Memantra Dan Puja Mantra Pemangku
Memantra Dan Puja Mantra Pemangku
Memantra Dan Puja Mantra Pemangku
Mantra adalah doa-doa yang harus diucapkan oleh umat kebanyakan, pinandita,
pandita sesuai dengan tingkatannya.
Tantra adalah kekuatan suci dalam diri yang dibangkitkan dengan cara-cara yang
ditetapkan dalam kitab suci.
Yaja yaitu pengabdia yang ulus ikhlas atas dasar kesadaran untuk dipersembahkan
sehingga dapat meningkatkan kesucian. dan,
mengucapkannya melintasi lautan kelahiran kembali, inilah yang merupakan arti mantra yang
tertingi.
Arti mantra yang lebih rendah adalah rumusan gaib untuk melepaskan berbagai kesulitan atau
untuk memenuhi bermacam-macam keinginan duniawi, tergantung dari motif pengucapan
mantra tersebut.
Mantra adalah sebuah kekuatan kata yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan keinginan
spiritual atau keinginan material, yang dapat dipergunakan demi kesejahteraan ataupun
penghancuran diri seseorang. Mantra seperti energi atom yaitu suatu tenaga yang bertindak
sesuai dengan rasa bhakti seseorang yang mempergunakannya. Sabda adalah Brahman,
karena itu ya menjadi penyebab Brhmanda manifestasi chit sakti itu sendiri seperti yang
disebutkan dalamVishvasara Tantra, yaitu:
Parabrahman itu sebagai sabda Brahman yang substansinya semua adalah mantra, dan
yang berada di dalam wujud jivtma.
Bentuk itu sebagiantidak beraksara (Dhvani), sebagian lagi beraksara (Varna). Yang tidak
beraksara itulah yang memunculkan yang beraksara, dan itulah aspek yang halus dari kti
yang menghidupkan jiwa itu (Svami Rama: 1984: 24).
Sedangkan Prapancha Sara mengatakan bahwa:
Brhmanda diresapi oleh sakti, yang terdiri atas Dhvani, yang juga disebut Nada, Prana,
dan sebagainya.
Manifestasi dari Sabda menjadi wujud kasar (Sthla) itu tidak bisa terjadi terkecuali Sabda
itu ada dalam wujud halus (Suksma).
Dari penjelasan tersebut, dapata dipahami bahwa Mantra merupakan aspek dari Brahman dan
seluruh manfestasi Kulakundalini. Secara filosofis sabda itu adalah guna dari Akasa atau
ruang ethernal. Tetapi sabda itu bukan produksi Akasa. Sabda memanifestasikan diri di dalam
Akasa. Sabda itu adalah Brahman, seperti halnya di antariksa, gelombang bunyi dihasilkan
oleh gerakan-gerakan udara (Vyu); karena itu di dalam rongga jiwa atau di rongga tubuh
yang menyelubungi jiwa gelombang bunyi dihasilkan sesuai dengan gerakan-gerakan Pran a
vyu dan preses menarik napas dan mengeluarkan napas.
Mantra disusun dengan menggunakan aks ara-aks ara tertentu, diatur sedemikian rupa
sehingga menghasilkan suatu bentuk bunyi, sdangkan huruf-huruf itu sebagai perlambangperlambang dari bunyi tersebut. Untuk menghasilkan pengaruh yang dikehendaki, mantra
harus disuarakan dengan cara yang tepat, sesuai dengan svara (ritme) dan varna (bunyi).
Huruf-huruf penyusunannya pada dasarnya ialah mantra sastra, karena itu dikatakan sebagai
perwujudan astra dan Tantra yang terdiri atas Mantra adalah Paramtma, Veda sebagai
Jivtma, Dharsana sebagai indriya, Puran a sebagai jasad, dan Smrti sebagai anggota.
Karena itu Tantra merupakan kti dan kesadaran, yang terdiri atas mantra. Mantra tidak
sama dengan doa-doa atau kata-kata untuk menasehati diri (tmanivedana)
Dalam Nitya Tantra, disebutkan berbagai nama terhadap mantra menurut jumlah suku
katanya. Mantra yang terdiri dari satu suku kata disebut Pinda. Mantra tiga suku kata disebut
Kartari, yang terdiri dari empat suku kata smpai sembilan suku kata disebut Vija Mantra,
sepuluh sampai duapuluh suku kata disebut Mantra, dan yang terdiri lebih dari duapuluh suku
kata disebut Ml. Tetapi istilah Vija juga diberikan kepada mantra yang bersuku kata
tunggal.
Jenis-jenis Mantra
Berdasarkan sumbernya mantra ada bermacam-macam jenis yang secara garis besar dapat
dipisahkan menjadi;
1. Vedik mantra,
2. Tantrika mantra, dan
3. Puran ik mantra.
Sedangkan berdasarkan sifatnya mantra dapat terbagi menjadi;
1. ttvika mantra(mantra yang diucapkan guna untuk pencerahan, sinar, kebijaksanaan,
kasih sayang Tuhan tertinggi, cinta kasih dan perwujudan Tuhan),
2. Rjasika mantra (mantra yang diucapka guna kemakmuran duniawi serta
kesejahteraan anak-cucu),
3. Tmasika mantra (mantra yang diucapkan guna mendamaikan roh-roh jahat, untuk
menghancurkan atau menyengsarakan orang lain, ataupun perbuatan-perbuatan kejam
lainnya/Vama marga/Ilmu Hitam).
Disamping itu mantra juga dapt dibagi menjadi:
1. Mantra: yang berupa sebuah daya pemikiran yang diberikan dalam bentuk beberapa
suku kata atau kata, guna keperluan meditasi dari seorang guru (Mantra Diksa)
2. Stotra: doa-doa kepada para devata, Stotra ada yang bersifat umum, yaitu; yang
dipergunakan untuk kepentingan umum yang harus datang dari Tuhan sesuai dengan
kehendakNya, misalnya doa-doa yang diucapkan oleh para rohaniawan ketika
memimpin persembahyangan, sedangkan Stotra yang bersifat khusus adalah doa-doa
dari seoarang pribadi kepada Tuhan untuk memenuhi beberapa keinginan khususnya,
misalnya doa memohon anak, dan sebagainya.
3. Kvaca Mantra: mantra yang dipergunakan untuk benteng atau perlindungan dari
berbagai rintangan.
Dalam kitab Nirukta Vedangga, mantra dapat dibagi menjadi 3 sesuai dengan tingkat
kesukarannya, yaitu:
1. Paroksa Mantra, yaitu mantra yang memiliki tingkat kesukaran yang paling tinggi.
Hal ini disebabkan mantra jenis ini hanya dapat dijangkau arti dan maknanya kalau
3
diwahyukan oleh Tuhan. Tanpa sabda Tuhan mantra ini tidak mungkin dapat
dipahami.
2. Adyatmika Mantra, yaitu mantra yang memiliki tingkat kesukaran yang lebih rendah.
Mantra ini dapat dicapai maknanya melalui proses pensucian diri. Orang yang
rohaninya masih kotor, tidak mungkin dapat memahami arti dan fungsi jenis mantra
ini.
3. Pratyksa Mantra, yaitu mantra yang lebih mudah dipahami. Untuk menjangkau
makna mantra ini dapat hanya mengandalkan ketajaman pikiran dan indriya.
Disamping itu ada juga jenis mantra yang ditulis baik dalam buku, kitab, lontar yang disebut
Varntmaka Sabda, yang terdiri dari suku kata, kata ataupun kalimat. Sedangkan mantra
yang diucapkan disebut Dhvanytma Sabda, yang merupakan nada atau perwujudan dari
pikiran melaui suara tertentu, yang dapat berupa suara saja atau kata-kata yang diucapkan
ataupun dilagukan dan setiap macamnya dipergunakan sesuai dengan keperluan, kemampuan
serta motif pelaksana.
1. Vikari, yaitu mengucapkan mantra dengan mengeluarka suara dan dapat didengar
oleh orang lain, kekuatan mantra yang diucapkan dengan cara ini akan mampu
memecah guna tmas (kelambanan), ketakutan yang ada pada diri seseorang. Cocok
dipakai bagi para sadhaka pemula dan dapat menghancurkan energi negatif yang ada
di sekitar pengucapnya.
2. Upasu, yaitu mantra yang diucapkan yang hanya didengar oleh orang yang
mengucapkannya saja (berbisik-bisik), kekuatan mantra yang diucapkan dengan
teknik ini dapat memurnikan guna rjas (nafsu). Jika mantra ini diucapkan dengan
cara ini juga dapat memberikan perlindungan (kvaca) dari berbagai gangguan
(lingkungan, energi negatif, roh jahat, dan sebagainya).
3. Mnasika, yaitu mantra yang diucapkan dalam hati, bermeditasi pada jiwa dari mantra
serta arti dari kata-kata suci tersebut tanpa menggerakkan lidah ataupun bibir.
Kekuatan mantra ini akan dapat menumbuhkan kesadaran illahi pada diri yang
mengucapkannya, sedangkan yang bermeditasi pada irama pernapasan dengan
menggunakn mantra disebut Ajapa-japa.
Kualitas Mantra
Terlepas dari hal tersebut di atas, sebuah mantra akan dapat memberikan manfaat maksimal
(kti, iddhi, suci) baik kepada uyang mengucapkannya maupun orang lain dan lingkungan
dalam bentuk vibrasi dipengaruhi oleh beberapa hal prinsip, yaitu:
1. raddh; keyakinan yang mendalam terhadap sebuah mantra yang dipakai media
untuk merealisasikan tujuan tersebut. Tanpa keyakinan, sama halnya ketika sakit lalu
pergi ke dokter dan minta diobati tetapi kita tidak yakin terhadap resep dan anjuran
dokter tersebut, tentu kita tidak akan sembuh.
2. Bhakti; perasaan hormat, rindu, cinta kasih, yang mendalam terhadap mantra tersebut,
memperlakukan mantra itu seperti kita merawat diri sendiri, Dia adalah istri yang
sesungguhnya yang dengan setia menyertai langkah kita. Tanpa bhakti mantra apapun
akan menjadi bumerang buat kita. Kasih dan hormat pada mantra dengan keyakinan
pada hasil yang dijanjikannya jauh lebih penting daripada sekedar pengulang-ulangan
secara mekanis dengan pikiran ngelantur kemana-mana.
3. Sadhna, cepat atau lambatnya sebuah mantra memberikan manfaat kepada kita
adalah karena Sadhna (disiplin spiritual), Bagaimana mungkin mantra akan menjadi
iddhi apalagi kti kalau hanya diucapkan seminggu sekali atau bahkan sebulan
sekali, sementara kita setiap saat berhubungan dengan dunia maya yang senantiasa
mengkontaminasi badan, emosi, dan jiwa kita. Lukakanlah Sadhna dengan konsisten
dan berkesinambungan. Tidak perlu tahu banyak mantra tetapi kita tidak paham
terhadap arti, makna yang tersirat didalamnya, cukup satu mantra tetapi kita paham
dan memilikiSadhna . saat ini, banyak orang tahu banyak jenis mantra tersebut, hal
seperti itu tak ubahnya seperti tong kosong yang bunyinya nyaring tapi tidak memiliki
kekuatan.
4. Chnda; teknik pengucapan mantra sangat penting keberadaannya, karena jika sebuah
mantra salah memberikan penekanan dan pemenggalan sesuai denganChnda atau
guru laghu dan guru bhasanya, tentunya akan memiliki arti dan maksud yang berbeda.
Mengenai irama itu sesuai dengan bakat suara masing-masing sadhaka.
5. Kriya; kegiatan berupa pemujaan, baik luar maupun dalam dengan pengetahuan
tentang arti esoterik dan eksoteriknya, ataupun pemujaan dalam semacam
pengorbanan ke-akuan atau pembakaran segala keinginan. (Sudarma, 1998: 6).
Penggunaan Mantra
Menurut waktu penggunaannya mantra dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
Nitya Karma Puja,
yaitu pengucapan mantra yang dilaksanakan setiap hari secara rutin, misalnya seperti Puja Tri
San dhya, yang dilaksanakan setiap hari. Nitya Karma Puja ada dua jenis, yaitu:
1. San dhy Vandan atau San dhypsan, yaitu pemujaan yang dilakukan pada setiap
pertemuan waktu, artinya doa dan pemujaan yang dipersembahkan kepada Tuhan,
pada pertemuan waktu (san dhi) malam hari dengan pagi hari, tengah hari dan
pertemuan antara sore hari dengan malam. San dhypsan harus dilakukan pada saat
San d
hya yang tepat, agar mendapat manfaat yang sebesar-besarnya berupa Brahma
Teja (Pencerahan Brahman), karena pada tiap-tiap San dhya itu terdapat perwujudan
kekuatan khusus yang akan lenyap apabila San dhya tersebut berlalu. Kekuatankekuatan khusus tersebut dapat memotong rantai sasara masa lalu dan mengubah
seluruh situasi masa lalu seseorang, serta memberikan kemurnian dan keberhasilan
setiap usaha, dan menjadikannya penuh daya serta ketenangan. Pelaksanannya
San dhya mutlak diperlukan bagi seseorang yang menelusuri jalan kebenaran, karena
pelaksanaan San dhya merupakan kombinasi dariJapa Upsana, Svadhyya, Meditasi,
Konsentrasi, sana,, Pran yma, dan lain sebagainya. Pelaksanaan San dhypsan
bersifat wajib, perlu dipelajari tata tertib pelaksanaannya agar memperoleh manfaat
yang
sebesar-besarnya;
karena
kalau
tidak
dilaksanakan
akan
menimbulkanPratyavaya Dos a atau doda karena lalai, dan jelas akan kehilangan
Brahmma Teja atau kecemerlangan spiritual. Referensi bacaan: Chandogya Upanis ad
II.24, I.24, III.16, I.7; Brahma Upanis ad; Maitreya Upanis ad II.13-14;
Jabalpanis ad. 12,13, dan sebagainya.
2. Japa atau Namasmarana, yaitu pemujaan yang dilakukan untuk mengagungkan
nama-nama suci Tuhan dengan cara menyebut secara berulang-ulang. Dapat pula
dibantu dengan mala/rudraksa/ruas jari tangan atau menuliskannya di buku secara
terus-menerus/berulang-ulang.
Naimitika Karma Puja
yaitu pengucapan mantra yang dilakukan secara insidential pada waktu-waktu tertentu saja.
Misalnya: mantra yang diucapkan ketika upacara abhiseka, peletakan batu pertama, dalam
berbagai saskra, Purnama, Tilem, dan sebagainya. Dalam pelaksanaannya Naimitika
Karma Puja ini ada yang berdasarkan Panca Wara, Sapta Wara, Wuku, Sasih/Bulan,
Varsa/tahun, dan berbagai kejadian yang dianggap penting, seperti Gerhana Matahari,
Gerhana Bulan, Wabah, tempat angker, dan sebagainya.
Persiapan Sarana:
7
Sebuah gelas/tempat tirtha berisi air bersih (diletakkan di pelingih, pelangkiran, altar,
sanggar pemujaan)- untuk memohon tirtha wangsuhpada.
Sebuah mangkok kecil berisi beras yang sudah dicuci bersih diberi wewangian (bija)
Dupa secukupnya
Sebuah nampam yag berisikan: Sesajen / Banten / Upakara / Bunga / Canang Sari /
Kwangen secukupnya
Persiapan rohani:
Pemusatan pikiran dengan sikap: Padmasana (untuk pria), Bajrasana (unuk wanita),
Padasana (berdiri), Savasana (untuk orang sakit), dsb.
Menghaturkan dupa: Om Ang dupa dipastra ya namah svaha Ya Tuhan, hamba puja
Engkau sebagai Brahma, hamba mohon ketajaman sinar sucimu dalam menyucikan
dan menjadi saksi sembah hamba kepadaMu.
PALET I
Penyembahan I
Tangan diatas ubun-ubun dengan sikap Anjali dengan maksud kita memuja Hyang Widhi
dengan tulus sehingga kita bisa mendapatkan keheningan pikiran.
Om Hrang Hring Sah Parama Siva Aditya ya namah svaha
Mensucikan bunga dan dupa
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha, dengan maksud untuk membersihkan
sarana dan prasarana yang kita pergunakan dalam memuja Hyang Widhi.
Dupa : Om Ang Dhupa Dipastra ya namah svaha
Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha
Mensucikan Air I
Tangan di depan hulu hati dengan sikap deva pratistha, dengan maksud untuk memohon
kepada Devi Gangga agar membersihkan air ini dari segala kekotoran.
Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati).
Om Hrang Hring Sah Parama Siva Gangga Tirtha Amerta ya namah svaha
Mensucikan Air II
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha, supaya Siva membersihkan air ini dari
segala kekotoran.
Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Siva Amertha ya namah svaha
Lalu bunga dimasukkan ke dalam air
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha, supaya Sadasiva membersihkan air ini
dari segala kekotoran.
Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Sadasiva Amertha ya namah svaha
9
Genta dipegang dengan tangan kiri, tangan kanan memegang sekar dipakai
memercikan toya anyar pada Genta sebanyak 3 x mantra : Om Ung Visnu ya
namah svaha.
Selanjutnya Genta diukupi asep dengan tangan kanan sambil memutar kekanan
(Pradaksina) sebanyak 3 x mantra : Om Ang Dupa Astra ya namah. Kemudian
Sekar disuntingkan pada ujung tangkai Genta.
Ngastawa Genta
Genta dipegang dengan tangan kiri didepan dada, sedangkan tangan kanan memegang pentil
(sikap Deva pratista) dengan mantra :
Om karah Sadasivastah, jagatnatha hitangkarah,
Abhivada-vadaniyah, ghanta sabdah prakasyate.
Om Ghanta-sabdah maha sresthah Om karah parikirtitah.
Candrardha bindu nadantam, sphulingga Sivatattvan-ca.
Om Ghantayur pujyate devah a-bhavya-bhavya karmesu
Varadah labda-sandheyah, varam-siddhir nirsangsayam.
PALET II
Ngaksama, memohon tirtha pabersihan, palukatan, dan tirtha prayascitta
Ksama Puja:
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha:
Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
11
Pancaksaram
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga : Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Pancaksaram Maha Tirthan Pavitram Papanasanam
Papa Koti Sahasranam
Agadham Bhavet Sagaram
Om Pancaksaram Param Brahma,
Pavitram Papanasanam
12
Om Puspam Samarpayami
Om Dupam Samarpayami
Om Toyam Samarpayami
Sarva Baktyam Samarpayami
Mantra Segehan
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga: Om Puspa Danta Ya namah svaha (dalam hati)
Om Atma Tattvatma suddha mam svaha
Om svasti-svasti sarva bhuta suka pradhana ya namah svaha
Om shantih shantih shantih Om.
Bunga di buang ke depan (arah segehan) lalu diperciki tirtha
Mantra Metabuh Arak Berem
Sambil mengucapkan mantra sambil menuangkan petabuhan
Om ebek segara, ebek danu
Ebek banyu premananing hulun ya namah swaha.
Doa Ini dipakai bila sarananya hanya bunga, air dan dupa saja
Om Puspam Samarpayami
Om Dupam Samarpayami
Om Toyam Samarpayami
Sarva Baktyam Samarpayami
PALET V PENUTUP
Astra mantra
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha
Bunga: Om Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)
Om Hung Hrah Phat Astra ya namah
19
PALET VI Sembahyang
Asana:
Om prasada sthiti sarira Siva suci nirmala ya namah svaha
Ya Tuhan, anugrahkanlah kepada hamba ketenangan dan kesucian dalam batin hamba.
20
Karasoddhana
Tangan kiri: Om Ati soddha mam svaha Ya Tuhan, sucikanlah seluruh badan
rohani hamba
Kramaning Sembah
Muspa Muyung:
Om Atma tattvatma suddha mam svaha
Ya Tuhan, Engkau adalah merupakan sumber Atman dari semua ciptaanMu, sucikanlah
hambaMu.
Muspa dengan bunga ke hadapan Siva Adhitya sebagai saksi pemujaan:
Om Adityasya param jyotih
Rakta teja namostute
Sveta pangkaja madhyasta
Bhaskaraya namostute
Om Hrang Hring Sah paramasiva adhitya ya namah svaha
Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai sumber cahaya yang merah cemerlang, penuh
kesucian yang bersemayam di tengah-tengah teratai berwarna putih, sembah sujud hamba
kepada sumber segala cahaya, Ya Tuhan, Engkau adalah ayah semesta alam, ibu semesta
alam, Engkau adalah Paramasiva devanya matahari,anugrahkanlah kesejahtraan lahir-bathin.
kehadapan
Hyang
Widhi
untuk
memohon
22
Ya Tuhan sebagai Siva, Sadasiva, Paramasiva, anugrahilah badan dan rohani ini air suci
Doa ketika meraup tirtha:
Om Om sarira purna ya namah
Ang Ung Mang gangga amrta ya namah
Sarira suddha parama teja ya namah
Om Ang sama sampurna ya namah
Ya Tuhan, sempurnakanlah badan ini, Ya Tuhan sebagai perwujudan gangga amrta,
anugrahilah diri kami kesucian, sinar yang maha suci, yang maha sempurna
Memasang Bija
Memasang bunga
24