran itu ada
meja lobi dan perlengkapan administrasi,
kata Fattah. Selain itu, setiap laboratorium juga dilengkapi dengan komputer
sebagai penunjang, tambah Magister
Manajemen Pendidikan lulusan Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Malang, Jawa Timur,
itu. Namun, Fattah juga menyadari bahwa
fasilitas tersebut tentulah masih belum selengkap sekolah-sekolah RSBI yang ada di
Jakarta atau kota-kota besar lain di Jawa.
Oleh karena itu, ia terus berusaha untuk
memperbaiki segala kekurangan guna
mencapai RSBI yang berkualitas.
Fattah yang belum genap dua tahun
menjabat kepala SMKN 1 Mempawah
Hilir sedang berusaha mencari bantuan
dana untuk penambahan fasilitas pembelajaran. Dana tersebut, katanya, bisa didapat melalui komite sekolah, wali siswa,
dan pemerintah, baik pemerintah kota,
provinsi, maupun pemerintah pusat.

MENJADI RSBI
Sebenarnya, status RSBI yang diperoleh tahun 2008 itu bukan permohonan
dari SMKN 1 Mempawah Hilir. Kami tidak mengajukan permohonan menjadi
RSBI, tapi pemerintah yang menunjuk
kami, kata Abdul Fattah, yang pada saat
itu menjabat wakil kepala sekolah bidang
sarana-prasarana (2007-2010).
Menurut penjelasan Fattah, kala itu
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
menginginkan ada SMK berkualitas internasional. Maka ditunjuklah empat sekolah
mengikuti proses verikasi RSBI, yakni:
SMKN 3 Pontianak, SMKN 4 Pontianak,
SMKN 1 Singkawang, dan SMKN 1 Mempawah Hilir. Dengan administrasi, kondisi
sik, dan prasarana yang lengkap, SMK
Negeri 1 Mempawah Hilir akhirnya lolos
verikasi menjadi RSBI.
Pada 2010, Abdul Fattah dipromosikan memimpin SMKN 1 Mempawah Hilir.
Ia sukses menyisihkan dua calon kepala
sekolah yang mengikuti seleksi. Fattah
menjadi kepala sekolah berbekal pengalaman cukup. Sejak mengajar di SMKN 1
Mempawah Hilir, tahun 1994, ia dikenal
banyak berperan dalam peningkatan kualitas mutu pendidikan di sekolah itu.
Fattah juga dikenal sebagai sosok
yang ulet, pekerja keras, dan punya komitmen tinggi memajukan sekolah. Fattah
lulus S-1 Pendidikan Ekonomi Perusahaan
dari Universitas Tanjungpura pada 1988.
Ia pernah bekerja di luar dunia pendidikan,
yakni PT Tanah Sakti, perusahaan yang
bergerak di bisnis pollywood (1988-1990).
Kali pertama menjadi guru dijalani
Fattah sebagai guru honorer di SMA Ampera Jungkap, Kabupaten Pontianak,
hingga 1994. Ia kemudian lolos tes Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun 1994
dan ditempatkan di SMKN 1 Mempawah
Hilir.

kulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


sebagai kurikulum nasional dan diimbangi
dengan kurikulum internasional. Pihak
sekolah diberi kebebasan menentukan
kurikulum internasional mana yang akan
digunakan.
Sampai saat ini, kata Abdul Fattah,
SMK Negeri 1 Mempawah Hilir masih belum menemukan kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan sekolahnya. Menurut Fattah, pihaknya masih sedang terus
melakukan penjajakan. Ia sudah melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah internasional yang ada di Jakarta untuk studi
banding, dan melakukan kajian kurikulum.
Dari segi program dan metode pembelajaran, kami sudah mengadopsinya dari
sekolah yang ada di negara-negara maju,
ujar Fattah.
Permasalahan lain yang masih menjadi tantangan bagi Fattah adalah meningkatkan disiplin dan profesionalitas warga
sekolahnya. Ia sadar bahwa sekolahnya
merupakan model bagi sekolah-sekolah
lain di Kabupaten Pontianak khususnya,
dan umumnya di Kalimantan Barat. Dengan menjadi model, tentu sistem pengelolaan sekolah kami harus lebih baik, tidak
lagi seperti dulu sebelum menjadi RSBI,
tegas Fattah.

DISERBU PENDAFTAR
Sebagai sekolah favorit, SMKN 1
Mempawah Hilir tentu diserbu para calon
siswa setiap tahunnya. Pada penerimaan
siswa tahun ajaran 2011-2012, sekolah ini
menyediakan kuota penerimaan siswa sebanyak 256 orang yang terbagi ke dalam

delapan kelas dan empat jurusan. Setiap


kelas akan diisi 32 siswa. Ini merupakan
standar nasional pendidikan untuk kuota
siswa yang diperkenankan bagi RSBI,
kata Fattah.
Tentu kuota itu diterapkan untuk menyeleksi jumlah pendaftar yang sangat
banyak. Seluruh pendaftar akan disaring
melalui proses seleksi ujian tulis. Persentase kelulusan dalam seleksi ini adalah
50% diperoleh dari hasil ujian, dan 50%
dari nilai ujian nasional SMP, ujar Fattah.
Selain karena kualitas SMKN 1 Mempawah Hilir yang memang oke, banyaknya
pendaftar ini juga disebabkan oleh murahnya biaya pendidikan. Pembayaran
uang pangkal di SMKN 1 Mempawah Hilir
hanya Rp 1,5 juta, dan SPP Rp 50.000 per
bulan. Angka itu terbilang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan biaya pendidikan di RSBI yang ada di kota-kota besar. Biaya itu, kata Fattah, disamaratakan
untuk semua siswa. Tapi bagi siswa yang
kurang mampu, pembayarannya bisa
dicicil. Selain bisa mencicil uang pangkal,
siswa-siswa dari keluarga tidak mampu
juga dapat memperoleh beasiswa dari
sekolah, asal berprestasi.
Menurut Abdul Fattah, penentuan
biaya-biaya pendidikan di SMKN 1 Mempawah Hilir ditentukan dalam rapat, dengan penuh pertimbangan. Kami ingin,
dengan biaya itu masyarakat tidak merasa
berat, tapi kami juga bisa melakukan pembelajaran bertaraf internasional, kata
Fattah, menutup penjelasannya.

SAIF AL HADI

MENENTUKAN KURIKULUM
SMKN 1 MEMPAWAH HILIR

Kini sebagai kepala sekolah, Abdul Fattah bertekad untuk meneruskan


perjuangan kepala sekolah sebelumnya
dalam memajukan sekolahnya. Banyak
tantangan yang dihadapinya. Salah satunya adalah penentuan kurikulum internasonal yang akan digunakan di sekolahnya.
Sebagaimana yang dipersyaratkan,
sekolah RSBI harus menggunakan Kuri-

PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

25

Sofyan Zaibaski, S.Pd., M.Pd.,


Juara I LKG 2011 Kategori SMA Nonsains

Media Pembelajaran
LEWAT VIDEO

VIDEO MENULIS PUISI


Sofyan Zaibaski mengembangkan
sebuah video pembelajaran menulis
kreatif puisi yang berbasis kearifan
lokal. Tema ini, menurut Sofyan, sesuai
dengan paradigma baru dalam pendidikan
dan pembelajaran di Indonesia, yaitu
pembelajaran konstruktivisme. Menurut
dia, video pembelajaran memang sudah

26

DOK. SOFYAN ZAIBASKI

ofyan Zaibaski, S.Pd, M.Pd,


guru Sekolah Menengah
Atas Negeri (SMAN) 2 Kota
Jambi, Provinsi Jambi, mengaku bangga bisa menjadi
Juara I pada Lomba Keberhasilan Guru
(LKG) dalam pembelajaran 2011. Pada
ajang yang digelar Pusat Pengembangan
Profesi Pendidik, Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pendidikan dan
Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, itu Sofyan mengirimkan karya
ilmiah bertema produksi media pembelajaran yang memanfaatkan teknologi
video. Media pembelajaran yang saya
buat lumayan mahal, ujar guru Bahasa
Indonesia itu.
Tentu saja tak semua guru bisa membuat
produk pengembangan video seperti yang
dilakukan Sofyan. Mulai dari perencanaan,
proses produksi, sampai validasi ahli, dan uji
coba lapangan, semuanya membutuhkan
biaya yang tinggi, ujar Sofyan, yang sedang
menempuh pendidikan S-3 Pendidikan
Bahasa Indonesia di Universitas Negeri
Jakarta (UNJ) itu. Namun, dengan niat
untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
dan membuat pembelajaran lebih mudah
diterima siswa, bagi Sofyan, dana yang
dikeluarkannya bukanlah suatu kerugian.

Mengembangkan video
pembelajaran menulis kreatif puisi
berbasis kearifan lokal. Temanya
sesuai dengan paradiga
bar dalam pendidikan dan
pembelajaran di Indonesia, yait
pembelajaran konstktivisme.

cukup banyak dan bervariasi. Tetapi, video


pembelajaran yang mengangkat tema atau
berbasis kearifan lokal tidaklah banyak.
Setiap daerah memiliki keistimewaan
sendiri-sendiri, ujar Sofyan. Atas
dasar itulah, saya berpikir bagaimana
membuat siswa menjadi lebih mudah
dalam memperoleh pengalaman
bersastra, terutama menulis puisi dengan
bantuan video yang menayangkan objek
kedaerahan, paparnya. Video tersebut ia
produksi sendiri dengan melibatkan teman
sejawat dan para siswanya.
Karya tulis yang dibawa Sofyan ke
ajang LKG adalah hasil Penelitian dan
Pengembangan (Research & Development)
atau yang banyak dikenal dengan sebutan
R & D. Menurut Sofyan, penelitian
pengembangan nampaknya menjadi
hal baru yang belum banyak dikenal di
kalangan para guru. Hal ini terbukti dari 10
peserta lomba tingkat SMA, ada 8 naskah
yang berupa Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), 1 naskah Penelitian Kualitataif, dan
hanya 1 naskah Penelitian Pengembangan.
R & D, kata Sofyan, merupakan karya
ilmiah yang terdiri atas dua kegiatan, yaitu
penelitian dan pengembangan. Menurut
Sofyan, dalam R & D ini guru melakukan

suatu penetilian deskriptif dahulu untuk


menggambarkan kondisi siswa. Setelah
diketahui kemampuan siswa, guru akan
menciptakan sebuah produk yang dianggap
mampu menjadi solusi dalam pembelajaran.
Keberhasilan R & D ini bukan pada prestasi
siswa, melainkan pada validitas produk
yang dikembangkan, tambahnya.
Penelitian pengembangan yang
diangkat Sofyan adalah penelitian yang
menghasilkan produk tertentu. Dalam
hal ini adalah produk video pembelajaran.
Karena itu, naskah karya tulis yang saya
angkat dalam LKG adalah Pengembangan
Media Audio Visual dalam Pembelajaran
Menulis Kreatif Puisi SMA, papar Sofyan.
Sofyan menyarankan agar para guru
membiasakan melakukan R & D ini.
Pengembangan tidak hanya bisa dilalukan
pada media pembelajaran saja, tapi juga
bisa pada bahan ajar, desain pembelajaran,
strategi ataupun model pembelajaran,
paparnya. Sofyan berpendapat, jika hal
ini dapat dilakukan dengan baik, maka
produk-produk pengembangan dapat
dimanfaatkan secara baik oleh masyarakat
belajar di sekolah.
Selain kerap mengembangkan
perangkat pembelajaran, Sofyan juga

DOK. SOFYAN ZAIBASKI


memiliki kiat sukses lain dalam mengajar,
yaitu dengan memberikan kesempatan
kepada anak didik untuk melakukan
sesuatu. Baginya, demokratisasi di dalam
kelas akan memberikan kesempatan siswa
untuk membangun sendiri pengalamannya.
Tentunya, situasi ini akan menjadi titik awal
untuk menciptakan pembelajaran yang
bermakna, ujar Sofyan. Memperlakukan
anak sebagai suatu pribadi yang potensial,
baik sebagai siswa, sebagai anak, maupun
sebagai teman akan memberikan peluang
kepada anak didik untuk mengembangkan
kemampuannya, jelasnya.

MENGAJAR DAN MENDIDIK


Sofyan Zaibaski sangat menyadari
bahwa suksesnya ini tidak luput dari
pendidikan yang diberikan oleh orang
tuanya. Menjadi guru merupakan profesi
yang sudah ia idamkan sejak lama karena
ia ingin sekali menjadi seorang pendidik.
Walhasil, guru bagi Sofyan bukan hanya
pengajar tapi juga pendidik.
Saya sangat miris jika sekolahsekolah kita saat ini hanya memperhatikan
aspek pembelajaran bukan pendidikan,
ujar Sofyan. Tugas pokok guru adalah
mendidik baru kemudian mengajar,
lanjutnya. Ia menambahkan, guru bukanlah
pekerjaan yang hanya mentransfer ilmu
saja, tetapi guru adalah agen yang harus
mentranformasikan pendidikan dan
pembelajaran kepada anak didiknya.
Motivasi Sofyan untuk menjadi guru
semakin kuat kala ia menyaksikan para
siswa berseragam sekolah berada di
terminal-terminal, pasar, warnet, atau
tempat-tempat yang tidak seharusnya
mereka datangi pada jam-jam pelajaran

sekolah. Atas dasar itulah, Sofyan merasa


terpanggil untuk menjadi pendidik,
walaupun saat itu ia berstatus sebagai
pegawai Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Ia
pun memutuskan untuk terjun melakoni
tugas sebagai guru. Atas restu dari atasan
di kantor, Sofyan diperbolehkan untuk
mengajar.
Tentu tidak mudah bagi Sofyan untuk
mengambil keputusan itu. Belum lagi ia
harus membiasakan diri untuk berhadapan
dengan siswa yang sebelumnya tidak
pernah ia lakukan. Bahkan, ia juga kerap
dianggap sebagai guru yang menyimpang
dari kebiasaan yang ada di sekolah
tempatnya mengajar.
Sekolah saya saat itu merupakan
sekolah yang cukup tua di Kota Jambi,
tuturnya. Termasuk guru-gurunya banyak
yang senior dan menganggap program
yang selama itu mereka lakukan sebagai
suatu program yang sudah baku, mapan,
dan tak perlu diubah-ubah lagi, Sofyan
menambahkan. Padahal, lanjut Sofyan,
dari assessment yang ia lakukan terhadap
anak-anak, mereka sangat bosan dengan
cara dan pola-pola yang ada. Mereka perlu
pembaharuan dalam pengembangan
kreativitas.
Sofyan yang kala itu dipercaya sebagai
Pembina Organisasi Siswa (OSIS) dan
mendapat dukungan dari pimpinan sekolah
merasa harus melakukan beberapa inovasi
dalam pengembangan kreativitas siswa.
Inovasi tersebut seperti pengembangan
program Sinematografi, belajar Bahasa
Indonesia di luar ruangan, kunjungan ke
Sekolah Luar Biasa, dan kunjungan ke
Penjara Anak.

Ini semua saya lakukan dalam rangka


menjadikan pembelajaran lebih bermakna,
berkarakter, dan siswa dapat membangun
pengetahuannya sendiri, ujar Sofyan.
Hasilnya, ia bersama para siswa dapat
memproduksi video klip, film singkat,
dan foto-foto kegiatan kunjungan ke
sekolah lain. Perlahan-lahan mind set para
guru jadi terbuka, kata Sofyan. Namun,
ketika semua itu sudah ia mulai dan akan
berkembang, Sofyan harus meninggalkan
siswa-siswanya karena tugas belajar.
Sofyan menganggap profesi guru
bukanlah profesi yang mudah. Guru harus
benar-benar bekerja dengan hati dan
pikiran. Bukan karena imbalan dan jasa
semata. Menjadi guru, bagi saya adalah
profesi yang menyenangkan karena
dapat menyenangkan banyak orang,
kata Sofyan. Namun, tugas guru tak bisa
dianggap main-main.
Menurut saya, guru adalah profesi
yang dapat mengantarkan kita ke syurga
sekaligus ke neraka, kata Sofyan.
Prinsipnya, satu kaki guru itu sudah
di surga, dan satu lagi ada di neraka,
ungkapnya, sambil tersenyum. Maknanya
adalah, jika guru benar-benar tulus dan
ikhlas mendidik anak-anak dengan ilmu
yang benar, maka ia akan mengantarkan
anak-anak ke jenjang sukses dan
memberikan ilmu yang bermanfaat. Ilmu
yang bermanfaat merupakan sesuatu
yang bisa dibawa mati. Sebaliknya, jika
cara mendidik guru tidak benar, maka
imbalannya adalah neraka. Demikian
pandangan Sofyan Zaibaski.

SAIF AL HADI

PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

27

Ainur Rojik, M.Eng.,


Juara I LKG 2011 Kategori SMA/SMK Sains

DIPO HANDOKO

Pengendali
Motor Listrik
TERINTEGRASI
KOMPUTER

antaslah bila para juri Lomba Keberhasilan Guru


Jenjang Sains SMA/SMK Tahun 2011 menobatkan
Ainur Rojik, M.Eng, sebaagai juara I. Prestasi Ainur
Rojik itu bahkan layak diacungi dua jempol lantaran
karya inovatifnya punya kebermanfaatkan besar

bagi SMK lain.


Ainur Rojik, 43 tahun, sosok yang kalem ini, memiliki ide kreatif
dan tekun di bidangnya. Tengok saja di blognya pltmhtrainnerrojik.
blogspot.com. Meski lama tak ter-update, namun di sana terpampang karyanya Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)
Trainer Terintegrasi Komputer. PLTMH Trainer ini merupakan
wahana pelatihan PLTMH. Perangkat ini diciptakan Ainur Rojik kala
menempuh studi S-2 di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.

TERINTEGRASI KOMPUTER
Konsep PLTMH yang terintegrasi komputer itu mengilhami Ainur Rojik dalam pembelajaran di sekolah. Persisnya kala ia menemui
kendala dalam matapelajaran Sistem Pengendali, dengan materi
pengontrolan motor-motor listrik peralatan yang sangat kompleks
dan membutuhkan keuletan dan analisis yang baik. Jika siswa jenuh
bahkan malas pada pelajaran ini, maka dapat dipastikan akan terjadi
penurunan prestasi belajar. Jika hal ini kurang mendapat perhatian
dari guru praktik, maka hasil dari kegiatan praktek Sistem Pengendali
28

tidak akan maksimal, kata Ainur Rojik yang juga mengajar


Instalasi Rumah, Mesin Listrik, dengan beban
kerja lebih dari 30 jam/pekan.
Persoalannya, praktek Sistem Pengendali bisa memakan waktu 6 jam, sementara
jumlah peralatan terbatas. Siswa yang belum
praktek banyak yang berkurang motivasinya
selama menunggu teman lain tengah praktek.
Pemahaman siswa juga tidak maksimal sebelum melakukan praktek. Solusinya adalah
membuat sistem pengendali motor listrik
yang terintegrasi komputer. Jadi ada panel
dengan sejumlah terminal yang terhubung
dengan peralatan, dan diintegrasi dengan
komputer, kata Pak Rojik. sapaan akrab ayah
3 anak kelahiran Sidoarjo, 23 Juli 1969 ini.
Temuan Rojik adalah software atau piranti
lunak komputer yang dirancang dengan berbagai menu sesuai materi praktek Pengontrolan Motor Listrik (PML). Sistem integrasi
komputer bikinan Rojik ini memungkinkan adanya interfacing instalasi antara komputer dengan peralatan kontrol motor. Bahasa
sederhananya, pengoperasian motor listrik dapat dikendalikan
melalui komputer. Desain software integrasi dirancang Rojik dengan
program Delphi dengan fasilitas HW Interface.
Program PML ini diimplementasikan pada kegiatan praktek
pelajaran Sistem Pengendali kelas XII di SMK Negeri 2 Wonosobo
Program Studi Keahlian Teknik ketenagalistrikan. Menu program
PML ini meliputi: 1) berbagai jenis job sheet kegiatan praktek; 2).
tombol pengoperasian kontrol motor; 3). komponen penilaian yang
digunakan sebagai evaluasi hasil kerja praktek siswa; 4) berbagai
informasi tentang kegiatan praktek yang tertuang dalam job sheet
mulai dari tujuan, alat dan bahan, gambar rangkaian, tugas yang
harus diselesaikan selama praktek dan landasan teori tentang
kegiatan praktek.
Adpun job sheet yang termuat pada program PML meliputi
berbagai pengoperasian motor listrik yang terdiri dari: 1) Pengoperasian saklar TPDT dengan beban lampu; 2) Pengoperasian magnetik kontaktor dengan beban lampu; 3)Pengoperasian Motor
dengan menggunakan saklar TPDT; 4) Pengoperasian Motor dengan menggunakan Kontaktor; 5) Pengoperasian Motor 2 putaran

PRAKTIK DULU DI KOMPUTER


Dengan menjalankan temuannya itu,
Rojik bisa membagi jam pelajaran setidaknya 1 jam dipakai siswa untuk mengoperasikan komputer, sisanya untuk praktik. Saat
di depan komputer, siswa bisa menyimak
rangkaian motor listrik, apa tujuan mempelajari materi, landasan teori, dan tugas
praktik yang akan dilakukan apa saja.
Setelah memahami tugas-tugas komplit,
ketika praktik siswa lebih paham. Bahkan
ada pula isian nilai tugas-tugas praktik

setiap siswa. Siswa pun bisa membawa


pulang software ini mempelajari di rumah,
kata Rojik, yang lulusan Jurusan Pendidikan
Teknik Listrik IKIP Yogyakarta (sekarang
Universitas Negeri Yogyakarta).
Karyanya menurut Rojik memiliki
banyak manfaat dan tujuan, antara lain
: 1) meningkatkan semangat belajar dan
prestasi peserta didik pada pelajaran
Sistem Pengendali melalui program PML;
2) menyiapkan job sheet yang mudah dipahami dan menyenangkan untuk kegiatan
praktek pada pelajaran Sistem Pengendali
secara terencana dan terintegrasi antara
program komputer dengan peralatan kontrolnya; 3) untuk memudahkan guru dalam
menyajikan pelajaran praktek Sistem
Pengendali dengan bantuan integrasi
komputer; 4) peserta didik dapat belajar
mandiri di rumah melalui program PML sebelum mengikuti kegiatan praktek Sistem
Pengendali; 5) melengkapi sarana belajar
praktek Sistem Pengendali yang lebih mudah dan menyenangkan bagi peserta didik;
6) mempermudah peserta didik dan guru
dalam melaksanakan evaluasi kegiatan
praktek Sistem Pengedali.
Kala berlaga di ajang Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran yang digelar
Pusat Pengembangan Profesi Pendidik,
Rojik cukup optimistik bisa meraih hasil
bagus. Setidaknya ketika melihat 23 peserta
lain dari SMK yang lebih banyak menyusun
penelitian tindakan kelas. Saya yakin karya

saya inovatif dan mudah dikembangkan


di SMK lain, ujar penulis buku Memanen
Air Sungai untuk Pembangkit Listrik Tenaga
Hidro dan Usaha Produktif Masyarakat.
Berdasarkan pedoman lomba LKG, Rojik yakin karyanya terpenuhi semua. Selain
inovatif, alat ini juga mudah dimanfaatkan
siswa SMK sekolah lain. Implementasi untuk pembelajaran kelas XII pada Juli 2010,
terbukti mampu meningkatkan prestasi
belajar. Kriteria Ketuntasan Minimal siswa
96,40% terkategori baik. Sisanya 3,60%
terkategori sangat baik. Pada Ujian Kompetensi Kejuruan, siswa lulus 100% dengan
hasil nilai 1,85% terkategori cukup, 81,48%
terkategori baik dan 16,67 terkategori sangat baik, kata Rojik.
Keberhasilan siswa itu juga ditunjang
kemampuan siswa dalam hal penguasaan
komputer yang memadai. Meski siswa tidak semua memiliki laptop atau PC, namun
mereka tidak kesulitan jika mendapat tugas
yang harus dikerjakan dengan komputer.
Selain itu, semua pembelajaran di SMKN
2 Wonosobo sudah memakai LCD projector.

DIPO HANDOKO (Wonosobo)


Nama: AINUR ROJIK, M.Eng
TTL: Sidoarjo, 23 Juli 1969
Riwayat Pendidikan:
S-1 Pendidikan Teknik Listrik IKIP Yogyakarta
S-2 Teknik Mikro Hidro, Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Riwayat mengajar:
STM 3 Surabaya (1993-1995)
STM 2 Curup, Bengkulu (1995-2000)
SMK Negeri 2 Wonosobo, Jawa Tengah
(2004-sekarang). Mengajar mata pelajaran
Instalasi Rumah, Mesin Listrik dan Sistem
Pengendali.
Prestasi:
Juara III Lomba Penelitian Teknologi Tepat
Guna Propinsi Jawa Tengah 2011, Juara III
Juara I Lomba Keberhasilan Guru (LKG) dalam
Pembelajaran 2011 Jenjang Sains SMA/
SMK.

DOK. AINUR ROJIK

dengan menggunakan saklar TPDT; 6)


Pengoperasian Motor 2 arah putaran/balik
putaran (kanan-kiri); 7) Pengoperasin Motor hubungan bintang segitga; 8) Pengoperasian Motor 1 fasa star/run capasitor; 9)
Pengoperaian Motor 1 fasa foward/reverse;
10)Pengoperasian Motor 1 fasa shaded pole.
Berbagai job sheet yang dimuat dalam
PML ini dirancang, agar peserta didik lebih
mudah menguasai sistem pengontrolan
motor listrik secara lengkap dan dengan
cara yang lebih mudah dipahami dan menyenangkan untuk diikuti.
Program PML juga dapat dioperasikan
pada komputer tanpa atau dengan tersambung peralatan kontrol motor, sehingga
dapat dipelajari di rumah oleh peserta didik
yang memiliki komputer. Dengan harapan
peserta didik yang melaksanakan praktek
sudah menjalankan dan mempelajari program PML di rumah secara mandiri.

Kegiatan peningkatan profesionalitas:


Menulis buku Pemanfaatan Air Sungai Untuk
Pembangkit Listrik.
Menulis buku Menangkap Air Hujan untuk
Pembangkit Listrik di Sekolah.
Pembuatan Trainer Pembangkit Listrik di
Sekolah.
Pembuatan Modul Rangkaian Pengendali
Dasar

PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

29

Tri Ismiyati, M.Pd


Juara I LKIG 2011 Tingkat SMA Bidang IPSK

Pembelajaran
Ekonomi
ALA TANDUR

XA, 14 siswa di antaranya belum mencapai KKM. Itu berarti, 54%


siswa kelas XA belum mencapai ketuntasan minimal yang telah
ditentukan. Hal ini memberi bukti bahwa proses pembelajaran
belum berjalan optimal sehingga masih banyak siswa yang belum
mencapai KKM, kata Ismiyati. Temuan di kelas itu juga menjadi
fakta bahwa aktivitas siswa yang rendah dalam proses pembelajaran
akan berpengaruh pula pada rendahnya hasil belajar.
PTK dengan judul Penerapan Model Pembelajaran TANDUR
untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil belajar Ekonomi Kelas XA
SMA N 1 Godean, itu yang diusung Ismiyati dalam Lomba Kreativitas Ilmiah Guru (LKIG) 2011 tingkat SMA Bidang IPSK. Ia sukses
merengkuh juara I.

DIPO HANDOKO

DARI TUMBUHKAN HINGGA


RAYAKAN

ermasalahan yang sering timbul dalam pembelajaran


ekonomi, mungkin sama dengan mata pelajaran
lain yang dianggap kurang menarik. Saat pelajaran
berlangsung para siswa cenderung tidak memperhatikan materi yang diajarkan. Beberapa siswa lebih
memilih mengobrol dengan temannya. Sebagian besar siswa kelas
X merasa akan masuk di kelas IPA sehingga tidak memperhatikan
pelajaran ekonomi, kata Tri Ismiyati, M.Pd, guru ekonomi SMA
Negeri 1 Godean, Sleman, Yogyakarta.
Selain itu, Ismiyati, juga mencermati aktivitas siswa saat pembelajaran ekonomi masih rendah. Hanya sekitar sepuluh persen
siswa yang aktif bertanya, menjawab atau berpartisipasi selama
proses pembelajaran, kata Bu Ismi, sapaan akrab Ismiyati yang
mengajar di SMAN 1 Godean sejak Juli 2010. Pengalaman mengajar
Bu Ismi lebih lama di SMA Negeri 1 Minggir, Sleman, Yogyakarta
yang dijalani selama kurun 1994-2010.
Bu Ismi mencatat di antara lima kelas paralel pada kelas X, kelas
XA yang terbilang kurang rata-rata hasil belajarnya. Kelas X A pun
dijadikan objek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada semester 2
tahun pelajaran 2010/2011. Awalnya, banyak siswa kelas XA belum
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75. Dari 26 siswa kelas

30

Model pembelajaran TANDUR ala


Bu Ismi adalah akronim dari Tumbuhkan,
Alami, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan.
Tumbuhkan, bermakna menumbuhkan
minat dengan memuaskan. Apa manfaat
pelajaran tersebut bagi guru dan murid.
Alami menuntut guru bisa menciptakan
dan menghadirkan pengalaman yang dapat
dimengerti semua siswa.
Namai mengandung maksud bahwa
dalam pembelajaran, guru harus bisa menemukan kata kunci, konsep, model, rumus,
dan strategi yang kemudian menjadi sebuah
masukan bagi siswa. Demonstrasikan
dilakukan dengan memberikan waktu bagi
siswa untuk menunjukkan bahwa mereka
tahu. Ulangi dilakukan agar siswa paham
bagaimana cara-cara mengulang materi dan
menegaskan bahwa aku tahu, aku memang tahu ini. Rayakan
merupakan pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan diraihnya keterampilan dan ilmu pengetahuan oleh siswa.
Penelitian dilakukan selama 3 bulan, sejak 3 Maret hingga 3
Juni 2011. Materi yang diajarkan mengenai konsumsi, tabungan
dan investasi. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari satu rangkaian kegiatan yang meliputi
empat tahapan yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3)
observasi, dan 4) reeksi. Teknik pengumpulan data menggunakan:
1) observasi dengan instrumen lembar observasi; 2) angket dengan
instrumen lembar angket; 3) wawancara dengan instrumen pedoman wawancara; 4) tes dengan instrumen soal tes, dan 5) dokumentasi. Teknik analisis data meliputi: 1) reduksi data, 2) penyajian
data, dan 3) penarikan kesimpulan.
Pada siklus I menunjukkan tingkat aktivitas siswa 63%, nilai
hasil belajar menunjukkan 73% siswa mencapai KKM, dan sebanyak
71,2% siswa menyatakan sikap positif terhadap penerapan model
pembelajaran TANDUR. Hasil siklus II lebih baik lagi: tingkat aktivitas
siswa 79%, nilai hasil belajar menunjukkan 85% siswa mencapai
KKM, dan sebanyak 81,7% siswa menyatakan sikap positif terhadap
penerapan model pembelajaran TANDUR.
Ismiyati sendiri menyampaikan materi secara urut dan siste-

DOK. TRI ISMIYATI

matis, menggunakan presentasi power point dengan sangat baik.


Aktivitas siswa meningkat lantaran Ismiyati menerapkan strategi
diskusi berupa make a match pada tatap muka 1, who I am pada
tatap muka 2, dan bertukar pasangan pada tatap muka 3.
Ismiyati juga mengajak siswa untuk mengalami, memberikan
motivasi kepada siswa baik secara kelompok maupun individual. Tindakan lainnaya adalah membantu siswa dalam kegiatan menamai
suatu konsep atau fungsi, memberi kesempatan siswa mendemonstrasikan hasil kerjanya baik secara presentasi lisan maupun tertulis di
papan tulis. Interaksi pembelajaran antara guru dengan siswa atau
melaksanakan Alami, Namai, dan Demonstrasikan masih kurang
baik pada tatap muka 1. Tapi pada tatap muka 2 dan 3 telah terjadi
interaksi pembelajaran secara baik, kata Bu Ismi.
Pada penutupan pembelajaran, Ismiyati memberikan post test
dalam rangka kegiatan Ulangi untuk mengukur pencapaian hasil
belajar siswa. Ismiyati juga membuat kesimpulan secara bersama
dengan siswa sesuai materi pembelajaran. Setiap menutup pembelajaran, saya juga menyampaikan materi pertemuan berikutnya
untuk mendorong siswa mempersiapkan diri. Pembelajaran ditutup
dengan Rayakan. Merayakan keberhasilan dalam proses pembelajaran yang telah dilalui itu penting karena bisa menumbuhkan minat
dan motivasi siswa, kata Ismiyati.
Hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada siklus I pertemuan 1, 2, dan 3 menunjukkan adanya
peningkatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran. Pada
pertemuan I, aktivitas siswa sudah baik dalam beberapa aspek,
antara lain memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan tugas,
dan berdiskusi dalam kelompok. Yang masih kurang adalah dalam
hal mengajukan dan menjawab pertanyaan, dan belum banyak

siswa yang memiliki keberanian mendemonstrasikan hasil kerjanya.


Siswa juga masih malu-malu untuk merayakan keberhasilan dengan bertepuk tangan dan bernyanyi bersama, katanya.
Pada pertemuan 2 terjadi peningkatan keaktifan siswa. Meski
ada peningkatan dalam hal menjawab pertanyaan dan keberanian
mendemonstrasikan hasil kerjanya tetapi secara umum siswa masih
kurang percaya diri dalam hal mengajukan pertanyaan. Siswa juga
mulai merasa senang merayakan keberhasilan pembelajaran dengan
bertepuk tangan dan bernyanyi bersama.
Pada pertemuan 3, keaktifan selama proses pembelajaran
semakin terlihat. Setidaknya 19 siswa sudah sangat aktif selama
proses pembelajaran. Siswa juga lebih Pede menjawab pertanyaan
dan memiliki keberanian mendemonstrasikan hasil kerja. Yang
masih kurang adalah kurang percaya diri ketika mengajukan pertanyaan, kata Bu Ismi.
Di siklus II tatap muka pertama, Ismiyati menerapkan pembelajaran dengan teknik diskusi berupa Active Knowledge Sharing.
Ia membagikan dua kartu bicara bagi setiap siswa, yang harus
digunakan baik untuk bertanya maupun menjawab. Kartu bicara
yang sudah digunakan tidak boleh dipakai lagi. Tujuannya memberi
kesempatan pada siswa lain. Pada tatap muka 2, pembelajaran Ismiyati menggunakan teknik cerdas cermat ekonomi. Ia memberikan
kesempatan yang sama bagi setiap kelompok untuk mendemonstrasikan hasil kerja mereka secara adil dan bersamaan waktunya.
Pada tahap Rayakan, setelah cerdas cermat, menjaid lebih meriah
lantaran Bu Ismi merayakan dengan mengumumkan juara 1,2, dan
3 disertai pemberian hadiah.

MENJIWA PROFESI GURU


Tri Ismiyati lahir di Sleman, tanggal 15 April 1971. Ismiyati anak
bungsu dari 4 bersaudara, putra pasangan Sutardjo dan Suprih.
Ayahnya juga seorang guru yang hingga pensiun mengajar di SD
Negeri Mlati 1 Sleman. Di keluarga hanya Ismiyati yang mewarisi
profesi sang bapak. Pilihan Ismi pada profesi guru pun tak lepas
dari arahan bapaknya. Waktu melanjutkan kuliah bapak yang
mengarahkan ke IKIP Yogyakarta. Namun ketika tahun pertama
saya sudah mencintai profesi guru. Apalagi ketika PPL (Praktek
Pengalaman Lapangan) saya sangat senang. Saya sudah menjiwai
profesi guru, kata Ismi.
Jalan menjadi guru PNS tampak lempang bagi Ismi. Lulus
Pendidikan Dunia Usaha IKIP Yogyakarta pada Agustus 1994, bulan
Desember 1994 ia mengantungi SK penempatan sebagai guru CPNS
di SMAN 1 Minggir, Sleman. Jodoh Ismi pun juga sesama guru di
SMAN 1 Minggir, yakni Muhammad Romdhoni, guru matematika.
Hasil pernikahan mereka dikarunia dua anak, yakni: Nisrina Salsabila
(12 tahun) dan Ghina Shabrina (8 tahun).
Tahun 2011 lalu, Ismi menyelesaikan S-2 Pendidikan IPS di
Universitas Negeri Yogyakarta. Ia merampungkan hanya dalam
waktu 19 bulan dengan predikat cum laude. Kecintaannya pada
buku mendorongnya untuk menulis. Beberapa tulisannya pernah
dimuat pada rubrik opini guru di koran lokal di Yogyakarta maupun
surat kabar nasional.

DIPO HANDOKO (Sleman)

PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

31

Ruswanto, S.Pd
Juara II LKG 2011 Kategori SMA/SMK Sains

epes Teri yang satu ini dijamin beda dari yang lain.
Ya, pepes teri ala Ruswanto, S.Pd ini bukan berbahan
baku teri nan gurih itu. Melainkan pepes teri sebagai
kepanjangan dari pembelajaran pendekatan sains
dengan mengkombinasikan teknik inkuiri. Pepes teri
Ruswanto itu turut andil mengantarkannya menjadi Juara II Lomba
Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran tahun 2011 lalu.
Karya tulis yang diusung Ruswanto berjudul Metode Pembelajaran Pepes Teri Melalui Media Aneka Biolter, Pot Organik dan
Perangkap 3 in 1. (Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dan Hasil Belajar Biologi pada Siswa Kelas X3
di SMA N I Rembang pada Materi Pencemaran Lingkungan Tahun
Pelajaran 2010/2011). Ruswanto sebagai guru biologi memadukan
pembelajaran inkuiri dan pendekatan sains. Inkuiri menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari masalah yang dipertanyakan.
Sedangkan pendekatan sains mengintegrasikan antara masalah
sains, teknologi dan masyarakat. Sebagai pendukung metode pembelajaran ini Ruswanto menciptakan alat peraga aneka biolter, pot
organik, dan perangkap 3 in 1.
Ruswanto melakukan penelitian itu ketika masih mengajar di
kelas X3 SMA Negeri 1 Rembang, Kabupaten Purbalingga (20072011). Namun kini ia mengajar di SMA Negeri 1 Purbalingga. Pengalaman Ruswanto selama 14 tahun mengajar cukup kaya. Ia pernah
mengajar di SMA Negeri Mojogedang (1999-2003) dan Sekolah Indonesia Jeddah (2003-2007). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Ruswanto
dilakukan dalam 2 siklus. Data kemampuan berpikir tingkat tinggi
bisa diperoleh dari tingkat pertanyaan dan jawaban yang diajukan
siswa, kemudian dikumpulkan oleh observer yang terekam dalam
lembar observasi. Data hasil belajar siswa dikumpulkan dari skor
pre-test dan post-test yang diberikan peneliti pada setiap siklus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran metode
Pepes Teri dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi

32

DIPO HANDOKO

PEPES TERI
Pendongkrak
Hasil Belajar

Ruswanto dan miniatur Perangkap 3in1 ciptaannya sebagai penujang pembelajaran. Bersama siswa mencatat serangga yang terperangkap (bawah).

siswa kelas X-3 di SMA Negeri 1 Rembang. Kemampuan berpikir


tingkat tinggi siswa dikatakan meningkat jika jumlah persentase
pertanyaan dan jawaban tingkat tinggi siswa pada siklus II lebih
besar dari siklus I. Persentase pertanyaan tingkat tinggi siswa siklus
I sebesar 42,86%, sedangkan persentase pertanyaan tingkat tinggi
siswa siklus II sebesar 57,89%. Persentase jawaban dengan kemampuan analisis tinggi siklus I sebesar 51,43%, sedangkan persentase
jawaban dengan kemampuan analisis tinggi siklus II sebesar 59,08%.
Hasil belajar siswa dikatakan meningkat jika persentase peningkatan hasil belajar pada siklus II lebih besar dari siklus I. Ratarata skor post-test siklus I sebesar 77,55, sedangkan rata-rata skor
post-tes siklus II sebesar 87,95. Persentase peningkatan ketuntasan
belajar siswa siklus I sebesar 60,52%, sedangkan persentase peningkatan ketuntasan belajar siswa siklus II sebesar 89,47%. Penerapan
pembelajaran Pepes Teri juga dapat membuat siswa lebih aktif
dalam proses pembelajaran, kata Ruswanto.

BELAJAR PADA ALAM


Setinggi-tingginya bangau terbang, akhirnya kembali ke pelimbahan juga. Agaknya peribahasa lawas itu cocok buat memerikan
Ruswanto. Lahir di Desa Sumampir, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, 17 Juli 1974 lalu. Pendidikan masa kecil hingga
remaja masih dihabiskan di seputar Purbalingga.
Namun setamat SMA Karya Bhakti 1, tahun 19992, Ruswanto
merantau ke Samarinda. Ia merampungkan S-1 Pendidikan Biologi
Universitas Mulawarman tahun 1998. Rupanya Purbalingga tak

DARI BIOFILTER HINGGA PERANGKAP


Alat peraga karya Ruswanto dibuat dari bahan-bahan yang
mudah ditemui di alam sekitar. Biolter air yang dipakai untuk materi
pencemaran air, terbuat dari pipa pralon, dengan isian sebagai lter
terdiri dari kapas, batu ziolit dan arang tempurung kelapa. Biolter
udara untuk menjelaskan tentang pencemaran udara dibuat dari
pipa stainless steel yang tahan panas. Bagian dalam pipa diberi
tiga sekat lter. Sekat lter terbuat dari kassa kasar dan halus.
Pada bagian atas dan bawah tabung memiliki lubang-lubang kecil
tempat keluar masuknya udara. Aliran pembuangan gas masuk
melalui bagian bawah tabung dan melewati biolter dari komposit
kompos, arang aktif, serpihan kayu, dan zeolit kemudian gas yang
telah tersaring keluar melalui bagian atas tabung. Ukuran diameter
biolter disesuaikan dengan diameter cerobong yang akan ditempatinya, kata Ruswanto. Contohnya, jika diameter yang diinginkan
30 cm maka tinggi biolter dirancang 15 cm. Hal ini didasarkan pada

DOK. RUSWANTO

bisa ditinggalkan Ruswanto. Ia mengajar


kali pertama pun di SMA Negeri 1 Rembang,
Purbalingga (1998-1999). Sempat berpindah
tempat mengajar, bahkan hingga ke Sekolah
Indonesia Jeddah, Arab Saudi (2003-2007).
Toh ia kembali lagi ke Purbalingga, dan
memilih tinggal di kampung kelahirannya di
Desa Sumampir, hingga sekarang.
Alam desa yang membesarkan Ruswanto menjadikannya memahami kondisi
alam sekitar. Sejumlah alat peraga temuannya pun inspirasinya tak jauh-jauh dari alam.
Berdasarkan pengalaman mengajar di SMA
Negeri 1 Rembang, Ruswanto menemukan
masalah rendahnya kemampuan siswa
dalam menjelaskan keterkaitan antara
kegiatan manusia dengan masalah kerusakan lingkungan. Siswa
dapat mengidentikasikan berbagai tujuan aktivitas yang dilakukan
manusia serta mampu mengidentikasi aktivitas manusia yang tidak
beramah lingkungan dengan baik, kata Ruswanto. Namun siswa
belum sepenuhnya mampu memberikan contoh kegiatan manusia
dalam menanggulangi masalah pencemaran lingkungan. Hal ini
disebabkan karena siswa belum mampu membuat teknologi yang
dapat memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan.
Pembelajaran pencemaran lingkungan pun tidak sesuai jika
hanya dilakukan di ruang kelas dan hanya berpedoman pada buku
tanpa adanya kegiatan di alama sekitar. Ruswanto pun menggas
sejumlah alat peraga yang dapat digunakan untuk menjelaskan konsep upaya manusia dalam menanggulangi pencemaran lingkungan.
Media peraga itu adalah aneka biolter, pot organik, dan perangkap
3 in 1. Pembelajaran pun lebih memfokuskan pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga siswa tidak terlalu mengandalkan
pembelajaran dari buku. Strategi pembelajaran ini memungkinkan
siswa terlibat aktif, menemukan konsep baru yang diperoleh dari
hasil penyelidikan berdasarkan masalah-masalah yang mereka
hadapi. Dengan memadukan pendekatan sains dan teknik inkuiri
dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir tingkat
tinggi, juga dapat mendorong siswa menemukan konsep baru pada
pokok bahasan pencemaran lingkungan, kata Ruswanto.

kemampuan laju penjerapan dan laju udara yang keluar melalui


cerobong. Dengan teknik seperti ini laju aliran gas yang keluar dari
cerobong tidak terhambat oleh biolter.
Pot-pot organik yang dipakai untuk menjelaskan materi
pencemaran tanah, juga dibuat dari bahan-bahan sederhana. Cara
pembuatannya dengan membelah dan memotong paralon besi,
kemudian dilas menyerupai pot sebagai media tanam. Alat ini
didesain dapat dibuka dan ditutup. Ketika benih dipindahkan ke
media tanam, alat ini bisa digunakan lagi untuk menanam benih lain.
Alat ini diciptakan untuk mewujudkan 0% Iimbah pertanian. Plastik
polibag merupakan Iimbah pertanian karena hanya digunakan sekali
pakai untuk satu benih tanaman sesudah itu dibuang dan menjadi
sampah, kata Ruswanto.
Sebagai pengganti polibag, Ruswanto membuat media tanam
dengan memanfaatan limbah gergaji kayu yang dicetak menjadi pot
organik. Selain limbah gergaji kayu, pot organik juga bisa dibuat
dari ampas teh. The Inovative Pest Traps 3in1 yang dipakai untuk
menjelaskan pencemaran kimia, terdiri dari tiga alat: perangkap
lampu, perangkap elektrik, dan perangkap air. Tujuan pembuatan
tiga macam perangkap serangga sebagai pembanding tingkat ke
efektifan.
Respons siswa terhadap model pembelajaran ala Ruswanto
terbukti positif. Beberapa indikator respons positif itu di antaranya,
sebagian besar siswa berani dan aktif menjawab, bertanya dan
menyampaikan pendapat, siswa juga senang selama pembelajaran.
Yang juga penting adalah sebagian besar siswa memahami materi
pelajaran. Sebagian besar siswa juga merasa meningkat kemampuan penalaran dan komunikasi pada diri serta termotivasi dalam
belajar, kata Ruswanto.

DIPO HANDOKO (Purbalingga)


PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

33

I Pande Putu Alit, S. Pd


Juara III LKG 2011 Kategori SMA/SMK Sains

DOK. PANDE PUTU ALIT

Belajar dengan
WANA BERSEKAR

Pendidikan dan Kebudayaan.


Begitu saya dikabari bahwa saya
masuk dalam nal, saya langusng mempersiapkan diri untuk mengikuti prosesnya di
Jakarta, kata guru yang biasa disapa Pande
ini. Karya tulis ilmiah saya berupa Penelitian Tindak Kelas (PTK) dinilai oleh Dewan
Juri Nasional, setelah itu wajib melakukan
presentasi dan juga ada sesi tanya-jawab
terkait karya tulis itu,. Menurutnya,
Pande telah berbuat semaksimal mungkin
dalam ajang tersebut. Pande tidak terlalu
memikirkan apakah ia nanti akan keluar
sebagai juara atau tidak.
Tidak di sangka, kerja kerasnya ini
menempatkan Pande diurutan ketiga
tangga juara. Kesuksesan ini patut disyukuri karena semua prosesnya dilalui dengan
bauik dan tidak mudah.

esuksesan dan kebahagiaan pasti tercapai bila


mampu memadukan usaha dan doa dalam melakoni kehidupan di dunia ini. Kata-kata bijak inilah
yang selalu menjadi pedoman hidup I Pande Putu
Alit, S. Pd., guru SMA Negeri 1 Banjarangkan,
Kabupaten Klungkung, Bali. Baginya, kalimat tersebut merupakan
hal kecil namun mampu memberikan manfaat yang besar dalam
perjalanan karirnya selama 15 tahun mengajar.
Terbukti dengan ketekunannya berusaha dan berdoa inilah
yang kemudian mengantarnya menjadi jawara III Lomba Keberhasilan Guru (LKG) dalam Pembelajaran jenjang sains SMA/SMK 2011
lalu yang diadakan Pusat Pengembangan Profesi Pendidik (Pusbang
prodik) Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan
dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian

34

Menurtya, kara tlis


tersebut pada dasarya berisi
penerapan model pembelajaran TGT di kelas yang
mengajak siswa untk belajar
sambil berain. Berain
yang dimaksud adalah untk mengkur kemampuan
siswa dalam pengasaan
materi yang diajarkan. Siswa
melakukan perainan antarkelompok dan kemudian
dicari pemenangya.

SENANG SISWA SUKSES


Kesuksesan Pande tentu tidak akan
bisa diraihnya tanpa pendidikan yang
selama ini diberikan dalam keluarga. Keluarganya sangat memegang teguh disiplin
dan aturan adat istiadat, khususnya dalam
pendidikan agama dan pendidikan formal.
Ayah Pande, Jro Mangku Pande Made
Sandia, hanyalah berprofesi sebagai petani, tetapi beliau sangat disegani di desa
tempat tinggalnya kala itu. Ayahnya merupakan pemuka adat yang sekaligus mampu
memberikan tuntunan kepada masyarakat
tentang upacara keagamaan di desa.
Walaupun ayah saya hanya seorang

petani, beliau tetap berpikiran modern dan


berharap anak-anaknya mampu menimba
ilmu setinggi mungkin, katanya. Ini terbukti dari keenam anaknya, tiga orang sudah bisa menggondol gelar sarjana,. Pande
besar di lingkungan pedesaan. Bahkan
saat ia duduk di bangku SD, kala itu listrik
belum masuk di desanya. Ia harus belajar
menggunakan lampu teplok. Namun bukan
bara lampu teplok yang bisa membuatnya
sukses seperti sekarang ini, melainkan bara
semangat untuk terus belajar walaupun
hanya dengan penerangan yang minim.
Ia bertekad untuk menjadi seseorang
yang mampu menerangi orang lain, dan
sampailah ia pada profesi guru yang ia citacitakan. Baginya, menjadi guru merupakan
sebuah pekerjaan mulia karena turut serta
mencerdaskan anak bangsa. Ia pun memutuskan masuk Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Negeri
Singaraja dan lulus tahun 1995 dengan gelar
Sarjana Pendidikan untuk mata pelajaran
Kimia yang ia sukai.
Setelah lulus, Pande mulai mengajar
di SMA Widyastana Busungbiu, Buleleng,
Bali. Perlahan namun pasti, Pande menjalani profesinya ini dengan baik. Sampai
akhirnya, ia pun diangkat menjadi guru
PNS di sekolahnya saat ini. Selama 15
tahun saya mengajar saya selalu berusaha
mengajarkan yang terbaik. Baik itu sejak
saya menjadi guru honorer SMA Widyastana, maupun sesudah menjadi PNS di SMA
Negeri 1 Banjarangkan, katanya. Selama
itu juga, ia telah mengikuti berbagai lomba
karya tulis ilmiah di tingkat kabupaten,
provinsi, dan nasional. Termasuk salah
satunya menjadi jawara di LKG 2011 ini.
Namun, Pande tidak cepat berpuas
diri dengan capaian tersebut. Pande masih
ingin terus berkarya dan mengikuti lombalomba lain yang belum sukses dicapai. Ia
masih berhasrat untuk mengikuti lomba
karya ilmiah yang diadakan oleh Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan
Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) Balitbang Kemdikbud. Bahkan, karena
prestasinya itu, Pande juga pernah menjadi
narasumber dalam sebuah acara Best Practice PTK yang diadakan dinas Kabupaten
Klungkung.

BERMAIN SAMBIL BELAJAR


Menjadi guru memang sudah menjadi
impian Pande. Baginya, guru merupakan

cita-cita yang mulia karena bisa mencerdaskan anak bangsa. Kebanggaan itu semakin
tinggi kala ia bisa melihat siswa-siswanya
menjadi orang sukses di masyarakat.
Ketika saya terjebak macet saat
berangkat mengajar, saya dihampiri dan
disapa oleh seorang Polisi, tukasnya.
Ternyata polisi tersebut adalah mantan
anak didik saya, saya kaget dan bersyukur
kepada Tuhan bahwa siswa yang saya didik
di sekolah telah berhasil dan masih ingat
dengan gurunya,. Bila siswa yang Pande
didik sudah berhasil, kata dia, maka ia pun
merasa bahagia lahir bathin.
Di kala mengajar, Pande selalu menciptakan inovasi-inovasi pembelajaran. Hal
ini ia lakukan agar pembelajaran menjadi
lebih menarik dan siswa dapat menangkap
materi dengan sempurna. Tak heran jika kemudian siswa-siswanya sangat menikmati
pembelajaran sains yang banyak dianggap
susah oleh banyak siswa lainnya.
Saya biasa melakukan praktik pembelajaran di kelas dengan menggunakan
model-model pembelajaran yang inovatif,
kata Pande. Baik itu pembelajaran Kooperatif, Contextual Learniang, maupun Sains
Teknologi Masyarakat,. Selain itu, lanjutnya, Pande juga biasa membuat media
pembelajaran dan alat peraga yang mampu
membangkitkan gairah belajar siswa. Tidak
hanya media saja, tetapi Pande juga mengajar dengan menerapkan metode belajar
terpadu yang mengabungkan dengan
humor-humor segar.
Pande juga rajin mengikuti workshop,
pendidikan dan pelatihan yang diadakan
oleh dinas pendidikan serta hobi membaca
buku-buku yang berkaitan dengan materi
yang diajarkan. Kegemarannya menggeluti materi-materi keilmuan ini juga
diimbangi dengan pemanfaatan kecanggihan teknologi komputer dan informasi
dalam mengembangkan potensi diri. Tak
heran jika ia bisa menyampaikan materi dengan baik di kelas dan ia pun tidak merasa
kesulitan ketika harus mengirimkan karya
inovasinya untuk LKG 2011 lalu.
Saya terlebih dahulu menyiapkan
proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
untuk diikutsertakan dalam LKG tingkat
Nasional, kata Pande. Kemudian saya
melihat tentang persyaratan peserta lomba
dan juga format PTK dari Pusbangprodik di
internet,. Setelah persyaratan diketahui,
kata dia, Pande mulai mengedit PTK yang

sudah dilaksanakan di kelas.


Ia memberanikan diri menerapkan
model pembelajaran inovatif di kelas dan
memadukan dengan alat peraga yang
dirancang sendiri. Karya tulis PTK Pande
berjudul Kolaborasi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games
Tournaments) dengan Penggunaan Alat
Peraga Wana Bersekar Untuk Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran Kimia.
Menurutnya, karya tulis tersebut pada
dasarnya berisi penerapan model pembelajaran TGT di kelas yang mengajak siswa
untuk belajar sambil bermain. Bermain
yang dimaksud adalah untuk mengukur

Nama: I PANDE PUTU ALIT ANTARA, S.Pd


TTL: Tohpati, 13 Juli 1970
Pendidikan:
Sarjana Pendidikan Kimia STKIP Negeri
Singaraja (1995)
Mahasiswa Pascasarjana Program
Studi Pendidikan Sains Universitas
Pendidikan Ganesha, Singaraja
(Semester 3, tahun 2012)
Prestasi:
Juara II Lomba Keberhasilan Guru
dalam Pembelajaran Tingkat Nasional
Tahun 2009 Kalompok SMA Sains.
Juara I Guru Berprestasi Kabupaten
Klungkung (2010).
Juara IV (Harapan) Guru Berprestasi
Provinsi Bali (2010)
Juara III Lomba Keberhasilan Guru
dalam Pembelajaran Tingkat Nasional
Tahun 2011 Kelompok Guru Sains
SMA/SMK
Nominasi berbagai lomba karya tulis
ilmiah yang diselenggarakan oleh
Internasional Toray Science Foundation
(ITSF), LIPI, City Succes Fund, dan
Pusat Perbukuan Nasional (20082011)

kemampuan siswa dalam penguasaan


materi yang diajarkan. Siswa melakukan
permainan antarkelompok dan kemudian
dicari pemenangnya.
Selanjutnya pemenang tersebut akan
diadu lagi di tingkat turnamen. Sebelum
melakukan game, siswa terlebih dahulu
diberikan pemahaman materi dengan
melakukan diskusi kelompok dan menggunakan alat peraga yang dirancang oleh
Pande yaitu alat peraga Wana Bersekar.

SAIF AL HADI

PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

35

Drs. Tikto Widodo


Juara III LKG 2011 Kategori SMA/SMK Non-Sains

Pembelajaran

ua tahun berturut-turut (2010 dan 2011) terpilih


menjadi Guru Berprestasi jenjang SMA Kabupaten
Lumajang, Jawa Timur, dua kali pula harus kalah
pada babak penyisihan tingkat provinsi. Itulah
yang dialami Drs. Tikto Widodo, guru Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) SMAN 2 Lumajang, Jawa Timur. "Kalau
keinginannya ya bisa juara provinsi dan ikut pada babak nal tingkat
nasional di Jakarta, tapi saya harus akui kompetisi di provinsi cukup
berat dan pesaing saya sangat bagus-bagus," tutur lelaki kelahiran
Gadang, 31 Mei 1966 silam itu.
Lantaran sudah dua kali menjadi juara tingkat kabupaten, Tikto
tidak diperkenankan lagi mengikuti seleksi tingkat kabupaten pada
pemilihan PTK Berprestasi 2012. Alasannya adalah untuk memberi
kesempatan kepada peserta lain. Meski harus menerima keputusan
tersebut, tetapi dalam lubuk hatinya masih menyimpan penasaran
dan harapan bisa mengikuti kompetisi tingkat nasional, apalagi
bisa meraih juara.
Tertutup kesempatan mengikuti Pemilihan PTK Berprestasi
2012 lantas Tikto melirik Lomba Keberhasilan Guru (LKG) 2011 atau
yang sekarang berganti nama menjadi Lomba Kreativitas Guru.
Kegiatan yang langsung seleksi tingkat pusat dan dilaksanakan
November 2011 itu Tikto Widodo berhasi menyabet juara III untuk
kategori Guru SMA Non Sains. "Wah, perasaan saya sangat senang
bisa mendapat juara tiga. Jangankan mendapat juara, sudah bisa
ikut tingkat nasional saja sudah sangat senang," tutur Tikto, sapaan
akrabnya. "Tetapi, karena saya juga membawa nama Lumajang dan
Jawa Timur, maka juga saya targetkan bisa juara. Pokoknya bisa
semaksimal mungkinlah," lanjutnya.

DARI DOSEN HINGGA TUTOR PAKET C


Tikto memulai karier mengajarnya di Lumajang dimulai sejak ia lulus dari jurusan PKn IKIP Negeri Malang tahun 1990. Ia

36

MUKTI ALI

SISTEM DAKON

tak langsung mengajar di sebuah sekolah, tapi menjadi dosen di


Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Kependidikan (STKIP) PGRI
Lumajang. Beberapa tahun kemudian, ia juga mengajar di Akademi
Keperawatan (AKPER) Lumajang.
Tahun 2000, Tikto baru diangkat menjadi PNS dan ditempatkan
di SMPN 2 Randuagung, Lumajang. "Setelah bertahun-tahun mengabdi ternyata bisa diangkat juga menjadi PNS, sangat melegakan,"
tutur suami dari Rida Sukmawati, seorang guru di SDN Klakah 2,
Kecamatan Klakah, Lumajang. Sejak itu, Tikto mulai mengurangi
jam mengajarnya di STKIP dan di AKPER. "Dulu kan masih belum
ada aturan guru harus mengajar 24 jam, jadi saya masih bisa menyempatkan diri mengajar di sana. Itung-itung juga untuk menambah penghasilan," kata lelaki yang pernah menjadi tutor Paket C itu.
Mengabdi di SMPN 2 Randuagung, Tikto cukup menikmati
dan mulai benar-benar konsentrasi menjadi guru profesional.Selang tujuh tahun mengabdi ia mendapat surat tugas sebagai wakil
kepala sekolah. Tikto juga aktif di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PKn SMP di Lumajang dengan jabatan sebagai ketua
selama empat tahun. Ia juga pernah ditunjuk sebagai salah satu
narasumber PTKBK (Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi)
tingkat Jawa Timur.
Karier moncer yang diraih kala mengabdi di SMPN 2 Randuagung seolah sirna dan kembali dari nol kala tahun 2006 ia dimutasi
menjadi guru PKn di SMAN 2 Lumajang. "Waktu itu teman-teman
bilang kok mau dimutasi menjadi guru, padahal di SMP sudah
wakil kepala sekolah," katanya. "Saya tidak bisa berbuat apa-apa,
namanya juga pegawai negeri harus menerima saja ditugaskan di
mana," lanjutnya.
Meskipun mutasi ke SMAN 2 Lumajang seolah turun kasta
dari wakil kepala sekolah menjadi guru biasa, Tikto masih merasa
bangga. Lantaran SMAN 2 Lumajang merupakan salah satu sekolah
favorit dan banyak diburu lulusan SMP yang pandai-pandai. Sekolah

itu juga menjadi salah satu sekolah dalam manajemen Sekolah Unggulan Terpadu (SUT) di Lumajang. "Dulu mengajar SMP, sekarang
mengajar SMA, ada tantangan tersendiri, apalagi di sini muridnya
pandai-pandai," kata Tikto.

RAJIN MEMBELI BUKU


Selama mengajar PKn, Tikto Widodo senantiasa terus mengupdate wawasannya. Baca berita di televisi, atau membaca koran
menjadi menu wajib setiap harinya. Selain itu ia juga kerap menjelajah berbagai situs di dunia maya untuk memperkaya wawasannya.
"Zaman sudah sangat maju, berbagai peristiwa yang terkait dengan
pelajaran PKn juga sering terjadi, tugas kita sebagai guru adalah
bagaimana bisa terus update. Kalau tidak, akan repot sendiri karena
sekarang siswa kadang mengetahuo informasi lebih dulu daripada
gurunya," katanya.
Selain rajin membaca nerita, Tikto juga berat untuk rutin
membaca buku-buku penguat pengetahuan tentang PKn. Setiap
bulan, selepas menerima gaji, ia selalu menyisihkan beberapa rupiah
khusus untuk membeli buku. "Tetapi membeli bukunya tidak mesti
tiap bulan, kadang dua bulan sekali, karena untuk beli saya harus ke
Malang atau Jember, di sana lebih lengkap," katanya.
Buku-buku itu, sebagian disimpan di lemari khusus di kelas PKn
tempat ia mengajar. "Kebetulan di SMAN 2 Lumajang ini model
pembelajarannya adalah moving class, jadi untuk kelas PKn salah
satunya saya lengkapi dengan buku-buku saya," ujarnya. "Ini seperti
perpustakaan kelas, yang bisa dipinjam anak-anak juga," lanjutnya.

PEMBELAJARAN SISTEM DAKON

MUKTI ALI (Lumajang)

MUKTI ALI

Menyadari bahwa seorang guru harus dituntut untuk


kreatif dan inovatif dalam pembelajaran, Tikto mencoba
membuat beberapa kreasi dalam pembelajaran. Salah satunya adalah model Pembelajaran Silaturrahmi Sistem Dakon
(SSD). "Silaturrahmi itu kan persaudaraan, sedangkan dakon itu
permainan tradisional yang biasa disebut congklak. Saya mencoba
memadukan keduanya dalam pembelajaran matapelajaran PKn
atau civics," tutur Tikto Widodo.
Langkah-langkah model pembelajaran Silaturahmi Sistem
Dakon (Model SSD) dilakukan melalui tiga tahap, pendahuluan,
kegiatan inti, dan penutup. "Pada kegiatan pendahuluan, kegiatannya tanya jawab materi minggu lalu, dilanjutkan penyampaian
materi pokok, kemudian memberikan ilustrasi contoh materi dalam
kehidupan sehari-hari," terang Tikto.

Pada kegiatan inti, kegiatannya meliputi pembentukan kelompok, setiap kelompok beranggtakan 10 siswa. Pada tiap kelompok
dibagi menjadi dua tim, A dan B, masing-masing terdiri dari lima
siswa. Tiap kelompok/ tim harus dibuat heterogen kemampaun
akademiknya dan disusun berseling. Anggota nomor 1 pada tim A
atau B adalah siswa yang kurang pandai dan tidak berani presentasi,
siswa pada nomor 2 adalah siswa yang pandai dan berani presentasi,
dan seterusnya.
Selanjutnya guru menyajikan materi dan membagi tugas kelompok. Setiap siswa dituntut memperhatikan materi yang diajarkan/ didiskusikan dan memahaminya. Selanjutnya, siswa nomor 1
bersilaturahmi dan menjelaskan materi ke siswa nomor 2. Kemudian
siswa nomor 1 dan 2 menjelaskan materi ke peserta didik nomor 3.
Siswa nomor 1, 2 dan 3 menjelaskan materi ke siswa nomor 4. Siswa
nomor 1, 2 , 3 dan 4 menjelaskan materi ke siswa nomor 5. Kemudian
siswa nomor 5 menjelaskan materi ke nomor 1, 2, 3, dan 4.
Kemudian Tim A dalam kelompok menjelaskan materi ke
Kelompok B, dan bergantian Kelompok B menjelaskan materi ke
kolmpok A. "Yang dijelaskan materi yang sudah dibahas bersama,
disertai tanya jawab materi khusus yang sulit," kata Tikto.
Pada penutup, guru beri klarikasi materi, selanjutnya bersama
siswa mengambil kesimpulan. Selanjutnya, guru memberikan postes
materi yang sudah dibahas serta tugas untuk materi pertemuan
selanjutnya.
Pembelajaran SSD tersebut pernah diterapkan Tikto pada kelas
X-1 dan menjadi sebuah penelitian tindakan kelas (PTK). "Kreasi
pembelajaran ini lebih di dorong bagaimana pembelajaran PKn
itu tidak membosankan. Selain itu, melalui model dakon ini semua
siswa terlibat aktif dan punya tanggungjawab besar memahami
materi. Presentasi atau penjelasan pada teman satu tim menjadi
lebih santai dan kekeluargaan, mereka lebih rileks dan tidak tegang,"
terang Tikto.
Tikto melihat dari penelitiannya ada peningkatan hasil belajar
siswa terhadap sub materi PKn yang diajarkan dengan model SSD.
Terbukti ketuntasan hasil belajar meningkat dari 78,79 % siklus I
menjadi 87,88 siklus II. Kualitas proses juga meningkat, dari 81,52 %
pada siklus I menjadi 86,36 % padasiklus II. "Sebesar 96, 97 persen
siswa juga mengatakan senang dengan pembelajaran model SSD
ini," pungkasnya.

PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

37

Peni Saptorini, S.Pd


Juara III LKIG 2011 Tingkat SMA Bidang IPSK

Mengajak Siswa
CINTA GEOGRAFI

TERINSPIRASI PARA GURU


Peni terlahir sebagai anak ketujuh
dari sepuluh bersaudara, putri pasangan
Damidjo Wongsoatmodjo dan Ngadimah.
Kini Peni hanya bertujuh, karena tiga saudaranya sudah berpulang. Di masa kecilnya,
mereka menempati rumah sederhana,
persis di sebelah timur SD Negeri Kedungsari 1 Klirong, Kebumen, Jawa Tengah,
tempat Peni menamatkan pendidikan SD.
Meskipun kami orang desa, namun bapak
lulusan sarjana muda dan ibu lulusan SPG.
Bapak ibu memiliki visi untuk membekali
anak-anak dengan pendidikan yang lebih
tinggi dari mereka, katanya.
Kecintaan Peni pada dunia mengajar
mengalir dari darah bapak ibunya yang
sama-sama guru SD. Tidak bisa saya bayangkan bagaimana suka duka orangtua

38

FOTO-FOTO: DIPO HANDOKO

enghujung tahun 2011 lalu,


menjadi penutup tahun
yang membanggakan bagi
Peni Saptorini, S.Pd. Guru
geogra SMA Negeri 1 Mayong, Jepara menorehkan prestasi sebagai
Juara III Lomba Kreativitas Ilmiah Guru
(LKIG). Prestasi tingkat nasional memang
masih langka bagi SMA 1 Mayong yang
beralamat di Jalan Raya Kudus-Jepara Km
20 ini.
Peni yang baru genap 29 tahun pada
tanggal 31 Agustus ini juga masih terbilang
guru junior di SMA 1 Mayong. Peni baru
mengajar di sana sejak 2009. Pengalaman
mengajarnya juga belum terbilang lama.
Kali pertama mengajar dijalani Peni di
SMA Negeri 1 Kebumen tahun 2006, hingga
2009. Tak ayal prestasi itu amat disyukuri
baik Peni pribadi maupun para guru dan
kepala SMA 1 Mayong. Karya ilmiahnya berjudul ContextualTeaching Learning Based on
Local Space and It, Alternatif Pembelajaran
Geogra di SMA/MA untuk Merespons Dinamika Global, pada LKIG tahun lalu.

kami, di antara kesibukan mengajar juga


mendidik kami hingga sampai jenjang
kuliah. Bapak ibu juga menyekolahkan
beberapa keponakan yang sebagian dari
mereka tinggal bersama kami sehingga keluarga kami benar-benar menjadi keluarga
besar, kata Peni.
Masa kecilnya yang sarat dengan
petuah orangtuanya, turut mempengaruhi Peni dalam mengajar dan menjalani
kehidupannya kini bersama suaminya,
Popo Marunto. Saya masih ingat, sewaktu
kecil kami biasa berkumpul, mendengarkan
cerita dan tembang Jawa baik tembang
dolanan maupun macapat yang dilantunkan bapak. Rupanya, proses itu telah
mempengaruhi kepribadian kami karena
secara tidak langsung, bapak ibu tengah
mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada
kami. Bapak ibu juga lebih banyak menggunakan keteladanan dalam mendidik

Peni Saptorini akrab dengan siswanya, berpose


di depan sekolah.

anak-anak, kata Peni yang berpembawaan


santun, halus tutur katanya, dan pelan
dalam bertutur.
Misalnya didikan dalam hal disiplin,
mandiri, bertanggung jawab, dan mampu
mencari solusi atas permasalahan. Suatu
ketika, Peni kecil yang meminta dibuatkan
surat izin tidak masuk sekolah karena
merasa sedikit masuk angin atau ketinggalan angkutan. Ternyata bapak ibunya
tidak mau dan justru mengatakan, Hadapi
sendiri akibat dari tindakanmu itu! Pada
waktu itu saya jengkel. Tetapi setelah dewasa saya menyadari bahwa pada waktu
itu orangtua tengah mengajarkan makna
tanggung jawab kepada kami, katanya.
Kecintaan pada dunia mengajar juga
tumbuh dari pengaruh guru-guru Peni di
SD. Di masa itu listrik belum menjamah
kampung halaman Peni. Menjelang EBTA/
EBTANAS biasanya kami belajar di rumah

bapak ibu guru yang dengan ke lapangan


hati berkenan menerima kedatangan
kami, katanya. Setidaknya ada sejumlah
guru SD yang menjadi sumber inspirasinya
menjadi guru, yakni Ibu Jasiti, Bapak
Nyamadi, dan Ibu Istiti Sumintarsih, yang
menurut Peni mereka sosok guru yang
memiliki wawasan luas, sabar, dan tekun
membimbing siswa.
Ketika duduk di bangku SMP Negeri
1 Kebumen (1995-1998), Peni mulai hobi
membaca. Dari majalah Kuncung, Ceria,
dan Panjebar Semangat menjadi santapan
rutin. Ia penggemar cerita wayang. Peni
juga mulai menyukai pelajaran bahasa
Indonesia, yang tidak lepas dari gurunya,
Ibu Tjahjawati, katanya, mampu membuat siswa mencintai pelajaran bahasa.
Kecintaan pada bahasa Indonesia berlanjut di SMA ketika diajar Ibu Yusti Prihati,
yang menurut Peni, sosok guru yang sangat sabar
membimbing
siswa.
Cara beliau
mengajar juga
sangat
jelas dan

menye-nangkan. Hampir semua siswa


berkonsentrasi dan antusias mengikuti
pelajaran, katanya.

DARI MENULIS HINGGA


BIMBEL

lainnya, yakni menulis. Beberapa naskah


ksinya, antara lain: Kumpulan Puisi Maryam Muthmainnah (2009), Kulihat Bintang
Itu Berpijar di Jepara! (cerpen, 2010), Kado
Terindah Untuk Adinda (cerpen, 2012). Di
dunia menulis fiksi, Peni sering bersalin
nama menjadi Maryam Muthmainah.
Naskah nonksi yang ditulis juga cukup banyak, antara lain, Mempertahankan
Ruang Terbuka Hijau di Sekitar Kita, Langkah
Sederhana Untuk Menyelamatkan Lingkungan (essai, 2009), Pengembangan Tourism
Education Melalui Sinergisitas Penataan
Ruang Kawasan Wisata dengan Pembelajaran Geografi SMA di Kabupaten Jepara
Jawa Tengah (makalah, 2010), CTL Based on
Local Space and IT, Alternatif Pembelajaran
Geogra di SMA/MA dalam Merespons Dinamika Global (Juara III Lomba Kreativitas
Ilmiah Guru (LKIG) 2011), dan How to Teach
Geography Eectively? Studi Empirik Perpaduan Quantum Teaching dengan Contextual
Teaching Learning dalam Proses Pembelajaran Geogra di SMA (makalah, lomba Best
Practices Teacher, 2011).
Tahun 2007, Peni bersama 9 alumni
SMA Negeri 1 Kebumen angkatan 2001
mendirikan Bimbingan Belajar (Bimbel)
Rumah Pintar. Bimbel yang beralamat di
Kompleks Gedung Haji Jalan Veteran 6 Kebumen ini dirintis dari nol. Modalnya Rp 1
juta, hasil patungan bersepuluh. Peni harus
mengundurkan diri dari kesibukan itu ketika
ia pindah ke Jepara.
Keseharian Peni tak lepas dari banyak
kegiatan. Ia biasa bangun tengah malam
menjalankan tahajud. Setelah salat subuh,
Peni biasa mengaji antara seperempat
hingga setengah juz, kemudian dilanjutkan
membaca terjemahan ayat Quran yang
dibacanya itu. Kebiasaan mengaji ini juga
dilakukan selepas magrib hingga menjelang
azan isya berkumandang.
Kegiatan keagamaan lainnya yang
mengisi hari-hari Peni adalah mengikuti majelis taklim pimpinan Ustaz Abdul
Halim, dua pekan sekali. Di sekolah Penu
mendapat tugas mengajar setiap hari.
Kegiatan harian dari menyiapkan rencana
pembelajaran, mengoreksi tugas, hingga
mempelajari bahan ajar sudah cukup menghabiskan waktunya.

Kegemaran Peni membaca


sejak SMP, memunculkan hobi baru

DIPO HANDOKO (Jepara)

PROFESI PALING TEPAT


Meski Peni mengagumi sosok guru
sejak kecil, namun ketika hendak melanjutkan ke perguruan tinggi, Peni tidak
berminat masuk ke lembaga pendidikan
tenaga kependidikan. Ia melihat guru sebagai profesi yang nasibnya biasa-biasa
saja. Peni lebih tertarik menjadi ekonom,
khususnya praktisi perbankan syariah.
Selepas SMA tahun 2001, ia memilih kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS)
Yogyakarta. Ia harus melepas mimpinya
itu lantaran orangtuanya tidak berkenan.
Singkat cerita, Peni balik haluan, lebih
mendengar keinginan orangtuanya untuk
menjadi guru. Ia pun kuliah di Jurusan
Geogra Universitas Pendidikan Bandung.
Keinginannya menjadi ekonom Islam tak
padam. Ia tetap ingin meneruskan kuliah di
bidang perbankan syariah. Namun ketika
mengajar, saya jatuh cinta dengan dunia
anak-anak dan juga geogra itu sendiri.
Profesi guru memang paling tepat untuk
saya, kata Peni yang merampungkan
kuliah S-1 tahun 2006.
Peni mengawali sebagai guru di almamaternya, SMA Negeri 1 Kebumen. Ia mengajar geogra dan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) sebagai guru tidak
tetap. Ia sangat beruntung diterima dengan
sa ngat baik oleh para guru di SMA 1 Kebumen yang menurut Peni sudah seperti keluarga besarnya. Ia banyak belajar dari guru
yang lebih senior, di antaranya Sri Riastuti
(guru Geogra) dan Rusmanto (guru TIK).
Di SMA 1 Kebumen, Peni mengajar
hingga 2009. Ia lolos seleksi CPNS dan
ditempatkan di SMA Negeri 1 Mayong, Jepara. Hari-harinya menjadi
hal yang membuat Peni jatuh cinta
pada profesi guru. Bertatap muka
dengan anak-anak, melihat mereka
berproses menjadi lebih baik, adalah
hal yang sangat membahagiakan bagi
saya, katanya.

PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

39

Akib Ibrahim S.Pd, MM.


Penerima Satyalencana Pendidikan 2011

Sukses
Manajemen

ROTAN BERTUAH

MERANTAU KE SITIUNG
Akib Ibrahim lahir di Tasikmalaya 15 Juli 1964, dari pasangan
Junaidi dan Cicih Nafsih, keluarga petani yang sederhana. Sejak
kecil saya dididik orangtua untuk bekerja keras, tidak malas, bersikap
jujur dan santun menghargai orang lain, tutur Akib.
Kunci hidup yang dipegang Akib adalah jujur, bekerja keras
dan ikhlas. Kita harus menjunjung tinggi kejujuran dan keikhlasan
dalam bekerja, dan harus selalu bersyukur, apapun yang didapatkan, kata Akib. Kalau kita bekerja karena keikhlasan bukan karena
mengharapkan sesuatu, pasti hasilnya akan bagus. Sesuatu yang
diperoleh dengan kejujuran akan lebih membanggakan daripada
sesuatu yang diperoleh dengan tidak jujur, tambahnya.
Sejak kecil, Akib Ibrahim yang dibesarkan dalam kesederhanaan, sudah terbiasa hidup mandiri dan bekerja keras. Untuk
meneratas masa depannya, ia rela meninggalkan kampung halamannya, merantau ke tanah seberang mencari bekal penghidupan.
Setelah menamatkan SMA di Tasikmalaya, Akib melanjutkan
kuliah di salah satu program D-3 Institut Pertanian Bogor, dan lulus
tahun 1988. Selanjutnya, Akib Ibrahim merantau ke luar Jawa,
tepatnya ke Sumatera barat. Ia mengajar sebagai guru di Sekolah
Menengah Teknik Pertanian Sitiung, Sumatera Barat pada 19881993. Selanjutnya, Akib kembali ke Jawa dan mengajar di SMKN 3
Cianjur, pada tahun 1993 hingga 2003.
Pada tahun 2003, Akib Ibrahim yang merampungkan program
40

EVA ROHILAH

kib Ibrahim, S.Pd. MM., tak menyembunyikan kebahagiaannya, ketika ia terpilih sebagai salah seorang
penerima penghargaan Anugerah Satyalancana
Pendidikan. Kepala SMK Negeri 1 Pacet, Cianjur,
Jawa Barat, itu, langsung menerima Anugerah
Satyalancana Pendidikan dari Presiden Susilo BambangYudhoyono,
pada puncak peringatan Hari Guru Nasional yang digelar pada 30
November 2011, di Sentul Internasional Convention Centre (SICC),
Bogor.
Saya bersyukur, karena jerih payah yang saya lakukan untuk
memajukan sekolah, mendapat penghargaan setinggi ini, kata
Akib. Ia berharap, penghargaan itu bisa memicu rekan-rekan
sesama guru dan kepala sekolah untuk terus bekerja, mengabdi dan
menghasilkan prestasi. Kegembiraan Akib Ibrahim ini dirasakan oleh
segenap civitas akademika SMKN I Pacet. Keluarga Akib Ibrahim di
Cianjur dan orangtuanya di Tasikmalaya juga merasa terharu dan
bangga dengan prestasi Akib.

S-1 Jurusan Pendidikan Luar Sekolah di Universitas Islam Nusantara


(Uninus) Bandung itu dipercaya memimpin kelas jauh SMKN 3
Cianjur di Pacet. Ia pula yang kemudian dipercaya mengembangkan kelas jauh itu hingga menjelma menjadi SMKN 1 Pacet. Ketika kelas jauh itu dibuka, sering disebutnya kelas lapang, karena
pada awal-awal, lebih dari 70% pembelajarannya dilaksanakan di
lapangan karena belum punya bangunan, dan jumlah gurunya pun
terbatas, tutur Akib. Kala itu, kelas jauh SMKN 3 Cianjur di Pacet
menumpang di Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya dan
Villa Aquila, Pacet.
Akib juga dipercaya merintis pembukaan SMKN I Pacet, yang
merupakan pengembangan dari kelas jauh SMKN 3 Cianjur. Saat
itulah ia mulai menerapkan manajemen yang lebih terkonsep. Ia
menyebutnya manajemen Rotan Bertuah, yang tiada lain kecuali singkatan dari Read, Opportunity, Trust, Adapting, Networking,
Bussines Plan, Energic, Religi, Tough, Union, Agresive, dan Hope.
Manajemen itulah yang hingga kini diterapkan di SMKN 1 Pacet,
hingga menjadi salah sekolah favorit di Cianjur.

DARI READ HINGGA HOPE


Manajemen Rotan Bertuah meliputi beberapa langkah. Pertama, membaca potensi lingkungan melalui analisa SWOT (Read).
Kedua, memanfaatkan setiap peluang untuk dijadikan kesempatan
bagi pengembangan sekolah (Opportunity). Ketiga, membangun
kepercayaan dari semua pihak baik dari siswa, orangtua, masyarakat
dan stakeholder yang terkait (Trust).

MELALUI BERBAGAI TAHAPAN


Manajemen Rotan Bertuah dilaksanakan Akib Ibrahim melalui berbagai
tahapan. Tahapan pertama, pada tahun
2003, dijadikan masa membangun visi.
Masa itu merupakan masa adaptasi, dalam

EVA ROHILAH

Langkah keempat, penyesuaian pembelajaran dengan kondisi lingkungan, yaitu


menjadikan lingkungan sebagai sarana dan
sumber pembelajaran out sourcing (Adapting). Kelima, melakukan kerjasama atau
menjalin kemitraan dengan pihak-pihak
yang terkait guna peningkatan mutu dan
pengembangan sekolah (Networking).
Lima langkah manajemen itu, menurut Akib Ibrahim, disempurnakan dengan
tujuh langkah berikutnya. Pertama, setiap
kegiatan pengembangan pendidikan
direncanakan secara matang (Business
Plan). Kedua, program pendidikan dilaksanakan dengan semangat tinggi dengan
cara membangun motivasi (Energic). Ketiga, program dilaksanakan sesuai dengan
kaidah-kaidah norma yang berlaku (Religi).
Keempat, dalam perjalanannya tentu setiap
program akan menemukan hambatan
dan tantangan. Hambatan dan tantangan
tersebut harus dihadapi dengan ulet dan
tangguh (Tough).
Kelima, kebersamaan perlu dibangun agar semua komponen memiliki
visi yang sama dalam peningkatan mutu
dan pengembangan sekolah (Union).
Keenam, dalam peningkatan mutu dan
pengembangan sekolah itu, harus proaktif,
tidak menunggu peluang, tapi mencari
peluang melalui pengembangan inovasiinovasi baru (Agresive). Dan, ketujuh, dalam
pengembangan sekolah, tidak boleh cepat
puas, tapi harus selalu punya impian atau
harapan atas keberhasilan lain (Hope).

Berpose bersama Drs. Prasetyo Triatmojo, MM,


Kasubdit PTK SMK, Direktorat PPTK Dikmen
usai menerima penghargaan

serba keterbatasan sarana prasarana, tutur


Magister Manajemen lulusan Universitas
Satyagama, Jakarta itu. Kami membaca
peluang, beradaptasi dengan lingkungan
dan membangun networking, Akib menambahkan. Tahap kedua, 2004-2006,
disebut Akib sebagai masa menyemai,
yaitu masa sekolah menanam investasi
berupa sarana dan prasarana. Kami
terus mengembangkan networking dengan
stakeholders untuk secara bersama-sama
membangun sekolah, ujar Akib.
Tahap ketiga, tahun 20062007, disebut Akib sebagai periode investasi kedua,
dengan fokus pada pengembangan mutu
pendidikan. Tahap keempat, tahun 2007
sampai sekarang, menurut Akib adalah
masa membangun visi yang mengarah
pada sekolah idaman. Jika diandaikan,
sekolah kami telah naik tiga perempat
gunung. Sebentar lagi sampai ke puncak
gunung, kata Akib, bertamsil.
Sekolah Idaman dalam konsep Akib
adalah sekolah yang memenuhi standar
internasional, plus segudang prestasi.
Kini, perjuangan Akib, sebagian sudah
tercapai. Hal itu terbukti dari diraihnya
beragam prestasi oleh SMKN I Pacet dan
oleh Akib sendiri sebagai kepala sekolah,
baik di tingkat kabupaten, provinsi maupun
tingkat nasional.
Beberapa prestasi yang diraih Akib
Ibrahim di antaranya adalah pada tahun

2010, menjadi Pemenang Harapan I Kepala


Sekolah Berwawasan Lingkungan Tingkat
Nasional. Pada 2011 menjadi Juara II Kepala
Sekolah Berprestasi kelompok SMA-SMK
tingkat Provinsi Jawa Barat, dan Juara I
Lomba Kreativitas dan Inovasi Kepala Sekolah Pendidikan Menengah dalam Pengembangan Karakter Bangsa tingkat nasional.
Dan, prestasi terbesar yang diraih
Akib Ibrahim tentu saja adalah Anugerah
Satya-lancana Pendidikan. Penghargaan itu
tidak hanya mengangkat diri dan sekolah,
tapi juga Cianjur dan Provinsi Jawa Barat.
Karena itulah, Akib merasa penghargaan
Satyalancana Pendidikan sebagai sebuah
amanah yang harus dijaga. Akib merasa
harus tetap bisa menunjukkan kapasitas
dirinya sebagai sosok yang layak menerima
penghargaan itu. Penghargaan Anugerah
Satyalancana Pendidikan ini memberi saya
tanggung jawab untuk terus berkiprah
dalam pembangunan pendidikan bagi generasi penerus bangsa, ujar Akib Ibrahim.
Bagi Akib Ibrahim, penghargaan
bukanlah tujuan akhir atas semua jerih
payahnya. Melainkan justru awal dari
perjuangan baru untuk mempertahankan
amanah itu. Penghargaan yang diterimanya
telah memberinya beban tanggung jawab
moral, sebagai orang yang layak menerima
penghargaan tersebut.

EVA ROHILAH

PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

41

Drs. Muhammad Arasy, M.Si


Kepala SMAN 3 Palu

Maju dengan

uhammad Arasy
sangat mencintai
lingkungan. Kepala
SMA Negeri 3 Palu,
Sulawesi Tengah, itu
membuktikannya dengan menyulap sekolahnya menjadi hijau nan asri, di berbagai
sudut sekolah dipenuhi berbagai tanaman
hias. Ia sukses mengajak siswa dan segenap
keluarga besar SMAN 3 Palu menghijaukan
lingkungan sekolah. Pendidikan sekolah
pun menjadi muatan lokal di SMAN 3 Palu.
SMAN 3 Palu akhirnya ditunjuk pemerintah sebagai sekolah model Pendidikan
Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) bidang Lingkungan. Puncaknya, SMAN 3
Palu dianugerahi Penghargaan Sekolah
Berwawasan Lingkungan dari Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas)
pada tahun 2005. Arasy juga diundang
ke Jakarta bersama bersama para kepala
sekolah berprestasi pada peringatan Hari
Kemerdekaan RI tahun 2010 lalu.
Arasy dianggap sukses menciptakan
lingkungan asri di sekolahnya. "Suasana
yang hijau dan asri dengan pepohonan dan
tanaman hias di sekeliling sekolah mampu

42

DOK. SMAN 2 PALU

PENDIDIKAN LINGKUNGAN
memberikan ketenangan, kesejukan, sehingga memacu semangat para siswa dan
guru," ujar ayah satu anak itu.

SEKOLAH KORBAN KEBAKARAN


Drs. Muhammad Arasy, M.Si., lahir
di Barru, Sulawesi Selatan, pada 12 Juli
1958. Setelah tamat SMA, ia menempuh
pendidikan S-1 Jurusan Pendidikan Sejarah
dan Kebudayaan di Fakultas Adab, Institut
Agama Islam Negeri Makassar. Setelah
lulus pada 1985, ia merantau ke Palu. Di
sana ia sempat menjadi guru honorer di
sejumlah SMA juga dosen kelas jauh IAIN
Makassar di Palu.
Pada tahun 1987, ia lulus seleksi
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan ditugaskan di SMAN 4 Palu sebagai guru Sejarah.
Ia mengabdi di sana selama 15 tahun,
dengan jabatan terakhir sebagai kepala
sekolah. Ketika itu SMAN 4 Palu menjelma
menjadi salah satu sekolah favorit. Selama
mengabdi di sekolah itu pula ia berhasil
menamatkan pendidikan S-2 Administrasi
Publik, di Universitas Tadulako, Palu.
Pada tahun 2002, Muhammad Arasy
mendapat tugas baru sebagai kepala

Drs. Muhammad Arasy, M.Si

SMAN 3 Palu. Ia dipindahkan ke sana, dengan tugas menghidupkan kembali SMAN


3 Palu yang luluh lantak setelah terbakar
habis, dua bulan sebelum ia ditempatkan.
Para siswa terpaksa belajar di antara puingpuing bekas kebakaran karena pemerintah
daerah tak segera mengucurkan dana untuk
pembangunan kembali sekolah itu.
Arasy berusaha membangun kembali
sekolah yang hancur itu dengan menghimpun pendanaan dari berbagai sumber.
Bahkan ia sendiri dengan ikhlas menyumbang uang untuk membantu membangun
kembali sekolahnya. Keruan saja, banyak
orang berdecak kagum dengan langkah
mulia Arasy yang rela berkorban materi
untuk pembangunan kembali sekolah.
Arasy memang memiliki usaha penjualan
material bangunan, khususnya pasir dan
batu di kampung halamannya di Barru, Su-

Pendidikan lingkungan menjadi muatan lokal SMAN 2 Palu

lawesi Selatan. Ini usaha warisan orangtua,


yang sekarang dikelola anak dan keponakan
saya, tutur Arasy.
Menurut Arasy, ia makin termotivasi
membangun sekolahnya setelah bertemu
seorang pengusaha bekas muridnya, yang
tak lain adalah Nasrudin Zulkarnaen, Direktur Utama PT Putra Rajawali Banjaran yang
sempat heboh dalam pemberitaan karena
tewas tertembak pada awal 2009 di Jakarta.
Menurut Arasy, Nasrudin pernah bersekolah di SMAN 4 Palu, kemudian pindah ke
SMAN 3 Palu tahun 1986. Jadi beliau itu
alumnus SMAN 4 Palu, sekaligus SMAN 3
Palu, kata Arasy.
Arasy bertutur, ketika mereka bertemu
di reruntuhan bangunan SMAN 3 Palu,
Nasrudin memberinya dorongan semangat
untuk membangun kembali sekolah itu.
Arasy merasa termotivasi. Ia berusaha keras
mencari dana untuk membangun kembali
SMAN 3 Palu. Dengan biaya dari berbagai
sumber, sekolah ini akhirnya berdiri kembali, bahkan kini menjelam menjadi sekolah dua lantai yang asri. Tidak hanya itu,
sekolah di pinggiran kota yang sebelumnya
kurang peminat itu, kini menjadi salah satu
sekolah favorit di Palu.
Pembangunannya dimulai pada tahun
2003, sampai akhirnya menjelma menjadi
sekolah yang terbilang megah. Selama
pembangunan sekolah yang dilakukan
bertahap, Arasy mengajak seluruh warga

sekolah untuk menghijaukan sekeliling


sekolah. Kini, di sepanjang lorong sekolah,
baik di lantai satu maupun di lantai dua
penuh dengan pot-pot berisi tanaman
hias. Di halaman depan dan belakang pun,
ditanami ponon-pohon penghias yang
membuat sekolah dengan luas lahan sekitar
2 hektar itu tampak rindang dan asri.
Saya tak cuma mengajak menanam
pohon di sekolah, tapi juga meminta siswa
menanam pepohonan di rumah, kata
Arasy. Para orangtua siswa pun kami ajak
menerapkan penghijauan di rumah masingmasing untuk mewujudkan Kota Palu yang
hijau, ia menambahkan.

IPTEK, IMTAK, & LINGKUNGAN


Perjuangan Muhammad Arasy membangun kembali sekolahnya dan kemudian
mengembangkannya menjadi sekolah favorit mendapat perhatian dari Direktorat
Pembinaan SMA, Kemdikbud. SMAN 3 Palu
kemudian dijadikan model sekolah berwawasan lingkungan di Sulawesi Tengah. Alhamdulillah, sekolah kami akhirnya menjadi
sekolah percontohan karakter tingkat
provinsi, tutur Arasy. Bahkan Badan Narkotika Nasional telah menjadikan sekolah
ini sebagai percontohan bebas narkotika.
Arasy memang sangat menjaga kebersihan sekolahnya dengan memelihara
moral dan kepribadian para siswanya. Ia
telah menetapkan visi untuk menjadikan
SMAN 3 Palu unggul dalam Iptek (ilmu
pengetahuan), unggul dalam Imtak (keimanan dan ketakwaan), serta peduli pada
Lingkungan.
Hanya berselang tiga tahun setelah
dibangun kembali, SMAN 3 Palu telah
dirintis menjadi sekolah kategori mandiri,
karena dinilai mempunyai keunggulan sebagai sekolah hijau. Sekolah ini pun ditetapkan sebagai sekolah standar nasional (SSN).
Dan, pada 2009-2010, SMAN 3 Palu diberi
predikat sekolah model. Sekolah ini dinilai
memenuhi standar nasional serta mampu
mengembangkan pendidikan berbasis

keunggulan lokal.
Sarana dan prasarana belajar di SMAN
3 Palu pun sudah lengkap. Dalam bidang
teknologi komunikasi dan informasi,
misalnya, sekolah ini sudah dilengkapi
fasilitas internet nirkabel Wi-Fi (hotspot),
yang memudahkan para guru dan siswa
dalam mengakses internet. Sekolah kami
akhirnya dijadikan sekolah model penuh,
dan dapat mengembangkan pusat sumber belajar dengan penguatan pendidikan
teknologi informasi dan komunikasi, tutur
Arasy, bangga.
Muhammad Arasy juga menerapkan
pengawasan yang ketat, agar para guru dan
siswa belajar sunggu-sungguh. Tiap ruang
kelas dipasangi kamera CCTV sehingga
Arasy bisa memantau kegiatan belajar
mengajar di kelas. Dengan kamera itu,
saya bisa mengetahui jika ada ruang kelas
yang kosong karena gurunya terlambat
datang, katanya.
Karena prestasinya yang makin oke,
tak heran jika SMAN 3 Palu makin diserbu
peminat. Pada pendaftaran siswa baru
tahun 2011, peminatnya mencapai 1.000
orang. Daya tampungnya sendiri hanya 400
siswa. Padahal sebelumnya, sekolah yang
terletak di pinggiran kota itu sepi peminat,
kalah oleh SMAN 1, SMAN 2, dan SMAN 4
yang terletak di dalam kota.
Dua tahun lalu, Direktorat SMA, Kemdiknas, pernah menawari SMAN 3 Palu
menjadi rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI). Sebagai RSBI, pihak sekolah
dibolehkan menarik pungutan dana kepada
para orang tua siswa karena sudah menjadi
sekolah favorit.
Bagaimana sikap Muhammad Arasy?
Saya menolak jadi RSBI, katanya. Alasannya, para siswa SMAN 3 Palu kebanyakan
berasal dari keluarga tak punya. Bahkan,
kami menggratiskan biaya pendidikan
untuk anak-anak tidak mampu, ujarnya.
Ia khawatir, jika sekolahnya menjadi RSBI,
banyak dari mereka tak bisa bersekolah
lagi di sana.
Penolakan Arasy terhadap tawaran
status RSBI awalnya terdengar aneh.
Setelah saya jelaskan kepada para guru
dan komite sekolah, mereka mendukung sikap saya, ujar Arasy. Saya tidak berambisi
menjadikan sekolah ini sebagai RSBI. Bagi
saya yang penting adalah meningkatkan
kualitasnya.

EVA ROHILAH

PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

43

Drs. Erizal, S.IP, M.Pd


Juara 2 Pengawas SMK Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2011

untuk para guru terutama yang belum bisa


membuat kisi-kisi soal. Kisi-kisi soal harus
dibuat secara baik untuk digunakan dalam
pengukuran perkembangan prestasi siswa,
katanya.

Membimbing Guru
Menyusun Kisi-kisi

paya meningkatkannya, terutama mutu


para guru teknik yang selama ini menjadi
fokus binaannya. Setelah melakukan riset
selama satu tahun lebih, Erizal menemukan
berbagai akar masalah rendahnya mutu
guru SMK binaannya. Masalah yang sering
ia temui antara lain, sebagian besar guru
SMK binaannya tidak biasa membuat kisikisi dalam membuat soal ujian, sehingga
metode pengukuran kemajuan prestasi
siswa tidak terkonsep secara matang.
Sekitar 70% guru di sekolah membuat evaluasi itu tanpa kisi-kisi soal, ujar
Erizal. Artinya, penerapan kurikulumnya
kurang bagus. Karena itu, saya mencoba
fokus pada pembinaan kurikulum, Erizal
menambahkan. Menurut dia, ada beberapa
alasan kenapa para guru enggan membuat
kisi-kisi soal. Ada guru yang sudah bisa
membuat kisi-kisi tapi ia malas. Ada juga
guru baru yang memang belum bisa,
katanya.
Erizal juga menggagas penyelenggarakan workshop, semacam bimbingan teknis,

DOK. ERIZAL

udah delapan tahun Drs. Erizal,


S.IP., M.Pd., menjadi pengawas
sekolah rumpun teknik di Kota
Tangerang, Banten. Selama itu
pula Erizal terus berupaya meningkatkan
mutu pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), di tengah perkembangan
industri yang pesat.
Sebelum menjadi pengawas, lelaki
kelahiran Bandung 21 November 1961, itu
sudah 17 tahun menjadi guru. Ia bertugas
sebagai guru teknik listrik di STM (Sekolah Teknik Menengah) Negeri Tangerang,
dan guru teknik instalasi listrik di SMKN 4
Tangerang. Sarjana teknik elektro lulusan
Universitas Negeri Jogjakarta ini kemudian
dipercaya menjadi pengawas sekolah sejak
2003. Akhirnya, sebagai pengawas, Erizal
berhasil meraih prestasi membanggakan,
yakni menjadi Juara II Pengawas Berprestasi
Tingkat Nasional, pada Agustus tahun lalu.
Di Tangerang, saat ini ada 22 SMK yang
diawasi Erizal. Karena belum meratanya
mutu SMK, maka Erizal terus menerus beru-

AKTIF DI BANYAK KEGIATAN

44

Erizal ketika mengikuti studi banding di sebuah SMK


di Guangzhou, Cina

Erizal melakukan bimbingan teknis penyusunan kisi-kisi ini di SMKN 5 Tangerang,


yang kemudian diangkatnya sebagai karya
tulis pada ajang pemilihan Pengawas Sekolah Berprestasi Nasional 2011. Judul karya
ilmiahnya adalah Peningkatan Kompetensi
Guru Dalam Pembuatan Kisi-Kisi Soal dan
Kartu Soal Tes Prestasi Belajar Berdasarkan
Pada Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar Melalui Bimbingan Teknis Pengawas
di SMK Negeri 5 Kota Tangerang.
Saya rasa, saya terpilih jadi juara
karena saya juga dianggap aktif di banyak
kegiatan, kata Erizal. Selain aktif mengawasi SMK di Tangerang, Erizal juga aktif
mengikuti berbagai kegiatan ilmiah, seperti
pelatihan dan seminar, bahkan hingga ke
luar negeri. Antara lain, ia pernah melakukan studi banding ke Singapura dan mengikuti diklat Competency Based Training (CBT)
pada Diklat Kejuruan di Perth Australia.
Sejak tahun 2007 Erizal juga aktif menjadi
assesor tingkat provinsi.
Kesibukan Erizal lainnya adalah menjadi tim pengembang kurikulum baik di
tingkat Tangerang dan Provinsi Banten.
Sejak tahun 2008, Erizal menjadi salah
satu tim pengembang kurikulum tingkat
nasional, bergabung dalam tim dari Pusat
Kurikulum Badan Litbang Kemdikbud. Ia
terlibat dalam berbagai kegiatan pengembangan kurikulum di 14 kabupaten/kota di 7
provinsi, melalui workshop, bantuan teknis,
pendampingan, monitoring, narasumber,
fasilitator dan verikator.
Sampai saat ini sudah ada enam modul
Competency BasedTraining (CBT) yang telah
disusunnya bekerjasama dengan International Association of Public Safety Divers
(IAPSD), West Java Institutional Development Project (WJIDP) AusAid. Ia juga telah
menyusun hasil penelitian tindakan sekolah
sebanyak dua judul dan 2 buah buku pelajaran berjudul Pendidikan Budi Pekerti dan
Instalasi Listrik Domestik.

EVA ROHILAH

Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah

DIPO HANDOKO

Memberdayakan
Kolaborasi SMK

Apeng Sunarto, S.Pd., M.Pd.

ebanggaan selayaknya
dirasakan segenap jajaran
Pemerintah Kabupaten
Banyumas, khususnya
Dinas Pendidikan Banyumas. Mereka
mendapat penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) berupa Anugerah Peduli Pendidikan (APP). Bukan semata Banyumas,
memang, yang meraih penghargaan
APP Kategori empat kabupaten/kota.
Antara lain, Kabupaten Banyumas
(Jawa Tengah), Kabupaten Gunung
Mas (Kalimantan Tengah), Kabupaten
Gorontalo (Gorontalo) dan Kabupaten
Pacitan (Jawa Timur).
Menurut penjelasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)
Mohammad Nuh, keempat kabupaten/
kota penerima Anugerah Peduli Pendidikan dinilai sudah memenuhi anggaran
pendidikan 20 persen. "Selain itu, kabupaten tersebut peduli kepada tenaga
pendidik dan peserta didik, membangun sarana dan prasarana pendidikan,
dan pemenuhan kekurangan bantuan
operasional sekolah (BOS) dan BOS
Daerah (BOSDA)," kata Mendikbud.
Dinas Pendidikan Banyumas membuktikan diri sebagai kabupaten yang
peduli pendidikan bukan hanya di atas
kertas. Kemajuan pendidikan menengah
tampak pada sejumlah program dan

bukti nyata di sekolah. Satu di antara


yang terlihat adalah Banyumas sebagai
Kabupaten Vokasi. Deklarasi digaungkan pada 2 April 2011. Kabupaten/Kota
Vokasi merupakan bagian dari Jawa Tengah sebagai Provinsi Vokasi yang sudah
didengungkan sejak 2008. Di Jawa
Tengah baru 24 kabupaten/kota vokasi,
di antaranya Banyumas, kata Apeng
Sunarto, S.Pd., M.Pd, Kepala Bidang
Penddikan Menengah, Dinas Pendidikan
Banyumas.
Dari sisi jumlah, tercatat siswa
33.000 siswa SMK di 64 sekolah. Jumlah
ini jauh melebihi SMA, yang tercatat
15.000 siswa SMA di 33 sekolah. Sebagian besar merupakan sekolah swasta,
hanya 9 SMK negeri dan 14 SMA negeri.
Penambahan jumlah SMK melonjak selama kurun 2007-2011, dari sebelumnya
48 menjadi 64 sekolah. SMK baru itu
murni dengan pendirian sekolah, bukan
mengalihfungsikan SMA menjadi SMK.
Deklarasi Banyumas sebahai Kabupaten Vokasi dilanjutkan dengan
kegiatan Bhakti Sosial SMK Peduli Masyarakat, selama tiga hari pada Oktober
2011. Sebenarnya setiap SMK memiliki
kegiatan bhakti sosial setiap tahunnya.
Mulai tahun 2011, kegiatan itu kita satukan, kata Apeng. Gebyar pengobatan
gratis dilakukan bersama 3 SMK bidang
kesehatan. SMK bidang bisnis dan manajemen secara bersama menggelar sosialisasi administrasi dan akuntasi yang
dipusatkan di sejumlah kelurahan.
Yang sekolah bidang otomatif juga
menggelar layanan gratis untuk sepeda
motor dan mobil. SMK bidang pertanian
juga menggelar aksi sosial penanaman
5000 pohon, kata Apeng. Disamping
itu kegiatan bantuan sembako dan pakaian pantas pakai di 6 titik yang ada di 5
kawedanan.
Kegiatan lain yang tetap berjalan

hingga saat ini adalah kolaborasi antarSMK. Dinas Pendidikan Banyumas


memberdayakan keberadaan SMK
dengan memesan sejumlah kebutuhan
kepada SMK. Misalnya kebutuhan konsumsi rapat dan kegiatan lain, memesan
kepada SMK Negeri 3 sebagai pusatnya
SMK tata boga. Untuk memenuhi kebutuhan telur, SMKN 3 memesan kepada
SMK pertanian. Kebutuhan lain untuk
membikin suvenir dan teralis dipenuhi
oleh SMKN 2 yang memiliki bidang keahlian teknik audio video, pengelasan
dan otomotif. Sehingga di praktik siswa
di sejumlah SMK tersebut menjadi lebih
banyak karena ada orderan dari Dinas
Pendidikan Banyumas. Sementara
baru Dinas Pendidikan yang memberdayakan SMK. Bupati Banyumas baru
sebatas mengimbau dinas-dinas lain
bisa melakukan kebijakan serupa, kata
Apeng.
Kebijakan Dinas Pendidikan Banyumas juga tidak membatasi satu SMK
hanya membuka bidang studi tertentu
sebagai fokus pengembangan. Melainkan bebas mengembangkan keahlian
apapun disesuaikan kebutuhan. Misalnya
SMKN 1 yang berstatus RSBI yang membuka bidang keahlian multimedia, yang
sebelumnya bisnis manajemen saja. SMK
Purwojati yang baru didirikan berlabel
Sekolah Kejuruan Terpadu. Yang tetap
dipertahankan adalah SMK Kesenian dan
SMK Pertanian. Kebijakan penting lainnya adalah penataan guru, yang keluar
sebelum ada Surat Keputusan Bersama
5 Menteri. Untuk guru mata pelajaran
normatif dan adaptif, tidak ada pembedaan guru SMA dan SMK. Guru SMA bisa
dimutasi ke SMK, atau sebaliknya. Saat
ini penataan guru SMA-SMK sudah 90
persen, kata Apeng.

DIPO HANDOKO
PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

45

46

Kabupaten Mojokerto
Jawa Timur

Maju
Bersama
SMK
ARIEN TW

etika Sekolah Menengah


Kejuruan (SMK) di Solo
berbangga dengan mobil
rakitan Esemka, sebuah
SMK di Mojokerto pun unjuk prestasi
yang bermanfaat bagi masyarakat.
Sebut saja SMK Pungging Mojokerto
yang menciptakan mesin pengolahan
pupuk granul, yang sudah dimanfaatkan
dengan cukup baik oleh para petani
setempat. Ada pula SMK yang berhasil
merakit laptop.
Kabar baik ini disampaikan Drs.
Moh. Kholik, M.Pd, salah seorang pengawas di bawah Dinas Pendidikan
Kabupaten Mojokerto. Menurut Kholik,
Mojokerto yang terbilang kota kecil namun tergolong ramai. Di bidang pendidikan, pemerintah Mojokerto pun merupakan kota yang menaruh perhatian
besar pada perkembangan pendidikan.
Nyaris semua masyarakatnya memiliki
antusias yang cukup tinggi dalam hal
pendidikan. Dengan segala daya upaya,
mereka tak segan untuk mengusahakan
berbagai cara supaya dapat mencetak
generasi-generasi yang berkualitas dan
berdaya saing tinggi.
Dengan animo masyarakat yang
cukup tinggi dalam soal pendidikan, ini
memudahkan terwujudnya output pendidikan yang berkualitas serta merata.
Apalagi ditambah dengan derasnya berbagai dukungan, terutama dari pemerintah pusat melalui dinas pendidikan
setempat, maupun pemerintah daerah.
Misalnya, dengan munculnya kebijakan pemerintah pusat yang melarang
adanya pungutan di sekolah-sekolah,
terutama yang berada dalam satuan
pendidikan wajib belajar. Sebagai kompensasinya, pemerintah mengucurkan
dana block grant yang rupanya dimanfaatkan dengan cukup baik oleh sekolah-sekolah. Dengan adanya kebijakan
ini, masyarakat Mojokerto segera bebas
dari generasi yang tidak berpendidikan.
Semuanya, tanpa terkecuali, berkesempatan untuk mengecap bangku sekolah
dan belajar dengan baik.
Namun demikian, kebijakan tersebut masih terbatas hingga tingkat
pendidikan wajib belajar saja, yakni SD
dan SMP. Sedangkan tingkat sekolah
menengah (SMA atau SMK) masih harus berjuang lebih keras untuk meme-

ratakan pendidikan dan meningkatkan


kualitasnya, lantaran terbatasnya subsidi dari pemerintah pusat. Meski demikian, pemerintah daerah pun melarang
adanya pungutan sekolah di tingkat
sekolah ini. Tak hilang akal, masyarakat
dan orang tua murid bahu membahu
dengan usaha swadaya mereka sendiri
untuk mewujudkan pendidikan yang
berkualitas. Tak jarang mereka membuat komunitas sendiri untuk membantu sekolah meningkatkan sarana
dan prasarana, meski tanggung jawab
komunitas tersebut berada di luar sekolah. Mereka pun tak merasa keberatan
dengan kebijakan subsidi silang. Sepanjang untuk kebaikan putra-putri mereka,
para generasi penerus bangsa, mereka
tak segan untuk mendukung pendidikan
dengan kemampuan maksimal.
Kendati demikian, perkembangan
pendidikan di kota yang memiliki SD
negeri sebanyak 510 buah, SMP negeri/
swasta sebanyak lebih dari 70-an, SMA
negeri/swasta sebanyak 34, dan SMK
negeri/swasta sebanyak 34 buah ini
tak lepas dari beberapa kendala. Salah
satunya adalah persoalan para pendidik,
terutama di Sekolah Menengah Kejuruan, dimana mereka kerap mengajar
mata pelajaran yang sesungguhnya
tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dan kompetensi guru tersebut.
Hal ini lebih banyak dikarenakan terbatasnya, atau bahkan tidak ada sama
sekali guru yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diampu. Misalnya, di se-

Drs. Moh. Kholik, M.Pd.

buah SMK Kesehatan atau SMK Pertanian, guru-guru di bidang mata pelajaran
khusus terpaksa diambil dari guru dari
mata pelajaran yang lain. Menurut Kholik, yang Juara II Pengawas Berprestasi
Jawa Timur 2011, sekolah kesulitan
mendapatkan guru yang sesuai latar belakang pendidikan dan kompetensinya
karena belum adanya lulusan dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK) di bidang yang dibutuhkan. Padahal animo masyarakat pada sekolah
khusus tersebut cukup tinggi.
Animo masyarakat Mojokerto pada
pendidikan berbasis keterampilan juga
tampak pada perkembangan pendidikan jalur nonformal. Lembaga kursus
dan pelatihan menjadi primadona di
sana. Kendati demikian, perlu adanya
penanganan yang profesional, terutama dalam hal menyalurkan output
tenaga-tenaga siap pakai tersebut ke
perusahaan atau institusi yang membutuhkan dan tepat sasaran. Misalnya, ke
berbagai instansi pemerintah sendiri di
bidang pariwisata, kesehatan, dan sektor lain. Sejauh ini, persoalan itu masih
menjadi tantangan yang harus segera
diselesaikan. Dinas Pendidikan Mojokerto yang saat ini dipimpin Ir. Susanto optimistis dapat menyelesaikan berbagai
persoalan pendidikan atau setidaknya
memfasilitasi untuk meringankan beban
pendidikan.

ARIEN TW

Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua

rogram-program pendidikan telah dicanangkan


pemerintah pusat di Jakarta
berdasarkan kondisi pendidikan nasional secara umum. Namun,
persoalan di daerah seringkali berbeda
dengan kondisi umum tadi. Karena itu,
beberapa daerah mencoba menetapkan
kebijakan sendiri dalam menangani persoalan pendidikan di wilayahnya.
Kabupaten Biak Numfor, Papua,
merupakan salah satu kabupaten yang
telah menerapkan kebijakan-kebijakan
sendiri dalam menangani pendidikan,
sesuai dengan kebutuhan daerahnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Biak Numfor, Drs.H.J. Rumkabu, M.M.,
mengatakan bahwa di antara kebijakan
yang telah diambil Kabupaten Biak
Numfor adalah melakukan rehabilitasi
perumahan guru.
Menurut Rumkabu, dalam hal pembangunan sik, selama ini pemerintah
pusat lebih fokus pada rehabilitasi atau
pembangunan ruang kelas. Di wilayah
kami, kondisi ruang kelas masih bagus,
tapi perumahan guru memprihatinkan,
katanya. Rumah guru yang dibangun
puluhan tahun lalu itu, kini tidak layak
huni lagi, jelas Rumkabu. Rehabilitasi
perumahan guru itu dilaksanakan sejak
tahun 2008 di semua distrik di Biak
Numfor.
Rumkabu mengatakan, guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan. Oleh karnanya, kesejahteraan
guru harus benar-benar diperhatikan,
tidak hanya sebatas gajinya, tapi juga
menyangkut kehidupan sehari-harinya,
termasuk tempat tinggalnya.
Jika kesejahteraan guru tidak diperhatikan dengan baik, ia khawatir akan
berpengaruh kurang baik terhadap motivasinya dalam mengabdi. Dengan ada-

SAIF AL HADI

Rumah Guru
Demi Pendidikan
nya rehabilitasi perumahan tersebut, ia
berharap, guru akan lebih tekun dalam
mengajar. Gaji guru memang sudah
kita perhatikan. Tapi gaji saja belum
cukup. Kalau tempat tinggalnya tidak
layak, semangat mengajarnya pun akan
turun, kata Rumkabu.

KEBERADAAN LPTK
Selain mengupayakan kesejahteraan untuk guru termasuk memperbaiki
tempat tinggalnya, tentunya mutu dan
kompetensi guru juga menjadi hal lain
yang terus menerus diupayakan untuk ditingkatkan. Menurut Rumkabu,
pemerintahnya kini sedang berupaya
mendorong berdirinya Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai perguruan tinggi yang akan menyelenggarakan pendidikan guru sekaligus
meningkatkan jenjang pendidikan guru.
Kami sedang mendorong percepatan izin operasional perguruan tinggi
LPTK di daerah kami, kata Rumkabu.
Sehingga, kesempatan guru untuk
meningkatkan kompetensinya menjadi
lebih luas, ia menambahkan. Dengan
adanya LPTK yang sudah memiliki izin
operasional, tambahnya, guru yang
awalnya hanya berpendidikan D-1 dan
D-2, bisa melanjutkan pendidikannya
sampai S-1, S-2, atau bahkan S-3.
Keberadaan LPTK dirasa sangat
penting bagi penguatan kompetensi
guru. Bahkan, karena sangat pentingnya LPTK di Biak Numfor, masyarakat
setempat rela mendirikan Sekolah
Tinggi Ilmu Keguruan dan Pendidikan
(STIKIP) dengan swadaya sendiri sejak
hampir 7 tahun lalu. Namun sampai saat
ini, izin operasionalnya masih tetap belum keluar juga.
Kami terus mendorong yayasan
yang membangun perguruan tinggi

Drs. H.J. Rumkabu, M.M.

tersebut, untuk terus mengupayakan


izin operasionalnya, kata Rumkabu.
Menurut dia, sudah berkali-kali mereka
menghadap ke Ditjen Dikti Kemdikbud
untuk menyelesaikan semua persyaratan yang diminta. Bahkan, menurut laporan terakhir sudah lengkap dan
tinggal memperbaiki akta pendirian di
Kementrian Hukum dan HAM. Itu juga
sudah dilakukan, tapi sampai hari ini,
belum keluar juga izin operasionalnya,
terang Rumkabu.
Pemerintah Kabupaten Biak Numfor terus berupaya mengusahakan
keluarnya izin operasional LPTK melalui
UP4B (Unit Percepatan Pembangunan
Provinsi Papua dan Papua Barat). Saya
berharap izin operasional itu bisa terbit
secepatnya, agar para guru bisa meningkatkan profesionalitas dan kompetensinya. Semuanya itu bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan bagi
masyarakat kami di Biak Numfor, kata
Rumkabu.

SAIF AL HADI

PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

47

TANTANGAN
GURU ABAD XXI
Oleh: Surya Dharma, M.P.A., Ph.D.

PENDAHULUAN
uru memiliki peran sangat strategis dan sentral dalam
proses peningkatan mutu pendidikan, mengingat tugas
dan fungsinya menuntut mereka untuk senantiasa
berada di garis terdepan dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, sosok guru yang profesional merupakan syarat mutlak bagi terciptanya sistem dan praktik
pendidikan yang bermutu. Apalagi, faktor lingkungan yang terus
berubah, berkembang, dan kompleks menuntut guru untuk selalu
belajar dan responsif, agar pola dan strategi pembelajaran yang
mereka jalankan di kelas bisa disesuaikan dengan tuntutan dan
perubahan lingkungan.
Tuntutan guru untuk selalu belajar dan bersikap responsif
terhadap perubahan itu secara tegas juga dinyatakan dalam Global
Agenda for Children: Learning for 21 century (Shaeer,dkk,2000):
In order for the world to survive and prosper in the new century,
people will need to learn more and learn dierently. A child entering
the new century will likely face more risks and uncertainties and will
need to gain more knowledge and master more skills than any generation before.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa untuk menghadapi
abad 21, kita dituntut terus belajar lebih banyak. Kita juga harus belajar dengan pendekatan atau cara yang berbeda karena kita menghadapi zaman yang berbeda pula. Para siswa di abad 21 menghadapi
berbagai risiko dan ketidakpastian sejalan dengan perkembangan
lingkungan yang begitu pesat seperti teknologi, ilmu pengetahuan,
ekonomi dan sosial-budaya, sehingga siswa dituntut untuk belajar
lebih banyak dan proaktif agar mereka memiliki pengetahuan dan
keahlian yang lebih kaya. Para siswa saat ini hidup dalam dunia yang
berbeda dan jauh lebih kompleks dibanding zaman sebelumnya.
Ada pernyataan dalam website Partnership for 21 century Skill
yang mengingatkan bahwa today education system faces irrelevance unless we bridge the gap between how student live and how
they learn. Pernyataan ini menegaskan bahwa suatu pendidikan
tidak akan relevan jika tidak menjembatani jurang antara realitas
kehidupan yang akan dihadapi siswa di abad 21 dan sistem pendidikan --termasuk guru-- dalam mempersiapkan pola pembelajaran
yang sesuai dengan perkembangan zaman yang akan dihadapi siswa
sebagai produk pendidikan tersebut. Oleh sebab itu, guru sebagai
sosok terdepan di dalam proses pendidikan, dituntut untuk mampu

48

memberikan pengetahuan, sikap perilaku dan keterampilan melalui


strategi dan pola pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan dan
perkembangan di abad 21.
TUNTUTAN KOMPETENSI LULUSAN
Sebagaimana dikemukakan di atas, pola dan cara pembelajaran guru di era yang lalu sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan
di era abad 21 yang makin kompleks. Guru yang makin profesional
merupakan keharusan bagi usaha mewujudkan lulusan pendidikan
yang mampu menghadapi realitas kehidupan di abad 21.
Lantas, postur pengetahuan dan keahlian seperti apa yang
diharapkan terhadap siswa lulusan abad 21? Terkait hal ini, berbagai
literatur menyebutkan bahwa di abad 21 para siswa sebagai produk
pendidikan dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengetahuan
yang dibutuhkan antara lain:
Communication Skills.
Critical and Creative Thinking.
Information/digital literacy.
Inquiry/reasoning skill.
Interpersonal skill.
Multicultural/multilingual literacy.
Problem solving.
Technological skill.
Berbagai keahlian dan pengetahuan di atas merupakan ciri
dari tuntutan lulusan pendidikan di abad 21, sehingga perlu direspons oleh suatu model pendidikan yang mampu menghasilkan
lulusan yang memiliki karakteristik tersebut. Oleh karena itu, para
guru harus mampu memberikan pola pembelajaran yang dapat
menciptakan dan menumbuhkan kemampuan siswa pada aspek
pemecahan masalah (problem solving), serta mendorong siswa
untuk melakukan eksperimen dan penyelidikan (inquiry) terhadap
berbagai fenomena pengetahuan yang dipelajari di sekolah.
Teknologi canggih seperti ICT merupakan keterampilan yang
sudah harus melekat di dalam kehidupan guru, sehingga dalam
melaksanakan tugas pembelajaran dapat membantu dan mendorong pola belajar yang menumbuhkan kreativitas dan sikap kritis
para siswa. Dengan demikian, pola pembelajaran tradisional yang
cenderung satu arah disertai sikap guru yang sangat dominan dan
otoriter di kelas, sudah sangat tidak cocok untuk menghasilkan

DOK. SMAN 2 BATU MALANG


lulusan yang dicirikan oleh abad 21 di atas.
Tuntutan kompetensi lulusan sekolah untuk menghadapi abad
21 di atas pada gilirannya juga berimplikasi terhadap pola atau
pendekatan pembelajaran yang sangat berbeda dibanding pada
masa sebelumnya. Pada masa lalu, guru menjadi satu-satunya pusat
sumber belajar, sehingga siswa menjadi pasif dan tidak proaktif
dalam mengakses infrastruktur pengetahuan. Sekarang, internet
telah menjadi sumber belajar yang jauh lebih baik dan cepat. Para
siswa banyak memanfaatkan kemajuan teknologi informasi ini sebagai sumber belajar, sehingga pengetahuan mereka menjadi luas.
Makna yang dapat dipetik dari pernyataan di atas terhadap dunia pendidikan kita adalah guru dituntut untuk mampu mendorong
siswa terus belajar (active learners) dan proaktif mencari informasi
baru di dalam dunia pengetahuan (search information). Dengan
demikian, guru dituntut juga untuk menjadi pembelajar yang proaktif sehingga mampu memberikan pola pembelajaran yang lebih
relevan dan mutakhir, untuk memenuhi tuntutan pengetahuan dan
keahlian seperti yang dipersyaratkan di abad 21.
Jadi, tugas guru adalah membimbing, mengajar, melatih, dan
menginspirasi siswanya agar mampu mengembangkan potensi
diri setiap siswanya sesuai kemajuan zaman. The excellent teacher
adalah guru yang mampu memberi inspirasi kepada siswanya. The
best teacher adalah guru yang mampu mendemonstrasikan atau
memberikan contoh (model) kepada siswanya. Better teacher adalah
guru yang mampu menerangkan materi pelajaran kepada siswanya
dengan baik. Good teacher adalah guru yang mampu bercerita atau
mendongeng di depan siswanya.
KARAKTERISTIK GURU
Mengacu pada ciri kompetensi lulusan pada abad 21 di atas yang
dijadikan sebagai benchmark, ada pendapat menarik yang dikemukakan oleh Andrew and Churches (2008) tentang karakteristik guru

di abad 21. Menurut dia, terdapat delapan karakteristik guru untuk


menghadapi tuntutan abad 21 dalam konteks guru sebagai sosok
terdepan yang melaksanakan proses pembelajaran dan berinteraksi
langsung dengan siswa di kelas, yakni :
The Adaptor
The Visionary
The Collaborator
The RiskTaker
The Learner
The Communicator
The Model
The Leader
Guru Mampu melakukan Adaptasi (The Adaptor)
Menghadapi tuntutan di abad 21, seorang guru harus mampu
melakukan adaptasi kurikulum dan menyesuaikan kebutuhan kurikulum tersebut dengan model pengajaran yang relevan dan menggunakan model digital sebagai alat bantu pembelajaran. Seorang
guru diharapkan mampu mengadaptasi software dan hardware yang
mulanya dirancang untuk model busines, kemudian disesuaikan
dan dimodikasi sebagai alat (tool) yang cocok untuk pendidikan
sehingga teknologi itu dapat diterapkan untuk berbagai kelompok
dan kemampuan siswa yang berbeda.
Menurut Andrew and Churches, hampir semua software yang
ada saat ini dirancang untuk keperluan busines sehingga tidak banyak software yang dirancang untuk dunia pendidikan. Oleh sebab
itu, para guru diharapkan mampu mengadaptasi teknologi yang
ada ke dalam dinamika pembelajaran di sekolah. Para guru di abad
21 harus dapat menyesuaikan gaya belajar siswa dengan berbagai
alat dan sarana ICT yang tersedia. Cara mengajar yang tradisional
perlu disesuaikan dengan berbagai penggunaan teknologi seperti
ICT, audio visual, dan teknologi lainnya di dalam proses pembela-

PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

49

Guru Memiliki Visi yang Jelas (The Visionary)


Guru di abad 21 harus memiliki visi dan selalu memperluas
wawasannya dengan melihat dan belajar dari pemikiran dan
pendekatan yang digunakan orang lain dalam proses pembelajaran.
Kemudian guru mengembangkan dan menerapkan pemikiran dan
pendekatan yang lebih cocok untuk siswanya. Guru yang visioner
juga harus mampu melihat berbagai model pembelajaran di luar bidang pelajaran yang diasuhnya melalui kurikulum yang ada. Melalui
cara ini guru dapat mencoba mengeksplorasi nilai-nilai positif dari
cara dan teknik pembelajaran di bidang lain, dan dimanfaatkan untuk memperbaiki dan memperkuat mata pelajaran yang diasuhnya.

DOK. SMK PGRI 1 NGAWI

Kemampuan Berkolaborasi (The Collaborator)


Kolaborasi merupakan sikap yang perlu dimiliki guru karena
di dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah, para guru
perlu berkolaborasi dengan sesama guru, kepala sekolah, siswa,
orang tua, tenaga perpustakaan sekolah dan tenaga kependidikan
lainnya seperti kepala sekolah, pengawas sekolah, tenaga administrasi sekolah dan tenaga laboratorium sekolah.
Pola pembelajaran yang berorientasi siswa harus menempatkan
siswa sebagai fokus yang didorong untuk berkolaborasi dalam menciptakan dan melakukan proses pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, bermakna bagi siswa, menyenangkan, menarik, dan tidak
membosankan.
Peran guru dalam hal ini tentu sangat penting karena guru

50

google.com

jaran di kelas.
Andrew and Churhes menambahkan, imajinasi merupakan
komponen kunci dari proses adaptasi yang harus dikembangkan
dan dimiliki guru saat ini dan yang akan datang. Para guru di abad
21 dapat melihat potensi tumbuh dan berkembangnya berbagai alat
dan sarana teknologi yang begitu pesat sehingga para guru dituntut
untuk terus memanfaatkan dan menyesuaikan teknologi itu untuk
meningkatkan proses pembelajaran yang lebih efektif dan relevan
untuk para siswa.

berfungsi sebagai mediator, fasilitator, penilai, serta membentuk,


merangsang dan mendorong pembicaraan sampai kepada mengarahkan diskusi. Para guru harus belajar bagaimana menstrukturkan
dan mengembangkan perbincangan, diskusi dan lain-lain.
Menurut Andrew and Churches (2008), media elektronik dapat
mendorong siswa yang pemalu, pendiam dan kelelahan untuk
mau berdiskusi, berdebat dan berargumentasi. Para guru dapat
berkolaborasi dan berkontribusi dengan melibatkan diri dalam komunikasi online dengan para siswa. Cara-cara yang dilakukan guru
di negara maju dengan memberikan dan menempatkan tugas dan
berbagai materi melalui sistem elektronik dapat memperkaya materi pembelajaran yang dimiliki siswa tanpa biaya membeli materi
yang diperlukan.
Kemampuan siswa untuk mengemukakan pendapat, berargumentasi, dan berdiskusi merupakan pendekatan pembelajaran yang
mendorong kecakapan siswa untuk berkomunikasi sebagaimana
diharapkan lulusan pendidikan di abad 21. Kemampuan retorika
siswa menghadapi realitas kehidupan di abad 21 sangat diperlukan
sehingga para lulusan pendidikan memiliki kecakapan dan kemampuan untuk mengekspresikan pendapat, gagasan dan idenya di
dalam kehidupan masyarakat dan organisasi.
Untuk mewujudkan semua kemampuan siswa tersebut, tentu
perlu sosok guru yang mampu mendorong dan menciptakan keberanian siswa untuk berargumentasi secara obyektif, bebas dan
terbuka. Cara-cara guru yang menghambat siswa untuk berani
mengemukakan pendapat, berkomunikasi dan beragumentasi secara bebas dan objektif, tentu akan mematikan inisiatif dan kemampuan retorika siswa terhadap apa yang mereka pikirkan dan
mereka perlu ekspresikan.
Berani Mengambil Resiko (The Risk Taker)
Keberanian mengambil resiko adalah keberanian guru dalam
mengambil keputusan yang terbaik sesuai dengan tugasnya dalam
melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah. Penulis konsep ini
memberikan contoh, bagaimana mungkin seorang guru dapat

DOK. MGMP GEOGRAFI MALANG

Joseph A. Raelin menuntut guru agar pembelajaran tidak hanya


mengkreasi pengetahuan, tetapi juga mengadaptasi, memperluas,
dan memperdalam pengetahuan. Tanpa memperbaharui atau
mengadaptasi pengetahuan, tidak mungkin guru berubah dan juga
tidak mungkin dapat melakukan pembelajaran yang bermakna bagi
siswanya di abad 21.

memahami dan menguasai semua teknologi yang ada. Kemudian bagaimana guru mampu mengajarkan siswa menggunakan
teknologi itu. Tentu terlalu banyak bentuk teknologi dan terlalu
banyak yang akan dipelajari.
Para guru pada akhirnya melepaskan dan memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada pengetahuan siswa untuk memanfaatkan teknologi di dalam peningkatan pengetahuan siswa. Yang
penting para guru perlu memiliki visi apa yang diinginkan guru terhadap siswanya dan teknologi apa yang diharapkan dapat membantu
siswa mencapai tujuan pembelajaran. Kemudian guru menetapkan
tujuan dan memfasilitasi pembelajaran. Para guru hanya mendorong
siswa untuk saling berbagi pengetahuan dan keterampilan terhadap
teknologi yang mereka manfaatkan untuk pembelajaran. Keputusan
ini diambil guru karena pada dasarnya guru sangat memberikan
kepercayaan penuh kepada kesungguhan siswanya (trust your students), dan guru percaya bahwa melalui saling belajar sesama siswa
akan menghasilkan teknologi pembelajaran yang baik.
Guru sebagai Seorang Pembelajar (The Learner)
Para guru mengharapkan agar siswanya menjadi pembelajar
sepanjang hayat (life long learners) sehingga sekolah perlu menjadikan prinsip itu sebagai misi yang harus dicapai sekolahnya. Belajar
sepanjang hayat sudah harus menjadi prinsip para guru sehingga
guru dituntut untuk terus belajar agar pengetahuan, metode dan
teknik pembelajaran yang digunakan selalu berkembang dan
disesuaikan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi.
Misalnya, di bidang teknologi informasi dan ilmu hayati (life sciences), pengetahuan dibidang-bidang tersebut berkembang begitu
cepat dan dinamik. Oleh karena itu, para guru harus berubah dan
belajar secara berkelanjutan mengingat perubahan lingkungan
yang begitu cepat.
Menurut Joseph A. Raelin (2008), Learning is what creates
but also adapts, enlarges, and deepens knowledge. Without new or
adapted knowledge, it is not possible to change either the meaning
we attach to our actions or the actions themselves. Pernyataan

Guru sebagai sosok yang baik dalam Berkomunikasi


(The Communicator).
Seorang guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi agar
bisa menyampaikan secara jelas substansi yang akan diberikan kepada siswanya. Komunikasi berlangsung efektif apabila siswa dapat
memahami dan menangkap secara jelas pesan atau materi yang
disampaikan oleh gurunya. Kemampuan guru dalam berkomunikasi
mencakup pula kemahiran guru dalam menggunakan teknologi,
sehingga dapat menciptakan komunikasi dan kolaborasi efektif
antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Para guru memahami bagaimana memfasilitasi komunikasi, serta menstimulasi dan
mengelola komunikasi yang efektif antara guru dan siswa, sehingga
mencapai pembelajaran yang berkualitas.
Guru sebagai Model bagi Siswanya (The Model)
Siswa mengharapkan guru menjadi teladan bagi mereka. Orang
tua, masyarakat dan siswa mengharapkan guru dapat mengajarkan
nilai-nilai di sekolah. Sebagai orang yang memberikan pembelajaran nilai, guru dituntut untuk memiliki nilai-nilai yang diajarkan
kepada siswa dalam praktik kehidupannya sehari-hari. Nilai-nilai
yang diajarkan tidak hanya sekedar aspek kognitif atau pengetahuan
yang perlu diberikan kepada siswa, tetapi yang jauh lebih penting
dan strategis adalah nilai-nilai itu harus diinternalisasikan di dalam
kehidupan nyata baik oleh guru maupun siswanya.
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan seorang ahli karakter
yang mengatakan, You can not teach what you want, you can only
teach what you are. Makna dari pernyataan tersebut menunjukkan
bahwa kita tidak dapat mengajarkan sesuatu kepada orang lain
seperti apa yang kita harapkan dan inginkan, jika kita sendiri tidak
pernah memiliki dan mempraktikan nilai-nilai yang akan kita ajarkan
pada orang lain. Hal ini memang sangat sulit dalam pelaksanaannya karena esensinya jika ingin mengajarkan kejujuran pada orang
lain, kita harus menjadi orang yang jujur dan mempraktikan nilai
kejujuran itu di dalam hidupnya sehari-hari.
Jika guru ingin mengajarkan siswanya untuk jujur, disiplin,
dan respek, maka pernyataan tersebut menekankan bahwa guru
harus telah memiliki dan melaksanakan nilai-nilai tersebut di dalam
kehidupannya dan guru tersebut menjadi model panutan yang
pantas diikuti oleh muridnya. Jika sebaliknya, maka pembelajaran
nilai hanya sekedar retorika yang tidak pernah terinternalisasikan
di dalam kehidupan nyata. Guru merupakan singkatan digugu dan
ditiru. Oleh sebab itu, perilaku guru harus dapat menjadi contoh atau
model untuk ditiru oleh siswa-siswanya. Adanya peribahasa, Guru
kencing berdiri, murid kencing berlari merupakan kiasan bahwa
guru sebagai model yang pantas dan layak untuk ditiru siswanya.
Guru sebagai Pemimpin (The Leader)
Sebagai seoarang leader, guru harus mempunyai tujuan dan
sasaran yang jelas. Paling tidak guru menjadi pemimpin di dalam

PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

51

DOK. DINAS PENDIDIKAN PROV.BABEL


kelasnya yang harus mengarahkan, mendorong dan menggerakkan
siswa untuk belajar secara baik dan memahami materi pembelajaran
yang disampaikannya. Guru sebagai pemimpin mempunyai tujuan,
sasaran dan visi yang jelas tentang ke mana arah pembelajaran yang
diberikan pada siswanya, serta apa harapan-harapan yang harus
dicapai oleh siswanya. Guru menentukan teknik dan strategi pembelajaran yang tepat dan relevan untuk diberikan kepada siswanya.
Seorang guru dapat berfungsi sebagai seorang ahli di bidang
materinya (subject experts) sehingga guru harus menguasai materi
yang akan diajarkan. Guru juga dapat berperan sebagai konselor
yang memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Guru juga sebagai mitra siswa dan orang tua di dalam
mendiskusikan berbagai kesulitan dan mencari cara terbaik di dalam
proses pembelajaran. Selain itu, guru dapat juga berfungsi sebagai
administrator yang berperan di dalam mengorganisasikan dan
mengelola kelas agar proses pembelajaran dapat berjalan secara
kondusif dan efektif.
Terkait peran guru sebagai leader, Sara Bubb & Peter Earley
(2007) menyatakan: There are four broad categories of skill and attributes which subject leaders should possess:
leadership skills: attributes and professional
competence: the ability to lead and manage people to work towards
common goals;
decision-making skills: the ability to solve problems and make
decisions;
communication skills: the ability to make points clearly and understand the views of others; self-management: the ability to plan time
eectively and to organize oneself well.
Menurut Bubb & Peter Earley (2007) di atas, guru sebagai
seorang pemimpin harus memiliki empat kompetensi, yaitu kepemimpinan, pengambilan keputusan, komunikasi, dan manajemen
diri sendiri.
Sementara Joseph A. Raelin (2008) membagi empat kepemimpinan yang seharusnya dimiliki oleh setiap guru yaitu: (1) concurrent

52

leadership, (2) collective


leadership, (3) collaborative leadership, and (4)
compassionate leadership. Concurrent leadership berguna bagi guru
untuk mampu bekerja
sama, menyesuaikan
diri dengan kemajuan
zaman, menumbuhkan
semangat kesejawatan (kolegial), dan memfokuskan pada satu
yang paling prioritas yaitu meningkatkan mutu pembelajaran di
kelas.
Collective leadership berguna bagi guru untuk menyatukan
kekuatannya dalam organisasi profesi guru, menyatukan potensinya dalam meningkatkan mutu pembelajaran dalam team teaching, mengompakkan siswanya dalam menerapkan cara belajar yang
bermutu, dan merasa bahwa pendidikan siswa sebagai tanggung
jawab bersama. mengganggap
Collaborative leadership berguna bagi guru untuk berkolaborasi
dengan sesama guru, kepala sekolah, siswa, orang tua, tenaga
perpustakaan sekolah dan tenaga kependidikan lainnya seperti
kepala sekolah, pengawas sekolah, tenaga administrasi sekolah dan
tenaga laboratorium sekolah. Bahkan menurut Sara Bubb & Peter
Earley (2007), Together the two ingredients of teacher collaboration and enquiry make a potent brew. Pernyataan ini mengandung
makna bahwa bekerja secara kolaboratif dan penuh pertanyaanpertanyaan atau penyelidikan-penyelidikan dapat menimbulkan
kekuatan-kekuatan. Guru mata pelajaran berkolaborasi dalam suatu
wadah yang disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
Dalam MGMP, para guru memecahkan bersama masalah-masalah
pembelajaran yang diampunya dalam rangka memfokuskan diri
pada peningkatkan mutu pembelajaran. Bekerja secara kolaboratif
mengarah pada bekerja secara sinergi yang hasilnya jauh lebih
besar dibandingkan jika dikerjakan sendiri-sendiri. Oleh karena itu,
MGMP akan berjalan secara efektif dan esien jika didukung oleh
guru-guru yang memiliki kepemimpinan kolaboratif.
Sedangkan compassionate leadership berguna bagi guru untuk
menjadi pemimpin yang simpatik terhadap orang lain terutama
terhadap siswa dan sesama guru. Dengan compassionate leadership, guru dapat mengetahui apa saja yang diharapkan oleh siswa
terhadap gurunya, dan yang diharapkan oleh sesama guru.
Terkait harapan siswa terhadap guru, Hugh Busher (2006)
menguraikan lebih rinci sebagaimana tampak pada tabel berikut:

Tabel: Students perceptions of good and bad teachers


(Hugh Busher, 2006).

GOOD TEACHERS

Mean and unfair


Unwilling to help or explain material and
ideas beyond instruction.
Judgemental of pupils (sic) parents and
siblings.
Routine and unchanging in their styles
and methods.
Inflexible and unsympathetic to pupils
personal problems.
Physically intimidating and verbally
abusive.

DOK. SMA ASISSI PEMATANG SIANTAR

Helpful and supportive


Taking the time to explain material in
depth
Friendly and personable
Understanding and know the subject well
Using a variety of teaching styles and
innovative approaches
Fair and having equal standads and
expectations of pupils, regardless of their
test score.
Willing to regard pupils for progress.

BAD TEACHERS

Sejalan dengan pendapat Hugh Busher di atas, Jen Rudduck &


Julia Flutter (2004) memberikan sejumlah harapan siswa sebagai
berikut:
Teachers being available to talk with pupils about learning and
school work, not just about behavior.
Teacher recognizing pupils.s desire to ake more rsponsibility as
they grow older.
Teacherss readness to engage with pupils in adult ways.
Teachers being sensitive to the tone and manner of their discourse
them in ways that make them feel small (especially in front of
their peers).
Teachers acceptance, demonstrated in action, that an inportant
aspect of fairness is not prejudging pupils on the basis of fast
incidents.
Teachers ensuring that thy make all pupils feel condent that they
can do well and can achieve something worhtwhile.

Sementara harapan guru terhadap


sesama guru, menurut Sara Bubb & Peter Earley (2007), adalah guru berperan
sebagai: pasangan perencanaan (planning
partner) pembelajaran, teman sejawat (collleague), sahabat (friend), pendorong (supporter), pembimbing (consellor), pendisipin
siswa (disciplinarian of pupils), penasehat
(adviser), teman yang kritis (critcal friend),
fasilitator (facilitator), pemotivasi (motivator), ahli praktik (expert practitioner),
pengatur (organizer), pemantau kemajuan
(monitor of progress), pelatih (trainer),
pelindung (protector), dan orang-tua bagi
siswanya (parent).

KESIMPULAN
Lingkungan yang terus berubah,
berkembang, kompleks, dan semakin sulit
diramalkan menuntut guru untuk selalu
belajar dan responsif sehingga pola dan
strategi pembelajaran di kelas harus selalu
menyesuaikan dengan tuntutan dan perubahan lingkungan serta perkembangan
iptek. Model pembelajaran klasik tradisional satu arah dari guru ke siswa harus
berubah ke model pembelajaran modern
multi-arah dan menglobal melalui ICT.
Agar guru mampu merespons tuntutan pembelajaran abad 21, guru harus memiliki sejumlah karakteristik yang medukung
perbahan tersebut. Guru harus melakukan
perubahan yang dimulai dari diri sendiri
sebagai contoh, sebelum mengharapkan
siswanya berubah untuk menghadapi
abad 21. Guru dalam menjalankan tugas
keprofesioalannya harus memperhatikan
harapan-harapan siswa agar pelayanan
prima berupa kepuasan pelanggan tercapai.

DAFTAR RUJUKAN
1. Bubb, S. & Earley, P. 2007. Leading and managing Continuing
Professional Development. London: A Sage Publication Inc.
2. Busher, H. 2006. Understanding Educational Leadership People,
Power, and Culture. London: Open University Press.
3. Raelin, J. A. 2008. Work-Based Learning Bridging Knowledge
and Action in The Workplace. San Francisco: Jossey-Bass A Wiley
Company.
4. Rudduck, J. & Flutter, J. 2004. How To Improve Your School Giving Pupils
5. A Voice. New York: Continum.

PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

53

MUKTI ALI

Wastandar, Ph.D
Kepala Subdit Program, Direktorat Pembinaan PTK Pendidikan Menengah

Perintis Kerjasama

Pendidikan Indonesia-China

oba Anda amati foto


Wastandar di majalah
ini. Lantas coba Anda
tebak: dia berdarah
China, Jepang, atau
Korea? Matanya sipit,
kulitnya kuning, rambutnya lurus. Apalagi
kalau sedang tertawa, matanya hampir
tertelan oleh pipinya yang agak tembem.
Kalau Anda menebak dia keturunan
China, Jepang, atau Korea, ternyata salah
besar. Wastandar adalah orang Jawa tulen.
Dia asli berasal dari Kabupaten Gunung
Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Ia anak ketiga dari enam bersaudara pasangan Jumiko dan Rubinem, keduanya
sudah almarhum.
54

Ayah dan ibu Wastandar tidak lulus


kelas 3 SD. Tapi punya visi dan perhatian
pendidikan bagi anak-anaknya. Walaupun
Jumiko hanya bekerja sebagai buruh tani,
dan Rubinem sebagai ibu rumah tangga,
mereka berjuang menyekolahkan anakanaknya minimal sampai jenjang SLTA.
Yang juga mengherankan, kedua
orangtuanya memberi nama Wastandar
pada anaknya yang ketiga. Saya sendiri
tidak tahu artinya. Di Jawa tidak pernah
terdengar ada nama seperti itu. Bahkan
mungkin saya orang satu-satunya di dunia yang bernama Wastandar, katanya.
Meski begitu, ia mengaku bangga dengan
nama tersebut. Kalau dulu terdengar aneh,
sekarang justru keren setelah populer

istilah standar. Tinggal di depannya di


tambah suku kata wa, tambahnya.

Masuk Depdikbud
Wastandar lahir tanggal 19 April 1961.
Ia berasal dari Dusun Pragak, Kelurahan/
Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung
Kidul. Ia menyelesaikan pendidikan SD,
SMEP, dan SMEA di kabupaten yang terkenal sebagai wilayah tandus itu.
Saat di bangku sekolah, ia mengaku
serba kekurangan biaya. Ia sering bergantian memakai sepatu dengan kakak
dan adiknya kalau sedang upacara. Kalau
tidak upacara, sehari-hari ke sekolah tidak
bersepatu alias nyeker. Bahkan buku tulis
saja beberapa kali ia minta bungkusan teh

Merinstis Kerjasama Indonesa - China


Pulang dari AS tahun 1997, ia kembali ke Dit. Dikmenum. Selanjutnya tahun 2004 ia diangkat menjadi pejabat eselon IV sebagai
Kepala Seksi Bahan Ajar di Direktorat Pembinaan SMA. Saat itu
direktur Pembinaan SMA dijabat Prof. Dr. Zamroni. Pada tahun
itu pula ia berkenalan dengan orang Kedutaan China di Indonesia
yang mengurusi pendidikan.
Dari diskusi dengan orang Kedubes China itu, Wastandar
ditanya mengenai pengajaran bahasa Mandarin di Indonesia.
Saya bilang, bahasa Mandarin di sini masih dilarang, katanya.
Orang Kedubes itu menyampaikan, apakah Indonesia tidak ingin
seperti negara-negara lain yang sudah banyak mengajarkan bahasa
Mandarin. Saat itu dia menghitung bahwa bahasa China sudah
diajarkan di 130 negara, uangkap Wastandar.
Wastandar tertarik dengan argumentasi yang disampaikan
koleganya itu. Ia lantas bercerita kepada Profesor Zamroni soal
perlunya memasukkan bahasa Mandarin ke SMA. Zamroni setuju.

Selanjutnya, dibuatkah MOU antara Direktorat Pembinaan SMA


dengan tiga perguruan tinggi di China, dan ditindaklanjuti dengan perintisan 20 sekolah percontohan. Ketiga universitas itu
masing-masing bertugas menyuplai bahan ajar, guru relawan, dan
memberikan pelatihan bahasa Mandarin bagi guru-guru Indonesia.
Bahkan kerjasama itu selanjutnya diperluas menjadi antar
pemerintah (G to G), yakni antara Depdikbud dengan Kementerian
Pendidikan China. Dari sinilah awalnya dimulai kerjasama pendidikan Indonesia-China yang kini sudah berkembang pesat.
Begitu lekatnya Wastandar dengan China, pada tahun 2004
itu pula ia mengirim anaknya untuk sekolah di sana. Kini anaknya
yang pertama, Sarah, sudah lulus fakultas kedokteran tahun 2010
lalu dan bekerja di sana. Sedangkan anaknya yang kedua, Rudy,
masih kuliah.

SAIFUL ANAM

dari tetangganya yang dikumpulkan, yang bagian dalam bungkus


tersebut masih bisa digunakan untuk menulis. Kalau mengenang
masa kecil saya dulu sampai SMEA, hidup saya dulu betul-betul
getir. Karena itu saya sangat bersyukur bisa menempuh pendidikan
sampai S3 dan dipercaya menduduki jabatan sekarang, katanya.
Lulus SMEA tahun 1979, ia langsung merantau ke Jakarta,
bergabung dengan dua kakaknya yang sudah lebih dulu di Jakarta.
Yang pertama kerja sebagai cleaning service, sebelum akhirnya jadi
guru. Yang kedua bekerja sebagai loper koran, sebelum diterima
sebagai polisi. Wastandar sendiri awalnya kerja di sebuah perusahaan percetakan di Jl. MT Hariyono, sebagai tenaga honorer.
Mereka tinggal di rumah petak dari bambu di Jl. Damai, Cipete,
Jakarta Selatan.
Selanjutnya, tahun 1980 ia melamar dan diterima sebagai
tenaga honorer di Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen
Dikdasmen, Depdikbud. Meski sebagai tenaga honorer, pendapatannya sudah lumayan. Dalam setahun ia sudah bisa membeli
vespa dan punya tabungan Rp 450.000. Saat itu uang segitu sudah
banyak, kenangnya.
Selanjutnya tahun 1981 ia kuliah di Jurusan Administrasi
Negara, Fakulias Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Jayabaya. Ia
kuliah mulai jam 16.00 WIB sampai sekitar pukul 23.00 WIB. Kalau
pagi sampai jam 15.00 WIB bekerja di Depdikbud.
Di kampus itu pula wastandar dipertemukan dengan istrinya,
Robiyatul Adhawiyah. Mereka menikah tahun 1985, beberapa
bulan sebelum wisuda sarjana muda secara bersamaan di kampus
tersebut. Dua tahun berikutnya, keduanya meraih gelar sarjana
lengkap (S1). Robiyatul Adhawiyah adalah anak politikus kondang
dari PPP yang juga tokoh NU dari Kalimantan Selatan, yakni KH
Syarkowi Basri. Saat itu dia menjadi anggota DPR.
Pada tahun 1985 itu pula, Wastandar baru resmi diterima
sebagai PNS Depdikbud. Ia ditempatkan di seksi kurikulum di Dit.
Dikmenum, Ditjen Dikdasmen. Selanjutnya, tahun 1996 ia berangkat ke Amerika Serikat untuk mengambil S2. Ia mengajak istri dan
dua anaknya, sekaligus untuk memperdalam bahasa Inggris. Dua
anaknya masing-masing lulus SD dan TK di sana. Selain itu, bahasa
Inggrisnya bagus. Saya membawa keluarga karena untuk investasi
masa depan anak-anak saya, katanya.

Ambil Doktor di China


Peran Wastandar yang merintis kerjasama pendidikan Indonesia China semakin lengkap setelah ia juga mengambil S3 dari
Beijing Normal University di China. Ia mulai ambil S3 tahun 2006
dan lulus tahun 2010 lalu.
Sebelum berangkat ke China, Wastandar dipercaya sebagai Kepala Seksi Karir di Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen PMPTK.
Sepulang dari China, tak lama kemudian pada awal tahun 2011 lalu
ia dipercaya memangku jabatan eselon tiga sebagai Kepala Subdit Program di Direktorat Pembinaan PTK Pendidikan Menengah
sampai sekarang.
Wastandar memperoleh beasiswa penuh dari pemerintah
China. Awalnya ada yang mempertanyakan, mengapa memilih
China. Tapi ia tetap bersikukuh. Kini ia boleh jadi tercatat sebagai
satu-satunya orang Kemdikbud yang meraih gelar doktor dari China.
Saat ini sudah ada satu orang lagi yang sedang menempuh S3 di
sana, yakni Yudil Chatim.
Walhasil, Wastandar memang lekat dengan hal-hal yang serba
unik. Ia berasal dari pelosok kampung Jawa tapi mempunyai nama
yang terdengar asing. Wajahnya juga mirip orang China, Jepang,
atau Korea, meski asli Jawa. Selain itu, dia orang pertama Kemdikbud yang meraih gelar doktor dari China. Kini, selain menguasai
bahasa Indonesia, Jawa, dan Banjar, Wastandar juga fasih berbahasa Inggris dan bahasa China.

SAIFUL ANAM
PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

55

SAIFUL ANAM

capan terima kasih yang tulus meluncur dari


Fauziyah kepada Surya Dharma, MPA, PhD.
Meski Fauziyah menjabat sebagai Kepala SD
dan saat ini Surya Dharma dipercaya sebagai
Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidikan Menengah, Direktorat Jenderal
Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
namun Fauziyah tidak bisa melupakan jasa Surya Dharma saat
menjabat sebagai Direktur Tenaga Kependidikan, Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, yang pada tahun
2007 menggelar ajang Pemilihan Kepala Sekolah dan Pengawas
Sekolah Berprestasi Nasional. Saat itu Fauziyah terpilih menjadi
juara pertama.
Begitu terkesannya Fauziyah terhadap sosok Surya Dharma,
maka saat menjalani ujian disertasi doktor di Universitas Airlangga,
Januari lalu, ia minta Surya Dharma bertindak sebagai penguji
tamu. Awalnya Surya Dharma menyatakan sanggup, namun tibatiba ada rapat mendadak yang membuatnya tidak bisa datang dan
diwakilkan kepada Drs. Azwar Anwar, MM, yang kala itu menjabat
Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Dit PPTK Dikmen. Kendati Surya
Dharma tidak datang, Fauziyah tidak kecewa dan bisa mengerti
akan tugas Surya Dharma yang lebih penting.
Saat ini Fauziyah menjabat sebagai Kepala SD 68 Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Boleh jadi, Fauziyah merupakan satusatunya guru SD bergelar doktor, yang diraih dari Universitas
Airlangga, Surabaya, Januari lalu. Disertasinya berjudul Pengaruh
Kepemimpinan Transaksional dan Kepemimpinan Transformasional
terhadap Lingkungan Internal dan Eksternal Sekolah, Perilaku Guru,
dan Perilaku Peserta Didik Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Pelabuhan
Pontianak, berhasil memukai tim penguji, sehingga ia memperoleh
predikat cumlaude. Bahkan Fauziyah mungkin satu-satunya guru
SD yang sudah memiliki golongan kepangkatan IVc.
Selaku penguji tamu, Azwar Anwar juga kagum terhadap
prestasi yang diraih Fauziyah. Di tengah kesibukan beliau yang
luar biasa sebagai kepala sekolah dan pelatih inti guru-guru di
tingkat nasional, Bu Fauziyah masih mampu meraih gelar doktor, katanya.

56

Dr. Fauziyah
Kepala Sekolah Berprestasi Nasional 2007

Sukses Raih

Gelar Doktor
Sekolah Sambil Mengajar

Fauziyah lahir di Pontianak, 6 Agustus 1965. Ia anak nomor


enam dari sembilan bersaudara pasangan Mian Umbil (alm) dan
Hj. Djamaliyah Abdullah. Ayah Fauziyah, Mian Umbil, berasal dari
suku Melayu, sedangkan ibunya, Hj. Djamaliyah Abdullah, keturunan Cina. Tapi ia tidak bisa berbahasa Cina karena tidak pernah
diajari oleh Ibunya.
Untuk membantu ekonomi keluarganya, pada tahun 1984
atau saat masih duduk di kelas 2 SPG, Fauziyah sudah mulai
mengajar sebagai guru honorer di Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Yayasan Al-Anwar, Pontianak. Ia mengajar sore hari, dan khusus mengajar matapelajaran matematika.
Bahkan setelah lulus dari SPG tahun 1985, di yayasan ini ia juga
diminta mengajar Madrasah Aliyah (MA) dan Taman Kanak-kanak
(TK). Di sela-sela waktunya, ia masih sempat pula menjadi guru
honorer di MTs Ikatan Keluarga Besar Abituren (IKABA) Pontianak.
Kurang lebih setahun setelah lulus dari SPG, pada tanggal
1 Agustus 1986, ia diangkat menjadi guru pegawai negeri sipil
(PNS) oleh Dinas Pendidikan setempat, namun diperbantukan di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Bawamai, yang merupakan madrasah
unggulan di Pontianak saat itu.

Selain mengajar di MIN Bawamai, kalau sore ia juga tetap


mengajar di MTs dan MA Al-Anwar, sedangkan untuk TK dan MI
tidak lagi. Ia juga masih mengajar di MTs IKABA. Sejak tahun
1989, saya mundur dari Al-Anwar dan IKABA, dan fokus mengajar
di MTs Bawamai, kata ibu dua anak hasil perkawinannya dengan
Drs. Muhammad Hasan, MM, Kepala Biro Administrasi Keuangan
Universitas Tanjungpura.
Di sela-sela bertugas menjadi guru di MTs Bawamai, ia melanjutkan studinya ke STKIP PGRI Pontianak, dan menyelesaikan
jenjang S-1 tahun 2002. Setelah lulus, ia kemudian diminta menjadi
dosen tetap yayasan di almamaternya sampai sekarang.

doktor dan mengajar di SD, Fauziyah bangga, apalagi SD merupakan pondasi bagi pendidikan. Ia sudah berancang-ancang, suatu
saat harus menyandang profesor.
Kini, Fauziyah menjelma menjadi sosok yang amat dicintai
oleh para guru, murid, dan masyarakat sekitar sekolah. Bahkan,
tanpa sepengetahuan Fauziyah, diam-diam para orangtua siswa
dan guru mengirimkan surat kepada Walikota Pontianak yang
meminta agar Fauziyah tidak dimutasi alias tetap dipertahankan
sebagai Kepala SD 68 Pontianak. Surat itu ditandatangani oleh
198 orangtua murid, para guru dan petugas tata usaha. Surat ini
dibuat tanggal 16 Mei 2011 lalu, saat Fauziyah masih menyelesaikan
pendidikan S3. Mereka khawatir, kalau Fauziyah sudah lulus S3,
lantas dipindahkan.
Fauziyah, ibu dari Indah Mahfuzhah dan Hirzen Hasfani, yang
baru mengetahui surat tersebut awal tahun ini setelah ia meraih gelar doktor, tampak terharu. Saya berterima kasih atas dukungan
masyarakat dan teman-teman guru. Kalau saya masih dipercaya
menjadi Kepala SD 68, tentu saya akan tetap bekerja dengan baik.
Tetapi kalau saya mendapat tugas lain, tentu tidak bisa saya tolak
karena itu merupakan tugas negara, ujarnya.

SAIFUL ANAM

DOK. FAUZIYAH

Setelah cukup lama menjadi guru PNS yang diperbantukan di


MIN Bawamai, pada tahun 2003 ia dipromosikan menjadi Kepala
SD Negeri 42 Pontianak. Ia berdinas di sekolah ini sampai tahun
2009. Ketika baru masuk, kondisi sekolah ini memprihatinkan.
Bangunannya mau roboh, atapnya banyak yang bocor. Syukurlah
sekolah ini kemudian diperbaiki sehingga menjadi bagus.
Pada saat ia menjadi Kepala SD Negeri 42 inilah, ia meraih
penghargaan sebagai Kepala Sekolah Berprestasi Nasional tahun
2007, dari Direktorat Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan Nasional. Selain itu, pada tahun 2008, ia terpilih menjadi
peserta terbaik pada ajang Best Practices Kepala Sekolah, yang juga
diselenggarakan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan.
Prestasi yang diraihnya itu menjadi pelengkap dari berbagai
prestasi yang diraih sebelumnya dalam berbagai ajang perlombaan.
Saat masih duduk di bangku SMP, ia menjadi juara pertama lomba
paduan suara se Kota Pontianak. Selanjutnya, saat di bangku SPG,
ia meraih juara pertama Lomba Pidato tingkat provinsi Kalimantan
Barat. Bahkan saat menjadi guru di MIN Bawamai, ia sering menjuarai lomba guru matematika dan lomba simulasi P4 di tingkat
Kota Pontianak maupun Kalimantan Barat. Hingga kini, total ada
17 penghargaan yang diraihnya dari berbagai lomba yang pernah
diikuti.
Walaupun meraih berbagai prestasi yang mengagumkan,
namun Fauziyah amat kaget ketika pada Agustus 2009 dimutasi
menjadi Kepala SD Negeri 68, Kecamatan Pontianak Barat, Kota
Pontianak. Pasalnya, sekolah ini dikenal kumuh, jelek, dan lingkungan masyarakat sekitarnya keras. Maklum, sekolah ini terletak
di pinggir Pelabuhan Rakyat Nipah Kuning. Sekolah ini hanya
berjarak sekitar satu kilometer dari pelabuhan di muara Sungai
Kapuas itu. Pada umumnya orangtua siswa bekerja sebagai buruh
pelabuhan, sebagian besar suku Melayu dan sebagian lain Madura.
Dengan pengalaman yang dimilikinya, Fauziyah lantas
merubah tantangan itu menjadi peluang untuk memperbaiki.
Ia menerapkan gaya kepemimpinan transformasional, yang
memberdayakan seluruh sumber daya yang ada, termasuk guru
dan masyarakat sekitar sekolah. Ia juga membuat pagar keliling
sekolah, sehingga siswa maupun guru tidak bisa lagi keluar masuk
seenaknya. Orang-orang yang berjualan di dalam sekolah juga dilarang, hanya disediakan kantin sekolah. Awalnya ia ditentang keras,
namun setelah ia meyakinkan bahwa yang ia lakukan semata-mata
untuk kemajuan sekolah, akhirnya masyarakat tidak keberatan.
Yang juga mengagumkan, dalam usianya yang baru 46 tahun,
Fauziyah kini sudah mengantongi golongan IVc. Meski bergelar

SAIFUL ANAM

Kepala Sekolah Berprestasi Nasional

PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

57

Hari Pendidikan Nasional 2012

Pendidikan Menengah Universal

PIH.KEMDIKBUD

UNTUK GENERASI MASA DEPAN

akil Presiden, Boediono menghadiri puncak peringatan Hari


Pendidikan Nasional
(Hardiknas) yang digelar di Tenis Indoor, Gelora Bung Karno pada 13 Juni
lalu. Acara tesebut juga dihadiri Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr.
Ir. Mohammad Nuh, DEA serta seluruh
pejabat eselon I di lingkungan Kemdikbud dan sejumlah menteri.
Dalam sambutannya, Wapres
Boediono memberi dukungan penuh
program peningkatan standar pendidikan masyarakat menjadi pendidikan
SMA melalui Pendidikan Menengah
Universal (PMU) mulai tahun 2013.
Wapres meminta pengelola pendidikan
di pusat dan daerah untuk mengawal
program rintisan PMU yang tahun ini
ditandai dengan diberikannya Rintisan
Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
untuk siswa SMA. Jangan dulu dilihat
besar kecilnya dana yang diberikan, tapi
bagaimana rintisan BOS itu dijadikan
bagian untuk menyiapkan sistem agar
saat pelaksanaannya kelak dapat berja-

58

lan dengan baik, katanya.


Wapres mengungkapkan PMU sangat penting karena kondisi sumber
daya manusia pendidikan yang dimiliki
Indonesia semakin membesar, terutama
sumber daya keuangan. Hal itu bisa
dilihat dari besarnya Angka Partisipasi
Kasar (APK) yang mencapai 98,2 persen. Masa depan bangsa ditentukan
oleh generasi yang lebih baik. Itulah
kenapa sangat logis memberikan akses
bagi me-reka yang telah lulus di jenjang
pendidik-an dasar untuk melanjutkan
ke jenjang pendidikan menengah, katanya.
Boediono juga menekankan bahwa
bonus demogra tahun 2010 - 2035
merupakan periode emas Indonesia
untuk mempersiapkan generasi baru.
Momentum ini bisa dipakai untuk
melakukan investasi sumber daya
manusia secara besar-besaran. Selain
menyampaikan dukungannya pada program PMU, Boediono juga mengkritik
pendidikan yang berorientasi pada Ujian
Nasional (UN). Menurutnya, mendidik
tidak sekadar mempersiapkan peserta

didik untuk lulus UN. Mendidik mereka,


kata Boediono, adalah membukakan
pintu bagi peserta didik mengembangkan dirinya menjadi manusia yang utuh,
berbudi mulia, menjadi warga negara
yang baik, dan kelak menjadi pemimpinpemimpin bangsa yang baik.
Menurut Boediono, mendidik bukan sekadar mengembangkan kemampuan nalar anak didik kita, tetapi sangat
pen-ting juga membangun karakter
anak. Jadi, pendidikan tidak hanya
menyangkut membangun kemampuan
otak anak didik kita, tapi juga menyangkut menumbuhkan kemampuan hati
mereka, katanya.
Sementara Mendikbud Mohammad
Nuh mengemukakan bahwa Indonesia
memiliki potensi luar biasa karena pada
periode 2010-2035 Indonesia memiliki
sumber daya produktif yang besar
jumlahnya. Apabila kesempatan emas
itu dapat dimanfaatkan dan dikelola
dengan baik, maka akan menjadi bonus
demograk (demographic deviden) yang
sangat berharga. Namun, sebaliknya,
bila tidak mampu dikelola dengan baik,
dapat menjadi bencana demogra (demographic disaster) yang luar biasa.
Di sinilah peran strategis pembangunan bidang pendidikan untuk mewujudkan hal itu menjadi sangat penting.
Pada periode tahun 2010 sampai tahun
2035 kita harus melakukan investasi
besar-besaran dalam bidang pengembangan SDM sebagai upaya menyiapkan
generasi 2045, yaitu 100 tahun Indonesia merdeka, ujar Nuh. Selain itu, untuk
menunjang akses pendidikan hingga ke
pelosok, Kemdikbud akan memperluas
akses pendidikan tinggi negeri hingga
ke daerah perbatasan. Kemdikbud juga
akan memberikan akses khusus kepada
masyarakat yang memiliki keterbatasan
kemampuan ekonomi, tetapi berkemampuan akademik
Oleh karena itu, kata Pak Menteri,
Kemdikbud akan menyiapkan akses
seluas-luasnya kepada seluruh anak
bangsa untuk memasuki dunia pendidikan. Mulai dari Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) sampai ke perguruan
tinggi. Tentu perluasan akses harus
diikuti dengan peningkatan kualitas
pendidikan.

SAIF AL HADI

PIH. KEMDIKBUD

uncak Peringatan Hari


Pendidikan Nasional, yang
digelar di Senayan, Jakarta,
13 Juni lalu, juga menjadi
ajang pemberian apresiasi tinggi dari
pemerintah kepada berbagai pihak
yang dinilai berprestasi dan berjasa
bagi kemajuan pendidikan nasional.
Para siswa peraih nilai Ujian Nasional
2012 tertinggi juga mendapat penghargaan yang disampaikan Wakil Presiden
Boediono.
Penghargaan diberikan kepada
lima peraih UN SMA/SMK tertinggi. UN
SMA tertinggi diraih Triawati Octavia
dengan nilai 58,6 (SMAN 2 Kuningan
Jawa Barat). Sedangkan UN SMK tertinggi dicapai Mutiarani dengan nilai
29,6 (SMKN 2 Semarang Jateng).
Sebanyak 1.517.125 peserta, atau
99,5 persen dari total keseluruhan
peserta Ujian Nasional (UN) SMA/MA
2012 lulus. Kelulusan tersebut diperoleh
setelah menggabungkan nilai UN murni
dan nilai sekolah. Dengan demikian,
sebanyak 0,5 persen, atau 7.579 siswa
harus mengulang UN tahun depan,
atau ikut program kesetaraan paket C.
Tahun lalu yang tidak lulus 0,78 persen, tahun ini berkurang menjadi 0,50
persen, atau kalau jumlahnya 7.579
siswa, ujar Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Mohammad Nuh.
Persentase kelulusan tahun 2012
jika dibandingkan dengan tahun 2011
meningkat 0,28 persen. Tahun lalu,
persentase kelulusan 99,22 persen. Dari
seluruh sekolah yang ikut ujian nasional, 87 persen di antaranya memiliki
tingkat kelulusan 100 persen. Masih
ada empat sekolah yang tingkat kelulusannya nol persen.Untuk sekolahsekolah dengan tingkat kelulusan nol
persen itu akan diberi intervensi khusus. Itulah salah satu manfaat UN. Kita
bisa tahu tindakan seperti apa yang
harus dilakukan jika ada sekolah yang
memang benar-benar perlu dibantu,
kata Pak Menteri.
Dari hasil pemetaan nilai UN 2012
juga diketahui, Nusa Tenggara Timur
(NTT) memiliki persentase ketidaklulusan tertinggi yaitu 5,5 persen atau sebanyak 1.994 siswa, disusul Gorontalo
4,24 persen. Dan untuk yang persentase kelulusan tertinggi berada di Jawa

Ujian Nasional SMA/MA/SMK 2012

Siswa Kuningan& Semarang


JADI YANG TERBAIK

Timur, mengalahkan Bali yang dua


tahun berturut-turut selalu tertinggi,
kata Mendikbud.
Rata-rata nasional UN SMA/MA
tahun ini 7,8. Jika dilihat dari nilai UN
murni, lanjut Mendikbud, kelulusan tahun ini adalah 96,7 persen, dan sisanya
3,3 persen tidak lulus. Ketidaklulusan
tersebut disebabkan rata-rata yang
kurang dari 5,5 dan atau ada satu atau
lebih mata pelajaran yang nilainya
kurang dari empat.
Sementara pada UN SMK 2012, jumlah yang lulus sebanyak 1.036.478 siswa
(99,72 persen) dari jumlah peserta
sebanyak 1.039.403 siswa. Jumlah yang
tidak lulus sebanyak 2.925 siswa (0,28
persen). Angka kelulusan SMK ini lebih
baik dari tahun 2011, yang sebesar 99,51
persen, atau 938.043 siswa dari jumlah
peserta sebanyak 942.098 siswa. Ketika
itu, yang tidak lulus lebih banyak dari
sekarang, yakni sebanyak 4.055 siswa
(0,49 persen).
Pencapaian UN SMA/SMK di setiap
provinsi, nilai tertinggi diraih Provinsi
Jawa Timur. DKI Jakarta yang selalu
digaungkan sebagai barometer pendidikan nasional, berada di posisi ke-13.

Sumber: kemdiknas.go.id

10 PERAIH UN SMA/MA TERTINGGI


1. Triawati Octavia (SMA Negeri 2 Kuningan, Jawa
Barat): 58,6.
2. Novi Wulandari (SMA Negeri 2 Lamongan, Jawa
Timur): 58,5.
3. Kadek Devi Ari Frasiska (SMA Negeri 4 Denpasar,
Bali): 58,5.
4. Florencia Irena (SMA Santa Ursula, DKI Jakarta):
58,45.
5. Anggi Arsandi Apriliyanto (Sekolah di SMA Negeri
2 Lamongan, Jawa Timur): 58,45.
6. Bagas Widyatmaka (SMA Negeri 1 Ponorogo,
Jawa Timur): 58,45.
7. Fajrin Pradita Wina (SMA Negeri 1 Sidoarjo, Jawa
Timur): 58,45.
8. Doni Arif Gunawan (SMA Pasundan 1, Jawa
Barat): 58,45.
9. Putu Ayu Utami Prajawaty (. SMA Negeri 1
Denpasar, Bali) : 58,3.
10. Bhirawa Praditya Bagaskara (SMA Negeri 4
Denpasar, Bali) : 58,3 .
10 PERAIH UN SMK TERTINGGI
1. Mutiarani (SMKN 2 Semarang, Jawa Tengah):
29,6.
2. Mifta Nurjanah (SMK Mitar Batik, Tasikmalaya,
Jawa Barat) : 29,6.
3. Roni Hadian Akbar (SMKN 1 Katapang, Jawa
Barat) : 29,6.
4. Neni Yuliantika (SMKN 7 Bandung, Jawa Barat):
29,4.
5. Erlyn Herlina Febrianty (SMKN 1 Sukabumi, Jawa
Barat) : 29,4.
6. Intan Permatasari (SMKN 2 Tasikmalaya, Jawa
Barat) : 29,4.
7. Dewi Astutik (SMKN 1 Purwodadi, Jawa Tengah):
29,4.
8. Erlita Dyah Utami (SMKN 1 Purwodadi, Jawa
Tengah): 29,4.
9. Hanindia Hajjar Damayanti (SMKN 1 Surabaya,
Jawa Timur): 29,4.
10. Annisa Ayuningtias (SMK Kartika IV-1 Malang,
Jawa Timur) : 29,40.

PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

59

DIPO HANDOKO

ibanding tahun-tahun sebelumnya, Rembuk Nasional


Pendidikan (RNPK) yang kini
berganti nama menjadi Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan
(RNPK) itu terlihat lebih semarak. Ini tak
lain adalah sejak masuknya unsur kebudayaan dalam Kementerian Pendidikan
Nasional yang juga berganti nama menjadi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Jumlah peserta RNPK 2012 yang hadir
tak kurang dari 1.000 orang, sementara
tahun-tahun sebelumnya peserta berkisar
800 an orang.
Tempat kegiatan masih sama seperti
tahun-tahun sebelumnya, yakni di Pusat
Pengembangan Tenaga Kependidikan
(Pusbangtendik) Kemdikbud, sebelumnya
tempat ini bernama Pusat Pendidikan dan
Pelatihan (Pusdiklat) Kemdiknas.
Peserta rutinyang dihadirkan dalam
RNPK 2012 tanggal 26-28 Februari lalu
itu meliputi para pejabat di lingkungan
Kemdikbud, Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi, Kabupaten/Kota, Para Rektor
PTN, Koordinator Kopertis wilayah, Para
Kepala P4TK, LPPKS, LPMP. Diundang pula
para pimpinan Dewan Pendidikan Tinggi,
para pimpinan Balai Bahasa dan Balai
Pengembangan Media, para Kepala PPNFI
dan BPPNFI, jajaran BSNP dan BAN, jajaran
SEAMEO center, PB PGRI, IGI, LSM, DPP
HIPKI dan DPP HISPPI, serta para atase
pendidikan di luar negeri dan Duta Besar

60

Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2012

Memperbaiki Pengelolaan

PTK PENDIDIKAN MENENGAH

Pendidikan Indonesia untuk Unesco. Tak


ketinggalan peserta baru dari unsur kebudayaan, meliputi para kepala dinas Budaya
dan Pariwisata provinsi serta beberapa
unit pelaksana kebudayaan.
RNPK 2012 yang dibuka langsung
oleh Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, D.E.A
itu terkesan lebih istimewa dengan kehadiran Wakil Presiden Boediono pada
hari kedua. Wapres didaulat memberikan
arahan dan pengarahan. Mengawali RNPK
2012, Prof. Ainun Na'im, MBA, Ph.D, Sekjen
Kemdikbud mengatakan bahwa RNPK
2012 bertemakan Meningkatkan Kinerja
dan Integritas Layanan Pendidikan dan
Kebudayaan. "Melalui tema tersebut,
rembuk ini menjadi langkah dan tindakan
konkret pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dan unsur terkait lainnya untuk
meningkatkan kinerja dan integritas
pelaksanaan program/kegiatan pembangunan pendidikan dan kebudayaan tahun

2012. Rembuknas juga untuk menyiapkan


rancangan kebijakan ke depan.

SEKOLAH BEBAS PUNGUTAN


Mendikbud Prof. Dr. Ir. Mohammad
Nuh, DEA, secara khusus menyoroti
tingkat ketuntasan penyaluran dana BOS.
Menurutnya, ketuntasan penyaluran BOS
pada tahun 2012 mengalami peningkatan
yang lebih baik. Penyaluran BOS tahun
2010 dan 2011 membutuhkan waktu sampai tiga bulan, tahun 2012 hanya membutuhkan dua minggu saja. Dalam kurun
waktu dua minggu tersebut, ketuntasan
penyaluran mencapai 97,80%, Mendikbud
menandaskan.
Mendikbud juga mengeluarkan Permendiknas Nomor 60 Tahun 2011 tentang
Larangan Pungutan di Pendidikan Dasar.
Dalam peraturan tersebut dijelaskan
bahwa sekolah dilarang melakukan pungutan pada orangtua siswa. Peraturan ini

dicabut, diperbarui dengan Permendikbud


Nomor 44 Tahun 2012 tentang Pungutan
dan Sumbangan Biaya Pendidikan pada
Satuan Pendidikan Dasar.

Wakil Presiden Boediono menggarisbawahi bahwa ada tiga hal penting yang
dipercayai sebagai hukum pencapaian
kemajuan bangsa. Yaitu kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM), generasi pengganti
yang lebih baik dari yang diganti, dan pendukung SDM yang berkualitas (pendidikan
dan kesehatan). "Kalau generasi pengganti lebih rusak, bangsanya akan mundur,"
Wapres menegaskan.
Boediono menegaskan kembali terkait anggaran pendidikan 20% dari APBN.
Jumlah itu, kata Boediono, sepintas tampak sangat besar, tetapi jika dilihat dari tugas dan tanggung jawab pendidikan yang
begitu luas dan berat, sejatinya anggaran
itu masih sedikit. Dalam anggaran tersebut, sebagian adalah untuk peningkatan
kesejahteraan para pendidik dan tenaga
kependidikan. "Para guru, tenaga kependidikan yang sudah dinaikkan gajinya punya
tanggung jawab mengembalikan pada
negara. Pengembaliannya dalam bentuk
pengajaran, dedikasi, pelayanan yang baik
untuk menyiapkan generasi mendatang
yang lebih baik," kata Boediono.
Kepada kalangan guru, tidak lupa
Boediono berpesan secara khusus, agar
para guru dapat bekerja secara profesional. Dulu guru itu bukan profesi untuk
mencari gaji, tapi murni untuk mengekspresikan panggilan hati menyebarkan ilmu
dan kearifan. Meski begitu, pemerintah tidak mengabaikan kesejahteraan guru. Dukungan pemerintah sangat jelas, mereka
diberi prioritas peningkatan kualitas dan
diberi tunjangan profesi, ujar Boediono.

PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL


Hamid Muhammad, Ph.D, Direktur
Jenderal Pendidikan Menengah (Dirjen
Dikmen) juga berkesempatan memberi
arahan pada komisi 3 yang membahas
percepatan pelaksanaan pendidikan
menengah universal. Menurut Hamid Muhammad, hal penting percepatan pelaksanaan pendidikan universal, di antaranya,
adalah: 1) Untuk menjaga kesinambungan
dan konsekuensi logis keberhasilan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. 2)

DIPO HANDOKO

GURU PENJAGA HATI

Lulusan SMP/ MTs yang ada belum layak


kerja, sehingga keberadaannya dapat
menjadi masalah sosial. 3) Sebagai upaya
menjawab tantangan global yang menempatkan makin pentingnya kualitas SDM. 4)
Wajib belajar mempunyai korelasi positis
dengan pertumbuhan ekonomi kesehatan,
daya saing, dan pendapatan. 5) Pendidikan
menengah memiliki kontribusi positif pada
kehidupan sosial dan politik.
Hamid Muhammad juga menegaskan
sasaran rencana pelaksanaan Pendidikan Menengah Universal, di antaranya
adalah: Mutu yang terus terjaga dan tidak
berkurang meskipun terjadi penambahan
daya tampung. Selain itu untuk mencapai
perimbangan antara SMK dan SMA sesuai
kebutuhan daerah, juga untuk memeratakan layanan pendidikan menengah dan
menjangkau yang tak terjangkau, meningkatkan keberkerjaan lulusan SMK, serta
meningkatkan APK nasional, provinsi dan
kabupaten secara bertahap, terangnya.

PENGELOLAAN PTK
Sidang Komisi yang berkaitan langsung
dengan tugas pokok Direktorat PPTK
Dikmen adalah Komisi 4 yang membahas
perbaikan pengelolaan pendidik dan tenaga
kependidikan kinerja. Komisi 4 dipimpin
Kepala Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan
dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Badan
PSDMPK dan PMP), Prof. Dr. Syawal
Gultom, M.Pd. Hadir pada pembahasan
komisi 4 adalah Sumarna Surapranata, PhD
(Direktur PPTK Dikdas), Surya Dharma, Ph.D
(Direktur PPTK Dikmen), dan petinggi LPMP,
P4TK, dan dinas pendidikan kabupaten kota.
Materi yang dibahas adalah: 1)
perencanaan dan pemenuhan pendidik
dan tenaga kependidikan; 2) rekonstruksi
pendidikan calon guru (seleksi,

pendidikan akademik, dan pendidikan


profesi); 3) pembinaan pendidik dan
tenaga kependidikan; 4) perbaikan sistem
penyaluran tunjangan; serta 5) perbaikan
sistem karier, pemberian penghargaan dan
perlindungan hukum.
Pada pembahasan komisi 4, subtopik
perencanaan dan pemenuhan pendidik dan
tenaga kependidikan, mengerucut pada
empat rekomendasi. Pertama, terdapat
kuota nasional yang sesuai dengan kohort
kebutuhan daerah untuk mendukung
pendidikan universal 12 tahun. Kedua,
pemenuhan guru melalui pemberian
kewenangan tambahan (horizontal) atau
pelaksanaan alih kewenangan mengajar
antarjenjang sekolah (vertikal), PPGT,
SM-3T, untuk pemerataan dan mengatasi
mismatch.
Ketiga, pemenuhan kebutuhan guru
sesuai spektrum zona MP3EI melalui
penyediaan guru kejuruan oleh Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
bekerjasama dengan politeknik, institut
teknologi, universitas, sekolah tinggi,P4TK
Kejuruan dan mengimplementasikan
kebijakan Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia. Keempat, mendorong
pemerintah pusat, provinsi, kabupaten,
kota melaksanakan SKB 5 Menteri tentang
penataan dan pemerataan guru.
Rekomendasi kelima adalah mendorong
pemerintah pusat, propinsi, kabupaten, kota
melaksanakan perekrutan dan penyiapan
calon kepala sekolah, calon pengawas
sekolah, tenaga laboratorium, tenaga
administrasi, dan tenaga perpustakaan,
sesuai standar kompetensi yang telah
ditetapkan.

MUKTI ALI
DAN DIPO HANDOKO

PTK DIKMEN

Edisi 3/Tahun II/Juli 2012

61

Bimtek Penilaian Angka Kredit Pengawas Sekolah

Seleksi Penilai Angka Kredit


PENGAWAS SEKOLAH

Tujuan bimbingan teknis


ini adalah memberi
pemahaman tentang
kebijakan jabatan
fngsional pengawas
sekolah dan angka
kreditya. Pesera
diharapkan mampu
melaksanakan penilaian
angka kredit jabatan
fngsional pengawas
sekolah/madrasah.

enilaian angka kredit


jabatan fungsional
pengawas sekolah/
madrasah itu terdapat
empat unsur pokok, yakni pendidikan,
pengawas akademik dan manajerial,
pengembangan profesi, dan unsur
penunjang, kata Surya Dharma, M.PA.,
Ph.D., Direktur Pembinaan PTK Dikmen,
saat memberi arahan pada kegiatan
Bimbingan Teknis dan Seleksi Calon Tim
Penilai Angka Kredit Pengawas Sekolah,
di Hotel Kaisar Jakarta, Juli 2012.
Kegiatan bimbingan teknis diikuti
300 orang terdiri dari pengawas sekolah,
pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten/
Kota, pejabat Badan Kepegawaian Daerah, dan utusan dari perguruan tinggi.
Sebagai narasumber, selain pejabat Direktorat PPTK Dikmen, juga hadir pembicara dari Biro Kepegawaian Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Pusat Kurikulum Kemdikbud, dinas
pendidikan, dan perguruan tinggi.
Bimtek bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kebijakan baru

62

tentang jabatan fungsional pengawas


sekolah dan angka kreditnya. Tujuan utamannya adalah peserta mampu melaksanakan penilaian angka kredit jabatan
fungsional pengawas sekolah, sekaligus
seleksi calon tim penilai angka kredit
pengawas sekolah.
Ada tiga materi utama pada bimtek
ini. Yakni materi umum, inti, dan penunjang. Materi umum terkait kebijakan peningkatan mutu PTK Dikmen; kebijakan
pembinaan karier pengawas sekolah;
dan pendidikan karakter bangsa dan
pendidikan antikorupsi. Sedangkan untuk materi inti terdapat empat submateri
yakni, pendidikan, supervisi akademik
dan manajerial, pengembangan profesi,
dan penunjang, kata Wastandar, MA,
Ph.D, Kepala Subdit Program dan Evaluasi, Direktorat PPTK Dikmen.
Submateri pendidikan membahas
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah
dan Angka Kreditnya. Selain itu juga

materi penilaian angka kredit jabatan


fungsional pengawas sekolah. Submateri supervisi akademik dan manajerial
berkaitan dengan dimensi kompetensi
akademik pengawas sekolah dan angka
kreditnya; serta dimensi kompetensi
manajerial pengawas sekolah dan angka
kreditnya.
Materi lainnya adalah pengembangan profesi, di antaranya, mengupas
pembuatan karya tulis, karya ilmiah di
bidang pendidikan formal/pengawasan;
penerjemahan/penyaduran buku dan
atau karya ilmiah di bidang pendidikan
formal/pengawasan; serta membuat
karya inovatif. Submateri penunjang
membahas tentang prosedur dan mekanisme penilaian angka kredit jabatan
fungsional pengawas sekolah; dan simulasi penilaian angka kredit jabatan fungsional pengawas sekolah. Pada akhirnya,
semua materi itu akan kita ujikan, baik
dalam pre test maupun post tes, kata
Wastandar.

SAIF AL HADI

DIRGAHAYU
REPUBLIK INDONESIA

17 Agustus 1945-17 Agustus 2012


Dengan semangat proklamasi 17 Agustus 1945,
kita bekerja keras untuk kemajuan bersama,
kita tingkatkan bagi hasil pembangunan
untuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Direktur Pembinaan PTK Dikmen
Surya Dharma, MPA, Ph.D

Segenap redaksi Majalah PTK DIKMEN mengucapkan:

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H


Mohon Maaf Lahir dan Batin

MUKTI ALI

Anda mungkin juga menyukai