EVA Dan MVA
EVA Dan MVA
EVA Dan MVA
it
it it
P
P P
Rit = tingkat pengembalian saham ke-I pada bulan ke-i
Pit = harga penutup saham pada bulan ke-t untuk perusahaan
ke-i
Pit-l = harga penutup saham pada bulan sebelumnya (t-I) untuk
perusahaan ke-i.
Perhitungan tingkat pengembalian pasar bulan yang dihitung sebagai
berikut:
1
1
=
t
t t
mt
IHSG
IHSG IHSG
R
27
Dimana :
mt
R = Tingkat Pengembalian pasar bulan ke-4
t
IHSG
= indeks harga saham gabungan pada bulan ke-t
1 t
IHSG
= Indeks harga saham gabungan pada bulan ke (t-1)
Perhitungan beta masing-masing saham :
( )
( )
mt
mt it
R Var
R R Cov
i
,
=
Ket :
i
= keofisien beta untuk i
it
R
= tingkat pengembalian saham pada bulan ke-i
mt
R
= tingkat pengembalian pasar pada bulan ke-i
4. Menghitung biaya modal hutang :
ang hut Total
tahunan bunga beban
K
d
=
Beban bunga setelah pajak dihitung sebagai berikut :
*
d
K
=( )
d
K t 1
*
d
K
= beban bunga tahunan setelah pajak
t = tax rate
28
Surya dalam Resmi (2003:280) menghitung EVA dengan :
1. Menentukan NOPAT
NOPAT merupakan penjumlahan dari laba usaha penghasilan
bunga beban/ penghasilan pajak Prnghasilan. tax shield atas beban bunga,
bagian atas laba/rugi bersih perusahaan asosiasi. laba/rugi penjualan
aktiva tetap dan investasi saham, laba/rugi lain-lain yang terkait dengan
operasional perusahaan. NOPAT tidak memasukkan faktor non
operasional dan laba (rugi) luar biasa seperti laba (rugi) penghentian usaha,
dan beberapa rekening laba (rugi) lain yang sama sekali tidak ada
hubungannya dengan kegiatan operasional rutin perusahaan.
2. Menentukan Capital Charge.
Capital Charge merupakan WACC dikalikan invested capital Capital
charge menunjukkan seberapa besar opportunity cost modal yang telah
disuntikkan kreditor maupun pemegang saham sehingga di dalam
penghitungannya memasukkan pembayaran bunga kepada kreditor (bank
dan bondholder) maupun bunga implisit yang seharusnya di bayarkan
kepada pemegang saham yang selama ini tidak tercermin dalam laporan
keuangan.
a. WACC merupakan tingkat return minimum yang harus dihasilkan
oleh perusahaan untuk memenuhi ekspektasi kreditor dan
pemegang saham. WACC ini dibobot berdasartan proporsi masing-
masing instrument pembiayaan dalam capital structure perusahaan
29
(utang dan ekuitas). Secara matematis WACC = portion of debt x cost
of debt x (l-tax rate) ditambah portion of equity x cost of equity.
Tax rate yang digunakan seharusnya merupakan tarif efektif
berdasar peraturan perundangan perpajakan yang berlaku.
Cost of debt dihitung dengan menggunakan tingkat bunga
pinjaman jangka panjang dan jangka pendek untuk masing-
masing perusahaan.
Cost of equity dihitung berdasarkan capital asset pricing mo de l
dengan menggunakan rata-rata tingkat suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia.
b. Investor capital merupakan hasil reorganisasi neraca untuk melihat
besarnya capital yang diinvestasikan dalam perusahaan oleh
kreditur dan pemegang saham serta seberapa besar capital yang
diinvestasikan dalam aktivitas operasional dan non operasional
lainnya. Invested capital dapat dihitung dari jumlah utang bank
jangka pendek, pinjaman bank/ sewa guna usaha/ obligasi jangka
panjang, yang jatuh tempo dalam setahun, pinjaman bank/ sewa
guna usaha/obligasi jangka panjang, kewajiban pajak tangguhan,
kewajiban jangka panjang lainnya, hak minoritas atas aktiva bersih
anak perusahaan dan ekuitas.
30
Dari penghitungan tersebut dapat diambil kesimpulan nantinya
bahwa, jika Economic Value Added (EVA) lebih besar dari satu (positif),
maka berarti ada nilai tambah economic terhadap perusahaan selama
operasionalnya. Apabila nilai EVA sama dengan nol berarti perusahaan
berada dalam kondisi impas selama operasionalnya, hal tersebut karena
semua laba telah digunakan untuk membayar kewajiban kepeda
penyandang dana. Jika EVA berada dibawah garis nol (negatif), berarti
kinerja operasional perusahaan gagal memenuhi harapan para
investornya, karena hal tersebut menunjukkan tidak terjadi proses nilai
tambah pada perusahaan.
c. Kelebihan dan Kelemahan Economic Value Added (EVA)
Menurut McDaniel dalam Pradhono & Yulius (2004:141) EVA
memiliki kelebihan :
1. EVA tidak dibatasi oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum
Pengguna EVA bisa menyesuaikan dengan kondisi spesifik
2. EVA dapat mendukung setiap keputusan dalam sebuah
perusahaan, mulai dari investasi modal, kompensasi karyawan dan
kinerja unit bisnis
3. Struktur EVA yang relatif sederhana membuatnya bisa digunakan
oleh bagian engineering, environmental dan personil lain sebagai alat
yang umum untuk mengkomunikasikan aspek yang berbeda dari
kinerja keuangan
31
Keunggulan EVA menurut Higgins dalam Pradhono (2004:144)
bahwa EVA sebagai pengukur kinerja memiliki kemampuan
menyatukan tiga fungsi penting manajemen, yaitu : capital budgeting,
performance appraisal, dan incentive compensation. Keputusan capital
budgeting didasarkan pada EVA, kinerja unit bisnis bisa diukur dengan
EVA dan kompensasi insentif bisa tergantung pada unit EVA relative
terhadap target yang tepat.
Kelebihan EVA menurut Zaky & Ary (2002:139), EVA
merupakan ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri yang tidak
membutuhkan analisis trend Maupun norma negatif sehingga bagi pihak
manajemen dan penyedia dana akan lebih mudah dalam menilai kinerja
perusahaan.
Kelemahan yang dimiliki EVA (Pradhono & Yulius, 2004:144) :
1. Sebagai ukuran kinerja masa lampau EVA tidak mampu
memprediksikan dampak strategi yang kini diterapkan untuk masa
depan perusahaan.
2. Sifat pengukurannya merupakan potret jangka pendek, sehingga
manajemen cenderung enggan berinvestasi jangka panjang, karena
bisa mengakibatkan penurunan nilai EVA dalam periode yang
bersangkutan.
3. EVA mengabaikan kinerja non keuangan yang sebenarnya bisa
meningkatkan kinerja keuangan.
32
4. Tidak cocok diterapkan pada industri tertentu, misalnya pada
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi seperti pada
sektor teknologi.
5. Tidak bisa diterapkan pada masa inflasi, dimana inflasi akan
mengakibatkan distorsi pada EVA dan menunjukkan bahwa EVA
tidak untuk mengestimasi profitabilitas aktual.
6. Memerlukan tambahan biaya, dimana penggunaan EVA
memungkinkan meningkatnya auditing fees dan bisa menimbulkan
potential litigation cost.
Menurut Resmi (2003:286), kelebihan EVA adalah EVA lebih
akurat dibandingkan dengan pengukuran kinerja tradisional, karena
dilakukan penyesuaian terhadap biaya-biaya tertentu yang dikeluarkan.
Kelemahan EVA menurut Resmi (2003:283) :
a. EVA cenderung mengabaikan pengukuran nonfinansial dan
kepentingan stakeholder.
b. Penghitungan EVA masih mendasarkan pada laporan keuangan, yang
kemungkinannya dapat direkayasa pembukuannya untuk
mendapatkan EVA positif.
4. Market Value Added (MVA)
Sasaran utama dari kebanyakan perusahaan adalah
memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Sasaran ini sudah pasti
akan menghitungkan pemegang saham, tetapi juga akan membantu
33
untuk memastikan bahwa sumber daya yang terbatas telah dialokasikan
secara efisien, yang akan memberikan keuntungan pada ekonomi.
Kekayaan pemegang saham akan dimaksimalkan dengan meminimalkan
perbedaan antara nilai pasar dari saham perusahaan dan jumlah modal
ekuitas yang telah diberikan oleh pemegang saham. Perbedaan tersebut
disebut sebagai nilai tambah pasar (market Value Added) (Brigham,
2006:68).
Menurut Steward dalam Zaky & Ary (2002:139), MVA
merupakan metode yang mengukur seberapa besar nilai tambah yang
berhasil diberikan perusahaan kepada para penyandang dana. MVA
hanya dapat dihitung atau diaplikasikan pada untuk perusahaan publik
atau yang listed di pasar modal.
Menurut Warsono (2003:47), MVA didefinisikan sebagai
perbedaan antara nilai pasar ekuitas perusahaan dengan nilai ekuitas
yang dipasok para investornya Nilai pasar ekuitas pada periode tertentu
dihitung dan hasil perkalian antara jumlah saham yang beredar dengan
harga saham setiap lembarnya nilai pasar saham biasa sering disebut
juga dengan nilai kapitalisasi pasar saham perusahaan modal ekuitas
yang dipasok dihitung dari hasil perkalian jumlah saham yang beredar
saat tertentu dengan harga pasar saham per lembarnya saat penawaran
perdananya jumlah saham yang beredar ini sudah memasukkan unsur
penambahan jumlah saham yang beredar sebagai dampak dari emisi
34
saham baru Modal ekuitas yang dipasok ini dapat juga dilihat dari
penjumlahan antara nilai pari saham biasa dengan agio sahamnya.
Djawahir Kusnan (2007:30) market value added mencerminkan
ekspektasi pemegang saham terhadap perusahaan dalam menciptakan
kekayaan di masa mendatang. MVA lebih merupakan metric kekayaan
(wealth metric) yang mengukur nilai perusahaan dari waktu ke waktu.
Dierks dan Patel dalam Zaky & Ary (2002:139) menyatakan
bahwa MVA merupakan ukuran kumulatif kinerja keuangan yang
menunjukkan seberapa besar nilai tambah terhadap modal yang
ditanamkan investor selama perusahaan berdiri atau secara jelas MVA
merupakan selisih antara nilai pasar ekuitas (market value of equity) dan
nilai buku ekuitas (book value of equity).
MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk
ekuitas dan uang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam
perusahaan. Nilai pasar adalah nilai perusahaan. Yakni jumlah nilai
pasar dari semua tuntutan modal terhadap perusahaan oleh pasar modal
pada tanggal tertentu. MVA meningkat hanya jika modal yang
diinvestasikan mendapatkan angka pengembalian lebih besar daripada
biaya modal. Semakin besar MVA, semakin baik. MVA yang negatif
berarti nilai dari investasi yang dijalankan manajemen kurang dari
modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh pasar modal. yang
berarti bahwa kekayaan telah dimusnahkan (Young, 2001:27).
35
a. Perhitungan Market Value Added (MVA)
Menurut Brigham (Terjemahan, 2006:6) Market Value Added (MVA)
dirumuskan sebagai berikut :
MVA = nilai pasar dari saham - ekuitas modal yang diberikan
pemegang saham
= (saham beredar) x (harga saham) - total ekuitas saham
biasa.
Menurut Warsono (2003 :47) Besarnya nilai tambah ekonomis suatu
perusahaan dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :
MVA = Nilai pasar ekuitas - Modal ekuitas yang dipasok.
Zaky dan Ary (2002:143) merumuskan MVA sebagai berikut :
MVA = Market Value 0f equity (MVE) - Book Value of equity BVE)
MVE = Shares outstanding x stock price
BVE = Shares outstanding x nominal value of share
Kusnan (2007:30), MVA diperoleh dengan menghitung nilai
perusahaan (company/enterprise value), penjumlahan harga pasar seluruh
saham, surat utang dan surat berharga lainnya yang dimaksudkan untuk
memobilitasi capital, dikurangi nilai buku (book value) atau modal yang
diinvestasikan. MVA merupakan net present value dari seluruh EVA yang
akan datang.
Melani (2007:44), menerangkan MVA merupakan selisih antara
nilai perusahaan (entreprise value) yang merupakan nilai saham beredar
36
ditambah dengan utang dan jumlah modal (capital) yang ditanamkan.
Capital merupakan modal sendiri dan utang setelah penyesuaian
(adjustment) Penyesuaian dilakukan untuk merefleksikan kondisi ekonomi
baik atas hasil usaha (laba) maupun modal, penyesuaian yang dilakukan,
misalnya kelebihan kas dikeluarkan dari modal, amortisasi goodwill
ditambahkan kembali untuk memperoleh Modal utang lancar tak
berbunga dikeluarkan dari modal, biaya bunga dikeluarkan dalam
menghitung laba usaha.
Young & Stephen (2001:26) merumuskan MVA sebagai berikut :
MVA = nilai pasar- modal yang diinvestasikan.
MVA yang positif berani menunjukkan pihak manajemen telah
mampu meningkatkan kekayaan pemegang saham dan MVA yang negatif
mengakibatkan berkurangnya nilai modal pemegang saham, jika MVA
sama dengan 0 maka perusahaan tidak mampu meningkatkan kekayaan
bagi pemegang saham. Sehingga memaksimalkan nilai MVA seharusnya
menjadi tujuan utama perusahaan dalam meningkatkan kekayaan
pemegang saham (Zaky, 2002:139).
b. Kelebihan dan Kelemahan Market Value Added (MVA).
Kelebihan MVA menurut Zaky & Ary (2002:139), MVA
merupakan ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri yang tidak
membutuhkan analisis trend maupun norma industri sehingga bagi pihak
manajemen dan penyedia dana akan lebih mudah dalam menilai kinerja
37
perusahaan. Sedangkan kelemahan MVA adalah, MVA hanya dapat
diaplikasikan pada perusahaan yang sudah go public saja.
5. Hubungan EVA dan MVA
EVA dan MVA memiliki hubungan tetapi hubungan antara EVA
dan MVA merupakan hubungan yang tidak langsung. Jika pada
perusahaan memiliki sejarah EVA yang bagus maka secara tidak langsung
juga memiliki MVA yang bagus juga. Harga saham yang merupakan
unsur utama MVA, lebih tergantung kepada ekspektasi kinerja di masa
mendatang daripada suatu kinerja historis oleh sebab itu, sebuah
perusahaan dengan sejarah nilai EVA negatif dapat saja memiliki MVA
yang positif, asalkan para investornya mengharapkan terjadinya suatu
perubahan arah dimasa mendatang.
Ketika EVA atau MVA digunakan untuk mengevaluasi kinerja
manajerial sebagai bagian dari program kompensasi intensif, EVA adalah
ukuran yang umum digunakan. Alasan Pertama, EVA menunjukkan nilai
tambah yang terjadi selama suatu tahun tertentu, sedangkan MVA
mencerminkan kinerja perusahaan sepanjang hidupnya, bahkan mungkin
termasuk masa-masa sebelum manajer yang ada sekarang dilahirkan.
Kedua, EVA dapat diterapkan pada pada masing-masing divisi atau unit-
unit yang lain dari sebuah perusahaan besar, sedangkan MVA harus
diterapkan untuk perusahaan secara keseluruhan (Brigham&Weston,
2006:70).
38
Menurut Warsono (2003:49), MVA perusahaan selama periode
tertentu, secara teoritis dapat didefinisikan sebagai nilai sekarang dari
seluruh EVA dimasa mendatang yang diharapkan (expected fulure EVA).
Ini berarti MVA merupakan jumlah nilai sekarang dari keseluruhan EVA
dimasa yang akan datang yang diharapkan. Berdasarkan definisi ini, jika
investor mengharapkan EVA nol pada satu tahun yang akan datang,
maka mereka mengharapkan tidak ada nilai yang diciptakan, sehingga
saham akan dijual pada nilai bukunya. Saham akan dijual di atas nilai
bukunya jika investor mengharapkan EVA-nya positif, dan sebaliknya
saham akan dijual di bawah nilai bukunya jika EVA yang diharapkan
negatif.
6. Kajian Penilaian Kinerja Keuangan Dalam Perspektif Islam
Dalam Islam tujuan pelaporan keuangan adalah untuk
memperkuat keyakinan, mengingatkan dan memelihara serta lebih
memperkukuh kesaksian apabila timbul suatu pertanyaan atau
permasalahan dalam suatu transaksi dikemudian hari. Damsyiki
(2000:199-200) mengatakan apabila muamalah secara tidak tunai atau
utang piutang maka hendaklah diadakan pencatatan, karena dengan
catatan akan lebih memelihara jumlah barang dan masa pembayarannya
serta lebih tegas bagi orang yang menyaksikannya, namun perintah
pencatatan dalam masalah ini mengandung arti petunjuk bukan wajib.
Dalam pencatatan hendaklah secara adil dan benar yaitu mencatat apa
39
yang disepakati kedua belah pihak tanpa menambah atau mengurangi
dan jika tidak dapat mencatat sendiri maka hendaklah orang yang
berhutang mengimlakkan kepada penulis tanggungan hutangnya. Dan
juga bagi anak yang masih kecil atau orang gila hendaklah walinya
mengimlakkan dengan jujur.
Disamping tulisan untuk lebih memperkuat kepercayan
diprintahkan adanya persaksian, dan syarat saksi yaitu dua orang yang
adil dan disetujui, jika salah satu lupa yang lain bisa mengingatkan, dan
akan lebih memperkukuh persaksian bila si saksi membubuhkan tanda
tangan. Dan jika sisaksi menyeleweng maka ia termasuk orang fasik.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 282 yang
berbunyi :
! ! %! ` | . , <| > . ,.2! .39
3, .!2 -9!, ,! .l. .3 !2 = s < `.6=
=`9 %! =s ,>9 ,.9 < , `_, !: | l. %!
= s ,>9 ! !-. _L.`. ` =`= 9 -9!,
:.` 69l> | 9 !3 =`> `> !.
.. :9 .. !1 >| 2. !1 >| >{ ,!
':9 | ! `s `.. ,.3. -. ,2 <| &#> 39
1.% s < ` % :=9 ,!.. | 3. >. .l>
40
!`. 6 , _= /3= . _! `> !,.3. : | `.-! ,.
!.` '.l. : | =-. | . 6, ). < `6=-`
< < 6, `: '=.
282. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[179] tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,
maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya.
Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau
dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan
dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki
(di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua
orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa,
maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil, dan janganlah kamu jemu menulis hutang
itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian
itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali
jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu,
Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan
persaksikanlah apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dan saksi saling
sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal
itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah
mengajarmu, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
Menurut Syahatah (2001: 44-48) ada beberapa tujuan penting dari
dari akuntansi menurut Islam, yaitu sebagai berikut :
1. Hifzul Amwal (Memelihara Harta)
Ini menjelaskan peranan akuntansi (pencatatan), yang tidak hanya
memelihara harta, tetapi juga meneliti dan merinci pendapatan,
41
menutup kesalahpahaman, mengatur transaksi-transaksi, serta
meredam konflik serta kedzaliman.
2. Dapat membantu dalam mengambil keputusan
Artinya, seorang pedagang atau siapa saja, tidak akan dapat
mengungkapkan pikiran yang benar dan sehat, atu mengambil
keputusan yang bijaksana, tanpa bantuan data-data yang tercatat
dalam surat-surat an buku catatan khusus.
3. Menentukan hasil-hasil usaha yang akan dizakatkan
Untuk mengetahui hasi-hasil perdagangan di akhir tahun sehingga
mudah bagi mereka untuk mengetahui modal pokok murni,
keuntungan atau kerugiannya. Dengan demikian mereka dapat
menentukan standart jumlah zakat hartanya.
4. Menentukan dan menghitung hak-hak kawan yang berserikat
Hak-hak mitra bisnis, seperti uang, harta atu keuntungan-
keuntungan, baik dalam keadaan bergabung atau berpisah.
5. Menentukan imbalan, balasan atau sanksi
Perhitungan, perdebatan, dan pembalasan atau imbalan yang
sesuai dengan data-data yang tercatat atu surat-surat yang berdasarkan
syarat-syarat yang telah ditentukan.
Selanjutnya, mengenai kinerja keuangan, Al-Quran juga telah
memberikan penekanan yang lebih terhadap tenaga manusia, ini
dijelaskan dalam surat An-Nisa ayat 32 melalui firman Allah :
42
.. ! . < , 3.- , ? s _- , l>=9 '. ! , ..2
!.=9 '. ! . .. =` < &#. | < l2 3, `_:
!=s
32. Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki
ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada
bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari
karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
Dijelaskan dalam ayat tersebut bahwa satu-satunya cara untuk
mendapatkan sesuatu adalah melalui kerja keras. Kemajuan dan kekayaan
manusia dari alam ini tergantung usaha. semakin bersungguh-sungguh
dia bekerja semakin banyak harta yang diperolehnya. Prinsip
mendapatkan sesuatu ialah melalui kerja keras. Kemajuan dan kekayaan
manusia di alam ini tergantung usaha.
Dalam Islam kinerja keuangan lebih menekankan kepada proses
dan hasil. Proses yang diharapkan dalam Islam adalah sebagai berikut :
transaksi atau bisnis tersebut tidak melanggar syariah, didasari dengan
prinsip kejujuran, transparansi, dan amanah. Sedangkan hasil yang
diharapkan dalam Islam adalah berupa kuantitas dan kualitas, yaitu
kuantitas dalam hal laba/rugi dan kualitas dalam hal produk.
Islam menyatakan bahwa dalam setiap bisnis mutlak ada yang
dinamakan nilai tambah, yang mana dengan nilai tambah tersebut
diperoleh suatu keuntungan yang akan mampu memberikan secara adil
43
hak-hak atau bagi hasil yang seharusnya diperoleh oleh para penyandang
dana, dalam hal ini pemegang saham, selain itu dengan nilai tambah
tersebut, perusahaan akan dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan
dan masyarakat sekitar perusahaan melalui zakat. Dalam hal ini Allah
menjelaskan melalui firman-Nya dalam surat Ar-Ruum ayat 39 yang
berbunyi :
! .. !, ,9 _!9 , s < ! .. .
. > < 7 9`! ` -.9
39. Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya).
C. Kerangka Berfikir
Tabel 2.3
Kerangka berfikir
Penilaian Kinerja Keuangan
EVA
EVA > 0 Positif
EVA = 0
Impas
EVA < 0
Negatif
MVA
MVA > 0
Positif
MVA = 0
Impas
MVA < 0
Negatif
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Adapun Obyek Penelitian dalam penelitian ini adalah
perusahaan telekomunikasi yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk.
Dengan menggunakan data-data yang disediakan oleh Bursa Efek
Indonesia.
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah
penelitian Kualitatif. Metode kualitatif adalah teknik mengumpulkan
mengolah, menyederhanakan, menyajikan dan menganalisa data agar
dapat memberikan gambaran yang teratur tentang semua peristiwa dengan
observasi yang dapat dinyatakan dengan angka-angka. Berdasarkan
pengertian tersebut maka penelitian ini akan mengumpulkan, mengolah,
menyederhanakan, menyajikan dan menganalisa laporan keuangan dari
PT. Telkom selama periode 2005-2007 dengan menggunakan pendekatan
economic value added (EVA) dan market value added (MVA), dari hasil
penelitian tersebut akan diketahui bagaimana kinerja keuangan PT. Telkom
yang dapat dijadikan alat evaluasi bagi perusahaan.
44
45
C. Data dan Sumber Data
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data
sekunder. Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti, namun bisa diambil dari biro statistik,
dokumen-okumen perusahaan. surat kabar atau majalah, ataupun
publikasi lainnya (Marzuki, 2005:60).
Data lain yang digunakan adalah data tingkat suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
dan harga saham perusahaan mulai tahun 2005-2007.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian, peneliti menggunakan metode
dokumentasi, yaitu mencari data-data yang berupa catatan dalam hal ini
adalah laporan keuangan (neraca dan laba rugi), SBI, harga saham biasa,
IHSG dan prospektus perusahaan mulai tahun 2005 sampai tahun 2007.
E. Model Analisis Data
Teknik analis data dengan menggunakan metode economic value
Added (EVA) dilakukan dengan :
46
1. Mencari data mentah perusahaan
Data mentah ini berasal dari date sekunder perusahaan yang berasal
dari laporan keuangan tahunan yang dimiliki perusahaan mulai
tahun 2005-2007.
2. Menghitung biaya modal hutang (cost of debt) atau Kd
Kd
=
Kd*
x (I - T)
keterangan :
Kd = biaya modal hutang setelah pajak
Kd* = biaya modal hutang setelah pajak
T = tarif pajak marginal dari perusahaan
3. Menghitung biaya modal ekuitas (cost of equity) atau Ke
Rumus : Ke = Rf + B (Rm-Rf)
Ket: Ke = biaya modal
Rf = tingkat pengembalian bebas resiko
= kovarians pengembalian perusahaan terhadap portofolio
Rm = pengembalian rata-rata atas saham biasa.
4. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average cost of
Capital atau WACC).
W ACC = hutang / pembiayaan total (biaya hutang) (I-T) +
= ekuitas / pembiayaan total (biaya ekuitas)
5. Menghitung Laba Operasi Bersih Setelah Pajak (Net Operating Income
After Tax/ NOPAT)
47
NOPAT adalah laba bersih ditambah beban bunga setelah pajak
6. Menghitung Economic Value Added (EVA)
EVA = NOPAT - Biaya modal operasi setelah pajak dalam dolar
= EBIT ( I-T) - [( Total modal operasi yang diberikan oleh
Investor) x (persentase biaya modal setelah pajak)]
7. Menganalisis hasil perhitungan Economic Value Added (EVA) secara
deskriptif untuk menilai kinerja keuangan perusahaan.
Teknik analisis data dengan menggunakan metode Market Value
Added dilakukan dengan :
1. Menghitung besarnya nilai pasar Perusahaan yang didapat melalui
harga saham dikalikan dengan jumlah saham yang beredar
2. Menghitung modal yang diinvestasikan perusahaan yang didapat
melalui harga nominal saham dikalikan dengan jumlah saham
beredar.
48
BAB IV
PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk.
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk adalah salah satu perusahaan
yang bergerak dibidang telekomunikasi. Perusahaan ini merupakan salah
satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dimana usaha ini
adalah milik Negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat
Indonesia.
Adapun landasan BUMN ini terdapat dalam Undang-Undang
dasar 1945 pasalnya yang ke-33 tentang kesejahteraan sosial mengatakan
bahwa :
Ayat 1 : Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas
asas kekeluargaan
Ayat 2 : Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara
Ayat 3 : Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
Sesuai dengan pasal 33 pada ayatnya ke 1,2 dan 3 berarti PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk. Merupakan usaha milik Negara yang harus
48
49
berdasar pada Negara dan dipergunakan bagi kemakmuran rakyat
Indonesia, agar perekonomian Indonesia dapat berjalan dengan baik.
1. Sejarah PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
Pada tahun 1882 sebuah badan usaha swasta menyediakan salah
satu bentuk pelayanaan yang bergerak dibidang ekspedisi surat-menyurat
untuk domestik dan jasa layanan telegraph. Sejak tahun 1882 hingga 1906
pemerintah kolonial Belanda mendapatkan ijin dari pemerintah untuk
membentuk sebuah jawatan yang mengatur layanan pos dan
telekomunikasi yang diberi nama Jawatan (Pos, Telegraph dan Telepon
(post, Telegraph en Telephone Dienst/ PTT). Selama 25 tahun itulah
pemerintah kolonial Belanda membentuk Departemen untuk mengawasi
kegiatan jasa dan pos dan Telekomunikasi di Indonesia.
Setelah masa kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945,
kondisi layanan pos dan telekomunikasi tetap berlangsung dengan baik
hingga tahun 1961. Tahun 1961 jasa pos dan telekomunikasi baru berdiri
dengan bentuk perusahaan pemerintahan pertama untuk menjaga jasa
pos dan telekomunikasi di wilayah Sumatera, dimana mulai terbentuk
pada tahun 1970 secara nasional. Pemerintah memisahkan jasa pos
dengan telekomunikasi pada tahun 1965 ke dalam dua perusahaan milik
Negara, yaitu PN Pos dan Giro, PN Telekomunikasi, dan kemudian pada
tahun 1974, PN Telekomunikasi terbagi menjadi dua perusahaan milik
Negara, Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) dan PT. Inti,
50
untuk meningkatkan jasa telekomunikasi dalam dan luar negeri, juga
pembuatan peralatan teknologi pada khususnya.
Tahun 1974 PN Telekomunikasi disesuaikan menjadi Perusahaan
Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa
telekomunikasi nasional maupun internasional. Pada tahun 1980, Bisnis
Telekomunikasi Intenasional dipindahkan dari Perumtel ke Indosat.
Tahun 1989 pemerintah menetapkan undang-undang No. 3/1989 tentang
peran serta swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi. Tahun 1991,
Pemerintah mengubah Perumtel dari "Perusahaan Umum" menjadi
Perusahaan Negara dengan layanan untuk masyarakat umum sebagai
tujuan utama perusahaan, yaitu "Persero". Perusahaan Negara
mempunyai keterbatasan kewajiban untuk tujuan komersial dan
berubah nama menjadi Perusahaan Perseroan (Persero)
PT.
Telekomunikasi Indonesia, yang juga dikenal dengan TELKOM yang
berdasarkan PP No. 25 tahun I991.
Pada tahun 1995 terjadi Penawaran Umum perdana saham
TELKOM (initial Public Offering/IPO) dilakukan pada tanggal 14
November 1995, sejak itu saham TELKOM tercatat dan diperdagangkan
di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock
Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE). Saham TELKOM juga
diperdagangkan tanpa pencataan (public Offering Without Listing/ POWL)
di Tokyo Stock Exchange. Kerjasama Operasi (KSO) mulai
51
diimplementasikan pada 1 Januari 1996 di wilayah Divisi Regional I
Sumatera-dengan mitra PT. Pramindo Ikat Nusantara (Pramindo); Divisi
Regional III Jawa Barat dan Banten dengan mitra PT. Aria West
Internasional (Aria West); Divisi Regional IV Jawa Tengah dan di
Yogyakarta-dengan mitra PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia
(MGTI); Divisi Regional VI Kalimantan dengan mitra PT Dayamitra
Telekomunikasi (Dayamitra); dan Divisi Regional VII Kawasan Timur
Indonesia-dengan mitra PT. Bukaka Singtel.
Sejalan dengan perkembangan dunia telekomunikasi tahun 1999,
pemerintah mulai membentuk suatu undang-undang tentang
penghapusan Monopoli penyelenggaraan telekomunikasi yang berdasar
pada nomor 36/1999. Pada tahun 2001 TELKOM membeli 35 saham
Telkomsel dari PT. Indosat sebagai bagian dari implementasi
restrukturisasi industri jasa telekomuniksi di Indonesia, yang ditandai
dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang
antara TELKOM dengan indosat. Dengan transaksi ini, TELKOM
menguasai 72,72% saham telkomsel. TELKOM membeli 90,32% saham
Dayamitra dan mengkonsolidasi laporan keuangan Dayamitra kedalam
laporan keuangan TELKOM. Pada tahun 2002 TELKOM membeli seluruh
saham Pramindo melalui 3 tahap, yaitu 30 % saham pada saat
ditandatanganinya perjanjian jual-beli pada tanggal 15 Agustus 2002, 15 %
pada tanggal 30 September 2003 dan sisa 55 % saham pada tanggal 31
52
Desember Singapore Telecort, dan dengan demikian TELKOM memiliki 65%
saham telkomsel. Sejak Agustus 2002 terjadi duopoly penyelenggaraan
telekomunikasi lokal.
2. Divisi dan Unit Bisnis PT. Telekomunikasi Indoneaia, Tbk.
Secara umum divisi yang ada di PT. TELKOM terbagi menjadi dua
kriteria besar yaitu Divisi Inti (Core Division) dan Divisi Pendukung (Support
Division).
Core Division PT. TELKOM yaitu :
Divisi Regional I untuk wilayah Sumatera
Divisi Regional II untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya
Divisi Regional III untuk wilayah Jawa Barat
Divisi Regional IV untuk wilayah Jawa Tengah dan Yogvakarta
Divisi Regional V untuk wilayah Jawa Timur
Divisi Regional VI untuk wilayah Kalimantan
Divisi Regional VII untuk wilayah Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan
Kawasan Timur Indonesia.
Divisi Network
Divisi Multimedia
Support Division PT. TELKOM yaitu :
IS Center
Divisi Pelatihan
53
Divisi Riset dan Teknologi Informasi
Divisi Pembangunan
Divisi Atelir
Divisi Property
3. Visi, Misi, Budaya Korporasi, Logo, Maskot Telkom
a) Visi
To Become a Dominan INFOCOM Player in the Region
Dominant Player mempunyai makna bahwa TELKOM harus :
1. Menguasai pangsa pasar (maket share) mayoritas, sehingga selalu
unggul didalam iklim kompetisi usaha yang semakin ketat.
2. Mampu mengendalikan bisnis telekomunikasi, sekaligus menjadi
pemimpin bagi komunitas bisnis pertelekomunikasian di tingkat
regional.
3. Mampu meraih pertumbuhan bisnis
secara signifikan.
4. Mampu memberikan kontribusi maksimum terhadap pendapatan
nasional perusahaan.
Infocom Player mempunyai makna :
Penyedia layanan informasi dan komunikasi yang meliputi ragam
layanan PMVIS (Phone, Mobile, View, Internet dan Services).
Region mempunyai makna :
Secara umum kawasan regional Asia Pasifik dimana TELKOM menjadi
salah satu komunitasnya.
54
b) Misi
Memberikan layanan "One Stop Infocom" dengan kualitas Yang dan
harga kompetitif
Mengelola Usaha melalui cara yang terbaik, dengan
mengoptimalkan SDM yang unggul. Teknologi yang kompetitif
serta Bussiness Partner yang sinergi.
c) Budaya Korporasi
Sebagai perusahaan besar yang selalu menghadapi perubahan-
perubahan bisnis, TELKOM memerlukan budaya korporasi yang bisa
menjadi :
a. Sumber identitas bagi insan TELKOM
b. Landasan dalam berpikir dan bertindak
c. Merangsang inspirasi untuk meberikan yang terbaik
Untuk itu TELKOM mengembangkan Budaya Korporasi The
Telkom Way 135 yang mencakup 1 (satu) asumsi dasar, 3 (tiga) nilai inti,
dan 5 (lima) langkah perilaku sebagai berikut :
Asumsi Dasar : Commited 2U
Nilai-nilai inti :
Customer Value
Excellent Service
Competent People
55
Perilaku :
Stretch The Goal
Simplify
Involve Everyone
Quality is My Job
Rewards the Winners
d) Logo Telkom
Logo telkom (Lampiran) mengandung makna :
Bentuk bulat dari logo melambangkan: Keutuhan Wawasan
Nusantara, Ruang Gerak Telkom secara nasional dan
internasional.
Warna biru tua dan biru muda bergradasi melambangkan
teknologi telekomunikasi yang terus berkembang dalam suasana
masa depan yang gemilang.
Garis-garis tebal dan tipis yang mengesankan gerak pertemuan
yang beraturan menggambarkan sifat komunikasi dan kerjasama
yang selaras secara berkesinambungan dan dinamis.
Tulisan Indonesia dengan huruf Futura Bold Italic,
menggambarkan kedudukan perusahaan, Telkom sebagai
pandu Bendera Telekomunikasi Indonesia (Indonesia
Telecomunication Flag Carrier)
.
56
e) Maskot Telkom
Maskot Telkom (lampiran) memiliki arti :
Mahkota Kemenangan
Sensitif terhadap keadaan dan segala perubahan
Mata tajam dan cerdas
Sayap, kelincahan dan kepraktisan
Tangan kuning, memberikan karya terbaik.
B. Pembahasan Kinerja Keuangan PT. Telkom (Periode 2005-2007)
1. Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added (EVA) merupakan alat pengukur kinerja
keuangan perusahaan yang menghitung semua biaya modal sehingga dari
pengukuran tersebut akan terlihat kemampuan riil perusahaan dalam
menciptakan nilai tambah. Dalam pengukuran EVA, biaya modal yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut dihitung dengan dikurangkan laba
operasi bersih setelah pajak sehingga diperoleh nilai riil dari perusahaan
tersebut. Sebelum melakukan penghitungan EVA beberapa komponen
yang harus di ketahui adalah :
a. Suku Bunga Bebas Resiko
Tingkat suku bunga bebas resiko didapat dari rata-rata suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berjangka selama 3 tahun (perbulan).
57
Tabe1 4.1
Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
(Periode 2005-2007)
Bulan 2005 2006 2007
Januari 7.42 % 12.75 % 9.50 %
Februari 7.43 % 12.74 % 9.25 %
Maret 7.44 % 12.73 % 9.00 %
April 7.70 % 12.74 % 9.00 %
Mei 7.95 % 12.50 % 8.75 %
Juni 8.25 % 12.50 % 8.50 %
Juli 8.49 % 12.25 % 8.25 %
Agustus 9.51 % 11.75 % 8.25 %
September 10.00 % 11.25 % 8.25 %
Oktober 11.00 % 10.75 % 8.25 %
November 12.25 % 10.25 % 8.25 %
Desember 12.75 % 9.75 % 8.00 %
Jumlah 110.19 % 141.96 % 103.25 %
Rata-rata 9.18 % 11.83 % 8.60 %
Sumber: www.bi.go.id
b. Tingkat Pengembalian Pasar (Rm)
Tingkat pengembalian pasar (Rm) diambil dari daftar Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) setiap bulan selama 3 tahun.
58
Tabel 4.2
Tingkat Pengembalian Pasar (Rm)
(Periode 2005-2007)
Bulan
2005 2006 2007
IHSG Rm IHSG Rm IHSG Rm
Januari 1,045.44 6.14 1,232.32 0.06 1,757.26 -0.03
Februari 1,073.83 -0.80 1,230.66 0.00 1,740.97 -0.01
Maret 1,080.17 -5.70 1,322.97 0.08 1,830.92 0.05
April 1,029.61 -1.15 1,464.41 0.11 1,999.17 0.09
Mei 1,088.17 5.39 1,330.00 -0.09 2,084.32 0.04
Juni 1,122.38 -0.79 1,310.26 -0.01 2,139.28 0.03
Juli 1,182.30 -5.07 1,351.65 0.03 2,348.67 0.10
Agustus 1,050.09 -1.05 1,425.22 0.05 2,194.34 -0.07
September 1,079.28 4.28 1,534.61 0.08 2,359.21 0.08
Oktober 1,066.22 -0.22 1,582.63 0.03 2,643.49 0.12
November 1,096.64 -1.18 1,718.96 0.09 2,688.33 0.02
Desember 1,162.64 -0.92 1,803.26 0.05 2,745.83 0.02
Jumlah 13,076.77 0.17 17,306.96 0.46 26,531.79 0.44
Rata-rata 1,089.73 0.014 1,442.25 0.039 2,210.98 0.037
Sumber: www.bapepam.go.id
c. Tingkat pengembalian individual (Ri)
Tingkat pengembalian individual dihitung dari harga saham PT.
Telkom tiap bulan selama 3 tahun.
59
Tabel 4.3
Tingkat Pengembalian Individual (Ri)
(Periode 2005-2007)
Bulan
2005 2006 2007
P Ri P Ri P Ri
Januari 4,800 -0.0052 6,300 0.0678 9,450 -0.0644
Februari 4,425 0.0113 6,200 -0.0159 8,900 -0.0582
Maret 4,475 -0.0447 6,900 0.1129 9,850 0.1067
April 4,275 0.0877 7,550 0.0942 10,500 0.0660
Mei 4,650 0.0753 7,050 -0.0662 9,550 -0.0905
Juni 5,000 0.1100 7,350 0.0426 9,850 0.0314
Juli 5,550 -0.0721 7,450 0.0136 11,200 0.1371
Agustus 5,150 0.0388 7,900 0.0604 10,850 -0.0313
September 5,350 -0.0654 8,450 0.0696 11,000 0.0138
Oktober 5,000 0.1000 8,400 -0.0059 10,750 -0.0227
November 5,500 0.0727 9,900 0.1786 10,150 -0.0558
Desember 5,900 -1.0000 10,100 0.0202 10,150 0.0000
Jumlah 0.2303 0.5718 0.0322
Rata-rata 0.0192 0.0477 0.0027
Sumber: data diolah
d. Perhitungan Beta ( )
Beta merupakan suatu parameter dari tingkat resiko suatu
saham. Beta dirumuskan sebagai berikut:
( )
2
2
.
.
=
X X n
Y X XY n
Dari hasil perhitungan Rumus diatas, dimana komponen X
berasal dari tingkat pengembalian pasar (Rm) dan komponen Y berasal
dari tingkat pengembalian individual (Ri) maka di dapatkan
perhitungan beta dalam tabel dibawah ini :
60
Tabel 4.4
Perhitungan Beta ( )
2005-2007
Bulan
2005 2006 2007
Rm(X) Ri(Y) X.Y
2
X
Rm(X) Ri(Y) X.Y
2
X
Rm(X) Ri(Y) X.Y
2
X
Januari 0.045 -0.0052 -0.0002 0.0020 0.06 0.0678 0.0041 0.0036 -0.03 -0.0644 0.0016 0.0007
Februari 0.027 -0.0781 -0.0021 0.0007 -0.001 -0.0159 0.0000 0.0000 -0.01 -0.0582 0.0005 0.0001
Maret 0.006 0.0113 0.0001 0.0000 0.075 0.1129 0.0085 0.0056 0.05 0.1067 0.0055 0.0027
April -0.047 -0.0447 0.0021 0.0022 0.107 0.0942 0.0101 0.0114 0.09 0.0660 0.0061 0.0084
Mei 0.057 0.0877 0.0050 0.0032 -0.092 -0.0662 0.0061 0.0085 0.04 -0.0905 -0.0039 0.0018
Juni 0.031 0.0753 0.0024 0.0010 -0.015 0.0425 -0.0006 0.0002 0.03 0.0314 0.0008 0.0007
Juli 0.053 0.1100 0.0059 0.0029 0.032 0.0136 0.0004 0.0010 0.10 0.1371 0.0134 0.0096
Agustus -0.112 -0.0721 0.0081 0.0125 0.054 0.0604 0.0033 0.0029 -0.07 -0.0313 0.0021 0.0043
September 0.028 0.0388 0.0011 0.0008 0.077 0.0696 0.0054 0.0059 0.08 0.0138 0.0010 0.0056
Oktober -0.012 -0.0654 0.0008 0.0001 0.031 -0.0059 -0.0002 0.0010 0.12 -0.0227 -0.0027 0.0145
November 0.029 0.1000 0.0029 0.0008 0.086 0.1786 0.0154 0.0074 0.02 -0.0558 -0.0009 0.0003
Desember 0.060 0.0727 0.0044 0.0036 0.049 0.0202 0.0010 0.0024 0.02 0.0000 0.0000 0.0005
Jumlah 0.166 0.2303 0.030 0.030 0.463 0.5718 0.0533 0.0500 0.44 0.03 0.02 0.05
Beta 0.33 0.42 0.09
Sumber: data diolah
60
Dari hasil perhitungan Beta ( ) pada tabel 4.5 menunjukkan
bahwa beta ( ) yang dimiliki PT. Telkom mengalami fluktuasi. Pada tahun
2006 beta ( ) mengalami kenaikan sebesar 12.4 % sedangkan pada tahun
2007 beta ( ) mengalami penurunan sebesar 66,4 %.
Setelah komponen-komponen diatas diketahui, selanjutnya
dilanjutkan penghitungan EVA, sebagai berikut :
e. Perhitungan Biaya Modal Hutang (Kd)
Biaya modal hutang dihitung dengan rumus :
( ) T K K
d d
=
1
Tabel 4.5
Perhitungan Biaya Modal Hutang (Kd)
(dalam jutaan rupiah)
Keterangan 2005 2006 2007
Beban Bunga 1,177,268 1,286,354 1,436,165
Hutang Jangka
Panjang
19,060,282 18,344,284 18,330,790
Suku Bunga (
d
K ) 6.18 % 7.01 % 7.83 %
Pajak perusahaan 30 % 30 % 30 %
Factor koreksi (1-t) 70 % 70 % 70 %
Kd 4.32 % 4.91 % 5.48 %
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas biaya modal
hutang PT. Telkom mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2006
Kd naik sebesar 6.3 %, sedangkan pada tahun 2007 naik sebesar 5,5 %.
Kenaikan Kd tersebut disebabkan karena peningkatan suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Jika peningkatan Kd 2007 tidak sebesar tahun 2006 hal tersebut
disebabkan karena beban bunga pada tahun 2007 mengalami kenaikan
sebesar 5,5 % dari Rp. 1.286,- miliar menjadi RP. 1.436,- miliar, sedangkan
tahun 2006 beban bunga mengalami kenaikan sebesar 4,4 % dari RP.1,177,-
miliar menjadi Rp. 1286,- miliar. Kenaikan beban bunga tahun 2006 dan
2007 disebabkan oleh penurunan saldo pinjaman bank jangka panjang
maupun jangka pendek PT. Telkom.
f. Perhitungan Biaya Modal Saham
Biaya modal adalah tingkat pengembalian minimum yang
diharapkan oleh pemegang saham perusahaan dalam investasinya. Dalam
perhitungan biaya modal saham digunakan pendekatan Capital Assets
pricing Models (CAPM). CAPM menggambarkan keadaan pasar secara riil
dimana tingkat pengembalian saham yang diinginkan investor sama
dengan tingkat suku bunga bebas resiko ditambah dengan premi resiko.
Pendekatan CAPM dirumuskan sebagai berikut :
( )
f m f e
R R R K + =
Dimana :
e
K = biaya modal
f
R = tingkat pengembalian bebas resiko
= kovarians pengembalian perusahaan terhadap
= portofolio/tingkat Resiko pasar.
m
R = pengembalian rata-rata atas saham biasa
g. Perhitungan Biaya Modal Ekuitas (Ke)
Setelah diketahui nilai variabel-variabel biaya modal saham, maka
dapat dihitung nilai dari biaya modal saham, yang ditunjukkan pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4.6
Perhitungan Biaya Modal Ekuitas (Ke)
Keterangan 2005 2006 2007
Rf (suku bunga SBI) 0.0918 0.1183 0.0860
Rm 0.014 0.039 0.037
0.33 0.42 0.0900
Ke 0.0661 0.0850 0.0816
Sumber: Data diolah
Dari hasil perhitungan biaya modal saham pada tabel diatas, PT
Telkom memiliki modal saham 6,6 % pada tahun 2005, 8,5 % pada tahun
2006 dan 8,1 % pada tahun 2007. Biaya modal saham pada tahun 2006
mengalami kenaikan sebesar 12,4 % sedangkan pada tahun 2007
mengalami penurunan 2 %.
Turunnya biaya modal saham pada tahun 2007 disebabkan karena
nilai pengembalian bebas resiko (Rm) mengalami kenaikan yang
menyebabkan nilai beta ( ) mengalami kenaikan juga. Beta ( ) sendiri
menggambarkan risiko pasar suatu perusahaan, dari kenaikan beta ( )
tersebut berarti bahwa resiko pasar yang dimiliki PT. Telkom mengalami
kenaikan. Sedangkan penurunan Biaya modal saham pada tahun 2007,
disebabkan karena nilai pengembalian bebas resiko (Rm) mengalami
penurunan yang menyebabkan nilai beta mengalami penurunan.
h. Perhitungan Weighted Average Cost Of Capital (WACC)
Setelah biaya modal, hutang jangka panjang (Kd) dan biaya modal
saham (Ke) PT. Telkom diketahui, maka langkah selanjutnya adalah
menghitung WACC (Weighted Average Cost of Capital). WACC
merupakan penjumlahan antara modal saham dan cadangan modal yang
dimiliki oleh perusahaan, saldo laba tidak diperhitungkan dalam nilai
ekuitas, karena saldo laba hanya menunjukkan besarnya laba yang mampu
diperoleh perusahaan pada tahun yang bersangkutan dan masih
merupakan saldo laba yang belum dicadangkan perusahaan.
WACC dapat dirumuskan sebagai berikut :
WACC = hutang / pembiayaan total (biaya hutang (1-T)
= + ekuitas / pembiayaan total (biaya ekuitas)
Perhitungan WACC dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 4.7
Perhitungan Weighted Average Cost Capital (WACC)
(dalam jutaan rupiah)
Keterangan 2005 2006 2007
Hutang Jangka
Panjang
19,060,282 18,344,284 18,330,790
Ekuitas 23,292,401 28,068,689 33,748,579
Total Struktur
Modal
42,352,683 46,412,973 52,079,369
Wd 0.4500 0.3952 0.3520
We 0.5500 0.6048 0.6480
Kd 0.0432 0.0490 0.0548
Ke 0.0163 0.0849 0.0816
WACC 0.0284 0.0707 0.0722
Sumber: Data diolah
Dalam perhitungan WACC pada tabel diatas diketahui bahwa
ekuitas mengalami kenaikan pada tahun 2006 sebesar 9,3 % dan pada
tahun 2007 kenaikannya sebesar 9,2 %. Kenaikan ekuitas tersebut
disebabkan karena meningkatnya laba bersih dari PT. Telkom. Pada sisi
lain hutang jangka panjang mengalami penurunan sebesar 1,91 % pada
tahun 2006 dan pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 0,036 %.
Dalam pengelolaan keuangan, perusahaan harus
memperhitungkan bagaimana pengelolaan hutang dan ekuitas yang
bagus agar dapat terus mempertahankan rasio keuangannya. Dengan
penurunan hutang diikuti oleh kenaikan ekuitas agar mampu memenuhi
modal yang dibutuhkan. Dalam pengelolaan hutang, perusahaan harus
memperhatikan bagaimana beban bunga hutang dan kemampuan
perusahaan dalam melakukan pembayaran nantinya, sehingga nantinya
hutang bukan menjadi beban yang memberatkan perusahaan.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas maka didapatkan
perhitungan WACC PT. Telkom yang mengalami fluktuasi pada periode
penelitian. Pada tahun 2005 WACC PT. Telkom sebesar 2,84 %, sedangkan
pada tahun 2006 sebesar 7,07 %, dari hasil tersebut berarti bahwa WACC
PT. Telkom mengalami kenaikan sebesar 42,68 %. Sedangkan pada tahun
2007 WACC PT. Telkom sebesar 7,22 %, jika dibandingkan dengan tahun
2006 maka WACC PT. Telkom mengalami kenaikan sebesar 1 %.
Kenaikan WACC tahun 2006 dan 2007 disebabkan karena naiknya
jumlah beban bunga perusahaan dan biaya modal saham mengalami
kenaikan.
i. Perhitungan Economic Value Added (EVA)
Dalam penghitungan Economic Value Added (EVA), biaya modal
diperoleh dari perkalian antara WACC dengan jumlah modal yang
diinvestasikan oleh perusahaan. Jumlah modal yang diinvestasikan
perusahaan merupakan penjumlahan antara jumlah hutang jangka panjang
dengan jumlah ekuitas dari perusahaan. Perhitungan EVA PT. Telkom dapat
dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini.
Tabel 4.8
Perhitungan Economic Value Added (EVA)
(dalam jutaan rupiah)
Keterangan 2005 2006 2007
EBIT 17,170,750 21,593,241 26,472,708
PAJAK 5,183,887 7,039,927 7,927,823
NOPAT 11,986,863 14,553,314 18,544,885
BIAYA MODAL 1,202,904 3,281,914 3,758,411
EVA 10,783,959 11,271,400 14,786,474
Sumber: Data diolah
Dari hasil perhitungan EVA pada tabel diatas maka EVA yang
dimiliki PT. Telkom mengalami kenaikan pada tahun 2005-2007. Kenaikan
EVA pada tahun 2006 sebesar 2,2 % dan 13,4 % pada tahun 2007.
Kenaikan EVA tersebut dipengaruhi oleh laba operasi perusahaan
yang selalu mengalami peningkatan. Kenaikan laba operasi pada tahun 2006
sebesar 11,4 % dan 10,1 % pada tahun 2007. Kenaikan EVA pada tahun 2006
disebabkan karena biaya modal mengalami kenaikan sebesar 46,3 % dan 6,7
% pada tahun 2007. Kenaikan dan penurunan biaya modal tersebut
dipengaruhi oleh WACC dari perusahaan. Dengan kenaikan dan penurunan
biaya modal maka secara otomatis seberapa besar kenaikan EVA juga akan
berpengaruh, karena biaya modal merupakan komponen utama pengurang
NOPAT.
2. Market Value Added (MVA).
Selain EVA, Market Value Added (MVA) merupakan salah satu
alat pengukur kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini,
MVA merupakan perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan
jumlah ekuitas modal investor yang telah diberikan. MVA menunjukkan
persepsi pasar saham atas perusahaan. MVA dapat dihitung dengan
rumus:
MVA = Nilai pasar dari saham - Ekuitas modal yang
= diberikan oleh pemegang saham
= (Jumlah Saham beredar) x (Harga penutup saham
= pada akhir tahun) - (Jumlah saham beredar
= x nilai nominal saham).
Tabel 4.9
Perhitungan MVA
Keterangan 2005 2006 2007
Jumlah saham
yang beredar
(lembar)
20,159,999,279 20,159,999,279 20,159,999,279
Harga saham
akhir tahun
(Rp)
5,900 10,100 10,150
Equity market
(MVE) (Rp)
118,943,995,746,100 203,615,992,717,900 204,623,992,681,850
Nilai nominal
saham (Rp)
250 250 250
Equity book
value (BVE)
(Rp)
5,039,999,819,750 5,039,999,819,750 5,039,999,819,750
MVA (Rp) 113,903,995,926,350 198,575,992,898,150 199,583,992,862,100
Sumber: Data diolah
Dari hasil perhitungan pada tabel diatas MVA yang dimiliki PT.
Telkom mengalami kenaikan setiap tahunnya. Tahun 2006 MVA
mengalami kenaikan sebesar 27,1 %. Kenaikan MVA yang cukup tinggi
pada tahun 2006 disebabkan karena pada tahun 2006 harga saham PT.
Telkom naik 26,2 %, dari Rp.5.900,- menjadi Rp.10.100,- pada tahun 2006.
Kenaikan harga saham pada tahun 2006 (April-November) disebabkan
dilakukannya buy back saham oleh PT. Telkom yang menyebabkan dividen
dan net income menjadi lebih kecil sehingga dihasilkan earning per share
(laba per saham) yang lebih tinggi.
Sedangkan kenaikan MVA yang dimiliki PT. Telkom pada tahun
2007 sebesar 0,25 %, kenaikan tersebut disebabkan oleh naiknya harga
saham pada tahun 2007 sebesar 0,24 % yaitu dari Rp. 10.100,- pada tahun
2006 menjadi Rp. 10.150,- pada tahun 2007.
3. Interpretasi Hasil Penelitian
Bagi PT. Telkom menciptakan nilai tambah perusahaan
merupakan sesuatu yang sangat penting apalagi dengan dicanangkannya
Telkom Goal 3010 yaitu membukukan kapitalisasi pasar sebesar US$ 30
miliar ditahun 2010 yang berarti bahwa PT. Telkom harus dapat
mempertahankan kinerja keuangannya dengan baik agar tujuan yang
dinginkannya tercapai.
Salah satu indikator penting yang dapat menilai kinerja keuangan
perusahaan adalah pendekatan Economic Value Added (EVA). Economic
Value Added (EVA) sendiri merupakan satu-satunya pedoman penilaian
yang berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan dan
kinerja manajemen. Kinerja keuangan yang baik dapat dilihat dari
seberapa besar nilai tambah (EVA) yang dapat dihasilkan oleh perusahaan
tersebut.
EVA yang positif menandakan bahwa perusahaan mampu
menciptakan nilai tambah bagi perusahaan dan pemilik modal, EVA yang
negatif menandakan bahwa perusahaan gagal atau tidak mampu
menciptakan nilai tambah bagi perusahaan, sehingga nantinya EVA dapat
dijadikan sebagai pedoman dalam penetapan pencapaian Telkom Goal
3010.
Dari hasil perhitungan pada tabel 4.2 sampai 4.8
yang ada di atas
tercatat bahwa EVA yang dimiliki PT. Telkom mengalami kenaikan setiap
tahunnya. Kenaikan EVA pada tahun 2006 sebesar 2,2% dan pada tahun
2007 sebesar 13,4%. Kenaikan EVA pada tahun 2007 yang cukup besar jika
dibandingkan tahun 2006 disebabkan karena beban bunga yang
mengalami kenaikan yang lebih besar pada tahun 2007 dibanding dengan
tahun 2006. Faktor lain adalah diperolehnya beta yang lebih besar pada
tahun 2006. Akibat dari perolehan beta yang tinggi pada tahun tersebut
menyebabkan biaya modal ekuitas (Ke) menjadi naik sehingga
mengakibatkan nilai dari WACC itu sendiri menjadi tinggi. Selain
disebabkan oleh kenaikan biaya modal ekuitas (Ke), penurunan dan
kenaikan WACC dipengaruhi oleh kenaikan dan penurunan biaya modal.
Dari data pada tabel 4.8, biaya modal pada tahun 2006 mengalami
kenaikan sebesar 46,3 % sedangkan pada tahun 2007 biaya modal hanya
mengalami kenaikan sebesar 6,7 %.
Oleh karena EVA yang dihasilkan oleh PT. Telkom positif dan
mengalami kenaikan setiap tahunnya itu membuktikan bahwa kinerja
keuangan PT. Telkom bagus, yang berarti bahwa PT. Telkom mampu
memberikan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan dan pemilik modal.
Dalam mewujudkan Telkom Goal 3010, berarti EVA yang dimiliki
PT. Telkom harus tetap dipertahankan bahkan kalau bisa ditingkatkan.
Beberapa indikator penting yang harus diperhatikan PT. Telkom agar
mendapatkan nilai EVA yang selalu positif adalah :
a. Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan
modal/meningkatkan return on equity.
Karena tambahan modal akan menyebabkan bunga dan pokok hutang
mengalami kenaikan sehingga mengurangi laba/keuntungan, maka
meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal berarti
bahwa perusahaan harus dapat menggunakan aktiva perusahaan
secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang optimal.
b. Menginvestasikan modal baru ke dalam project yang mendapatkan
return lebih besar dari biaya modal yang ada.
Berarti bahwa PT. Telkom harus bisa memilih project/menciptakan
bisnis-bisnis baru yang dapat meningkatkan pendapatan usaha
perusahaan.
c. Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak
menguntungkan.
Hal tersebut berarti bahwa PT. Telkom harus menghilangkan biaya
modal yang dibebankan dari aktivitas-aktivitas yang tidak memberikan
tambahan keuntungan.
d. Mengurangi beban bunga perusahaan.
Berarti bahwa PT. Telkom harus bisa melakukan pengelolaan hutang
(baik hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek)
secara
efektif dan efisien.
e. Meningkatkan laba usaha perusahaan
Dalam hal peningkatan laba usaha perusahaan, berarti PT. Telkom
harus dapat meningkatkan penjualan produknya, dengan melakukan
inovasi dan strategi yang tepat maka produk senantiasa akan
digunakan oleh konsumen dan konsumenpun akan tetap loyal
menggunakan produk PT. Telkom
Indikator lain yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan
PT. Telkom dalam mewujudkan Telkom Goal 3010 adalah Market Value
Added (MVA). Jika EVA (Economic Value Added) digunakan untuk
mengukur nilai tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan dari
kegiatan operasionalnya atau sebagai metrik kinerja (performance metric)
maka MVA merupakan metrik kekayaan (wealth metric) yang mengukur
nilai perusahaan dari waktu ke waktu.
Market Value Added (MVA) adalah mengukur kekayaan yang
diakumulasi perusahaan dari waktu ke waktu untuk pemegang saham
dimana MVA mencerminkan ekspektasi pemegang saham terhadap
perusahaan dalam menciptakan kekayaan di masa mendatang.
Pendekatan MVA ini dianggap lebih komprehensif dan obyektif untuk
menilai perusahaan karena MVA menunjukkan persepsi pasar saham atas
perusahaan.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dari laporan keuangan
PT. Telkom maka diketahui bahwa MVA yang dihasilkan PT. Telkom
bernilai positif dan mengalami kenaikan setiap tahunnya sehingga
menunjukkan bahwa kinerja manajemen dalam pengelolaan keuangan
sudah dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Kenaikan MVA pada tahun 2006 sebesar 27,1 %, sedangkan pada
tahun 2007 MVA mengalami kenaikan sebesar 0,2 %. Dengan adanya
peningkatan MVA tahun 2005-2007, berarti PT. Telkom telah dapat
meningkatkan nilai perusahaannya, hal ini dapat dilihat dari
harga saham PT. Telkom yang terus naik. Bahkan pada tahun 2006 harga
saham naik sebesar 26,2 % dari harga Rp. 5.900,- per lembar pada akhir
tahun 2005 menjadi Rp. 10.100,- per lembar pada akhir tahun 2006.
Sedangkan pada tahun 2007 harga saham naik 0,24 % dari harga Rp.
10.100,- per lembar pada akhir tahun 2006 menjadi Rp. 10.150,- per lembar
pada akhir tahun 2007. Kenaikan harga saham tersebut menandakan bahwa
saham yang dimiliki PT. Telkom masih sangat diminati oleh investor, itu
berarti bahwa kinerja keuangan yang dihasilkan PT. Telkom sangat
memuaskan karena mampu menciptakan kekayaan yang besar bagi para
investor dan stakeholder-nya.
Untuk mempertahankan nilai MVA yang besar tersebut beberapa
indikator yang harus diperhatikan oleh PT. Telkom adalah dalam hal
pengelolaan capital perusahaan. Salah satu faktor penting dalam
pengelolaan capital perusahaan adalah dengan adanya efisiensi biaya,
dimana tidak hanya return saja yang dikelola namun bagaimana
pengelolaan equity yang bagus yang sebaiknya dilakukan oleh
perusahaan, sehingga diperoleh laba per saham Telkom yang lebih tinggi.
Selain pengelolaan capital faktor lain yang harus diperhatikan PT. Telkom
dalam mempertahankan nilai MVA agar tetap positif adalah dengan
pengelolaan utang yang baik.
Berdasarkan keseluruhan dari hasil EVA dan MVA PT. Telkom
yang benilai positif maka, PT. Telkom akan senantiasa memberikan nilai
tambah ekonomis kepada perusahaan dan investor. Kondisi perusahaan
tercermin dari nilai EVA dan MVA yang positif. EVA dan MVA yang
positif menandakan bahwa pasar bereaksi positif terhadap perusahaan.
Pasar mereaksi positif perusahaan karena kinerja yang dihasilkan
perusahaan dalam pengelolaan keuangan bagus. Dengan kinerja
keuangan yang bagus, maka kepercayaan pasar terhadap perusahaan
semakin meningkat, pasar yakin akan kemampuan perusahaan untuk
mengelola keuangan dan keberhasilan menghasilkan keuntungan.
Sehingga hal tersebut akan mengakibatkan pasar selalu bereaksi positif.
Reaksi positif tersebut mempengaruhi peningkatan harga saham.
Dengan peningkatan harga saham maka akan menambah kekayaan
bagi investor dan perusahaan.
Islam menyatakan bahwa dalam setiap bisnis mutlak ada yang
dinamakan nilai tambah, yang mana dengan nilai tambah tersebut
diperoleh suatu keuntungan yang akan mampu memberikan secara adil
hak-hak atau bagi hasil yang seharusnya diperoleh oleh para penyandang
dana, dalam hal ini pemegang saham, selain itu dengan nilai tambah
tersebut, perusahaan akan dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan
dan masyarakat sekitar perusahaan melalui zakat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan penilaian kinerja keuangan PT. Telkom
dengan menggunakan pendekatan Economic Value Added (EVA) dan Market
Value Added (MVA), maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil perhitungan kinerja keuangan PT. Telkom dengan
menggunakan pendekatan EVA, maka EVA bernilai positif dan
mengalami kenaikan setiap tahunnya. Dengan EVA positif berarti
bahwa perusahaan mampu menghasilkan nilai tambah ekonomis bagi
pemegang saham dan investor. Hal tersebut menunjukkan juga
bahwa kinerja keuangan yang dilakukan sudah efektif dan efisien,
manajemen mampu mengelola keuangan dengan baik. Dimana pada
tahun 2005 nilai EVA sebesar Rp. 10.783.959.000.000,- tahun 2006 nilai
EVA sebesar Rp. 11.272.400.000.000,- tahun 2007 nilai EVA sebesar Rp.
14.786.474.000.000,- Peningkatan EVA pada tahun 2006 sebesar 2,2 %
dan pada tahun 2007 sebesar 13,4 %. Kenaikan EVA disebabkan
karena laba operasi yang selalu mengalami peningkatan. Laba operasi
mengalami kenaikan sebesar 11,4 % pada tahun 2006 dan 10,1 % pada
tahun 2007. Selain itu komponen utama yang sangat berpengaruh
adalah biaya modal. Dimana pengaruh biaya modal dapat terlihat
76
pada hasil perolehan nilai tambah ekonomis perusahaan tahun 2007
dibanding tahun 2006 yang cukup besar, walaupun membukukan
EVA yang sama-sama positif, namun peningkatan nilai tambah
ekonomisnya memiliki perbedaan sebesar 39,6 %, akibat dari biaya
modal perusahaan mengalami kenaikan pada tahun 2006 sebesar 46,3
% dan 6,7 % pada tahun 2007.
2. Dari hasil penilaian dengan menggunakan pendekatan MVA, maka
MVA bernilai positif dan mengalami kenaikan setiap tahunnya. MVA
positif menunjukkan pula bahwa kinerja keuangan sudah
dilaksanakan secara efektif dan efisien karena mampu menghasilkan
dan menambah kekayaan bagi pemegang saham. Dimana nilai MVA
yang dihasilkan pada tahun 2005 sebesar Rp. 113.903.995.926.350,-
tahun 2006 nilai MVA sebesar Rp. 198.575.992.898.150,- dan pada
tahun 2007 nilai MVA sebesar Rp. 199.583.992.862.100,- berarti bahwa
nilai MVA pada tahun 2006 naik sebesar 27,1 % dan pada tahun 2007
naik sebesar 0,25 %. MVA yang dihasilkan bernilai positif berarti
bahwa Market Value of equity (MVE) yang dihasilkan melebihi Book
Value of equity (BVE).
JIka dibuat tabel EVA dan MVA datanya adalah sebagai berikut :
Keterangan 2005 2006 2007
EVA (Rp) 10.783.959.000.000 11.272.400.000.000 14.786.474.000.000
MVA (Rp) 113.903.995.926.350 198.575.992.898.150 199.583.992.862.100
Jika dinilai secara keseluruhan, kinerja dan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan kekayaan bagi perusahaan dan investor bagus.
Perusahaan mampu mengelola keuangan secara efektif dan efisien dan
memberikan kepuasan bagi perusahaan dan investor. EVA positif
mencerminkan bahwa pasar bereaksi positif terhadap perusahaan. Reaksi
positif tersebut menimbulkan harga saham mengalami kenaikan sehingga
MVA yang dihasilkan mengalami peningkatan. Hal tersebut menandakan
bahwa saham yang dimiliki PT. Telkom masih sangat diminati oleh pasar.
B. Saran
Berdasarkan hasil penilaian kinerja keuangan PT. Telkom dengan
menggunakan pendekatan Economic Value Added (EVA) dan Market Value
Added (MVA), maka saran-saran yang dapat diberikan kepada pihak-pihak
yang membutuhkan adalah :
1. Bagi Investor dan Calon Investor
Diharapkan melalui hasil penelitian tersebut investor maupun calon
investor dapat mempertimbangkan untuk melakukan investasi di
PT. Telkom. Dalam hal ini investor maupun calon investor juga tetap
harus cermat dalam menilai kinerja keuangan yang dihasilkan
perusahaan sehingga bisa mengetahui bagaimana prospek bisnis
perusahaan kedepannya.
2. Bagi Kreditor
Dengan perolehan EVA dan MVA positif maka perusahaan mampu
memberikan pengembalian dan bunga kepada kreditor, sehingga
ada jaminan bahwa perusahaan akan memenuhi kewajibannya
nantinya.
3. Bagi Perusahaan
Walaupun EVA dan MVA yang sudah dihasilkan penelitian
menunjukkan nilai positif, dalam hal ini PT. Telkom harus bisa tetap
mempertahankannya sehingga mampu menghasilkan nilai yang
lebih tinggi pada tahun-tahun mendatang. Sebaiknya faktor-faktor
penghambat nilai EVA dan MVA menjadi lebih besar, dan juga
menjadi pertimbangan khusus yang harus diperhatikan agar bisa
memaksimalkan manfaat yang didapat.
4. Bagi Pihak lainnya
Bagi pihak lain yang ingin menggunakan pendekatan EVA dan
MVA sebagai variabel penelitian maka sebaiknya dalam
penelitiannya banyak melakukan diskusi dengan pihak-pihak yang
paham tentang variabel penelitian yang digunakan, agar dalam
proses pemahamannya benar-benar dapat diaplikasikan dalam
dunia nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Agnes, Sawir. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Anonimous. 2000. Standar Akuntansi Akuntansi Keuangan per 1 April
2002. Ikatan Indonesia. Jakarta: PT. Salemba Empat.
Anto, Dajan. 1995. Pengantar Metode Statistik. Mid 1. Jakarta: LP3ES.
Baridwan , Zaky & Ary Legowo. 2002. Asosiasi Antara Economic Value Added
(EVA), Market Value Added (MVA) dan Rasio Profitabilitas Terhadap
Harga Saham. Tema, Vol III, September.
Brigham, EF & L.F. Weston. 1990. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan,
Terjemahan Alfonsus Sirait, 1994, Edisi Ke 9, lilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Brigham, Eugene F.& Joel F. Houston, 2005, Foundamentals of f i nancial
management, Terjemahan Ali Akbar Yulianto, 2006, Edisi 10,
Salemba Empat Jakarta.
Depag RI, 1996, Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra
Fabozzi, Frank L., 2000, Manajemen Investasi Terjemahan Oleh Tim
Penerjemah Salemba Empat, Edisi l, Jilid 2, Salemba Empat,
Jakarta.
Helfert, Erich A., 1997, Teknik Analisis Keuangan Petunjuk Praktis untuk
Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan, Terjemahan oleh
Herman Wibowo, 1996, Edisi 8, Erlangga Jakarta.
JSX Monthly Statistic 2005 JSX Monthly Statistic 2006 JSX Monthly
statistic 2007
Kertajaya, Hermawan., 2007, Para Pencetak Kekayaan di Pasar Modal
Swa. 26/XXIIV/6-8, Desember, hal 32.
Krisnawuri, Handayani. 2001, Penerapan EVA dan Analisis Rasio untuk
mengklasifikasikan Kesehatan Bank Yang go Public di Bursa Efek
Jakarta. Tesis, Program Studi Manajemen, Pasca Sarjana
Universitas Brawijaya Malang
Kusnan M. Djawahir, 2007, Mengukur Kekayaan Perusahaan Swa,
26/XXIlVl68, Desember, hal 30.
Marzuki edisi Kedua Metodologi Riset Panduan Penelitian Bidang Bisnis
dun Sosial Ekonosia Yogyakarta.
Meilany Stefanus Ardhanova, 2006, Tak Henti Memperkenalkan EVA,
.SWA, 25'XXII/ 30 November- 10 Desember, hal 33.
Melani K. Hardiman, 2007, Para Pencetak Kekayaan di Pasar Modal,
Swa, 26/XXlll/ 6-17 Desember, hal 44.
Munawir S. 2002, Analisis Laporan Keuangan Edisi Keempat, Liberty,
Yogyakarta.
Pradhono &. Yulius Jogi C.,2004, Pengaruh Economic Value Added,
Residual Income, Earnigs dan Arus Kas Operasi Terhadap
Return yang Diterima Oleh Pemegang Saham. Jurnal
Akuntansi & Keuangan, Vol.6, Nopember.
Resmi, Siti. 2003. Economic Value Added (EVA) sebagai Pengukur Kinerja
perusahaan ; Sebuah Kenyataan, Majalah Ekonomi No. 03l
TH XIII. Desember, hal 276-287.
Salvatore, Dominick, 2005. Mnagerial Economic Ekonomi Manajerial
dalam Perekonomian Global, Terjemahan, lchsan Setyo Budi,
Buku 2 Edisi Kelima, Salemba Empat. Jakarta.
Sari, Mila Diana. 1999. Pengukuran Kinerja Keuangan dengan
Menggunakan Analisis Economic Value Added (EVA) Pada PT
Indofood Sukses Makmur Tbk. Skripsi, Program Studi
Manajemen, Universitas Brawijaya, Malang.
Supangkat, Harry. 2003, Buku Panduan Direktur Keuangan Edisi 1,
Salemba Empat, Jakarta.
Utomo, Lisa Linawati. 1999. Economic Value Added Sebagai Ukuran
Keberhasilan Kinerja Manajemen Perusahaan. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan. Vol 1 Mei.
Van Home, James C & John M. Wachowicz. JR. 2007, Fundamentals of
Financial Management Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan
Terjemahan Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary, Jilid 2
Edisi 12, PT. Salemba Empat, Jakarta
Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahan. Edisi Ketiga Jilid 1.
Bayumedia Jakarta.
Weston. J.F., dan Copeland E.T., 1995, Managerial Finance, Terjemahan Jaka
Warsono & Kibrandoko 1992. Jilid 1, Binarupa Aksara,Jakarta.
Yacob Suparo & Jaka Winasma, 2001, Evaluasi Perbedaan Kinerja Antara
Perusahaan Umum Milik Negara dan Perusahaan Swasta Setelah
Go Publik. Jurnal Akuntansi & Bisnis Vol. I, Agustus.
Young. S. David & Stephen, F. O'Byrne, 2001, Economic Value Added &
Manajemen Berdasarkan Nilai, Terjemahan Lusi Widjaja, PT.
Salemba Empat, Jakarta.
www.bi.go.id
www.bapepam.go.id
www. Telkom.co.id