Suluah Bendang Di Nagari
Suluah Bendang Di Nagari
Suluah Bendang Di Nagari
SULUAH BENDANG
DI NAGARI
MUKADDIMAH
1
H. MAS’OED ABIDIN
1
motivation of force
2
borderless
2
SULUAH BENDANG DI NAGARI
3
H. MAS’OED ABIDIN
4
SULUAH BENDANG DI NAGARI
5
H. MAS’OED ABIDIN
3
QS.28, Al Qashash:77.
6
SULUAH BENDANG DI NAGARI
PERPADUAN
ADAT DAN SYARAK
4
QS.3, ali Imran : 104
7
H. MAS’OED ABIDIN
5
Rumah gadang (= rumah besar) tempat tinggal anak kemenakan di
Minangkabau, ibarat gajah maharam (=gajah duduk) dan lumbung
padi berjejer di halamannya. Rangkiang (=lumbung padi yang
bergonjong) tempat menyimpan hasil panenan anak nagari tujuh
sejajar (menggambarkan arti kemakmuran yang diperdapat karena
rajinnya anak nagari mengolah alam menjadi sawah penghasil
pertanian. Satu di antaranya bernama “si bayau-bayau” yang isinya
8
SULUAH BENDANG DI NAGARI
9
H. MAS’OED ABIDIN
7
HR.Hakim, dan ia mensahihkannya menurut syarat Bukhari
Muslim dengan disetujui oleh Mundziri, al Munthaqa : 2089, dan
Dzahabi (4/306).
8
HR.Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Ibnu Mas’ud RA,
(Shahih Jami’ Ash Shaghir : 1301)
10
SULUAH BENDANG DI NAGARI
9
QS.62, Al Jumu’ah : 10.
10
Lihat pula sinyal Kitabullah QS.4, An Nisak : 97
11
H. MAS’OED ABIDIN
12
Ingat sebelum kena, hemat sebelum habis, dan kehati-hatian
terhadap keluarga yang di tingalkan di kampung dan lebih berhati-
hati lagi yang kan berjalan meninggalkan kampung halaman. Satu
nasehat yang menjadi bekal dari anak nagari yang akan merantau.
Bekal nasehat lebih utama dari bekalan materi yang menjadi
pendorong utama terpeliharanya sumber daya manusia Minangkabau.
12
SULUAH BENDANG DI NAGARI
13
H. MAS’OED ABIDIN
13
Sahsiah mempunyai tiga ciri utama. Pertama ialah keunikan
dengan maksud tersendiri. Kedua, kemampuan untuk berubah dan
diubah; sebagai hasil pembelajaran dan pengalaman. Ketiga ialah
organisasi. Sahsiah tidak sekadar himpunan tingkahlaku akan tetapi
melibatkan corak tindakan dalam operasional keseharian yang
bersifat konsisten.
14
G.W Allport, ”Pattern and Growth in Personality”, mendifinisikan
sahsiah sebagai organisasi dinamik sesuatu sistem psikofisikal di
dalam diri seorang individu yang menentukan tingkah laku dan
fikirannya yang khusus, merangkumi segala unsur-unsur psikologi
seperti tabiat, sikap, nilai, kepercayaan dan emosi, bersama dengan
unsur-unsur fisik, bentuk tubuh badan, urat saraf, kelenjar, wajah dan
gerak gerik seseorang ( Mok Soon Sang, 1994:1).
14
SULUAH BENDANG DI NAGARI
B. Sifat-Sifat Akhlak
1. Benar dan jujur, Menepati janji dan Amanah
2. Ikhlas dalam perkataan dan cekatan berbuat
3. Merendah diri – tawadhu’ --, Sabar dan tabah
4. Lapang dada – hilm --, Pemaaf dan toleransi
5. Menyayangi anak nagari dengan
mendahulukan kepentingan bersama dengan
mengutamakan sikap pemurah, zuhud dan
berani bertindak.
15
HR. Imam Bukhari, dan Nawawi dalam ar Riyadh.
15
H. MAS’OED ABIDIN
1. Sikap Mental
• Cerdas (pintar teori, amali dan sosial).
• Menguasai hal yang takhassus pembinaan
umat.
• Luas pengetahuan umum dan mencintai
berbagai bidang akliah, ilmiah yang sehat.
• Mengenal ciri, watak, kecenderungan anak
nagari dalam menanggapi setiap perubahan.
• Fasih, bijak dan cakap di dalam
penyampaian.
2. Sifat Kejiwaan
• Tenang dengan emosi mantap terkendali
• Optimistik dalam hidup, penuh harap
kepada Allah dan tenang jiwa
mengingatiNya.
• Percaya diri dan mempunyai kemauan yang
kuat
• Lemah lembut dan baik dalam pergaulan
• Berfikiran luas dan mampu menyesuaikan
diri dengan masyarakat
3. Sifat Fisik
• Sehat tubuh dan badan dari penyakit
menular
16
SULUAH BENDANG DI NAGARI
17
H. MAS’OED ABIDIN
18
SULUAH BENDANG DI NAGARI
16
HR. Mutafaq’alaihi dari Mu’awiyah.
19
H. MAS’OED ABIDIN
20
SULUAH BENDANG DI NAGARI
21
H. MAS’OED ABIDIN
22
SULUAH BENDANG DI NAGARI
18
HR.Muslim, Ahmad, Tirmidzi, Nasa’I, dan Ibnu Majah dari Jarir
(Shahih al Jami’ ash Shaghir : 6305)
23
H. MAS’OED ABIDIN
24
SULUAH BENDANG DI NAGARI
19
Al Ihsan : 3377 dan al Muntaqa min at Targhib : 1805.
20
Ibid. Al Ihsan
25
H. MAS’OED ABIDIN
26
SULUAH BENDANG DI NAGARI
27
H. MAS’OED ABIDIN
21
HR.Ahmad dan Imam Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad dari Anas
RA. Albani meletakkan hadist ini di dalam Shahih al Jami’ ash-
Shaghir (1424).
28
SULUAH BENDANG DI NAGARI
29
H. MAS’OED ABIDIN
22
"Kefakiran membawa orang kepada kekufuran" al-Hadist.
30
SULUAH BENDANG DI NAGARI
23
Dalam Seminar Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah
yang pertama kali digelar sesudah era reformasi oleh ICMI Sumbar
bekerja sama dengan Harian Mimbar Minang, di tetapkan kembali
pentingnya masyarakat dan pemerintah daerah di Sumatra Barat
menghidupkan kembali falsafah budaya ABS-SBK, (kependekan
dari Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah), yang
memberikan unsur-unsur pegangan hidup yang positif, mengandung
pendorong dan perangsang -- force of motivation -- tenaga penggerak
untuk mendinamiser satu masyarakat yang statis atau "sedang
mengantuk".
24
QS.49, al Hujurat : 13.
31
H. MAS’OED ABIDIN
TATA RUANG
25
Pawang biduk (pembawa dan pengelola biduk) anak orang Tiku,
pandai mendayung perahu sambil menelungkup. Bersilang kayu di
dalam tungku (artinya, berbeda pendapat) tidak menjadi halangan
apa-apa, bahkan menjadi pendorong (force of motivation) sehingga
dengan kondisi persilangan pendapat itu, api bisa hidup artinya
maksud bisa dicapai, dan pemahaman menjadi kaya, nasi menjadi
masak. Satu bentuk lain dari kaedah demokratisasi di Minangkabau
yang di awali dari kesediaan menerima pendapat orang lain.
32
SULUAH BENDANG DI NAGARI
33
H. MAS’OED ABIDIN
26
Tawakkal, bukan "hanya menyerahkan nasib" dengan tidak berbuat
apa-apa, Yang perlu dijaga ialah supaya dalam segala sesuatu harus
pandai mengendalikan diri, agar jangan melewati batas, dan
berlebihan. “Ka lauik riak mahampeh, Ka karang rancam ma-aruih,
Ka pantai ombak mamacah. Jiko mangauik kameh-kameh, Jiko
mencancang, putuih – putuih, Lah salasai mangko-nyo sudah”.
34
SULUAH BENDANG DI NAGARI
35
H. MAS’OED ABIDIN
27
Atau disebut juga “stock of produced means of production”.
36
SULUAH BENDANG DI NAGARI
37
H. MAS’OED ABIDIN
38
SULUAH BENDANG DI NAGARI
39
H. MAS’OED ABIDIN
40
SULUAH BENDANG DI NAGARI
41
H. MAS’OED ABIDIN
SENDI SYARAK
DI GALI DARI AJARAN ISLA M
42
SULUAH BENDANG DI NAGARI
43
H. MAS’OED ABIDIN
44
SULUAH BENDANG DI NAGARI
45
H. MAS’OED ABIDIN
28
29
46
SULUAH BENDANG DI NAGARI
31
32
47
H. MAS’OED ABIDIN
34
48
SULUAH BENDANG DI NAGARI
BEKERJA
Ka lauik riak mahampeh
Ka karang rancam ma-aruih
Ka pantai ombak mamacah
CARANYA
Senteng ba-bilai,
Singkek ba-uleh
Ba-tuka ba-anjak
Barubah ba-sapo
49
H. MAS’OED ABIDIN
50
SULUAH BENDANG DI NAGARI
KEMAKMURAN
51
H. MAS’OED ABIDIN
PERHATIAN
52
SULUAH BENDANG DI NAGARI
53
H. MAS’OED ABIDIN
54
SULUAH BENDANG DI NAGARI
55
H. MAS’OED ABIDIN
56
SULUAH BENDANG DI NAGARI
57
H. MAS’OED ABIDIN
58
SULUAH BENDANG DI NAGARI
59
H. MAS’OED ABIDIN
KEMBALI
KE NAGARI
Kembali ke Nagari semestinya lebih dititik beratkan
kepada kembali banagari.
Perubahan cepat yang sedang terjadi, apakah karena sebab
derasnya gelombang arus globalisasi, atau penetrasi budaya
luar (asing) telah membawa akibat bahwa perilaku
60
SULUAH BENDANG DI NAGARI
61
H. MAS’OED ABIDIN
62
SULUAH BENDANG DI NAGARI
35
(HR.Bukhari, dalam Riyadhus-Shalihin, Imam Nawawy).
63
H. MAS’OED ABIDIN
36
(HR.Muttafaqun ‘alaihi dari Abi Ya’la (Ma’qil) bin Yasar RA)
64
SULUAH BENDANG DI NAGARI
65
H. MAS’OED ABIDIN
66
SULUAH BENDANG DI NAGARI
67
H. MAS’OED ABIDIN
68
SULUAH BENDANG DI NAGARI
KERJA KERAS
MENINGKATKAN MUTU
69
H. MAS’OED ABIDIN
70
SULUAH BENDANG DI NAGARI
ULAMA MINANGKABAU
MENUJU PEMERINTAHAN NAGARI
71
H. MAS’OED ABIDIN
72
SULUAH BENDANG DI NAGARI
73
H. MAS’OED ABIDIN
74
SULUAH BENDANG DI NAGARI
PEMANTAPAN TAMADDUN
Agama dan adat budaya di dalam tatanan
kehidupan menjadi landasan dasar pengkaderan re-
generasi, dengan menanamkan kearifan dan keyakinan
bahwa apa yang ada sekarang akan menjadi milik generasi
mendatang. Salah satu tema menarik saat ini adalah upaya
menciptakan masyarakat tamaddun (beradab). Konsep
pemikiran ini merupakan antitesis terhadap degradasi
moral yang dibawa oleh peradaban Barat. Konsep ini mulai
difikirkan dan dirancang oleh beberapa politisi dunia,
khususnya yang ada di Malaysia dan Asean serta beberapa
negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
75
H. MAS’OED ABIDIN
76
SULUAH BENDANG DI NAGARI
40
Di tengah persimpangsiuran berita yang cenderung memiliki
pandangan free flows of words and image yaitu kebebasan
menyajikan sesuatu yang menarik perhatian, dalam bentuk tayangan
di berbagai media informasi elektronika ketika kita menapak alaf baru
77
H. MAS’OED ABIDIN
78
SULUAH BENDANG DI NAGARI
79
H. MAS’OED ABIDIN
42
(Hadist Riwayat Imam Ahmad, Bukhari dan Muslim dalam Shahih
Jami’ Shaghir, 7290).
80
SULUAH BENDANG DI NAGARI
KEMBALI KE SURAU
43
Hadist Riwayat Imam Muslim dan Ash-habus Sunan.
81
H. MAS’OED ABIDIN
44
Orang Minang menyebut tempat dilangsungkannya pendidikan agama
dengan “surau (madrasah)” pada masa dulu tidak dilazimkan memakai
kata “pondok pesantren” seperti sekarang.
82
SULUAH BENDANG DI NAGARI
DEKAT MENDEKATI
Pada tiga dasawarsa terakhir, khususnya sejak
decade 1970 pemerintah mulai membuka akses lebih besar
kedunia pendidikan Islam di surau atau madrasah Islam
dan masuk kedalam dengan merangkul pesantren yang
pada beberapa masa sebelumnya cenderung tertutup.
83
H. MAS’OED ABIDIN
84
SULUAH BENDANG DI NAGARI
85
H. MAS’OED ABIDIN
46
Menurut pendapat saya, dalam kebudayaan hasrat ini seiring dengan
berlakunya sistim sentralistik dan jawanisasi.
86
SULUAH BENDANG DI NAGARI
87
H. MAS’OED ABIDIN
88
SULUAH BENDANG DI NAGARI
49
Penghulu pada setiap suku, yang sering juga disebut ninik mamak nan
gadang basa batuah, atau nan di amba gadang, nan di junjung tinggi,
sebagai suatu legitimasi masyarakat nan di lewakan.
50
Bisa juga disebut dengan panggilan urang siak, tuanku, bilal, katib
nagari atau imam suku, dll dalam peran dan fungsinya sebagai urang
surau pemimpin agama Islam. Gelaran ini lebih menekankan kepada
pemeranan fungsi ditengah denyut nadi kehidupan masyarakat (anak
nagari).
51
Bisa saja terdiri dari anak nagari yang menjabat jabatan pemerintahan,
para ilmuan, perguruan tinggi, hartawan, dermawan.
52
Para remaja, angkatan muda, yang dijuluki dengan nan capek kaki
ringan tangan, nan ka disuruah di sarayo.
53
Kalangan ibu-ibu, yang sesungguhnya ditangan mereka terletak garis
keturunan dalam sistim matrilinineal dan masih berlaku hingga saat ini,
lebih jelasnya di ungkap di dalam Pegangan Penghulu, Bundo
Kanduang di Minangkabau, adalah menjadi “limpapeh rumah nan
gadang,umbun puruak pegangan kunci, pusek jalo kumpulan tali,
sumarak dalam nagari, nan gadang basa batuah” (Idrus Hakimy, 1997
89
H. MAS’OED ABIDIN
: 69 – 116)
90
SULUAH BENDANG DI NAGARI
KEMBALI KE SURAU
Semestinya dipahami bahwa kembali ke surau tentu
bukanlah kembali kepada tinggal dan bermalam di surau
seperti terjadi di zaman penjajahan, yang dalam banyak hal
mungkin tidak sesuai dengan alam kemerdekaan dan
reformasi. Akan tetapi yang lebih sesuai barangkali adalah
menjadikannya tetap sebagai pusat pembinaan umat dan
54
Bukti kecintaan kenagari ini banyak terbaca dalam ungkapan-
ungkapan pepatah hujan ameh dirantau urang hujang batu dinagari
awak, tatungkuik samo makan tanah tatilantang samo mahiruik ambun.
91
H. MAS’OED ABIDIN
92
SULUAH BENDANG DI NAGARI
93
H. MAS’OED ABIDIN
MEMAKMURKAN SURAU
Memakmurkan surau (masjid) dalam masa ini adalah
menetapkan visi untuk menentukan program pembinaan
yang akan dilakukan di tengah anak nagari yang akan
mendukung percepatan pembangunan di era otonomi
daerah di Sumbar, antara lain ;
94
SULUAH BENDANG DI NAGARI
95
H. MAS’OED ABIDIN
96
SULUAH BENDANG DI NAGARI
97
H. MAS’OED ABIDIN
98
SULUAH BENDANG DI NAGARI
99
H. MAS’OED ABIDIN
1. kesehatan fisik.
2. kesehatan jiwa.
3. kesehatan ide (pemikiran),
4. kesehatan sosial masyarakat disekitarnya.
Keempat bentuk kesehatan tersebut berada dalam
ruang lingkup yang sama (integratif) yang memiliki
interrelasi satu sama lain. Interrelasi ini berada dalam
ruang lingkup pemikiran Islam, sebagai sebuah garis
tengah yang menjadi "benang hijau" terhadap segala
bentuk pemikiran yang ada. Sebagai sebuah garis tengah
yang menjadi "benang hijau", dia tidak mengalami
gesekan-gesekan pemikiran dan mengambil segala bentuk
pemikiran konstruktif dan meninggalkan pemikiran
destruktif 56.
100
SULUAH BENDANG DI NAGARI
101
H. MAS’OED ABIDIN
102
SULUAH BENDANG DI NAGARI
58
Proses ini dilakukan oleh M.Natsir melalui proses belajar yang
panjang dengan berbagai guru beliau, mulai dari HOS
Cokroaminooto, H.A.Salim, dan dari guru yang berpandangan
hidup dengan alur pemikiran yang keras serta memiliki fanatisme
agama yang keras seperti tokoh PERSIS Ahmad Hassan (dikenal
juga dengan nama Hassan Bandung) sampai kepada tokoh moderat
dan sosialis sekalipun.
103
H. MAS’OED ABIDIN
59
Ide atau pemikiran tersebut di tuangkan di dalam menciptakan
produk kecil (handy craft) di nagari-nagari dalam masyarakat yang
dikenal hari ini dengan sebutan “satu desa satu produk” (one village
one product), yang dilaksanakan dalam proyek pengembangan
ekonomi masyarakat kecil pedesaan di Jepang dan berperan
menjadi salah satu upaya pemerkasaan rakyat kecil (people
empowerment) dan menjadi tiang proses kompetisi perekonomian
dunia dalam proses globalisasi.
104
SULUAH BENDANG DI NAGARI
60
Sesuai Sunatullah “ inna az-zamaan qad istadara” (al Hadist),
artinya zaman berubah dan musim selalu berganti.
105
H. MAS’OED ABIDIN
106
SULUAH BENDANG DI NAGARI
107
H. MAS’OED ABIDIN
108
SULUAH BENDANG DI NAGARI
109
H. MAS’OED ABIDIN
110
SULUAH BENDANG DI NAGARI
PROBLEMATIKA
PEMBINAAN AGAMA
DI NAGARI NAGARI
DI MINANGKABAU
111
H. MAS’OED ABIDIN
112
SULUAH BENDANG DI NAGARI
113
H. MAS’OED ABIDIN
VI
VIIGOLONGAN BUKANLAH TUJUAN
XIVKelompok yang ada hanya sekedar sarana untuk
mencapai tujuan.
XVII
XVIIIMasyarakat lingkungan adalah media, satu-satunya
lapangan tempat beroperasinya para da’i, tempat
berdakwah sepanjang hidup.
114
SULUAH BENDANG DI NAGARI
XX
XXI
XXII
XXIIIDA’I, IMAM DAN KHATIB HARUS
MEMILIKI PAHAM YANG LUAS
XXIV
XXVImam Khatib dan para da’i serta muballigh di
nagari-nagari yang akan berperan sebagai pembina
umat semestinya mempunyai pemahaman-pemahaman
yang mendalam tentang beberapa pokok perpegangan
diantaranya ;
XXVI
XXVII1. Alam ghaib, sesuai rukun Iman, akan
menyelamatkan manusia dari kesia-siaan berpikir
terhadap sesuatu yang diluar wilayah kemampuan
rasio, rujukannya adalah Al Quran dan Hadist.
115
H. MAS’OED ABIDIN
XXXI
XXXII4. Kesadaran lokal, minimal pengetahuan tentang
XXXVI
XXXVIIPengetahuan lokal ini berguna untuk
memperbaiki masyarakat dengan semangat ihsan,
membuat analisis, menyediakan alternatif-alternatif.
Teori yang khayal hanyalah angan-angan. Masyarakat
memerlukan kenyataan-kenyataan yang menyentuh
kehidupan pribadi maupun kelompok secara langsung.
XXXVIII
XXXIXTujuan akhir menghapuskan ketidak seimbangan
serius melalui pendidikan dan prinsip-prinsip Islami.
Bagi lingkup masyarakat Islam boleh saja disajikan berbagai
hidangan tetapi semuanya mesti halal.
XL
XLIDA’I, IMAM DAN KHATIB ADALAH PEMIMPIN
116
SULUAH BENDANG DI NAGARI
XLII
XLIIIMaka tidak dapat tidak, seorang da’i mesti
menempatkan diri ditengah masyarakatnya, memiliki
orientasi pengabdian yang luhur, sanggup
menawarkan alternatif dalam persoalan keumatan,
menjawab masaalah umat, pemecahan permasalahan
umat, berperan sebagai seorang pemimpin dalam
membina masyarakat dengan penuh perhatian dan
keikhlasan, sehingga keberadaannya ditengah umat
binaan menjadi perhatian dan lanjutannya
mendapatkan dukungan masyarakat kelilingnya.
XLIV
XLVTindakan awal yang menopang keberhasilan dakwah
para da’i. Secara individu berusaha mendapatkan
pengetahuan minimal tentang kejadian sekitar,
karenanya perlu mendapatkan supply informasi yang
memadai.
XLVI
XLVIISecara Lokal, selalu berpartisipasi pada setiap
pertemuan dan memelihara kesinambungan halaqah
dan usrah, peningkatan akhlak karimah dalam setiap
pelaksanaan dakwah praktis yang menyangkut
keseharian umat seperti kelahiran, perkawinan, dikala
sakit dan kematian).
XLVIII
117
H. MAS’OED ABIDIN
LII
LIIIBila umat Islam banyak membaca, maka umat Islam
akan memimpin dunia (QS,96-al ‘Alaq:1-5).
LV
LVIPara da’i perlu memiliki sikap jujur dan objektifitas
mengambil pelajaran berguna, Mampu melihat diri
dari dalam, kritik konstruktif, identifikasi kekurangan,
karena yang tidak jujur kepada diri tidak akan dapat
melatih diri kepada yang benar.
118
SULUAH BENDANG DI NAGARI
LXI
LXIIBerbuat lebih baik, artinya para da’i mesti meyakini
bahwa sukses hanya dari Allah, Konsekwensinya,
tetap berusaha di jalan Allah, mengakui kesalahan, dan
bersedia memperbaiki kekeliruan.
LXIII
LXIVSuprioritas tergantung kepada wahyu dan nawaitu
ideologi, bukan kepada superioritas manusianya. Dari
pengfalaman- dakwah rusaknya da’i dalam dakwahnya
karena keharusan melaksanakan pesan sponsor diluar
ketentuan wahyu agama.
LXV
LXVIPerjuangan berhadapan dengan kemunduran
119
H. MAS’OED ABIDIN
LXVIII
LXIXJangan lupa dengan pemeranan perempuan, anak-
anak dan kalangan dhu’afak, --- (“Innama tunsharuuna
wa turzaquuna bi dhu’afaai-kum” bahwa kamu hanya akan
terbantu dan terlapangi oleh kalangan lemah diantara kamu
(al Hadist). --- Perang tidak akan dapat di menangkan
manakala lebih dari 50 % kekuatan tidak di ikut
sertakan.
120
SULUAH BENDANG DI NAGARI
LXXI
LXXII
LXXIII
LXXIV
LXXV
LXXVITUGAS PEMIMPIN
LXXVIIMENGHIDUPKAN
UMAT
121
H. MAS’OED ABIDIN
LXXVIII
Umat yang berada ditangan pemimpin otoriter
akan sama halnya dengan mayat ditangan orang yang
memandikannya.
Hidupkan lembaga dakwah, dan fungsikan institusi
masyarakat. Fungsi yang selamanya tergantung kepada
orang seorang akan berakibat hilangnya kestabilan.
Kurangnya perencanaan akan menghapus semangat
kelompok dan padamnya inisiatif. Tujuan institusi adalah
menghidupkan dakwah, melaksanakan geraknya, bukan
sekedar mengumpul kan materi dan dana.
Hidupkan ketahanan nasional dan regional melalui
pelaksanaan kewajiban-kewajiban. Melaksanakan
kewajiban sepenuhnya akan jalan dengan sosialisasi
pertemuan pemikiran-pemikiran, informasi dan konsultasi,
formulasi strategi dan koordinasi. Pada era globalisasi
memasuki millenium ketiga selalu mengarah kepada
perubahan amat cepat dan drastis, dimana setiap hari
dunia dirasakan semakin mengecil.
Membuat rencana kerja agar dakwah tidak dikelola
secara krisis, sehingga pekerjaan rutin menjadi darurat.
Akhirnya tujuan menjadi kabur. Salah menempatkan
sumber daya yang ada baik SDM, SDA, SDU,
mengakibatkan timbulnya kesalahan prioritas. Dengan
perencanaan matang gerakan dakwah akan berangkat dari
hal yang logis (ma’qul, rasionil), dan sasarannya akan
dapat diterima oleh semua pihak.
Dakwah bukan kerja part-time, sambilan dan
sukarela bagi yang giat dan aktif saja. Tetapi harus menjadi
tugas full-time dari seluruh spesialis ditengah masyarakat,
oleh sarjana-sarjana spesialis, pedagang spesialis, birokrat
122
SULUAH BENDANG DI NAGARI
123
H. MAS’OED ABIDIN
124
SULUAH BENDANG DI NAGARI
125
H. MAS’OED ABIDIN
126
SULUAH BENDANG DI NAGARI
65
"Ibu (an-Nisak) adalah tiang negeri" (al Hadist). Jika kaum Ibu
dalam suatu negeri (bangsa) berkelakuan baik (shalihah), niscaya akan
sejahtera negeri itu. Sebaliknya, bila kaum Ibu disuatu negeri
berperangai buruk (fasad) akibatnya negeri itu akan binasa seluruhnya.
Banyak sekali hadist Nabi menyatakan pentingnya pemeliharaan
hubungan bertetangga, serta menanamkan sikap peduli dengan
berprilaku solidaritas tinggi dalam kehidupan keliling.
Diantaranya Rasulullah SAW bersabda; "Demi Allah, dia tidak
beriman”, "Siapakah dia wahai Rasulullah?" Beliau menjawab,
"Yaitu, orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatan-
kejahatannya". (Hadist diriwayatkan Asy-Syaikhan).
Dalam Hadist lainnya disebutkan ;“Tidaklah beriman kepadaku orang
yang perutnya kenyang, sedangkan tetangganya (dibiarkan)
kelaparan disampingnya, sementara dia juga mengetahui
(keadaan)nya” (HR.Ath-Thabarani dan Al Bazzar).
Bimbingan Risalah ini menekankan pentingnya pendidikan akhlak
Islam Satu bangsa akan tegak kokoh dengan akhlak (moralitas budaya
dan ajaran agama yang benar).
127
H. MAS’OED ABIDIN
128
SULUAH BENDANG DI NAGARI
129
H. MAS’OED ABIDIN
130
SULUAH BENDANG DI NAGARI
70
Satu generasi yang bertumbuh tanpa aturan, jauh dari moralitas,
berkecendrungan meninggalkan tamaddun budayanya. Tercermin pada
perbuatan suka bolos sekolah, memadat, menenggak minuman keras,
pergaulan bebas, morfinis, dan perbuatan tak berakhlak. "X", mereka
hilang dari akar budaya masyarakat yang melahirkannya. Disinilah
pentingnya peran ibu. Semestinya para perempuan (ibu) yang
memelihara perannya sebagai ibu berhak mendapatkan "medali"
sebagai pengatur rumahtangga dan ibu pendidik bangsa. Inilah darma
ibu yang sesungguhnya, yang sebenar-benar darma.
131
H. MAS’OED ABIDIN
71
Anak-anaknya (generasi pelanjutnya) senantiasa akan berkembang
menyerupai ibu dan bapaknya. Peran pendidikan amat menentukan,
karena pendidikan adalah teladan paling ideal dimata anak (lihat Nashih
‘Ulwan, dalam Tarbiyatul Aulaad). Jika ibu menegakkan hukum-hukum
Allah, begitu pula generasi yang di lahirkannya. Urgensi pelatihan
ibadah untuk anak sedari kecil dengan membiasakan mengerjakan shalat
dan ibadah (puasa, shadaqah, mendatangi masjid, menghafal al-Quran)
akan menjadi alat bantu utama melatih disiplin anak dari dini.
Sabda Rasulullah SAW. membimbingkan; “Suruhlah anak-anak kamu
mengerjakan shalat, selagi mereka berumur tujuh tahun, dan pukulllah
mereka (dengan tidak mencederai) karena meninggalkan shalat ini,
sedang mereka telah berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat
tidur mereka” (HR.Abu Daud dan Al Hakim).
132
SULUAH BENDANG DI NAGARI
133
H. MAS’OED ABIDIN
73
Gejala yang mulai meruyak dalam kehidupan modern sekarang, atau
setidaknya dalam masyarakat liberal, adalah keinginan diterapkannya
uni-sex (terlihat pada pakaian, asessories, pergaulan, kesempatan,
pekerjaan dan jamahan keseharian sosial budaya).
74
(Hani'ah, "Wanita Karir dalam Karya Sastra: Ada Apa Dengan
Mereka?", makalah Munas IV dan Pertemuan Ilmiah Nasional VIII,
HISKI 12-14 Desember 1997 di Padang).
134
SULUAH BENDANG DI NAGARI
75
(Syair Siti Zubaidah Perang China, Edisi Abdul Muthalib Abdul
Ghani, hal. 230).
76
Ibid. Pendapatnya diketengahkan pada Munas PIN VIII, HISKI 12-14
Desember 1997 di Padang.
135
H. MAS’OED ABIDIN
136
SULUAH BENDANG DI NAGARI
LXXIX
KHULASAH
137
H. MAS’OED ABIDIN
138
SULUAH BENDANG DI NAGARI
77
Bukti kecintaan kenagari ini banyak terbaca dalam ungkapan-
ungkapan pepatah hujan ameh dirantau urang hujang batu dinagari
awak, tatungkuik samo makan tanah tatilantang samo mahiruik ambun.
139
H. MAS’OED ABIDIN
H. MAS’OED ABIDIN
140
SULUAH BENDANG DI NAGARI
Web-site : http://www.masoedabidin.web.id
Mailgroup:
http://[email protected]
e-mail : [email protected]
[email protected]
[email protected]
141
H. MAS’OED ABIDIN
142