Pembuatan Papan Partikel Dari Limbah Serbuk Kayu-Plastik Pet Daur Ulang Dengan Penambahan Serat Organik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH SERBUK KAYUPLASTIK PET DAUR ULANG

DENGAN PENAMBAHAN SERAT ORGANIK


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang harus
mendapatkan perhatian serius dari semua pihak karena berakibat langsung
terhadap kehidupan mahluk hidup yang ada di bumi ini. Di kota-kota besar seperti
Jakarta, Surabaya, Medan dan beberapa kota lainnya, limbah masih menjadi
permasalahan yang seakan tidak ada solusinya. Khusus untuk kota Banda Aceh
sendiri yang pernah dilanda Tsunami, penanganan limbah membutuhkan dana
yang sangat besar, perombakan sistem dan keseriusan serta kesadaran semua
pihak terutama warga dan pemerintahnya.
Dalam

menangani

limbah

perkotaan,

salah

satu

yang

menjadi

permasalahan akut adalah limbah plastik, walaupun jumlahnya hanya 14 %.


Plastik merupakan suatu bahan polimer yang sangat susah terdekomposisi oleh
mikroorganisme pengurai. Limbah plastik dipandang sebagai masalah yang lebih
serius dibandingkan dengan limbah organik karena sifat-sifat khusus yang
dimilikinya, yaitu tidak bisa terurai secara alami (non biodegradable), sama sekali
tidak menyerap air dan juga tidak dapat berkarat. Karena sifatnya tersebut limbah
plastik bisa menimbulkan banyak efek negatif terhadap alam seperti pembentukan
film/kantongan yang dapat menyumbat aliran air di parit, selokan, sungai ataupun
tempat terbuka yang dapat mengakibatkan genangan air dan tidak jarang bisa

menimbulkan banjir. Apabila limbah plastik terdapat didalam tanah maka seluruh
unsur hara yang ada dibawah cakupannya akan hilang sehingga dapat merusak
stabilitas ekositem tempat tersebut. Lain halnya dengan limbah organik yang
kuantitasnya jauh lebih besar tapi bisa terurai di alam dengan sendirinya
(Wirjosentono B, 1998).
Ditinjau dari segi ekonomis dan aplikasinya plastik dapat digolongkan
dalam 2 golongan utama yaitu plastik komoditi dan plastik teknik. Plastik
komoditi dicirikan dengan memiliki volume yang tinggi dan harga yang relatif
murah. Plastik jenis ini biasanya digunakan sebagai lapisan pengemas, isolasi
kawat dan kabel, bahan baku untuk mainan dan lain sebagainya. Sedangkan
plastik teknik cenderung lebih mahal dan memiliki sifat mekanik yang unggul
serta memiliki daya tahan yang baik. Plastik jenis ini bersaing dengan logam,
keramik dan gelas dalam berbagai jenis aplikasi. Polyester merupakan plastik
teknik yang utama yang mencapai 99 % dari plastik teknik yang beredar di
pasaran yang dipakai dalam bidang transportasi (mobil, sepeda motor dan
pesawat), konstruksi (perumahan, instalasi pipa, perangkat keras), bahan listrik
dan elektronik, mesin-mesin industri dan barang-barang konsumsi rumah tangga
(Stevans, 2001).
Salah satu penanganan limbah plastik adalah dengan proses daur ulang,
walaupun hasilnya belum sebaik hasil olahan plastik segar, ini disebabkan oleh
kerusakan dan oksidasi pada rantai molekul plastik selama pembuangan dan
adanya pengaruh cuaca serta pengotoran campuran plastik lainnya. Sedangkan
proses daur ulang limbah plastik yang berbentuk kantongan/film belum banyak
dilakukan karena susah dalam hal pengumpulan(Wirjosentono B, 2000).

Senada dengan itu, dari kegiatan pemanenan dan industri pengolahan kayu
dihasilkan limbah kayu berupa potongan-potongan kayu bulat (log), sebetan,
serbuk gergajian (saw dust), potongan venir dan lain-lain. Karena industri tersebut
masih belum efektif dan efisien dalam hal peralatan dan manajemen, rendemen
yang dihasilkan belum optimal sehinga limbah yang dihasilkan mencapai 50 %
dari total kayu bulat mentah yang dipanen. Limbah tersebut biasanya hanya
dibuang percuma atau hanya sekedar dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk
memasak yang mana bisa menimbulkan masalah pencemaran udara dari asap
yang dibentuknya. Dari data Departemen Kehutanan dan Perkebunan pada tahun
2006 bahwa limbah kayu yang dihasilkan dari industri kayu lapis dan kayu
gergajian diperkirakan mencapai 7.508.019 m3(Wirjosentono B, 2000).
Adanya berbagai masalah lingkungan ini mendorong para ahli untuk
mendaur-ulang kembali limbah-limbah ini menjadi kayu komposit. Pemakaian
plastik polipropilena daur ulang dan wood dengan komposisi 50:50 dengan
penambahan compatibilizer anhidrida maleat (MAH) 2,5 % menghasilkan
kekuatan komposit yang optimal (Setyawati, 2003).
Para pakar industri otomotif Eropa memprediksikan di tahun 2015
penggunaan komposit kayu-plastik akan jauh meningkat karena sedang
diupayakannya 95 % komponen otomotif harus bisa didaur ulang. Hal ini sudah
dipelopori oleh Mercedes Benz sejak tahun 1994 dengan menggunakan plastik
polipropilen yang diperkuat serat rami untuk panel interior pada seri E-Class
(Ismunandar, 2003).

Dari uraian diatas kami berkeinginan untuk membuat dan meneliti


peningkatan kekuatan komposit Kayu-Plastik daur ulang dengan penambahan
serat organik sebagai rangka penguat.
1.2 Perumusan Masalah
Kebutuhan kayu yang terus meningkat dan potensi hutan yang terus
berkurang menuntut penggunaan kayu secara efisien dan bijaksana, antara lain
dengan memanfaatkan limbah berupa serbuk kayu menjadi produk yang
bermanfaat. Meskipun penelitian mengenai pemanfaatan limbah serbuk kayu dan
plastik daur ulang melalui pembuatan komposit telah banyak dilakukan namun
informasi mengenai pengaruh penambahan serat organik belum banyak diketahui.
Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang efek penambahan serat organik pada
komposit kayu-plastik terkait dengan ketahanan dan kekuatan mekanisnya.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan
serat organik pada komposit kayu-plastik terhadap ketahanan dan kekuatan
mekanisnya.
1.4 Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan suatu informasi baru tentang
pemanfaatan limbah plastik daur ulang dan serbuk gergajian dengan penguat serat
organik yang lebih berdaya-guna dalam bentuk komposit dan hendaknya metode
yang digunakan dapat dimanfaatkan oleh industri-industri yang memproduksi
komposit kayu-plastik daur ulang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Serbuk Kayu


Penanganan limbah kayu yang dihasilkan oleh industri pengolahan kayu di
Indonesia masih belum optimal karena peralatan yang kurang memadai. Limbah
kayu berupa potongan log maupun sebetan sejauh ini telah dimanfaatkan sebagai
inti papan blok dan bahan baku papan partikel. Adapun limbah berupa serbuk
gergaji biasanya hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar saja. Untuk industri
besar dan terpadu, limbah serbuk kayu gergajian sudah dimanfaatkan menjadi
bentuk briket arang dan arang aktif yang dijual secara komersial, namun untuk
industri kecil yang tersebar di berbagai daerah dan mencapai ribuan unit limbah
ini belum dimanfaatkan secara maksimal. (Setyawati, 2003).
Tipe-tipe utama partikel kayu yang digunakan sebagai bahan pengisi
(filler) yaitu :
a. Tatal, yaitu bentuk kepingan yang dipotong dari suatu balok dengan
memakai pisau yang besar atau pemukul, seperti mesin pembuatan tatal
kayu pulp.
b. Pasahan, yaitu partikel kayu berdimensi yang tidak menentu yang
dihasilkan apabila mengentam lebar atau mengentam sisi ketebalan kayu,
ketebalannya bervariasi dan sering tergulung.
c. Serpih, yaitu partikel kecil dengan dimensi yang telah ditentukan
sebelumnya yang dihasilkan dari peralatan yang telah dikhususkan.
Ketebalannya seragam dan orientasi serat sejajar permukaannya.
d. Biskit, merupakan partikel yang berbentuk serpihan namun lebih besar
ukurannya.

e. Untaian, merupakan pasahan dalam bentuk panjang dan pipih dengan


permukaan yang sejajar.
f. Kerat, yaitu potongan-potongan melintang dalam bentuk persegi dengan
panjang paling sedikit empat kali ketebalannya.
g. Serbuk gergaji, merupakan partikel kayu halus yang dihasilkan dari
pemotongan oleh gergaji kayu (Putra, 2009).

Gambar 2.1 Serbuk kayu


2.1.1 Klasifikasi Kayu
Pada dasarnya akan sangat sulit sekali mengelompokkan ribuan bahkan jutaan
jenis kayu yang ada di bumi ini. Namun secara umum kayu dibagi atas dua
golongan besar, yaitu kayu keras dan kayu lunak. Kayu yang berasal dari pohon
berdaun lebar umumnya keras, sedangkan kayu yang berasal dari pohon berdaun
jarum lebih lunak. Namun di antara pohon-pohon yang sejenis didapati kekerasan
yang berbeda. Bahkan pada satu jenis pohon yang sejenis didapati kekerasan
batang yang tidak tetap. Sebab proses pertumbuhan di seluruh tempat tidak
berlangsung dengan kecepatan atau cara yang sama karena dipengaruhi langsung
oleh nutrisi dan kultur tempat pohon tersebut tumbuh. Kayu yang digunakan
sebagai bahan bangunan adalah kayu olahan yang diperoleh dengan jalan

mengkonversikan kayu bulat menjadi kayu berbentuk balok, papan atau bentuk
lain sesuai dengan tujuan penggunaannya.
2.1.2 Sifat Fisik Kayu
Sifat fisik dari kayu adalah karakteristik kuantitatif dan kemampuan untuk
tahan terhadap pengaruh dari luar. Sifat fisik ini sangat penting untuk diketahui
karena punya pengaruh besar terhadap kekuatan dan tampilan kayu yang
digunakan. Sifat fisik dari kayu juga mempengaruhi sifat mekaniknya. Sifat fisik
kayu ditentukan oleh tiga ciri, yaitu:
a. Porositas atau ukuran volume rongga, yang dapat diperkirakan dengan
mengukur kerapatannya.
b. Organisasi struktur sel, yang meliputi struktur mikro dinding sel, variasi
dan ukuran besarnya sel.
c. Kandungan air.
Beberapa hal yang tergolong dalam sifat kayu adalah berat jenis, keawetan
alami, higroskopik, berat volume dan kekerasan. Keawetan alami adalah
ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar, seperti
jamur, rayap, bubuk, cacing laut dan mahkluk lainnya yang diukur dengan jangka
waktu tahunan.
Kayu juga mempunyai sifat higroskopik, yaitu dapat menyerap dan
melepaskan air atau kelembaban. Kelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh
kelembaban dan suhu udara pada suatu tempat. Semakin lembab udara di
sekitarnya akan semakin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai
keseimbangan dengan lingkungannya. Masuk dan keluarnya air dari kayu akan
mengakibatkan kayu tersebut mengembang atau menyusut (Putra, 2009).

2.1.3 Sifat Mekanik Kayu


Sifat mekanik kayu ialah sifat-sifat yang terkandung pada statu kayu
terkait kemampuan kayu tersebut menahan atau melawan gaya ataupun bebanbeban yang datang dari luar. Yang dimaksud dengan beban dari luar yaitu gayagaya di luar benda yang mempunyai kecenderungan untuk mengubah posisi,
bentuk dan ukuran benda tempat gaya tersebut bekerja. Kekuatan kayu memegang
peranan penting dalam penggunaan kayu terutama sekali untuk bangunan, oleh
karena itu hampir pada semua pengguna kayu dibutuhkan syarat kekuatan (Putra,
2009).
2.1.4 Kandungan Air dalam Kayu
Kadar air adalah jumlah air yang dikandung oleh kayu. Banyaknya air di
dalam kayu selalu berubah-ubah tergantung pada suhu atau udara di sekelilingnya.
Semua sifat fisik kayu sangat dipengaruhi oleh perubahan kadar air kayu. Oleh
karena itu, dalam penggunaan kayu sebagai bahan baku bangunan, perabot dan
lain sebagainya perlu diketahui kandungan kadar air di dalam kayu. Keadaan air
yang terdapat di dalam kayu terdiri atas dua macam, yaitu:
a. Air bebas, yaitu air yang terdapat dalam ronggga-rongga sel, paling mudah
dan terdahulu keluar. Air bebas umumnya tidak mempengaruhi sifat dan
bentuk kayu kecuali berat kayu.
b. Air terikat, yaitu air yang berada dalam dinding-dinding sel kayu dan
sangat sulit untuk dilepaskan. Air yang berada pada dinding-dinding sel
inilah yang berpengaruh pada sifat-sifat kayu dan menyebabkan
penyusutan (Putra, 2009).

Anda mungkin juga menyukai