Aspek Biologi Ikan Baung
Aspek Biologi Ikan Baung
Aspek Biologi Ikan Baung
Oleh :
SUPYAN
Latar Belakang
Secara umum yang dimaksud dengan ikan adalah hewan vertebrata yang
berdarah dingin yang hidup di air, perkembangan dan keseimbangannya menggunkan
sirip, pada umumnya bernapas dengan insang. (Ridwan, 1980). Ikan merupakan
kelompok vertebrata yang paling besar jumlahnya. Ikan mendominasi kehidupan
perairan di seluruh permukaan bumi. Jumlah spesies ikan yang telah berhasil dicatat
adalah sekitar 21.723 spesies dan diperkirakan berkembang mencapai 28.000 spesies,
sementara jumlah spesies vertebrata yang ada diperkirakan sekitar 43.173 spsies
(Nelson, 1984). Namun hal demikian harus dimaklumi bahwa penemuan spesies ikan
baru terus berlangsung setiap tahun, dan jauh lebih cepat dibandingkan dengan
penemuan spesies hewan lain, seperti bangsa burung atau hewan vertebrata lain (Davi
dan Chounard, 1980).
Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di
bidang perikanan dan luas wilayah Indonesia sebesar 7,9 juta Km² atau sektar 81%
dari wilayah seluruh Indonesia. Sedangkan luas perairan Indonesia saat ini lebih
kurang 14 juta Ha. Yang terdiri dari rawa, sungai sebesar 11,9 juta Ha, 1,78 juta Ha
danau alam dan 0,93 juta Ha danau buatan hal ini merupakan potensi yang sangat
bagus pengembangan usaha perikanan. (Nazaruddin, 1993 dalam Tim Ikhtiologi
1989). Dalam perairan Indonesia yang sangat luas ini mengandung ± 6000 jenis ikan
yang belum teridentifikasi dan ini merupakan sumberdaya hayati perikanan yang
potensial bila dikelola secara maksimal tanpa menggangu kelestarian sumberdaya
tersebut sehingga akan memberikan sumbangan yang berarti bagi kesejahteraan
masyarakat (Effendie, 1997).
Di indonesia, salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis penting adalah Ikan
Baung (Hemibagrus nemurus) (DJAJADIREDJA et al. 1977). Ikan Baung dikenal
sebagai salah satu ikan air tawar yang mempunyai kandungan protein cukup tinggi,
tetapi rendah lemak. Rasa dagingnya enak, gurih, dan lezat melebihi rasa daging ikan
patin atau ikan jambal air tawar. Tidak mengherankan jika kelezatannya tersebut
membuat harga jual ikan ini selalu lebih mahal, disamping karena jumlah pasokannya
masih sedikit. Ikan yang merupakan spesies asli perairan Indonesia ini sebenarnya
mampu bersaing dengan ikan-ikan ekonomis penting lainnya. Namun karena sulit
didapat di luar daerah asalnya menjadikan baung belum sepopuler ikan konsumsi
jenis lainnya. Di Kawasan Asia, terutama di Kawasan Asia Tenggara, menjadi ikan
ekonomis penting. Ikan ini merupakan komoditas yang popular dan memiliki nilai
ekonomis tinggi di Sumatera (Sumatera Selatan, Jambi, dan Riau) dan Kalimantan
(Kalbar, Kalteng, dan Kalsel).
Taksonomi
Kot na Thailand Thai Pa kot Laos, Pop. Dem.Rep. Laotian Sopong Malaysia
Malay/Indonesian Trey chhlang Cambodia Khme
Morofologi
Bila dilihat secara fisik sekilas warna tubuh ikan ini sangat mirip dengan ikan
patin, yaitu putih keperakan dengan punggung berwarna kecokelatan. Ada juga jenis-
jenis tertentu yang berwarna kehitaman, tetapi yang dominan adalah warna
kecokelatan.
Mystus armiger, CAS 218896, holotype, 107.9 mm SL; Malaysia: Kelantan, Kelantan
River. Dorsal, lateral and ventral views. (Ng. Heok Hee. 2004)
Pengecualian
Nama baung terkadang juga digunakan untuk menyebut jenis-jenis ikan yang
berbentuk serupa dalam suku Bagridae, namun tergolong ke dalam marga yang lain
di luar Hemibagrus. Misalnya, (List of Freshwater Fishes for Indonesia dari Fish
Base :
Baung burai, Pseudomystus stenomus
Baung duri, Leiocassis poecilopterus
Baung layar, Bagrichthys hypselopterus
Baung lebang, Pseudomystus fuscus
Baung tikus, Bagroides melapterus
Marga Hemibagrus pada mulanya dianggap satu dengan marga Mystus (ikan-
ikan keting atau lundu), atau yang sebelumnya dikenal sebagai Macrones. Marga ini
dipisahkan, salah satunya ialah karena anggotanya yang dewasa umumnya memiliki
tubuh yang berukuran besar.
ASPEK BIOLOGIS
Reprroduksi
Meenurut Alawwi et al (19990) pada ikkan baung jantan lubaang genital agak
memanjanng dan terdaapat bagian yang merunncing ke araah caudal. AAlat ini
munngkin sebagai aalat bantu dalam meentransfer sperma saaat melakuukan
pemijahan. Sedangkann pada ikaan betina, llubang gennital bulat, lubang ini akan
berwwarna kemerahann bila ikan tersebut teelah mengaandung teluur pada tinggkat
kemataangan gonad (TKKG) V. Ovvarium merrupakan baggian alat kelamin betiina
yang uutama, karena menghasilkann telur seriing disebutt indung teelur. Ovariuum
menganndung komponen yang sangat penting yaitu folikel. Folikel pada uvarium
berasal dari epitel.
Ikan baung mengalami enam fase kehidupan, sama dengan ikan mas dan ikan-
ikan lainnya. Bila fase ini dimulai dari telur, sikulus ikan baung adalah telur, larva,
benih, konsumsi, calon induk dan induk. Masa kematangan jantan dan betina ikan
baung berbeda. Ikan jantan lebih cepat matang gonad dari betina, dan mulai matang
pada umur 10 bulan, yaitu berukuran 100 gram. Sedangkan betina mulai matang
gonad pada umu 12 bulan, dengan ukuran yang sama.
Dari aspek perkambangan gonad, dalam kondisi yang baik, yaitu pada suhu 24
O
– 28 C dan oksigen minimal 4 ppm, telur Ikan Baung akan menetas dalam waktu 28
jam (Arifin (1985). Selama penetasan, dalam telur terjadi beberapa kali pembelahan
sel. Menurut Lagler et al., (1962) dalam Samuel (1995) ada 5 tahapan dalam
perkembangan telur menjadi embryo, yaitu impregnation, fertilization, cleavage,
gastrulasi dan organogenesis. Selanjutnya larva akan menjadi benih, dan dipelihara di
kolam-kolam. Untuk mencapai ukuran 1 – 2 cm pada umumnya dibutuhkan waktu
selama sebulan, ukuran 3 – 5 cm dibutuhkan waktu 2 bulan, ukuran 5 – 8 cm
dibutuhkan waktu selama 3 bulan, dan ukuran 10 cm – 12 dibutuhkan waktu selama 5
bulan. Selanjutnya benih dipelihara ditempat pembesaran hingga menjadi konsumsi
selama 6 bulan dari benih, dan menjadi calon induk dipelihara lagi sela tiga bulan.
Perkembangan tingkat kematangan gonad telur ikan baung selama penelitian
yang dilakukan Samuel dkk (1995) di Sungai Batanghari Jambi menunjukkan bahwa
tingkat kematangan gonad III, IV dan V terjadi pada saatsaat air menjelang naik.
Bulan Agustus merupakan batas terbawah tinggi air sungai Batanghari dan dari
Agustus sampai Desember air terus naik karena pada bulan-bulan tersebut terjadi
musim penghujan. Pada bulan Januari, ikan baung yang mencapai TKG V tersisa 4%
dan TKG VI ada 28%. Dari informasi ini diperkirakan bahwa ikan baung telah
melakukan pemijahan sebelum bulan Januari. Kalau Batanghari, maka diduga ikan
baung mulai memijah pada saat air menjelang naik (masuk pada musim penghujan).
Dari hasil wawancara dengan para nelayan diperoleh informasi bahwa ikan baung
waktu mau mijah melakukan migrasi dari sungai utama ke wilayah dataran banjir.
Samuel dkk (1995) menyebutkan bahwa fekunditas terendah ikan baung
adalah 4876 butir pada ikan yang berukuran panjang total 315 mm, berat 310 gram,
berat gonad 5 gram, IKG 1,61%, TKG III dan tertangkap pada bulan Agustus 1992.
Fekunditas tertinggi adalah 79594 butir pada ikan baung berukuran panjang 420 mm,
berat 800 gram, berat gonad 130 gram, IKG 16,25%, TKG V dan tertangkap pada
bulan Oktober 1992. Selanjutnya Menurut Alawi, et al., (1992) induk betina yang
berukuran 250 – 634 gram dapat menghasilkan telur (ovulasi) antara 50.000 –
150.000 butir, tetapi fekunditasnya antara 1.395 –
160.000 butir, dengan rata 60.000 butir setiap kilogramnya. Sementara Djajadiredja,
dkk, (1977) menyebutkan bahwa fekunditas ikan baung berada pada rentangan 1.365 -
160.235 butir. Seperti yang dikatakan oleh Snyder (1983) dalam Djajadiredja, dkk,
(1977) bahwa fekunditas dipengaruhi oleh ukuran ikan (panjang dan berat) dan umur.
Ikan yang berukuran besar cenderung memiliki fekunditas lebih besar daripada ikan
yang berukuran kecil. Fekunditas yang terbesar adalah
160.235 butir yang terdapat pada ikan baung yang memiliki berat tubuh 2.752 g dan
berat gonad 224 g. Fekundditas juga ddapat dipenggaruhi oleh fekunditas telur
(Woynaroovich and HHorvarth, 19980). Pada uumumnya, iikan yang bberdiameterr
telur 0,8 - 1,1 mmempunyai fekunditas 100.000 - 3300.000 buttir/kg berat iikan. Ikan
bbaung mempunyyai fekunditaas lebih keccil daripadaa jumlah terrsebut, yaknni
sekitar 600.000 butir/kg bberat tubuh. Jika dibanndingkan deengan fekunnditas ikan
channel caatfish, fekunditass ikan baunng jauh lebihh besar. Fekkunditas ikan catfish
((baung putihh asli Amerika) adalah sekiitar 7.000 buutir/kg beraat tubuh.
Tabel 3. NNilai Indekss Kematanggan Gonad ddan Fekundditas Ikan BBaung pada
TKG IIII, IV dan VV (Samuel eet al 1995)
Tabel 4. Peerkembangann TKG Ikan BBaung, di DAAS Batanghhari, Jambi (SSamuel dkk
1995)
Daari frekuenssi sebaran garis tengaah telur ikaan baung (TTabel 4) teerlihat
bahwa moodus diameeter telur ppada TKG III terjadi dalam kisaaran 0,70 -0,89
dengan nillai rata-rataa 0,771 mm . Pada TKGG IV moduss berada padda kisaran
11,30 -1,49 mm dengan nilaai rata-rata 1,332 mm dan pada TTKG V mo odus berada
pada kisaran 1,70 -1,89 mmm dengan nilai rata-raata 1,774 mmm. Nilai raata-rata
diammeter telur pada TKG III, IVV dan V berturut-turut 0,713 mm, 1,209 mm dan
1,707 mmm.
Tabel 5. Diistribusi gariis tengah teluur ikan batingg berdasarkaan tingkat kemmatangan
goonad dallam Samuel ddkk (1995
Billa TKG IV dan V merrupakan tinggkat kemataangan telur yang sudahh siap
memijah, dapat disimmpulkan bahhwa ikan baaung dengann kisaran IKKG antara
11,84 -16,25% ddan diameteer telur antarra 1,332 -11,774 mm yyang ditemuukkan
pada bbulan Oktober ddan Januari sudah siap untuk melaakukan pemmijahan. Haasil
ini tidakk jauh berbeda ddengan hassil penelitiaan laian yaang menyebbutkan bahhwa
ikan bbaung matang tellur pada IKG antara 1,K89 - 16,37%%.
Di danau Sipiin dan Kenaali, ikan bauung betina dengan tinggkat
kemataangan gonad IV (matang) ddidapatkan ppada bulan Oktober-MMaret,
sedanngkan untukk ikan baung janntan dengann TKG IV hanya terddapat padaa bulan
Okttober-Desemmber. Bersamaann dengan tidak terdappatnya ikan baung janntan dan
berrkurangnyaa ikan baung bettina yang mmatang gonaad setelah bbulan Desemmber,
makaa anak-anakk ikan baung barru didapatkaan pada bullan Januari.. Ikan baung di
Wadukk Juanda deengan TKG IV ditemukann dalam bbulan Oktoober-Maret,,
sehinggaa anaknya baru didapatkann pada bulaan Januari-MMaret denggan ukuran
panjang tootal 3,5 - 9,,5 cm dan bobot 0,33 - 6,466 g.
Jenis Kelaamin
Jennis kelaminn ikan baunng dapat dikketahui denngan dua caara, yaitu
deengan membelahh perut daan memerikksa gonadnnya dan dengan menngamati
cirri-ciri morfologis. Gonad ikkan baung betina dan ikan baunng jantan teerletak di
roongga perut bagiian dorsal intestin. Go nad ikan baaung barn ddapat diperiiksa
setelahh ikan baung terssebut berukkuran 90 g aatau kira-kirra panjangnnya 20 cm.
Oleh karenna itu, ikan baunng yang leebih kecil dari ukuraan tersebutt dapat
dibbedakan deengan mengamatti lobang geenital (geniital pore). PPada ikan b aung
jantann, lobang genital agak memmanjang dann terdapat bbagian yanng meruncinng
ke arah caudal. Al at ini merupakann alat banttu untuk mmentransfer sperma.
Seedangkan pada ikan b etina, lobang geenitalnya beerbentuk buulat. Lobangg genital
inni akan berrwama kemmerahmerahanji ka ikan baaung betina tersebut teelah
mengaandung teluur pada TKKG V. Kromosomm berjumlaah 23 pasang yangg terdiri
aatas 2 passang krommosom metasentriik, 6 pasaang kromoosom akrosentrik, daan 15
passang krommosom telosentrikk.
muel et aan hasil ahubungan panjang -berat ddan faktorr kondisi ikan
baunng (jantan dan betina),diddapatkan niilai parametter b untuk kelompok ikan
jantann berkisar aantara 2,52 - 3,30 dan untukk kelompokk ikan baunng betina, nilai b
berki sar antara 22,54 3,06. Nilaai parameteer b tersebbut menuruut CARLANNDER
(dallam EFFENNDIE 1997) ma sih dalam kkisaran benntuk tubuh ikan-ikan ppada
umummnya yaitu aantara 2,5 - 3,5.. Selanjutnnya dikemuukakan bahhwa hasil uuji-t
terhadap parametter b, terlihat bahwa polaa pertumbuuhan ikan baung, baik jantan
maupun b etina, cenderungg bersifat aloometrik yaiitu b berbedda dengan 3..
Tabel 6. HHubungan PPanjang Beraat dan faktro Kondisi Ikan baung jjantan yangg
teertangkap ddi sungai Baatanghari Jammbi (Samueel et al 19955)
Tabel 7. HHubungan PPanjang Beraat dan faktro Kondisi Ikan baung bbetina yangg
teertangkap ddi sungai Baatanghari Jammbi (Samueel et al 19955)
Nilai faktor kkondisi (KTTL) rata-rataa untuk ikann baung janntan adalah
1,12, jadi lebih kecil dari yang betinna (KTL = 1,20) dan ini membeerikan gambbaran
bahwa koondisi ikan baung betiina rata-rataa lebih moontok dibanndingkan deengan
kondisi ikkan baung jjantan. Sebbagaimana ddikemukakaan oleh EFFENDIE (11979)
salah satu pengaruh kkemontokann ikan betinna disebabkan oleh tinggkat
kemataangan gonad, di samping ittu faktor-faaktor lain sseperti makkanan dan uumur
juga dapat menyebabbkan perbeddaan nilai tersebut. TTabel 6 daan 7
mempperlihatkan nilai kondisi anntara 1,02 - 1,60, beerarti ikan baung (Heemibagrus
nnemurus) mmasih tergolong ikan-ikan yyang bentukk badannya tidak pipihh. Rasio
sekks antara janntan : betina = 97 : 100 mmasih dalamm perbandinngan yang ideal
dalamm suatu poppulasi ikan.
Pola Pertumbuhan
Pola pertumbuhan ikan baung adalah allometrik (b > 3). Pertambahan berat
lebih cepat daripada pertambahan panjang badan. Sedangkan berdasarkan jenis
kelamin, pertumbuhan ikan baung jantan berpola isometrik (b = 3), di mana
pertambahan berat sebanding dengan pertambahan panjang badan.
Ukuran ikan baung berhubungan dengan agresivitasnya dalam mencari makan
dan kematangan gonad. Karena harga b di atas 3, maka pertumbuhan berat ikan baung
cendemng lebih cepat daripada pertumbuhan panjang badan. Dengan demikian, faktor
makanan memegang peranan yang sangat penting. Jika ikan baung semakin banyak
mendapat makanan, maka pertumbuhan beratnya semakin tinggi. Karena itu, ikan
baung berukuran besar cenderung lebih agresif mencari makan sehingga
pertumbuhannya berpola allometrik.
Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ikan baung adalah kematangan
gonad. Ikan baung betina memiliki pola pertumbuhan allometrik. Hampir 77 % ikan
baung betina mengandung telur sehingga berat telur tersebut mempengaruhi pola
pertumbuhannya. Hal ini juga menyebabkan pola pertumbuhan ikan baung (jantan
dan betina) berpola allometrik. Pada waktu musim memijah, pola pertumbuhan ikan
baung betina bisa berbeda dengan ikan baung jantan.
Untuk mendukung program pembiakan spesies ini, kualitas benih yang bagus
sangat dibutuhkan. Untuk analisis genetik dari populasi yang ada. Sebuah alternatif
untuk menilai variasi genetik suatu populasi dapat dilakukan dengan penanda DNA.
Dendogramm dari ikann baung yangg dikoleksi dari 4 lokassi
Unntuk menjeelaskan varriasi genetiik Hemibaggrus nemuurus dari eempat
waduk, (Nugrohoo. E dkk., 1995) tellah melaukkan analisiss genetikannd ari
Hemibagrrus nemuruss dengan haasil sebagai bberikut :