Tesis
Tesis
Tesis
PENDAHULUAN
2.2.3. Morfologi
Tanaman ubi jalar tumbuh atau merambat di permukaan tanah.
Tanaman ini termasuk tanaman semak (herba) halus dan berbulu.17
Helaian daun rapuh, patah-patah, berwarna hijau hingga kekuningan, hijau
tua kecoklatan atau hijau kehitaman, permukaan bawah umumnya lebih
pucat; bentuk bundar telur, jantng melebar atau agak berlekuk menjari,
panjang helaian 4 cm sampai 14 cm, lebar 4 cmsampai 11 cm; pangkal
daun berlekuk, ujung daun meruncing, pinggir daun rata atau agak
berlekuk, kadang-kadang berbagi menjari; tulang daun menyirip.16 Bagian
yang dipanen dari tanaman umbi ini adalah umbinya. Ubi jalar ditanam
dengan stek batang pada lahan yang telah diolah secara intensif. Tanaman
ubi jalar lebih cocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m
di atas permukaan laut (dpl).17
2.2.4. Kegunaan
Ubi jalar merupakan tanaman palawija penting di Indonesia setelah
jagung dan ubi kayu. Komoditas ubi jalar sangat layak untuk
dipertimbangkan dalam diversifikasi pangan karena memiliki beberapa
kelebihan antara lain kandungan nutrisi, umur tanam yang pendek, serta
tingkat produksi yang tinggi. Pemanfaatan ubi jalar dalam agroindustri
sudah lama berkembang yaitu sebagai campuran pada proses pembuatan
saos tomat, serta yang sedang dikembangkan adalah pengolahan tepung ubi
jalar. Keuntungan utama pemakaian tepung ubi jalar adalah harga lebih
murah, rasa lebih manis, nilai kalori lebih tinggi daripada tepung terigu.
Selain itu dengan kandungan gizi yang tinggi maka akan meningkatkan
nilai total gizi produk (seperti roti dan biskuit). Bagi kesehatan, ubi jalar
selain untuk kesehatan mata (mencegah xeroftalmia), sekelompok
antioksidan yang terkandung dalam ubi jalar mampu menghalangi laju
perusakan sel oleh radikal bebas. Karenanya ubi jalar dapat mencegah
kemerosotan daya ingat dan kepikunan, penyakit kardiovaskuler seperti
jantung koroner, kolesterol, stroke serta kanker. Sementara kandungan serat
dan pektin dalam ubi jalar sangat baik untuk mencegah gangguan
pencernaan seperti wasir, sembelit, hingga kanker kolon.18,19
2.2.5. Kandungan
Kandungan umbi ubi jalar merah dalam 100 gram adalah sebagai berikut:18
Kandungan Gram
Energi 123 kkal
Protein 1,8
Lemak 0,7
Karbohidrat 27,9
Asam fenolat 0,014-0,051
Antosianin 0,11-0,21
Serat dan pektin
Kalsium 0,03
Fosfor 0,049
Besi 0,007
Betakaroten 7,7
Vitamin C 0,022
Vitamin E
2.3. Karotenoid
Karotenoid merupakan pigmen yang terdistribusi secara sangat
luas, terdapat dalam semua jenis tumbuhan dari tumbuhan tingkat rendah
sampai tingkat tinggi. Senyawa ini mempunyai dua fungsi utama dalam
tumbuhan. Pertama sebagai pigmen pelengkap dalam proses fotosintesis, dan
kedua sebagai zat warna dalam bunga dan buah. Pada bunga kebanyakan
karotenoid terlihat sebagai warna kuning. Pada buah, selain warna kuning,
karotenoid dapat pula terlihat sebagai warna merah dan jingga seperti pada
tomat.20,21
Karotenoid adalah senyawa tetraterpenoid C40 yang larut dalam
lemak. Karotenoid merupakan pigmen yang tidak stabil, mudah teroksidasi
terutama bila berhubungan langsung dengan udara. Karotenoid yang terkenal
adalah hidrokarbon tak jenuh turunan likopena atau turunan likopena
teroksigenasi yang dikenal sebagai xantofil. Strutur kimia likopena yaitu
berupa rantai panjang yang terdiri atas delapan satuan isoprena, merangkai
dari kepala sampai ekor sehingga terbentuk sistem ikatan terkonjugasi
lengkap. Rangkaian ini merupakan kromofornya yang menghasilkan warna.
Pembentukan cincin likopena pada salah satu ujung menghasilkan γ-karoten,
sedangkan bila cincin terjadi pada ke dua ujungnya terbentuklah hidrokarbon
bisiklik yaitu β-karoten. Isomer β-karoten (misalnya α-karoten dan Є-
karoten) hanya berbeda pada letak ikatan rangkapnya dalam satuan ujung
siklik. Xantofil umum biasanya berupa monohidroksikaroten (misalnya
lutein, rubixantin), dihidroksikaroten (zeaxantin), atau
dihidroksiepoksikaroten (violaxantin).21
2.4. Antioksidan
Berbicara tentang antioksidan maka mau tidak mau harus
menyertakan penjelasan mengenai oksidan termasuk didalamnya adalah
radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul-molekul dalam tubuh yang tidak
stabil yang terbentuk akibat adanya sisa-sisa proses metabolisme protein,
karbohidrat dan lemak yang dikonsumsi oleh tubuh sendiri.1,2 Radikal bebas
seringkali dijumpai dalam bentuk oksigen yang reaktif. Molekul yang sangat
reaktif ini jika tidak dikendalikan dapat merusak tubuh dan berperan terhadap
timbulnya berbagai penyakit.22,23 Sumber radikal bebas bisa berasal dari
tubuh sendiri, faktor lingkungan seperti polusi udara akibat asap kendaraan
ataupun rokok, air yang terpolusi, serta sinar matahari, dan juga dari radikal
bebas itu sendiri. Diantara sekian banyak radikal bebas yang paling
berbahaya adalah ion superoksida, yang terbentuk dari hidrogen peroksida.
Disamping superoksida dan hidroksil, oksigen tunggal atau atom oksigen
yang tidak berikatan dengan molekul oksigen diatomik merupakan radikal
bebas perusak yang cukup berbahaya.2
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menyumbangkan satu atau
lebih proton kepada radikal bebas sehingga radikal bebas tersebut dapat
diredam.24 Antioksidan adalah senyawa-senyawa yang mampu
menghilangkan, membersihkan, menahan pembentukan ataupun memadukan
efek spesies oksigen reaktif.25,26 Penggunaan senyawa antioksidan juga anti
radikal saat ini semakin meluas seiring dengan semakin besarnya pemahaman
masyarakat tentang peranannya dalam menghambat penyakit degeneratif
seperti penyakit jantung, ateriosklerosis, kanker serta gejala penuaan.
Masalah-masalah ini berkaitan dengan kemampuan antioksidan untuk bekerja
sebagai inhibitor reaksi oksidasi oleh radikal bebas reaktif yang menjadi
pencetus penyakit-penyakit degeneratif.27
Fungsi utama antioksidan digunakan sebagai upaya untuk
memperkecil terjadinya proses oksidasi dari lemak dan minyak dalam
sediaan farmasi, memperkecil terjadinya proses kerusakan dalam makanan,
meningkatkan stabilitas lemak yang terkandung dalam makanan serta
mencegah hilangnya kualitas sensori dari nutrisi. Dengan demikian
antioksidan tidak hanya digunakan dalam industri farmasi, tetapi juga
digunakan secara luas dalam industri makanan, industri petroleum, industri
karet dan sebagainya.28
Tubuh manusia sebenarnya menghasilkan senyawa antioksidan,
tetapi jumlahnya seringkali tidak cukup untuk menetralkan radikal bebas
yang masuk ke dalam tubuh. Sebagai contoh, tubuh manusia dapat
menghasilkan glutathione yang merupakan antioksidan kuat, hanya saja
tubuh memerlukan asupan vitamin C sebesar 1000 mg untuk memacu tubuh
menghasilkan glutathione tersebut. Jika tubuh kekurangan antioksidan maka
tubuh membutuhkan asupan dari luar. Dengan menerapkan pola hidup
sebagai vegetarian akan sangat membantu dalam mengurangi resiko
keracunan akibat radikal bebas. Keseimbangan antara antioksidan dan
radikal bebas menjadi kunci utama pencegahan stress oksidatif dan penyakit-
penyakit kronis yang dihasilkan.29
Antioksidan terbagi menjadi antioksidan enzim dan vitamin.
Antioksidan enzim meliputi superoksida dismutase (SOD), katalase dan
glutation peroksidase (GSH.Prx). Antioksidan vitamin mencakup
alfatokoferol (vitamin E), beta karoten dan asam askorbat (vitamin C) yang
banyak terdapat pada hewan dan tumbuhan. Sebagai antioksidan, beta
karoten adalah sumber utama vitamin A yang sebagian besar terdapat pada
tumbuhan. Selain melindungi buah-buahan dan sayuran berwarna kuning
atau hijau gelap dari bahaya radiasi matahari, beta karoten juga berperan
serupa dalam tubuh manusia. Senyawa lain yang memiliki sifat antioksidan
adalah flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang terdapat
pada teh, buah-buahan, sayuran, bir, bahkan kecap.29
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan dibedakan menjadi
antioksidan primer, sekunder dan tersier. Antioksidan primer dapat bereaksi
dengan radikal bebas dengan cara memutus reaksi berantai sehingga berperan
dalam memutus pembentukan radikal bebas baru dan mengubahnya menjadi
produk yang stabil. Adapun yang termasuk dalam antioksidan primer adalah
enzim superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutation peroksidase
(GSH.Prx). Antioksidan sekunder senyawa yang berfungsi utuk menangkap
senyawa radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai, contohnya
vitamin E, C, dan betakaroten. Sementara antioksidan tersier adalah senyawa
yang berperan dalam memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang
disebabkan oleh radikal bebas, contohnya enzim yang memperbaiki DNA
pada inti sel adalah metionin sulfoksida reduktase.30
Metode yang sering digunakan untuk mengukur aktivitas
antioksidan suatu senyawa adalah:
1. Uji DPPH
DPPH atau 1,1 Difenil 2pikrilhidrazil merupakan suatu radial bebas yang
stabil dan tidak membentuk dimer akibat delokalisasi dari elektron bebas
pada seluruh molekul. Delokalisasi elektron bebas ini juga mengakibatkan
terbentuknya warna ungu pada larutan DPPH sehingga bisa diukur
absorbansinya pada panjang gelombang sekitar 515 nm. Ketika arutan
DPPH dicampur dengan senyawa yang dapat mendonorkan atom
hidrogen, maka warna ungu dari larutan akan hilang seiring dengan
tereduksinya DPPH.31,32
2. Uji ABTS
Asam 2,2 Azinobis (3 etilbenzatiazolin) 6 sulfonat (ABTS) merupakan
substrat dari peroksidase, dimana ketika dioksidasi dengan kehadiran
H2O2 akan membentuk senyawa radikal kation metastabil dengan
karakteristik menunjukkan absorbansi kuat pada panjang gelombang 414
nm. ABTS merupakan senyawa larut air dan stabil secara kimia.
Akumulasi dari ABTS dapat dihambat oleh antioksidan pada medium
reaksi dengan aktivitas yang bergantung waktu reaksi dan jumlah
antioksidan. Kemampuan relatif antioksidan untuk mereduksi ABTS
dapat diukur dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 734 nm.
Absorbansi maksimal juga dapat terjadi pada panjang gelombang yang
lain. Panjang gelombang yang mendekati infra merah (734 nm) dipilih
untuk meminimalkan interfensi dari absorbansi komponen lainnya.31
3. Uji TRAP
Pengujian TRAP atau Total Radical Trapping Antioxidant Parameter
bekerja berdasarkan pengukuran konsumsi oksigen selama reaksi oksidasi
lipid terkontrol yang diinduksi oleh dekomposisi termal dan AAPH (2,2
Azobis (2 aminidopropana) hidroklorida) untuk mengukur total aktivitas
antioksidan. Hasil uji ini diekspresikan sebagai jumlah (dalam mikromol)
radikal peroksil yang terperangkap oleh 1 liter plasma.Pengukuran serum
TRAP berdasarkan penentuan lamanya waktu yang diperlukan oleh
serum uji untuk dapat bertahan dari oksidasi buatan.31
4. Uji FRAP
Metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) bekerja berdasarkan
reduksi dari analog ferroin, kompleks Fe3+ dari tripiridiltriazin
Fe(TPTZ)3+ menjadi kompleks Fe2+, Fe(TPTZ) 2+
yang berwarna biru
intensif oleh antioksidan pada suasana asam. Hasil pengujian
diinterpretasikan dengan peningkatan absorbansi pada panjang
gelombang 593 nm dan dapat disimpulkan sebagai jumlah Fe2+ (dalam
mikromolar) ekuivalen dengan antioksidan standar.31
5. Metode CR
Larutan Ce(IV) sulfat yang diberikan pada sampel akan menyerang
senyawa antioksidan. Senyawa antioksidan dapat berperan sebagai
pemindah elektron , maka perusakan struktur oleh elektron reaktif yang
berasal dari oksidator kuat seperti Ce(IV) sulfat tidak terjadi. Metode ini
berdasarkan spektrofotometri yang pengukurannya dilakukan pada
panjang gelombang 320 nm. Kapasitas reduksi Ce(IV) pada sampel dapat
diukur konsentrasi dan pH larutan yang sesuai membuat Ce(IV) hanya
mengoksidasi antioksidan dan bukan senyawa organik lain yang mungkin
teroksidasi. Hal ini membuat penentuan panjang gelombang maksimum
dan nilai pH larutan penting untuk diketahui dan dijaga selama
pengukuran agar tidak terjadi pergeseran panjang gelombang selama
pengukuran.33
2.5. Ekstraksi34
Eksraksi adalah penyarian senyawa-senyawa yang terdapat dalam
simplisia tanaman dengan menggunakan pelarut yang sesuai dengan cara
yang tepat sehingga diperoleh hasil yang secara kualitatif atau kuantitatif
memenuhi persyaratan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan pelarut organik
terhadap bahan yang segar maupun yang kering. Pada prinsipnya senyawa
polar diekstraksi dengan pelarut polar sedangkan senyawa non polar
diekstraksi dengan pelarut non polar.
Metode ekstraksi ada 2 cara, yaitu cara panas dan cara dingin. Cara
panas antara lain:
1. Refluks
Ekstraksi dengan pelarut pada suhu didihnya selama waktu tertentu dan
jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin
balik.
2. Soxhlet
Eksraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan
dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah
pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
3. Digesti
Maserasi kinetik (dengan pengaduk kontinu) pada suhu yang lebih tinggi
dari suhu ruangan yaitu pada 40-50◦C.
4. Infus
Ekstraksi dengan pelarut air pada penangas air, bejana infus tercelup
dalam penangas air mendidih (96-98◦C) selama 15-20 menit.
5. Dekok
Infus pada waktu yang lebih lama (lebih dari 30 menit).
Cara dingin antara lain:
1. Maserasi
Proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan
beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan
(kamar). Secara teknologi termasuk dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada kesetimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan
pengadukan yang kontinu. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan
seterusnya.
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke rongga
sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif dengan yang di luar sel.
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif
yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang
mudah mengembang dalam cairan penyari.
2. Perkolasi
Ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive
extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses
terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap
perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus-menerus
sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan
2.6. Kosmetik
Menurut keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
tentang Kosmetika Republik Indonesia nomor H.K.00.05.4.17456 tentang
kosmetika 2003, menyatakan bahwa kosmetika adalah bahan atau sediaan
yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia
(epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan
mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah
penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau
memelihara tubuh pada kondisi baik.35
Bahan kosmetika adalah bahan yang berasal dari alam atau sintetik
yang digunakan untuk memproduksi kosmetik. Wadah adalah kemasan yang
bersentuhan langsung dengan isi. Berdasarkan keputusan BPOM tersebut,
kosmetika yang diproduksi dan atau diedarkan harus memenuhi persyaratan :
1. Menggunakan bahan yang memenuhi standar dan persyaratan mutu serta
persyaratan lain yang ditetapkan.
2. Diproduksi dengan menggunakan cara pembuatan kosmetik yang baik.
3. Terdaftar dan mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
Bahan kosmetik sebagamana dimaksud di atas adalah harus
memenuhi persyaratan mutu sesuai dengan Kodeks Kosmetik Indonesia atau
standar lain yang diakui.
2.8. Lotion
2.8.1. Tujuan dan fungsi lotion12,13
Lotion pada umumnya merupakan suatu sediaan kosmetika yang
berbentuk cairan putih ataupun transparan yang diaplikasikan pada kulit.
Lotion merupakan cairan yang tidak larut dalam air dan dilarutkan untuk
menghasilkan larutan yang stabil dengan menggunakan prinsip
termodinamika. Tetapi saat ini banyak tipe lotion yang tidak mengikuti
deskripsi ini. Sebagai contoh lotion tansparan dan semi transparan dibuat
dengan teknik mikroemulsi dan lipid nano sphere, lotion opaque
merupakan emulsi yang berisi beberapa persen minyak bobot jenisnya
harus disesuaikan agar tidak terjadi creaming dan sedimentasi.
Lotion adalah emulsi tetapi mengandung lebih rendah wax dan
minyak dibandingkan krim, sehingga kelihatan lebih ringan dan lebih tidak
berminyak. Lotion mumnya lebih mudah dibuat dari pada krim karena lebih
tipis, serta waktu pemanasan dan pendinginan lebih singkat. Akan tetapi
problem stabilitas bentuk lotion akan lebih besar daripada krim karena krim
jauh lebih viscous sehingga secara umum lebih perlahan berubah ke bentuk
tidak stabil. Bentuk lotion digunakan untuk produk lotion kulit dan wajah,
kondisioner rambut, dan pembersih pelembab.
Lotion digunakan setelah wajah dibersihkan menggunakan
kosmetik pembersih wajah untuk memberikan kelembaban dengan
menambahkan humectan. Agar menghasilkan efek pelembab yang baik
dalam penggunaannya, tipe dan jumlah humectan harus proporsional
dengan etanol dan minyak yang disesuaikan dengan usia pemakai,
lingkungan dan kosmetik yang digunakan.
2.10.2. Glyserin
Nama lain : Trihydroksipropan
Nama kimia : Propan 1,2,3-triol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis,
diikuti rasa hangat, higroskopis
Kelarutan : dapat campur dengan air dan etanol (95%), praktis
tidak larut dalam kloroform, dalam eter
Titik didih : 290oC
Fungsi : Anti mikroba, emolien, humektan, pelarut, pemanis
Kadar : sebagai humektan ≤ 30%
2.10.4. Glyserilmonostearat
Nama lain : Glyserol starat, glyseril stearat
Nama kimia : Acidum oktadekanoat
Pemerian : Serbuk putih hingga kekuningan, berbau khas,
rasa spesifik
Kelarutan : larut dalam etanol panas, eter, klorofom, aseto
panas, mineral oil, terdispersi dalam air dengan
sejumlah kecil surfaktan
Titik lebur : 55-600C
Fungsi : emolien, pengemulsi (surfaktan), pelarut,
penstabil. Surfaktan ini banyak dipakai karena
menghasilkan emulsi yang stabil.
Kadar : sebagai surfaktan sampai 5%
Penyimpanan : ditempat sejuk, kering dan terlindung dari cahaya
matahari
2.10.7. Trietanolamin
Nama lain : Trihydroksi triethylamin
Nama kimia : 2,2l,2ll nitritotrietanol
Pemerian : cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat,
bau lemah mirip amoniak, higroskopis
Kelarutan : dapat bercampur denganair,atau alcohol, larut
dalam kloroform, sukar larut dalam eter, benzene
Fungsi : Pengemulsi, pembuat alkali
Kadar : konsentrasi 2-4%
2.10.8. Methyl paraben
Nama lain : Nipagin, Methyl-p hydroksi benzoate
Pemerian : serbuk hablur halus, warna putih, hamper tidak
berbau, rasa sedikit membakar, diikuti rasa tebal
Kelarutan : sukar larut dalam air, larut dalam air mendidih,
mudah larut dalam etanol (95%), dalam aseton,
dalam eter, dalam alkali hidroksi, agak sukar larut
dalam glycerol panas, dan dalam lemak nabati.
Suhu lebur : 125-128oC
Fungsi : pengawet
Kadar : 0,02-0,3%
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
3.3. Hipotesis
Ekstrak ubi jalar merah memiliki aktivitas antioksidan dan tabir surya, serta
aktivitasnya masih dapat dipertahankan dalam formula sediaan lotion.
Lotion