CEDERA Tendon Fleksor Akut
CEDERA Tendon Fleksor Akut
CEDERA Tendon Fleksor Akut
1. Pendahuluan
Pengetahuan yang mendalam mengenai biologi, reparasi dan rehabilitasi
tendon fleksor telah ada sejak 1960, ketika laporan mengenai reparasi primer pada
laserasi tendon fleksor yang berada dalam jaringan fibrooseus berjalan dengan
sukses tanpa harus dilakukan eksisi dan tandur tendon.1,2
Pada penelitian terakhir lebih difokuskan terhadap pengertian dan
meningkatkan kualitas pergerakan permukaan (gliding surface) dan pengaruhnya
di bidang biomekanik dan biomolekular. Tujuan penatalaksanaan laserasi tendon
fleksor yaitu untuk mendapatkan tensile strength yang baik agar dapat melakukan
rehabilitasi post penyambungan tendon berupa pergerakan pasif agar tidak terjadi
adesi, menstimulasi permukaan selubung sinovial dan memfasilitasi penyembuhan
dari tempat penyambungan.1,2
2. Anatomi
FDS berasal dari berbagai tempat di bagian volar dari distal humerus, ulna
dan radius serta dihubungkan jaringan fibrous aponeurosis yang menyelimuti
saraf median dan selubung pembuluh darah ulna pada lengan bawah. Pada bagian
tengah lengan bawah, muscle belly superfisial dibagi menjadi empat, bagian
superfisial dan profunda. Bagian superfisial menjadi tendon pada jari tengah dan
jari manis, bagian profunda menjadi tendon pada jari telunjuk dan jari kelingking.
FDS pada jari kelingking tidak selalu ditemukan pada setiap orang. FDP berorigin
1
pada anteromedial aspek dari ulna dan jaringan interoseus membran dan lebih
dorsal dari FDS. FDP dari jari telunjuk, mempunyai muscle belly sendiri.1,2
Kleinert dan Verdan membagi tendon fleksor menjadi lima zona anatomi.
Zona V : perbatasan tendon otot sampai dengan pintu masuk canalis
Carpalia.
Zona IV : berada pada bagian bawah ligamen transversum carpalia.
Zona III : bagian ujung transverse karpal ligamen sampai dengan
fibrooseus palmar crease
Zona II : origo dari fibrooseus fleksor sheath sampai dengan insersi FDS
Tendon
Zona I : bagian distal dari insersi FDS.1,2
2
FDS tendon terletak sebelah depan ( bagian palmar ) dari FDP hingga mereka
memasuki selubung tendon jari pulley A l . Pada selubung tendon bagian proksimal
didaerah base phalang proksimal, tendon FDS terbelah jadi dua bagian yang pipih yang
membelit FDP secara obliq pada sisi lateral dan dorsal, dan bersatu kembali pada bagian
dorsal oleh jaringan ikat yang disebut sebagai: chiasma camper, dan berakhir sebagai dua
buah tendon yang berinsersi pada setengah proksimal phalang media. FDP berjalan
melewati decusatio FDS dan berinsersi pada bagian proksimal phalang distal. 1
3
Gambar 2. Struktur FDS dan FDP dalam selubung tendon.
Dikutip dari Netter.3
FDP berfungsi sebagai fleksor jari utama, sedangkan FDS dan intrinsic muscle
bergabung untuk memperkuat cengkeraman. Kekuatan tendon FDS dua hingga tujuh kali
lebih kecil daripada yang dihasilkan FDP saat menggenggam dan mencubit Pada jari,
tendon fleksor terbungkus oleh selubung tendon yang dilapisi oleh lapisan synovial visceral
dan parietal yang berisi cairan synovial.1
Selubung tendon fleksor jari merupakan suatu trowongan ligamen yang kuat
(fibro osseous tunnel) yang terdiri dari bagian yang tebal yaitu 5 buah annular pulleys (Al -
A5 ) dan bagian yang tipis berupa 3 buah cruciate ligamen / pulleys (C1 - C3 ).
Pulley A2 dan A4 berasal dari periosteum setengah proksimal phalang proksimal
dan pertengahan phalang media, sedangkan pulleys A l , A3 dan A5 merupakan pulley
pada persendian yang berasal dari bagian palmar sendi metacarpophalangeal
(MP), proksimal interphalangeal (PIP) dan distal interphalangeal (DIP). Pulleys
palmar apponeurosis terdiri dari fascia palmar serat vertikal dan serat transversal yang
secara klinis penting apabila komponen selubung tendon bagian proksimal lainnya hilang.
Cruciate pulleys yang tipis terdiri dari C l yang terletak antara annular pulley A2 dan A3,
C2 antara A3 dan A4 dan C3 antara A4 dan A5. Cruciate pulley memfasilitasi koiap dan
ekspansi tendon sheath selama gerakan jari. Selubung tendon jari mencegah tendon
tertarik keluar dari bagian konkaf aspek anterior jari saaat jari fleksi.1,2
4
Tendon terdiri dari 70% kolagen dengan molekul kolagen panjang yang
terbuat dari rantai peptida dalam bentuk triple helix ( Tropokolagen ). Fascicle
tendon terdiri dari bundle berbentuk spiral panjang dan kecil dari fibroblast matur
(tenocytes ) dan kolagen tipe I.4
Kolagen yang menyusun tendon (tipe I), terdiri dari dua rantai, yaitu
polipeptida alfa-1 (I) dan satu rantai polipeptida alfa-2 (I) yang berbentuk triple-
helix dengan arah putaran ke kanan, yang dipertahankan oleh hidrogen dan ikatan
kovalen. Pada tingkat mikrofibril susunannya berbentuk quarter stagger yang
memberikan kekuatan yang tinggi dan stabil. Mikrofibril-mikrofibril ini
membentuk fibril bercampur dengan glikoprotein dan air dengan fibroblas
diantaranya. Fibroblas yang berbentuk kumparan hanya sedikit sekali. Fibril
tersusun menjadi suatu gelendong (bundle) yang dibungkus oleh endotenon.
Lapisan peritendineous-nya disebut epitenon dan lapisan terluar disebut
paratenon.
Komposisi tendon ini membuat tendon dapat berfungsi secara ideal untuk
menahan gaya regang yang tinggi. Dibandingkan dengan ligamentum, tendon
mengalami deformitas yang sedikit sekali waktu dibebani. Viskoelastisitas tendon
relatif agak kurang bila dibandingkan dengan jaringan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan komponen matriks.5
Fascicle tendon fleksor pada tangan dibungkus oleh lapisan adventitia
visceral dan parietal yang tipis yang disebut dengan paratenon. Yang termasuk
fleksor tendon jari adalah : Fleksor digitorum superfisialis ( FDS ), fleksor
digitorum profundus ( FDP ) dan fleksor policis longus ( FPL ). Tendon FDS
biasanya berasal dari satu muscle bundle dan bekerja secara independent,
sedangkan FDP sering mempunyai origo otot communis untuk beberapa tendon
dan menghasilkan fleksi yang simultan dari beberapa jari.
Pada pergelangan tangan, fleksor tendon jari bersama dengan n. medianus
memasuki carpal tunnel disebelah bawah atap pelindung ligamen transversal
carpal ( flexor retinaculum ) dan berada dalam common synovial sheath ( gambar.
1 ). Pada canal ini tendon profundus commmunis terpisah menjadi sendiri sendiri
untuk masing - masing tendon jari tengah, jari manis dan kelingking. Kira - kira
5
setinggi palmar crease distal masing - masing tendon tendon untuk ibu jari,
telunjuk, jari tengah, jari manis dan kelingking serta fleksor policis longus dari
FDP dan FDS masuk ke masing - masing selubung tendon (digital synovial
sheath). Tendon fleksor policis longus masuk ke tangan dibawah retinaculum
fleksor dengan selubung tendon tersendiri. Selubung tendon berfungsi sebagai
pelindung bagi tendon fleksor dan juga untuk memberikan permukaan gliding yang licin
(smooth) pada permukaan synovialnya sehingga tendon dapat bergerak/sliding secara
bebas pada persendian tangan dan diantara masing-masing tendon selama pergerakan.
Gliding pada tendon fleksor tangan berhubungan langsung dengan sarung
tendon (tendon sheath), lapisan sinovium parietal (di dalam sarung) dan viseral
(epitenon/bagian luar tendon) yang menghasilkan cairan sinovium yang berfungsi
untuk lubrikasi dan memberikan nutrisi. Sarung ini mengarahkan gerakan tendon
dan di daerah tendon mengalami lekukan tajam, sarung tendon mengalami
penebalan seperti struktur pulley. Pada daerah ini, tendon mendapat gaya tekan
yang besar, mengakibatkan tendon mengalami perubahan menjadi menyerupai
tulang rawan. Tendon tersebut kadang-kadang disebut tendon yang avaskular,
yang hanya menerima perdarahan dari vinkula. Tendon ini merupakan jaringan
ikat yang kecil, longgar dan fleksibel, serta berhubungan dengan mesotenon dan
paratenon. Tendon ini diduga menerima nutrisi, sebagian melalui difusi cairan
sinovial.
Vaskularisasi tendon tidak berhubungan dengan selubung tendon. Tendon
dikelilingi oleh jaringan ikat paratenon yang longgar yang berhubungan langsung
dengan epitenon dan memberikan vaskularisasi untuk tendon. Di dalam tendon
pembuluh – pembuluh darah ini beranastomosis dan membentuk sistem kapiler
longitudinal dan menembus endotenon.
Menurut Ricci (1999), tendon berfungsi sebagai kabel penyokong tubuh
pada lingkungan dengan kekuatan regangan tinggi. Tendon menghubungkan otot
skelet ke tulang.4
5. NUTRISI TENDON
6
Tendon fleksor mulai dari distal lengan bawah sampai pertengahan
phalank proksimal menerima suplai darah dari pembuluh darah segmental yang
berasal dari paratenon sekelilingnya. Pembuluh darah ini masuk ke tendon dan
berjalan secara longitudinal diantara fasikel-fasikel. Menurut Ochiai, dkk. system
vincula digital sheath terdapat di pertengahan phalank proksimal.
Difusi cairan synovial merupakan alternatif jalur nutrisi dan lubrikasi yang
efektif untuk tendon flexor. Penghantaran nutrisi yang cepat dipengaruhi oleh
mekanisme pompa yang disebut imbibisi dengan cairan didorong masuk kedalam
jaringan interstitial tendon melalui celah sempit pada permukaan tendon saat jari
melakukan gerakan fleksi dan ekstensi.1
7
Gambar 4. Suplai darah sistem vincula.
6. BIOMEKANIK TENDON
Fungsi tendon merupakan suatu kabel fleksibel sebagai penghubung
struktur otot yang dinamis dan struktur tulang yang rigid, sehingga jaringan ini
harus mempunyai kemampuan untuk meredam goncangan (shock absorbing) dan
kemampuan untuk menahan tarikan (tensile strength).
Tendon merupakan penghubung antara otot dan tulang. seperti halnya
tulang rawan, tendon, di sini matriksnya sebagian besar terdiri dari kolagen tipe 1
dan sedikit proteoglikan. Serat kolagen tersusun longitudinal dengan pembuluh
darah dan saraf yang berada di sekeliling jaringan ikat longgar. Susunan geometris
pembuluh darah dan saraf ini berhubungan dengan fungsi tendon untuk menahan
gaya regangan yang dihasilkan otot untuk diteruskan ke tulang.1,4
Menurut fungsinya tendon dibagi menjadi tendon yang diselubungi oleh
selubung tendon (tendon sheath) dan tendon yang diselubungi jaringan ikat
longgar paratenon. Selubung tendon memungkinkan tendon untuk melekuk dan
8
terutama pada tendon fleksor. Pada tendon yang tidak melekuk dikelilingi
paratenon. Sekeliling tendon yang berupa jaringan ikat yang longgar.1,2,4
Jaringan ini mempunyai struktur kolagen tipe 1 yang tersusun longitudinal
sehingga mempunyai kemampuan untuk menahan tarikan yang besar (tensile
strength). Kurva stress/strain berbentuk khas yang mempunyai 3 daerah yang
berbeda. Daerah yang pertama ditandai dengan strain yang tinggi pada stress yang
rendah disebut toe region. Pada tendon daerah ini relatif sempit dan daerah ini
memberikan kemampuan tendon untuk meredam goncangan (shock-absorbing).
Daerah yang kedua disebut linear (straight region), yaitu daerah yang kemiringan
kurvanya lebih besar dan menunjukkan modulus elastik tendon tersebut. Daerah
yang ketiga disebut yield and failure region dengan kurva yang mencapai puncak
dan kemudian turun menunjukkan regangan yang permanen dan kemudian
kegagalan untuk menahan tarikan. Paramater utama kurva ini adalah modulus
elastis (pada linier region), puncak kekuatan tarikan (tensile strength) yang
disebut maximum load atau maximum stress, puncak strain (tergantung dari
kegagalan deformitas) dan energi regangan (strain energy) yaitu area dibawah
kurva. Kembalinya regangan elastik (elastic strain recovery) tendon mencapai 90-
96% setelah pembebanan.
Diperlukan sampai sekitar 9 cm ekskursi untuk mendapatkan gerakan
fleksi gabungan pada pergelangan tangan dan jari. Sedangkan pada gerakan
fleksi penuh dengan posisi pergelangan netral hanya sekitar 2,5 cm. Tekanan
antara pulley dengan tendon normal dapat mencapai 77 mmHg saat fleksi aktif.
Walaupun terdapat berbagai variasi dan metodologi untuk menentukan
berapa besar gaya yang dihasilkan pada berbagai aktivitas aktif dan pasif tangan,
data tersebut sangat penting untuk memperkirakan berapa besar gaya yang
diterima pada tendon pasca penyambungan selama proses penyembuhan. Contoh
besarnya gaya tersebut seperti pada tabel 1.
9
Genggaman keras 5000 gr
Tekukan ujung jari ( FDP telunjuk ) 9000 gr
_____________________________________________________________
Dikutip dari : Stricland 1
7. Prinsip Operasi
Eksplorasi pada pembedahan dilakukan dikamar operasi dengan
menggunakan loop untuk pembesaran. Anestesi yang digunakan dapat umum atau
dengan blok aksila. Penggunaan torniket sangat perlu untuk hemostasis.
Penanganan terhadap jaringan lunak pada tangan harus halus (meticulous). Musuh
nomor satu pada reparasi tendon adalah jaringan fibrosis yang menjerat. Oleh
karena itu penanganan jaringan harus minimum. Insisi yang digunakan adalah
midlateral atau insisi Bruner. Berusaha untuk ekstensi dari laserasi luka bila
memungkinkan. Neurovaskular diidentifikasi dan dipreservasi.1,2,8
Ujung-ujung tendon yang terputus ditarik ke tempat laserasi melalui
jendela yang dibuat dari selubung tendon fleksor. Perdarahan pada selubung
kadang dapat dijadikan panduan lokasi dari tendon yang retraksi. Dapat dilakukan
“milking” dari ujung tendon dengan pergelangan tangan dan jari-jari pada posisi
fleksi. Atau dengan forcep bergigi yang kecil dan halus. Penarikan dengan
10
instrumen secara membuta harus dihindari. Apabila tendon tertarik terlalu jauh
maka dapat digunakan kateter pediatrik dengan melakukan insisi pada telapak
tangan secara oblik.1,2
11
penjahitan inti. Penggunaan jangkar pada reparasi fleksor tendon sudah sangat
meluas.1,2
Teknik klasik untuk reparasi FDP tendon ke tulang meliputi penarikan
ujung stump yang telah dijahit masuk menembus phalang distal dengan
menggunakan jarum lurus dan mengikatkannya pada ujung kancing diatas kuku
bagian distal dari lunula. Penelitian in vivo menunjukkan bahwa penggunaan
teknik Becker sangat baik. Apapun teknik yang digunakan aposisi dari FDP ke
tulang harus dikonfirmasi secara visual. Sebelum mengencangkan dan mengikat
simpul.
12
Gambar 7. Avulsi FDP kalsifikasi Leddy dan Pecker. Dikutip dari Green.1
13
sehingga kadang-kadang tersangkut pulley. Ukuran yang biasa digunakan adalah
4-0, tapi pada zona II atau pada tendon anak-anak digunakan 5-0.1
14
Teknik ini memberikan tensile strength yang memuaskan yang dapat
dipertahankan selama fase awal penyembuhan. Teknik ini juga menghindarkan
jahitan memotong dan keluar dari tendon dan sangat berguna pada daerah jari-jari.
Harus diingat bahwa tidak satupun suture material maupun teknik yang dapat
memelihara perbaikan tendon terhadap gerakan aktif tidak terbatas pada periode
awal pasca operasi. Kebanyakan peneliti mengemukakan bahwa kekuatan
perbaikan tendon sangat berkurang pada 10 hari pertama. Setelah itu kekuatan
perbaikan meningkat secara bertahap sampai pada akhir minggu ke 10 – 12 dapat
diaplikasikan daya yang cukup kuat selama program rehabilitasi.1,2
15
kembali secara tranversal, masuk kembali ke tendon yang terpotong, tendon
diaproksimasi dan disimpulkan.
Teknik Tajima menggunakan dua benang jahit yang double arm (dua
jarum). dengan demikian benangnya dapat dipakai dengan tarikan tendon melalui
selubung tendon dan di bawah pulley di lokasi-lokasi sulit. Keuntungan lainnya
adalah simpulnya terletak di dalam permukaan tendon yang terpotong.
Teknik Strickland merupakan modifikasi gabungan dari teknik Kessler dan
Tajima. Pada teknik ini selain terdapat dua buah simpul di permukaan dalam
tendon yang terpotong juga terdapat empat simpul yang diketatkan di dalam
tendon, pada empat tempat saat jahitan akan melintang/tranversal.
Teknik Kubota menggunakan four strand core suture, dikombinasikan
dengan cross stitch circumferential suture. Pada dasarnya core suture-nya adalah
core suture Kessler yang diulang satu kali. Mula-mula jarum masuk secara
tranversal ke tendon membuat locking, kemudian ke luar dari permukaan tendon
yang terpotong, menyebrang, membuat locking, masuk tranversal, membuat
locking, ke luar permukaan tendon yang terpotong, menyebrang, dan selanjutnya
prosesnya diulang, pada daerah lebih luar dari core suture yang pertama,
kemudian dibuat simpul. Setelah core suturenya terbentuk, dilanjutkan dengan
cross stitch pada ujung-ujung tendon yang terpotong. Jahitan dimulai dari tepi
tendon, arah miring, kedalaman sekitar 1 mm, kemudian jahitan tranversal ke arah
tepi tendon, menyeberang ke ujung tendon lawannya dengan arah miring,
tranversal ke arah tepi tendon, menyeberang. Hal ini dilakukan berulang-ulang
sampai seluruh lingkar tendon terjahit. Silfverskiold meneliti jahitan cross stitch
ini dibandingkan dengan modifikasi Kessler dengan circumferential suture dia
mendapatkan jahitan cross stitch lebih kuat 117% dibandingkan dengan
modifikasi Kessler. Dasar ini dipakai oleh Kubota dalam pemilihan jahitan
epitendinous-nya.
16
pada daerah proksimal dari telapak tangan. Meskipun aposisi dari kedua ujung
tendon tidak sebaik teknik end to end yang sudah dijelaskan, tapi teknik ini lebih
mudah untuk dilakukan, terutama pada kasus ruptur tendon multipel.1,2,7,8
17
11. PENYEMBUHAN TENDON
Saat ini hampir semua peneliti percaya bahwa tendon mempunyai
kemampuan penyembuhan melalui intrinsik maupun ekstrinsik, walaupun secara
klinis tidak mungkin membedakan kedua tipe penyembuhan tersebut. Tehnik
operasi penyambungan , protokol rehabilitasi pasca operasi dapat mempengaruhi
kecepatan penyembuhan, kekuatan penyambungan dan gliding dari tendon
tersebut.7
Proses tendon healing melibatkan 3 fase yang saling bertumpuk satu sama
lain; fase inflamasi pada 3 sampai 5 hari pertama pasca operasi, fase fibroblastik
atau produksi kolagen yang dimulai sekitar hari ke 5 sampai 3 – 6 minggu,
dilanjutkan dengan fase pematangan yang berlanjut selama 6 – 9 bulan. Selama
fase inflamasi , kekuatan penyambungan sepenuhnya bergantung pada kekuatan
sambungan, dengan sedikit sekali perananan fibrin dan bekuan yang terbentuk
pada kedua ujung tendon. Kekuatan meningkat dengan cepat pada fase
fibroblastik dan pembentukan kolagen. Pada fase remodeling – pematangan,
sintesa kolagen terus terjadi . Serat –serat yang tersusun dari fibroblas dan
kolagen menjadi longitudinal serta semakin bertambah kuat. Bila penyembuhan
didominasi oleh proses ekstrinsik, maka adesi antara tendon dengan jaringan
sekitarnya sulit dihindari. Adesi lebih minimal dengan penyembuhan yang
didominasi aktivitas intrinsik.
Saat ini secara umum sudah diterima bahwa dengan memberikan latihan
gerakan pasif dini ( LGPD ) pada tendon pasca penyambungan akan
mempercepat penguatan tensile strength , adesi lebih minimal, perbaikan
ekskursi, nutrisi yang lebih baik dan perubahan pada lokasi penyambungan yang
lebih minimal dibandingkan dengan tendon yang diimobilisasi. Latihan gerak
berdampak positif pada penyembuhan tendon dengan meningkatkan difusi
nutrien dari cairan sinovial, meningkatkan produksi kolagen. Untuk itu
diperlukan suatu tehnik penyambungan yang kuat ( gap resistant suture technique
) diikuti dengan latihan yang terkontrol.
18
Faktor –faktor yang berperan dalam terbentuknya adesi yang menghambat
ekskursi pada penyambungan tendon diantaranya kerusakan jaringan saat trauma
awal dan saat pembedahan, iskemia tendon, imobilisasi jari, adanya jarak pada
lokasi yang disambung serta eksisi selubung tendon.
Penyembuhan tendon setelah trauma akut sama seperti jaringan lunak
yang lain melalui proses inflamasi, proliferasi dan remodeling. Respon inflamasi
timbul akibat invasi sel dari luar yang meningkatkan terbentuknya jaringan
granulasi dan vaskularisasi pada beberapa hari setelah trauma. Akhir minggu ke-1
terjadi migrasi fibroblas dari paratenon, terjadi proses reparasi dan sintesis
kolagen. Orientasi sel dan komponen kolagen masih bersifat random dan tegak
lurus axis longitudinal, setelah terjadinya fase remodeling komponen ini menjadi
lebih teratur dan tersusun paralel sesuai aksis tendon. Fase ini berakhir sampai
dengan 6-12 bulan yang ditandai dengan maturasi kolagen yang terbentuk. Jika
tendon tidak mengalami stres, proses remodeling ini tidak terjadi. Stres terarah ini
akan meningkatkan sekresi kolagen dan ikatan antar serat kolagen sehingga
meningkatkan kekuatannya.
Pada tendon yang mempunyai selubung tendon (tendon sheath), sel-sel
untuk proses penyembuhan diduga berasal dari ujung tendon yang terpotong atau
dari selubung tendon dan akan membentuk parut 10.
Penyembuhan tendon eksogen dan endogen serta pengembalian fungsi
tendon yang baik memerlukan kemampuan teknik operasi yang baik sehingga
ujung tendon yang putus dapat tersambung rapat. Hal ini bergantung jenis benang
yang digunakan (suture material), kekuatan yang dihasilkan dengan teknik
penjahitan yang tepat dan teknik pengikatannya (knotting). Teknik operasi harus
dapat menjaga kemungkinan rusaknya vaskularisasi tendon.
Pasca operatif diperhatikan program mobilisasi aktif tendon untuk
mengurangi terbentuknya adesi dan meningkatkan kekuatan tendon.
12. Rehabilitasi
19
Berdasarkan laporan penelitian dari Gelberman dkk., mengkonfirmasikan
bahwa hasil yang memuaskan akan dapat dicapai dengan menggunakan dua buah
cara teknik mobilisasi. Pertama, metode Kleinert, aktif ekstensi dari jari dapat
dicapai dengan teknik pasif fleksi menggunakan karet yang dilekatkan pada kuku
jari dan pergelangan tangan. Teknik kedua metode Harmer, Young dan Harmon
serta Duran dan Houser. Mengontrol gerakan pasif dengan memblok bagian
belakang dari jari. Rentang keamanan lebih meningkat apabila teknik penjahitan
dengan teknik. Multistrand.8
20
Gambar 10. Teknik rehabilitasi menurut Duran dan Houser.
Dikutip dari : Campbell.8
13. Kesimpulan
Kemampuan untuk mengembalikan fungsi pada jari setelah terjadi cedera
semakin meningkat dengan semakin banyaknya penelitian. Walaupun hasil
penyambungan tendon dengan berbagai teknik serta rehabilitasi semakin baik
tetapi kita masih mengharapkan pemulihan yang lebih sempurna. Akan lebih
banyak lagi modifikasi di masa depan dan penangan yang lebih baik pada kasus-
kasus sulit.
21
Daftar Pustaka
1. Strickland JW. Flexor tendon – acute injuries. In: Green DID, Hotchkiss
RN, Pederson WC, editor. Green’s operative orthopedic hand surgery. 4th ed.
Philadelpia: Churchill Livingstone; 1999 : 1851 – 83.
2. Boyer MI, Strickland JW. Et al. Flexor Tendon Repair and Rehabilitation :
State of The Art in 2002. JBJS. 2002.
3. Thompson JC. Hand section. In: Netter’’s Concise Atlas of Orthopaedic
Anatomy. 1st ed. Philadelphia: Elsevier Inc; 2002 : 121 – 45
4. Ricci JL. Tissue anatomy. In: Orthopaedics a study guide. New York: Mc
Graw Hill; 1999: 13 – 14.
5. Thurman RT. Two, four, and six strand zone II flexor tendon repairs: an in
situ biomechanical comparison using a cadaver model. J Hand Surg 1998; 23A:
262 - 5
6. Leddy JP. Flexor tendons – acute injuries. In: Operative hand surgery.
New York: Churchill Livingstone; 1993: 1823 – 45.
7. Harrison R. Hand surgery – tendon healing project. J hand surg. 2003:
105 – 14.
8. Wright PE. Flexor and extensor tendon injuries. In: Campbell’s operative
orthopaedics. St. Louis: Mosby; 1992 : 3003 – 57.
9. Amadio PC. Tendon injuries in the upper extremity. In: Principles of
orthopaedic practice. New York: Mc. Graw-Hill Co; 1998: 699 – 715.
22
23
24