LP HDR
LP HDR
LP HDR
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH (HDR)
A. KASUS (MASALAH UTAMA)
Harga Diri Rendah (HDR)
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
a. Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai ideal (Stuart & Sundeen, 1995)
b. Harga diri rendah adalah individu merasa kenyataan dirinya menjadi mendekati
ideal diri, mempunyai harga diri tinggi, sedangkan individu yang merasa dirinya
jauh dari titik kesesuaian antara ideal diri dengan kenyataan akan mempunyai
harga diri rendah (Iis Comone & Taylore, 1998).
c. Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya
diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, dalam Fitria, 2009).
d. Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima
lingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry, dalam Yosep,
2009).
2. Klasifikasi
Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.
3. Etiologi
Harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh korupsi, dipenjara tiba-tiba). Pada
klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
1) Privacy yang harus diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
2) Harapan akan struktur bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit.
Keliat (1999) menguraikan empat cara untuk meningkatkan harga diri, yaitu:
1) Memberi kesempatan untuk berhasil
2) Menanamkan gagaasan
3) Mendorong aspirasi
4) Membantu membentuk koping
b. Penatalaksanaan Medis
1) Clorpromazine (CPZ)
a) Indikasi: untuk sindrom psikosis yaitu berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi, gangguan perasaan
dan perilaku aneh, tidak bekerja, hubungan sosial dan melakukan aktivitas
rutin.
b) Efek samping: sedasi, gangguan otonomik serta endokrin.
2) Haloperidol (HPL)
dan idiopatik.
Efek samping: hipersensitif terhadap trihexyphenidyl, psikosis berat,
DATA
DS:
MASALAH
Harga Diri Rendah
umpan
balik
negatif
tentang dirinya
Mengungkapka rasa malu, minder &
menyalahkan diri
Rasionalisasi kegagalan pribadi
DO:
2.
DS:
orang lain
Merasa tidak aman ditengah orang
banyak
DS:
Sedih, afek tumpul
Menjadi tidak komunikatif, menarik
diri, kosong, kontak mata kurang
Asik dengan pikiran-pikiran sendiri,
menolak tindakan yang bermakna
Mengekspresikan perasaan kesedihan
Tidak kooperatif
Disfungsi interaktif dengan teman
sebaya, keluarga, orang lain
Diri
POHON MASALAH
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Harga Diri Rendah berhubungan dengan Koping Individu Tidak Efektif
2. Isolasi Sosial : Menarik Diri
F. RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
Harga Diri Rendah TUM :
Kronik
Klien
memiliki
konsep diri yang
positif
TUK 1
Setelah interaksi selama 1
Klien dapat membina x 15 menit diharapkan:
hubungan
saling Ekspresi
wajah
klien
percaya.
bersahabat, menunjukkan
rasa senang, ada kontak
mata,
mau
berjabat
tangan,mau menyebutkan
nama, mau menjawab
salam,
mau
duduk
berdampingan
dengan
perawat,
mau
mengutarakan
masalah
yang dihadapi
TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Bina
hubungan
saling
percaya
dengan
menggunakan
prinsip
komunikasi terapeutik :
a. Sapa klien dengan nama baik
verbal maupun non verbal.
b. Perkenalkan diri dengan
sopan.
RASIONAL
1.
a.
b.
c.
d.
Hubungan saling
percaya menjadi dasar
keterbukaan
klien
kepada perawat.
Memulai pertemuan
dengan menyapa klien
dengan sopan.
Saling berkenalan
akan
menimbulkan
rasa
keakraban
dengan klien.
Menimbulkan rasa
kenyamanan
klien
saat berinteraksi.
Klien
mengerti
maksud
perawat
melakukan interaksi
dengannya.
Menambah
rasa
percaya klien kepada
perawat.
Menimbulkan
kenyamanan
klien
karena
perawat
kebutuhan dasar
TUK 2
Klien
dapat
mengidentifikasi
kemampuan
dan
aspek positif yang di
milikinya.
TUK 3
Setelah interaksi selama
Klien dapat menilai 1x15 menit diharapkan
kemampuan
yang klien menilai kemampuan
digunakan.
yang dapat digunakan di
RSJ,
klien
menilai
kemampuan yang dapat
digunakan dirumah
menerima
keadaan
mereka.
g.
Dengan memberi
perhatian, klien akan
merasa nyaman saat
berinteraksi.
1. Mengetahui
kemampuan
yang
dimiliki klien
2. Mengetahui berbagai
macam kemampuan
yang dimiliki klien.
3. Pujian
akan
menambah motivasi
klien
untuk
mengungkapkan
kemampuannya.
1. Mengetahui
kemampuan apa saja
yang
masih
bisa
dilakukan
selama
dirawat.
2. Merencanakan
kemampuan
yang
akan dilakukan di
rumah
3. Pujian
akan
menambah
notivasi
klien beraktifitas.
TUK 4
Klien
dapat
menetapkan
dan
merencanakan
kegiatan
sesuai
dengan kemampuan
yang dimiliki.
TUK 5
Klien
dapat
melakukan kegiatan
sesuai kondisi sakit
dan kemampuannya.
TUK 6
Klien
dapat
memanfaatkan sistem
pendukung yang ada.
1. Merencanakan
kegiatan yang dapat
dilakukan di rumah
sakit.
2. Mempermudah klien
dalam
memahami
kegiatannya.
3. Menambah motivasi
klien
untuk
melakukan kegiatan
lain
4. Membuat
jadwal
kegiatan
sesuai
kemampuan klien.
1. Mengetahui
kemampuan
klien
dalam
melakukan
suatu kegiatan.
2. Menambah motivasi
klien untuk melakuan
kegiatan lain.
3. Bertukar
pikiran
tentang kegiatan yang
akan
dilakukan
dirumah.
1. Menambah
pengetahuan keluarga
tentang cara merawat
klien dengan harga
diri rendah.
2. Membantu keluarga
untuk
memotivasi
dirawat.
3. Jelaskan cara pelaksanaan
jadwal kegiatan klien di
rumah.
4. Anjurkan keluarga memberi
pujian pada klien setiap
berhasil.
G.
H. IMPLEMENTASI
I. Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari rencana
keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana
tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri dan kolaboratif. Pada situasi
nyata sering impelmentasi jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat
belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan tindakan
keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan,
dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat
jika berakibat fatal dan juga tidak memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan
tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah
rencana perawatan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai kondisi saat ini. Setelah
semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat
akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan klien dilaksanakan.
Dokumentasikan semua tidakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien ( Keliat,
2002, hal 15).
J. Evaluasi
K.
Hasil yang ingin dicapai pada klien dengan kerusakan interaksi sosial
Q. DAFTAR PUSTAKA
R.
S.
Azis R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo.
T.
U.
Carpenito, Lynda Jual. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC, Jakarta.
V.
Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
W.
Keliat, Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
X.
Y.
Stuart and Sundeen. 1995. Buku Keperawatan (Alih Bahasa) Achir Yani S. Hamid.
Edisi 3. Jakarta : EGC
Z.
Stuart GW, Sundeen SJ. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC.
AA.
AB.