Aspek Traumatologi Dalam Bidang Forensik
Aspek Traumatologi Dalam Bidang Forensik
Aspek Traumatologi Dalam Bidang Forensik
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan
atas jaringan tubuh yang masih hidup, sedangkan logos berarti ilmu.
Traumatologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma
atau perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan
(rudapaksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas
jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas. Luka merupakan kerusakan
atau hilangnya hubungan antara jaringan (discontinuous tissue) seperti jaringan
kulit, jaringan lunak, jaringan otot, jaringan pembuluh darah, jaringan saraf dan
tulang.1
Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari
sejarah dan perkembangan hukum acara pidana. Luka merupakan salah satu
kasus tersering dalam kedokteran Forensik. Luka dapat terjadi pada korban
hidup maupun korban mati. Dalam sebuah survey di sebuah rumah sakit di
selatan tenggara kota London dimana didapatkan 425 pasien yang dirawat oleh
karena kekerasan fisik yang disengaja. Beberapa jenis senjata digunakan
pada
68
dari
147
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.2 Panah merah merupakan sisi tumpul pisau dan panah biru merupakan
sisi lancip pisau
Alat yang memiliki titik atau ujung dapat menyebabkan luka tusuk. Tidak
A.2 KARAKTERISTIK LUKA
Pada luka tusuk, panjang luka pada kulit dapat sama, lebih kecil ataupun
lebih besar dibandingkan dengan lebar pisau. Pada bagian tertentu pada tubuh,
dimana terdapat dasar berupa tulang atau serat otot, luka itu mungkin nampak
berbentuk seperti kurva. Panjang luka penting diukur dengan cara merapatkan
kedua tepi luka sebab itu akan mewakili lebar alat. Panjang luka di permukaan
kulit tampak lebih kecil dari lebar alat, apalagi bila luka melintang terhadap otot.
Bila luka masuk dan keluar melalui alur yang sama maka lebar luka sama
dengan lebar alat. Tetapi sering yang terjadi lebar luka melebihi lebar alat kerena
tarikan ke samping waktu menusuk dan waktu menarik. Demikian juga bila alat
/ pisau yang masuk kejaringan dengan posisi yang miring.
Bentuk dan ukuran dari luka tusuk di kulit tergantung pada jenis pisau,
arah dorong, gerakan pisau saat menusuk, pergerakan korban saat ditusuk, dan
keadaan elastisitas kulit. Ketajaman alat dapat menentukan batas luka, tepinya
dapat tajam dan teratur, kulit terkelupas, memar ataupun bergerigi.2
Bagian-bagian pisau :
Grip
Guard
Ricasso
Back
Spine
Edge
Point
pisau ditusukan sampai pada bagian Ricasso, luka dapat berbentuk persegi pada
kedua ujungnya.
Bentuk tusukan luka di kulit tidak hanya dapat ditentukan oleh bentuk
pisau, tetapi juga ditentukan oleh sifat-sifat kulit. Luka tusuk berbentuk panjang
dan tipis saat kulit dalam keadaan tegang, dan dapat lebih luas lagi saat kulit
berelaksasi.
Garis Langer juga dapat mempengaruhi bentuk luka. Garis Langer adalah
pola dari serat elastis dalam lapisan dermis kulit, yang kira-kira sama antara
individu satu dan individu lainnya. Ahli bedah plastik memanfaatkan dari pola
serat ini untuk menghilangkan bekas luka. Jika seseorang ditusuk di garis ini,
yaitu tegak lurus dengan serat, serat akan memisahkan tepi luka, menciptakan
luka yang terbuka. Luka tusukan yang sejajar dengan garis Langer akan
menghasilkan luka seperti celah sempit.
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi bentuk luka yaitu bentuk dan
ukuran senjata yang digunakan, arah dorongan, gerakan senjata pada luka,
gerakan korban yang ditusuk, dan keadaan elastisitas kulit. Bentuk luka
merupakan gambaran yang penting dari luka tusuk karena karena hal itu akan
sangat membantu dalam membedakan berbagai jenis senjata yang mungkin telah
dikumpulkan oleh polisi dan dibawa untuk diperiksa. Daerah tepi luka dapat
memberikan informasi ketajaman senjata yang digunakan. Senjata yang tumpul
misalnya akan membuat tepi luka mengalami abrasi. Pinggir luka dapat
menunjukan bagian yang tajam (sudut lancip) dan tumpul (sudut tumpul) jika
digunakan pisau bermata satu. Kedua sudut luka berbentuk lancip jika
digunakan pisau bermata dua. Bentuk luka juga tergantung seberapa banyak
bagian pisau (senjata) yang masuk ke dalam tubuh, oleh karena itu penting
mengetahui berbagai kemungkinan bentuk senjata yang digunakan.
Perlu diingat bahwa benda lain yang dapat menembus tubuh, seperti pahat,
obeng atau gunting, akan menyebabkan perbedaan bentuk luka yang kadangkadang berbentuk segi empat atau, yang lebih jarang berbentuk satelit.
Selain kekhususan senjata yang digunakan, sifat ke-elastisan kulit dan arah
tusukan terhadap serabut elastis juga mempengaruhi bentuk luka. Apabila arah
tusukan membentuk sudut yang tegak lurus dengan distribusi serabut elastis
tubuh yang sesuai dengan Langers line, hal ini akan menyebabkan tepi luka
akan melebar dan cetakan luka tidak sesuai dengan senjata yang digunakan.2
Gambar 2.4 Luka tusuk pada beberapa tempat, menggunakan pisau yang sama
tetapi memiliki variasi ukuran luka yang berbeda.
Gambar 2.5 Luka yang tegak lurus dengan garis Langer (B), luka yang searah
dengan garis Langer (C).
Bentuk Luka tusuk tergantung dari lokasi luka dan bentuk penampang alat
penyebab luka. Pada alat-alat tubuh parenkim dan tulang, bentuk luka tusuk
sesuai penampang alat penyebabnya.
Pada kulit atau otot
a.
Alat pisau:
7
c.
2.
3.
4.
yang digunakan.
Tusukan masuk
yang
kemudian
dikeluarkan
dengan
5.
10
Gambar 2.7 Bunuh diri dengan luka tusuk pada dada kiri
dari
hematothorax,
perdarahan
eksternal,
dan
12
13
2. Bunuh diri
Bunuh diri dengan metode menusuk diri jarang ditemukan. Ketika
seseorang memutuskan untuk menusuk diri mereka sendiri, orang tersebut
biasanya akan membuka kancing atau membuka pakaian di mana daerah
tersebut akan ditusuk. Luka tusuk yang paling sering melibatkan dada
bagian tengah dan kiri dan jumlahnya menyebar, dengan banyak luka dan
dengan penetrasi minimal. Luka tusukan bunuh diri mempunyai variasi
dalam ukuran dan kedalamannya, dan berakhir dengan satu atau dua luka
tusukan di dinding dada maupun ke organ internal.
Ciri luka tusuk pada bunuh diri :
Ditemukan
luka
tusuk
percobaan
disekitar
luka
utama,
Kadang kadang
cadaveric spasme
3. Kecelakan
Pada kasus tertentu hasil pemeriksaan luka tusuk kadang kadang
dapat membantu menentukan alat atau benda penyebab luka yaitu, bila
luka tusuk dibagian tubuh yang bentuknya stabil, misalnya dada dan
ditemukan beberapa alat yang dicurigai sebagai penyebab luka, ditemukan
patahan ujung senjata penyebab luka.
14
Pedoman :
a. Panjang luka adalah ukuran maksimal dari lebar senjata.
b. Dalam luka adalah ukuran maksimal dari panjang luka.
A.6. PENYEBAB KEMATIAN
Sebab-sebab kematian pada luka tusuk dibagi menjadi dua, yaitu langsung
dan tidak langsung. Pada kematian langsung biasanya terjadi perdarahan,
kerusakan organ tubuh yang penting (jantung, hepar, pembuluh darah besar,
dsb), dan emboli udara. Pada kematian tidak langsung biasanya terjadi karena
sepsis atau infeksi.
Penyebab kematian paling sering pada kasus pembunuhan yang
disebabkan oleh luka tusuk adalah perdarahan hebat pada pembuluh darah besar.
Cepat atau tidaknya kematian tergantung pada jumlah pembuluh darah yang
terluka, dan juga jenis pembuluh darah apa saja yang terkena (arteri atau vena).
Perdarahan arteri dari pembuluh darah besar bisa mengakibatkan kematian yang
relatif cepat. Kehilangan darah lebih dari 1 liter dari pembuluh darah besar dapat
berakibat fatal. Namun beberapa liter darah mungkin juga dapat hilang dari
pembuluh vena yang lebih kecil sebelum kematian terjadi. Dalam luka tusuk
pada bronkus, dapat terjadi perdarahan kecil yang terakumulasi pada rongga
dada dan rongga perut.
Ketika terjadi tusukan pada leher, juga harus dipertimbangkan penyebab
kematian seperti aspirasi darah dan emboli udara. Terpotongnya trakhea dapat
menyebabkan aspirasi darah ke dalam paru-paru. Kehilangan darah dari
pembuluh darah yang kecil, misalnya pada pembuluh darah pada kelenjar tiroid
dimana cukup untuk menyebabkan aspirasi. Dalam luka terbuka pada pembuluh
darah vena jugularis, udara dapat masuk ke pembuluh darah ketika tubuh berada
dalam posisi tegak. Terpotongnya vena jugularis dapat menimbulkan emboli
udara yang dapat menyumbat arteri pulmonalis. Jika ada udara yang terangkut
ke ventrikel kanan melalui aliran darah, emboli udara dapat terjadi, yang dapat
menyebabkan kematian.
15
Kematian karena
sentral jarang terjadi. Tamponade jantung terjadi setelah darah mengalir dari
jantung atau pembuluh darah besar yang berdekatan tidak dapat keluar dari
perikardium. 3 4
B. LUKA IRIS
B.1 DEFINISI
Luka iris adalah luka superfisial akibat permukaan benda tajam yang
ditekankan ringan sambil digeser secara tangensial pada permukaan
kulit. Luka iris dapat disebabkan oleh pisau dapur, pisau cukur, box
cutter atau benda bertepi tajam lain misalnya pecahan kaca, logam,
bahkan kertas. 5 6
Gambar 2.9 Tekanan ringan benda tajam (pisau) sambil digeser pada
permukaan kulit menghasilkan luka
B.2. KARATERISTIK DAN ANATOMI LUKA IRIS 5 6
Ciri utama luka iris dibanding luka akibat benda tajam lainnya adalah
1. Panjangnya melebihi kedalamannya, sebab terjadi akibat tekanan ringan
benda tajam sewaktu digeserkan pada permukaan kulit, seperti pada
gambar di bawah ini. Dengan demikian panjang dan dalam luka iris sama
sekali tidak menginformasikan ukuran benda tajam penyebab. Luka iris
16
Gambar 2.10 Luka iris pada wajah, tampak panjang luka melebihi
kedalamannya
2. Ujung luka iris seringkali superfisial, kemudian agak dalam di tengah,
dan kembali superfisial pada ujung lainnya. Benda tajam yang mengenai
kulit secara oblik akan membentuk bevel luka. Jika sudutnya jauh lebih
ekstrim maka luka akan memiliki flap. Bila irisan benda tajam mengenai
permukaan kulit yang tidak rata maka dengan sekali geser akan terbentuk
banyak luka dengan tepi terputus-putus disebut wrinkle wound. 3
Gambar 2.11 Wrinkle wound, pisau tergeser pada permukaan kulit yang tidak
rata
3. Luka iris menyerupai laserasi (luka robek), sehingga kerap sulit
dibedakan. Luka robek yang merupakan luka akibat kekerasan benda
tumpul umumnya bertepi tidak rata dan memiliki jembatan jaringan
disertai abrasi atau kontusio di sekitarnya. Sebaliknya, luka iris tepinya
17
Gambar 2.12 Bandingkan luka iris (A) dan luka robek (B). Adanya
jembatan jaringan membantu membedakan keduanya)
4. Luka iris umumnya terjadi pada bagian tubuh yang mudah terpapar
misalnya kepala, leher, dan lengan.
percobaan bunuh diri, luka iris umumnya ditemukan pada area fatal dan
mudah dijangkau misalnya permukaan radial pergelangan tangan
kontralateral. Sedangkan pada kasus pembunuhan umumnya di daerah
leher3.
5. Luka iris pada leher umumnya merupakan akibat upaya pembunuhan.
Sangat jarang akibat kecelakaan atau bunuh diri. Ada dua gambaran luka
iris pada kasus pembunuhan, bergantung dari arah mana pelaku melukai.
Umumnya, leher korban diiris dari arah belakang, kepala dipegang, leher
dipaparkan,
lalu
pisau
diiriskan
melintang
hingga
mencapai
tenggorokan. Luka iris bisa mencapai tepi bawah telinga hingga ke sisi
sebelah.
18
Gambar 2.13 Luka iris leher pada sebuah kasus pembunuhan dari arah
belakang. A. Irisan bermula dari tepi bawah telinga menuju ke bawah
hingga mencapai midline leher, lalu kembali ke sisi leher sebelah. B.
Tepi terminal luka terletak lebih rendah dibanding tepi.
Luka iris pada kasus pembunuhan dari arah depan umumnya pendek dan
membentuk sudut tertentu. Bila pelaku menggunakan tangan kanan maka
luka iris umumnya di sisi kiri leher korban, bila luka juga terjadi pada
sisi kanan maka biasanya jumlahnya lebih sedikit. Luka melintang
cenderung teletak medial dan mengalami sedikit perluasan ke kiri atau ke
kanan3.
19
Gambar 2.14 Luka iris leher pada sebuah kasus pembunuhan dari arah
depan
Luka iris khusus
a. .Hesitation wound (luka percobaan) merupakan luka iris yang
mengawali perlukaan yang lebih fatal pada upaya bunuh diri,
biasanya akibat rangsangan nyeri atau timbul keraguan selama
upaya tersebut. Luka percobaan sangat supefisial bahkan
menyerupai ketebalan selembar kertas3.
Gambar 2.14 Tampak luka percobaan di sekeliling luka iris utama pada
upaya bunuh diri
b. Defense wound (luka tangkis) adalah luka iris akibat upaya
perlawanan korban terhadap pelaku bersenjata tajam. Luka
20
21
pada leher. Jika terjadi pada arteri kecil biasanya jarang menimbulkan
kematian, karena proses koagulasi dan lebar dari pembuluh darahnya yang
memungkinkan terjadinya penghentian perdarahan.
C. LUKA BACOK (chopped wound)
C.1. DEFINISI 8 9
Luka bacok adalah luka yang diakibatkan senjata tajam yansg berat dan
diayunkan dengan tenaga akan menimbulkan luka menganga. Contoh: pedang,
arit, kapak, golok, dll. Luka ini sering sampai ketulang. Kehadiran luka iris
yang terdapat pada kulit, dengan fraktur comminuted mendasari atau terdapat
alur yang dalam pada tulang, menunjukkan bahwa disebabkan oleh senjata
yang bersifat membacok.
C.2.KARAKTERISTIK 8 9
karakteristik luka bacok:
Ukuran luka bacok baiasanya besar
Tepi luka bacok tergantung pada mata senjatanya
Sudut luka bacok tergantung pada mata senjata
Hampir selalu mengakibatkan kerusakan pada tulang
Kadang-kadang memutuskan tubuh yang terkena bacokan
Disekitar luka dapat ditemukan luka memar (contusio) atau luka lecet
(abrasio)
C.3. ANATOMI DAN MEKANISME
7 9 10
arteri pulmonalis. Luka Bacok pada otak paling sering ditemui. Sebagian
besar Bacokan terjadi pada
diayunkan secara kuat dari arah samping. Luka bacokan pada kepala
sangat membahayakan,. Kematian dalam kasus seperti ini terjadi karena
perdarahan hebat yang diakibat luka yang menganga besar.
2. Luka Bacok pada thorax
Luka bacokan yang paling sering terjadi
terletak di daerah
23
yang terluka, ukuran luka, dan juga jenis pembuluh darah apa saja yang terkena
(arteri atau vena).
Tabel 2.1 Perbedaan luka pada pembunuhan, bunuh diri dan kecelakaan
2. TRAUMA TUMPUL
A. LUKA ROBEK
A.1 DEFINISI
Luka robek atau laserasi adalah luka terbuka yang disebabkan karena
persentuhan dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek
seluruh lapisan kulit dan jaringan di bawahnya.7
A.2 KARATERISTIK DAN ANATOMI
ciricirinya sebagai berikut : 11
Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata
Bila ditautkan tidak dapat rapat ( karena sebagaian jaringan hancur )
Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan
Di sekitar garis batas luka di temukan memar
Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang
( misalnya daerah kepala, wajah atau ekstremitas )
24
Tajam
Tumpul
Bentuk luka
Teratur
Tidak teratur
Tepi luka
Rata
Tidak rata
Jembatan jaringan
Tidak ada
Ada
Rambut
Ikut terpotong
Dasar luka
Tidak teratur
Sekitar luka
11
25
Luka robek atau laserasi merupakan luka terbuka yang terjadi akibat
kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot.
Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu
tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan
kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi ireguler dan kasar.
Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan
dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan. Jembatan jaringan,
tepi luka yang ireguler, kasar dan luka lecet membedakan laserasi dengan luka
oleh benda tajam seperti pisau. Tepi dari laserasi dapat menunjukkan arah
terjadinya kekerasan. Sisi laserasi yang terdapat memar juga menunjukkan arah
awal kekerasan.
Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab
kekerasan tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang
berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan. Sehingga pukulan yang terjadi
karena palu tidak harus berbentuk permukaan palu atau laserasi yang berbentuk
semisirkuler. Sering terjadi robekan dari ujung laserasi yang sudutnya berbeda
dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan swallow tails. Beberapa benda
dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip.
Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut,
perubahan tersebut tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan awal yaitu
pembekuan dari darah, yang berada pada dasar laserasi dan penyebarannya ke
sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan darah yang bercampur dengan
bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk skar atau krusta. Jaringan
parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi
saluran luka. Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan
penyembuhan selesai. Laserasi yang terjadi setelah korban meninggal dapat
dibedakan dengan yang terjadi saat korban hidup yaitu tidak adanya perdarahan.
Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Laserasi yang multipel
yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan perdarahan
yang hebat sehingga dapat menyebabkan kematian. Adanya diskontinuitas kulit
26
atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari permukaan
luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan.
Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya
pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat
menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan
bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat menyebabkan emboli lemak
pada paru atau sirkulasi sistemik.
Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari
suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan limpa. Hal yang harus
diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang dapat terjadi
dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan
hebat.
A.4 CARA KEMATIAN
a.
Pembunuhan
Sebagian kematian akibat luka robek terjadi karena pembunuhan.
Dalam pembunuhan tersebut ,beberapa luka biasanya banyak tersebar di
tubuh. Luka robek tidak terlalu mengancam jiwa namun luka yang
melibatkan kepala dapat mengancam jiwa.
Ciri luka robek pada pembuhan :
b.
Kecelakan
Luka robek dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat
dari suatu trauma seperi pada organ jantung, aorta, hati dan limpa. Hal
yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit
27
yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat
menyebabkan perdarahan hebat.
A.5. PENYEBAB KEMATIAN 10 11
Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Laserasi yang multipel
yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan perdarahan
yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya
diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang
berasal dari permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke
dalam jaringan.
Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya
pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat
menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan
bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat menyebabkan emboli lemak
pada paru atau sirkulasi sistemik.
Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari
suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan limpa. Hal yang harus
diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang dapat terjadi
dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan
hebat.
B. LUKA MEMAR
B.1 DEFINISI
Luka memar (bruise / contussion) adalah jenis kekerasan benda tumpul (blunt
force injury) yang merusak atau merobek pembuluh darah kapiler dalam
jaringan subkutan sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya.2
B.2 KARAKTERISTIK 3
28
Luka memar dikarakteristikkan sebagai luka yang tidak merusak lapisan luar
kulit, namun merusak atau merobek pembuluh darah kapiler dalam jaringan
subkutan sehingga darah meresap ke jaringan sekitar dan dapat menyebabkan
pembengkakan. Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan
informasi mengenai bentuk dari benda tumpul adalah apa yang dikenal dengan
istilah perdarahan tepi (marginal haemorrhages), misalnya bila tubuh korban
terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat terdapat tekanan justru tidak
menimbulkan kelainan, perdarahan akan menepi sehingga terbentuk
perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua
kembang ban yang berdekatan.
29
B.4. MEKANISME 12
Terjadinya luka memar biasanya diawali oleh adanya suatu benturan atau
kekerasan dengan energi yang cukup untuk mengganggu permeabilitas
pembuluh darah sehingga terjadi pembengkakan di sekitar daerah tubuh yang
terkena benturan. Pembengkakan ini ditimbulkan oleh ekstrafasasi cairan dari
intravaskuler ke ruang intertisiel. Mula-mula pembengkakan timbul warna
merah kebiruan lalu warnanya berubah menjadi biru kehitaman pada hari ke-1
sampai hari ke-3. Setelah itu warnanya berubah menjadi biru kehijauan
kemudian coklat. Warna menghilang pada minggu pertama sampai minggu ke4. Proses perubahan struktur jaringan diatas yang sering disebut sebagai proses
peradangan (inflamasi) memiliki beberapa variasi tergantung lokasi dan
struktur jaringan disekitar luka memar. Apabila terjadi pada daerah jaringan
ikat longgar (mata, leher, atau pada lansia) maka luka memar yang tampak
seringkali tidak sebanding dengan kekerasan, dalam arti lebih luas.
Ada 4 faktor yang mempermudah terjadinya luka memar (contusio), yaitu:
1. Jaringan lemak yang berada dibawah jaringan sublutan.
2. Kulit (epidermis) yang tipis.
3. Wanita lebih mudah mengalami luka memar (contusion) daripada laki-laki.
4. Penyakit, seperti defisiensi vitamin K, penyakit kronis, hemophilia,
sirosis, dan lain-lain.
Hal yang harus diingat bahwa luka memar yang disebabkan oleh serangan benda
tumpul tidak dapat dilihat dengan segera. Dapat terlihat jejas sepanjang jaringan
tubuh yeng terkena trauma. Penampakan tempat dan waktu dari perubahan
warna harus dinilai secara teliti sebelum membuat diagnosa pasti. Luka memar
yang jelas terlihat pada wajah, leher, tungkai bawah, dan di sekitar mata kaki
30
dan kaki. Selain itu tidak semua luka memar disebabkan oleh serangan, luka
memar karena serangan dan yang bukan karena serangan dapat bercampur, jadi
diperlukan penekanan untuk membedakan antara lesi yang lama dengan yang
baru ketika memeriksa sebuah kasus yang dicurigai karena serangan.
Mekanisme jejas sel pada luka memar merupakan suatu proses biomolekuler sel
yang meliputi:
1. Ischemia.
Pada jejas reversible seperti luka memar, sel akan mengalami penurunan
aktifitas oksidasi fosforilasi karena sel mengalami iskemia (kekurangan suplai
nutrisi), sehingga terjadilah penurunan jumlah ATP (kalsium bebas dalam
sitosol meningkat) dan penurunan kemampuan pompa natrium. Penurunan
kemampuan pompa natrium ini berakibat ion natrium berakumulasi di dalam
sel, terjadi pembengkakan sel (peningkatan isoosmotik), dan difusi ion kalium
dari dalam sel.
Efek dari iskemia tidak berhenti sampai disini, Jejas sel pada luka memar juga
memacu peningkatan glikolisis anaerob yang mengakibatkan :
a. Penipisan cadangan glikogen.
b. Akumulasi asam laktat.
c. Akumulasi fosfat anorganik.
d. Penurunan pH intrasel.
Pada ribosom juga terjadi penurunan sintesis protein, fungsi mitokondria
menjadi
jelek,
kenaikan
permeabiltas
membran,
hingga
kerusakan
31
32
Luka lecet adalah luka akibat kekerasan benda yang memiliki permukaan
yang kasar sehingga sebagian atau seluruh lapisan epidermis hilang. Luka lecet
adalah suatu kerusakan yang mengenai lapisan atas dari epidermis akibat
kekerasan dengan benda yang mempunyai permukaan kasar, sehingga epidermis
menjadi tipis, sebagian atau seluruh lapisannya hilang. Luka lecet mengeluarkan
serum, yang semakin mengeras dan membentuk keropeng, namun luka lecet
dapat juga berdarah karena terkadang cukup dalam untuk mengenai papila
vaskular yang berada di bawah permukaan epidermis dan dalam hal ini juga
perdarahan dapat terjadi pada tahap awal. Abrasi yang sesungguhnya tidak
berdarah karena pembuluh darah terdapat pada dermis. Luka lecet merupakan
luka pada kulit yang superfisial, akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan
dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing..2 3 4 5
Lecet sering dihasilkan dari pergerakan permukaan kulit ke permukaan
yang lebih kasar atau sebaliknya. Dengan demikian luka tersebut dapat memiliki
penampilan yang linier, dan pemeriksaan dekat mungkin menunjukkan
epidermis superfisial yang mengerut pada salah satu ujung luka, menunjukkan
arah perjalanan dari permukaan lawan. Dengan demikian, pukulan tangensial
33
bisa horizontal atau vertikal, atau mungkin dapat disimpulkan bahwa korban
telah diseret di atas permukaan yang kasar.6
34
35
36
37
Gambar 2.20 (A) Luka lecet berpola pada leher, (B) Tanda/pola
pemanggangan seorang pria melompat dari lantai 8 gedung dan mendarat
pada besi pemanggangan.4
38
terlindungi seperti skrotum dan kelopak mata hanya pecahan dari millimeter.
Berkaitan dengan forensik pada perkiraan perlukaan penetrasi pada kulit. 8
Kemudian epidermis yang tidak terdapat pembuluh darah. Lapisan
epidermis umumnya berkerut, permukaan bawahnya terdiri dari papilla yang
masuk ke dalam dermis. Dermis (korium) terdiri dari jaringan ikat dengan
adneksa kulit sperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
Terdapat banyak pembuluh darah, saraf pembuluh limfe serta ujung saraf taktil,
tekan, panas.. bagian bawah dari dermis terdapat jaringan adiposa dan
(tergantung dari bagian tubuh) fascia, jaringan lemak, dan otot yang berurutan di
bawahnya.8
histologi
luka
lecet
untuk
menentukan
usia
luka
39
anyaman
40
kanalisasi,
membentuk
lengkung
vaskuler
yang
41
Gambar 2.22 Seorang pria 25 tahun kolaps dan meninggal karena kelainan
jantung yang tidak didiagnosis sebelumnya.pada gambar tampak sebuah
abrasi besar berbentuk bundar penonjolan malar. Seperti biasanya pada
lecet peri-postmortem, tampak
warna kuning-coklatdan tekstur
agakseperti perkamen. Tidak ada bukti adanya reaksi vital. Pada otopsi,
abrasi samatelah kering, berwarna merah-coklat. 10
42
43
dari arah serta lokasi luka tersebut dapat diperkirakan apakah pencekikan
tersebut dilakukan dengan tangan kanan, tangan kiri atau keduanya. Di dalam
penafsiran perlu hati-hati khususnya bila pada leher korban selain didapatkan
luka lecet seperti tadi dijumpai pula alat penjerat; dalam kasus seperti ini
pemeriksaan arah lengkungan serta ada tidaknya kuku-kuku yang panjang pada
jari-jari korban dapat memberikan kejelasan apakah kasus yang dihadapi itu
merupakan kasus bunuh diri atau kasus pembunuhan, setelah dicekik kemudian
digantung.
e. Dalam kasus kecelakaan lalu-lintas dimana tubuh korban bersentuhan dengan
radiator, maka dapat ditemukan luka lecet tekan yang merupakan cetakan dari
bentuk radiator penabrak.
3) Petunjuk dari arah kekerasan, yang dapat diketahui dari tempat dimana kulit
ari yang terkelupas banyak terkumpul pada tepi luka; bila pengumpulan tersebut
terdapat di sebelah kanan maka arah kekerasan yang mengenai tubuh korban
adalah dari arah kiri ke kanan. Di dalam kasus-kasus pembunuhan dimana tubuh
korban diseret maka akan dijumpai pengumpulan kulit ari yang terlepas yang
mendekati ke arah tangan, bila tangan korban dipegang; dan akan mendekati ke
arah kaki bila kaki korban yang dipegang sewaktu korban diseret.
44
Lapisan berikutnya yang terletak antara dura mater dan pia mater disebut
arakhnoid. Ruang yang dibentuk antara lapisan dura mater dan arakhnoid ini
disebut ruang subdural. Kedalaman ruang ini bervariasi di beberapa tempat.
Perlu diingat, cairan otak terdapat pada ruang subarakhnoid, bukan di ruang
subdural.
Perdarahan kepala dapat terjadi pada ketiga ruang yaitu ruang epidural,
subdural atau ruang subarakhnoid, atau pada otak itu sendiri.
c. Perdarahan Epidural (Hematoma)
Perdarahan jenis ini berhubungan erat dengan fraktur pada tulang
tengkorak. Apabila fraktur mengenai jalinan pembuluh darah kecil yang dekat
dengan bagian dalam tengkorak, umumnya arteri meningea media, dapat
menyebabkan arteri terkoyak dan terjadi perdarahan yang cepat. Kumpulan
darah akhirnya mendorong lapisan dura menjauh dari tengkorak dan ruang
epidural menjadi lebih luas. Akibat dari lapisan dura yang terdorong ke dalam,
otak mendapatkan kompresi atau tekanan yang akhirnya menimbulkan gejalagejala seperti nyeri kepala, penurunan kesadaran bertahap mulai dari letargi,
stupor dan akhirnya koma. Kematian akan terjadi bila tidak dilakukan terapi
dekompresi segera. Waktu antara timbulnya cedera kepala sampai munculnya
gejala-gejala yang diakibatkan perdarahan epidural disebut sebagai lucid
interval
45
46
Nontraumatik:
Traumatik:
a Trauma
langsung
pada
daerah
fokal
otak
yang
akhirnya
47
48
49
bentuknya yang bulat. Hal tersebut dapat serupa dengan perdarahan fokal yang
disebabkan hipertensi. Perdarahan yang lebih besar dan dalam biasanya
berbentuk ireguler dan hampir serupa dengan perdarahan apopletik atau stroke.
Anamnesis yang cukup mengenai keadaan saat kematian, ada atau tiadanya
tanda trauma kepala, serta adanya penyakit penyerta dapat membedakan trauma
dengan kasus lain yang menyebabkan perdarahan.
Perdarahan intraserebral tipe apopletik tidak berhubungan dengan trauma
biasanya melibatkan daerah dengan perdarahan yang dalam. Tempat
predileksinya adalah ganglia basal, pons, dan serebelum. Perdahan tersebut
berhubungan dengan malformasi arteri vena. Biasanya mengenai orang yang
lebih muda dan tidak mempunyai riwayat hipertensi.
Edema paru tipe neurogenik biasanya menyertai trauma kepala.
Manifestasi eksternal yang dapat ditemui adalah foam cone busa berwarna
putih atau merah muda pada mulut dan hidung. Hal tersebut dapat ditemui pada
kematian akibat tenggelam, overdosis, penyakit jantung yang didahului
dekompensasio kordis. Keberadaan gelembung tidak membuktikan adanya
trauma kepala.
1
Leher
Dapat berakibat :
Kerusakan saraf
Dada
Dapat berakibat :
50
Perut
Dapat berakibat :
Dapat karena :
Trauma langsung
Anggota Gerak
Dapat berakibat :
15
51
petir baik secar langsung maupun tidak langsung. Luka-luka karena sambaran
petirpada hakekatnya merupakan luka-luka gabungan akibat listrik, panas dan
ledakan udara.Luka akibat panas berupa luka bakar dan luka akibat ledakan
udara berupa luka-luka yangmirip dengan akibat persentuhan dengan benda
tumpulPetir menghasilkan arus listrik yang dapat menjalar melalui tubuh dan
menyebabkan kerusakan saraf dan organ lainnya. 15
C. KARATERISTIK
16
16 17
52
gangguan
nafas.
Seluruhaliran
dapat
mengakibatkan
mionekrosis,
53
di atas 60mA dan berlangsung lebih dari 1 detik dapat menimbulkan fibrilasi
ventrikel.
Berikut ini disajikan sebuah tabel mengenai efek aliran listrik terhadap tubuh:
Ma
1,0
1,5
2,0
4,0
15,0
40,0
75-
Efek
Sensasi, ambang arus
Rasa yang jelas, persepsi arus
Tangan mati rasa
Parestesia lengan bawah
Kontraksi otot-otot fleksor mencegah terlepas dari aliran listrik
Kehilangan kesadaran
Fibrilasi ventrikel
100
Dikatakan bahwa kuat arus sebesar 30 mA adalah batas ketahanan seseorang,
pada 40 mA dapat menimbulkan hilangnya kesadaran dan kematian akan terjadi
pada kuat arus 100 mA atau lebih.
e.Adanya hubungan dengan bumi / earthing
Sehubungan dengan faktor tahanan, maka orang yang berdiri pada tanah
yang basah tanpa alas kaki, akan lebih berbahaya daripada orang yang berdiri
dengan mengggunakan alas sepatu yang kering, karena pada keadaan pertama
tahanannya rendah.
f.Lamanya waktu kontak dengan konduktor
Makin lama korban kontak dengan konduktor maka makin banyak jumlah
arus yang melalui tubuh sehingga kerusakan tubuh akan bertambah besar &
luas. Dengan tegangan yang rendah akan terjadi spasme otot-otot sehingga
korban malah menggenggam konduktor. Akibatnya arus listrik akan mengalir
lebih lama sehingga korban
54
Aborescent markings
Tanda ini berupa gambaran seperti pohon gundul tanpa daun akibat
terjadinya vasodilatasi vena pada kulit korban sebagai reaksi dari
persentuhan antara kulit dengan petir. Tanda ini akan hilang sendiri
setelah beberapa jam.
55
56
Efek ledakan:
Efek ledakan akibat sambaran petir terjadi akibat perpindahan volume
udara yang cepat dan ekstrim. Setelah kilat menyambar, udara setempat menjadi
vakum lalu terisi oleh udara kembali sehingga menimbulkan suara
menggelegar / ledakan. Akibat pemindahan udara ini, pakaian korban koyak,
korban terlontar sehingga terdapat luka akibat persentuhan dengan benda
tumpul, misalnya abrasi, kontusi, patah tulang tengkorak, epidural / subdural
bleeding.
1.1 Indikasi cedera akibat petir dicatat pada pemeriksaan fisik meliputi: 16
a. Dingin, pulseless ekstremitas - tanda ketidakstabilan vasomotor
b. Kebingungan, amnesia, kelumpuhan, dan kehilangan kesadaran
c. Gangguan pendengaran sementara atau pecah membran timpani Disebabkan oleh gelombang kejut concussive
d. Hipotensi - Biasanya dari ketidakstabilan vasomotor dan spasme
pembuluh darah
e. Paresis
Mengindikasikan
57
58
.
Gambar 2.25 keraunopati
Karena petir biasanya memiliki kontak yang sangat singkat
dengan kulit, luka bakar yang dalam jarang terjadi. Jika luka bakar
terjadi, memperlakukan mereka seperti cedera tegangan tinggi. Berikut
jenis luka bakar yang disebabkan oleh petir:
linear
Punctate
Thermal
Luka ini diakibatkan karena
kemudian terbakar.
59
Luka bakar linear terjadi pada area yang lembab pada tubuh,
seperti di bawah payudara dan di linea midaxillaris. Luka-luka bakar
derajat pertama dan kedua hadir beberapa menit hingga jam setelah
sambaran petir dan hasil dari penguapan keringat menjadi uap pada
tubuh pasien.
60
d. Gejala Muskuloskeletal
Sambaran
petir
dapat
menyebabkan
cedera
sistem
muskuloskeletal baik oleh trauma mekanis atau oleh bagian dari arus
listrik. Ketika seseorang tersambar petir, dapat saja tubuhnya terlempar
dan mungkin menyebabkan patah tulang atau dislokasi ekstremitas.
Fraktur tengkorak, tulang rusuk, kaki, dan tulang belakang sering
terjadi.).
e. Gejala mata dan adneksa
Petir dapat melukai mata dan adneksa nya. Hampir setiap jenis
cedera mata telah dilaporkan dengan cedera petir, termasuk katarak,
lubang makula, pemisahan retina, dan iritis Katarak mungkin. Gangguan
sistem saraf otonom menyebabkan pupil melebar dan non-reaktif. Ini
reaksi terhadap sambaran petir biasanya jangka pendek dan tidak boleh
digunakan sebagai indikator kematian otak pada pasien yang telah
terluka oleh petir.
f. Gejala pada telinga
Meskipun cedera pada telinga relatif jarang terjadi di listrik-saat
kecelakaan, hal itu terjadi di lebih dari satu setengah dari pasien dengan
cedera petir. Petir dapat melukai telinga melalui 2 mekanisme yaitu Efek
61
langsung dan ledakan. Pengaruh langsung dari hasil kilat dari bagian dari
arus listrik. kerusakan teinga akibat sambaran petir dapat seperti
gangguan pendengaran yang umum, seperti tinnitus dan gejala syaraf
lainnya termasuk pusing.
Perforasi membran timpani terjadi pada lebih dari separuh pasien
terluka oleh petir. Cedera ini disebabkan oleh efek ledakan, patah tulang
tengkorak basilar, atau kerusakan membakar langsung dari petir.
Membran timpani pecah dari petir beregenerasi dengan baik tanpa
intervensi bedah.
g.
dilaporkan pada
62
a..Fibrilasi ventrikel
Bergantung
pada
ukuran
badan
dan
jantung.
Dalziel
(1961)
63
kulit yang menimbul. Bagian tersebut biasanya pucat dan kulit diluar
electrical mark akan menunjukkan hiperemis. Bentuk dan ukurannya
tergantung dari benda yang berarus lisrtrik yang mengenai tubuh.
c. Exogenous Burn
Ini terjadi bila tubuh manusia terkena benda yang berarus listrik
dengan tegangan tinggi, yang sudah mengandung panas, misalnya: tegangan
di atas 330 volt. Pada exogenous burn tubuh korban hangus terbakar dengan
64
kerusakan yang sangat berat, yang tidak jarang disertai patahnya tulangtulang.
Pemeriksaan Dalam
Bagian
Ventrikel III-IV
Paru
Perdarahan kecil
Edema
3
4
5
6
7
8
Organ visera
Gastro intestinal
Hati
Skeletal
Otot
Perikar,
Kongesti
65
yang
konjungtiva
Vaskuler
Nekrosis
Pemeriksaan Tambahan 18
Pemeriksaan tambahan yang dapat kita lakukan adalah:
a. Patologi Anatomi
Pada pemeriksaan ini dilakukan dengan cara:
Sel dan inti dari stratum basalis akan lebih gelap dan akan
berbentuk palisade.
4.LUKA TEMBAK
A.DEFINISI
19 20
Luka tembak, atau dalam bahasa Inggris disebut gunshot wound, adalah
luka yang disebabkan karena adanya oenetrasi peluru kedalam tubuh yang
diproyeksikan lewat sejanta api, umumnya ditandai dengan luka masuk kecil
dan dapat disertai dengan luka keluar yang lebih besar. Luka ini biasanya
disertai dengan kerusakan pada pembuluh darah, tulang dan jaringan sekitar.
Luka tembak masuk terjadi apabila anak peluru memasuki suatu objek
dan tidak keluar lagi, sedangkan pada luka tembak keluar, anak peluru
menembus objek secara keseluruhan. Umumnya luka tembak ditandai dengan
luka masuk yang kecil dan luka keluar yang lebih besar. Luka ini biasanya juga
66
disertai dengan kerusakan pada pembuluh darah, tulang, dan jaringan sekitar
Luka tembak terjadi karena energi dari peluru saat menembus tubuh.
Semakin besar energi yang dihasilkan peluru, semakin parah luka yang dapat
terjadi. Energi akan meningkat seiring besar, berat dan kecepatan pelurunya.
Secara umum, peluru berukuran besar yang ditembakkan dari senapaan
menyebabkan luka yang lebih besar dibandingkan dengan peluru berukuran
kecil yang ditembakkan dari pistol. Beberapa klasifikasi dari luka tembak :
1. Luka Tembak Masuk:
a. luka tembak tempel
b. luka tembak sangat dekat (dibawah 15 cm)
c. luka tembak jarak dekat (>15 cm dan <70 cm)
d. luka tembak jarak jauh (>70 cm)
2. Luka Tembak Keluar (luka tembus)
B. KARATERISTIK LUKA TEMBAK 17
Tabel. Perbedaan luka tembak masuk dan keluar
Luka tembak masuk
Ukurannya kecil (berupa satu
kecepatan tinggi
jaringan.
Pinggiran luka melekuk keluar karena
Tidak ada
bagus bentuknya.
Kerucut
67
Tidak ada
Tidak ada
Luka tembak keluar
Perdarahan lebih banyak
Tidak ada
Jenis peluru
Kecepatan peluru
C. ANATOMI 9
Jarak antara senjata api dengan tubuh korban saat penembakan
1. Jika senjata ditembakkan pada jarak yang sangat dekat atau menempel
dengan kulit :
a. Jaringan subkutan 5 sampai 7,5 cm disekitar luka tembak masuk
mengalami laserasi
b. Kulit disekitar luka terbakar atau hitam karena asap. Kelim tato
terjadi karena bubuk mesiu senjata yang tidak terbakar.
c. Rambut di sekitar luka hangus.
d. Pakaian yang menutupi luka terbakar karena percikan api dari
senjata.
e. Walaupun jarang bisa ditemukan bercak berwarna abu-abu atau
putih di sekitar luka. Hal ini terjadi jika bubuk mesiu tidak
berasap dan tidak terdapat bagian kehitaman pada kulit.
2. Tembakan jarak dekat
a. Jaraknya adalah 15-70 cm dari kulit.
68
D. MEKANISME 17 18
Pada luka tembak terjadi efek perlambatan yang disebabkan pada trauma
mekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, hal ini terjadi akibat adanya
transfer energi dari luar menuju jaringan. Kerusakan yang terjadi pada jaringan
tergantung pada absorpsi energi kinetiknya, yang juga akan menghamburkan
panas, suara serta gangguan mekanik yang lainya. Energi kinetik ini akan
mengakibatkan daya dorong peluru ke suatu jaringan sehingga terjadi laserasi,
kerusakan sekunder terjadi bila terdapat ruptur pembuluh darah atau struktur
lainnya dan terjadi luka yang sedikit lebih besar dari diameter peluru.
Jika kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan dari peluru yang
menembus jaringan akan terjadi gelombang tekanan yang mengkompresi jika
terjadi pada jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan mengakibatkan
kerusakan dengan adanya zona-zona disekitar luka. Dengan adanya lesatan
peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk rongga disebabkan gerakan
sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan diameter rongga ini
lebih besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil sesaat setelah
peluru berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ dengan konsistensi yang
69
padat tingkat kerusakan lebih tinggi daripada organ berongga. Efek luka juga
berhubungan dengan gaya gravitasi. Pada pemeriksaan harus dipikirkan adanya
kerusakan sekunder seperti infark atau infeksi.
minyak yang melekat pada anak peluru dapat terbawa dan melekat pada luka.
Bila penembakan dilakukan dengan posisi moncong senjata menempel dengan
erat pada tubuh korban, maka akan terdapat jejas laras. Selain itu bila senjata
yang dipakai termasuk senjata yang tidak beralur (smooth bore), maka
komponen yang keluar adalah anak peluru dalam satu kesatuan atau tersebar
dalam bentuk pellet, tutup dari peluru itu sendiri juga dapat menimbulkan
kelainan dalam bentuk luka. Komponen atau unsur-unsur yang keluar pada
setiap peristiwa penembakan akan menimbulkan kelainan pada tubuh korban
sebagai berikut:
1. Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka.
Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
Kecepatan
70
yang
terjadi
akan
mengecil
kembali,
hal
ini
yang
hanya
menyerempet
tubuh
korban
akan
72
73
74
E.
elektrolisis,
misalnya
pada
pemurnian
dan
listrik sebesar
1 ampere
melalui sebuah
konduktor
V
I
--R
=
76
2. lamanya kontak
3. besarnya hambatan
Hal ini sesuai dengan rumus :
Keterangan
W = I2 R t
t = waktu (detik)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, trauma listrik terjadi saat seseorang
menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau bisa disebabkan pada
saat berada dekat dengan sumber listrik.
Secara umum, terdapat 2 jenis tenaga listrik:
a. Tenaga listrik alam, seperti petir dan kilat.
b. Tenaga listrik buatan meliputi arus listrik searah (DC) seperti baterai
dan accu, dan arus listrik bolak-balik (AC) seperti listrik PLN pada
rumah maupun pabrik. 20
d.
KARATERISTIK
20
Pemeriksaan Jenazah
77
a. Pemeriksaan Luar
Sangat penting karena justru kelainan yang menyolok adalah
kelainan pada kulit. Dalam pemeriksaan luar yang harus dicari
adalah
tanda-tanda
listrik
atau
current
mark/electric
78
b. Pemeriksaan Dalam
79
Otot
c. Pemeriksaan Tambahan
Yang dilakukan adalah pemeriksaan patologi anatomi pada
electric mark. Walaupun pemeriksaan itu tidak spesifik untuk tanda
kekerasan oleh listrik tetapi sangat menolong untuk menegakkan
bahwa korban telah mengalami trauma listrik.
Hasil pemeriksaan akan terlihat adanya bagian sel yang
memipih, pada pengecatan dengan metoxyl lineosin akan bewarna
lebih
gelap
dari
normal.
Sel-sel
pada
stratum
korneum
80
mengalami karbonisasi dan ada pula bagian sel-sel yang rusak dari
stratum korneum. Folikel rambut dan kelenjar keringat memanjang
dan memutar ke arah bagian yang terkena listrik.
C. ANATOMI DAN MEKANISME 20
Elektron mengalir secara abnormal melalui tubuh menghasilkan
cedera dengan atau kematian melalui depolarisasi otot dan saraf,
inisiasi abnormal irama elektrik pada jantung dan otak, atau
menghasilkan luka bakar elektrik internal maupun eksternal melalui
panas dan pembentukan pori di membran sel.
Arus yang melalui otak, baik voltase rendah maupun tinggi
mengakibatkan penurunan kesadaran segera karena depolarisasi saraf otak.
Arus AC dapat menghasilkan fibrilasi ventrikel jika jalurnya melalui dada.
Aliran listrik yang lama membuat kerusakan iskemik otak terutama yang
diikuti gangguan nafas. Seluruh aliran dapat mengakibatkan mionekrosis,
mioglobinemia, dan mioglobinuria dan berbagai komplikasi. Selain itu dapat
juga mengakibatkan luka bakar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efek listrik terhadap tubuh:
a. Jenis / macam aliran listrik
Arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC). Banyak kematian akibat
sengatan arus listrik AC dengan tegangan 220 volt. Suatu arus AC
dengan intensitas 70-80 mA dapat menimbulkan kematian, sedangkan
arus DC dengan intensitas 250 mA masih dapat ditolerir tanpa
menimbulkan kerusakan.
b. Tegangan / voltage
Hanya penting untuk sifat-sifat fisik saja, sedangkan pada implikasi
biologis kurang berarti. Tegangan yang paling rendah yang sudah dapat
menimbulkan kematian manusia adalah 50 volt. Makin tinggi tegangan
akan menghasilkan efek yang lebih berat pada manusia baik efek lokal
maupun general. +60% kematian akibat listrik arus listrik dengan
81
Efek
82
1,0
1,5
2,0
4,0
15,0
40,0
75-100
aliran listrik
Kehilangan kesadaran
Fibrilasi ventrikel
83
listrik tersebut bervariasi dari ringan sampai berat. Arus listrik masuk
dari sebelah kiri bagiah tubuh lebih berbahaya daripada jika masuk dari
sebelah kanan. Bahaya terbesar bisa timbul jika jantung atau otak berada
dalam posisi aliran listrik tersebut. Bumi dianggap sebagai kutub negatif.
Orang yang tanpa alas kaki lebih berbahaya kalau terkena aliran listrik,
alas kaki dapat berfungsi sebagai isolator, terutama yang terbuat dari
karet.
D. CARA DAN PENYEBAB KEMATIAN 18 20
Kebanyakan oleh energi listrik itu sendiri. Sering trauma listrik disertai
trauma mekanis. Ada kasus karena listrik yang menyebabkan korban jatuh
dari ketinggian, dalam hal ini sukar untuk mencari sebab kematian yang
segera.
Sebab kematian karena arus listrik yaitu :
a. Fibrilasi ventrikel
Bergantung pada ukuran badan dan jantung. Dalziel (1961)
memperkirakan pada manusia arus yang mengalir sedikitnya 70 mA
dalam waktu 5 detik dari lengan ke tungkai akan menyebabkan
fibrilasi. Yang paling berbahaya adalah jika arus listrik masuk ke
tubuh
melalui
tangan
kiri
dan
keluar
melalui
kaki
yang
84
yang
rendah
menimbulkan
kolaps
pada
seseorang
karena
ketidakseimbangan antara darah sirkulasi dengan lumen pembuluh darah. Hal ini
sering terjadi pada paparan panas, aktivitas berlebihan dan pakaian yang terlalu
tebal. Heat exhaustion sekunder terjadi akibat dehidrasi. Heat stroke terjadi
akibat kegagalan kerja pusat pengatur suhu karena temperatur pusat tubuh
terlalu tinggi. Kekerasan
oleh
benda
bersuhu
tinggi
akan
dapat
menimbulkan luka bakar yang cirinya amat tergantung dari jenis bendanya,
ketinggian suhunya serta lamanya kontak dengan kulit. Api, benda padat
panas atau membara dapat mengakibatkan luka bakar derajat I, II, III, atau IV.
85
Zat cair panas dapat mengakibatkan luka bakar tingkat I, II, atau III. Gas panas
dapat mengakibatkan luka bakar tingkat I, II, III, atau IV.
Kekerasan oleh hawa bersuhu dingin biasanya dialami oleh bagian
tubuh yang terbuka; seperti misalnya tangan, kaki, telinga atau hidung.
Mula-mula pada daerah tersebut akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah
superfisial sehingga terlihat pucat. Selanjutnya akan terjadi paralise dari
vasomotor kontrol yang mengakibatkan daerah tersebut menjadi kemerahan.
Pada keadaan yang berat dapat terjadi gangren.
Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar
sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi panas. Besarnya pengaruh
listrik pada jaringan tubuh tersebut tergantung dari besarnya tegangan (voltase),
kuatnya arus (amper), besarnya tahanan (keadaan kulit kering atau basah),
lamanya kontak serta luasnya daerah terkena kontak. Bentuk luka pada daerah
kontak (tempat masuknya arus) berupa kerusakan lapisan kulit dengan tepi
agak menonjol dan di sekitarnya terdapat daerah pucat, dikelilingi daerah
hyperemis. Sering ditemukan adanya metalisasi. Pada tempat keluarnya arus
dari tubuh juga sering ditemukan luka. Bahkan kadang-kadang bagian dari baju
atau sepatu yang dilalui oleh arus listrik ketika meninggalkan tubuh juga
ikut terbakar. Tegangan
arus
kurang
dari
65
volt
biasanya
tidak
86
Luka akibat panas berupa luka bakar dan luka akibat ledakan udara berupa
luka-luka yang mirip dengan luka akibat persentuhan dengan benda tumpul.
Dapat terjadi kematian akibat efek arus listrik yang melumpuhkan susunan
saraf pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga dapat terjadi
karena efek ledakan ataun efek dari gas panas yang ditimbulkannya. Pada
korban mati sering ditemukan adanyaarborescentmark (percabangan pembuluh
darah terlihat seperti percabangan pohon), metalisasi benda-benda dari
logamyang dipakai. Pakaian korban terbakar atau robek-robek.
Zat-zat kimia korosif dapat menimbulkan luka-luka apabila mengenai
tubuh manusia. Ciri-ciri lukanya amat tergantung dari golongan zat kimia
tersebut, yaitu dibagi menjadi bahan kimia golongan asam dan bahan kimia
golongan basa. Termasuk zat kimia korosif golongan asam antara lain: asam
mineral, yaitu: H2SO4, HCL, NO3;asam organik, yaitu: asam oksalat, asam
formiat dan asam asetat; garam mineral, yaitu: AgNO3, dan zinc
chlorida;halogen, yaitu: F, Cl, Ba dan J. Cara kerja zat kimia korosif dari
golongan ini sehingga mengakibatkan luka ialah mengekstraksi air dari jaringan,
mengkoagulasi protein menjadsi albuminat, dan mengubah hemoglobin menjadi
acid hematin. Ciri-ciri dari luka yang terjadi akibat zat-zat asam korosif adalah
luka terlihat kering, berwarna coklat kehitaman, kecuali yang disebabkan oleh
nitric acid berwarna kuning kehijauan, perabaan keras dan kasar. Zat-zat kimia
korosif yang termasuk golongan basa antara lain KOH, NaOH, dan NH4OH.
Cara kerja dari zat-zat tersebut sehingga menimbulkan luka ialah mengadakan
ikatan dengan protoplasma sehingga membentuk alkaline albumin dan sabun,
dan mengubah hemoglobin menjadi alkaline hematin. Ciri-ciri luka yang terjadi
sebagai akibat persentuhan dengan zat-zat ini adalah luka terlihat basah dan
edematous, berwarna merah kecoklatan, dan perabaan lunak dan licin. 21
B.KARATERISTIK DAN ANATOMI LUKA BAKAR 20
Derajat keparahan luka bakar ditentukan berdasarkan etiologi, kedalaman
dan luas luka.
87
88
menimbulkan jaringan parut setelah luka sembuh. Luka bakar derajat 4 disebut
charring injury. Pada luka bakar ini kulit tampak hitam seperti arang karena
terbakarnya jaringan. Terjadi kerusakan seluruh kulit dan jaringan subkutan
begitu juga pada tulang akan gosong.2
berdasarkan Rule
Of
Nine oleh
Polaski
dan
Tennison
dari
2.
3.
4.
5.
89
Selain dari kedua metode tersebut di atas, dapat juga digunakan cara lainnya
yaitu mengunakan metode hand palm. Metode ini adalah cara menentukan luas
atau persentasi luka bakar dengan menggunakan telapak tangan. Satu telapak
tangan mewakili 1 % dari permukaan tubuh yang mengalami luka bakar.3,4
Kriteria berat ringannya luka bakar menurut American Burn Association
ialah:3,4,5
1. Luka bakar ringan
a. Luka bakar derajat II < 15% pada orang dewasa
b. Luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak
c. Luka bakar derajat III < 2%
2. Luka bakar sedang
a. Luka bakar derajat II 15% 25% pada orang dewasa
b. Luka bakar derajat II 10% 20% pada anak-anak
c. Luka bakar derajat III < 10%
3. Luka bakar berat
a. Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa
b. Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
c. Luka bakar derajat III 10% atau lebih
d. Luka bakar mengenai wajah, telinga, mata, dan genitalia/perineum
e. Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain
e.
MEKANISME
20
Luka bakar disebabkan oleh peralihan energi dari suatu sumber panas kepada
tubuh
dan
panas
dapat
dipindahkan
melalui
hantaran
atau
radiasi
meliputi: respon pada kulit, respon sistemik, kardiovaskular, efek pada cairan
elektrolit dan volume darah, pulmoner, dan respon sistemik lainnya.
91
injuri.
Substansi-substansi
ini
menyebabkan
meningkatnya
kapiler.
Injuri
yang
langsung
mengenai
membran
sel
menyebabkan sodium masuk dan potasium keluar dari sel. Secara keseluruhan
akan
menimbulkan
tingginya
tekanan
osmotik
yang
menyebabkan
meningkatnya cairan intraseluler dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih
lanjut menyebabkan kekurangan volume cairan intravaskuler. Luka bakar yang
luas menyebabkan edema tubuh general baik pada area yang mengalami luka
maupun jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi penurunan
sirkulasi volume darah intravaskuler. Denyut jantung meningkat sebagai respon
terhadap pelepasan katekolamin dan terjadinya hipovolemia relatif, yang
mengawali turunnya curah jantung. Kadar hematokrit meningkat yang
menunjukan hemokonsentrasi dari pengeluaran cairan intravaskuler. Disamping
itu pengeluaran cairan secara evaporasi melalui luka terjadi 4-20 kali lebih besar
dari normal. Sedangkan pengeluaran cairan yang normal pada orang dewasa
dengan suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml. Keadaan ini dapat
mengakibatkan penurunan pada perfusi organ. Jika ruang intravaskuler tidak
diisi kembali dengan cairan intravena maka syok hipovolemik dan ancaman
kematian bagi penderita luka bakar yang luas dapat terjadi.
Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler
menurun, tetapi tidak mencapai keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu setelah
injuri. Curah jantung kembali normal dan kemudian meningkat untuk memenuhi
kebutuhan hipermetabolik tubuh kira-kira 24 jam setelah luka bakar. Perubahan
pada curah jantung ini terjadi sebelum kadar volume sirkulasi intravena kembali
menjadi normal. Pada awalnya terjadi kenaikan hematokrit yang kemudian
menurun sampai di bawah normal dalam 3-4 hari setelah luka bakar karena
92
kehilangan sel darah merah dan kerusakan yang terjadi pada waktu injuri. Tubuh
kemudian mereabsorbsi cairan edema dan diuresis cairan dalam 2-3 minggu
berikutnya.
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat
terjadi syok luka bakar. Disamping itu, kehilangan cairan akibat evaporasi lewat
luka bakar dapat mencapai 3 sampai dengan 5 liter atau lebih selama periode 24
jam sebelum permukaan kulit yang terbakar ditutup. Selama syok luka bakar,
biasanya korban mengalami hiponatremia, hiperkalemia, dan atau hipokalemia.
Pada saat luka bakar, sebagian besar sel darah merah dihancurkan dan sebagian
yang lainnya mengalami kerusakan sehingga terjadi anemia. Walaupun
demikian, nilai hematokrit korban dapat meninggi akibat kehilangan plasma.
Pada korban yang mengalami luka bakar biasanya disertai dengan
kerusakan pulmoner, yang ditandai dengan cedera inhalasi, berikut adalah
klasifikasinya: cedera saluran napas atas, cedera inhalasi dibawah glotis, yang
mencakup keracunan karbon monoksida dan defek restriktif. Cedera saluran
napas atas terjadi akibat panas langsung atau edema, bentuknya obstruksimekanis saluran atas yang menyerang faring dan laring. Cedera inhalasi
dibawah glotis terjadi akibat menghirup produk pembakaran yang tidak
sempurna atau gas berbahaya, cedera ini menyebabkan hilangnya fungsi silia,
hipersekresi, edema mukosa yang berat, dan kemungkinan bronkospasme.
Keracunan karbon monoksida akan mengakibatkan seseorang tidak mampu
memenuhi kebutuhan oksigen yang adekuat kepada jaringan, hal ini karena
afinitas hemoglobin terhadap karbon monoksida 200 kali lebih besar daripada
afinitasnya terhadap oksigen. Sedangkan defek restriktif terjadi jika timbul
edema dibawah luka bakar full thickness yang melingkar pada leher dan toraks.
Fungsi sistem imun mengalami depresi. Depresi pada aktivitas limfosit,
suatu penurunan dalam produksi immunoglobulin, supresi aktivitas komplemen
dan perubahan/gangguan pada fungsi neutrofil dan makrofag dapat terjadi pada
korban yang mengalami luka bakar yang luas. Perubahan-perubahan ini
meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam
kelangsungan hidup korban.
93
(Manner of
20 21 22
Kematian akibat luka bakar dapat bersifat segera (immediate) atau tertunda
(delayed). Kematian segera artinya kematian yang langsung terjadi akibat
paparan panas mengenai tubuh, misalnya tubuh yang terbakar atau terkena
cedera inhalasi. Sedangkan kematian yang tertunda adalah kematian yang terjadi
dalam 1 atau 4 hari akibat syok, kehilangan cairan berlebih, lower nephron
nephrosis, pulmonary edema, pneumonia, atau akibat infeksi dan kegagalan
respirasi akut lainnya.
a. Keracunan Zat Karbon Monoksida
Kebanyakan kematian pada luka bakar biasanya terjadi pada kebakaran yang
hebat yang terjadi pada gedung-gedung atau rumah-rumah bila dibandingkan
94
dengan kebakaran yang terjadi pada kecelakaan pesawat terbang atau mobil.
Pada kasus-kasus kebakaran yang terjadi secara bertahap maka CO poisoning
dan smoke inhalation lebih sering bertanggung jawab dalam penyebab
kematian korban dibanding dengan luka bakar itu sendiri. CO poisoning
merupakan aspek yang penting dari penyebab kematian pada luka bakar,
biasanya korban menjadi tidak sadar dan meninggal sebelum api
membakarnya, ini dapat menjawab pertanyaan mengapa korban tidak
melarikan diri pada waktu terjadi kebakaran. Sehingga dalam menentukan
penyebab dari kematian, maka luas dan derajat luka bakar serta saturasi darah
yang mengandung CO harus dinilai secara hatihati. Gas CO ini dibentuk
dari pembakaran yang tidak sempurna misalnya kayu yang terbakar, kertas,
kain katun, batu bara yang terbakar akan menghasilkan gas CO. CO dalam
darah merupakan indikator yang paling berharga yang dapat menunjukkan
bahwa korban masih hidup pada waktu terjadi kebakaran. Oleh karena gas ini
hanya dapat masuk melalui absorbsi pada paru-paru. Pada perokok dapat
dijumpai saturasi CO dalam darah hanya lebih dari 5%, dan ini dapat
menunjukan bahwa korban masih bernafas pada waktu terjadinya kabakaran,
demikian juga pada korban atherosclerosis coroner yang berat dapat
meninggal dengan kadar COHB yang lebih rendah dari pada individu yang
sehat. Bila CO merupakan penyebab mati yang utama maka saturasi dalam
darah paling sedikitnya dibutuhkan 40% COHB, kecuali pada orang tua,
anak-anak dan debilitas dimana pernah dilaporkan mati dengan kadar 25 %.
Sebenarnya kadar COHB pada korban yang sekarat selama kebakaran, sering
tidak cukup tinggi untuk menyebabkan kematian. Banyak kasus-kasus fatal
menunjukan saturasi 50- 60 %, walaupun kadarnya secara umum kurang dari
kadar yang terdapat dalam darah pada keracunan CO murni, seperti
pembunuhan
dengan
gas
mobil
atau
industrial
exposure,
dimana
95
Pada banyak kasus kematian, dimana cedera panas pada badan tidak sesuai
dengan penyebab kematian maka dikatakan penyebab kematian adalah smoke
inhalation. Asap yang berasal dari kebakaran terutama alat-alat rumah tangga
seperti furniture, cat , kayu, pernis, karpet dan komponen-komponen yang
secara struktural terdiri polystyrene, polyurethane, polyvinyl dan materialmaterial plastik lainnya dikatakan merupakan gas yang sangat toksik bila
dihisap dan potensial dalam menyebabkan kematian.
c. Trauma Mekanik
Kematian oleh karena trauma mekanik biasanya disebabkan karena runtuhnya
bangunan disekitar korban, atau merupakan bukti bahwa korban mencoba
untuk melarikan diri seperti memecahkan kaca jendela dengan tangan. Lukaluka ini harus dicari pada waktu melakukan pemeriksaan luar jenasah untuk
memastikan apakah luka-luka tersebut signifikan dalam menyebabkan
kematian. Trauma tumpul yang mematikan tanpa keterangan antemortem
sebaiknya harus dicurigai sebagai suatu pembunuhan.
d. Anoksia dan hipoksia
Kekurangan oksigen dengan akibat hipoksia dan anoksia sangat jarang
sebagai penyebab kematian. Bila oksigen masih cukup untuk menyalakan api
maka masih cukup untuk mempertahankan kehidupan. Sebagai contoh tikus
dan lilin yang diletakkan dalam tabung yang terbatas kadar oksigennya
ternyata walaupun lilin padam lebih dahulu tikus masih aktif berlari
disekitarnya. Radikal bebeas dapat diajukan sebagai salah satu kemungkinan
dari penyebab kematian, oleh karena radikal bebas ini dapat menyebabkan
surfaktan menjadi inaktif, jadi mencegah pertukaran oksigen dari alveoli
masuk kedalam darah.
e. Luka bakar itu sendiri
Secara umum dapat dikatakan bahwa luka bakar seluas 30 50 % dapat
menyebabkan kematian. Pada orang tua dapat meninggal dengan presentasi
yang jauh lebih rendah dari ini, sedangkan pada anak-anak biasanya lebih
resisten. Selain oleh derajat dan luas luka bakar prognosis juga dipengaruhi
oleh lokasi daerah yang terbakar, keadaan kesehatan korban pada waktu
96
terbakar. Luka bakar pada daerah perineum, ketiak, leher, dan tangan
dikatakan sulit dalam perawatannya, oleh karena mudah mengalami
kontraktur.
17 18 20
Pada kebakaran yang hebat, apakah di dalam gedung atau yang terjadi pada
kecelakaan mobil yang terbakar, sering terlihat bahwa keadaan tubuh korban
yang terbakar sering tidak mencerminkan kondisi saat matinya. Berikut keadaan
umum yang ditemukan pada mayat dengan luka bakar.
a. Skin split
Kontraksi dari jaringan ikat yang terbakar menyebabkan terbelahnya kulit
dari epidermis dan korium yang sering menyebabkan artefak yang
menyerupai luka sayat dan sering disalah artikan sebagai kekerasan tajam.
Artefak postmortem ini dapat mudah dibedakan dengan kekerasan tajam
antemortem oleh karena tidak adanya perdarahan dan lokasinya yang
bervariasi disembarang tempat. Kadang-kadang dapat terlihat pembuluh
darah yang intak yang menyilang pada kulit yang terbelah
b. Abdominal wall destruction
Kebakaran parsial dari dinding abdomen bagian depan akan menyebabkan
keluarnya sebagian dari jaringan usus melalui defek yang terjadi ini.
Biasanya ini terjadi tanpa perdarahan, apakah perdarahan yang terletak diluar
atau didalam rongga abdomen.
c. Skull fractures
97
keputihan
dan
sering
menunjukan
fraktur
kortikal
pada
98
tidak berhubungan apakah individu itu terbakar pada waktu hidup atau
sesudah kematian. pugilistic attitude atau heat rigor ini akan hilang
bersama dengan timbulnya pembusukan.
Identifikasi korban dengan luka bakar 20
Proses identifikasi korban dapat segera ditegakkan melalui identifikasi personal,
fotografi, atau fingerprintsbila tidak terdapat kerusakan yang berat dari luka
bakar. Akan tetapi bila tubuh sudah hangus terbakar seperti arang dan terjadi
mutilasi pada kepala atau ekstremitas sehingga tidak didapatkan lagi sidik
jarinya maka metode lain harus digunakan.
Metode yang terbanyak dan paling dipercaya adalah dental identification
karena gigi relatif tahan terhadap api. Metode lain yang dapat dipercaya tetapi
kurang umum penggunaannya adalah membandingkan x-ray yang diambil
antemortem dan postmortem dari korban. Bila identifikasi tidak dapat dilakukan
melalui finger prints, dental charts, dental x-rays atau antemortem x-ray maka
hanya cara yang dapat digunakan dalam menegakan identifikasi yaitu melalui
pemeriksaanDNA.
Disamping itu, kelengkapan data-data pembanding seperti karakter fisik, lukaluka lama atau bekas operasi dan tato tetap harus dilakukan dalam
mengidentifikasi jenazah.
* Penentuan intravitalitas luka bakar20
Faktor yang tidak kalah penting dalam patologi forensik adalah bagaimana cara
membedakan apakah korban mati sebelum atau sesudah kebakaran
a. Jelaga dalam saluran nafas. Pada kebakaran rumah atau gedung dimana
rumah atau gedung beserta isi perabotannya juga terbakar seperti bahanbahan yang terbuat dari kayu, plastik akan menghasilkan asap yang berwarna
hitam dalam jumlah yang banyak. Akibat dari inhalasi ini korban akan
menghirup partikel karbon dalam asap yang berwarna hitam. Sebagai tanda
dari inhalasi aktif antemortem, maka partikel-partikel jelaga ini dapat masuk
kedalam saluran nafas melalui mulut yang terbuka, mewarnai lidah, dan
faring, glottis, vocal cord, trachea bahkan bronchiolus terminalis. Sehingga,
99
100
keracuan sianida atau bila tubuh terpapar pada suhu dingin untuk waktu yang
lama.
d. Reaksi jaringan. Tidak mudah untuk membedakan luka bakar yang akut
yang terjadi antemortem dan postmortem. Pemeriksaan mikroskopik luka
bakar tidak banyak menolong kecuali bila korban dapat bertahan hidup
cukup lama sampai terjadi respon respon radang. Kurangnya respon
tidak merupakan indikasi bahwa luka bakar terjadi postmortem.
Pemeriksaan slide secara mikroskopis dari korban luka bakar derajat tiga
yang meninggal tiga hari kemudian tidak ditemukan reaksi radang, ini
diperkirakan oleh karena panas menyebabkan trombosis dari pembuluh
darah pada lapisan dermis sehinggga sel-sel radang tidak dapat mencapai
area luka bakar dan tidak menyebabkan reaksi radang. Blister juga bukan
merupakan indikasi bahwa korban masih hidup pada waktu terjadi
kebakaran, oleh karena blister ini dapat terjadi secara postmortem.
Blister yang terjadi postmortem berwarna kuning pucat, kecuali pada
kulit yang hangus terbakar. Agak jarang dengan
e. dasar merah atau areola yang erythematous, walaupun ini bukan
merupakan tanda pasti. Secara tradisionil banyak penulis mengatakan
bahwa untuk dapat membedakan blister yang terjadi antemortem dengan
blister yang terjadi postmortem adalah dengan menganalisa protein dan
chlorida dari cairan itu. Blister yang dibentuk pada antemortem
dikatakan mengandung lebih banyak protein dan chloride, tetapi inipun
tidak merupakan angka yang absolut.
f. Pendarahan subendokardial ventrikel
kiri
jantung.
Perdarahan
subendokardial pada ventrikel kiri dapat terjadi oleh karena efek panas.
Akan tetapi perdarahan ini bukan sesuatu yang spesifik karena dapat
disebabkan oleh berbagai mekanisme kematian. Pada korban kebakaran
perdarahan ini merupakan indikasi bahwa sirkulasi aktif sedang berjalan
ketika tereksposure oleh panas tinggi yang tidak dapat ditolerasi oleh
tubuh dan ini merupakan bukti bahwa korban masih hidup saat terjadi
kebakaran.
101
7. ASPEK MEDIKOLEGAL
Kualifikasi luka
Pada kesimpulan visum et repertum untuk orang / korban hidup, yaitu pada
visum ete repertum lanjutan harus dilengkapi dengan kualifikasi luka.
Kualifikasi luka ini akan memudahkan hakim untuk menjatuhkan pidana.
Kualifikasi luka ini dapat berdasarkan
1. KUHP pasal 352
Penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk
menjalankan
pekerjaan
jabatan
atau
mata
pencaharian
(sebagai
pengasniayaan ringan).
2. KUHP pasal 351 ayat 1
Penganiayaan yang menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau mata pencaharian.
3. KUHP pasal 351 ayat 2
Penganiayaan yang menimbulkan luka berat.
4. KUHP pasal 353
1. Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatka luka-luka berat, yang bersalah dikenakan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
3. Jika perbuatan itu mengkibatkan kematian yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan tahun
5. KUHP Pasal 354
1. Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena
melakukan penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama
delapan tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun
6. KUHP Pasal 355
1. Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu,
diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lams lima belas tahun.
102
menjalankan
tugasnya
yang
sah;
Di dalam kasus hidup juga banyak ditemukan berbagai jenis tindak kekerasan.
Beberapa ketentuan pidana yang mengatur tentang tindak kekerasan pada kasus
hidup adalah :
Ketentuan pidana diatur dalam UU RI Nomor 23 tahun 2004 pasal 44 sampai
dengan pasal 53, diantaranya :
UU RI Nomor 23 tahun 2004 pasal 44
103
juta rupiah)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Luka pada Ilmu Kedokteran Forensik merupakan salah satu bagian
terpenting. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati.
Luka bisa terjadi akibat kekerasan benda tajam, tumpul, akibat petir,
sengatan
105
listrik, tembak dan bakar .Selain itu luka bisa diketahui waktu terjadinya
kekerasan, apakah luka terjadi antemortem atau postmortem. Terkadang
dari luka kita bisa mengetahui umur luka. Walaupun belum ada satupun
metode yang digunakan untuk menilai dengan tepat kapan suatu
kekerasan dilakukan mengingat adanya berbagai macam faktor yang
mempengaruhinya; seperti faktor infeksi, kelainan darah, atau penyakit
defisiensi.
Dari deskripsi luka kita sebagai dokter juga dapat membantu pihak
hukum untuk menentukan kualifikasi luka sesuai dengan KUHP Bab IX
pasal 90. Yang pada tindak pidana untuk menentukan hukuman yang
diberikan kepada pelaku kekerasan dengan melihat deskripsi luka yang
kita buat.
B. SARAN
1. Seorang dokter atau calon dokter harus belajar mendiskripsikan luka
sehingga mampu membuat Visum et Repertum yang baik dan benar.
2. Seorang dokter atau calon dokter tidak hanya mempelajari ilmu
kedokteran tetapi juga mengetahui hukum kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Apuranto, H dan Hoediyanto. 2010. Ilmu Kedokteran Forensik Dan
Medikolegal, Surabaya : Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal FK Unair.
2. Dmaio, Vincent J., Dimaio, Dominick. 2001. Forensic Pathology 2nd
edition. London : CRC Press LLC.
3. Sheperd, Richard. 2003. Simpsons Forensic Medicine 12th Edition.
London : Arnold.
106
107
108