Bab1&2-Komitmen Organisasi
Bab1&2-Komitmen Organisasi
Bab1&2-Komitmen Organisasi
Di BVoice Radio
BINUS University
Disusun oleh :
Fakultas Psikologi
2009
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................2
BAB 1...........................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................5
1.3.1 Tujuan.........................................................................................................................................7
1.3.2 Manfaat......................................................................................................................................7
BAB II...........................................................................................................................................................8
LANDASAN TEORI........................................................................................................................................8
II.1.1. Definisi.......................................................................................................................................9
BAB III........................................................................................................................................................22
METODOLOGI PENELITIAN........................................................................................................................22
2
III.1.2. Definisi operasional konstruk.................................................................................................22
III.2.1. Populasi..................................................................................................................................23
III.2.2. Sampel....................................................................................................................................23
BAB IV........................................................................................................................................................25
PENGOLAHAN DATA..................................................................................................................................25
BAB V.........................................................................................................................................................35
V.1 KESIMPULAN..................................................................................................................................35
V.2 SARAN.............................................................................................................................................35
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................40
3
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel 4.1. Variable yang diukur berikut nomer itemnya dalam kuesioner...............................................25
Tabel 4.8. Output SPSS: Koefisien reliabilitas (alpha cronbach) setelah dihapus.......................................32
Tabel 4.9. Output SPSS: Koefisien reliabilitas (alpha cronbach) per item setelah dihapus........................34
Tabel 4.10. Output SPSS: Koefisien reliabilitas (alpha cronbach) per variabel setelah dihapus.................34
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia dimana sejak
zaman dahulu kala, telah banyak dilakukan upaya-upaya untuk menjaga dan meningkatkan
derajat kesehatan diri maupun kelompok.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan individu adalah personal
control (dalam Taylor, 2003). Thompson (dalam Wallstone, 1981) mengatakan personal control
merupakan sebuah kepercayaan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu mempengaruhi
kejadian yang tidak diinginkan. Personal control terdiri dari beberapa jenis, yaitu self-efficacy
dan locus of control. Self-efficacy merupakan derajat kepercayaan individu akan kemampuannya
4
melakukan tindakan tertentu pada situasi tertentu (Bandura,1977). Locus of control (Rotter,
1966) menggambarkan keyakinan seseorang mengenai sumber penentu perilakunya. Sumber
penentu ini berasal dari internal (internal locus of control) atau eksternal (external locus of
control). Internal locus of control merupakan cara dimana seseorang yakin kontrol terhadap
peristiwa berasal dari kemampuannya, selain itu individu yang memiliki internal locus of control
juga memahami bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung pada seberapa banyak usaha yang
mereka lakukan, misalnya individu percaya bahwa perilaku merokok, mengonsumsi alkohol
yang berlebihan, dan tidak berolahraga, mengakibatkan kondisi kesehatan yang buruk. External
locus of control merupakan cara dimana seseorang yakin kontrol terhadap peristiwa berasal dari
luar dirinya seperti faktor keberuntungan, nasib atau takdir, misalnya individu yang mengalami
penyakit diabetes percaya bahwa hal itu disebabkan oleh factor keturunan atau takdir.
Wallstone (1982), menyatakan bahwa individu yang memiliki internal locus of control
cenderung terlibat dalam perilaku sehat. Individu yang memiliki external locus of control
sebaliknya cenderung terlibat dalam perilaku yang dapat merusak kesehatan. Menurut Wallstone
(1992) individu yang memiliki internal locus of control akan terlibat dalam perilaku yang
meningkatkan kesehatan. Wallstone (2001) juga menyimpulkan bahwa control merupakan salah
satu factor yang menentukan perilaku kesehatan dan kondisi kesehatan individu. Penelitian lain
yang mendukung hubungan locus of control dengan perilaku kesehatan dilakukan oleh Seeman
dan Evan (1962). Penelitian mereka menunjukkan bahwa individu yang aktif mencari informasi
yang berkaitan dengan kesehatan adalah individu yang memiliki internal locus of control.
Penelitian yang dilakukan Seeman dan Evan ini, dilakukan pada pasien-pasien yang menderita
tuberkolosis. Individu yang menderita tuberkolosis dan memiliki internal locus of control
ditemukan lebih memahami kondisi mereka dan lebih sering bertanya kepada dokter dan perawat
mengenai kondisi kesehatan mereka dari pada individu yang memiliki external locus of control .
Dalam penelitian lain ditemukan adanya ketidakkonsistenan antara hubungan locus of
control dengan perilaku kesehatan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Calnan menemukan
hubungan yang positif antara olah raga teratur dengan internal locus of control (Bennett, Calnan,
Duffy, Norman, Smith & Murphy, dalam Graffeo, 2006) namun pada penelitian lain tidak
ditemukan adanya hubungan antara locus of control dengan olah raga teratur (Callaghan, Laffrey
& Isenburg, Melamed, Rabinowitz, Weisburg, Tal & Ribak, dalam Graffeo, 2006). Hubungan
antara locus of control dengan perilaku memilih makanan yang sehat juga dilakukan, namun
5
tidak ada hubungan yang konsisten antara kedua variabel tersebut (Bennett, Durry, Moore,
Smith, Murphy & Smith, Schank & Lawrence, dalam Graffeo, 2006). Penelitian Bennet (1998)
juga menemukan bahwa locus of control internal tidak selalu mempengaruhi konsumsi alkohol.
Berdasarkan pemaparan di atas peneliti tertarik untuk meneliti hubungan locus of control
dengan perilaku merokok
1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin melihat apakah faktor yang dominan
seseorang laki-laki adolescence untuk merokok apakah dorongan internal atau dorongan
eksternal ?
1.3.2 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi
mengenai faktor apa yang menajadi dorongan utama seseorang untuk merokok dan apa
manfaat dari rokok tersebut telah memnehi kepuasaan individu tersebut
Jika penelitian ini berhasil dan dirasakan dampaknya maka penelitian ini akan
dapat di jual kepada perusahaan rokok dan dapat membantu dalam penampilan iklan apa
hal-hal uang menjadi alasan seseorang untuk merokok.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
II. 1 Komitmen Berorganisasi
Sebelum munculnya kedua pendekatan tersebut, ada suatu pendekatan lain yang
lebih dahulu muncul dan lebih lama digunakan, yaitu pembedaan berdasarkan attitudinal
commitment atau pendekatan berdasarkan sikap dan behavioral commitment atau
pendekatan berdasarkan tingkah laku (Mowday, Porter, & Steers, 1982; Reichers;
Salancik; Scholl; Staw dalam Meyer & Allen, 1997).
Pembedaan yang lebih tradisional ini memiliki implikasi tidak hanya kepada
definisi dan pengukuran komitmen, tapi juga pendekatan yang digunakan dalam berbagai
penelitian perkembangan dan konsekuensi komitmen. Mowday et al. (Meyer & Allen,
1997) menjelaskan kedua pendekatan itu sebagai berikut. Attitudinal commitment
berfokus pada proses bagaimana seseorang mulai memikirkan mengenai hubungannya
dalam organisasi atau menentukan sikapnya terhadap organisasi. Dengan kata lain hal ini
dapat dianggap sebagai sebuah pola pikir di mana individu memikirkan sejauh mana nilai
dan tujuannya sendiri sesuai dengan organisasi di mana ia berada. Sedangkan behavioral
commitment berhubungan dengan proses di mana individu merasa terikat kepada
organisasi tertentu dan bagaimana cara mereka mengatasi setiap masalah yang dihadapi.
7
Penelitian mengenai attitudinal commitment melibatkan pengukuran terhadap
komitmen (sebagai sikap atau pola pikir), bersamaan dengan variable lain yang dianggap
sebagai penyebab, atau konsekuensi dari komitmen (Buchanan & Steers dalam Meyer &
Allen, 1997). Tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa komitmen
yang kuat menyebabkan terjadinya tingkah laku anggota organisasi sesuai dengan yang
diharapkan (dari perspektif organisasi), seperti anggota organisasi jarang untuk tidak
hadir dan perpindahan ke organisasi lain lebih rendah, dan produktivitas yang lebih
tinggi. Tujuan yang kedua menunjukkan karakteristik individu dan situasi kondisi seperti
apa yang mempengaruhi perkembangan komitmen berorganisasi yang tinggi.
Komitmen dianggap sebagai psychological state, namun hal ini dapat berkembang
secara retrospektif (sebagai justifikasi terhadap tingkah laku yang sedang berlangsung)
sebagaimana diajukan pendekatan behavioral, sama seperti juga secara prospektif
(berdasarkan persepsi dari kondisi saat ini atau di masa depan di dalam organisasi)
sebagaimana dinyatakan dalam pendekatan attitudinal (Meyer & Allen, 1997).
II.1.1. Definisi
Meyer dan Allen (1991) merumuskan suatu definisi mengenai komitmen dalam
berorganisasi sebagai suatu konstruk psikologis yang merupakan karakteristik hubungan
anggota organisasi dengan organisasinya dan memiliki implikasi terhadap keputusan
individu untuk melanjutkan keanggotaannya dalam berorganisasi. Berdasarkan definisi
tersebut anggota yang memiliki komitmen terhadap organisasinya akan lebih dapat
8
bertahan sebagai bagian dari organisasi dibandingkan anggota yang tidak memiliki
komitmen terhadap organisasi.
Berdasarkan hasil penelitian dalam hal role-job performance, atau hasil pekerjaan
yang dilakukan, individu dengan affective commitment akan bekerja lebih keras dan
menunjukkan hasil pekerjaan yang lebih baik dibandingkan yang komitmennya lebih
10
rendah. Kim dan Mauborgne (Allen & Meyer, 1997) menyatakan individu dengan
affective commitment tinggi akan lebih mendukung kebijakan perusahaan dibandingkan
yang lebih rendah. Affective commitment memiliki hubungan yang erat dengan
pengukuran self-reported dari keseluruhan hasil pekerjaan individu (e.g., Bycio, Hackett,
& Allen; Ingram, Lee, & Skinner; Leong, Randall, & Cote; Randal, Fedor, &
Longenecker; Sager & Johnston dalam Allen & Meyer, 1997).
Berdasarkan penelitian yang didapat dari self-report tingkah laku (Allen &
Meyer; Meyer et al.; Pearce dalam Allen & Meyer, 1997) dan assesment tingkah laku
(e.g., Gregersen; Moorman et al.; Munene; Shore & Wayne dalam Allen & Meyer, 1997)
karyawan dengan affective commitment yang tinggi memiliki tingkah laku organizational
citizenship yang lebih tinggi daripada yang rendah.
Berdasarkan penelitian Ghirschman (1970) dan Farrell (1983), Meyer et al. (1993)
meneliti tiga respon ketidakpuasan, yaitu voice, loyalty, dan neglect. Dalam penelitian
yang diadakan pada perawat, affective commitment ditemukan memiliki hubungan yang
positif dengan keinginan untuk menyarankan suatu hal demi kemajuan (voice) dan
menerima sesuatu hal sebagaimana adanya mereka (loyalty) dan berhubungan negatif
dengan tendency untuk bertingkah laku pasif ataupun mengabaikan situasi yang tidak
memuaskan (neglect).
Individu dengan continuance commitment yang tinggi akan lebih bertahan dalam
organisasi dibandingkan yang rendah (Allen & Meyer, 1997). Continuance commitment
tidak mempengaruhi beberapa hasil pengukuran kerja (Angle & Lawson; Bycio et al.;
Morrman et al. dalam Allen & Meyer, 1997). Berdasarkan beberapa penelitian
continuance commitment tidak memiliki hubungan yang sangat erat dengan seberapa
sering seorang anggota tidak hadir atau absen dalam organisasi.
13
II. 2 Teori Psikometri
M
x
N
Modus : merupakan titik tengah interval kelas yang frekuensinya paling tinggi
(Anastasi, 2007).
1. Menghindari pernyataan yang lebih mengarah ke masa lalu, bukan masa sekarang.
2. Menghindari pernyataan mengenai sesuatu sudah jelas jawabannya.
3. Menghindari peryataan yang ambigu (memiliki banyak arti).
4. Menghindari pernyataan yang tidak relevan dengan objek sikap yang dibahas.
5. Menghindari pernyataan yang didukung oleh hampir semua orang atau hampir tidak
ada yang mendukung.
6. Membuat pernyataan yang dipercaya untuk mencakup secara keseluruhan minat
dalam pembuatan skala sikap.
7. Bahasa yang digunakan dalam sebuah pernyataan harus jelas, sederhana dan
langsung.
14
8. Pernyataan harus pendek, biasanya tidak lebih dari 20 kata.
9. Setiap pernyataan haya memliki satu pemikiran saja.
10. Menghindari pernyataan-peryataan yang mengandung unsur universal dan yang
menciptakan ambiguitas, seperti semua, selalu, tidak ada, dan tidak pernah.
11. Harus memperhatikan pernyataan-pernyataan yang menggunakan kata hanya, cuma,
sering/melulu.
12. Apabila mungkin, pernyataan harus dibuat dengan form kata-kata yang sederhana
bukan dengan kata-kata yang menyulitkan.
13. Menghindari penggunaan kata-kata yang tidak dapat dimengerti oleh responden.
14. Menghindari pernyataan yang mengandung double negatives.
Analisis Kuantitatif dibagi menjadi item discriminant & item difficulty. Item
Discrimination atau daya pembeda item dapat dilihat dari responden yang mendapat nilai
yang baik dalam tes seharusnya mampu menjawab secara benar untuk setiap item dari tes
tersebut. Analisis item secara kuantitatif dengan Item Discrimination dimana diskriminasi
butir soal merujuk pada sejauh mana suatu butir soal melakukan diferensiasi dengan
benar di antara para peserta tes dalam perilaku yang memang menjadi objek pengukuran
tes. Butir-butir soal dapat dievaluasi dan diseleksi atas dasar hubungan mereka dengan
criteria eksternal yang sama (Anastasi&Urbina, 1997). Item difficulty adalah presentase
responden menjawab benar. Rentang nilai antara 0 sampai 1. Menurut Anastasi Urbina
(1997) item difficulty adalah butir soal yang bila semakin mudah maka presentasenya
akan semakin besar, kata yang didefinisikan dengan benar oleh 70% sample
terdefinisidari sample standarisasi (p=0,70) dianggap lebih mudah dari kata yang hanya
bisa didefinisikan secara benar oleh 15% (p=0,15). Kesulitan butir soal dibuat dengan
tujuan memilih butir soal dengan tingkat kesulitan yang sesuai, kebnyakan tes
kemampuan baku dibuat seakurat mungkin pencapaian individu, bila tak seorang pun
mampu melaluinya maka butir soal tersebut memiliki beban yang berlebihan.
15
II. 2.2 Reliabilitas
Reliabilitas merupakan penterjemahan dari kata reliability yang berasal dari kata
rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran
yang reliabel. Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan
pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama,
selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah (Azwar, 2001).
• Split half
Pengukuran reliabilitas alat ukur dilakukan dengan cara membelah alat tes
tersebut menjadi dua bagian yang ekuivalen. Koefisien reliabilitas diperoleh dengan
cara mengkorelasikan skor-skor antar dua belahan (internal consistency). Teknik
pengujian reliabilitas dengan teknik ini dibagi menjadi dua, yaitu Rulon dan
Spearman Brown.
• Kuder Richardson
• Coefficient alpha
16
Tujuannya sama dengan KR, hanya saja syarat yang harus dipenuhi adalah data
yang diperoleh bersifat kontinum dan bukan dikotomi.
1. Tes-retest
Untuk melihat stabilitas atau kekonsistenan alat tes dalam mengukur karakteristik
atau trait dengan melaksanakan tes dan pengukuran terdiri lebih dari satu kali
(diulang). Koefisien korelasi yang dihasilkan disebut dengan coefficient of stability.
Error pada uji reliabilitas dengan teknik ini disebut time sampling error.
Untuk melihat stabilitas alat tes dalam mengukur trait individu dengan
melaksanakan tes dan pengukuran lebih dari satu kali dan menggunakan dua form tes.
Delayed: ada penundaan pemberian form kedua setelah form pertama diberikan.
Koefisiennya disebut sebagai coefficient of equivalence & stability. Error pada
teknik ini disebut sebagai content sampling, time sampling, & human error.
Interscorer reliability
Tujuan dari uji reliabilitas ini adalah untuk menunjukkan konsistensi skor-skor
yang diberikan skorer satu dengan skorer lainnya. Error yang muncul adalah interscorer
differences.
17
II. 2.3 Validitas
Validitas berasal dari kata Validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan
dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau
instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat
tersebut memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran
tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran
dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas yang rendah (Azwar, 2001).
Dalam penelitian ini, validitas alat ukur akan dipenuhi dengan validitas isi. Suatu
alat ukur dikatakan shahih apabila alat itu benar-benar mengukur apa yang hendak
diukur. Dalam penyusunan alat ukur untuk penelitian ini, dipertimbangkan untuk
menggunakan keshahihan isi (content validity). Keshahihan isi merupakan kelengkapan
atau ketepatan pencuplikan isi instrumen penelitian. Untuk mencapai hal ini, sebelumnya
disusun kisi-kisi alat ukur penelitian secara rasional. Penggunaan validitas isi akan
menunjukkan sejauh mana butir-butir dalam alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi
yang hendak diukur oleh alat ukur tersebut (Azwar, 2001).
Prosedur validitas
Melihat sejauh sebuah tes tepat mengukur konstruk atau trait. Beberapa
metode yang dapat digunakan untuk mengukur validitas konstruk:
2. Korelasi dengan alat tes lain, yang dibagi menjadi alat tes baru dengan alat tes
lama, dan korelasi alat tes baru dengan alat tes lain.
3. Analisis factor
4. Experimental intervention
6. Internal consistency
Salah satu cara yang sederhana untuk melihat apakah validitas isi telah terpenuhi
adalah dengan melihat apakah butir-butir dalam skala telah ditulis sesuai dengan blue
print-nya, yaitu telah sesuai dengan batasan kawasan ukur yang telah ditetapkan semula
dan memeriksa apakah masing-masing butir telah sesuai dengan indikator perilaku yang
akan diungkap. Analisis rasional ini juga dilakukan oleh pihak yang berkompeten untuk
menganalisis angket tersebut.
19
komponen yang berisi item yang berkoefisien korelasi rendah menunjukkan komponen
yang bersangkutan memang tidak relevan (Azwar, 2001).
Norma adalah penyebaran skor-skor dari suatu kelompok yang digunakan sebagai
patokan untuk memberi makna pada skor-skor individu. Terdapat dua jenis norma, yaitu:
o percentile rank
o standard score, yang dibagi menjadi: z-score, t-scale, c-scale, stanine, deviation
IQ
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Definisi konstruk
Meyer dan Allen (1991) merumuskan suatu definisi mengenai komitmen dalam
berorganisasi sebagai suatu konstruk psikologis yang merupakan karakteristik hubungan
20
anggota organisasi dengan organisasinya dan memiliki implikasi terhadap keputusan
individu untuk melanjutkan keanggotaannya dalam berorganisasi. Berdasarkan definisi
tersebut anggota yang memiliki komitmen terhadap organisasinya akan lebih dapat
bertahan sebagai bagian dari organisasi dibandingkan anggota yang tidak memiliki
komitmen terhadap organisasi.
III.2.1. Populasi
Populasi yang kelompok kami gunakan ialah mahasiswa/i Binus. Fokusnya adalah
mahasiswa yang mengikuti organisasi media informasi yang ada di binus (BVoice), yang
bertujuan untuk mengukur seberapa besar mahasiswa/i BVoice berkomitmen dalam
berorganisasi.
21
III.2.2. Sampel
Sampel kelompok kami ialah mahasiswa/i yang mengikuti kegiatan organisasi
media informasi (BVoice) yang ada di Binus. Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 30 orang. Teknik yang digunakan pada penelitian ini ialah non-random
sampling.
22
III.4. Teori psikometri
Metode analisis item yang digunakan seperti uji keterbacaan oleh Ibu Meli Ganis
(expert judgement). Kami juga memakai 14 kriteria Edwards dalam penyusunan item-
item.
X1X2- (X1)
rxx’ =
[X1(X
2
– ()/nX1)2/n] [X22 –( X2)2/n]
2
23
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini akan dibahas mengenai pengolahan data berikut analisisnya. Pengolahan
data yang dilakukan adalah analisis deskriptif terhadap data informasi responden, analisis
reliabilitas terhadap alat tes yang dikembangkan, dilanjutkan dengan analisis item (butir soal).
Proses penyeleksian item menggunakan program SPSS, dimana item yang tidak memiliki
hubungan signifikan akan dibuang. Setelah mendapatkan item-item yang baik dilakukan analisis
terakhir untuk melihat reliabilitas dan validitasnya.
Alat ukur yang dikembangkan adalah alat ukur komitmen seseorang dalam berorganisasi
di media informasi (Bvoice Radio) yang terdiri dari 60 item dengan 3 variable yang diukur.
Variable dan nomer item dapat dilihat dalam table 4.1.
Affective 20 1,6,8,10,15,17,19,24,26,28,33,35,37,42,44,46,51,53,55,60
commitment
Continuance 20 2,4,9,11,13,18,20,22,27,29,31,36,38,40,45,47,49,54,56,58
commitment
Normative 20 3,5,7,12,14,16,21,23,25,30,32,34,39,41,43,48,50,52,57,59
commitment
Tabel 4.1. Variable yang diukur berikut nomer itemnya dalam kuesioner
Uji coba alat tes dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 30 mahasiswa yang
tergabung dalam media informasi Universitas Bina Nusantara. Jenis kelamin responden sebagian
besar perempuan, yaitu sebanyak 10 orang (33.3%). Responden berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 20 orang (66.7%). Rentang usia responden yang mengikuti penelitian kuesioner ini
adalah 18-22 tahun dengan modus yaitu responden terbanyak berusia 19 tahun. Analisis
deskriptif dengan SPSS tentang sample ini dapat dilihat pada tabel 4.2 dan tabel 4.3.
24
Grafik status dan jenis kelamin responden dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2.
Gender
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
Usia
N Valid 30
Missing 0
Mean 19.5667
Median 19.0000
Mode 19.00
Sum 587.00
Percentiles 25 19.0000
50 19.0000
75 20.2500
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
25
Gambar 4.1. Grafik jenis kelamin responden
26
Gambar 4.2. Grafik jenis kelamin responden
27
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.903 .904 60
28
Item-Total Statistics
Scale Corrected Squared Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted
item1 171.3000 166.148 .157 . .904
item2 171.1333 164.120 .322 . .902
item3 172.2333 159.289 .453 . .901
item4 172.0000 167.241 .055 . .905
item5 171.5333 161.913 .511 . .900
item6 171.2000 164.510 .301 . .902
item7 171.7333 164.754 .183 . .904
item8 171.5000 167.017 .146 . .903
item9 171.7000 165.872 .184 . .903
item10 171.4667 162.602 .465 . .901
item11 170.7000 166.355 .230 . .903
item12 171.6000 160.386 .454 . .901
item13 172.0333 166.102 .143 . .904
item14 171.4667 163.775 .446 . .901
item15 171.6000 157.145 .794 . .897
item16 171.3333 161.471 .629 . .900
item17 171.2000 159.890 .447 . .901
item18 172.3667 170.102 -.116 . .907
item19 171.7000 159.803 .480 . .900
item20 172.4000 169.076 -.063 . .905
item21 172.3333 159.126 .720 . .898
item22 171.9333 162.064 .499 . .901
item23 171.4667 168.809 -.041 . .905
item24 171.8000 170.097 -.138 . .906
item25 171.5333 160.395 .498 . .900
item26 171.5667 162.875 .582 . .901
item27 171.6667 162.989 .277 . .903
item28 172.4333 161.978 .487 . .901
item29 170.7667 165.702 .254 . .903
item30 171.3667 165.964 .229 . .903
29
Tabel 4.6. Output SPSS : Koefisien reliabilitas (alpha cronbach)
Reliability Statistics
Affective Commitment
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.810 .804 20
Reliability Statistics
Continuance Commitment
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.648 .662 20
30
Reliability Statistics
Normative Commitment
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.818 .820 20
Selanjutnya dilakukan seleksi item, yaitu dengan melihat output SPSS pada
corrected item-total correlation, maka pada alat ukur ini terdapat empat item yang
dihapus, karena korelasi yang muncul adalah lebih kecil dari 0,3. Item yang memiliki
korelasi corrected item-total di bawah 0.3 dengan kelompoknya berarti item tersebut
tidak baik atau tidak mengukur hal yang sama. Oleh karena itu item ini akan dihapus.
Output SPSS tentang hal ini dapat dilihat pada table 4.6. Dalam table ini juga terlihat
koefisien alpha jika item yang kurang baik tersebut dihapus.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.925 .927 37
Tabel 4.8. Output SPSS: Koefisien reliabilitas (alpha cronbach) setelah dihapus
31
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Correlation if Item Deleted
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.846 .853 14
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.684 .681 7
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.841 .847 16
Tabel 4.10. Output SPSS: Koefisien reliabilitas (alpha cronbach) per variabel setelah
dihapus
BAB V
33
V.1 KESIMPULAN
Pada penelitian ini, konstruk teori yang digunakan adalah teori komitmen Meyer dan
Allen yaitu affective commitment, continuance commitment dan normative commitment.
Sampel yang digunakan adalah mahasiswa/i yang tergabung dalam organisasi media
informasi yang ada di Binus (Bvoice) yang berusia 18-22 tahun.
Dengan validitas item di atas 0,30 dan reliabilitas di atas 0,7, dapat dikatakan bahwa
kuesioner tentang komitmen berorganisasi yang digunakan bisa dikatakan valid dan reliabel.
V.2 SARAN
Dalam penelitian selanjutnya, sebaiknya sebelum melakukan penelitian, sebaiknya
dilakukan analisis item yang baik agar memperoleh item-item yang sesuai dengan teori yang
dibutuhkan. Selain itu populasi yang digunakan sebaikanya harus lebih luas lagi agar
mewakili mahasiswa/i yang mengikuti organisasi di Binus.
DAFTAR LAMPIRAN
Data Responden
Usia :
34
Jenis Kelamin :
Jurusan :
Nim :
Hai, kami dari jurusan psikologi angkatan 2007-2011 sedang melakukan observasi untuk
menyelesaikan tugas akhir konstruksi tes psikologi. Untuk itu, kami mohon bantuannya untuk
mengisi kuesioner di bawah ini.
Variabel Importance
Lingkarilah angka yang paling sesuai dengan penilaian Anda terhadap masing-masing pernyataan
berikut, dengan pedoman: 4 = “Sangat Setuju”, 3 = “Setuju”, 2 = “Tidak Setuju”, dan 1 = “Sangat Tidak
Setuju”.
No PERNYATAAN SS S TS STS
36
32 Saya merasa memiliki suatu keterikatan pada 4 3 2 1
organisasi saya
37
51 Saya merasa puas dengan kegiatan sosial 4 3 2 1
organisasi saya
38
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 2001. Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ofset
Anastasi, Anne. Psychological Testing. Sixth Edition. New York: Macmillan Publishing Co.,
1990.
Nunnaly, Jum C., Jr. Introduction to Psychological Measu-rement. New York: McGraw-Hall
Book Company, Ltd., 1970
Rumah Belajar Psikologi. (2007-2010). Pengukuran. Retrieved October 8, 2009, from
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/pengukuran.html
Rumah Belajar Psikologi. (2007-2010). Indikator Komitmen. Retrieved October 8, 2009, from
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/indikator-komitmen.html
Rumah Belajar Psikologi. (2009, December). Organizational Commitment. Retrieved October 8,
2009, from http://en.wikipedia.org/wiki/Organizational_commitment
Organizational Commitment Definition. Retrieved October 8, 2009, from
http://www.businessdictionary.com/definition/organizational-commitment.html
Karina, Psi. Komitmen Organisasi. Retrieved October 8, 2009, from
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/komitmen-organisasi.html
Wikipedia. (2009, July 21). Komitmen organisasi. Retrieved October 8, 2009, from Wikipedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Komitmen_organisasi
Organizational Commitment. Retrieved October 8, 2009, from 12Manage:
http://www.12manage.com/description_organizational_commitment.html
Mathieu, J. E., & Zajac, D.M. (1990) A review and meta analysis of the antecedents, correlates,
consequences of organizational commitment. Psychological bulletin. 108, 171-194.
Meyer, J. P., & Allen, N. J. (1997). Commitment in the worplace theory research and
application. California: Sage Publications.
Mowday, R. T., Porter, L. W., & Steeras, R. (1982). Organizational linkages : the psychology of
commitment, absenteeism, and turnover. San Diego, California : Academic Press.
Robbins, S. P. (2003). Organizational behavior (10th ed). New Jersey : Prentice Hall.
39