Akuntansi Forensik FIX
Akuntansi Forensik FIX
Akuntansi Forensik FIX
Akuntansi Forensik
Dalam praktik, kelompok ahli lainnya juga terdiri atas para akuntan atau
pelaksana audit investigasi yang memberi keterangan ahli demi keadilan. Istilah
akuntan forensic dan akuntansi forensic dikenal, misalnya dalam strategi pencapaian
dikejaksaan sebagai tindak lanjut Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang
Percepatan Pembrantasan Korupsi. Dalam strategi penindakan, mantan Jaksa Agung
Abdul Rahman Saleh antara lain mencantumkan: Pelatihab asset tracing, legal
audit, dan forensic accounting.
1.3 Akuntansi Forensik di Pengadilan
Di Indonesia penggunaan akuntan forensik di sektor publik lebih menonjol dari
sektor privat karena jumlah perkaranya yang lebih banyak. Akan tetapi, ada alasan
lain, yakni kecenderungan untuk menyelesaikan sengketa sektor privat di luar
pengadilan.
Di sektor publik, para penuntut umum (dari kejaksaan dan KPK) menggunakan
ahli dari BPK, BPKP dan Inspektorat Jenderal dari Departemen yang bersangkutan.
Di lain pihak, terdakwa dan tim pembelanya menggunakan ahli dari kantor-kanton
akuntan publik; kebanyakan ahli ini sebelumnya berpraktik di BPKP.
Pengertian ahli menurut KUHAP terkait dengan seseorang, perorangan atau
individu. Meskipun pers memberitakan dokter forensik dari Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, ia tampil sebagai ahli di pengadilan atas nama pribadinya, sebagai
individu, dan bukan wakil dari perguruan tinggi dimana mereka mengajar atau
meneliti.
1.4 Model Akuntansi Forensik
Akuntansi forensik awalnya adalah perpaduan yang paling sederhana antara ilmu
akuntansi dan hukum. Contohnya : penggunaan akuntan forensik dalam pembagian harta
gono-gini. Disini terlihat unsur akuntansinya, unsur hitung menghitung besarnya harta
yang diterima pihak (mantan) suami dan (mantan) istri. Segi hukumnya dapat
tambahan
ini
adalah
audit,
sehingga
model
akuntansi
forensiknya
Titik kedua adalah perbuatan melawan hukum. Tanpa perbuatan melawan hukum,
tidak ada yang dapat dituntut untuk menggant kerugian. Titik ketiga adalah adanya
keterkaitan antara kerugian dan perbuatan melawan hukum atau ada hubungan kausalitas
antara kerugian dan perbuatan melawan hukum.
Perbuatan melawan hukum dan hubungan kausalitas adalah ranahnya para ahli dan
praktisi hukum. Perhitungan besarnya kerugian adalah ranahnya para akuntan forensik.
Dalam mengumpulkan bukti untuk menetapkan adanya hubungan kausalitas, akuntan
forensik dapat membantu ahli dan praktisi hukum.
1.6 FOSA dan COSA
Komponen pertama, proactive audit yang berda diluar paying akuntansi forensic.
Berbagai istilah dipakai untuk fraud audit yang proaktif. Ada yang menggunakan kajian
system, karena dalam fraud audit ini dilakukan kajian system yang bertujuan
mengidentifikasikan potensi-potensi atau risiko terjadinya fraud. Sedangkan kompenen
kedua, investigative audit, merupakan bagian dari akuntansi forensic.
Langkah pertama adalah mengumpulkan materi untuk menilai adanya potensi atau
resiko fraud dalam system dari entitas yang dikaji. Perlatan FOSA yang dapat
dipergunakan :
Potensi fraud dalam sistem dari entitas yang bersangkutan dapat dilihat pada:
keluarga. Substansi good corporate governance tidak ada, karena oversight tidak
berjalan.
2.2 Corruption Perceptions Index
Index persepsi korupsi sangat di kenal di Indonesia, dengan atau tanpa
pemahaman yang benar. CPI adalah indeks mengenai persepsi korupsi di suatu Negara.
Indeks diumumkan setiap tahunnya oleh TI.
2.3 Global Corruption Barometer
Global Corruption Barometer (GCB) merupakan survey pendapat umum yang
dilakukan sejak tahun 2003. Pada saat penulisan buku AKUNTANSI FORENSIK &
AUDIT INVESTIGATIF karya Theodorus M. Tuanakotta hasil survey GCB yang
tersedia adalah GCB tahun 2009. Survei sebelumnya adalah untuk tahun 2007, tidak ada
survey tahun 2008.
Survei dilakukan oleh Gallup International atas nama Transparency International
(TI), GCB berupaya memahami bagaimana dan dengan cara apa korupsi memengaruhi
hidup orang banyak, dan memberikan indikasi mengeni bentuk dan betapa luasnya
korupsi, dari sundut pandang anggota masyarakat di seluruh dunia.
GCB merupakan alat TI untuk mengukur korupsi secara lintas Negara. Melalui
fokusnya pada pendapat public, GCB merupakan pelengkap CPI dan BPI yang
dilaksanakan atas pendapat para pakar dan pimpinan dunia usaaha.
2.4 Bribe Payers Index
Bribe Payers Index (BPI) tahun 2008 meliputi 2.742 wawancara dengan para
eksekutif bisnis senior di 26 negara, yang dilaksanakan 5 Agustus 2008. Survei dilakuka
dalam fraud, nama bank itu diplesetkan menjadi Bank of Crooks and Criminals
International.
3.2 Fraud dan Akuntansi Forensik
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, akuntansi forensic pada dasarnya
mengangani fraud. Oleh karena itu, para akuntan forensic di Amerika Serikat
menamakan asosiasi mereka, Association of Certified Fraud Examiners disingkat ACFE.
ACFE mempublikasikan penelitian tentang fraud, seperti konsep Fraud Tree dan Report
to the Nation (laporan mengenai frauddalam bisnis Amerika Serikat).
lembaga. Ada lembaga yang melakukan pemeriksaan keuangan Negara, ada beebrapa
lembaga yang merupakan bagian dari pengawasan internal pemerintahaan, ada lembagalembaga pengadilan, ada lembaga yang menunjang kegiatan memerangi kejahatan pada
umumnya, dan korupsi khususnya (seperti PPATK), dan lembaga lainnya seperti KPK.
Juga kelembagaan di Indonesia.
3.4 Akuntansi Forensik di Sektor Publik dan Swasta
10
11
Akal sehat
Kemampuan untuk mempertahankan perspektif dunia nyata. Ada yang
6. Percaya diri
Kemampuan untuk mempercayai diri dan temuan, sehingga dapat bertahan di
bawah cross examination (pertanyaan silang dari jaksa penuntut umum dan pembela).
4.4 Independen, Objektif, dan Skeptis
Tiga sikap dan tindak pikir yang selalu harus melekat pada diri seorang auditor,
yakni independen, objektif, dan spektis. Ketiga sikap dan tindak pikir juga tidak dapat
dipisahkan dari pekerja akuntan forensic.
4.5 Kode Etik Akuntan Forensik
Para akuntan dan praktisi hukum mengenal kode etik. Kode etik merupakan
bagian dari kehidupan berprofesi. Kode etik mengatur hubungan antara anggota profesi
dengan sesamanya, dengan pemakaian jasanya dan stakeholder lainnya, dan dengan
masyaakat luas.
13
Kode etik berisi nilai - nilai luhur yang amat penting bagi eksistensi profesi.
Profesi bias eksis karena adanta integritas (sikap jujur, walaupun tidak diketahui orang
lain), rasa hormat dan kehormatan, dan nilai - nilai luhur lainnya yang menciptakan rasa
percaya dari pengguna dan stakeholders lainnya.
4.6 Standar Audit Investigatif
K.H.
Spencer
Pickett
dan
Jennifer
Pickett
merumuskan
beberapa
mereka
best practice). Dalam istilah ini tersirat dua hal yaitu adanya upaya membandingkan
antara Praktek - praktek yang ada dengan merujuk kepada yang terbaik saat
itu (benchmarking) dan upaya benchmarking dilakukan terus menerus mencari solusi
terbaik.
Standar 2
dan diindeks, dan jejak audit tersedia. Dokumentasi ini diperlukan sebagai referensi
apabila
ada
penyelidikan
membantu perusahaan
dalam upaya
14
Standar 4
investigasi
dilakukan
dengan
cara
yang
: Beban
pembuktian
ada
pada
yang
menduga
pegawainya
melakukan kecurangan dan pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut baik
dalam kasus hukum administratif maupun hukum pidana. Di
Indonesia,
terdapat
: Cakup seluruh
investigator
memulai
Liput
seluruh
tahapan
kunci
dalam
proses
investigasi,
termasuk perencanaan, pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara, kontak dengan
pihak ketiga, pengamanan
cara
menganai
hal-hal
yang
bersifat
rahasia,
ikuti
tata
15
Ini hanyalah sebuah contoh yang disajikan sebagai refrensi untuk menyusun
standar audit investigasi. Oleh karena itu, sebelum mempergunakannya, kita harus
memahami lingkup penugasan yang sangat luas, yang diperinci oleh Thornhill dalam
bentuk standar. Kita dapat mengubahnya sesuai dengan perumusan standar yang selama
ini dipraktikan IAPI.
V. FRAUD
5.1 Fraud Dalam Perundangan Kita
Pengumpulan dan pelaporan statistic tentang kejahatan di suatu Negara dapat
dilakukan sesuai dengan klasifikasi kejahatan dan pelanggran (tindak pidana) menurut
ketentuan perundang-undangan Negara tersebut. Banyak faktor yang menyebabkan
masyarakat enggan melaporkan kejahatan. Di antaranya, tercermin dari ungkapan seharihari yang sederhana. Oleh karena itu, beberapa kajian luar negeri tentang data kejahatan
di Indonesia memberi peringatan crimes may be unreported.
5.2 Statistik Kejahatan
16
Tidak banyak statistic kejahatan di Indoneia yang dapat di sajikan dalam buku
ini. Pengumpulan dan laporan fraud belum terinci seperti yang didefinisikan oleh
ketentuan perundang undangan kita. Hal ini dari statistic yang disajikan. Rangkaian
statistic kejahatan diawali dari pakar Indonesia yang memublikasikan penelitiannya di
jurnal ilmiah internasional.
5.3 Fraud Dalam KUHP
Beberapa pasal dalam KUHP yang mencakup pengertian Fraud :
1.
2.
3.
4.
5.
17
Conflicts of interest atau benturan kepentingan diantaranya bisnis plat merah atau
bisnis pejabat dan keluarga serta krooni mereka yang menjadi pemasik di
tidak
2. Asset Misappropriation
Adalah penganbmbilan asset secara illegal atau disebut dengan mencuri. Asset
misappropriation dalam bentuk penjarahan cash dilakukan dalam 3 bentuk:
Skimming, uang dijarah sebelum uang tersebut secara fisik masuk ke perusahaan.
Larceny, uang sudah masuk ke perusahaan dan kemudian baru dijarah.
Fraudulent disbursement, sekali uang arus sudah terekam dalam sistem atau
melakukan fraud. Persepsi ini, perceived opportunity, merupakan sudut kedua dari fraud
triangle. Ada dua komponen persepsi tentang peluang ini yaitu general information dan
technical skill atau keahlian.
C. Rationalization
Sudut ketiga fraud triangle adalah rationalization atau mencari pembenaran
sebelum melakukan kejahatan, bukan sesudahnya. Ratinalization diperlukan agar si
pelaku dapat mencerna perilakunya yang melawan hukum untuk tetap mempertahankan
jati dirinya sebagai orang yang dipercaya.
19
20
teoritis, pelaku fraud yang berindak seorang diri, tidak dapat melaksanakan fraudnya.
5. Pengendalian aset secara fisik;
Pengendalian aset secara fisik pada dasarnya mengatur gerak-gerik barang (masuk,
keluar dan penyimpannya) memelukan otorisasi.
6. Pengendalian persediaan secara real time (real-time inventory control);
Ini bukan sekedar perpetual inventory yang dikenal sebelum perang dunia kesatu. Ini
adalah perpetual inventory yang mengikuti pergerakan persediaan secara on time. Dalam
bentuknya yang canggih, persedaan diberi bar code atau bahkan ditanam dengan radio
chip yang merekam keberadaannya. Keuntungan nyatanya adalah pencatatan menjadi
akurat.
7. Pagar, gembok, dan semua bangunan dan penghalang fisik;
Pengendalian Intern Pasif
Tujuan pengendalian intern aktif dan pengendalian intern pasif sama, yakni
mencegah terjadinya fraud. Dalam pengendalian internal aktif, hal ini dilakukan denan
membuat barikad-barikade, bermacam-macam lapisan pengamanan, sebelum pelaku
fraud bisa menembus pertahanan. Dalam pengendalian intern pasif, dari permukaan
kelihatan tidak ada pengamanan, namum ada pereda yang membuat pelanggar atau
pelaku fraud akan jera.
Perbedaan antara pengendalian intern aktif dan pengendalian intern pasif adalah:
(1) Dalam hal biaya, pengendalian intern aktif jauh lebih mahal dari pengendalian intern
pasif; (2) pengendalian aktif kasat mata atau dapat diduga (preditable) dan dapat
22
ditembus. Pengendalian intern pasif, di lain pihak, tadak kasat ata dan unpredictable
(orangyang ditangkap tangan seolah-olah mendapat lotre terkutuk), dan karenanya tidak
terelakan. Dalam pengendalian intern pasif pertanyaannya adalah seberapa nekadnya si
calon pelaku.
Beberapa pengendalian intern pasif meliputi:
1) Pengendalian yang khas untuk masalah yang dihadapi (customized controls)
Sebenarnya costumized controls merupakan hasil dari berpikir positif ketika
pengendalian intern aktif tidak memberikan pemecahan. Pengendalian intern pasif
ini customized untuk masalah yang dihadapi.
2) Jejak audit (audit trails)
Sistem yang terkomputerisasi sering kali menggunaan pengendalian intern pasif
karena ada jejak-jejak mutasi atau perubahan dalam catatan yang ditinggalkan atau
terekam dalam sistem. Ini akan menjadi pengendalian intern pasif yang efektif apabila
jejak-jejak yang berupa perbuatan fraud dapat menunjuk kepada pelakunya.
3) Audit yang focus (focused sudits)
Focused audit adalah audit terhadap hal-hal tertentu yang sangat khusus, yang
berdasaran pengalaman rawan dan sering dijadikan sasaran fraud.
4) Pengintaian atas kegiatan kunci (surveillance of key activities)
Pengintaian ini dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, mulai dari kamera
video yang merekam kegiatan di suatu ruangan sampai ruang kaca denngan cermin satu
23
arah. Surveillance juga dapat dilakukan dengan jaringan komputer, dari waktu ke waktu
untu melihat kegiatan pegawai yang memanfaatkan fasilitas kantor.
5) Pemindahan tugas (rotation of key personnel)
Rotasi karyawan kunci merupakan pengendalian intern pasif yang efektif kalau
kehadirannya merupakan persyaratan utama dalam melakukan fraud.
24