Laporan Kerja Praktek BTDC Nusa Dua - Ba
Laporan Kerja Praktek BTDC Nusa Dua - Ba
Laporan Kerja Praktek BTDC Nusa Dua - Ba
Oleh
Dosen Pembimbing:
1.1
LATAR BELAKANG
PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) BTDC (Bali Tourism Development
Corperation) telah berupaya untuk menjaga kelestarian lingkungan. Upaya tersebut yaitu
mengolah air limbah domestik yang dihasilkan dari sektor perhotelan di kawasan pariwisata
Nusa Dua. Peningkatan jumlah aktivitas di sekitar kawasan perhotelan akan sangat
memengaruhi kuantitas dan kualitas air limbah. Sejak tahun 1976, BTDC telah merancang
dan menerapkan pengolahan limbah secara alamiah yang ramah lingkungan serta ekonomis
dalam biaya pengoperasian maupun pemeliharaannya. Sistem pengolahan alamiah
menggunakan sistem lagoon atau stabilization ponds. Area ini turut mendukung usaha
konservasi karena mengundang kedatangan banyak organisme air dan burung.
Pemerintah Daerah Propinsi Bali menetapkan peraturan yang cukup ketat terkait dengan
berbagai aktivitas di sektor pariwisata. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Gubernur Bali
No. 8 Tahun 2007. Di dalam peraturan tersebut, memuat baku mutu air sesuai peruntukannya.
Pada lagoon BTDC Nusa Dua Bali, air limbah yang diolah merupakan limbah domestik yang
dihasilkan dari dari seluruh kegiatan hotel, seperti toilet, restoran dan laundry. Adanya
perbedaan karakteristik limbah dari masing-masing sumber limbah telah diatasi dengan
membuat pre-treatment di beberapa lokasi.
Dalam pengolahan tersebut, terdapat pula pengolahan fisik yang bertujuan
meningkatkan kualitas effluen air limbah. Sistem pengolahan fisik tersebut adalah kolam
aerasi, kolam sedimentasi dan sludge drying bed. Seluruh sistem pengolahan ini berperan
sebagai polishing bagi air limbah agar memenuhi standar baku mutu air irigasi di Bali. Sesuai
dengan Peraturan Gubernur Bali No.8 Tahun 2007, baku mutu air untuk air irigasi jika dilihat
dari parameter BOD harus memenuhi 12 mg/L. Setelah mengalami berbagai proses di lagoon
BTDC, maka air limbah tersebut siap dimanfaatkan kembali sebagai air irigasi. Air tersebut
kemudian digunakan untuk menyiram tanaman dan berbagai aktivitas di dalam kawasan
pariwisata Nusa Dua.
Dalam kegiatan operasi lagoon BTDC Nusa Dua Bali, terdapat beberapa permasalahan
yang terjadi. Durasi penggunaan aerator pada kolam aerasi, masih dirasa terlalu lama
sehingga mempengaruhi penggunaan listrik. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan
Laporan Kerja Praktek BTDC Nusa Dua - Bali
I Made Wahyu WIjaya
3310 100 058
I Komang Adi Putra
3310 100 081
TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktek ini, antara lain:
1.
Menganalisis dan mengevaluasi sistem pengolahan air limbah domestik pada instalasi
pengolahan air limbah BTDC.
2.
Memberikan masukan dan solusi terhadap masalah yang berkaitan dengan sistem
pengolahan air limbah domestik pada instalasi pengolahan air limbah BTDC agar
kualitas, kuantitas maupun kontinuitas pengaliran dapat terpenuhi dengan baik.
1.3
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari kerja praktek di BTDC Nusa Dua, Bali adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
Analisis kebutuhan oksigen pada kolam aerasi dan waktu operasi aerator
4.
5.
6.
No
1
Kelebihan
Biaya investasi relatif rendah
Mempunyai kemampuan untuk
menghindari kelebihan
pembebanan bahan organik
Kekurangan
Area yang dibutuhkan relatif luas
Air hasil pengolahan memiliki
kandungan alga yang tinggi
Adanya kehilangan air karena
penguapan
Kelebihan
Kekurangan
2.3
Kolam Aerasi
Menurut Metcalf dan Eddy (1991), kolam aerasi adalah suatu unit proses pengolahan
kebutuhan objektif akan kamar yang bermutu, bagi wisatawan yang diperkirakan akan terus
meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun. Salah satu dari rekomendasi studi tersebut,
menyarankan agar di Bali dibangun lebih banyak hotel bertaraf internasional, untuk
menampung wisatawan
asing. Pada waktu itu yaitu pada tahun 1975 di Bali, diperkirakan hanya ada 1800 kamar yang
dibangun di Kuta dan Sanur, yang bertaraf Internasional, sedangkan menurut studi sampai
tahun 1980 diperlukan sekitar 3800 - 4700 kamar hotel standard internasional. Pola dasar
rencana induk Pariwisata Bali, sebagaimana direkomendasikan tim SCETO adalah suatu
pembangunan ekonomi, dimana taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ditingkatkan tanpa
mengorbankan nilai-nilai kebudayaan serta struktur sosial kehidupan masyarakat Bali dan
lingkungan hidup.
Proyek Nusa Dua, sebagai bagian dari rencana induk pengembangan Pariwisata Bali,
merupakan pembangunan suatu kawasan pariwisata dengan pemukiman wisatawan secara
terpusat, yang jauh dari pusat kehidupan sehari-hari masyarakat Bali pada umumnya. Dengan
demikian pengaruh langsung para wisatawan, khususnya pengaruh negatif akan dapat ditekan.
Lahan yang memenuhi syarat ada di kawasan bukit, yaitu Nusa Dua, lahan yang tidak
produktif, namun memiliki pantai dan berpasir putih yang indah, berpenduduk jarang dan
Laporan Kerja Praktek BTDC Nusa Dua - Bali
I Made Wahyu WIjaya
3310 100 058
I Komang Adi Putra
3310 100 081
dibentuk Badan Pengembangan Rencana Induk Pariwisata Bali (BPRIP) dengan tugas
konsultasi dan koordinasi dengan PP. No.27 tahun 1972 dan PT. Pengembangan Pariwisata
Bali (Persero) atau Bali Tourism Development Corporation (BTDC).
10
dan
mengelola
usaha
pariwisata
yang
berkelanjutan
dengan
11
12
3.5.
kapasitas 10.000 m3/hari. Lagoon mulai beroperasi pada tahun 1980. Luas area lagoon adalah
30 Ha, saat ini sudah dimanfaatkan untuk instalasi dan rumah pompa sekitar 17 Ha. Lagoon
BTDC terdiri dari 2 instalasi : instalasi untuk pengolahan limbah (sel 1. 2a, 2b & 3 ) dan
instalsi untuk produksi air irigasi ( kolam aerator, sedimentasi dan filtrasi). Adapun uraian
kegiatan di Unit Pengelolaan Air Limbah sebagai berikut :
13
limbah tersebut ke lagoon PT. BTDC yang berjarak kurang lebih 2 km di sebelah utara
kawasan.
2.5.2. Sistem Pengolahan
Sistem pengolahan limbah cair yang diterapkan adalah Waste Stabilization Pond (
Kolam Stabilisasi). Limbah segar dari LPS keluar melalui inlet di sel 1 dan mengalami proses
oksidasi. Sel 1 terdiri dari 2 bagian (1a dan 1b) yang dipisahkan oleh fiberglass pada bagian
atas yang berfungsi sebagai alat perangkap lemak (greasetrap) untuk mengurangi lemak dan
kotoran terapung masuk ke sel sel berikutnya. Lemak dan kotoran yang tertahan pada
perangkap lemak secara rutin akan dibersihkan oleh pekerja di lagoon. Setelah melewati sel 1
maka air mengalir masuk ke sel 2a, selanjutnya mengalir ke sel 2b ( sel terluas). Di sel 2b
proses oksidasi akan berlangsung cukup lama (karena sangat luas). Sebagai indikator kontrol
toksitas atau kadar racun air, di sel ini telah dilepaskan ikan-ikan mujair yang dapat dipakai
sebagai indikator biologis untuk mengetahui perubahan kualitas di dalamnya. Selanjutnya air
mengalir ke dalam sel 3, air di sel ini sudah tidak berbau dan berwarna kehijauan. Dalam sel
ini juga dilepaskan ikan mujair untuk memantau kualitas perubahan air dalam sel ini.
2.5.3. Sistem Produksi Air Irigasi
Dalam upaya meningkatkan kualitas air setelah proses oksidasi alami selanjutnya
diproses kembali di kolam aerasi dengan 6 buah mekanik aerator jenis surface aerator yang
menyala selama 18 jam/hari untuk menambah oksigen terlarut dalam air. Setelah itu air
dialirkan ke kolam sedimentasi atau pengendapan (tersedia 2 kolam sedimentasi) untuk
mengendapkan lumpur dan kotoran lain yang ikut terbawa ke kolam ini. Lumpur di kolam
sedimentasi akan di kurasa tau dikeringkan secara berkala dengan menggunakan sludge
drying bed. Setelah keluar air kolam sedimentasi air akan masuk ke groundtank, dimana air
dari groundtank ini merupakan air irigasi yang sudah siap didistribusikan ke konsumen
melalui instalasi pipa air irigasi sebagai air penyiraman untuk landscape yang ada di Kawasan
Pariwisata Nusa Dua dan dalam hotel-hotel.
2.5.4. Kondisi Eksisting Lagoon BTDC
Dengan adanya lagoon BTDC sebagai fasilitas pengolahan air limbah domestik,
terdapat beberapa dampak positif yang ditimbulkan, yakni:
14
Pengolahan Air Limbah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas hotel dan fasilitas
penunjang yang terletak di Kawasan Pariwisata Nusa Dua, dialirkan melalui sistem pipa
bawah tanah disalurkan dan ditampung pada satu kolam pengolahan air limbah secara terpusat
yang disebut Lagoon. Kolam atau Lagoon ini dibangun pada luas lahan 17 Ha, dengan sistem
kolam stabilisasi dan hanya menggunakan sistem pengendapan dan pengaliran air limbah dari
satu kolam ke kolam berikutnya. Dari proses pengolahan air limbah tersebut, dihasilkan air
daur ulang (recycle) dengan klasifikasi sebagai air irigasi. Air irigasi tersebut dimanfaatkan
untuk penyiraman taman hotel, golf dan seluruh area taman di Kawasan Pariwisata Nusa Dua.
Dengan adanya lagoon PT. BTDC, area tersebut kini menjadi tempat bertumbuhnya
populasi ikan di lagoon sebagai indikator biologis serta dapat mengundang komunitas burung
untuk bermukim dan membuat ekosistem baru. Sesuai penelitian pakar ornitologi, dikatakan
bahwa areal lagoon ini telah menjadi tempat persinggahan lintas benua dari sekitar 77 spesies
burung. Penambahan menara pengintai burung, merupakan fasilitas untuk memenuhi peminat
pengamat burung yang serius akan mengamati burung dan satwa lainnya di lagoon.
Kehandalan pengolahan air limbah dan distribusinya didukung dengan kegiatan antara
lain pengamanan pipa induk air limbah dengan penguat-penguat yang teruji. Penggantian dan
perbaikan yang mencakup pemeliharaan instalasi mekanikal dan elekritikalsehingga berfungsi
dengan baik
Realisasi total pengolahan air limbah dan penjualan air irigasi tahun 2011, di kawasan
pariwisata Nusa Dua adalah sebanyak 1.819.904 m3 untuk pengolahan air limbah dan
penjualan air irigasi sebanyak 614.451 m3. Sedangkan total pengolahan air limbah pada tahun
2012 mengalami penurunan menjadi, 1.427.810 m3 dan penjualan air irigasi mengalami
penurunan 592.596 m3.
15
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada pelaksanaan kerja praktek di Unit Pengelolaan Air dan Lingkungan (UPAL)
BTDC Nusa Dua, Bali, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa kerja
praktek. Kegiatan tersebut diantaranya pengamatan ke lapangan, analisis kebutuhan oksigen
dan waktu operasi, analisis kebutuhan pompa air limbah, analisis kualitas air limbah, serta
analisis waktu detensi pada setiap sel lagoon.
4.1
Observasi Lapangan
Pada pelaksanaan kerja praktek di Unit Pengelolaan Air dan Lingkungan (UPAL)
BTDC Nusa Dua, Bali, dilakukan observasi ke lapangan yakni lagoon BTDC Nusa Dua.
Observasi secara umum dilakukan untuk mengetahui kondisi eksisting lapangan. Beberapa hal
yang diamati diantaranya kondisi fisik kolam stabilisasi, unit-unit pengolahan, sistem
pengolahan, kondisi fisik air limbah, serta kondisi lingkungan di sekitar unit pengolahan.
4.1.1 Kondisi Fisik Lagoon BTDC Nusa Dua, Bali.
Lagoon atau kolam stabilisasi BTDC Nusa Dua memiliki luas sekitar 17 Hektar.
Kolam dibagi menjadi beberapa 5 sel, yakni sel IA, sel IB, sel IIA, sel IIB, dan sel III.
Sebelum masuk ke dalam lagoon, air limbah dari hotel dikumpulkan dalam collection pit oleh
masing-masing hotel. Setelah terkumpul di collection pit, air limbah mengalir secara gravitasi
menuju lift pump station (LPS). UPAL BTDC Nusa Dua memiliki 3 LPS yang berfungsi
untuk memompa air limbah menuju lagoon.
Air limbah yang dipompa dari LPS akan masuk ke dalam sel IA, kemudian melewati
greasetrap menuju sel IB, kemudian menuju sel IIA, kemudian menuju sel IIB dan terakhir
menuju sel III. Diantara tiap sel terdapat pintu air serta pematang sebagai tempat mobilisasi.
Pada sel IA, IB, dan IIA terdapat beberapa aerator tipe jet turbo aerator yang berfungsi untuk
menggerakkan air sehingga dapat menghindari kondisi dead zone. Pada setiap sel lagoon
terdapat pulau-pulau buatan sebagai hunian populasi hewan, seperti burung dan biawak.
Keberadaan pulau-pulau tersebut menjadi tempat yang nyaman bagi beberapa spesies burung.
Berikut merupakan beberapa dokumentasi lokasi lagoon BTDC Nusa Dua, Bali.
16
17
18
Gambar 4 Sekumpulan burung yang menghuni lagoon BTDC Nusa Dua Bali
(Sumber: BTDC Annual Report 2011)
19
4.2
(Ditjen Pekerjaan Umum, 2012). Waktu detensi dipengaruhi oleh volume unit pengolahan dan
debit air limbah yang masuk. Waktu detensi berbanding lurus dengan volume unit pengolahan
dan berbanding terbalik dengan debit air limbah yang masuk. Adanya waktu detensi dapat
digunakan untuk menentukan dimensi unit pengolahan yang sesuai dengan perencanaan. Pada
unit pengolahan berupa kolam stabilisasi (lagoon), waktu detensi dirumuskan dalam bentuk
perhitungan;
td
V
Q
Dimana,
td
Berdasarkan rumus tersebut, dilakukan perhitungan waktu detensi pada setiap sel
lagoon. Perhitungan waktu detensi dari tiap sel lagoon dapat dilihat pada perhitungan
tersebut. Pada lagoon terdapat pulau buatan yang mengurangi volume dari tiap sel. Volume
dari tiap pulau buatan rata-rata 153,57 m3. Debit air limbah yang masuk ke lagoon adalah
6000 m3/hari.
1. Sel IA
p
: 140,91 m
: 117,5 m
: 2,5 m
Jumlah pulau : 6
VSel IA =
p l t ((2 1 2,5 2,5 ( p 5)) (2 1 2,5 2,5 (l 5)) (4 1 2,5 2,5 2,5)) =
2
140,91 117,5 2,5 ((2 1 2,5 2,5 (140,91 5)) (2 1 2,5 2,5 (117,5 5))
2
1
(4 2,5 2,5 2,5))
3
= 39822,72 m3
Laporan Kerja Praktek BTDC Nusa Dua - Bali
I Made Wahyu WIjaya
3310 100 058
I Komang Adi Putra
3310 100 081
20
= 6 x 153,57 m3
Vpulau buatan
= 921,40 m3
Vair limbah sel IA = VSel IA Vpulau buatan
= 39822,72 m3 - 921,40 m3
= 38901,33 m3
td
V
Q
td
38901,33
= 6,5 hari
6000
2. Sel IB
p
: 154,46 m
: 117,09 m
: 2,5 m
Jumlah pulau : 6
VSel IB =
p l t ((2 1 2,5 2,5 ( p 5)) (2 1 2,5 2,5 (l 5)) (4 1 2,5 2,5 2,5))
2
2
3
1
1
154,46 117,09 2,5 ((2 2,5 2,5 (154,46 5)) (2 2,5 2,5 (117,09 5))
2
2
1
(4 2,5 2,5 2,5))
3
= 43561,45 m3
Vpulau buatan
= 6 x 153,57 m3
= 921,40 m3
td
V
42640,05
= 7,1 hari
td
Q
6000
21
3. Sel IIA
p
: 208,02 m
: 137,77 m
:2m
Jumlah pulau : 7
Pada sel IIA terdapat unit sludge drying bed yang menggunakan lahan sel, sehingga
mengurangi volume sel IIA.
p
: 41,31 m
: 29,18 m
VSel IIA =
2
3
1
1
208,02 137,77 2 ((2 2 2 (208,02 4)) (2 2 2 (137,77 4)) (4 1 2 2 2))
2
2
3
= 55957,21 m3
Vpulau buatan
= 7 x 122,85 m3
= 859,97 m3
VSDB
= 41,31 x 29,18 x 2
= 2411,18 m3
td
V
Q
td
52686,06
= 8,8 hari
6000
4. Sel IIB
p
: 328,03 m
22
: 137,77 m
:2m
Jumlah pulau : 28
VSel IA =
2
3
1
1
328,03 137,77 2 ((2 2 2 (328,03 4)) (2 2 2 (137,77 4)) (4 1 2 2 2))
2
2
3
= 88542,76 m3
Vpulau buatan
= 28 x 122,85 m3
= 3439,88 m3
td
V
Q
td
85102,88
= 14,2 hari
6000
5. Sel III
p
: 149,72 m
: 116,91 m
: 1,72 m
Jumlah pulau : 28
VSel IA =
p l t ((2 1 1,72 1,72 ( p 3,44)) (2 1 1,72 1,72 (l 3,44)) (4 1 1,72 1,72 1,72))
2
149,72 116,91 1,72 ((2 1 1,72 1,72 (149,72 3,44)) (2 1 1,72 1,72 (116,91 3,44))
2
1
(4 1,72 1,72 1,72))
3
Laporan Kerja Praktek BTDC Nusa Dua - Bali
I Made Wahyu WIjaya
3310 100 058
I Komang Adi Putra
3310 100 081
23
= 29330,78 m3
Vpulau buatan
= 6 x 105,65 m3
= 633,92 m3
td
V
Q
td
28696,86
= 4,8 hari
6000
Berdasarkan perhitungan di atas, maka lama waktu detensi total air limbah untuk
melewati semua sel lagoon adalah:
= 6,5 + 7,1 + 8,8 + 14,2 + 4,8 = 41,34 42 hari
Tdtotal
Berdasarkan Metcalf (1991), kriteria desain waktu detensi untuk jenis-jenis kolam
stabilisasi adalah sebagai berikut:
Kolam Anaerobik
= 20 50 hari
Kolam Fakultatif
= 5 30 hari
Kolam Maturasi
= 5 20 hari
Adapun hasil perhitungan untuk kolam stabilisasi pada sistem pengolahan air limbah
domestik BTDC Nusa Dua, Bali adalah sebagai berikut;
= 6,5 + 7,1
= 8,8 + 14,2
= 23 hari (OK)
6. Kolam Aerasi
p
: 95,25 m
: 50,05 m
:2m
24
VKolam Aerasi
2
3
1
1
95,25 50,05 2 ((2 2 2 (95,25 4)) (2 2 2 (50,05 4))
2
2
1
(4 2 2 2))
3
= 7784,49 m3
td
V
Q
td
7784,49
= 1,3 hari
6000
Berdasarkan Metcalf (1991), kriteria desain waktu detensi untuk jenis kolam aerasi
adalah 3 10 hari. Adapun hasil perhitungan untuk kolam aerasi pada sistem
pengolahan air limbah domestik BTDC Nusa Dua, Bali adalah sebagai berikut;
Kolam Aerasi
7. Bak Sedimentasi A
p
: 59,59 m
: 29,64 m
:2m
VSedimentasi A
1
(4 2 2 2))
3
= 3198,37 m3
td
V
Q
td
3198,37
= 0,53 hari
6000
25
8. Bak Sedimentasi B
p
: 38,57 m
: 27,82 m
:2m
VSedimentasi B
2
3
1
1
38,57 27,82 2 ((2 2 2 (38,57 4)) (2 2 2 (27,82 4))
2
2
1
(4 2 2 2))
3
= 1902,77 m3
td
V
Q
td
1902,77
= 0,32 hari
6000
9. Bak Sedimentasi C
p
: 39,93 m
: 27,96 m
:2m
VSedimentasi C
1
(4 2 2 2))
3
= 1983,79 m3
td
V
Q
td
1983,79
= 0,33 hari
6000
26
4.3
perhitungan pada dua kondisi yakni pada kondisi eksisting dan kondisi setelah redesign.
Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kebutuhan oksigen berdasarkan teori dan
perhitungan pada kolam aerasi sesuai dengan beban organik pada air yang masuk. Selain itu,
untuk dapat menentukan waktu operasi aerator agar lebih efisien.
Gambar 5 (Lingkaran kuning) Lokasi kolam aerasi pada instalasi pengolahan air limbah BTDC
(sumber: https://maps.google.com/maps?hl=en)
27
Berikut adalah data data yang dibutuhkan dalam perhitungan kebutuhan oksigen
pada kolam aerasi Lagoon BTDC.
Data Eksisting
Debit Air limbah (Q)
: 6000 m3/hari
Panjang (p)
: 60 m
Lebar (l)
: 50 m
Kedalaman (h)
: 2,5 m
: 53,09 mg/L
: 10 mg/L
N influen
: 0,4501 mg/L
N efluen
: 0 mg/L
Spesifikasi Aerator
-
Surface Aerator
Transfer oksigen
: 8,13 kg O2 /jam
Daya aerator
: 5,5 HP / 4 kW
: 2,98 kg O2 /jam
Daya aerator
: 2 HP / 1,5 kW
28
Konstanta Perhitungan
1.
2.
3.
4.
5.
29
4.3.2 Perhitungan
1. Volume Kolam Aerasi (Vk)
= 450
Vk
p l t ((2 1 2,5 2,5 ( p 5)) (2 1 2,5 2,5 (l 5)) (4 1 2,5 2,5 2,5)) =
2
60 50 2,5 ((2 1 2,5 2,5 (60 5)) (2 1 2,5 2,5 (50 5)) (4 1 2,5 2,5 2,5))
2
= 6856,25 m3 6857 m3
2. Waktu Tinggal Hidrolik (d)
d
Vk
Q
ket;
Vk
6857m 3
6000m 3 / hari
QS 0 S
1,42 Px 4,57 Q( N 0 N e )
f
ket;
S0
Px
N0
30
Perhitungan konsentrasi efluen mengikuti reaksi orde 1 dimana laju reaksi degradasi
senyawa organik berbanding lurus dengan jumlah substrat yang masuk.
S
= 10 mg/L
ket;
k
Px
=Q
S
K d
maks
c
K
S
s
Y (S 0 S )
1 (K d c )
ket;
Y
Kd
= 0,644 / hari
c
= 1,55 hari
Px
= 6000
0.65 53,09 10
1 (0.07 1,55)
= 151,602 kg/hari
O2t
= 177,27 kg O2/hari
= 7,38 kg O2/jam
O2desain
= O2t x SF
; SF = 2
= 177,27 kg O2/hari x 2
Laporan Kerja Praktek BTDC Nusa Dua - Bali
I Made Wahyu WIjaya
3310 100 058
I Komang Adi Putra
3310 100 081
31
= 2 Desain d
24 jam
355
27,43
=
24 jam
= 405,73 kg O2 406 kg O2
= 6 unit
1. Surface Aerator
Alternatif I (3 aerator)
TI
O2d 80%
N SA QSA
406 0,8
3 8,13
= 13,32 14 jam
Alternatif II (6 aerator)
TII
O2d 80%
N SA QSA
406 0,8
6 8,13
= 6,65 7 jam
Laporan Kerja Praktek BTDC Nusa Dua - Bali
I Made Wahyu WIjaya
3310 100 058
I Komang Adi Putra
3310 100 081
32
O2d 20%
N SA QSA
406 0,2
3 2,98
= 9,08 9 jam
T4
O2d 20%
N SA QSA
406 0,2
4 2,98
= 6,81 7 jam
Alternatif II (7 aerator)
T7
O2d 20%
N SA QSA
406 0,2
7 2,98
= 3,89 4 jam
Alternatif III (10 aerator)
T10
O2d 20%
N SA QSA
406 0,2
10 2,98
= 2,72 3 jam
Alternatif IV (5 aerator)
T5
O2d 20%
N SA QSA
406 0,2
5 2,98
33
= 5,44 6 jam
4.3.3 Kesimpulan
1. Kebutuhan oksigen dalam kolam aerasi pada instalasi pengolahan air limbah domestic
BDTC adalah 406 kg O2 / hari
2. Dengan asumsi surface aerator mensuplai oksigen 80% dari total kebutuhan oksigen dan
turbo jet aerator mensuplai oksigen 20%, maka diperoleh besarnya suplai oksigen dari
masing-masing jenis aerator. Surface aerator harus mensuplai 324,8 kg O2 sedangkan
turbo jet aerator harus mensuplai 81,2 kg O2
3. Jumlah surface aerator sebanyak 6 unit dengan sistem operasi 3 unit bekerja bergantian
selama waktu operasi. Jumlah turbo jet aerator sebanyak 7 unit dengan sistem operasi I
adalah 3 unit dan sistem operasi II adalah 4 unit bekerja bergantian selama waktu operasi.
4. Terdapat beberapa alternatif lama waktu operasi untuk surface aerator dan turbo jet
aerator yakni sebagai berikut;
- Surface aerator
Alternatif I (3 aerator)
= 14 jam
Alternatif II (6 aerator)
= 7 jam
Pada surface aerator menggunakan panel otomatis 24 jam, sehingga waktu operasi aerator
disesuaikan dengan panel tersebut. Berdasarkan hal tersebut, waktu operasi untuk tiap
alternative adalah sebagai berikut:
Alternatif I (3 aerator)
= 16 jam
Alternatif II (6 aerator)
= 8 jam
= 9 jam
Alternatif I (4 aerator)
= 7 jam
Alternatif II (7 aerator)
= 4 jam
= 3 jam
Alternatif IV (5 aerator)
= 6 jam
Adapun waktu operasi dari masing masing aerator adalah sebagai berikut
34
- Surface Aerator
06.00 14.00
6 Aerator
14.00 22.00
22.00 06.00
7 Aerator
10.00 19.00
19.00 02.00
02.00 06.00
A27
A30
A3
SA4
A26
SA6
SA5
A2
A2
SA3
A1A1
SA2
A28
A29
SA1
A4
A25
Surface Aerator
Turbo Jet Aerator
Tidak Beroperasi
: 6000 m3/hari
Panjang (p)
: 30 m
Lebar (l)
: 50 m
35
Kedalaman (h)
: 2,5 m
: 53,09 mg/L
: 10 mg/L
N influen
: 0,4501 mg/L
N efluen
: 0 mg/L
4.3.5 Perhitungan
1. Volume Kolam Aerasi (Vk)
= 450
Vk
p l t ((2 1 2,5 2,5 ( p 5)) (2 1 2,5 2,5 (l 5)) (4 1 2,5 2,5 2,5)) =
2
30 50 2,5 ((2 1 2,5 2,5 (30 5)) (2 1 2,5 2,5 (50 5)) (4 1 2,5 2,5 2,5))
2
= 4208,3 m3 4210 m3
2. Waktu Tinggal Hidrolik (d)
d
Vk
Q
ket;
Vk
4210m 3
6000m 3 / hari
QS 0 S
1,42 Px 4,57 Q( N 0 N e )
f
ket;
S0
36
Px
N0
= 10 mg/L
ket;
k
Px
=Q
Y (S 0 S )
1 (K d c )
S
K d
maks
c
Ks S
1
ket;
Y
Kd
= 0,644 / hari
c
= 1,55 hari
Px
= 6000
0.65 53,09 10
1 (0.07 1,55)
= 151,602 kg/hari
O2t
= 177,27 kg O2/hari
Laporan Kerja Praktek BTDC Nusa Dua - Bali
I Made Wahyu WIjaya
3310 100 058
I Komang Adi Putra
3310 100 081
37
= 7,38 kg O2/jam
O2desain
= O2t x SF
; SF = 2
= 177,27 kg O2/hari x 2
= 354,54 355 kg O2/hari
4. Kebutuhan Oksigen sesuai waktu tinggal hidrolik (O 2 d)
O2d
= 2 Desain d
24 jam
355
17
=
24 jam
= 251,458 kg O2 252 kg O2
= 6 unit
Alternatif I (3 aerator)
TI
O2d 100%
N SA QSA
252 1
3 8,13
= 10,33 11 jam
Alternatif II (6 aerator)
TII
O2d 100%
N SA QSA
252 1
6 8,13
= 5,16 6 jam
38
4.3.6 Kesimpulan
1. Kebutuhan oksigen dalam kolam aerasi pada instalasi pengolahan air limbah
domestik BDTC adalah 252 kg O2 / hari
2. Surface aerator mensuplai oksigen 100% dari total kebutuhan oksigen maka
diperoleh besarnya suplai oksigen dari Surface aerator adalah 252 kg O2
3. Jumlah surface aerator sebanyak 6 unit dengan sistem operasi 3 unit bekerja
bergantian selama waktu operasi.
4. Terdapat beberapa alternatif lama waktu operasi untuk surface aerator yakni
sebagai berikut;
-
Surface aerator
Alternatif I (3 aerator)
= 11 jam
Alternatif II (6 aerator)
= 6 jam
Pada surface aerator menggunakan panel otomatis 24 jam, sehingga waktu operasi
aerator disesuaikan dengan panel tersebut. Berdasarkan hal tersebut, waktu operasi
untuk tiap alternatif adalah sebagai berikut:
Alternatif I (3 aerator)
= 12 jam
Alternatif II (6 aerator)
= 6 jam
3 aerator
18.00 06.00
3 aerator
4.4
06.00 12.00
6 aerator
12.00 21.00
3 aerator
21.00 06.00
3 aerator
spesifikasi pompa air limbah yang digunakan untuk menyalurkan air limbah dari fasilitas
umum yang berada di kawasan BTDC Nusa Dua menuju LPS yang kemudian disalurkan ke
Laporan Kerja Praktek BTDC Nusa Dua - Bali
I Made Wahyu WIjaya
3310 100 058
I Komang Adi Putra
3310 100 081
39
lagoon. Pada penentuan spesifikasi pompa, dilakukan perhitungan debit air limbah yang
dihasilkan oleh tiap fasilitas dan head pompa yang dibutuhkan.
4.4.1. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih (Metode Beban Unit Alat Plumbing)
Perhitungan kebutuhan air bersih dari proyek ini menggunakan metode Beban Unit
Alat Plambing. Dalam metode ini, untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban
(fixture unit). Pemilihan metode ini karena memperhitugkan pemakaian air secara
serentak untuk public facility. Untuk setiap bagian pipa dijumlahkan besarnya unit beban
dari semua alat plambing yang dilayaninya. Besarnya beban untuk tiap unit alat plumbing
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel unit alat plambing untuk penyediaan air dingin
40
Grafik hubungan antara total Beban Unit Alat Plambing dengan Debit Air Bersih.
Grafik hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran (untuk unit
beban sampai 3000) (Sumber: Noerbambang, Soufyan &Takeo Morimura, 2000,
Plambing, PT. Pradnya Paramita, Jakarta).
Berikut adalah tabel jumlah alat saniter pada masing-masing ruang saniter.
Alat Plambing
Toilet
Pria
Wanita
Kloset
Shower
Wastafel
Urinoir
Berikut adalah tabel perhitungan Beban Unit Alat Plambing di masing-masing jalur.
Jalur yang ada yaitu Jalur Pulau Kecil (menuju manhole 37) dan Jalur Pulau Besar
(menuju manhole 30).
Laporan Kerja Praktek BTDC Nusa Dua - Bali
I Made Wahyu WIjaya
3310 100 058
I Komang Adi Putra
3310 100 081
41
No
Fasilitas
tempat
Toilet pria
1
Toilet
Toilet
wanita
Toilet pria
Warung
Toilet
wanita
Toilet pria
Restaurant
Unit
Toilet
wanita
Kloset
2
14
14
12
14
Unit
Jumlah
Urinoir
JUMLAH SANITER
Alat Plumbing
Shower Wastafel
Beban
Kloset
14
10
140
Shower
14
56
Wastafel
12
24
Urinoir
14
70
290
Data:
X1 = unit beban 1
= 200
X2 = unit beban 2
= 300
Y1 = debit 1
= 250
Y2 = debit 2
= 300
X3 = unit beban 3
= 290
Dengan total Unit Beban 290, didapatkan hasil debit air bersih sebesar:
42
Y 2 Y1 X 3 X 1
X 2 X 1
300 250 290 200 = 295
250
300 200
= Y1
Y3
Q hari rata-rata =
menit
jam
0,295
Q hari rata-rata =
m3
menit
60
menit
jam
= 5,057 m3/jam 5,06 m3/jam
3,5
Nama
tempat
Toilet
Warung
Codyat
SW 45
Merciur
S6
Fasilitas
Unit
Kloset
Shower Wastafel
Urinoir
Toilet pria
Toilet wanita
Toilet pria
Toilet wanita
Toilet pria
Toilet wanita
Toilet pria
Toilet wanita
Toilet pria
Toilet wanita
Toilet pria
Toilet wanita
43
Nama
No
Fasilitas
tempat
Degran
Bali
Unit
Kloset
Shower Wastafel
Urinoir
Toilet pria
Toilet wanita
30
30
28
30
JUMLAH SANITER
Alat Plumbing
Unit
Jumlah
Beban
Kloset
30
10
300
Shower
30
120
Wastafel
28
56
Urinoir
30
150
626
Dengan total Unit Beban 626, didapatkan hasil debit air bersih sebesar:
644,5 liter/menit = 0,645 m3/menit
Nilai c3 (koefisien menit puncak) adalah diantara 3,0 - 4,0 (Artayana dan Atmaja, 2010).
Ditentukan c3 adalah 3,5 karena selisih pemakaian air pada menit puncak dengan menit lain
diperkirakan masuk ke dalam kategori sedang. Oleh karena itu, pemakaian air seluruh gedung
perjam (Qh).
0,645
Q hari rata-rata =
4.4.2.
m3
menit
60
menit
jam
= 11,049 m3/jam 11,05 m3/jam
3,5
= 5,06 m3/jam
44
Untuk menghitung debit air limbah puncak, perlu diketahui koefisien puncak.
Koefisien puncak dapat diperoleh dari grafik hubungan faktor peak terhadap rata-rata debit air
limbah di bawah ini,
= 11,05 m3/jam
45
Daerah
Q
slope
puncak
Q
d/D
puncak
Q full
ID
ID
ID
Q full
v.
terpasang
cek
full
v
puncak
/ v full
v.
puncak
/ Q full
(m)
m/s
m/s
mm
mm
m/s
(m/s)
11
12
(m/s)
10
13
14
P. Besar
425
0,002
0,007
0,6
0,67
0,011
0,0125
0,175
175
267
0,03
0,59
1,08
0,64
P. Kecil
500
0,002
0,003
0,6
0,67
0,005
0,0125
0,131
131
267
0,03
0,59
1,08
0,64
Keterangan:
L
Qpuncak / Qfull = perbandingan debit air limbah puncak dengan air limbah maksimal
Qfull
ID
vfull
vpuncak / vfull
= 425 m
Q puncak
= 0,007 m3/s
d/D direncanakan
= 0,6
= 2 o/oo = 0,002
d/D dimasukan ke Hydraulic Elements for Circular Sewer untuk mencari Qpuncak/Qfull
Laporan Kerja Praktek BTDC Nusa Dua - Bali
I Made Wahyu WIjaya
3310 100 058
I Komang Adi Putra
3310 100 081
46
Qpuncak/Qfull
= 0,67
maka, Qfull
maka, D
Q full n
=
0,5
0,3177 S
Q puncak
Qpuncak/Qf ull
0,00142 m3 / s
= 0,011 m3/s
0,58
0 , 375
0,011 0,0125
=
0,5
0,3177 0,002
0, 375
= 0,175 m
267 mm atau 10 inch (dibulatkan ke diameter pipa setara Wavin)
Setelah itu, dapat kembali cek debit pada pipa air limbah
Qfull-cek =
Qfull-cek
0,3117 D 2,667 S
n
vfull-cek =
=
Q full cek
0,25 D 2
0,03
0,25 (267 / 1000) 2
= 0,59 m/s
Dengan menggunakan grafik Hydraulic Elements for Circular Sewer, didapatkan nilai
vpuncak / vfull
maka, vpuncak
= 1,08
= 1,08 x vfull
= 1,08 x 0,59 m/s = 0,64 m/s (memenuhi)
47
= 25,83 m3/jam
Volume
Panjang
= 2,2 m
Lebar
= 1,5 m
Kedalaman
=2m
Freeboard
= 30 cm = 0,3 m
Total kedalaman
= 2 m + 0,3 m = 2,3 m
= 11,82 m3/jam
Volume
Panjang
= 1,5 m
Lebar
=1m
Kedalaman
=2m
Freeboard
= 30 cm = 0,3 m
Total kedalaman
= 2 m + 0,3 m = 2,3 m
Tambahan: total jam kerja pompa pada jalur Pulau Besar dan Pulau Kecil adalah 8 jam.
Pompa bekerja tiap 15 menit.
= 7,18 L/s
=2m
Diameter pipa
= 267 mm
48
Total head
1. Head statis = elevasi dasar collection pit tinggi muka air maksimal
=2m
2. Dengan menggunakan penurunan dari rumus Hazen-William, maka
1,85
Mayor Losses
=
2, 63
0,00155 C D
7,18
=
2 , 63
0,00155 130 (267 / 10)
4. H sisa tekan
v2
2g
0,64 2
= 0,021 m
2 9,81
1,85
2 = 0,0002 m
= 1 m (asumsi)
TOTAL HEAD
Total head
Tambahan
JENIS POMPA
1. Untuk jalur Pulau Besar, dengan debit pompa sebesar 7,18 liter/detik dan total
head 3,021 meter, maka didapatkan spesifikasi pompa dengan power 2,2 kW dan
2.720 rpm setara Grundfos.
49
2. Untuk jalur Pulau Kecil, dengan debit pompa sebesar 3,28 liter/detik dan total
head 3,12 meter, maka didapatkan spesifikasi pompa dengan power 1,3 kW dan
2.870 rpm setara Grundfos.
4.4.6.
= 7,18 L/s
Panjang pipa
= 425 m
= 0,002
Diameter pipa
= 267 mm
Total head
1. Head statis
a. Akibat slope
=2m
1,85
2. Mayor Losses
=
2, 63
0,00155 C D
7,18
=
2 , 63
0,00155 130 (267 / 10)
4. H sisa tekan
v2
2g
0,64 2
= 0,021 m
2 9,81
1,85
425 = 0,04 m
= 1 m (asumsi)
50
Tambahan
JENIS POMPA
3. Untuk jalur Pulau Besar, dengan debit pompa sebesar 7,18 liter/detik dan total
head 3,91 meter, maka didapatkan spesifikasi pompa dengan power 2,8 kW dan
2.990 rpm setara Grundfos.
4. Untuk jalur Pulau Kecil, dengan debit pompa sebesar 3,28 liter/detik dan total
head 4,031 meter, maka didapatkan spesifikasi pompa dengan power 1,3 kW dan
2.870 rpm setara Grundfos.
4.4.7 Kesimpulan
Didapatkan hasil penentuan spesifikasi pompa air limbah untuk jalur Pulau Besar dan
Pulau Kecil dengan ketentuan, sebagai berikut:
1. Dengan asumsi jumlah alat saniter di jalur Pulau Besar, antara lain: kloset dengan
katup penggelontor 30 buah, shower 30 buah, wastafel 28 buah dan urinoir 30 buah,
maka debit air limbah puncak yaitu 7,18 liter/detik. Slope penanaman pipa dari
collection pit hingga manhole nomor 30 adalah 0,002 (2 o/oo). Jika menggunkaan
pompa angkat, maka spesifikasi pompa air limbah yaitu 2,2 kW; 2.720 rpm setara
Grundfos. Sedangkan jika menggunakan pompa dorong, maka spesifikasi pompa air
limbah yaitu 2,8 kW; 2.990 rpm setara Grundfos.
2. Dengan asumsi jumlah alat saniter di jalur Pulau Kecil, antara lain: kloset dengan
katup penggelontor 14 buah, shower 14 buah, wastafel 12 buah dan urinoir 14 buah,
maka debit air limbah puncak yaitu 3,28 liter/detik. Slope penanaman pipa dari
collection pit hingga manhole nomor 37 adalah 0,002 (2 o/oo). Jika menggunkaan
pompa angkat, maka spesifikasi pompa air limbah yaitu 1,3 kW; 2.870 rpm setara
Grundfos. Sedangkan jika menggunakan pompa dorong, maka spesifikasi pompa air
limbah yaitu 1,3 kW; 2.870 rpm setara Grundfos.
Laporan Kerja Praktek BTDC Nusa Dua - Bali
I Made Wahyu WIjaya
3310 100 058
I Komang Adi Putra
3310 100 081
51
2012.
150000
100000
50000
Irigasi 2011
Irigasi 2012
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Bulan
52
Di samping itu, di bawah ini adalah grafik kualitas effluen per bulan. Dari grafik
tersebut, terlihat bahwa adanya ketidakteraturan nilai BOD per bulan.
Grafik hubungan nilai BOD effluen per bulan pada tahun 2011 dan 2012.
BOD mg/L
160.0
140.0
120.0
100.0
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
-20.0 0
BOD 2011
BOD 2012
Bulan ke6
7
10
11
12
13
Akibat dari ketidakteraturan data tersebut, maka dilakukan analisis kejadian yang
sering terjadi. Hal tersebut dapat dijelaskan dari tabel di bawah ini.
Kejadian
BOD naik, irigasi
naik
BOD turun, irigasi
turun
BOD naik, irigasi
turun
BOD turun, irigasi
naik
Tahun 2011
Jumlah
Tahun 2012
April
Mei
Agustus
Maret
Juli
Januari
Februari
Februari
Mei
Oktober
September
Januari
Maret
November
Desember
Juli
Desember
April
Juni
Juni
Oktober
Kejadian
5
Agustus
Dari data jumlah kejadian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecenderungan yang
terjadi adalah saat kebutuhan air irigasi naik, maka nilai BOD naik. Kemudian,
kecenderungan yang kedua yaitu kebutuhan air irigasi yang turun, maka nilai BOD turun.
Berdasarkan analisis sebelumnya, kebutuhan air irigasi naik pada saat penyinaran
matahari yang intens. Pada saat ini pula, terjadi kenaikan volume air limbah akibat aktivitasaktivas di kawasan perhotelan. Dengan meningkatnya jumlah air limbah pada saat ini, maka
Laporan Kerja Praktek BTDC Nusa Dua - Bali
I Made Wahyu WIjaya
3310 100 058
I Komang Adi Putra
3310 100 081
53
massa pencemar yang masuk ke lagoon akan naik pula. Oleh karena itu, BOD effluen akan
lebih tinggi daripada saat hujan.
Analisis lainnya yaitu kebutuhan air irigasi turun pada saat sering terjadi hujan. Pada
saat ini juga, volume air limbah menjadi turun karena berkurangnya aktivitas-aktivitas di
kawasan perhotelan. Di samping itu, pada saat intensitas hujan yang tinggi, maka akan ada
penambahan volume pada lagoon dari air hujan. Penambahan volume air hujan ini
mengakibatkan pengenceran di dalam lagoon, sehingga konsentrasi polutan menjadi
berkurang. Konsentrasi zat polutan yang berkurang akan mengakibatkan nilai BOD menjadi
rendah. Oleh karena itu, nilai BOD effluen menjadi rendah pula.
300.00
250.00
200.00
COD 2011
150.00
COD 2012
100.00
50.00
0.00
0
Bulan ke6
7
10
11
12
13
Selain kandungan organik, terdapat pula zat anorganik di dalam air. COD (Chemical
Oxygen Demand) merupakan kebutuhan oksigen kimiawi yang dibutuhkan untuk melakukan
proses degradasi zat organik dan anorganik dalam air. Dengan kata lain, COD merupakan
jumlah BOD dan jumlah oksigen untuk mendegradasi zat anorganik. Massa polutan lebih
besar pada saat kebutuhan air irigasi menjadi tinggi. Apabila massa polutan menjadi besar,
maka nilai COD menjadi besar. Oleh karena itu, pada saat kebutuhan air irigasi tinggi, nilai
54
COD menjadi tinggi. Sebaliknya, pada saat kebutuhan air irigasi rendah, nilai COD menjadi
rendah.
4.5.3 Pengaruh musim kemarau dan hujan terhadap nilai N dan P
Berikut ini adalah grafik hubungan antara N dan P per bulan yang diukur di
laboratorium tiap bulannya pada tahun 2011 dan 2012.
Grafik hubungan konsentrasi N per bulan pada tahun 2011 dan 2012.
6.0000
5.0000
N (mg/L)
4.0000
3.0000
N 2011
2.0000
N 2012
1.0000
0.0000
0
-1.0000
5 Bulan
6 ke7
8
10
11
12
13
Grafik hubungan konsentrasi P per bulan pada tahun 2011 dan 2012.
2.0000
1.8000
1.6000
1.4000
P (mg/L)
1.2000
1.0000
P 2011
0.8000
P 2012
0.6000
0.4000
0.2000
0.0000
-0.2000 0
Bulan
6 ke7
10
11
12
13
Pada saat kebutuhan air irigasi tinggi, maka massa polutan dalam air limbah menjadi
tinggi. Hal ini berdampak pada tingginya nilai N dan P dalam air limbah. Begitu pula
55
sebaliknya, jika kebutuhan air irigasi rendah, maka nilai N dan P dalam air limbah menjadi
rendah.
56
BAB V
SARAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan survey lapangan serta kajian-kajian yang dilakukan, terdapat beberapa
saran dan rekomendasi. Saran dan rekomendasi tersebut terkait instalasi pengolahan air
limbah atau lagoon BTDC Nusa Dua. Adapun saran dan rekomendasi tersebut diantaranya;
1. Berdasarkan hasil uji kualitas air pada bulan Juli 2013, kualitas air dengan parameter
BOD pada groundtank lebih tinggi daripada kualitas air di sel III. Berdasarkan teori,
air dari sel III masuk ke dalam kolam aerasi yang berfungsi untuk menurunkan BOD
melalui proses oksidasi, sehingga BOD pada groundtank seharusnya lebih kecil.
Berdasarkan hal tersebut, terdapat dua asumsi penyebab anomaly tersebut. Pertama,
pada kolam aerasi terjadi kondisi saturasi atau oksigen jenuh. Pada kondisi tersebut,
berdasarkan kurva oxygen sag, nilai DO (dissolve oxygen) akan stationer atau kondisi
oksigen berlebih. Hal tersebut terjadi karena waktu operasi aerator yang terlalu lama.
Oleh karena itu, dilakukan perhitungan waktu operasi aerator agar sesuai dengan
kebutuhan oksigen pada badan air. Kebutuhan oksigen tersebut disesuaikan dengan
besarnya BOD pada air yang masuk kolam aerasi. Namun, jika setelah perbaikan
waktu operasi aerator kualitas air tetap pada kondisi semula, maka dilakukan asumsi
kedua. Asumsi kedua dilakukan terhadap bak sedimentasi yang terdapat pada sistem
pengolahan air limbah sebelum air masuk ke dalam groundtank. Adanya bak
sedimentasi berfungsi sebagai tempat pengendapan partikel. Dalam desain kriteria bak
sedimentasi, terdapat waktu tinggal air yang disebut waktu detensi. Pada lagoon
BTDC terdapat 2 bak sedimentasi dan 1 bak yang menyerupai bak sedimentasi. Sesuai
perhitungan, waktu detensi dari setiap bak terlalu lama sehingga hasil oksidasi pada air
limbah tinggal dalam waktu lama, sedangkan oksigen terlarut (dissolve oxygen) rendah
mengakibatkan BOD naik kembali. Rendahnya kandungan oksigen terlarut
diakibatkan oleh tidak adanya aliran turbulen pada badan air, sehingga oksigen di
atmosfer sangat sedikit yang berdifusi ke dalam air menjadi oksigen terlarut dan
terdapat organisme air seperti ikan yang juga menggunakan oksigen dalam air. Oleh
karena itu, direkomendasikan untuk mengurangi dimensi dari bak sedimentasi
sehingga waktu detensinya dapat lebih cepat dan sesuai desain kriteria.
Laporan Kerja Praktek BTDC Nusa Dua - Bali
I Made Wahyu WIjaya
3310 100 058
I Komang Adi Putra
3310 100 081
57
2. Dalam proses aerasi terdapat beberapa alternatif metode aerasi dalam pengolahan air
limbah. Metode tersebut diantaranya cascade aeration (tangga), plug flow aeration
(terjunan), baffle (sekat), dan electric aeration. Setiap metode aerasi tersebut memiliki
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jika ditinjau dari segi biaya dan
maintenance, metode aerasi jenis cascade, plug flow, dan baffle aeration lebih hemat
biaya dan pemeliharaan.
3. Dalam rangka analisis kualitas air limbah, diperlukan kontrol dan pengawasan yang
baik dari segi pengambilan sampel air limbah, sehingga hasil analisis laboraturium
dapat lebih tepat.
58
DAFTAR PUSTAKA
Artayana, K. C.B. and Atmaja, G.I. 2010. Perencanaan Instalasi Air Bersih dan Air Kotor
pada Bangunan Gedung dengan Menggunkan Sistem Pompa. Jurnal Ilmiah Teknik
Mesin Cakra.M Volume 4 Nomor 1, April 2010 (51-56)
Metcalf and Eddy. 1981. Wastewater Engineering: Treatment and Disposal. New York:
Mc.Graw Hill Inc.
Metcalf and Eddy. 1981. Collecting and Pumping of Wastewater. New York: Mc.Graw Hill
Inc.
net.grundfos.com. Diakses pada tanggal 23 Juli 2013.
Noerbambang, S. and Takeo M. 2000. Plambing. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Pena-Varon, M. and Mara, D., 2004. Waste Stabilization Ponds. IRC: Delft- The
Netherlands.
Polprasert, C., Van der Steen, N.P., Veenstra, S., and Gijzen, H.J., 2001. Wastewater
Treatment II: Natural System for Wastewater Management. Delft: International
Institute for Infrastructure, Hydraulics and EnvironmentalEngineering (IHE Delft).
Tim Penyusun Ajar Magister. 2002. Pengelolaan Sistem Drainase dan Penyaluran Air
Limbah. Teknik Perencanaan Penyehatan Lingkungan Permukiman. Jurusan
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya
Veenstra, S., 2000. Wastewater Treatment. Delft: Institute for Infrastructure, Hydraulics
and Environmental Engineering (IHE Delft)
59
LAMPIRAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas
rahmat NYA hingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini dengan
baik. Penyusunan laporan kerja praktek ini tidak terlepas dari partisipasi dan
bimbingan dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu I D A A Warmadewanthi, S.T, M.T, Ph.D, terima kasih atas kesediaan,
kesabaran, dan ilmu yang diberikan dalam proses bimbingan kepada penulis.
2. Ibu A A Ratna Dewi, S.T selaku Kepala UPAL yang menjadi pembimbing kerja
praktek di BTDC Nusa Dua Bali
3. Bapak dan Ibu yang selalu mendukung dan memberi semangat serta doa yang
selalu mengiringi
4. Bapak Alit, saudara Eka Wahyudi dan saudara Komang Wedastra yang telah
membimbing selama kerja praktek baik di kantor maupun di lapangan
5. Seluruh bagian dan staf BTDC Nusa Dua Bali yang telah memberi dukungan
dan semangat
6. Teman-teman kerja praktek, Soraya, Isna, Irma yang selalu memberi semangat
selama kerja praktek
7. Teman-teman Jurusan Teknik Lingkungan ITS angkatan 2010 dan semua temanteman yang tidak dapat disebutkan di sini, terima kasih atas segala dukungannya.
Dengan penuh rasa terima kasih, penulis berharap semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca atau penulis yang lain di masa yang akan datang.
Surabaya, Agustus 2013
Penulis
ii
iii
iv