Pembuatan Papan Partikel Dari Limbah Serbuk Kayu-Plastik Pet Daur Ulang Dengan Penambahan Serat Organik
Pembuatan Papan Partikel Dari Limbah Serbuk Kayu-Plastik Pet Daur Ulang Dengan Penambahan Serat Organik
Pembuatan Papan Partikel Dari Limbah Serbuk Kayu-Plastik Pet Daur Ulang Dengan Penambahan Serat Organik
menangani
limbah
perkotaan,
salah
satu
yang
menjadi
menimbulkan banjir. Apabila limbah plastik terdapat didalam tanah maka seluruh
unsur hara yang ada dibawah cakupannya akan hilang sehingga dapat merusak
stabilitas ekositem tempat tersebut. Lain halnya dengan limbah organik yang
kuantitasnya jauh lebih besar tapi bisa terurai di alam dengan sendirinya
(Wirjosentono B, 1998).
Ditinjau dari segi ekonomis dan aplikasinya plastik dapat digolongkan
dalam 2 golongan utama yaitu plastik komoditi dan plastik teknik. Plastik
komoditi dicirikan dengan memiliki volume yang tinggi dan harga yang relatif
murah. Plastik jenis ini biasanya digunakan sebagai lapisan pengemas, isolasi
kawat dan kabel, bahan baku untuk mainan dan lain sebagainya. Sedangkan
plastik teknik cenderung lebih mahal dan memiliki sifat mekanik yang unggul
serta memiliki daya tahan yang baik. Plastik jenis ini bersaing dengan logam,
keramik dan gelas dalam berbagai jenis aplikasi. Polyester merupakan plastik
teknik yang utama yang mencapai 99 % dari plastik teknik yang beredar di
pasaran yang dipakai dalam bidang transportasi (mobil, sepeda motor dan
pesawat), konstruksi (perumahan, instalasi pipa, perangkat keras), bahan listrik
dan elektronik, mesin-mesin industri dan barang-barang konsumsi rumah tangga
(Stevans, 2001).
Salah satu penanganan limbah plastik adalah dengan proses daur ulang,
walaupun hasilnya belum sebaik hasil olahan plastik segar, ini disebabkan oleh
kerusakan dan oksidasi pada rantai molekul plastik selama pembuangan dan
adanya pengaruh cuaca serta pengotoran campuran plastik lainnya. Sedangkan
proses daur ulang limbah plastik yang berbentuk kantongan/film belum banyak
dilakukan karena susah dalam hal pengumpulan(Wirjosentono B, 2000).
Senada dengan itu, dari kegiatan pemanenan dan industri pengolahan kayu
dihasilkan limbah kayu berupa potongan-potongan kayu bulat (log), sebetan,
serbuk gergajian (saw dust), potongan venir dan lain-lain. Karena industri tersebut
masih belum efektif dan efisien dalam hal peralatan dan manajemen, rendemen
yang dihasilkan belum optimal sehinga limbah yang dihasilkan mencapai 50 %
dari total kayu bulat mentah yang dipanen. Limbah tersebut biasanya hanya
dibuang percuma atau hanya sekedar dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk
memasak yang mana bisa menimbulkan masalah pencemaran udara dari asap
yang dibentuknya. Dari data Departemen Kehutanan dan Perkebunan pada tahun
2006 bahwa limbah kayu yang dihasilkan dari industri kayu lapis dan kayu
gergajian diperkirakan mencapai 7.508.019 m3(Wirjosentono B, 2000).
Adanya berbagai masalah lingkungan ini mendorong para ahli untuk
mendaur-ulang kembali limbah-limbah ini menjadi kayu komposit. Pemakaian
plastik polipropilena daur ulang dan wood dengan komposisi 50:50 dengan
penambahan compatibilizer anhidrida maleat (MAH) 2,5 % menghasilkan
kekuatan komposit yang optimal (Setyawati, 2003).
Para pakar industri otomotif Eropa memprediksikan di tahun 2015
penggunaan komposit kayu-plastik akan jauh meningkat karena sedang
diupayakannya 95 % komponen otomotif harus bisa didaur ulang. Hal ini sudah
dipelopori oleh Mercedes Benz sejak tahun 1994 dengan menggunakan plastik
polipropilen yang diperkuat serat rami untuk panel interior pada seri E-Class
(Ismunandar, 2003).
mengkonversikan kayu bulat menjadi kayu berbentuk balok, papan atau bentuk
lain sesuai dengan tujuan penggunaannya.
2.1.2 Sifat Fisik Kayu
Sifat fisik dari kayu adalah karakteristik kuantitatif dan kemampuan untuk
tahan terhadap pengaruh dari luar. Sifat fisik ini sangat penting untuk diketahui
karena punya pengaruh besar terhadap kekuatan dan tampilan kayu yang
digunakan. Sifat fisik dari kayu juga mempengaruhi sifat mekaniknya. Sifat fisik
kayu ditentukan oleh tiga ciri, yaitu:
a. Porositas atau ukuran volume rongga, yang dapat diperkirakan dengan
mengukur kerapatannya.
b. Organisasi struktur sel, yang meliputi struktur mikro dinding sel, variasi
dan ukuran besarnya sel.
c. Kandungan air.
Beberapa hal yang tergolong dalam sifat kayu adalah berat jenis, keawetan
alami, higroskopik, berat volume dan kekerasan. Keawetan alami adalah
ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar, seperti
jamur, rayap, bubuk, cacing laut dan mahkluk lainnya yang diukur dengan jangka
waktu tahunan.
Kayu juga mempunyai sifat higroskopik, yaitu dapat menyerap dan
melepaskan air atau kelembaban. Kelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh
kelembaban dan suhu udara pada suatu tempat. Semakin lembab udara di
sekitarnya akan semakin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai
keseimbangan dengan lingkungannya. Masuk dan keluarnya air dari kayu akan
mengakibatkan kayu tersebut mengembang atau menyusut (Putra, 2009).