LAMPIRAN 1 Permen PU No. 3 Tahun 2015 PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

LAMPIRAN I

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM


DAN PERUMAHAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 03/PRT/M/2015
TENTANG
PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG
INFRASTRUKTUR

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DAK SUBBIDANG JALAN

I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Subbidang Jalan
ini merupakan Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang
Infrastruktur.
Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan serta Peraturan
Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, digunakan sebagai acuan
hukum dalam pembagian wewenang antara Pemerintah (Pusat) dengan
Pemerintah Kabupaten/Kota.
Pasal 14 Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan menyatakan
bahwa wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan jalan meliputi
penyelenggaraan jalan nasional dan penyelenggaraan jalan secara umum
yang mencakup (1) pengaturan secara umum, antara lain penyusunan
petunjuk teknis, (2) pembinaan secara umum antara lain pemberian
sosialisasi, (3) pembangunan secara umum antara lain kewajiban
penyelenggaraan jalan memprioritaskan pemeliharaan jalan.
Pasal 23 Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, menyatakan
bahwa Pembinaan Jalan Umum meliputi pembinaan jalan secara umum dan
jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten dan desa serta jalan kota.
Petunjuk Teknis Pelaksanaan DAK Subbidang Jalan disusun untuk
menunjang pelaksanaan kegiatan pemanfaatan dan pelaksanaan DAK, mulai
dari proses perencanaan dan pemrograman, perencanaan teknik,
pelaksanaan konstruksi, sampai dengan proses monitoring dan evaluasi.
Dengan demikian pelaksanaan penanganan Subbidang Jalan
menghasilkan kualitas sesuai umur rencana yang diharapkan.

dapat

Tahapan penanganan jalan provinsi dan kabupaten/kota dalam pemanfaatan


DAK, meliputi:
Kegiatan Pemograman dan Penganggaran terdiri atas:
1. Penyusunan Daftar Ruas Jalan;
2. Penyusunan Daftar Ruas Jalan Prioritas;
3. Penyusunan Program Penanganan;
4. Penyusunan Rencana Kegiatan (RK).

Perencanaan Teknis Jalan


Pelaksanaan Konstruksi
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan
Pelaporan
Penilaian kinerja

I.2. Maksud
Maksud penyusunan Petunjuk Teknis ini adalah sebagai acuan dan pegangan
bagi para pelaksana dan pihak terkait lainnya dalam penyelenggaraan
kegiatan Subbidang Jalan.

I.3. Tujuan
Petunjuk Teknis ini bertujuan menjamin pelaksanaan/pengelolaan DAK
Subbidang Jalan sesuai dengan ketentuan, tertib dalam pelaksanaan, dan
tepat sasaran.

I.4. Ruang Lingkup


Petunjuk Teknis ini memuat tata cara pengelolaan jaringan jalan mulai dari
perencanaan
pemrograman,
perencanaan
teknis,
pelaksanaan,
pelaporan,evaluasi dan penilaian kinerja pengelolaan jaringan jalan.

I.5. Pengertian
1. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di
atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel;
2. Penyelenggaraan Jalan adalah kegiatan yang meliputi
pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan;

pengaturan,

3. Pengaturan Jalan adalah kegiatan perumusan kebijakan perencanaan,


penyusunan perencanaan umum, dan penyusunan peraturan perundangundangan jalan;
4. Pembinaan Jalan adalah kegiatan penyusunan pedoman dan standar
teknis, pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia, serta penelitian
dan pengembangan jalan;
5. Pembangunan Jalan adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran,
perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, serta pengoperasian dan
pemeliharaan jalan;
6. Pengawasan Jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan
tertib pengaturan, pembinaan, dan pembangunan jalan;
7. Pemeliharaan Rutin (PR) adalah kegiatan merawat serta memperbaiki
kerusakan-kerusakan yang terjadi pada ruas-ruas jalan dengan kondisi
pelayanan mantap;

8. Rehabilitasi Jalan merupakan kegiatan penanganan terhadap setiap


kerusakan yang tidak diperhitungkan dalam desain, yang berakibat
menurunnya kondisi kemantapan pada bagian/tempat tertentu dari suatu
ruas jalan dengan kondisi rusak ringan, agar kondisi kemantapan tersebut
dapat dikembalikan sesuai dengan rencana;
9. Pemeliharaan Berkala (PM) adalah kegiatan penanganan terhadap setiap
kerusakan yang diperhitungkan dalam desain, agar penurunan kondisi
jalan dapat dikembalikan pada kondisi kemantapan sesuai dengan
rencana;
10. Peningkatan Jalan (PK) adalah kegiatan penanganan untuk dapat
meningkatkan kemampuan ruas-ruas jalan dalam kondisi tidak mantap
atau kritis agar ruas jalan tersebut dalam kondisi mantap sesuai dengan
umur rencana. Peningkatan kapasitas merupakan penanganan jalan
dengan pelebaran perkerasan, baik menambah maupun tidak menambah
jumlah lajur;
11. Pembangunan Jalan adalah kegiatan membangun jalan tanah/jalan
setapak menjadi standar jalan minimum sesuai dengan tingkat kebutuhan
lalu lintas dan sesuai dengan standar/pedoman yang berlaku.

II. PERENCANAAN DAN PEMROGRAMAN


II.1. Penyusunan Program Penanganan
Petunjuk Teknis ini menjelaskan pemanfaatan anggaran dalam penyusunan
program penggunaan DAK Subbidang Jalan, untuk pemerintah provinsi
maupun pemerintah kabupaten/kota.
II.1.1. Penyusunan Daftar Ruas Jalan Provinsi serta Kabupaten/Kota
Tahap awal yang perlu dipersiapkan oleh Pelaksana (Pemerintah
Provinsi dan Kabupaten/kota) adalah menyusun daftar ruas jalan
provinsi serta ruas jalan kabupaten/kota sesuai form Data Dasar
Prasarana Jalan dan Jembatan.
II.1.2. Penyusunan Usulan Ruas Jalan Prioritas
Penyusunan ruas jalan prioritas pada jalan provinsi dan
kabupaten/kota, yang menjadi ruas jalan prioritas nasional
mempertimbangkan aspek:

Meningkatkan integrasi fungsi jaringan jalan, yang terdiri dari :


o penanganan jalan provinsi yang merupakan akses ke jalan
nasional atau strategis nasional;
o penanganan jalan kabupaten/kota yang merupakan akses ke
jalan provinsi atau strategis provinsi serta akses ke jalan nasional
atau strategis nasional;
Meningkatkan akses ke daerah potensial, membuka daerah terisolir,
terpencil, menangani daerah rawan bencana serta mendukung
pengembangan kawasan perbatasan.

II.1.3. Penentuan Program Penanganan


Program/kegiatan penanganan jalan ditentukan oleh tingkat kerusakan
jalan.
Klasifikasi program/kegiatan penanganan adalah:
Penanganan Jalan
Pemeliharaan Berkala/Rehabilitasi
Peningkatan;
Pembangunan.
Penanganan Jembatan
Pemeliharaan Berkala/Rehabilitasi
Penggantian;
Pembangunan.
Langkah-langkah
sebagai berikut:

dalam

penentuan

program

penanganan

adalah

A. Penentuan program penanganan jalan/jembatan provinsi


1. Ruas-ruas prioritas yang ditangani diambil dari hasil keluaran
program IRMS atau dapat menggunakan cara seperti pada butir
2.
Menentukan nilai RCI (Road Condition Index) dengan melakukan
survey kekasaran permukaan jalan secara visual dengan
menggunakan form SKV.01 (terlampir). Penentuan nilai RCI
berdasarkan jenis permukaan dan kondisi secara visual dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1 Penentuan Nilai RCI
No.
1.

2.

3.
4.

5.
6.

7.
8.

Jenis Permukaan

Kondisi ditinjau secara


visual
Tidak bisa dilalui

Nilai RCI

Jalan tanah dengan drainase


yang jelek, dan semua tipe
permukaan yang tidak
Semua tipe perkerasan yang
Rusak berat, banyak lubang
tidak diperhatikan sejak lama (4- dan seluruh daerah
5 tahun atau lebih)
perkerasan
PM lama, Latasbum lama, batu Rusak bergelombang,
kerikil
banyak lubang
PM setelah pemakaian 2 tahun, Agak rusak, kadang-kadang
Latasbum lama
ada lubang, permukaan
tidak rata
PM baru, Latasbum baru,
Cukup tidak ada atau sedikit
Lasbutag setelah pemakaian 2 sekali lubang, permukaan
tahun
jalan agak tidak rata
Lapis tipis lama dari hotmix,
Baik
Latasbum baru, Lasbutag baru

0-2

Hotmix setelah 2 tahun,


Hotmix tipis diatas PM
Hotmix baru (Lataston,
Laston), Peningkatan dengan
menggunakan lebih dari 1 lapis

Sangat baik, umumnya rata

7-8

Sangat rata dan teratur

8 - 10

2-3

3-4
4-5

5-6
6-7

2. Penentuan kondisi ruas jalan berdasarkan nilai RCI dan


volume lalulintas berdasarkan matriks berikut:
Tabel 1.2 Penentuan Kondisi Ruas Jalan dari Nilai RCI
Lalu Lintas harian Rata-Rata Tahunan (LHRT) (dua lajur dua arah)
RCI

IRI
Dari

7,61 < RCI < 10,00


7,26 < RCI < 7,54
6,93 < RCI < 7,20

Ke

0 - 50

50 - 100 100 - 200 200 - 300 300 - 1.000 1.000 - 3.000 3.000 - 10.000 > 10.000

< IRI <

< IRI <

3,5

3,5 < IRI <


4 < IRI <
6 < IRI <

5,74 < RCI <


4,76 < RCI <

6,87

3,94 < RCI <


3,27 < RCI <
2,24 < RCI <

4,71

< IRI <

10

3,91

10

12

RB

3,24

12

< IRI <


< IRI <

16

RB

RB

1,54 < RCI <


0,96 < RCI <

2,22

16

< IRI <

20

RB

RB

RB

20

< IRI <

25

RB

RB

RB

RB

RCI <

0,94

IRI <

25

RB

RB

RB

RB

RB

RB

RB

RB

5,69

1,53

3. Penentuan program/kegiatan penanganan suatu ruas jalan


berdasarkan kondisi pada tabel berikut ini:
Tabel 1.3 Penentuan Program Penanganan Jalan Provinsi
Kondisi
Baik (B)
Sedang (S)
Rusak (R)
Rusak Berat (RB)
-

Program Penanganan
Pemeliharaan Rutin (PR)
Pemeliharaan Berkala (PM)
/Rehabilitasi
Peningkatan (PK)
Pembangunan

B. Penentuan program penanganan Jalan/Jembatan Kabupaten/Kota


1. Melakukan survey persentase kerusakan untuk menentukan
kondisi ruas jalan.
2. Penentuan program/kegiatan penanganan suatu ruas jalan
atas dasar hasil survey persentase kerusakan dengan batasanbatasan di bawah ini:
Tabel 1.4 Penentuan Program Penanganan Jalan Kabupaten/Kota
Kondisi
Baik (B)

Persentase
Batasan
Kerusakan
<11%

Sedang (S)
Rusak (R)

11 - <16%
16 - <23%

Rusak
(RB)

Berat

>23%

Program
Penanganan
Pemeliharaan Rutin
(PR)
Pemeliharaan
Berkala
(PM)
/Rehabilitasi
Peningkatan (PK)
Pembangunan

Catatan: Kegiatan Rehabilitasi dilakukan apabila terdapat


kerusakan yang tidak diperhitungkan dalam desain.

II.2. Penyusunan Rencana Kegiatan


Rencana Kegiatan adalah usulan program penanganan jalan yang disusun
oleh dinas terkait, serta disahkan oleh Gubernur untuk jalan provinsi, dan
Bupati/Walikota untuk jalan kabupaten/kota.
Rencana Kegiatan, berisi informasi-informasi :
Kegiatan

: kegiatan
pemeliharaan
berkala/rehabilitasi
jalan,
peningkatan dan pembangunan jalan, pemeliharaan
berkala/rehabilitasi
jembatan,
dan
penggantian/
pembangunan jembatan

Tujuan/Sasaran : usulan ruas mengacu pada prioritas nasional sesuai


ketentuan Juknis
Volume

: panjang (km), lebar (m), panjang efektif (km), panjang


fungsional (km)

Satuan Biaya

: harga satuan/km
(Rupiah)

Dana Pagu

: Jumlah dana yang digunakan untuk melaksanakan


kegiatan, yang bersumber dari Alokasi DAK dan
pendamping (APBD) (Rupiah)

untuk

panjang

efektif/fungsional

Format Rencana Kegiatan dapat dilihat pada Lampiran Tabel Rencana


Kegiatan DAK Subbidang Jalan.
Rencana Kegiatan (RK), merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
dokumen Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan (RAB), karena RAB berisi
penjelasan jenis-jenis pekerjaan yang termasuk dalam lingkup kegiatan yang
diusulkan, target efektif, target fungsional, serta harga satuan, sesuai
penjelasan pada bagian Pelaksanaan Konstruksi.
Sesuai Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan
Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, lebar badan jalan untuk jalan
lokal/kabupaten adalah 7,5 meter dengan lebar jalur lalu lintas adalah 5,5
meter, sedangkan lebar badan jalan untuk jalan provinsi adalah 9 meter
dengan lebar jalur lalu lintas adalah 7 meter. Untuk optimalisasi bantuan
DAK Subbidang Jalan maka kegiatan peningkatan jalan yang berupa
pelebaran jalan harus memenuhi persyaratan minimal lebar jalur lalu lintas,
yaitu 5,5 meter untuk jalan lokal/kabupaten dan 7 meter untuk jalan
provinsi. Untuk pekerjaan pelebaran jalan yang melebihi ketentuan di atas
harus disertai dengan justifikasi teknis, dan mendapat persetujuan dari SNVT
P2JN setempat.

RENCANA KEGIATAN
DAK SUBBIDANG JALAN PROVINSI TAHUN
Provinsi

: ..
ALOKASI (dalam juta Rp)

NO.

NO & NAMA RUAS


JALAN

VOLUME
(km/m)

DAK

PENDAMPING

JUMLAH

Nama

Jabatan

Tanggal

Paraf

Harga
Satuan
(juta Rp)
7=6/3

Jenis
Penanganan

JK
(K/Sw)

Keterangan

10

SUB JUMLAH
JUMLAH
LEMBAR KONFIRMASI
Petugas
Unsur Pusat (Ditjen. Bina
Marga)
Dinas PU Provinsi ybs.
Catatan:

*) Peta lokasi diharuskan dilampirkan dalam form ini.


Kolom 8: Diisi Pemeliharaan/Peningkatan
Kolom 9 (Jenis Kegiatan):
Kontrak/Swakelola
Kolom 10: Diisi (1) Mendukung jalan status yang lebih tinggi
(2) Membuka daerah perbatasan dan terisolir
(3) Menunjang daerah potensial (pelabuhan,
industri, pertanian, pariwisata)

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi

(...)
NIP.

Provinsi

RENCANA KEGIATAN
DAK SUBBIDANG JALAN KABUPATEN/KOTA TAHUN
: ..

Kabupaten/Kota : .
ALOKASI (dalam juta Rp)

NO.

NO & NAMA RUAS


JALAN

VOLUME
(km/m)

DAK

PENDAMPING

JUMLAH

Harga
Satuan
(juta Rp)

Jenis
Penanganan

JK
(K/Sw)

Keterangan

7=6/3

10

SUB JUMLAH
JUMLAH
LEMBAR KONFIRMASI
Petugas
Nama
Jabatan
Tanggal
Unsur Pusat (Ditjen. Bina
Marga)
Dinas PU Kabupaten/Kota
ybs.
Catatan:
*) Peta lokasi diharuskan dilampirkan dalam form
ini.
Kolom 8: Diisi Pemeliharaan/Peningkatan
Kolom 9 (Jenis Kegiatan):
Kontrak/Swakelola
Kolom 10: Diisi (1) Mendukung jalan status yang lebih tinggi
(2) Membuka daerah perbatasan dan terisolir
(3) Menunjang daerah
potensial(pelabuhan, industri,
pertanian, pariwisata)

Paraf

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kab/Kota

(...)
NIP.

III. PERENCANAAN TEKNIK DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI


III.1. Umum
Setelah teralokasinya DAK Subbidang Jalan mulai dari Tingkat
Pusat/Kementerian, kemudian tingkat pemerintah provinsi, dana untuk
penanganan jalan baik pemeliharaan dan/atau peningkatan, maka proses
berikutnya adalah melakukan kegiatan perencanaan teknik jalan atau
jembatan, yang hasilnya menjadi acuan dalam pelaksanaan penanganan
jalan.
Menunjuk Permen PU tentang Petunjuk Teknis Pemanfaatan DAK Bidang
Infrastruktur mengenai Koordinasi Penyelenggaraan, menjelaskan bahwa
koordinasi penyelenggaraan dilakukan secara berjenjang.
Khusus Tim Koordinasi Penyelenggaraan DAK Subbidang Jalan di tingkat
provinsi dibantu oleh Balai/SNVT P2JNuntuk bantuan DAK jalan provinsi
dan kabupaten/kota.

III.2. Perencanaan Teknik


Perencanaan teknis jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota didasarkan
pada Standar dan Pedoman yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat. Daftar Standar dan Pedoman yang telah
dikeluarkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tersebut
dapat dilihat pada Tabel 1.6 (terlampir).

III.3. Pelaksanaan Konstruksi


III.3.1. Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dengan DAK
Infrastruktur dapat dilaksanakan dengan mengacu pada:
a. Peraturan

Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 2000


Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dan perubahannya;

Bidang
tentang

b. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan perubahannya;


c. Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah dan perubahannya;


d. Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2014


tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi
dan Jasa Konsultansi.

III.3.2. Konstruksi Jalan


III.3.2.1. Kegiatan Pemeliharaan Jalan
Pekerjaan pemeliharaan jalan berpedoman pada Standar
dan Pedoman yang dikeluarkan oleh Kementerian
Pekerjaan Umum seperti Tabel 1.6.
1. Pemeliharaan Berkala Jalan
Merupakan pekerjaan perbaikan dan pembentukan/
pelapisan ulang permukaan yang diperlukan untuk

menjaga agar permukaan jalan selalu dalam kondisi


baik.
Kegiatan
pemeliharaan
pekerjaan:

berkala,

meliputi

jenis

a. Pada panjang efektif:

Perbaikan permukaan perkerasan (lubang, retak,


amblas, dll);

Pembentukan/Pelapisan
ulang
permukaan
perkerasan. (agregat, campuran aspal);

Perbaikan permukaan bahu jalan (penambahan


material dan pemadatan/perataan);

Pembuatan/Perbaikan drainase/saluran tepi jalan


dan gorong-gorong;

Penggantian,rambu/perlengkapan jalan.

b. Pada panjang fungsional, jenis pekerjaan


dilakukan seperti kegiatan pemeliharaan rutin.

yang

2. Rehabilitasi
Merupakan kegiatan penanganan terhadap setiap jenis
kerusakan yang tidak diperhitungkan dalam desain,
adapun jenis pekerjaannya disesuaikan dengan kondisi
kerusakan yang terjadi.
III.3.2.2. Kegiatan Peningkatan
Pekerjaan
peningkatan
jalan
merupakan
kegiatan
penanganan
jalan
yang
dapat
berupa
peningkatan/perkuatan
struktur
atau
peningkatan
kapasitas lalu lintas berupa pelebaran jalur lalu lintas.
Pekerjaan peningkatan juga dapat berupa peningkatan dari
jalan tanah ke jalan kerikil/jalan aspal atau dari jalan
kerikil/agregat ke jalan aspal.
Kegiatan peningkatan jalan, meliputi jenis pekerjan:
a. Pada panjang efektif :

Perbaikan permukaan perkerasan (Lubang, retak,


amblas,dll);
Persiapan lapis pondasi diatas perkerasan lama
(agregat,campuran aspal/ATB);
Pelapisan permukaan aspal;
Penambahan
material
bahu
jalan
dan
pemadatan/menyesuaikan permukaan perkerasan;
Perbaikan drainase/saluran tepi jalan dan goronggorong;
Pemotongan rumput, pembersihan ruang milik jalan;
Penggantian, perbaikan/pembersihan dan pengecatan
rambu/perlengkaan jalan.
b. Pada

panjang fungsional, jenis pekerjaan


dilakukan seperti kegiatan pemeliharaan rutin.

yang

Pada
peningkatan
jalan
pekerjaannya meliputi:

berupa

pelebaran,

jenis

a. Pada daerah pelebaran :

Persiapan tanah dasar/subgrade (galian/timbunan


tanah/material dan pembentukan/pemadatan);
Perataan/leveling perkerasan lama (agregat, campuran
aspal/ATB);
Pelapisan permukaan perkerasan aspal.

b. Pada daerah perkerasan lama :

Perbaikan permukaan perkerasan (lubang, retak,


amblas, dll);
Persiapan lapis pondasi diatas perkerasan lama
(agregat,campuran aspal/ATB);
Pelapisan permukaan perkerasan aspal.

c. Pada daerah diluar perkerasan :

Penambahan material bahu jalan dan pemadatan atau


penyesuaianpelebaran perkerasan;
Perbaikan drainase/saluran tepi jalan dan goronggorong;
Pemotongan rumput dan pembersihan ruang milik
jalan;
Penggantian, perbaikan/pembersihan dan pengecatan
rambu/perlengkapan jalan.

III.3.2.3. Kegiatan Pembangunan


Pekerjaan pembangunan jalan meliputi pembuatan/
pembukaan jalan baru sesuai dengan kebutuhan lalu lintas
yang diperkirakan dan mengacu pada standar teknis jalan
dengan umur rencana minimal 10 tahun. Pekerjaan
pembangunan
ini
tidak
menyangkut
pembebasan/permasalahan lahan dan/atau yang melintasi
hutan lindung.
III.3.3. Konstruksi Jembatan
Untuk kegiatan penanganan jembatan hanya diperuntukan bagi
kegiatan rehabilitasi/pemeliharaan berkala dan penggantian/
pembangunan jembatan.
Rehabilitasi/berkala jembatan meliputi perbaikan railing, perbaikan
kerusakan pada jembatan (pilar,abutment, penahan erosi dan
perlindungan gerusan pada pondasi, dan penggantian lantai
jembatan dan perbaikan oprit jembatan).

III.3.3.1. Pemeliharaan Berkala Jembatan


Pemeliharaan berkala untuk mengembalikan jembatan
pada kondisi dan daya layan seharusnya dimiliki jembatan
segera setelah pembangunan dan mencakup tipe kegiatan
dibawah ini:
a) Pengecatan ulang;
b) Pelapisan permukaan aspal;
c) Pembersihan menyeluruh jembatan;
d) Pemeliharaan pelekatan/landasan;
e) Penggantian siar muai (sambungan siar muai);
f) Perbaharui bagian-bagian dan elemen-elemen kecil;
g) Perbaiki pegangan sandaran dan pagar pengaman;
h) Jalankan bagian-bagian yang dapat bergerak;
i) Perkuat bagian struktural;
j) Perbaiki longsor dan erosi tebing;
k) Perbaiki pekerjaan pengalihan aliran sungai.
Lapisan permukaan jalan pada jembatan memerlukan
penggantian secara berkala. Permukaan aspal yang berada
di atas lantai baja atau lantai beton akan tahan sekitar 5
tahun sampai 8 tahun sebelum memerlukan penggantian.
Lapisan aspal permukaan sebaiknya dikupas terlebih dulu
dari lantai sebelum lapisan yang baru dipasang. Ketebalan
lapisan aspal tidak boleh melebihi 50 mm. Disarankan
memakai HRS setebal 30 mm atau dengan lapisan semen
tahan aus dan kedap air.
III.3.3.2. Penggantian Jembatan
Pekerjaan mengganti bagian elemen atau struktur yang
telah mengalami kerusakan berat dan tidak berfungsi,
sebagai contoh : sambungan siar-muai, perletakan,
pembatas, dsb. Jika diperlukan, terkadang bagian struktur
juga diganti, contohnya elemen lantai, gelagar memanjang
secara individu, bagian-bagian sekunder atau elemen
pengaku, dan sebagainya. Sedangkan penggantian
keseluruhan jembatan merupakan pertimbangan terakhir
dalam proses peningkatan prasarana yang ada.
III.3.3.3. Pembangunan Jembatan
Pembangunan jembatan baru meliputi pekerjaan yang
menghubungkan dua ruas jalan yang terputus akibat
adanya rintangan atau pemindahan lokasi jembatan mulai
dari pekerjaan pondasi, bangunan bawah dan bangunan
atas.

Tabel 1.6 Daftar Buku Standar dan Pedoman Bidang Jalan


NO

JUDUL STANDAR/PEDOMAN

NOMOR

Tata Cara Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur SNI 03-1732-1989


Jalan Raya dengan Analisa Metode Komponen

Tata Cara Perencanaan Permukaan Jalan.

SNI 03-3424-1994

Tata Cara Pelaksanaan Lapis Tipis Beton Aspal


untuk Jalan Raya.
Tata Cara Survai Kerataan Permukaan
Perkerasan Jalan dengan Alat Ukur Kerataan
NAASRA
Tata Cara Pelaksanaan Lapis Pondasi Jalan
dengan Batu Pecah
Tata Cara Perencanaan Teknis Pondasi Langsung
untuk Jembatan
Tata Cara Perencanaan Teknis Pondasi Sumuran
untuk Jembatan
Tata Cara Perencanaan Teknis Pondasi Tiang
untuk Jembatan

SNI 03-3425-1994

Pedoman perencanaan tebal perkerasan lentur

Pt T-01-2002-B

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

SNI 03-3426-1994
SNI03-2853-1992
SNI 03-3446-1994
SNI 03-3447-1994
SNI 03-6747-2002

Tata Cara Perencanaan Pembuatan Jalan di atas


Tanah Gambut dengan Menggunakan Pondasi
008/T/BM/1999
Galar Kayu
Tata Cara Pelaksanaan Survai Kondisi Jalan
SNI 03-2843-1992
Tanah/Kerikil
Tata Cara Pelaksanaan Survai Kondisi Jalan
SNI 03-2844-1992
Beraspal
Tata Cara Perencanaan Persimpangan Sebidang
01/T/BNKT/1992
Jalan Perkotaan
Gambar Perencanaan Teknik Jalan Kabupaten
Tata Cara Perencanaan Pembuatan Jalan di atas
Tanah Gambut dengan Menggunakan Pondasi
Galar Kayu
Tata Cara Pelaksanaan Pembuatan Jalan di atas
Tanah Gambut dengan Menggunakan Pondasi
Galar Kayu
Kesalahan Umum Pelaksanaan Jalan dan
Jembatan
Tata Cara Pelaksanaan Lapis Aspal Beton
(LASTON) untuk Jalan Raya
Tata Cara Pelaksanaan Survai Kondisi Jalan
Tanah/ Kerikil
Tata Cara Pelaksanaan Survai Kondisi Jalan
Beraspal
Penanganan Tanah Ekspansif untuk Konstruksi
Jalan
Stabilisasi Dangkal Tanah Lunak untuk
Konstruksi Timbunan Jalan (dengan Semen dan
Cerucuk)
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Kota

014/T/BT/1995
008/T/BM/1999
009/T/BM/1999

SNI 03-1737-1991
SNI 03-2843-1992
SNI 03-2844-1992
Pd T-10-2005-B
Pd T-11-2005-B
038/T/BM/1997

Anda mungkin juga menyukai