Majalah Ptkdikmen Jul 12
Majalah Ptkdikmen Jul 12
Majalah Ptkdikmen Jul 12
DIKMEN
MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI PTK PENDIDIKAN MENENGAH
Surya Dharma:
Tantangan Guru Abad XXI
MENGGENJOT MUTU
PTK DIKMEN
JULI
2012
S T RUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT PEMBINAAN
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
PENDIDIKAN MENENGAH
Ir. Mamat, MM
Kasi Perencanaan Program
Wendi Kuswandi, SE
ji Kompetensi Awal (UKA) guru yang dilaksanakan Februari 2012 lalu masih menjadi
pembicaraan di kalangan guru. UKA merupakan bagian dari penyelenggaraan
sertikasi pendidik dengan pola baru mulai tahun 2012. Pelaksanaan uji kompetensi
bagi para guru itu sesungguhnya hanya bagian kecil dari proses pembinaan kepada
guru. Sebab masih banyak tantangan serius yang harus dihadapi para guru, juga tenaga
kependidikan pendidikan menengah kita. Guru saat ini mengajar anak-anak kita yang hidup
di masa depan, di abad 21. Kalau guru-guru tidak bisa menyiapkan anak-anak yang diajarnya
untuk hidup di zaman mereka hidup nanti, hal itu sama saja dengan merampas masa depan
kehidupan anak-anak didik kita.
Permasalahan utama guru yang menjadi perhatian sangat serius kami, di antaranya,
adalah peningkatan kualifikasi akademik menjadi S-1/D-4; ketidaksesuaian kualifikasi
akademik dan bidang studi yang diajar guru (mismatch), distribusi guru, dan peningkatan
kompetensi guru. Kualifikasi akademik guru-guru SMA/SMK yang belum S-1/D-4 hanya sekitar
15% dari jumlah keseluruhan guru SMA/SMK. Tapi ternyata tidak sepenuhnya gampang
meningkatkan kualifikasi akademik mereka ini. Pada tahun 2011 lalu, kami menganggarkan
kurang lebih 3000 guru SMA/SMK untuk diberikan subsidi kualifikasi S-1. Ternyata alokasi
yang kita sediakan tidak terserap semua, hanya sekitar 500 guru.
Persoalan mismatch, yang menurut penelitian Ditjen Dikti jumlahnya kurang lebih 20%,
diharapkan semakin berkurang. Sebab guru yang bersertifikat profesi pendidik, tidak boleh
lagi mengajar yang di luar bidang keahliannya. Persoalan mismatch ini sebenarnya dampak
dari masalah ketiga, yaitu distribusi guru yang tidak merata, baik secara geografis maupun
kompetensi. Guru banyak menumpuk di daerah perkotaan, sementara di daerah pinggiran
dan pedalaman masih banyak yang mengalami kekurangan.
Permasalahan kompetensi guru yang masih memprihatinkan, setidaknya tercermin
dari hasil UKA. Persoalannya bukan semata pada peningkatan mutu guru yang ada saat
ini. Melainkan juga merevitalisasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK),
sebagai lembaga penghasil guru. LPTK harus mengaca atas hasil UKA dan ke depan harus
menghasilkan guru-guru yang well prepared dan well motivated.
Marilah tahun 2012 ini menjadi pijakan bagi kita dalam meningkatkan kualitas diri,
sekaligus turut andil dalam mengurangi berbagai permasalahan PTK pendidikan menengah,
dan menjadi roda penggerak gerbong peningkatan mutu pendidikan nasional kita.
PTKDIKMEN
S A L A M REDAKSI
PEMBINA
Hamid Muhammad, Ph.D
Direktur Jenderal Pendidikan Menengah
PENGARAH
Surya Dharma, MPA, Ph.D
Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Menengah
PEMIMPIN REDAKSI/
PENANGGUNG JAWAB
Wastandar, MA, Ph.D
(Kasubdit Program dan Evaluasi)
SIDANG REDAKSI
Wastandar, MA, Ph.D
Dra. Maria Widiani, MA
Drs. Prasetyo Triatmojo, MM
Drs. Subahi Idris, MM,
Ir. Mamat, MM
Drs. Yusrizal, M.Pd
Saiful Anam, Dipo Handoko, Mukti Ali,
Saif Al Hadi, Eva Rohilah, Nabila D.P,
ahun kedua Majalah PTK Dikmen kembali hadir dengan sejumlah tulisan
yang kami rangkum dari bulan Januari hingga Juli. Sejumlah artikel edisi
ini berupa rangkuman kegiatan Direktorat Pembinaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah, berita seputar dunia pendidikan,
serta sejumlah prol sekolah, guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah. Ada
juga tulisan seputar perkembangan pendidikan di daerah, khususnya seputar
pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan menengah.
Cover story edisi ini sengaja mengupas panjang tentang guru. PIjakan tulisan
berdasarkan berita hangat pada Februari 2012, yakni pelaksanaan Uji Kompetensi
Awal (UKA) bagi guru. Mulai tahun 2012, guru yang akan mengambil sertikasi
profesi pendidik harus menjalani UKA. Mereka yang lulus UKA selanjutnya
mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) selama 9 hari. Pada akhir
PLPG, mereka dites lagi dengan Uji Kompetensi Akhir. Mereka yang lulus Uji
Kompetensi Akhir itulah yang berhak menyandang sertikat profesi pendidik dan
mendapatkan tunjangan profesi pendidik.
Pro dan kontra sempat mengiringi kehadiran UKA. Namun UKA tetap berlangsung,
dan hasilnya sungguh mencengangkan. Rata-rata nilai secara nasional hanya 42,25
dari hampir 300 ribu guru calon peserta sertikasi pendidik. Bahkan ada seorang
guru yang nilainya hanya 1 dari kemunkinan 100. Nilai UKA tertinggi, 97,0, diraih
Zuhri Muslim, guru SMKN 2 Slawi, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Guru
SMA peraih nilai UKA tertinggi adalah Gatot Priadi dari SMAN 1 Karas, Kabupaten
Magetan, Provinsi Jawa Timur, dan Nur Hidayati dari SMAN 11 Siak, Kabupaten
Siak, Provinsi Riau, yang sama-sama meraih nilai 90.
Yang juga memprihatinkan adalah raihan nilai UKA para pengawas, yang ternyata
banyak yang di bawah nilai guru. Nilai UKA tertinggi untuk pengawas sekolah
hanya 72, yakni yang dicapai St Syuhaeni S, pengawas sekolah yang
bertugas di Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua.
Tulisan menarik lainnya edisi ini adalah prol dari PTK yang berprestasi. Kami
mendapat respons baik dari sidang pembaca mengenai prol dari mereka yang
meraih prestasi. Sehingga kami akan selalu menampilkan prol dari PTK, juga
sekolah dan daerah dalam mengembangan pendidikan. Kali ini para guru yang
kami angkat adalah mereka yang meraih prestasi pada Lomba Keberhasilan
Guru dalam Pembelajaran, yang diselenggarakan Pusat Pengembangan Profesi
Pendidikan dan Lomba Kreativitas Ilmiah Guru yang dilaksanakan oleh LIPI.
Semoga edisi tengah tahun 2012 ini banyak memberi manfaat, khususnya bagi PTK
yang tersebar di seluruh Tanah Air, dan mampu menjadi pendorong peningkatan
mutu. Hal ini menjadi pegangan kami di jajaran redaksi PTK DIkmen untuk
menghadirkan tulisan yang menginspirasi dan membumikan perbaikan mutu PTK.
Selamat membaca!
daftar isi
6-13
LAPORAN UTAMA
Nomor 3
Tahun II
Juli 2012
PESAN DIREKTUR
6
9
12
PTK SMA
3
14-15
14
15
15-17
PTK SMK
15
16
17
PTK PK-LK
Kabupaten Banyumas
Kabupaten Mojokerto
Kabupaten Biak Numfor
45-47
45
46
47
48-53
48
54-57
54
56
SEKOLAH
PERISTIWA
58-62
58
59
60
62
19
19
20
20
21
21
22-25
GURU
KOLOM
17-21
PTK DIKMEN
26-39
26
28
30
32
34
36
38
40-44
40
42
44
PIH KEMDIKBUD
MEMUDAHKAN DALAM
PEMBINAAN PROFESI GURU
erbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, mulai tahun ini para guru yang akan mengambil
sertikasi profesi pendidik harus menjalani Uji
Kompetensi Awal (UKA). Mereka yang lulus UKA
selanjutnya mengikuti Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru (PLPG) selama 9 hari. Pada akhir pelaksanaan PLPG,
mereka dites lagi dengan Uji Kompetensi Akhir. Mereka yang lulus
Uji Kompetensi Akhir itulah yang berhak menyandang sertikat
profesi pendidik dan berhak mendapatkan tunjangan profesi pendidik yang besarnya satu kali gaji pokok. Perbedaan dengan tahun-tahun sebelumnya terletak pada Uji Kompetensi Awal. Pada
tahun-tahun sebelumnya, para peserta langsung mengikuti PLPG.
Tahun ini, UKA dilaksanakan secara serentak pada tanggal 25
Februari, dan hasilnya telah diumumnya pada pertengahan Ma-
ret lalu. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA
menjelaskan jumlah guru yang mendaftar
UKA 2012 sebanyak 285.884 orang. Namun, sebanyak 4.868 orang (1,70 persen)
batal mengikuti UKA dengan berbagai
alasan, sehingga peserta yang mengikuti
sebanyak 281.016 orang (98,30 persen).
Peserta UKA tahun ini terdidiri dari
23.753 guru TK, 164.539 guru SD, 51.238
guru SMP, 18.125 guru SMA, 15.105 guru
SMK, 2.446 guru SLB, dan 606 pengawas
sekolah. Mereka terdiri dari 195 lulusan
SMP, 19.039 lulusan SMA, 2.697 lulusan
PIH KEMDIKBUD
D-1, 34.614 lulusan D-2, 3.906 lulusan D-3,
211.858 lulusan S-1, 3.453 lulusan S-2, dan
9 peserta berkualikasi pendidikan S-3
atau bergelar doktor. Dari jumlah peserta UKA tersebut, yang lulus UKA sebanyak
249.001 orang dan diperoleh nilai rata-rata nasional sebesar 42,25, kata Mohammad Nuh.
PTK DIKMEN
PEMETAAN PENDIDIKAN
Para guru yang sudah lulus UKA yang
berjumlah 249.001 orang itu selanjutnya
mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi
Guru (PLPG). Pada akhir PLPG, mereka
mengikuti Uji Kompetensi Akhir. Guru
yang mendapatkan sertikat guru profesional adalah guru yang telah mengikuti
UKA, PLPG, dan Uji Kompetensi Akhir,
ujar Mohammad Nuh.
Sedangkan bagi para guru yang tidak
lulus UKA akan diberikan pembinaan. Tujuannya adalah memberi energi baru pada
para guru untuk tahun ajaran baru di bulan Juli. Guru yang tidak lulus UKA wajib
mengikuti pembinaan itu, kata Mendikbud.
Mendikbud berharap hasil Uji Kompetensi Akhir bagi guru-guru yang sudah
mengikuti PLPG dapat lebih besar dari
hasil UKA. Kalau ternyata guru yang sudah
mengikuti PLPG nilai Uji Kompetensi Akhir yang diraihnya tidak lebih baik dari nilai
UKA, maka berarti PLPG yang diberikan
tidak memberikan efek yang lebih banyak
bagi guru. Di sinilah perlu kita ukur lagi
kinerja dari lembaga penyelenggara PLPG
itu, kata Mohammad Nuh.
Meski hasil nilai UKA cukup memprihatinkan, namun nilai UKA itu akan sangat
berguna bagi pemetaan dunia pendidikan.
Peta guru tersebut menunjukkan nilai
penting dari UKA untuk melihat kompetensi guru dengan standar rata-rata nasional bisa dilihat. Diharapkan pemetaan
juga bukan sekedar kelulusan uji kompetensi tapi juga ukuran dari kinerja guru
pada masa mendatang, kata Mendikbud.
Selain itu, hasil UKA 2012 ini dapat
dipasangkan dengan peta hasil Ujian Nasional (UN) 2012. Nantinya, peta tenaga
pengajar, fasilitas infrastruktur akan turut
serta dimasukkan. Sehingga, peta yang
utuh dari dunia pendidikan dapat diperoleh secara bertahap.
Mohammd Nuh menyatakan, pemerintah tahun ini sebenarnya menyediakan
kuota 250.000 bagi sertikasi guru.
SAIFUL ANAM
SAIFUL ANAM
asil Uji Kompetensi Awal (UKA) guru memperlihatkan kompetensi guru-guru kita
yang cukup memprihatinkan. Ke depan,
upaya mengatasi berbagai persoalan guru
harus dilakukan secara sistemik, mulai dari
penyiapan calon guru, rekrutmen guru baru, peningkatan
kompetensi, peningkatan kualikasi, distribusi, pembinaan
dan pengembangan profesi, hingga pemberian penghargaan
dan perlindungan.
Revitalisasi dan reposisi peran strategis guru itu amat
penting lantaran menurut Surya Dharma, MPA, Ph.D, Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah, Ditjen Pendidikan Menengah, guru merupakan komponen paling penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Kalau guru tidak bisa menyiapkan anak-anak yang
diajarnya untuk hidup di zaman mereka hidup nanti, hal itu
sama saja dengan merampas masa depan kehidupan mereka.
Untuk mengetahui lebih lanjut pandangan dan pemikiran Surya Dharma terkait masalah guru, khususnya guru-guru
pendidikan menengah, Saiful Anam dari Majalah PTK DIKMEN mewawancarai pria yang berpenampilan kalem itu di
ruang kerjanya, Mei lalu. Berikut petikannya.
Jangan Pernah
Merampok
Masa Depan Anak
Bagaimana Bapak melihat persoalan guru-guru kita, khususnya guru-guru pada pendidikan menengah?
Kalau kita bicara masalah guru, ada beberapa persoalan sangat
mendasar. Pertama, masalah kualikasi. Artinya dari kurang lebih
3 juta guru, mulai dari guru-guru di level pendidikan anak usia dini
hingga SMA/SMK, baru sekitar 45% yang berkualikasi S-1 atau D-4.
Sebagian besar mereka adalah guru SD. Kalau untuk guru-guru pendidikan menengah, persoalan kualikasi ini tidak terlalu besar. Mungkin
tinggal sekitar 15% yang belum S1 atau D-4. Jadi ini satu persoalan,
bagaimana meningkatkan kualikasi guru-guru kita menjadi minimal
S-1 sesuai tuntutan UU Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen.
PTK DIKMEN
SMAN 2 PURWOREJO
Khusus guru-guru pendidikan menengah, kami bertekad meningkatkan kualikasi bagi mereka yang belum S-1. Tetapi ternyata hal itu tidak sepenuhnya gampang. Misalnya saja pada tahun
2011 lalu, kami menganggarkan kurang lebih 3000 guru SMA/SMK
untuk diberiksan subsidi kualikasi S-1. Ternyata alokasi yang kita
sediakan tidak terserap semua, hanya terserap sekitar 500 guru
saja.
Mengapa sampai begitu?
Masalahnya daerah ternyata tidak siap dengan data yang
benar-benar akurat. Secara angka, guru-guru SMA/SMK yang belum berkualikasi memang sekitar 15 %. Dari data yang ada secara
nasional, terlihat mereka tersebar di provinsi dan kabupaten/kota
mana saja. Tetapi data yang dikumpulkan baru sebatas itu. Kalau
ditelusuri lebih lanjut siapa saja mereka, tidak ada data lebih lanjut. Daerah tidak punya data yang akurat siapa saja yang belum
S-1 dan daftar nama guru-guru yang sedang menempuh S-1. Akibatnya, setelah kita kasih bantuan block grant untuk peningkatan
kualikasi mereka ke kabupatek/kota, banyak yang tidak terserap.
Ini kan sayang, karena tidak gampang memperjuangkan anggaran. Ada sekitar Rp 7 miliar yang tidak terserap. Oleh karena itu, tahun ini kami tidak berani lagi menganggarkan lebih banyak, hanya
dialokasikan 950 orang.
Jadi siapa saja sebenarnya guru-guru pendidikan menengah
yang belum berkualikasi S-1 yang jumlahnya sekitar 15% itu,
dan siapa saja yang sedang menempuh S-1, kami belum punya
data akurat. Kami minta kepada daerah nama-nama mereka, tapi
sejauh ini belum terpenuhi. Data NUPTK tidak sampai masuk ke
sana. Data yang sudah ada baru jumlahnya saja, dan sebaran di
provinsi dan kabupaten/kota mana saja.
10
Selain masalah kualikasi, persoalan apa lagi yang terkait guru-guru kita?
Masalah kedua adalah mismatch, atau ketidaksesuaian antara kualikasi pendidikan dengan mata pelajaran yang diampunya. Guru mengajar yang bukan sesuai bidangnya. Misalnya guru
agama mengajar matematika, guru sejarah mengajar IPA, dan
seterusnya.
Berapa banyak guru-guru yang mismatch ini?
Ada kawan dari Ditjen Dikti yang pernah melakukan penelitian, jumlahnya kurang lebih 20%. Lumayan besar juga. Ini mestinya tidak boleh terjadi. Kalau guru sudah bersertikat profesi pendidik, tidak boleh lagi mengajar yang di luar bidang keahliannya.
Persoalan mismatch ini sebenarnya dampak dari masalah
yang ketiga, yaitu distribusi guru yang tidak merata, baik secara
geogras maupun kompetensi. Guru banyak menumpuk di daerah
perkotaan, sementara di daerah pinggiran dan pedalaman masih
banyak yang mengalami kekurangan.
Khusus guru-guru pendidikan menengah, juga terjadi kelebihan pada mata pelajaran tertentu, sementara mata pelajaran lain
kurang. Misalnya guru matematika, sika, biologi, bahasa Indonesia, dan agama, secara nasional sudah berlebih. Walaupun kalau kita telusuri lebih jauh di tingkat kabupaten/kota, ada daerah
yang mengalami kelebihan guru bidang-bidang tersebut, sementara daerah lain masih kurang. Kita harapkan, dengan adanya Peraturan Bersama 5 Menteri tahun lalu yang mengatur kembali distribusi guru-guru PNS dan mulai berlaku tahun ini, bisa membantu
mengatasi masalah ini.
tetap tidak banyak perubahan. Karena ilmunya tidak pernah diupdate, sehingga apa yang mereka ketahui 20 tahun lalu saat di
bangku kuliah tidak berubah sampai sekarang. Padahal ilmu itu
terus berkembang dan pengetahuan guru harus di-update.
Secara garis besar sekarang ada dua persoalan yang kita hadapi. Pertama, bagaimana membina dan mengembangkan kompetensi guru yang sudah ada, yang jumlahnya sekitar 3 juta orang.
Kedua, bagaimana menyiapkan calon guru yang profesional, baik
penyiapan mahasiswa calon guru yang dihasilkan oleh LPTK maupun sistem rekrutmen guru-guru baru.
Menangani persoalan yang pertama jauh lebih berat, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejauh ini sudah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini, walaupun hasilnya masih belum optimal. Sedangkan untuk memberesi masalah
yang kedua relatif lebih mudah. Tinggal kita berkomitmen dalam
memberlakukan sistem yang ketat dalam menyiapkan calon guru
maupun dalam rekrutmen guru-guru baru.
Saya sering bilang kepada kawan-kawan dosen dari LPTK,
bahwa LPTK tidak hanya memproduksi calon guru sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik. Calon guru yang dihasilkan
LPTK harus menguasai bidang ilmu yang ditempuhnya dan memiliki kompetensi pedagogik. Selain itu mereka harus bisa menjadi
teladan, memiliki kepribadian dan sikap yang baik. Ini yang harus
disiapkan oleh LPTK dengan baik.
Jika calon guru yang akan dihasilkan LPTK kita harapkan seperti itu, maka dosen-dosennya pun juga harus dituntut hal yang
sama. Kalau dosen LPTK sendiri tidak kompeten, dan cara mengajarnya tidak menarik, bagaimana bisa diharapkan menghasilkan
calon guru yang baik. Oleh karena, LPTK harus melakukan introspeksi dan berbenah diri. Bagaimanapun kualitas guru-guru kita
yang memprihatinkan seperti yang tercermin dari hasil UKA itu
merupakan produksi LPTK.
PTK DIKMEN
11
Memeratakan
Distribusi Guru PNS
irektorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah (Dit Pembinaan PTK
Dikmen), sejak awal tahun
ini gencar melakukan sosialisasi terhadap
Peraturan Bersama Lima Menteri, yakni
Peraturan Bersama Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 05/X/PB/2011, Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor SPB/03/M
PAN-RB/10/2011, Menteri Dalam Negeri
Nomor 48 Tahun 2011, Menteri Keuangan
Nomor 158/PMK.01/2011, dan Menteri
Agama Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai
Negeri Sipil.
12
PELAPORAN
Peraturan ini juga mengatur aspek
yang terkait dengan pelaporan, yang secara
gamblang dikemukakan dalam Pasal 8.
Bupati/Walikota membuat usulan perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan di wilayahnya dan
PEMBERIAN SANKSI
Peraturan ini juga mengatur tentang
pemberian sanksi, yang diungkapkan
secara detail pada Pasal 9. Pada Pasal 9
ayat 1 ditegaskan, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan menghentikan sebagian atau
seluruh bantuan nansial fungsi pendidikan
dan memberikan rekomendasi kepada Kementerian terkait sesuai dengan kewenangannya untuk menjatuhkan sanksi kepada
Bupati/Walikota atau Gubernur yang tidak
melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan penataan dan pemerataan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang,
atau antarjenis pendidikan di daerahnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
Penyebaran gr yang
tidak merata di tingkat
SMA/SMK tidak seberat
perasalahan distibusi
gr SD yang tidak
merata.
Surya Dharma, MPA, PhD
SAIFUL ANAM
PTK DIKMEN
13
14
Menggelontor Subsidi
Bantuan Studi
MUKTI ALI
Maria mengatakan terdapat beberapa prinsip pemberian Subsidi Studi, meliputi: 1)
Bantuan bersifat terbuka untuk
semua guru SMA PNS maupun
non PNS yang sedang menepuh
pendidikan S-1/ D IV se-suai
persyaratan yang telah ditentukan; 2) Subsidi diberikan secara
langsung melalui transfer ke
rekening bank atas nama guru
bersangkutan/penerima; 3)
Program Studi yang dipilih
adalah program studi yang
sesuai dengan mata pelajaran
yang diampu dan terakreditasi
dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi; 4) Guru
penerima Subsidi Studi berkewajiban tetap melaksanakan
tugas belajar mengajar.
"Nah yang perlu diperhatikan adalah, bahwa guru
yang diberi subsidi adalah yang
kuliah pada Program Studi yang
sesuai dengan yang diampunya. Kemudian Program Studi
yang diambil harus terakreditasi, ini untuk menjamin kualitasnya. Selain itu, guru yang
bersangkutan tetap diwajibkan
menjalankan kewajibannya mengajar di
sekolahnya," Maria menerangkan.
Sedangkan beberapa kriteria bagi
calon penerima Subsidi Studi di antaranya
adalah terdaftar dan aktif mengikuti kuliah
pada Program Studi yang terakdreditasi
dari BAN PT, Program Studi yang dipilih
diutamakan relevan dengan mata pelajaran
yang diampunya. Selain itu guru bersangkutan berstatus sebagai guru tetap, baik
PNS maupun non PNS dan meliliki NUPTK.
Sehat jasmani dan rohani, tidak sedang
menerima beasiswa pendidikan untuk
MUKTI ALI
HARIAN JOGJA
Perlindungan Hukum
Bagi PTK
MUKTI ALI
PTK DIKMEN
16
Kemitraan SMK
Pemerataan Mutu
melalui Kemitraan
SAIFUL ANAM
SAIF AL HADI
Bimbingan Teknis
Memacu Kompetensi
Pustakawan
google.com
Kompetensi TPS
SAIF AL HADI
PTK DIKMEN
Memenuhi Standar
Tenaga Administrasi
18
google.com
Bimtek ini sendiri, kata Prasetyo, diikuti oleh 200 orang tenaga administrasi
sekolah berasal dari 12 Provinsi, yaitu
Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi,
Riau, Bengkulu, Kalimantan Selatan, DKI
Jakarta, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta,
Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Adapun
materi yang disampaikan terkait kebijakan
karier tenaga administrasi SMK; administrasi kepegawaian; administrasi keuangan;
administrasi sarpras; administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat; administrasi persuratan dan kearsipan; administrasi kesiswaan; administrasi kurikulum;
administrasi layanan khusus; action plan
(rencana tindakan); pre test; dan post test.
SAIF AL HADI
Memacu
Kompetensi
Pengawas PKLK
Mengurangi
Kesenjangan
Kompetensi
SAIF AL HADI
MUKTI ALI
PTK DIKMEN
Mendongkrak
Kompetensi
Guru Bidang Autis
Meningkatkan
Mutu Guru
Mata Pelajaran Khusus
SAIF AL HADI
20
MUKTI ALI
SAIF AL HADI
Mengais Mutu
dari Sekolah Maju
Mengasah
Kecakapan Hidup
MUKTI ALI
MUKTI ALI
PTK DIKMEN
DIPO HANDOKO
Jalan MT Haryono, Purbalingga ini memiliki lahan yang amat luas. Di bagian depan
sekolah terhampar lapangan seluas sekitar dari 5.000 m2. Dari pagar depan sekolah menuju bangunan terdepan saja tak
kurang berjarak 30-an meter.
Lahan SMAN 1 Purbalingga memang
belum lama mendapat hibah tanah dari
pemerintah Kabupaten Purbalingga.
Awalnya luas lahan sekolah sekitar 20.000
m2, termasuk lapangan rumput di bagian
depan sekolah. Tanah hibah yang berada
di samping kiri sekolah hingga memanjang
ke belakang, luasnya kurang lebih 15.000
m2. Bisa dibayangkan sejauh apa langkah
kaki harian para guru dan siswa, terutama
saat pembelajaran moving class yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2007.
Tambahan lahan hibah itu dimanfaatkan untuk membangun 6 unit kelas baru
yang menelan anggaran pembangunan
sekitar Rp 600 juta. Total daya tampung
sekolah kini 30 rombongan belajar. Tahun ajaran 2011/2012 ini jumlah siswanya
sebanyak 1043 orang. Mereka diasuh 65
guru, 8 di antaranya guru tidak tetap.
Latar belakang pendidikan hampir seluruhnya S-1, hanya ada satu guru berpendidikan D-3. Guru bertitel S-2 hanya 3 orang.
Ada 12 orang guru yang tengah merampungkan pendidikan S-2. Kepala SMAN
1 Purbalingga dipercayakan kepada Drs.
Akhmad Khotib, M.Pd sejak tahun 2008
lalu.
Lahan luas itu menjadi berkah bagi
sekolah untuk menggelar tak kurang dari
23 kegiatan ekstra kurikuler. Dari yang tidak memberlukan lahan luas seperti Pembinaan Amaliyah Islam, PKS, biola, Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), hingga aneka
kegiatan yang membutuhkan lapangan
luas, seperti Pramuka, Paskibra, basket,
tenis lapangan, Ganesha Football Club,
hingga panahan.
SUJANMO MOSIK
ARUMING PUTRO
Tak banyak sekolah yang memiliki
surya sengkala, atau
kalimat penanda yang
memiliki makna tahun pendirian. SMAN 1 Purbalingga yang
didirikan tanggal 12 Oktober 1961, adalah
salah satu sekolah yang memiliki surya
sengkala, yakni Sujanmo Mosik Aruming
Putro. Makna per kata adalah: sujanmo
(manusia), mosik (rasa ingat, bergerak,
dan berjuang, aruming (harum), putro
(anak).
Pendirian sekolah memang penuh
perjuangan melibatkan warga masyarakat, yang merintisnya sejak tahun 1955.
Awalnya menumpang di SDN IV Purbalingga dengan guru sukarela dari SMA
Negeri 2 Purwokerto dan guru senior SMP
Negeri 1 Purbalingga. Makna surya sengkala SMAN 1 Purbalingga setidaknya
masih terjaga hingga 51 tahun ini sekolah
masih harum oleh prestasi siswa dan para
guru. Yang gres tentu saja prestasi yang
diraih Ruswanto, S.Pd, guru biologi yang
meraih Juara II Lomba Keberhasilan Guru
dalam Pembelajaran 2011 dan Juara III
Lomba Kreativitas Ilmiah Guru 2011.
23
YANG TERUNGGUL
DI PONTIANAK
Menjadi salah sat sekolah favorit di Kabupaten Pontianak, tapi tidak
memungt biaya pendidikan yang tinggi. Biaya pendidikan diusahakan
terjangkau masyarakat tapi bisa menyelenggarakan pembelajaran beraraf
interasional.
24
SAIF AL HADI
MENJADI RSBI
Sebenarnya, status RSBI yang diperoleh tahun 2008 itu bukan permohonan
dari SMKN 1 Mempawah Hilir. Kami tidak mengajukan permohonan menjadi
RSBI, tapi pemerintah yang menunjuk
kami, kata Abdul Fattah, yang pada saat
itu menjabat wakil kepala sekolah bidang
sarana-prasarana (2007-2010).
Menurut penjelasan Fattah, kala itu
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
menginginkan ada SMK berkualitas internasional. Maka ditunjuklah empat sekolah
mengikuti proses verikasi RSBI, yakni:
SMKN 3 Pontianak, SMKN 4 Pontianak,
SMKN 1 Singkawang, dan SMKN 1 Mempawah Hilir. Dengan administrasi, kondisi
sik, dan prasarana yang lengkap, SMK
Negeri 1 Mempawah Hilir akhirnya lolos
verikasi menjadi RSBI.
Pada 2010, Abdul Fattah dipromosikan memimpin SMKN 1 Mempawah Hilir.
Ia sukses menyisihkan dua calon kepala
sekolah yang mengikuti seleksi. Fattah
menjadi kepala sekolah berbekal pengalaman cukup. Sejak mengajar di SMKN 1
Mempawah Hilir, tahun 1994, ia dikenal
banyak berperan dalam peningkatan kualitas mutu pendidikan di sekolah itu.
Fattah juga dikenal sebagai sosok
yang ulet, pekerja keras, dan punya komitmen tinggi memajukan sekolah. Fattah
lulus S-1 Pendidikan Ekonomi Perusahaan
dari Universitas Tanjungpura pada 1988.
Ia pernah bekerja di luar dunia pendidikan,
yakni PT Tanah Sakti, perusahaan yang
bergerak di bisnis pollywood (1988-1990).
Kali pertama menjadi guru dijalani
Fattah sebagai guru honorer di SMA Ampera Jungkap, Kabupaten Pontianak,
hingga 1994. Ia kemudian lolos tes Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun 1994
dan ditempatkan di SMKN 1 Mempawah
Hilir.
DISERBU PENDAFTAR
Sebagai sekolah favorit, SMKN 1
Mempawah Hilir tentu diserbu para calon
siswa setiap tahunnya. Pada penerimaan
siswa tahun ajaran 2011-2012, sekolah ini
menyediakan kuota penerimaan siswa sebanyak 256 orang yang terbagi ke dalam
SAIF AL HADI
MENENTUKAN KURIKULUM
SMKN 1 MEMPAWAH HILIR
PTK DIKMEN
25
Media Pembelajaran
LEWAT VIDEO
26
Mengembangkan video
pembelajaran menulis kreatif puisi
berbasis kearifan lokal. Temanya
sesuai dengan paradiga
bar dalam pendidikan dan
pembelajaran di Indonesia, yait
pembelajaran konstktivisme.
SAIF AL HADI
PTK DIKMEN
27
DIPO HANDOKO
Pengendali
Motor Listrik
TERINTEGRASI
KOMPUTER
TERINTEGRASI KOMPUTER
Konsep PLTMH yang terintegrasi komputer itu mengilhami Ainur Rojik dalam pembelajaran di sekolah. Persisnya kala ia menemui
kendala dalam matapelajaran Sistem Pengendali, dengan materi
pengontrolan motor-motor listrik peralatan yang sangat kompleks
dan membutuhkan keuletan dan analisis yang baik. Jika siswa jenuh
bahkan malas pada pelajaran ini, maka dapat dipastikan akan terjadi
penurunan prestasi belajar. Jika hal ini kurang mendapat perhatian
dari guru praktik, maka hasil dari kegiatan praktek Sistem Pengendali
28
PTK DIKMEN
29
Pembelajaran
Ekonomi
ALA TANDUR
DIPO HANDOKO
30
PTK DIKMEN
31
Ruswanto, S.Pd
Juara II LKG 2011 Kategori SMA/SMK Sains
epes Teri yang satu ini dijamin beda dari yang lain.
Ya, pepes teri ala Ruswanto, S.Pd ini bukan berbahan
baku teri nan gurih itu. Melainkan pepes teri sebagai
kepanjangan dari pembelajaran pendekatan sains
dengan mengkombinasikan teknik inkuiri. Pepes teri
Ruswanto itu turut andil mengantarkannya menjadi Juara II Lomba
Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran tahun 2011 lalu.
Karya tulis yang diusung Ruswanto berjudul Metode Pembelajaran Pepes Teri Melalui Media Aneka Biolter, Pot Organik dan
Perangkap 3 in 1. (Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dan Hasil Belajar Biologi pada Siswa Kelas X3
di SMA N I Rembang pada Materi Pencemaran Lingkungan Tahun
Pelajaran 2010/2011). Ruswanto sebagai guru biologi memadukan
pembelajaran inkuiri dan pendekatan sains. Inkuiri menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari masalah yang dipertanyakan.
Sedangkan pendekatan sains mengintegrasikan antara masalah
sains, teknologi dan masyarakat. Sebagai pendukung metode pembelajaran ini Ruswanto menciptakan alat peraga aneka biolter, pot
organik, dan perangkap 3 in 1.
Ruswanto melakukan penelitian itu ketika masih mengajar di
kelas X3 SMA Negeri 1 Rembang, Kabupaten Purbalingga (20072011). Namun kini ia mengajar di SMA Negeri 1 Purbalingga. Pengalaman Ruswanto selama 14 tahun mengajar cukup kaya. Ia pernah
mengajar di SMA Negeri Mojogedang (1999-2003) dan Sekolah Indonesia Jeddah (2003-2007). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Ruswanto
dilakukan dalam 2 siklus. Data kemampuan berpikir tingkat tinggi
bisa diperoleh dari tingkat pertanyaan dan jawaban yang diajukan
siswa, kemudian dikumpulkan oleh observer yang terekam dalam
lembar observasi. Data hasil belajar siswa dikumpulkan dari skor
pre-test dan post-test yang diberikan peneliti pada setiap siklus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran metode
Pepes Teri dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
32
DIPO HANDOKO
PEPES TERI
Pendongkrak
Hasil Belajar
Ruswanto dan miniatur Perangkap 3in1 ciptaannya sebagai penujang pembelajaran. Bersama siswa mencatat serangga yang terperangkap (bawah).
DOK. RUSWANTO
33
Belajar dengan
WANA BERSEKAR
34
cita-cita yang mulia karena bisa mencerdaskan anak bangsa. Kebanggaan itu semakin
tinggi kala ia bisa melihat siswa-siswanya
menjadi orang sukses di masyarakat.
Ketika saya terjebak macet saat
berangkat mengajar, saya dihampiri dan
disapa oleh seorang Polisi, tukasnya.
Ternyata polisi tersebut adalah mantan
anak didik saya, saya kaget dan bersyukur
kepada Tuhan bahwa siswa yang saya didik
di sekolah telah berhasil dan masih ingat
dengan gurunya,. Bila siswa yang Pande
didik sudah berhasil, kata dia, maka ia pun
merasa bahagia lahir bathin.
Di kala mengajar, Pande selalu menciptakan inovasi-inovasi pembelajaran. Hal
ini ia lakukan agar pembelajaran menjadi
lebih menarik dan siswa dapat menangkap
materi dengan sempurna. Tak heran jika kemudian siswa-siswanya sangat menikmati
pembelajaran sains yang banyak dianggap
susah oleh banyak siswa lainnya.
Saya biasa melakukan praktik pembelajaran di kelas dengan menggunakan
model-model pembelajaran yang inovatif,
kata Pande. Baik itu pembelajaran Kooperatif, Contextual Learniang, maupun Sains
Teknologi Masyarakat,. Selain itu, lanjutnya, Pande juga biasa membuat media
pembelajaran dan alat peraga yang mampu
membangkitkan gairah belajar siswa. Tidak
hanya media saja, tetapi Pande juga mengajar dengan menerapkan metode belajar
terpadu yang mengabungkan dengan
humor-humor segar.
Pande juga rajin mengikuti workshop,
pendidikan dan pelatihan yang diadakan
oleh dinas pendidikan serta hobi membaca
buku-buku yang berkaitan dengan materi
yang diajarkan. Kegemarannya menggeluti materi-materi keilmuan ini juga
diimbangi dengan pemanfaatan kecanggihan teknologi komputer dan informasi
dalam mengembangkan potensi diri. Tak
heran jika ia bisa menyampaikan materi dengan baik di kelas dan ia pun tidak merasa
kesulitan ketika harus mengirimkan karya
inovasinya untuk LKG 2011 lalu.
Saya terlebih dahulu menyiapkan
proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
untuk diikutsertakan dalam LKG tingkat
Nasional, kata Pande. Kemudian saya
melihat tentang persyaratan peserta lomba
dan juga format PTK dari Pusbangprodik di
internet,. Setelah persyaratan diketahui,
kata dia, Pande mulai mengedit PTK yang
SAIF AL HADI
PTK DIKMEN
35
Pembelajaran
36
MUKTI ALI
SISTEM DAKON
itu juga menjadi salah satu sekolah dalam manajemen Sekolah Unggulan Terpadu (SUT) di Lumajang. "Dulu mengajar SMP, sekarang
mengajar SMA, ada tantangan tersendiri, apalagi di sini muridnya
pandai-pandai," kata Tikto.
MUKTI ALI
Pada kegiatan inti, kegiatannya meliputi pembentukan kelompok, setiap kelompok beranggtakan 10 siswa. Pada tiap kelompok
dibagi menjadi dua tim, A dan B, masing-masing terdiri dari lima
siswa. Tiap kelompok/ tim harus dibuat heterogen kemampaun
akademiknya dan disusun berseling. Anggota nomor 1 pada tim A
atau B adalah siswa yang kurang pandai dan tidak berani presentasi,
siswa pada nomor 2 adalah siswa yang pandai dan berani presentasi,
dan seterusnya.
Selanjutnya guru menyajikan materi dan membagi tugas kelompok. Setiap siswa dituntut memperhatikan materi yang diajarkan/ didiskusikan dan memahaminya. Selanjutnya, siswa nomor 1
bersilaturahmi dan menjelaskan materi ke siswa nomor 2. Kemudian
siswa nomor 1 dan 2 menjelaskan materi ke peserta didik nomor 3.
Siswa nomor 1, 2 dan 3 menjelaskan materi ke siswa nomor 4. Siswa
nomor 1, 2 , 3 dan 4 menjelaskan materi ke siswa nomor 5. Kemudian
siswa nomor 5 menjelaskan materi ke nomor 1, 2, 3, dan 4.
Kemudian Tim A dalam kelompok menjelaskan materi ke
Kelompok B, dan bergantian Kelompok B menjelaskan materi ke
kolmpok A. "Yang dijelaskan materi yang sudah dibahas bersama,
disertai tanya jawab materi khusus yang sulit," kata Tikto.
Pada penutup, guru beri klarikasi materi, selanjutnya bersama
siswa mengambil kesimpulan. Selanjutnya, guru memberikan postes
materi yang sudah dibahas serta tugas untuk materi pertemuan
selanjutnya.
Pembelajaran SSD tersebut pernah diterapkan Tikto pada kelas
X-1 dan menjadi sebuah penelitian tindakan kelas (PTK). "Kreasi
pembelajaran ini lebih di dorong bagaimana pembelajaran PKn
itu tidak membosankan. Selain itu, melalui model dakon ini semua
siswa terlibat aktif dan punya tanggungjawab besar memahami
materi. Presentasi atau penjelasan pada teman satu tim menjadi
lebih santai dan kekeluargaan, mereka lebih rileks dan tidak tegang,"
terang Tikto.
Tikto melihat dari penelitiannya ada peningkatan hasil belajar
siswa terhadap sub materi PKn yang diajarkan dengan model SSD.
Terbukti ketuntasan hasil belajar meningkat dari 78,79 % siklus I
menjadi 87,88 siklus II. Kualitas proses juga meningkat, dari 81,52 %
pada siklus I menjadi 86,36 % padasiklus II. "Sebesar 96, 97 persen
siswa juga mengatakan senang dengan pembelajaran model SSD
ini," pungkasnya.
PTK DIKMEN
37
Mengajak Siswa
CINTA GEOGRAFI
38
PTK DIKMEN
39
Sukses
Manajemen
ROTAN BERTUAH
MERANTAU KE SITIUNG
Akib Ibrahim lahir di Tasikmalaya 15 Juli 1964, dari pasangan
Junaidi dan Cicih Nafsih, keluarga petani yang sederhana. Sejak
kecil saya dididik orangtua untuk bekerja keras, tidak malas, bersikap
jujur dan santun menghargai orang lain, tutur Akib.
Kunci hidup yang dipegang Akib adalah jujur, bekerja keras
dan ikhlas. Kita harus menjunjung tinggi kejujuran dan keikhlasan
dalam bekerja, dan harus selalu bersyukur, apapun yang didapatkan, kata Akib. Kalau kita bekerja karena keikhlasan bukan karena
mengharapkan sesuatu, pasti hasilnya akan bagus. Sesuatu yang
diperoleh dengan kejujuran akan lebih membanggakan daripada
sesuatu yang diperoleh dengan tidak jujur, tambahnya.
Sejak kecil, Akib Ibrahim yang dibesarkan dalam kesederhanaan, sudah terbiasa hidup mandiri dan bekerja keras. Untuk
meneratas masa depannya, ia rela meninggalkan kampung halamannya, merantau ke tanah seberang mencari bekal penghidupan.
Setelah menamatkan SMA di Tasikmalaya, Akib melanjutkan
kuliah di salah satu program D-3 Institut Pertanian Bogor, dan lulus
tahun 1988. Selanjutnya, Akib Ibrahim merantau ke luar Jawa,
tepatnya ke Sumatera barat. Ia mengajar sebagai guru di Sekolah
Menengah Teknik Pertanian Sitiung, Sumatera Barat pada 19881993. Selanjutnya, Akib kembali ke Jawa dan mengajar di SMKN 3
Cianjur, pada tahun 1993 hingga 2003.
Pada tahun 2003, Akib Ibrahim yang merampungkan program
40
EVA ROHILAH
kib Ibrahim, S.Pd. MM., tak menyembunyikan kebahagiaannya, ketika ia terpilih sebagai salah seorang
penerima penghargaan Anugerah Satyalancana
Pendidikan. Kepala SMK Negeri 1 Pacet, Cianjur,
Jawa Barat, itu, langsung menerima Anugerah
Satyalancana Pendidikan dari Presiden Susilo BambangYudhoyono,
pada puncak peringatan Hari Guru Nasional yang digelar pada 30
November 2011, di Sentul Internasional Convention Centre (SICC),
Bogor.
Saya bersyukur, karena jerih payah yang saya lakukan untuk
memajukan sekolah, mendapat penghargaan setinggi ini, kata
Akib. Ia berharap, penghargaan itu bisa memicu rekan-rekan
sesama guru dan kepala sekolah untuk terus bekerja, mengabdi dan
menghasilkan prestasi. Kegembiraan Akib Ibrahim ini dirasakan oleh
segenap civitas akademika SMKN I Pacet. Keluarga Akib Ibrahim di
Cianjur dan orangtuanya di Tasikmalaya juga merasa terharu dan
bangga dengan prestasi Akib.
EVA ROHILAH
EVA ROHILAH
PTK DIKMEN
41
Maju dengan
uhammad Arasy
sangat mencintai
lingkungan. Kepala
SMA Negeri 3 Palu,
Sulawesi Tengah, itu
membuktikannya dengan menyulap sekolahnya menjadi hijau nan asri, di berbagai
sudut sekolah dipenuhi berbagai tanaman
hias. Ia sukses mengajak siswa dan segenap
keluarga besar SMAN 3 Palu menghijaukan
lingkungan sekolah. Pendidikan sekolah
pun menjadi muatan lokal di SMAN 3 Palu.
SMAN 3 Palu akhirnya ditunjuk pemerintah sebagai sekolah model Pendidikan
Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) bidang Lingkungan. Puncaknya, SMAN 3
Palu dianugerahi Penghargaan Sekolah
Berwawasan Lingkungan dari Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas)
pada tahun 2005. Arasy juga diundang
ke Jakarta bersama bersama para kepala
sekolah berprestasi pada peringatan Hari
Kemerdekaan RI tahun 2010 lalu.
Arasy dianggap sukses menciptakan
lingkungan asri di sekolahnya. "Suasana
yang hijau dan asri dengan pepohonan dan
tanaman hias di sekeliling sekolah mampu
42
PENDIDIKAN LINGKUNGAN
memberikan ketenangan, kesejukan, sehingga memacu semangat para siswa dan
guru," ujar ayah satu anak itu.
keunggulan lokal.
Sarana dan prasarana belajar di SMAN
3 Palu pun sudah lengkap. Dalam bidang
teknologi komunikasi dan informasi,
misalnya, sekolah ini sudah dilengkapi
fasilitas internet nirkabel Wi-Fi (hotspot),
yang memudahkan para guru dan siswa
dalam mengakses internet. Sekolah kami
akhirnya dijadikan sekolah model penuh,
dan dapat mengembangkan pusat sumber belajar dengan penguatan pendidikan
teknologi informasi dan komunikasi, tutur
Arasy, bangga.
Muhammad Arasy juga menerapkan
pengawasan yang ketat, agar para guru dan
siswa belajar sunggu-sungguh. Tiap ruang
kelas dipasangi kamera CCTV sehingga
Arasy bisa memantau kegiatan belajar
mengajar di kelas. Dengan kamera itu,
saya bisa mengetahui jika ada ruang kelas
yang kosong karena gurunya terlambat
datang, katanya.
Karena prestasinya yang makin oke,
tak heran jika SMAN 3 Palu makin diserbu
peminat. Pada pendaftaran siswa baru
tahun 2011, peminatnya mencapai 1.000
orang. Daya tampungnya sendiri hanya 400
siswa. Padahal sebelumnya, sekolah yang
terletak di pinggiran kota itu sepi peminat,
kalah oleh SMAN 1, SMAN 2, dan SMAN 4
yang terletak di dalam kota.
Dua tahun lalu, Direktorat SMA, Kemdiknas, pernah menawari SMAN 3 Palu
menjadi rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI). Sebagai RSBI, pihak sekolah
dibolehkan menarik pungutan dana kepada
para orang tua siswa karena sudah menjadi
sekolah favorit.
Bagaimana sikap Muhammad Arasy?
Saya menolak jadi RSBI, katanya. Alasannya, para siswa SMAN 3 Palu kebanyakan
berasal dari keluarga tak punya. Bahkan,
kami menggratiskan biaya pendidikan
untuk anak-anak tidak mampu, ujarnya.
Ia khawatir, jika sekolahnya menjadi RSBI,
banyak dari mereka tak bisa bersekolah
lagi di sana.
Penolakan Arasy terhadap tawaran
status RSBI awalnya terdengar aneh.
Setelah saya jelaskan kepada para guru
dan komite sekolah, mereka mendukung sikap saya, ujar Arasy. Saya tidak berambisi
menjadikan sekolah ini sebagai RSBI. Bagi
saya yang penting adalah meningkatkan
kualitasnya.
EVA ROHILAH
PTK DIKMEN
43
Membimbing Guru
Menyusun Kisi-kisi
DOK. ERIZAL
44
EVA ROHILAH
DIPO HANDOKO
Memberdayakan
Kolaborasi SMK
ebanggaan selayaknya
dirasakan segenap jajaran
Pemerintah Kabupaten
Banyumas, khususnya
Dinas Pendidikan Banyumas. Mereka
mendapat penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) berupa Anugerah Peduli Pendidikan (APP). Bukan semata Banyumas,
memang, yang meraih penghargaan
APP Kategori empat kabupaten/kota.
Antara lain, Kabupaten Banyumas
(Jawa Tengah), Kabupaten Gunung
Mas (Kalimantan Tengah), Kabupaten
Gorontalo (Gorontalo) dan Kabupaten
Pacitan (Jawa Timur).
Menurut penjelasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)
Mohammad Nuh, keempat kabupaten/
kota penerima Anugerah Peduli Pendidikan dinilai sudah memenuhi anggaran
pendidikan 20 persen. "Selain itu, kabupaten tersebut peduli kepada tenaga
pendidik dan peserta didik, membangun sarana dan prasarana pendidikan,
dan pemenuhan kekurangan bantuan
operasional sekolah (BOS) dan BOS
Daerah (BOSDA)," kata Mendikbud.
Dinas Pendidikan Banyumas membuktikan diri sebagai kabupaten yang
peduli pendidikan bukan hanya di atas
kertas. Kemajuan pendidikan menengah
tampak pada sejumlah program dan
DIPO HANDOKO
PTK DIKMEN
45
46
Kabupaten Mojokerto
Jawa Timur
Maju
Bersama
SMK
ARIEN TW
buah SMK Kesehatan atau SMK Pertanian, guru-guru di bidang mata pelajaran
khusus terpaksa diambil dari guru dari
mata pelajaran yang lain. Menurut Kholik, yang Juara II Pengawas Berprestasi
Jawa Timur 2011, sekolah kesulitan
mendapatkan guru yang sesuai latar belakang pendidikan dan kompetensinya
karena belum adanya lulusan dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK) di bidang yang dibutuhkan. Padahal animo masyarakat pada sekolah
khusus tersebut cukup tinggi.
Animo masyarakat Mojokerto pada
pendidikan berbasis keterampilan juga
tampak pada perkembangan pendidikan jalur nonformal. Lembaga kursus
dan pelatihan menjadi primadona di
sana. Kendati demikian, perlu adanya
penanganan yang profesional, terutama dalam hal menyalurkan output
tenaga-tenaga siap pakai tersebut ke
perusahaan atau institusi yang membutuhkan dan tepat sasaran. Misalnya, ke
berbagai instansi pemerintah sendiri di
bidang pariwisata, kesehatan, dan sektor lain. Sejauh ini, persoalan itu masih
menjadi tantangan yang harus segera
diselesaikan. Dinas Pendidikan Mojokerto yang saat ini dipimpin Ir. Susanto optimistis dapat menyelesaikan berbagai
persoalan pendidikan atau setidaknya
memfasilitasi untuk meringankan beban
pendidikan.
ARIEN TW
SAIF AL HADI
Rumah Guru
Demi Pendidikan
nya rehabilitasi perumahan tersebut, ia
berharap, guru akan lebih tekun dalam
mengajar. Gaji guru memang sudah
kita perhatikan. Tapi gaji saja belum
cukup. Kalau tempat tinggalnya tidak
layak, semangat mengajarnya pun akan
turun, kata Rumkabu.
KEBERADAAN LPTK
Selain mengupayakan kesejahteraan untuk guru termasuk memperbaiki
tempat tinggalnya, tentunya mutu dan
kompetensi guru juga menjadi hal lain
yang terus menerus diupayakan untuk ditingkatkan. Menurut Rumkabu,
pemerintahnya kini sedang berupaya
mendorong berdirinya Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai perguruan tinggi yang akan menyelenggarakan pendidikan guru sekaligus
meningkatkan jenjang pendidikan guru.
Kami sedang mendorong percepatan izin operasional perguruan tinggi
LPTK di daerah kami, kata Rumkabu.
Sehingga, kesempatan guru untuk
meningkatkan kompetensinya menjadi
lebih luas, ia menambahkan. Dengan
adanya LPTK yang sudah memiliki izin
operasional, tambahnya, guru yang
awalnya hanya berpendidikan D-1 dan
D-2, bisa melanjutkan pendidikannya
sampai S-1, S-2, atau bahkan S-3.
Keberadaan LPTK dirasa sangat
penting bagi penguatan kompetensi
guru. Bahkan, karena sangat pentingnya LPTK di Biak Numfor, masyarakat
setempat rela mendirikan Sekolah
Tinggi Ilmu Keguruan dan Pendidikan
(STIKIP) dengan swadaya sendiri sejak
hampir 7 tahun lalu. Namun sampai saat
ini, izin operasionalnya masih tetap belum keluar juga.
Kami terus mendorong yayasan
yang membangun perguruan tinggi
SAIF AL HADI
PTK DIKMEN
47
TANTANGAN
GURU ABAD XXI
Oleh: Surya Dharma, M.P.A., Ph.D.
PENDAHULUAN
uru memiliki peran sangat strategis dan sentral dalam
proses peningkatan mutu pendidikan, mengingat tugas
dan fungsinya menuntut mereka untuk senantiasa
berada di garis terdepan dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, sosok guru yang profesional merupakan syarat mutlak bagi terciptanya sistem dan praktik
pendidikan yang bermutu. Apalagi, faktor lingkungan yang terus
berubah, berkembang, dan kompleks menuntut guru untuk selalu
belajar dan responsif, agar pola dan strategi pembelajaran yang
mereka jalankan di kelas bisa disesuaikan dengan tuntutan dan
perubahan lingkungan.
Tuntutan guru untuk selalu belajar dan bersikap responsif
terhadap perubahan itu secara tegas juga dinyatakan dalam Global
Agenda for Children: Learning for 21 century (Shaeer,dkk,2000):
In order for the world to survive and prosper in the new century,
people will need to learn more and learn dierently. A child entering
the new century will likely face more risks and uncertainties and will
need to gain more knowledge and master more skills than any generation before.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa untuk menghadapi
abad 21, kita dituntut terus belajar lebih banyak. Kita juga harus belajar dengan pendekatan atau cara yang berbeda karena kita menghadapi zaman yang berbeda pula. Para siswa di abad 21 menghadapi
berbagai risiko dan ketidakpastian sejalan dengan perkembangan
lingkungan yang begitu pesat seperti teknologi, ilmu pengetahuan,
ekonomi dan sosial-budaya, sehingga siswa dituntut untuk belajar
lebih banyak dan proaktif agar mereka memiliki pengetahuan dan
keahlian yang lebih kaya. Para siswa saat ini hidup dalam dunia yang
berbeda dan jauh lebih kompleks dibanding zaman sebelumnya.
Ada pernyataan dalam website Partnership for 21 century Skill
yang mengingatkan bahwa today education system faces irrelevance unless we bridge the gap between how student live and how
they learn. Pernyataan ini menegaskan bahwa suatu pendidikan
tidak akan relevan jika tidak menjembatani jurang antara realitas
kehidupan yang akan dihadapi siswa di abad 21 dan sistem pendidikan --termasuk guru-- dalam mempersiapkan pola pembelajaran
yang sesuai dengan perkembangan zaman yang akan dihadapi siswa
sebagai produk pendidikan tersebut. Oleh sebab itu, guru sebagai
sosok terdepan di dalam proses pendidikan, dituntut untuk mampu
48
PTK DIKMEN
49
50
google.com
jaran di kelas.
Andrew and Churhes menambahkan, imajinasi merupakan
komponen kunci dari proses adaptasi yang harus dikembangkan
dan dimiliki guru saat ini dan yang akan datang. Para guru di abad
21 dapat melihat potensi tumbuh dan berkembangnya berbagai alat
dan sarana teknologi yang begitu pesat sehingga para guru dituntut
untuk terus memanfaatkan dan menyesuaikan teknologi itu untuk
meningkatkan proses pembelajaran yang lebih efektif dan relevan
untuk para siswa.
memahami dan menguasai semua teknologi yang ada. Kemudian bagaimana guru mampu mengajarkan siswa menggunakan
teknologi itu. Tentu terlalu banyak bentuk teknologi dan terlalu
banyak yang akan dipelajari.
Para guru pada akhirnya melepaskan dan memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada pengetahuan siswa untuk memanfaatkan teknologi di dalam peningkatan pengetahuan siswa. Yang
penting para guru perlu memiliki visi apa yang diinginkan guru terhadap siswanya dan teknologi apa yang diharapkan dapat membantu
siswa mencapai tujuan pembelajaran. Kemudian guru menetapkan
tujuan dan memfasilitasi pembelajaran. Para guru hanya mendorong
siswa untuk saling berbagi pengetahuan dan keterampilan terhadap
teknologi yang mereka manfaatkan untuk pembelajaran. Keputusan
ini diambil guru karena pada dasarnya guru sangat memberikan
kepercayaan penuh kepada kesungguhan siswanya (trust your students), dan guru percaya bahwa melalui saling belajar sesama siswa
akan menghasilkan teknologi pembelajaran yang baik.
Guru sebagai Seorang Pembelajar (The Learner)
Para guru mengharapkan agar siswanya menjadi pembelajar
sepanjang hayat (life long learners) sehingga sekolah perlu menjadikan prinsip itu sebagai misi yang harus dicapai sekolahnya. Belajar
sepanjang hayat sudah harus menjadi prinsip para guru sehingga
guru dituntut untuk terus belajar agar pengetahuan, metode dan
teknik pembelajaran yang digunakan selalu berkembang dan
disesuaikan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi.
Misalnya, di bidang teknologi informasi dan ilmu hayati (life sciences), pengetahuan dibidang-bidang tersebut berkembang begitu
cepat dan dinamik. Oleh karena itu, para guru harus berubah dan
belajar secara berkelanjutan mengingat perubahan lingkungan
yang begitu cepat.
Menurut Joseph A. Raelin (2008), Learning is what creates
but also adapts, enlarges, and deepens knowledge. Without new or
adapted knowledge, it is not possible to change either the meaning
we attach to our actions or the actions themselves. Pernyataan
PTK DIKMEN
51
52
GOOD TEACHERS
BAD TEACHERS
KESIMPULAN
Lingkungan yang terus berubah,
berkembang, kompleks, dan semakin sulit
diramalkan menuntut guru untuk selalu
belajar dan responsif sehingga pola dan
strategi pembelajaran di kelas harus selalu
menyesuaikan dengan tuntutan dan perubahan lingkungan serta perkembangan
iptek. Model pembelajaran klasik tradisional satu arah dari guru ke siswa harus
berubah ke model pembelajaran modern
multi-arah dan menglobal melalui ICT.
Agar guru mampu merespons tuntutan pembelajaran abad 21, guru harus memiliki sejumlah karakteristik yang medukung
perbahan tersebut. Guru harus melakukan
perubahan yang dimulai dari diri sendiri
sebagai contoh, sebelum mengharapkan
siswanya berubah untuk menghadapi
abad 21. Guru dalam menjalankan tugas
keprofesioalannya harus memperhatikan
harapan-harapan siswa agar pelayanan
prima berupa kepuasan pelanggan tercapai.
DAFTAR RUJUKAN
1. Bubb, S. & Earley, P. 2007. Leading and managing Continuing
Professional Development. London: A Sage Publication Inc.
2. Busher, H. 2006. Understanding Educational Leadership People,
Power, and Culture. London: Open University Press.
3. Raelin, J. A. 2008. Work-Based Learning Bridging Knowledge
and Action in The Workplace. San Francisco: Jossey-Bass A Wiley
Company.
4. Rudduck, J. & Flutter, J. 2004. How To Improve Your School Giving Pupils
5. A Voice. New York: Continum.
PTK DIKMEN
53
MUKTI ALI
Wastandar, Ph.D
Kepala Subdit Program, Direktorat Pembinaan PTK Pendidikan Menengah
Perintis Kerjasama
Pendidikan Indonesia-China
Masuk Depdikbud
Wastandar lahir tanggal 19 April 1961.
Ia berasal dari Dusun Pragak, Kelurahan/
Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung
Kidul. Ia menyelesaikan pendidikan SD,
SMEP, dan SMEA di kabupaten yang terkenal sebagai wilayah tandus itu.
Saat di bangku sekolah, ia mengaku
serba kekurangan biaya. Ia sering bergantian memakai sepatu dengan kakak
dan adiknya kalau sedang upacara. Kalau
tidak upacara, sehari-hari ke sekolah tidak
bersepatu alias nyeker. Bahkan buku tulis
saja beberapa kali ia minta bungkusan teh
SAIFUL ANAM
SAIFUL ANAM
PTK DIKMEN
55
SAIFUL ANAM
56
Dr. Fauziyah
Kepala Sekolah Berprestasi Nasional 2007
Sukses Raih
Gelar Doktor
Sekolah Sambil Mengajar
doktor dan mengajar di SD, Fauziyah bangga, apalagi SD merupakan pondasi bagi pendidikan. Ia sudah berancang-ancang, suatu
saat harus menyandang profesor.
Kini, Fauziyah menjelma menjadi sosok yang amat dicintai
oleh para guru, murid, dan masyarakat sekitar sekolah. Bahkan,
tanpa sepengetahuan Fauziyah, diam-diam para orangtua siswa
dan guru mengirimkan surat kepada Walikota Pontianak yang
meminta agar Fauziyah tidak dimutasi alias tetap dipertahankan
sebagai Kepala SD 68 Pontianak. Surat itu ditandatangani oleh
198 orangtua murid, para guru dan petugas tata usaha. Surat ini
dibuat tanggal 16 Mei 2011 lalu, saat Fauziyah masih menyelesaikan
pendidikan S3. Mereka khawatir, kalau Fauziyah sudah lulus S3,
lantas dipindahkan.
Fauziyah, ibu dari Indah Mahfuzhah dan Hirzen Hasfani, yang
baru mengetahui surat tersebut awal tahun ini setelah ia meraih gelar doktor, tampak terharu. Saya berterima kasih atas dukungan
masyarakat dan teman-teman guru. Kalau saya masih dipercaya
menjadi Kepala SD 68, tentu saya akan tetap bekerja dengan baik.
Tetapi kalau saya mendapat tugas lain, tentu tidak bisa saya tolak
karena itu merupakan tugas negara, ujarnya.
SAIFUL ANAM
DOK. FAUZIYAH
SAIFUL ANAM
PTK DIKMEN
57
PIH.KEMDIKBUD
58
SAIF AL HADI
PIH. KEMDIKBUD
Sumber: kemdiknas.go.id
PTK DIKMEN
59
DIPO HANDOKO
60
Memperbaiki Pengelolaan
Wakil Presiden Boediono menggarisbawahi bahwa ada tiga hal penting yang
dipercayai sebagai hukum pencapaian
kemajuan bangsa. Yaitu kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM), generasi pengganti
yang lebih baik dari yang diganti, dan pendukung SDM yang berkualitas (pendidikan
dan kesehatan). "Kalau generasi pengganti lebih rusak, bangsanya akan mundur,"
Wapres menegaskan.
Boediono menegaskan kembali terkait anggaran pendidikan 20% dari APBN.
Jumlah itu, kata Boediono, sepintas tampak sangat besar, tetapi jika dilihat dari tugas dan tanggung jawab pendidikan yang
begitu luas dan berat, sejatinya anggaran
itu masih sedikit. Dalam anggaran tersebut, sebagian adalah untuk peningkatan
kesejahteraan para pendidik dan tenaga
kependidikan. "Para guru, tenaga kependidikan yang sudah dinaikkan gajinya punya
tanggung jawab mengembalikan pada
negara. Pengembaliannya dalam bentuk
pengajaran, dedikasi, pelayanan yang baik
untuk menyiapkan generasi mendatang
yang lebih baik," kata Boediono.
Kepada kalangan guru, tidak lupa
Boediono berpesan secara khusus, agar
para guru dapat bekerja secara profesional. Dulu guru itu bukan profesi untuk
mencari gaji, tapi murni untuk mengekspresikan panggilan hati menyebarkan ilmu
dan kearifan. Meski begitu, pemerintah tidak mengabaikan kesejahteraan guru. Dukungan pemerintah sangat jelas, mereka
diberi prioritas peningkatan kualitas dan
diberi tunjangan profesi, ujar Boediono.
DIPO HANDOKO
PENGELOLAAN PTK
Sidang Komisi yang berkaitan langsung
dengan tugas pokok Direktorat PPTK
Dikmen adalah Komisi 4 yang membahas
perbaikan pengelolaan pendidik dan tenaga
kependidikan kinerja. Komisi 4 dipimpin
Kepala Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan
dan Penjaminan Mutu Pendidikan (Badan
PSDMPK dan PMP), Prof. Dr. Syawal
Gultom, M.Pd. Hadir pada pembahasan
komisi 4 adalah Sumarna Surapranata, PhD
(Direktur PPTK Dikdas), Surya Dharma, Ph.D
(Direktur PPTK Dikmen), dan petinggi LPMP,
P4TK, dan dinas pendidikan kabupaten kota.
Materi yang dibahas adalah: 1)
perencanaan dan pemenuhan pendidik
dan tenaga kependidikan; 2) rekonstruksi
pendidikan calon guru (seleksi,
MUKTI ALI
DAN DIPO HANDOKO
PTK DIKMEN
61
62
SAIF AL HADI
DIRGAHAYU
REPUBLIK INDONESIA
MUKTI ALI