Desain Basis Data

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

POKOK BAHASAN:

Pendahuluan
Aturan Sistem Informasi dalam Organisasi
Proses Desain Basis Data
TUJUAN BELAJAR
:

18
Bab 2
Desain Basis Data
Setelah mempelajari materi dalam bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
Memahami aturan system informasi dalam organisasi
Memahami proses desain basis data
2.1 PENDAHULUAN
Aktifitas desain basis data menggunakan proses yang sistematis yang disebut
metodologi desain, dimana target basis data diatur dengan RDBMS, ORDBMS atau
ODBMS. Metodologi desain menggunakan alat Bantu seperti Designer 2000 dari
Oracle, ERWin, BPWin dan Paradigm Plus oleh Platinum Technology dan lain
sebagainya.
Biasanya, desain basis data kecil sekitar 20 pemakai tidak perlu sangan
kompleks. Tetapi untuk ukuran medium atau basis data besar yang melayani beberapa
grup alikasi yang luas, puluhan sampai ratusan pemakain, pendekatan sistematis
menjadi sangat perlu untuk melakukan desain basis data.
BAB 2 DESAIN BASIS DATA
Basis data yang besar dengan data beberapa puluh sampai gigabyte dan skema
dengan lebih dari 30 sampai 40 tipe entity yang berbeda, dapat memenuhi array yang
besar dari basis data pemerintahan, industri dan institusi financial dan komersial. Sektor
industri termasuk di dalamnya bank, hotel, airline, asuransi, utilitas dan komunikasi
menggunakan basis data untuk operasi setiap hari 24 jam, 7 hari per minggu atau
operasi 24 kali 7. Sistem aplikasi untuk basis data tersebut disebut system pemrosesan
transaksi untuk volume transaksi besar.
2.2 ATURAN SISTEM INFORMASI DALAM ORGANISASI
2.2.1 Organizational Context untuk Penggunaan Sistem Basis Data
Sistem basis data menjadi bagian dari sistem informasi dari beberapa organisasi.
Tahun 1960 an sistem informasi didominasi dengan sistem file, tetapi sejak awal 1970
an organisasi mulai berpindah ke sistem basis data. Untuk mengakomodasi sistem,

beberapa organisasi menbuat posisi administrator basisi data (DBA) auntuk mengontrol
aktifitas basis data. Kemudian, information resource management (IRM) juga
diperkenalkan oleh organisasi yang besar sebagai kunci kesuksesan manajemen bisnis.
Terdapat beberapa alasan :
Data dianggap sebagai resource yang bekerjasama, dan manajemen dan kontrol
dilakukan terpusan untuk pekerjaan yang lebih efisien dalam organisasi
Fungsi dalam organisasi dikomputerisasi, sebagai kebutuhan ketersediaan data yang
besar dan up to date.
Seiring pertumbuhan data dan aplikasi relasi yang lebih kompleks dari data perlu
dimodelkan dan diatur.
Terdapat konsolidasi dari information resource pada beberapa organisasi.
Sistem basis data memenuhi 4 kebutuhan seperti dijelaskan sebelumnya dalam
ukuran besar. Dua karakteristik tambahan dari sistem basis data yang juga sangat
bernilai :
Data independence mem-proteksi program aplikasi dari perubahan dalam organisasi
logika dan akses fisik dan struktur penyimpan.
19
BAB 2 DESAIN BASIS DATA
External shemas (views) memungkinkan data yang sama digunakan untuk beberapa
aplikasi dengan setiap aplikasi mempunyai pandangan sendiri terhadap data.
Sistem basis data menyediakan aplikasi baru yaitu :
Integritas data pada multiple aplikasi ke dalam basis data tunggal.
Pengembangan yang simple dengan menggunakan bahasa tingkat tinggi seperti
SQL.
Kemungkinan didukung untuk browsing dan query oleh manajer dalam pemrosesan
transaksi level produksi yang besar.
Sejak awal 1970 sampai pertengahan 1980, perubahan pembuatan data
repository tersentral yang besar dengan DBMS tunggal tersentral. Selama 10 sampai 15
tahun, pengembangan basis data meliputi :
1. Personal computer dan produk software seperti basis data, seperti EXCEL,
FOXPRO, MSSQL, ACCESS atau SQL
2. DBMS terdistribusi dan client-server sebagai pembuka pilihan
mendistribusikan basis data ke banyak sistem komputer untuk kontrol yang
lebih baik dan proses lokal yang lebih cepat. Alat bantu pengembangan
aplikasi seperti POWERBUILDER atau Developer 2000 (oleh Oracle) lebih
mudah digunakan dengan fasilitas built-in untuk menghubungkan aplikasi ke
server basis data.
3. Beberapa organisasi sekarang menggunakan sistem data dictionary atau
information repository, yaitu DBMS min yang mengatur metadata yaitu data
yang menggambarkan struktur basis data, constraints, aplikasi, autorisasi dan
sebagainya. Sistem data dictionary menyimpan dan mengatur informasi
berikut :
a. Deskripsi skema sistem basis data.
b. Informasi detail dari desain fisik basis data, seperti struktur penyimpan,
akses path, ukuran file dan record.
c. Deskripsi pemakai basis data, tanggung jawab dan hak akses.
d. Deskripsi tingkat tinggi dari transaksi basis data dan aplikasi dan relasi
pemakai ke transaksi.

20
BAB 2 DESAIN BASIS DATA
e. Relasi antara transaksi basis data dan data item yang dirujuk. Hal ini
sangat berguna untuk menentukan transaksi mana yang diakibatkan jika
definisi data diubah
f. Penggunakan stasitik seperti frekuensi query dan transaksi dan jumlah
akses ke basis data
2.2.2 Siklus Sistem Informasi
Pada organisasi yang besar, sistem basis data adalah baigan dari sistem
informasi, di dalamnya termasi semua resource yang dilibatkan dalam koleksi,
manajemen, penggunaan dan disseminasi information resource dari organisasi. Pada
sistem komputerisasi, resoruce adalah data itu sendiri, perangkat lunak DBMS,
perangkat keras komputer siste, media penyimpan, personal yang menggunakan dan
mengatur data (DBA, pemakai akhir, dan pemakai dsb), perangkat lunak aplikasi yang
mengakses dan mengubah data dan programmer aplikasi yang mengembangkan
aplikasi.
Siklus sistem informasi disebut siklus makro, dimana siklus sistem basis data
dirujuk ke siklus mikro. Siklus makro meliputi beberapa tahap yaitu :
1. Feasibility analysis : tahap ini berhubungan dengan analisa area aplikasi
potensial, mengidentifikasi sisi ekonomi dari information gathering and
dissemination, membentuk studi keuntungan awal, menentukan kompleksitas
data dan proses, mengatur prioritas aplikasi.
2. Requirement collection and analysis : Kebutuhan detai dikumpulkan dengan
interaksi dengan pemakai potensial dan kelompok pemakai untuk
mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan khusus. Ketergantungan
aplikasi, komunikasi dan prosedur pelaporan diindetifikasi.
3. Desain : Tahanp ini mempunayi dua aspek yaitu mendesain sistem basis data
dan mendesain sistem aplikasi (program) yang menggunkaan dan memproses
basis data.
4. Implementasi : Sistem informasi diimplementasi, basisi data dibentuk dan
transaksi basis data diimplementasikan dan diujicoba.
21
BAB 2 DESAIN BASIS DATA
5. Validation and acceptance testing : Tingkat akses dari sistem dalam memenuhi
kebutuhan pemakai dan kriteria performansi divalidasi. Sistem diujicoba
dengan kriteria performanisi dan spesifikasi kelakukan.
6. Deployment, operation and maintenance : Pada tahap ini dilakukan konversi
pemakai dari sistem lama ke sistem baru melalui training. Tahap operasional
mulai jika semua fungsi sistem dioperasikan dan divalidasi. Jika kebutuhan
baru atau aplikasi bertambah, maka harus melalui semua tahap sebelumnya
sampai semua divalidasi dan berhubungan dengan sistem. Monitoring
performansi sistem dan pemeliharaan sistem merupakan aktifitas yang penting
selama tahap operasi.
2.2.3 Siklus Sistem Aplikasi Basis Data
Aktifitas yang berhubungan dengan siklus sistem aplikasi basis data meliputi

tahap berikut :
1. System definition : Scope dari sistem basis data, pemakai dan aplikasi
didefinisikan. Antarmuka untuk pemakai, batasan response time dan
kebutuhan penyimpan dan pemrosesan diidentifikasi.
2. Database design : Pada akhir dari tahap ini , desain logika dan fisik dari sistem
basisi data dari DBMS sudah siap.
3. Database implementation : Tahap ini meliputi proses menentukan definisi basis
data konseptual, eksternal dan internal, membuat file basis data kosong dan
implementasi aplikasi perangkat lunak.
4. Loading or data conversion : Basis data dipopulasikan denan menyimpan data
langsung atau mengubah file yang sudah ada ke format sistem basis data.
5. Application conversion : aplikasi perangkat lunak dari sistem pendahulu
dikonversikan ke sistem baru.
6. Testing and validation : sistem baru diuji coba dan divalidasi
7. Operation : sistem basis data dan aplikasi dioperasikan. Biasanya sistem lama
dan baru dioperasikan secara paralel dalam beberapa waktu.
8. Monitoring and maintenance : selama tahap operasional, sistem secara tetap
dimonitor dan dipelihara. Perubahan dan pengembangan dapat terjadi baik
22
BAB 2 DESAIN BASIS DATA

pada isi data maupun aplikasi perangkat lunak. Modifikasi dan reorganisasi
diperlukan dari waktu ke waktu.
2.3 PROSES DESAIN BASIS DATA
Sekarang kita fokuskan ke siklus sistem aplikasi basisi data yaitu desain basis
data. Tujuan desain basis data adalah :
Memenuhi kebutuhan isi informasi dari pemakai dan aplikasi tertentu.
Menyediakan struktur informasi alami dan mudah dipahami.
Mendukung kebutuhan pemrosesan dan performansi obyektif seperti response
time, processing time dan storage space.
Terdapat enam tahap utama pada proses desain basis ata yaitu :
1. Koleksi dan analisa kebutuhan
2. Desain basis data konseptual
3. Pemilihan DBMS
4. Pemetaan model data (disebut juga desain basis data logika)
5. Desain basis data fisik.
6. Implementasi dan tuning sistem basis data
Proses desain terdiri dari dua aktifitas paralel seperti pada Gambar 2-1. Aktifitas
pertama meliputi desain data content dan struktur basis data, kedua berhubungan dengan
aplikasi basis data.
Enam tahap diatas tidak diproses secara berurutan. Pada beberapa kasus
mungkin memodifikasi desain dari awal tahap selama tahap kemudian. Feedback loop
antar tahap juga dalam tahap sering terjadi. Summary tahap 2, 4, dan 5 adalah berikut :
Desain basis data konseptual (Tahap 2) : Tujuan dari tahap ini adalah
memproduksi skema konseptual untuk basis data yang independen dari DBMS
tertentu. Biasanya menggunakan model data tingkat tinggi seperti model ER
atau EER.

Pemetaan model data (Tahap 4) : Selama tahap ini yang djuga disebut desain
basis data logika, dilkaukan pemetaan skema konseptual dari model data tingkat
tinggi ke model data DBMS.
23
BAB 2 DESAIN BASIS DATA

Desain basis data fisik (Tahap 5) : Selama tahap ini, didesain spesifikasi basis
data yang disimpat dalam hal struktur penyimpan fisik, penempatan record dan
indeks. Hal ini berhugungan dengan terminologi arsitektur DBMS 3 level.
Implementasi sistem basis data dan tuning (Tahap 6) : Selama tahap ini , basis
data dan program aplikasi diimplementasikan, diuji cobakan dan diatur
layanannya.
Gambar 2-1: Tahap perancangan basis data untuk basis data besar
24
BAB 2 DESAIN BASIS DATA
2.3.1 Tahap 1 : Koleksi dan Analisa Kebutuhan
Sebelum melakukan desain basis data, harus mengetahui dan menganalisa
keinginan pemakai terhadap suatu basis data sedetail mungkin. Proses ini disebut
koleksi dan analisa kebutuhan. Untuk menentukan kebutuhan, pertama kali harus
diidentifikasi bagian lain dari sistem informasi yang berhubungan dengan sistem basisi
data. Termasuk di dalamnya pemakai dan aplikasi baru dan yang sudah ada, kemudian
kebutuhan dikoleksi dan dianalisa. Aktifitas yang merupakan bagian dari tahap ini
adalah :
1. Area aplikasi mayor dan kelompok pemakai yang akan menggunakan basis data
atau pekerjaan apa yang akan diakibatkan diidentifikasi.
2. Dokumen yang sudah ada yang berhubungan dengan aplikasi dipelajari dan
dianalisa. Dokumen lain seperti police manual, form, report dan diagram
organisasi di-review untuk menentukan apakah terdapat tambahan pada koleksi
kebutuhan dan spesifikasi proses.
3. Lingkungan operasi saat ini dan rencana penggunaan informasi dipelajari.
Termasuk di dalamnya analisa tipe transaksi dan frekuensi penggunaannya dan
aliran informasi dalam sistem. Karakteristik geografi seperti pemakai, transaksi
asli, tujuan pelaporan dipelajari. Data input dan output untuk transaksi
ditentukan.
4. Penulisan respon untuk menentukan pertanyaan terkadang dikelompokkan dari
pemakai basis data potensial atau kelompok pemakai. Pertanyaan ini melibatkan
prioritas pemakai dan tempat yang penting untuk suatu aplikasi. Individu
dilakukan interview untuk menolong dalam memperoleh informasi yang
berharga dan setting prioritas.
Analisa kebutuhan dibawa ke user akhir atau pelanggan sistem basis data oleh
tim ahli analis kebutuhan. Kebutuhan awal lebih informal, tidak lengkap, tidak
konsisten dan sebagian tidak benar. Perlu pekerjaan yang lebih banyak untuk
mentransformasi keebutuhan awal ke aplikasi yang lebih spesifik yang dapat digunakan

oleh pengembangan sebagai langkah awal untuk menulis implementasi dan uji coba.
Untuk transformasi kebutuhan ke struktur yang lebih baik, teknik spesifikasi
kebutuhan digunakan. Misalnya OOA (object-oriented analysis) dan DFD (data flow
25
BAB 2 DESAIN BASIS DATA
diagram). Metode tersebut menggunakan teknik diagram untuk mengorganisasi dan
menampilkan kebutuhan proses informasi. Dokumentasi tambahan dalam bentuk teks,
tabel, grafik dan keputusan melengkapi diagram tersebut.
2.3.2 Tahap 2 : Desain Basis Data Konseptual
Tahap kedua dari perancangan basis data melibatkan dua aktifitas paralel.
Aktifitas pertama yaitu desain skema konseptual, menentukan kebutuhan data yang
dihasilkan pada tahap 1 dan menghasilkan skema basis data konseptual. Aktifitas
kedua, desain transaksi dan aplikasi, menentukan analisa aplikasi basis data pada tahap
1 dan menghasilkan spesifikasi level tinggi untuk aplikasi tersebut.
Tahap 2a : Desain Skema Konseptual
Skema konseptual diproduksi dari tahap ini terdiri dari model data tingkat
tinggi DBMS-independent dengan beberapa alasan :
1. Tujuan desain skema konseptual adalah skema lengkap tentang struktur basis
data, semantik, interrelationship dan constraint. Hal ini tergantung dari DBMS
yang digunakan.
2. Skema konseptual tidak tersedia sebagai deskripsi stabil dari isi basis data.
Pemilihan DBMS dan keputusan desain dapat berubah tanpa mengubah skema
konseptual DBMS-independent.
3. Skema konseptual yang baik sangat penting untuk pemakai basis data dan
desainer. Penggunaan model data tingkat tingga lebih ekspresif dan umum
daripada model data dari DBMS.
4. Deskripsi diagram dari skema konseptual dapat menawarkan kendaraan
komunikasi yang baik diantara pemakai basis data, desainer dan analyst. Karena
model data level tinggi biasanya berbentuk konsep dan mudah untuk mengerti
daripada model data DBMS yang level lebih rendah, atau definisi sintak data,
komunikasi yang berhubungan dengan desain skema menjadi lebih kelihatan.
Pada tahap desain basis data, perlu menggunakan model data konseptual level
tinggi dengan karakteristik :
1. Expressiveness : model data cukup ekspresif untuk membedakan perbedaan tipe
data, relationship dan constraint.
26
BAB 2 DESAIN BASIS DATA
2. Simplicity and understandability : model cukup sederhana untuk pemakai yang
tidak mengerti dan menggunakan konsep tersebut.
3. Minimality : model mempunyai sejumlah kecil konsep dasar yang berbeda dan
tidak overlapping.
4. Diagrammatic representation : model dalam bentuk notasi diagram untuk
menampilkan skema konseptual yang mudah diintepretasikan.
5. Formality : skema konseptual ditampilkan dalam model data aharus
merepesentasikan spesifikasi formal data. Sehingga, konsep model harus

ditentukan secara akurat dan tidak berganda.


Pendekatan ke Desain Skema Konseptual
Untuk desain skema konseptual, harus diidentifikasi komponen dasar dari skema
: tipe entiti, tipe relationship dan atribut. Harus juga menentukan key attributes,
cardinality dan participation constraint, weak entity dan hierarki spesification /
generatization. Terdapat dua pendekatan untuk merancang skema konseptual, yang
diturunkan dari kebutuhan yang dikoleksi.
Pendekatan pertama adalah pendekatan desain skema terpusat (one-shot),
dimana kebutuhan dari aplikasi yang berbeda dan kelompok pemakai pada tahap 1
digabungkan ke dalam satu himpunan kebutuhan sebelum desain skema dimulai. Suatu
skema berhubungan digabungkan ke himpunan kebutuhan kemudian dilakukan desain.
Jika terdapat banyak pemakai dan banyak aplikasi, penggabungan semua kebutuhan
dapat menghabiskan waktu. Asumsikan DBA bertanggung jawab untuk menentukan
bagaimana menggabungkan kebutuhan dan untuk merancang skema konseptual untuk
keseluruhan basis data. Jika suatu skema konseptual dirancang dan final, skema
eksternal untuk kelompok pemakai dan aplikasi dapat ditentukan oleh DBA
Pendekatan kedua adalah pendekatan view integration, dimana kebutuhan tidak
digabungkan. Suatu skema dirancang untuk setiap kelompok user atau aplikasi
berdasarkan kebutuhan masing-masing. Kemudian dikembangkan skema level tinggin
(view) untuk setiap kelompok user atau aplikasi. Selama tahap view integration, skema
bagian digabungkan ke dalam skema konseptual global untuk keseluruhan basis data.
Individual view dapat dibentuk sebagai skema eksternal setelah view integration.
27
BAB 2 DESAIN BASIS DATA
Perbedaan kedua pendekatan terletak pada tujuan dimana banyak view atau
kebutuhan dari banyak pemakai dan aplikasi digabungkan. Pada pendekatan terpusat,
rekonsiliasi dilakukan secara manual oleh DBA. Hal ini dapat mengakibatkan terjadi
konflik pada staff DBA. Permasalahan ini dipecahkan dengan menggunakan konsultan
luar.
Pada pendekatan view integration, setiap kelompok pemakai merancang skema
konseptual (EER) masing-masing. Kemudian proses integrasi diaplikasikan pada skema
ini (view) oleh DBA untuk membentuk skema integrasi global. Meskipun view
integration dapat dilakukan manual, aplikasi ini adalah basis data besar yang melibatkan
puluhan kelompok pemakai membutuhkan suatu metodologi dan penggunaan alat bantu
otomatis untuk integrasi. Korespondensi antara atribut, tipe entiti dan relasionship
harus ditentukan sebelum integrasi dapat dilakukan.
Strategi untuk Desain Skema
Terdapat beberapa stategi untuk merancang skema, yaitu :
1. Top-down strategy : Dimulai dengan skema yang berisi abstraksi level tinggi
dan kemudian mengaplikasikan ketentuan top-down. Sebagai contoh, tentukan
hanya beberapa tipe entiti level tinggi dan kemudian lakukan pembagian ke
dalam tipe entiti level lebih rendah dan relationship.
2. Bottom-up strategy : Mulai dengan skema yang berisi abstraksi dasar dan
kemudian kombinasikan atau tambahkan abstraksi tersebut. Sebagai contoh,
mulai dengan atribut dan kelompok ke dalam tipe entiti dan relationship.

Tambahkan relasi baru pada tipe entiti selama proses perancangan.


3. Inside-out strategy : Merupakan kasus khusus dari bottom-up strategi, dimana
atensi difokuskan pada himpunan konsep terpusat yang lebih nyata. Model
kemudian diisi dengan konsep baru pada konsep yang sudah ada. Kita dapat
tentukan beberapa tipe entiti nyata dalam skema dan dilanjutkan dengan
menambah tipe entiti dan relasi yang berhubungan.
4. Mixed strategy : Kebutuhan dibagi berdasarkan top-down strategy, bagian
skema dirancang untuk setiap partisi berdasarkan bottom-up strategy. Jadi
strategi ini mengkombinasikan beberapa skema.
28
BAB 2 DESAIN BASIS DATA

Gambar 2-2: Strategi top-down. (a) membangkitkan tipe entiti baru.


(b) dekomposisi tipe entiti ke dalam dua tipe entiti dan relasi
Gambar 2-2 dan 2-3 menggambarkan top-down strategy dan bottom-up strategy.
Contoh top-down didekomposisi dari tipe entiti ke dalam beberapa tipe entiti. Gambar
2-2(a) menunjukkan COURSE dibagi dalam COURSE dan SEMINAR, dan relasi
TEACHES dihubungkan terpisah dalam TEACHES dan OFFERS. Gambar 2-2(b)
terlihat tipe entiti COURSE_OFFERING dibagi dalam dua tipe entiti COURSE dan
INSTRUCTOR dan relasi antar keduanya. Gambar 2-3(a) memperlihatkan bottom-up
strategy dari generalisasi relasi baru diantara tipe entiti. Bottom-up menggunakan
kategory (tipe union) yang diilustrasikan pada Gambar 2-3(b) dimana konsep baru
29
BAB 2 DESAIN BASIS DATA
VEHICLE_OWNER ditemukan dari tipe entiti yang sudah ada yaitu FACULTY,
STAFF dan STUDENT.

Skema Integrasi (View)


Gambar 2-3: Contoh strategi bottom-up. (a) menemukan dan menambah relasi
baru. (b) menemukan katagori baru (tipe union) dan menghubungkannya.
Untuk basis data yang besar dengan pemakai dan aplikasi yang diharapkan,
pendekatan view integration untuk merancang skema individan dan kemudian
menggabungkannya. Karena individual view relatif kecil, perancangan skema lebih
sederhana. Tetapi diperlukan metodologi untuk integrasi view ke skema basis data
global. Skema integrasi dibagi ke dalam beberapa bagian :
30
BAB 2 DESAIN BASIS DATA
1. Indentifikasi korespondensi dan konflik diantara skema : Karena skema

dirancang individual, perlu menentukan konstruksi khusus dalam skema yang


merepresentasikan konsep dunia nyata yang sama. Korespondensi diidentifikasi
sebelum integrasi diproses. Selama proses tersebut, beberapa tipe konflik
diantara skema ditemukan, antara lain :
a. Naming conflict : Terdapat dua tipe synonym dan homonym. Synonym
terjadi jika dua skema menggunakan nama yang berbeda dan
menggambarkan konsep yang sama, misalnya, tipe entiti CUSTOMER
pada satu skema mungkin digunakan sama dengan konsep tipe entiti
CLIENT pada skema lain. Homonym terjadi jika dua skema
menggunakan nama yang sama untuk enggambarkan konsep yang
berbeda, sebagai contoh tipe entiti PART merepresentasikan perangkat
komputer dalam skema satu dan perangkat mebel dalam skema dua.
b. Type conflicts : Konsep yang sama kemungkinan direpresentasikan
dalam dua skema dengan konstruksi pemodelan yang berbeda. Sebagai
contoh, konsep DEPARTMENT mungkin tipe entiti dalam skema satu
dan atribut dalam skema lain.
a. Domain (value set) confict : Suatu atribut berbeda domain dalam dua
skema. Sebagai contoh, SSN dideklarasikan sebagai integer dalam
skema satu dan karakter string dalam skema lain. Konflik unit
pengukuran dapa terjadi jika satu skema merepresentasikan WEIGHT
dalam pon dan lainnya dalam kilogram.
b. Konflik diantara constraint : Dua skema mungkin mempunyai constrain
berbeda, sebagai contoh, key pada tipe entiti mungkin berbeda setiap
skema. Contoh lain melibatkan constraint terstruktur yang berbeda pada
relasi seperti TEACHES; satu skema mungkin direpresentasikan 1:N
sementara lainnya M:N.
2. Modifikasi view untuk kesesuaian dengan lainnya : satu skema dimodifikasi
sehigga sesuai dengan skema lainnya. Beerapa konflik diidentifikasi sebagai hal
perama yang harus dipecahkan.
3. Menggabungkan view : Skema global dibuat dengan menggabungkan skema
individu. Konsep yang berhubungan direpresaentasikan hanya sekali dalam
31
BAB 2 DESAIN BASIS DATA
skema global dan pemetaan antara view dan skema global ditentukan. Hal ini
merupakan langkah yang sulit untuk melakukan pada basis data yang
sebenarnya yang melibatkan ratusan entiti dan relasi. Hal ini melibatkan
sejumlah intervensi manusia dan negosiasi untuk memecahkan konflig dan
mendapatkan solusi yang dapat diterima untuk skema global.
4. Restrukturisasi : sebagai langkah akhir, skema global dianalisa dan
direstrukturisasi untuk memindahkan redundansi dan konpleksitas yang tidak
perlu.
Beberapa ide diatas dapat dilihat pada contoh sederhana Gambar 2-4 dan 2-5.
Gambar 2-4, dua view digabungkan untuk membuat basis data bibliografi. Selama
identifikasi dari korespondensi antara dua view, ditemukan RESEARCHER dan
AUTHOR adalah synonym, demikian juga CONTRIBUTED_BY dan WRITTEN_BY.
Kemudian, menentukan modifikasi VIEW 1 untuk memasukan SUBJECT untuk
ARTICLE, seperti Gambar 2-4, untuk konfirmasi ke VIEW 2. Gambar 2-5

menunjukkan hasil penggabungan sebagai MODIFIED VIEW 1 dengan VIEW 2.


Generalisasi tipe entiti ARTICLE dan BOOK ke dalam tipe entiti PUBLICATION,
dengan atribut umum Title. Relasi CONTRIBUTED_BY dan WRITTEN_BY
digabungkan, demikian juga tipe entiti RESEARCHER dan AUTHOR. Atribut
Publisher diaplikasikan hanya pada tipe entiti BOOK dimana atribut Size dan relasi tipe
PUBLISHED_IN diaplikasikan hanya ke ARTICLE.
Tahap 2b : Desain Transaksi
Tujuan dari tahap 2b, dimana proses dilakukan paralel dengan tahap 2, untuk
mendesain karaktersitik transaksi basis data yang diketahui (aplikasi) dengan cara
DBMS-independent. Jika suatu sistem basis data dirancang, perancang sadar beberapa
aplikasi yang diketahui (atau transaksi) yang akan dijalankan dalam basis data
diimplementasikan. Bagian terpenting dari perancangan basis data adalah menentukan
karakteristik fungsi transaksi tersebut sebelumnya dalam proses perancangan. Hal ini
menjamin skema basis data akan memasukan semua informasi yang dibutuhkan oleh
transaksi tersebut.
32
BAB 2 DESAIN BASIS DATA

Gambar 2-4: Modifikasi view untuk konfirmasi sebelum integrasi.


33
BAB 2 DESAIN BASIS DATA

Gambar 2-5: Skema terintegrasi setelah menggabungkan view 1 dan view 2.

Teknik yang umum digunakan untuk menentukan transaksi pada level konseptual
adalah mengidentifikasi input/output dan functional behavior. Dengan menentukan
parameter input dan ouput dan aliran fungsi internal, desainer dapat mennetukan
transaksi secara konseptual dan dengan cara system-independent. Transaksi
dikelompokkan dalam tiga kategori :
(1) Retrieval transaction, yang digunakan untuk menampilkan data ke layar atau untuk
produksi pelaporan.
(2) Update transaction, yang digunakan untuk memasukkan data baru atau
memodifikasi data yang sudah ada pada basis data.
(3) Mixed transaction, yaitu digunakan untuk aplikasi yang komplek yang melakukan
retrieval dan update. Sebagai contoh, misalnya basis data pemesanan tiket pesawat
(airline reservation). Retrieve transaction menampilkan daftar semua pesawat pagi
antara dua kota. Update transaction berupa booking tempat duduk pada jalur
tertentu. Mixed transaksi pada penampilan beberapa data seperti menampikan
reservasi pelanggan pada beberapa penerbangan, dan kemudian mengubah basis

data seperti membatalkan reservasi dengan menghapusnya, atau menambah segmen


penerbangan untuk reservasi yang sudah ada. Transaksi (aplikasi) dapat
menggunakan POWER BUILDER atau Developer 2000 (Oracle).
34
BAB 2 DESAIN BASIS DATA
2.3.3 Tahap 3 : Pemilihan DBMS
Pemilihan DBMS berdasarkan beberapa faktor, beberapa hal teknis, ekonomi dan
kebijakan organisasi. Faktor teknis berhubungan dengan ketepatan DBMS yang dipilih.
Yang termasuk faktor teknis adalah tipe DBMS (relational, object-relational, object,
lainnya), struktur penyimpan dan akses path yang didukung DBMS, ketersediaan antar
muka pemakai dan pemrogram, tipe bahasa query tingkat tinggi, ketersediaan alat bantu
pengembangan, kemampuan berhubungan dengan DBMS lain melalui media standatd,
pilihan arsitektur yang berhubungan dengan operator client-server dan lain sebagainya.
Faktor non teknis termasuk di dalamnya status finansial dan dukungan organisasi
terhadap vendor. Hal-hal yang harus dipertimbangkan secara ekonomi dan faktor
organisasi adalah ;
1. Software acquisiton cost : Merupakan harga up-front dalam pembelian perangakt
lunak, termasuk pilihan bahasa, pilihan antar muka seperti form, menu dan antar
muka Web berbasis GUI, pilihan recovery/backup, metode akses khusu dan
dokumentasi. Versi DBMS yang tepat untuk sistem operasi harus dipilih
Biasanya, alat bantu pengembangan, alat bantu desain dan dukungan bahasa
tambahan tidak termasuk dalam harga dasar.
2. Maintenance cost : Berhubungan dengan harga layanan pemeliharaan standart dari
vendor dan untuk menjaga versi DBMS tetap up to date.
3. Hardware acquisition cost : perangkat keras baru mungkin diperlukan, seperti
memory, terminal, disk drive dan controller baru, atau penyimpan DBMS khusus.
4. Database creation and conversion cost : Berhubungan dengan biaya pembuatan
sistem basis data dari konversi sistem yang sudah ada ke perangkat lunak DBMS
baru. Operasi sistem yang sudah ada dilakukan paralel dengaan sistem baru sampai
semua aplikasi diimplementasikan penuh dan diujicoba.
5. Personal cost : Akuisisi perangkat lunak DBMS untuk pertama kali oleh organisasi
biasanya dilakukan dengan reorganisasi departemen data processing.
6. Training cost : Karena DBMS biasanya berupa sistem komplek, personal harus
ditraining menggunakan dan memprogram DBMS. Training diperlukan pada
semua level, termasuk programming, pengembangan aplikasi dan administrasi
basis data.
35
BAB 2 DESAIN BASIS DATA
7. Operating cost : Biaya operasi lanjutan dari sistem basis data biasanya tidak
termasuk dalam evaluasi.
Keuntungan DBMS tidak mudah diukur dan dihitung. DBMS mempunyai
beberapa keuntungan dibandingkan sistem file, seperti mudah penggunaan, konsolidasi
informasi perusahaan yang lebih luas, ketersediaan data yang lebih luas, dan akses yang
lebih cepat ke informasi. Dengan akses berbasis Web, bagian data dapat dibuat akses
global seperti pemakai luar. Keuntungan lainnya adalah mengurangi biaya
pengembangan aplikasi, mengurangi redudancy data dan keamanan dan kontrol yang

lebih baik. Basis data sudah digunakan pada banyak organisasi, keputusan berpindah
dari aplikasi berbasis file ke basis data terpusat dikarenakan faktor-faktor berikut :
1. Kompleksitas data : Relasi data menjadi lebih kompleks, memerlukan DBMS
yang kuat.
2. Sharing diantara aplikasi : Semakin besar sharing antar aplikasi, semakin banyak
redundansi file dan lebih besar kebutuhan akan DBMS
3. Perumbuhan dan perubahan data secara dinamis : Jika data berubah secara
konstan, lebih mudah untuk melakukan perubahan dengan DBMS dibandingkan
dengan sistem file.
4. Frekuensi permintaan ad hoc data : Sistem file tidak cukup tepat untuk
penampilan data ad hoc
5. Voleme data dan kebutuhan untuk kontrol : Volume data yang besar dan
kebutuhan mengontrol memerlukan DBMS
Beberapa faktor ekonomi dan organisasi yang berakibat pemilihan suatu DBMS:
1. Organization-wide adoption of a certain philosopy : Biasanya merupakan faktor
dominan yang berakibat pada penerimaan model data (misalnya, relational
versus obyek), vendor, metodologi pengembangan dan alat bantu (misalnya,
penggunaan analisa berorientasi obyek dan alat bantu desain dan methodologi
dibutuhkan oleh semua aplikasi baru.
2. Familiarity of personnel with the system : Jika staff programming dalam
organisasi familiar dengan DBMS tertentu, dapat mengurangi biaya training dan
waktu pembelajaran.
3. Availability of vendor service : ketersediaan asisten vendor dalam pemecahan
permasalahan dengan sistem sangat penting, karena perubahan dari non-DBMS
ke lingkungan DBMS kebanyakan membutuhkan bantuan vendor pada awalnya.
Beberapa DBMS sekarang mempunyai versi yang berjalan pada beberapa
konfigurasi perangkat keras / perangkat lunak (platform). Kebutuhan aplikasi untuk
backup, recovery, performansi, integritas dan sekuriti harus juga dipertimbangkan.
Beberapa DBMS sekarang dirancang sebagai solusi total untuk pemrosesan informasi
dan manajemen sumber daya informasi yang diperlukan dalam organisasi. Kebanyakan
vendor DBMS mengkombinasikan produk mereka dengan pilihan berikut :
Editor teks dan browser
Pembangkit laporan dan daftar utilitas
Perangkat lunak komunikasi
Entri data dan menampilkan form, layar, dan menu dengan pengeditan otomatis
Alat bantu untuk mengakses World Wide Web
Alat bantu merancang basis data grafis.
2.3.4 Tahap 4 : Pemetaan Model Data (Desain Basis Data Logika)
Tahap berikutnya dari perancangan basis data adalah membuat skema
konseptual dan skema eksernal damal model data dari DBMS terpilih dengan
memetakan skema tersebut. Proses pemetaan dalam dua bentuk :
1. System-independet mapping : Pada bentuk ini, pemetaan tidak
mempertimbangkan karakteristik khusus datau kasus khusus yang diaplikasikan
ke implementasi DBMS dari model data.
2. Tailoring the schemas to aspecific DBMS : DBMS yang berbeda
mengimplementasikan model data dengan menggunakan pemodelah khusus.
Hasil dari tahap ini berupa pernyataan DDK dalam bahasa DBMS terpilih yang
merupakan skema level konseptual dan eksternal dalam sistem basis data. Tetapi jika
pernyataan DDL termasuk beberapa parameter rancangan fisik, spesifikasi DDL yang

lengkap harus menuggu setelah tahap rancangan basis data fisik selesai. Beberapa alat
bantu CASE (computer-assisted software engineering) otomatis dapat membangkitkan
DDb untuk sistem komersial dari rancangan skema konseptual.
37

2.3.5 Tahap 5 : Desain Basis Data Fisik


Perancangan basis data fisik adalah proses memilih struktur penyimpan khusus
dan mengakses path untuk file basis data untuk mendapatkan performansi yang baik
pada aplikasi basis data. Setiap DBMS menawarkan berbagai pilihan organisasi file dan
akses path. Termasuk di dalamnya berbagai tipe pengindeksan, clustering record yang
berhubungan melalui pointer dan berbagai tipe hashing. Bila suatu DBMS dipilih,
proses perancangan basis data fisik dibatasi pada struktur yang tepat utuk file basis data
melalui pilihan yang ditawarkan DBMS. Kriteria berikut biasanya digunakan untuk
menuntun pemilihan rancangan basis data fisik :
1. Waktu respon : Merupakan waktu antara pengiriman transaksi basis data untuk
eksekusi dan penerimaan respon.
2. Utilitas ruang penyimpan : Merupakan jumlah ruang penyimpan yang
digunakan file basis data dan struktur akses path pada disk, termasuk
pengindeksan dan akses path lain.
3. Transaction throughput : Merupakan jumlah transaksi rata-rata yang dapat
diproses per metnin, merupakan parameter kritis dari sistem transaksi seperti
yang digunakan pada reservasi pesawat atau bank.
Hasil dari rancangan basis data fisik dalam tahap ini merupakan ketentuan awal
dari struktur penyimpan dan akses path untuk file basis data. Juga selalu diperlukan
modifikasi rancangan berdasarkan observasi performansi setelah sistem basis data
diimplementasikan. Aktifitas tahap berikutnya adalah tuning basis data.

2.3.6 Tahap 6 : Implementasi Basis Data dan Tuning


Setelah rancangan logika dan fisik selesai, kita dapat mengimplementasikan
sistem basis data. Hal ini merupakan tanggung jawab DBA bersama desainer basis data.
Pernyataan dalam DDL (data definition language) termasuk SDL (storage definition
language) dari DBMS terpilih dikompilasi dan digunakan untuk membuat skema basis
data dan file basis data (kosong). Basis data dapat kemudian dipopulasikan dengan
data. Jika data diubah dari sistem komputerisasi sebelumnya, rutin konversi diperlukan
untuk format kembali data untuk menyimpan ke basis data baru.

Transaksi basis data harus diimplementasikan dengan aplikasi yang dibuat


programming berdasarkan spesifikasi konseptual dari transaksi dan kemudian menulis
dan melakukan uji coba kode porgram dengan perintah DML. Jika transaksi siap dan
data disimpan ke basis data, tahap rancangan dan implementasi selesai dan tahap operasi
dari sistem basis data dimulai.

Anda mungkin juga menyukai