Artikel Pisang

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 36

ANALISIS KINERJA UKM PENGOLAHAN KERIPIK PISANG DI BANDAR

LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION

DEPLOYMENT

Dian Ramadhani (30402288)

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri

Universitas Gunadarma

Jln. Margonda Raya 100 Depok 16424

E-mail: [email protected], [email protected]

Abstrak

Propinsi Lampung mempunyai potensi yang cukup besar dalam

pengembangan agroindustri, terutama untuk agroindustri dengan orientasi pasar antar

daerah maupun ekspor. Hal ini karena propinsi Lampung memiliki potensi lahan

pertanian yang cukup luas untuk kebutuhan bahan baku agroindustri, sehingga

memungkinkan pengembangan agroindustri dengan skala usaha yang optimal. Salah

satu Usaha kecil sektor agroindustri yang memiliki prospek sangat potensial untuk

dikembangkan di Propinsi Lampung adalah usaha pembuatan kripik pisang. Bertolak

dari kondisi, potensi, dan prospek UK kripik pisang, maka penelitian ini diarahkan

untuk menghasilkan suatu pendekatan untuk meningkatkan kinerja UK kripik pisang,

melalui laju dan efisiensi dari proses pengembangan UK kripik pisang dengan daya

saing tinggi, produktivitas lebih tinggi, lebih memuaskan pelanggan, dapat


meningkatkan keuangan, mampu menghindari market misses dari produk yang

dihasilkan, sesuai dengan karakteristik UKM dengan segala keterbatasannya, melalui

analisis QFD dan Benchmarking. Dari hasil analisis data dan pembahasan, bahwa

karakteristik pelanggan yang akan diperbaiki adalah perspektif keuangan (strategi

meningkatkan nilai tambah ekonomis dan meningkatkan produksi dengan

pemanfaatan bahan baku), perspektif pelanggan (strategi mengintensifkan penjualan,

meningkatkan mutu produk dan mengintensifkan promosi), perspektif bisnis internal

(strategi memaksimalkan pengolahan produk, meningkatkan mutu pengantaran dan

melakukan kerjasama terhadap UKM), perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

(strategi memotivasi pekerja agar lebih bertanggung jawab). Kemudian 5 usulan

alternatif perbaikan kinerja UKM yaitu 22,29% inovasi dalam kinerja operasi,

20,35% kualitas dan produktivitas dalam kinerja operasi, 14,59% organisasi dan

motivasi dalam kinerja manajemen sumberdaya, 12,02% penjualan dan posisi pasar

dalam kinerja operasi serta 11,82% publik dan lingkungan dalam kinerja hubungan

dengan lingkungan. Posisi kinerja PD. Tunas terhadap pesaingnya PD. Suasono dan

PD. Dwi Putra sebagian besar cukup baik bila dilihat dari strategi per perspektif

kinerjanya. Akan tetapi bila dilihat dari strategi meningkatkan nilai tambah

ekonomis, meningkatkan produksi dengan pemanfaatan bahan baku, dan melakukan

kerjasama dengan UKM yang telah mapan memiliki nilai kinerja terkecil dari

pesaing atau kompetitornya PD. Suasono dan PD. Dwi Putra.

Kata kunci: QFD, Karakteristik Pelanggan, Karakteristik Teknis, Kinerja UKM


1. Pendahuluan

Industri kecil seringkali dipandang sebagai bagian yang terbelakang dari

struktur ekonomi, bersifat tradisional, dan tidak punya potensi untuk menyumbang

pada pertumbuhan ekonomi. Pandangan seperti ini tidak sepenuhnya benar karena

beberapa pihak beranggapan bahwa kombinasi yang tepat antara industri kecil,

industri menengah dan industri besar dapat melahirkan struktur ekonomi yang paling

produktif.

Pada dasarnya Usaha Kecil (UK) dihadapkan pada persaingan yang lebih

ketat sehingga harus mampu menghasilkan produk atau jasa yang memiliki daya

saing tinggi dalam usaha memenangkan pangsa pasar, sekaligus menghindari market

misses. Setiap UK harus mampu mengimbangi perkembangan yang terjadi pada

dunia bisnis dan mampu mengatasi masalah umum yang terdapat pada UK, yaitu

konsep manajemen yang kurang baik termasuk didalamnya mental dan budaya

kerjanya, tingkat pendidikan SDM yang terkait dengan keterampilan dan keahlian,

keterbatasan modal, informasi pasar yang kurang mendukung, penggunaan dan

penguasaan teknologi yang relatif rendah, dan kurangnya kerjasama antar UK. Untuk

itu dibutuhkan pengembangan yang tepat bagi UK, melalui perbaikan kinerja yang

mampu meningkatkan daya saing dan pangsa pasar, dan juga sesuai dengan

karakteristik UK dengan segala keterbatasannya.

Propinsi Lampung mempunyai potensi yang cukup besar dalam

pengembangan agroindustri, terutama untuk agroindustri dengan orientasi pasar antar

daerah maupun ekspor. Hal ini karena propinsi Lampung memiliki potensi lahan
pertanian yang cukup luas untuk kebutuhan bahan baku agroindustri, sehingga

memungkinkan pengembangan agroindustri dengan skala usaha yang optimal. Salah

satu Usaha kecil sektor agroindustri yang memiliki prospek sangat potensial untuk

dikembangkan di Propinsi Lampung adalah usaha pembuatan kripik pisang.

Berdasarkan hasil penelitian dasar potensi ekonomi (Baseline Economic Survey)

Daerah Tingkat I Propinsi Lampung (1999) terdapat 133 unit usaha kecil yang

termasuk kategori sangat potensial untuk dikembangkan. Dari angka tersebut

komponen terbesar adalah untuk usaha kecil di industri pengolahan yaitu sebanyak 43

unit. Usaha kecil pada sektor industri pengolahan sebagian besar merupakan industri

rumah tangga. Hingga saat ini usaha-usaha kecil pengolahan kripik pisang kian

menjamur. Walaupun besarnya investasi pada industri rumah tangga relatif kecil

tetapi cukup banyak menyerap tenaga kerja dan menambah pendapatan masyarakat.

Berdasarkan kemampuan industri rumah tangga ini maka pengembangan industri

rumah tangga perlu terus dilakukan.

Namun di sisi lain pengembangan Usaha Kecil kripik pisang dihadapkan pada

beberapa masalah antara lain kesulitan dalam memperoleh tunjangan modal karena

kurangnya pengetahuan dan kepercayaan dari lembaga keuangan, jumlah usaha kripik

pisang skala industri rumah tangga yang banyak dan menyebar menimbulkan kesulita

dalam pembinaannya dan sering kali hanya dipakai sebagai penampungan tenaga

kerja tanpa memperdulikan segi efisiensi, efektivitas dan kualitas.

Bertolak dari kondisi, potensi, dan prospek UK kripik pisang, maka penelitian

ini diarahkan untuk menghasilkan suatu pendekatan untuk meningkatkan kinerja UK


kripik pisang, melalui laju dan efisiensi dari proses pengembangan UK kripik pisang

dengan daya saing tinggi, produktivitas lebih tinggi, lebih memuaskan pelanggan,

dapat meningkatkan keuangan, mampu menghindari market misses dari produk yang

dihasilkan, sesuai dengan karakteristik UKM dengan segala keterbatasannya, melalui

analisis QFD dan Benchmarking.

2. Tinjauan Pustaka

2.1. Struktur dan Proses QFD

Analogi yang paling sering digunakan untuk menggambarkan struktur QFD

adalah suatu matriks yang berbentuk rumah (Gambar 2.1). Istilah yang sering

digunakan adalah House of Quality.

Setiap matriks yang dibuat sebagai bagian dari proses QFD harus

distrukturkan menurut bentuk rumah dalam Gambar 2.1. Menurut Tampubolon

(2001) bahwa pada dasarnya rumah mutu adalah rangkaian lembar-lembar matriks

yang jumlahnya dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan (Gambar 2.1).


E. Kekuatan

hubungan antara

C. Program kegiatan atau unsur-unsur


program

A. Kebutuhan Pelanggan D. Kekuatan hubungan antara unsur- B. Berbagai informasi tentang


unsur program dan kebutuhan- perencanaan
kebutuhan (hubungan C-A)

F. Berbagai informasi tentang


perencanaan dan pelaksanaan

Gambar 2.1. House of Quality


Sumber: Tampubolon (1994)

Adapun penjelasan Gambar 2.3. adalah sebagai berikut :

a. Lembar A

Pada lembar ini dicantumkan kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan,

sesuai dengan urutan prioritas (signifikansi).

b. Lembar B

Berbagai informasi penting tentang perencanaan dicantumkan pada lembar

ini, bila dirasa perlu.


c. Lembar C

Pada lembar ini dicantumkan rencana mutu yang telah disusun, merupakan

terjemahan dari kebutuhan-kebutuhan pelanggan (Lembar A).

d. Lembar D

Lembar ini berisi indikator kekuatan hubungan (KH) antara setiap unsur

rencana mutu atau program kegiatan C dengan setiap kebutuhan (A). Indikator

dimaksud dilambangkan dan dinilai sebagai berikut :

= Tinggi = 3

= Sedang = 2

= Rendah = 1

Jika tidak ada hubungan, tidak ditandai. Yang menentukan kekuatan hubungan (KH)

adalah yang ahli dalam bidang bersangkutan dan membuat rencana mutu. Dalam hal

barang, kekuatan hubungan (KH) dapat dihitung secara matematis. Tapi dalam hal

jasa, perhitungan hanya bersifat kualitatif karena merupakan perilaku manusia. Nilai

angka yang diberikan hanya berupa indikator.

e. Lembar E

Pada lembar ini dicantumkan indikator kekuatan hubungan antara unsur-unsur

rencana mutu (program kegiatan). Kekuatan hubungan itu menyangkut derajat saling

mendukung antara satu unsur dan unsur lainnya. Sebagaimana kekuatan hubungan

(KH), kekuatan hubungan unsur juga ditentukan oleh yang ahli dalam bidang

bersangkutan. Kekuatan hubungan unsur (KHU) ini berkaitan dengan TKT yang akan

dijelaskan berikut. Indikator KHU diberi tanda dan nilai sebagai berikut :
((+) = tinggi = 3), ((-) = sedang = 2) dan ((O) = rendah = 1). Jika tidak ada hubungan,

tidak ditandai.

f. Lembar F

Lembar ini berisi berbagai informasi tentang perencanaan, khususnya tentang

program kegiatan (rencana mutu), juga tentang pelaksanaan, terutama evaluasi.

3. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian ini terdiri dari empat tahapan, adapun tahapan-tahapan

tersebut sebagai berikut:

Tahapan pertama adalah menentukan latar belakang, perumusan masalah,

tujuan penelitian dan tinjauan pustaka.

Tahapan kedua adalah memperoleh informasi tentang karakteristik teknis

ideal bagi kinerja UK pengolahan keripik pisang, melakukan penyebaran kuesioner

dan wawancara kepada pemilik UKM, lalu diolah terlebih dahulu menggunakan

SWOT dan Balanced Scorecard untuk mendapatkan tolok ukur kinerja UK

pengolahan keripik pisang untuk diperbaiki.

Tahapan ketiga adalah menentukan strategi perbaikan dengan pendekatan

QFD dan melakukan kajian Banchmarking (Patok Duga) terhadap beberapa UKM.

Tahapan keempat adalah menyimpulkan hasil penelitian tentang prioritas

perbaikan strategi tolok ukur kinerja UK pengolahan keripik pisang.


4. Analisis Data dan Pembahasan

4.1. Keinginan Pelanggan

Keinginan pelanggan didapat berdasarkan dari hasil pengolahan data

Balanced Scorecard, dimana strategi kinerjanya dianalisis terlebih dahulu

menggunakan SWOT (Lampiran 1 dan 2). Adapun tujuan dan pengukuran Balanced

Scorecard memandang kinerja perusahaan dari empat perspektif, yaitu :

a. Perspektif Keuangan

Tolok ukur kinerja perspektif keuangan terlihat dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1. Tolok Ukur Kinerja Perspektif Keuangan

No. Strategi Tolok Ukur


1. Mengintensifkan program efisiensi biaya Nilai BEP
2. Meningkatkan nilai tambah ekonomis Nilai EVA
3. Meningkatkan produksi dengan Banyaknya bahan baku
pemanfaatan bahan baku yang terbuang

b. Perspektif Pelanggan

Tolok ukur kinerja perspektif pelanggan terlihat dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2. Tolok Ukur Kinerja Perspektif Pelanggan

No. Strategi Tolok Ukur


1. Menciptakan produk yang khas Bentuk olahan kripik dan
banyaknya variasi rasa
2. Mengintensifkan penjualan produk Jumlah target pasar
3. Meningkatkan mutu produk dengan Banyaknya komplain
pengolahan yang baik
4. Mengintensifkan promosi yang Banyaknya jenis promosi
mempengaruhi UKM yang digunakan UKM
c. Perspektif Proses Bisnis Internal

Tolok ukur kinerja perspektif proses bisnis internal terlihat dalam tabel 4.3.

Tabel 4.3. Tolok Ukur Kinerja Perspektif Proses Bisnis Internal

No. Strategi Tolok Ukur


1. Memaksimalkan pengolahan produk Jumlah pemeriksaan setiap
proses pengolahan produk
2. Meningkatkan mutu pengantaran Banyaknya jalur
pendistribusian produk
3. Melakukan kerjasama terhadap UKM Banyaknya kerjasama yang
yang sudah mapan dilakukan UKM

d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Tolok ukur perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terlihat dalam tabel 4.4.

Tabel 4.4. Tolok Ukur Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

No. Strategi Tolok Ukur


1. Meningkatkan loyalitas pekerja Jumlah tingkat keluar
masuknya pekerja
2. Meningkatkan mutu SDM Banyaknya pelatihan-
pelatihan yang dilakukan
3. Memotivasi pekerja agar lebih Jumlah tingkat absensi
bertanggung jawab

Lalu untuk mendapatkan hasil pembobotan untuk masing-masing strategi

perspektif maka dibutuhkan pendapat dari tim pengembang berdasarkan besarnya

persentase tingkat kepentingan masing-masing strategi perspektif, dimana total

persentase tersebut berjumlah 100% yang dibagi ke dalam beberapa tingkat

kepentingan strategi dari masing-masing perspektif tersebut. Untuk mengolah data


pembobotan dari masing-masing strategi perspektif maka digunakanlah metode

geometrik mean untuk mendapatkan hasilnya. Adapun pengumpulan dan pengolahan

data pembobotan tersebut terlihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5. Pembobotan Masing-Masing Strategi Perspektif

No Tolok Ukur Tim Pengembang (n) Geometrik Mean


4
. 1 2 3 4 √ n1 x n2 x n3 x n4
Perspektif Keuangan
1. Nilai BEP 35% 25% 30% 35% 0,309
2. Nilai EVA 35% 25% 30% 25% 0,286
3. Banyaknya bahan baku terbuang 30% 50% 40% 40% 0,395
Perspektif Pelanggan
1. Bentuk olahan kripik & 30% 30% 30% 30% 0,3
banyaknya variasi rasa
2. Jumlah target pasar 20% 20% 20% 25% 0,214
3. Banyaknya komplain 25% 20% 30% 20% 0,238
4. Banyaknya jenis promosi yang 25% 30% 20% 25% 0,248
digunakan UKM
Perspektif Proses Bisnis Internal
1. Jumlah pemeriksaan setiap 30% 35% 30% 40% 0,338
proses pengolahan produk
2. Banyaknya jalur pendistribusian 30% 35% 30% 25% 0,299
produk
3. Banyaknya kerjasama yang 40% 30% 40% 35% 0,363
dilakukan UKM
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
1. Jumlah tingkat keluar masuknya 20% 25% 40% 25% 0,278
pekerja
2. Banyaknya pelatihan-pelatihan 40% 24% 40% 20% 0,299
yang dilakukan
3. Jumlah tingkat absensi 40% 50% 35% 40% 0,423
Sedangkan untuk perhitungan pembobotan secara keseluruhan (bukan per

strategi perspektif) dari pendapat tim pengembang terlihat pada Tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6. Pembobotan Keseluruhan Perspektif

Perspektif Tim Pengembang (n) Geometrik Mean


4
1 2 3 4 √ n1 x n2 x n3 x n4

Keuangan 50% 50% 30% 40% 0,424

Pelanggan 15% 20% 30% 35% 0,244

Bisnis Internal 25% 20% 20% 15% 0,197

Pertumbuhan dan 10% 10% 20% 10% 0,135

Pembelajaran

Kemudian untuk mendapatkan skor masing-masing strategi perspektif maka

dibutuhkan pendapat dari tim pengembang, dimana UKM yang akan diperbaiki

tersebut adalah UKM PD. TUNAS dengan kompetitor atau pesaingnya UKM PD.

SUASONO dan UKM PD. Dwi Putra. Penilaian skor tersebut berdasarkan tiga

kriteria yaitu bila skor 1 maka tolok ukur dinilai kurang dalam pengukuran

kinerjanya, skor 2 maka tolok ukur dinilai cukup baik dalam pengukuran kinerjanya

dan skor 3 maka tolok ukur dinilai baik dalam pengukuran kinerjanya. Adapun hasil

skor masing-masing strategi terlihat pada Tabel 4.7.


Tabel 4.7. Skor Masing-Masing Strategi Perspektif

No. Tolok Ukur Data PD.Tunas Skor

Perspektif Keuangan
1. Nilai BEP Diketahui bahwa produsen akan 3
mencapai titik impas bila dapat
menjual produk sebanyak 7448
kemasan/tahun (dapat dilihat pada
Lampiran 3)
2. Nilai EVA Berdasarkan perhitungan antara laba 1
bersih dikurangi oleh beban modal,
maka usaha ini mempunyai nilai
EVA=Rp.38.812.000/tahun (dapat
dilihat pada Lampiran 3).
3. Banyaknya bahan Terdapat banyak bahan baku yang 2
baku terbuang terbuang pada saat proses pemotongan.
Sehingga dapat merugikan bila
produksi tersebut berskala besar.
Perspektif Pelanggan
1. Bentuk olahan Bentuk kripik UKM PD. Tunas 3
kripik dan memiliki bentuk yang cukup unik yaitu
banyaknya variasi menyerupai sarang tawon, dimana ada
rasa 4 variasi rasa kripik yang ditawarkan
oleh UKM tersebut yaitu rasa pedas,
manis, gurih dan cokelat.
2. Jumlah target pasar Terdapat ± 40 target pasar sekitar 2
wilayah Bandar Lampung.
3. Banyaknya Komplain yang banyak datang dari 2
komplain pelanggan adalah kripik yang tidak
terlalu gurih akibat kurang selektifnya
proses pemberian rasa dan
pengemasan. Misalkan saja pada saat
memberikan rasa pedas. Pada saat
proses pengolahannya, produsen
menggunakan cabe basah bukan cabe
bubuk sehingga kripik menjadi kurang
gurih. Serta tidak adanya lebel
kadaluarsa pada kemasan.
4. Banyaknya jenis Promosi yang banyak digunakan UKM 2
Tabel 4.7. Skor Masing-Masing Strategi Perspektif (Lanjutan 1)

promosi yang untuk memperkenalkan produknya


digunakan UKM yaitu pada saat mengikuti lomba-lomba
pengolahan kripik pisang.
Perspektif Proses Bisnis Internal
1. Jumlah pemeriksaan Terdapat 3 kali pemeriksaan proses 2
setiap proses pengolahan produk yaitu pada saat
pengolahan produk membuat racikan rasa, pemotongan
dan penggorengan kripik pisang.
2. Banyaknya jalur Jalur pendistribusian produk yang 2
pendistribusian banyak dilakukan UKM adalah
produk pendistribusian secara langsung,
dimana produsen memperkenalkan
produknya secara langsung kepada
konsumen tanpa melalui
agen/distributor resmi. Sehingga
banyak produk ditemukan di toko-toko
kecil/warung di sekitar wilayah
tersebut.
3. Banyaknya Kerjasama UKM lebih banyak 1
kerjasama yang dilakukan dengan Dinas Pertanian
dilakukan UKM setempat karena UKM sendiri perlu
dibina untuk meningkatkan kinerja
usahanya. Bila dilihat dari kinerja
usahanya, UKM lebih banyak
mengandalkan pengalaman pribadi
pemilik dalam mengolah kripik pisang
dan berdirinya usaha tersebut ± 1 tahun
lamanya.
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
1. Jumlah tingkat Tingkat keluar masuknya pekerja tidak 3
keluar masuknya terlalu besar karena pekerja UKM
pekerja sendiri merupakan warga atau
masyarakat sekitar di wilayah tersebut.
Persentasi tenaga kerja lebih
didominasi oleh pekerja wanita
daripada pria.
2. Banyaknya Ada 2 pelatihan yang pernah diikuti 3
pelatihan-pelatihan oleh UKM yaitu pelatihan tata cara
yang dilakukan pembukuan dan pelatihan pengolahan
kripik pisang.
3. Jumlah tingkat Belum pernah terdapat tingkat absensi 2
absensi yang begitu besar karena tempat
Tabel 4.7. Skor Masing-Masing Strategi Perspektif (Lanjutan 2)

tinggal pekerja sendiri tidak terlalu


jauh dari lokasi usaha, dimana
sebagian besar tenaga kerja wanitanya
adalah para tetangga. Sehingga tingkat
absensi pekerja tersebut dapat
diminimasi.

4.1.1. Pengukuran Kinerja Perspektif Keuangan

Hasil pengukuran kinerja masing-masing tolok ukur pada perspektif keuangan

dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 4.8. Pengukuran Kinerja Perspektif Keuangan

No. Strategi Tolok Ukur Skor Bobot Jumlah


1. Mengintensifkan Nilai BEP 3 0,309 0,927
Program
2. Meningkatkan nilai Nilai EVA 1 0,286 0,286
tambah ekonomis
3. Meningkatkan produksi Banyaknya 2 0,395 0,618
dengan pemanfaatan bahan baku
bahan baku yang terbuang
Total 1,831

4.1.2. Pengukuran Kinerja Perspektif Pelanggan

Hasil pengukuran kinerja masing-masing tolok ukur pada perspektif

pelanggan dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini.


Tabel 4.9. Pengukuran Kinerja Perspektif Pelanggan

No. Strategi Tolok Ukur Skor Bobot Jumlah


1. Menciptakan produk Bentuk olahan 3 0,3 0,9
yang khas kripik dan
banyaknya variasi
rasa
2. Mengintensifkan Jumlah target pasar 2 0,214 0,248
penjualan produk
3. Meningkatkan mutu Jumlah komplain 2 0,238 0,476
produk dengan
pengolahan yang baik
4. Mengintensifkan Banyaknya jenis 2 0,248 0,496
promosi yang promosi yang
mempengaruhi UKM digunakan UKM
Total 2,12

4.1.3. Pengukuran Kinerja Perspektif Proses Bisnis Internal

Hasil pengukuran kinerja masing-masing tolok ukur pada perspektif proses

bisnis internal dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut ini.

Tabel 4.10. Pengukuran Kinerja Perspektif Proses Bisnis Internal

No. Strategi Tolok Ukur Skor Bobot Jumlah


1. Memaksimalkan Jumlah 2 0,338 0,676
pengolahan produk pemeriksaan setiap
proses pengolahan
produk
2. Meningkatkan mutu Banyaknya jalur 2 0,299 0,598
pelayanan pendistribusian
produk
3. Melakukan kerjasama Banyaknya 1 0,363 0,363
terhadap UKM yang kerjasama yang
mapan dilakukan UKM
Total 1,637
4.1.4. Pengukuran Kinerja Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Hasil pengukuran kinerja masing-masing tolok ukur pada perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini.

Tabel 4.11. Pengukuran Kinerja Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

No. Strategi Tolok Ukur Skor Bobot Jumlah


1. Meningkatkan Jumlah tingkat 3 0,278 0,834
loyalitas pekerja keluar masuknya
pekerja
2. Meningkatkan mutu Banyaknya 3 0,299 0,897
SDM pelatihan-pelatihan
yang dilakukan
3. Memotivasi pekerja Jumlah tingkat 2 0,423 0,846
agar lebih bertanggung absensi
jawab
Total 2,577

Pengukuran kinerja secara keseluruhan yang terlihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Pengukuran Kinerja Secara Keseluruhan

No. Perspektif Nilai Bobot Jumlah


1. Keuangan 1,831 0,424 0,776
2. Pelanggan 2,12 0,244 0,517
3. Proses Bisnis Internal 1,637 0,197 0,322
4. Pertumbuhan dan 2,577 0,135 0,348
Pembelajaran
Total 1,963
4.2. Karakteristik Teknis

Karakteristik teknis dari suatu pengukuran kinerja UKM ini ditentukan

berdasarkan pendapat ahli yaitu (Christoper, 1993) yang dalam judul bukunya

Handbook for Productivity Measurement and Improvement. Adapun karakteristik

teknis pengukuran kinerja tersebut terlihat pada Tabel 4.13 berikut ini.

Tabel 4.13. Tabel Parameter Kinerja Karakteristik Teknis

Sumber: Christoper (1993)

No. Kinerja Parameter


1. Operasi Perusahaan Penjualan dan Posisi Pasar
Inovasi
Kualitas dan Produktivitas
Profitabilitas
2. Manajemen Sumber Daya Organisasi dan Motivasi
Perusahaan Sumberdaya Modal
3. Hubungan Dengan Publik dan Lingkungan
Lingkungan Perusahaan

4.3. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan suatu tahap dalam mendapatkan hasil untuk

menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan pelanggan dari data-data penelitian yang telah

terkumpul dengan menggunakan analisis Quality Function Deployment (QFD)

sehingga dapat dihasilkan rumah kualitas.

Adapun perhitungan Importance of the WHATs terlihat pada Tabel 4.14, Tabel

4.15, Tabel 4.16 dan Tabel 4.17 berikut ini.


Tabel 4.14. Importance of the WHATs Perspektif Keuangan

No. Strategi Skor Jumlah Bobot Importance


(A) Kinerja of the
Keseluruhan WHATs
(B) (AxB)
1. Meningkatkan nilai 1 0,286 0,1213
tambah ekonomis 0,424
2. Meningkatkan 2 0,395 0,2620
produksi dengan
pemanfaatan bahan
baku

Tabel 4.15. Importance of the WHATs Perspektif Pelanggan

No. Strategi Skor Jumlah Bobot Importance


(A) Kinerja of the
Keseluruhan WHATs
(B) (AxB)
1. Mengintensifkan 2 0,248 0,0605
penjualan
2. Meningkatkan mutu 2 0,476 0,244 0,1161
produk
3. Mengintensifkan 2 0,496 0,1210
promosi
Tabel 4.16. Importance of the WHATs Perspektif Bisnis Internal

No. Strategi Skor Jumlah Bobot Importance


(A) Kinerja of the
Keseluruhan WHATs
(B) (AxB)
1. Memaksimalkan 2 0,676 0,1332
pengolahan produk
2. Meningkatkan mutu 2 0,598 0,197 0,1178
pelayanan
3. Melakukan kerjasama 1 0,363 0,0715
terhadap UKM yang
mapan

Tabel 4.17. Importance of the WHATs Perspektif Pembelajaran dan

Pertumbuhan

No. Strategi Skor Jumlah Bobot Importance


(A) Kinerja of the
Keseluruhan WHATs
(B) (AxB)
1. Memotivasi pekerja 2 0,846 0,135 0,1142
bertanggung jawab

4.4. Pembentukan Rumah Kualitas (House of Quality)

Berdasarkan pada pengumpulan dan pengolahan data yang telah dilakukan

oleh peneliti dalam mengidentifikasi suara pelanggan, karakteristik teknis,

benchmarking, dan target perbaikan pada sub bab sebelumnya, maka dihasilkan

pembentukan rumah kualitas seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1. berikut.


5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

Karakteristik pelanggan yang akan diperbaiki dan termasuk ke dalam rumah

kualitas (HOQ) adalah perspektif keuangan yang meliputi strategi meningkatkan nilai

tambah ekonomis dan meningkatkan produksi dengan pemanfaatan bahan baku,

perspektif pelanggan yang meliputi strategi mengintensifkan penjualan,

meningkatkan mutu produk dan mengintensifkan promosi, perspektif bisnis internal

yang meliputi strategi memaksimalkan pengolahan produk, meningkatkan mutu

pengantaran dan melakukan kerjasama terhadap UKM, perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan yang meliputi strategi memotivasi pekerja agar lebih bertanggung

jawab.

Untuk merancang sistem peningkatan kinerja industri pengolahan keripik

pisang melalui QFD dibutuhkan perkalian antara hubungan karakteristik pelanggan

(VoC) vs karakteristik teknis (VoE) dengan bobot keinginan konsumen atau

Importance of The WHATs dimana karakteristik teknis meliputi kinerja operasi,

manajemen sumber daya dan hubungan dengan lingkungan. Berdasarkan hasil

perhitungan tersebut maka didapatkan 5 usulan alternatif perbaikan kinerja UKM

yaitu 22,29% inovasi dalam kinerja operasi, 20,35% kualitas dan produktivitas dalam

kinerja operasi, 14,59% organisasi dan motivasi dalam kinerja manajemen


sumberdaya, 12,02% penjualan dan posisi pasar dalam kinerja operasi serta 11,82%

publik dan lingkungan dalam kinerja hubungan dengan lingkungan.

Posisi kinerja UKM PD. Tunas terhadap pesaing atau kompetitornya PD.

Suasono dan PD. Dwi Putra sebagian besar cukup baik bila dilihat dari strategi per

perspektif kinerjanya. Akan tetapi bila dilihat dari strategi meningkatkan nilai tambah

ekonomis, strategi meningkatkan produksi dengan pemanfaatan bahan baku, dan

melakukan kerjasama dengan UKM yang telah mapan memiliki nilai kinerja terkecil

dari pesaing atau kompetitornya PD. Suasono dan PD. Dwi Putra. Dengan adanya

metode Benchmarking ini setidaknya dapat menjadikan acuan dalam meningkatkan

kinerja UKM PD. Tunas itu sendiri agar dapat bersaing dengan pesaing atau

kompetitornya PD. Suasono dan PD. Dwi Putra yang telah lama menekuni usaha

pengolahan keripik pisang tersebut di wilayah Bandar Lampung.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat membangun kinerja UKM pengolahan keripik

pisang ini adalah sebagai berikut:

Untuk UKM PD. Tunas bahwa bentuk keripik yang unik bukan merupakan

faktor penting dalam pengolahan keripik pisang karena alat untuk memotong pisang

tersebut mengakibatkan banyaknya bahan baku yang terbuang. Sehingga apabila

produksi keripik pisang tersebut berskala besar maka dapat merugikan UKM PD.

Tunas itu sendiri. Kemudian bila dilihat dari proses pemberian rasa dan pengemasan

setidaknya dapat ditingkatkan kinerja usahanya. Misalkan saja pada saat pemberian
rasa pedas dan manis dimana PD. Tunas menggunakan cabe basah atau giling untuk

memberikan cita rasa pedas dan gula basah atau karamel untuk memberikan cita rasa

manis. Dengan begitu keripik pisangpun kurang terasa gurih lagi saat proses

pengemasan. Oleh karena itu dalam menciptakan rasa gurih pada keripik pisang

sebaiknya cabe basah atau giling diganti dengan cabe kering atau bubuk dan gula

karamel diganti dengan gula halus atau bubuk (Erliza, 2005). Lalu memperhatikan

kembali pemberian lebel kadaluarsa produk dengan mempertimbangkan waktu

produksi dan pemasarannya. Misalkan bila masa kadaluarsa produk berlaku hanya 6

bulan saja maka sebelum produk dipasarkan, produsen sudah melakukan produksi

keripik pisang terlebih dahulu dilihat dari skala besar kecilnya produksi. Serta

mempertimbangkan proses pengantaran yang tepat waktu.

Hal ini terbukti dari pesaing atau kompetitor seperti UKM PD. Suasono dan

PD. Dwi Putra yang memiliki bentuk keripik pisang pada umumnya karena mereka

lebih mengutamakan kualitas rasa dan tingkat kegurihan dari keripik itu sendiri. Oleh

karena itu sebaiknya PD. Tunas lebih mengutamakan kepuasan pelanggan baik itu

dari pemberian rasa, penyortiran dan pengemasan yang baik. Serta lebih banyak

mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh pemerintah daerah setempat agar

dapat menambah wawasan dan pengetahuan UKM itu sendiri.

6. Daftar Pustaka

Anitawati, Ancella. Philip Kotler Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan,


Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta, 2005.
Aryo, Denny, dkk. Integrasi SWOT, Balanced Scorecard, dan QFD sebagai
Alternatif Pengukuran Kinerja Perbankan.

Bangun. Analisisi Kinerja UKM Pengolahan Keripik Pisang Di Bandar Lampung


Menggunakan Metode SWOT dan Balanced Scorecard. Universitas
Gunadarma. Jakarta, 2007.

Christoper, William F. 1993. Handbook for Productivity Measurement and


Improvement. Productivity Press. Oregon.

Cohen, Lou.Quality Function Deployment: How to Make QFD Work for You,
Addision-Wesley Publishing Company, Massachusetts.1995.

Depkop dan PPK. Undang-Undang Usaha Kecil no. 9. 1995.

Hambali, erliza, dkk.Membuat Keripik Pisang Aneka Rasa. Penebar Swadaya.


Jakarta, 2005.

Hubeis, M.1997. Menuju Industri Kecil Profesional di Era Globalisasi melalui


Pemberdayaan Manajemen Industri. Orasi Ilmiah. FATETA-IPB. Bogor.Loedin, A.A.

Karlof, B and S. Ostblom. Benchmarking. Chichester: John Wiley & Sons. 1993.

Mennegkop, PKM dan BPS. Bidang Pengusaha Mikro dan Kecil Menengah. 2000.

Mukhyi, Abdul. Pengantar Manajemen Sumberdaya Manusia. Gunadarma. Jakarta,


1995.

Pawitra. Patok Duga (Benchmarking): Kiat Belajar dari yang Terbaik. Manajemen &
Usahawan Indonesia, No. 1 (Januari), Th. XXIII. 1994.

Ross, J.E. Total Quality Management: Text, Cases, and Readings, 2nd ed. London:
Kogan Page Limited. 1994.

Tampubolon, D.P., Perguruan Tinggi Bermutu: Paradigma Baru Manajemen


Pendidikan Tinggi Menghadapi Abad ke-21, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 1994.

Widayanto, G. Pencurian Tanpa Rasa Malu?. Manajemen & Usahawan Indonesia


No.1 (Januari), Th XXIII. 1994

Widjaja, Amin. Memahami Konsep Balanced Scorecard. Harvarindo. Jakarta. 2005


Strenght : Weakness :
S.1 Citra dan kredibilitas UK W.1 Kurang mampu untuk
pengolahan kripik pisang yang baik, menarik pelanggan.
dikenal sebagai UK yang sehat. W.2 Kesulitan dalam memperoleh
S.2 Tingkat keluar masuk karyawan tunjangan modal, karena kurang
kecil. dipandang.
S.3 Jumlah komplain pelanggan yang W.3 Sulitnya pembinaan UK yang
rendah. banyak menyebar.
S.4 Iklim tenaga kerja yang sehat. W.4 Mutu produk olahan yang
S.5 Karyawan yang bertanggung jawab. masih rendah.
Oportunity : Strategi Maxi-maxi Strategi Mini-maxi
O.1 Tetap bertahannya UK (Strenght/Opportunity) (Weakness/Opportunity)
kripik pisang terhadap krisis 1. (S1,O3) Mengintensifkan 1. (W2,O2,O3)
ekonomi. promosi yang mempengaruhi UKM. Mengintensifkan penjualan
O.2 Banyaknya UK – UK 2. (S2,S4,O3) Meningkatkan produk.
yang sudah mapan. mutu produk dengan pengolahan 2. (W4,O3)
O.3 Mulai menjamurnya yang baik. Memaksimalkan pengolahan
usaha pengolahan kripik 3. (S1,S2,O3) Meningkatkan produk.
pisang dilampung. produksi dengan pemanfaatan bahan 3. (W3,O2) Melakukan
baku. kerja sama terhadap UKM
yang sudah mapan.
Threat : Strategi Maxi-Mini (Strenght/Threat) Strategi Mini-mini
T.1 Resiko operasional 1. (S5,T1) Mengintensifkan (Weakness/Therat)
artinya melonjaknya biaya program efisiensi biaya. 1. (W1,T2) Meningkatkan
operasional. 2. (S4,S5,T3) Meningkatkan mutu pelayanan.
T.2 Resiko pasar artinya mutu sumber daya manusia (SDM). 2. (W4,T4) Memotivasi
pasar yang tidak menentu. 3. (S2,T3) Meningkatkan pekerja agar lebih
T.3 Persaingan ketat loyalitas pekerja. bertanggungjawab.
diantara UK itu sendiri. 4. (S3,S4,T4) Menciptakan 3. (W1,T3) Meningkatkan
T.4 Perkembangan produk yang khas. nilai tambah ekonomis.
teknologi yang semakin
pesat.

Lampiran 1. Matriks SWOT

Sumber: Bangun (2007)


Keuangan Meningkatkan Penjualan

Meningkatkan kepuasan *Jumlah Meningkatkan jumlah


pelanggan pelanggan pasanan

* Jumlah pesanan
Meningkatkan kepercayaan
Pelanggan
pelanggan terhadap mutu * Persentase pengembalian
produk produk

Pengiriman Tepat Waktu *Waktu siklus pengiriman


Proses Bisnis Internal

Pembelajaran dan Pertumbuhan Meningkatkan produktivitas * Pendapatan per pekerja


pekerja

Meningkatkan motivasi kerja Meningkatkan kepuasan kerja


*Tingkat mangkir karyawan *Tingkat Keluar masuk pekerja

Lampiran 2. Gambar Diagram Hubungan Sebab Akibat

Sumber: Bangun (2007)


Lampiran 3. Biaya Variabel Ketiga UKM Pengolahan Keripik Pisang

PD. Tunas

Ket :

1 hari = 75 sisir pisang,1 sisir = 3 Kg, 75 sisir = 225 Kg, 225 Kg pisang = 45 Kg

kripik. Proporsi = Manis (50%), Gurih + Coklat + Pedas = (50%)

Tabel 1. Biaya Variabel Keripik Manis PD. Tunas

Sumber: Bangun (2007)

No. Jenis Jmlh Kebutuhan Hrg / Unit Biaya / hari Biaya / Kg


1. Bahan Baku 90 Kg 800 72000 4000
Pisang Mentah
2. Minyak Goreng 3 Kg 6500 19500 1100
3. Minyak Tanah 12 ltr 2500 30000 1700
4. Royko 5 Bks 500 2500 150
5. Gula 3.6 Kg 6000 21600 1200
6. Kemasan 36 Tmpt 300 10800 600
7. Tenaga Kerja 2 Orng 10000 20000 1800
Jumlah Rp. 176400 Rp. 10650
HP Rp.69.120.000
Tabel 2. Biaya Variabel Keripik Gurih / Asin PD. Tunas

Sumber: Bangun (2007)

No Jenis Jmlh Kebutuhan Hrg / Unit Biaya / hari Biaya / Kg


1 Bahan Baku Pisang Mentah 45 Kg 800 36000 4000
2 Minyak Goreng 2 Kg 6500 13000 1500
3 Minyak Tanah 8 ltr 2500 20000 2300
4 Royko 5 Bks 500 2500 300
5 Garam 0.25 Kg 2400 600 100
6 Kemasan 18 Tmpt 300 5400 600
7 Tenaga Kerja 2 Orng 10000 20000 1800
Jumlah Rp. 97500 Rp. 10600
HP Rp.30.240.000/th

Tabel 3. Biaya Variabel Keripik Coklat PD. Tunas

Sumber: Bangun (2007)

No. Jenis Jmlh Kebutuhan Hrg / Unit Biaya / hari Biaya / Kg


1. Bahan Baku Pisang 45 Kg 800 36000 4000
Mentah
2. Minyak Goreng 2 Kg 6500 13000 1500
3. Minyak Tanah 8 ltr 2500 20000 2300
4. Royko 5 Bks 500 2500 300
5. Coklat Bbk VH 0.90 Ons 8500 7650 850
6. Gula 2.5 Kg 6000 15000 1700
7. Kemasan 18 Tmpt 300 5400 600
8. Tenaga Kerja 2 Orng 10000 20000 1800
Jumlah Rp. 119550 Rp. 13050
HP Rp.92.880.000/th
Adapun hasil perhitungan biaya-biaya yang dikeluarkan UKM PD. Tunas

menurut Bangun (2007) sebagai berikut :

Biaya Produksi/th = Rp.118.428.000

Biaya Tetap/th = Rp.17.500.000

Harga Kemasan = Rp.18.250

Beban Modal = Rp.35.000.000

BEP = (Biaya Produksi/th + Biaya Tetap/th)/Harga Kemasan

= (Rp.118.428.000 + Rp. 17.500.000)/(Rp.18.250) = Rp.7.448 Kemasan/th

HP = Rp.69.120.000 + Rp.30.240.000 + Rp.92.880.000 = Rp.192.240.000

Laba Bersih = HP-Biaya Produksi

= Rp.192.240.000-Rp.118.428.000 = Rp.73.812.000

EVA = Laba Bersih-Beban Modal

= Rp.73.812.000-Rp.35.000.000 = Rp.38.812.000/th

PD. Suasono

Ket :

1 hari = 300 Kg Pisang Mentah

10 Kg Pisang = 2 Kg Keripik

Proporsi Pisang = Asin (25%), Manis (50%), Coklat (25%)


Tabel 4. Tabel Biaya Variabel Keripik Asin PD. Suasono

Sumber: Bangun (2007)

No. Jenis Jmlh Kebutuhan Harga / Unit Biaya / hari Biaya / Kg


1. Bahan Baku Pisang 75 Kg 750 56250 3750
Mentah
2. Minyak Goreng 6 Kg 6000 36000 2400
3. Minyak. Tanah 6l 2500 15000 1000
4. Garam 0.25 Kg 2400 600 50
5. Kemasan 15 Tmpt 1500 22500 1500
6. Tenaga Kerja 4 Orng 15000 60000 3000
Jumlah Rp. 190350 Rp.11700
Biaya Produksi Rp.45.684.000/th
HP Rp.72.000.000/th

Tabel 5. Biaya Variabel Keripik Manis PD. Suasono

Sumber: Bangun (2007)

No. Jenis Jmlh Kebutuhan Hrg / Unit Biaya / hari Biaya / Kg


1. Bahan Baku Pisang 150 Kg 750 112500 3750
Mentah
2. Minyak Goreng 8 Kg 6000 48000 1600
3. Minyak Tanah 8l 2500 20000 700
4. Gula 6 Kg 6000 36000 1200
5. Kemasan 30 Tmpt 1500 45000 1500
6. Tenaga Kerja 4 Orng 15000 60000 3000
Jumlah Rp. 321500 Rp.11750
Biaya Produksi Rp.77.160.000/th
HP Rp.144.000.000/th
Tabel 6. Biaya Variabel Keripik Coklat PD. Suasono

Sumber: Bangun (2007)

No. Jenis Jmlh Kebutuhan Hrg / Unit Biaya / hari Biaya / Kg


1. BB. Pisang Mentah 75 Kg 750 56250 3750
2. Minyak Goreng 6 Kg 6000 36000 2400
3. Minyak Tanah 6l 2500 15000 1000
4. Coklat Bubuk 2 ons 8500 17000 1150
5. Gula 4 Kg 6000 24000 1600
6. Susu 1 Kg 18000 18000 1200
7. Garam 0.075 Kg 2400 200 50
8. Kemasan 15 Tmpt 1500 22500 1500
9. Tenaga Kemasan 4 Orng 15000 60000 3000
Jumlah Rp. 248950 Rp.15650
Biaya Produksi Rp.59.748.000/th
HP Rp.108.000.000/th

Adapun hasil perhitungan biaya-biaya yang dikeluarkan UKM PD. Suasono

menurut Bangun (2007) sebagai berikut :

Biaya Produksi/th = Rp.45.684.000 + Rp.77.160.000 + Rp.59.748.000

= Rp.182.592.000

Biaya Tetap/th = Rp.17.500.000

Harga Kemasan = Rp.23.500

Beban Modal = Rp.75.096.000


BEP = (Biaya Produksi/th + Biaya Tetap/th)/Harga Kemasan

= (Rp.182.592.000 + Rp. 17.500.000)/(Rp.23.500) = Rp.8515 Kemasan/th

HP = Rp.72.000.000 + Rp.144.000.000 + Rp.108.000.000 = Rp.324.000.000

Laba Bersih = HP-Biaya Produksi

= Rp.324.000.000-Rp.182.592.000 = Rp.141.408.000

EVA = Laba Bersih-Beban Modal

= Rp.141.408.000-Rp.75.096.000 = Rp.66.312.000/th

PD. Dwi Putra

Ket :

1 hari = 200 Kg Kripik

Proporsi = Masing-masing 25 %
Tabel 7. Biaya Variabel Kripik Manis PD. Dwi Putra

Sumber: Bangun (2007)

No. Jenis Jmlh Kebutuhan Hrg / Unit Biaya / hari Biaya / Kg


1. Bahan Baku Pisang 50 Kg 8500 425000 8500
Mentah
2. Minyak Goreng 12 Kg 6000 72000 1450
3. Minyak Tanah 6l 2500 15000 300
4. Gula 6.25 Kg 6000 37500 750
5. Kemasan 50 Tmpt 500 25000 500
6. Tenaga Kerja 4 Orng 15000 60000 1200
Jumlah Rp. 634500 Rp.11750
Biaya Produksi Rp.152.280.000/th
HP Rp.240.000.000/th

Tabel 8. Biaya Variabel Keripik Asin PD. Dwi Putra

Sumber: Bangun (2007)

No. Jenis Jmlh Kebutuhan Hrg / Unit Biaya / hari Biaya / Kg


1. Bahan Baku Pisang 50 Kg 8500 425000 8500
Mentah
2. Minyak Goreng 12 Kg 6000 72000 1450
3. Minyak Tanah 6l 2500 15000 300
4. Garam 0.5 Kg 2400 1200 100
5. Kemasan 50 Tmpt 500 25000 500
6. Tenaga Kerja 4 Orng 15000 60000 1200
Jumlah Rp. 598200 Rp.11700
Biaya Produksi Rp.143.568.000/th
HP Rp.240.000.000/th
Tabel 9. Biaya Variabel Keripik Keju PD. Dwi Putra

Sumber: Bangun (2007)

No. Jenis Jmlh Kebutuhan Hrg / Unit Biaya / hari Biaya / Kg

1. Bahan Baku Pisang 50 Kg 8500 425000 8500

Mentah

2. Minyak Goreng 12 Kg 6000 72000 1450

3. Minyak Tanah 3l 2500 7500 300

4. Keju 2 Kg 90000 180000 3600

5. Garam 0.25 Kg 2400 600 100

6. Kemasan 50 Tmpt 500 25000 500

7. Tenaga Kerja 4 Orng 15000 60000 1200

Jumlah Rp. 770000 Rp15550

Biaya Produksi Rp.184.800.000/th

HP Rp.360.000.000/th
Tabel 10. Biaya Variabel Keripik Coklat PD. Dwi Puta

Sumber: Bangun (2007)

No. Jenis Jmlh Kebutuhan Hrg / Unit Biaya / hari Biaya / Kg


1. Bahan Baku Pisang 50 Kg 8500 425000 8500
Mentah
2. M.inyak Goreng 12 Kg 6000 72000 1450
3. Minyak Tanah 3l 2500 15000 300
4. Coklat Bbk Wyang 0.75 8000 6000 150
5. Coklat Bbk V H 3.5 Ons 8500 29750 600
6. Garam 0.25 Kg 2400 600 100
7. Gula Pasir 10 kg 6000 60000 1200
8. Kemasan 50 Tmpt 500 25000 500
9. Tenaga Kerja 4 Orng 15000 60000 1200
Jumlah Rp. 693350 Rp.14000
Biaya Produksi Rp.166.404.000/th
HP Rp.360.000.000/th

Adapun hasil perhitungan biaya-biaya yang dikeluarkan UKM PD. Dwi Putra

menurut Bangun (2007) sebagai berikut :

Biaya Produksi/th = Rp.152,280.000 + Rp.143.568.000 + Rp.184.800.000 +

Rp.166.404.000 = Rp.Rp.647.052.000

Biaya Tetap/th = Rp.17.500.000

Harga Kemasan = Rp.25.000

Beban Modal = Rp.35.000.000

BEP = (Biaya Produksi/th + Biaya Tetap/th)/Harga Kemasan

= (Rp.647.052.000 + Rp. 17.500.000)/(Rp.25.000) = Rp.26.582 Kemasan/th


HP = Rp.240.000.000 + Rp.240.000.000 + Rp.360.000.000 + Rp.360.000

= Rp.1.200.000.000

Laba Bersih = HP-Biaya Produksi

= Rp.1.200.000.000-Rp.647.052.000 = Rp.552.948.000

EVA = Laba Bersih-Beban Modal

= Rp.552.948.000-Rp.35.000.000 = Rp.Rp.517.948.000/th

Anda mungkin juga menyukai