Potensi Ekstrak Biji Jarak Pagar Sebagai Pestisida Nabati (Oleh: Mario Donald Bani, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana, Kupang, NTT)
Potensi Ekstrak Biji Jarak Pagar Sebagai Pestisida Nabati (Oleh: Mario Donald Bani, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana, Kupang, NTT)
Potensi Ekstrak Biji Jarak Pagar Sebagai Pestisida Nabati (Oleh: Mario Donald Bani, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana, Kupang, NTT)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dampak negatif penggunaan pestisida sudah semakin diwaspadai oleh
berbagai komponen masyarakat Indonesia saat ini. Sayangnya kesadaran ini masih
belum diimbangi oleh pengurangan penggunaan pestisida oleh para petani di
lapang. Penggunaan pestisida oleh para petani Indonesia masih cukup tinggi sebab
pengembangan dan penerapan alternatif teknik pengendalian hama dan penyakit
di luar pestisida masih sangat kurang. Pengelolaan hama terpadu (PHT) yang
menjadi kebijakan nasional perlindungan tanaman (pasal 20 UU No. 12 tahun
1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman) tampaknya masih belum bisa diterapkan
secara baik di tingkat petani. Masih banyak yang belum paham apa itu PHT dan
teknik pengendalian hama apa saja yang bisa ditawarkan oleh PHT (Untung,
2006).
Salah satu alternatif teknik pengendalian hama yang cukup efektif dan
efisien adalah penggunaan pestisida nabati, atau penggunaan zat kimia nabati
yang terkandung dalam jaringan tumbuh-tumbuhan untuk mengendalikan
populasi hama. Untung (2006) mengungkapkan bahwa pestisida botani atau
pestisida nabati merupakan pestisida alami yang bahannya diambil langsung dari
tanaman atau hasil tanaman. Pestisida nabati sangat berbeda dari pestisida sintetis
kimia sebab tidak menimbulkan dampak residu (pestisida nabati sangat mudah
terurai secara alami) dan memiliki spektrum yang spesifik dan efektif untuk hama
tertentu. Selain itu sebagai hasil ekstrak jaringan tumbuhan, pestisida nabati
tentunya dapat dibuat sendiri dengan bahan yang sudah tersedia di lingkungan
sekitar kita, sehingga biaya yang dikeluarkan pun semakin berkurang. Sayangnya
teknik ekstraksi yang baik masih belum diperkenalkan kepada para petani
sehingga hal yang mudah ini terasa sulit dilakukan oleh para petani; pestisida
sintetis kimia pun tetap menjadi pilihan utama.
2
Perumusan Masalah
Tulisan ilmiah yang dikembangkan berdasarkan hasil penelitian
laboratorium ini, difokuskan pada hasil pengujian laboratorium terhadap ekstrak
biji jarak pagar, Jatropha curcas L, dalam meningkatkan mortalitas kumbang
bubuk jagung, Sitophilus zeamais. Beberapa fokus kajian yang diangkat:
1. cara pembuatan ekstrak biji jarak pagar yang murah dan mudah
dilakukan
2. pengaruh peningkatan dosis ekstrak biji jarak pagar terhadap
tingkat kematian kumbang bubuk
3. uji data hasil pengamatan terhadap perbedaan dosis ekstrak jarak
pagar dan kematian kumbang bubuk.
Tujuan Penulisan
Hasil penelitian yang diangkat dalam tulisan ini memang perlu
disempurnakan lagi dengan penelitian lanjutan. Namun pada dasarnya apa yang
diangkat di sini ingin menunjukkan bahwa jarak pagar tidak hanya bisa
dikembangkan sebagai bioetanol tetapi juga sebagai pestisida nabati. Selain itu
jarak pagar sebagai salah satu kekayaan lokal NTT seharusnya lebih diperhatikan
dan dikembangkan agar posisi pestisida kimia di hati para petani NTT dapat
digantikan oleh pestisida nabati yang berasal dari kekayaan lokal NTT.
3
LANDASAN TEORI
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan salah satu sumber
energi alternatif yang dapat dikembangkan sebagai biodiesel. Hambali et al.
(2006) mengungkapkan bahwa minyak yang dihasilkan tanaman jarak pagar ini
merupakan salah satu minyak nabati yang tidak dimanfaatkan sebagai minyak
makan (edible oil), seperti minyak kelapa sawit, sehingga penggunaannya untuk
memenuhi kebutuhan energi tidak akan mengganggu kebutuhan lainnya. Selain
itu tanaman tahunan yang tahan kekeringan ini dapat berkembang dengan baik di
wilayah-wilayah marginal Indonesia Timur, seperti NTT, NTB, Sulawesi, Maluku,
dan Papua.
Morfologi
Sitophilus zeamais dewasa memiliki panjang tubuh 2,5–4,5 mm, berwarna
cokelat, serta memiliki moncong yang sempit dan panjang. Hama inijuga
memiliki antena yang menyiku (siku-siku). Sementara itu, larvanya berwarna
putih, gemuk, dan tidak berkaki. Larva ini tumbuh dan berkembang dalam biji
jagung (Pracaya, 2007).
Daur Hidup
Sitophilus zeamais memiliki kekuatan terbang yang cukup baik, sehingga
dengan mudah menyerang biji-bijian jagung yang telah masak di lapang dan
menimbulkan lubang pada tongkol jagung. Meski begitu, biji-biji jagung yang
yang sudah berada di tempat penyimpanan, lebih rentan terhadap serangan S.
zeamais. Setiap lubang yang dibuat akan digunakan untuk meletakkan satu butir
telur, kemudian ditutup lagi. Kumbang betina biasa menghasilkan telur sampai
6
300 butir dalam beberapa minggu. Larva yang menetas lalu makan dan
berkembang dalam satu butir jagung, dan menjadi pupa di tempat yang sama.
Setelah menyelesaikan stadium pupa, imago kumbang keluar dari butir jagung
dan mulai memakan serta merusak biji-biji jagung lainnya. Kumbang bubuk
jagung dapat hidup hingga usia lima bulan. Dalam keadaan optimum, daur hidup
sejak stadium telur hingga dewasa diperkirakan 30 hari (Pracaya, 2007).
kingdom : Plantae
divisi : Spermatophyta
subdivisi : Angiospermae
kelas : Dicotyledonae
ordo : Euphorbiales
famili : Euphorbiaceae
7
genus : Jatropha
spesies : Jatropha curcas L
Jarak pagar termasuk tanaman setahun dan berupa tanaman perdu yang
dapat tumbuh pada kisaran ketinggian 0-1700 meter di atas permukaan laut.
Batangnya berkayu, berbentuk silindris, bercabang, berkulit licin, dan memiliki
tonjolan-tonjolan bekas tangkai daun yang gugur. Tanaman jarak pagar memiliki
daun tunggal yang tumbuh berseling dan tersebar di sepanjang batangnya.
Daunnya lebar, berbentuk jantung atau bulat telur melebar dengan panjang dan
lebar yang hampir sama, yaitu 5-15 cm. Helai daun berlekuk dan membentuk
sudut 3 atau 5 (Hambali et al. 2006).
Buah tanaman jarak pagar berbentuk bulat telur, memiliki diameter 2-4
cm, panjang 2 cm, dan tebal ± 1 cm. Buahnya berwarna hijau ketika masih muda,
dan berwarna kuning, abu-abu kecoklatan atau kehitaman jika sudah masak.
Bagian dalam buah terbagi atas tiga ruang yang masing-masingnya berisi satu biji.
Sementara itu bijinya berbentuk bulat lonjong, berwarna coklat kehitaman, dan
mengandung banyak minyak (Hambali et al. 2006). Selanjutnya Sinaga (2006)
menyatakan bahwa biji jarak pagar rata-rata berukuran 18x11x9 mm, dengan berat
0,62 gram, serta terdiri atas 58,1% biji inti yang berupa daging (kernel) dan 41,9%
kulit.
tahun. Sementara itu kisaran suhu lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan
jarak pagar adalah 11° -38° C. Produksi buah dimulai sejak tanaman ini mencapai
usia lima bulan, sedangkan produktivitas penuh dicapai pada usia lima tahun.
Kegiatan ini dilakukan selama tiga bulan, November 2007 - Januari 2008,
di Balai Benih Induk (BBI) Tarus, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten
Kupang. Sementara itu peralatan yang digunakan yaitu 12 buah stoples, kain kasa,
saringan/ayakan, dan timbangan. Bahan yang digunakan adalah biji jagung, imago
kumbang bubuk (Sitophilus zeamais), dan biji jarak pagar (Jatropha curcas L).
Biji jagung yang digunakan merupakan hasil panen BBI yang sebelumnya
disimpan pada kadar air 10-11%. Biji jagung tersebut disortir untuk mendapatkan
benih jagung yang masih baik/utuh. Sementara itu imago Sitophilus zeamais
diperoleh dari biji jagung yang berlubang atau terdapat bekas gigitan kumbang
bubuk yang diduga menjadi tempat diletakannya telur hama ini. Biji jagung
tersebut kemudian dibiarkan selama beberapa waktu hingga kumbang bubuk
tersebut berkembang manjadi dewasa.
yang dicampur merata dengan biji jagung. Setiap stoples lalu diisi dengan sepuluh
ekor imago kumbang bubuk (Sitophilus zeamais), dan kemudian mulut stoples
ditutup dengan kain kasa. Selanjutnya dilakukan pengamatan pada 1 minggu
setelah perlakuan (MSP), 2 MSP, dan 3 MSP. Pengamatan tersebut dilakukan
terhadap kumbang bubuk yang mati. Data pengamatan yang dikumpulkan
kemudian dihitung dengan rumus probit di bawah ini untuk mengetahui bersarnya
persentase mortalitas kumbang bubuk:
∑ serangga mati
% kematian = X 100%
∑ serangga mati + ∑ serangga hidup
11
senyawa alkaloid dan senyawa protein beracun yang disebut kursin yang bersifat
insektisidal. Hal ini didukung oleh Hambali et al. (2006), yang menyatakan bahwa
daging biji jarak pagar selain mengandung minyak juga mengandung senyawa-
senyawa kimia seperti alkaloida, saponin, dan sejenis protein beracun yang
disebut kursin. Senyawa beracun ini yang diduga dapat membunuh serangga uji
S. zeamais. Tambahan pula pada bagian kulit biji mengandung ekstrak eter yang
juga dapat membunuh S. zeamais.
Pada perlakuan beberapa dosis ekstrak biji jarak yang dicobakan ternyata
dosis tertinggi (15 gram/200 gram biji jagung) yang menyebabkan mortalitas
tertinggi Sitophilus zeamais serta berbeda nyata dengan dosis yang lainnya dan
kontrol. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan efek insektisidal dalam ekstrak
biji jarak pagar yang disebabkan karena perbedaan konsentrasi senyawa metabolit
sekunder dalam ekstraksi tersebut. Konsentrasi senyawa dalam ekstrak
dipengaruhi oleh akumulasi senyawa-senyawa tersebut dalam biji jarak pagar.
13
DAFTAR PUSTAKA
Alam Syah, A.N, 2006. Yang Beracun, Yang Berfaeda. Hangtuah Digital Library.
http://www.google.co.id [4 Maret 2008].
Kartasapoetra, A.G. 1991. Hama Hasil Tanaman dalam Gudang. Rineka Cipta,
Jakarta.
Lajis, Razak Hj & Adenan Jaafar. 1998. Jarak Pagar: Siri Tumbuhan Beracun.
http://www.prn2.usm.my/mainsite/bulletin/1998/penawa22.html
[November 2007].
Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman, edisi revisi. Penebar Swadaya.
Jakarta.