Dasar Digital
Dasar Digital
Dasar Digital
DASAR DIGITAL
KEGIATAN BELAJAR 1
SISTEM BILANGAN
Lembar Informasi A. Sistem Desimal Dan Biner Dalam sistem bilangan desimal, nilai yang terdapat pada kolom
ketiga pada Tabel 1, yaitu A, disebut satuan, kolom kedua yaitu B disebut puluhan, C disebut ratusan, dan seterusnya. Kolom A, B, C menunjukkan kenaikan pada eksponen dengan basis 10 yaitu 100 = 1, 101 = 10, 102 = 100. Dengan cara yang sama, setiap kolom pada sistem bilangan biner, yaitu sistem bilangan dengan basis, menunjukkan eksponen dengan basis 2, yaitu 2 = 1, 2 = 2, 2 = 4, dan seterusnya. Tabel 1. Nilai Bilangan Desimal dan Biner Kolom desimal C B 2 1 10 = 100 10 = 10 (ratusan) (puluhan) A 10 = 1 (satuan)
0 0 1 2
A 2 =1 (satuan)
0
Setiap digit biner disebut bit; bit paling kanan disebut least significant bit (LSB), dan bit paling kiri disebut most significant bit (MSB). Tabel 2. Daftar Bilangan Desimal dan Bilangan Biner Ekivalensinya Desimal 000 101 002 103 014 115 016 117 C (MSB) (4) Biner B (2) 0 0 1 1 0 0 1 1 A (LSB) (1)
Untuk membedakan bilangan pada sistem yang berbeda digunakan subskrip. Sebagai contoh 910 menyatakan bilangan sembilan pada sistem bilangan Subskrip desimal, tersebut dan sering 011012 diabaikan menunjukkan jika sistem bilangan bilangan biner yang 01101. dipakai
sudah jelas. Tabel 3. Contoh Pengubahan Bilangan Biner menjadi Desimal Biner 1110 1011 11001 10111 110010 32 1 16 1 1 1 Kolom biner 8 4 1 11 1 10 1 00 0 11 0 10 Desimal 2 1 0 1 1 1 0 8 + 4 + 2 = 14 8 + 2 + 1 = 11 16 + 8 + 1 = 25 16 + 4 + 2 + 1 = 23 32 + 16 + 2 = 50
Konversi Desimal ke Biner Cara untuk mengubah bilangan desimal ke biner adalah dengan Bilangan desimal yang akan diubah secara berturut-turut
pembagian.
dibagi 2, dengan memperhatikan sisa pembagiannya. Sisa pembagian akan bernilai 0 atau 1, yang akan membentuk bilangan biner dengan sisa yang terakhir menunjukkan MSBnya. Sebagai contoh, untuk mengubah 5210 menjadi bilangan biner, diperlukan langkah-langkah berikut : 52/2 = 26 sisa 0, LSB 26/2 = 13 sisa 0 13/2 = 6/2 3/2 110100. Cara di atas juga bisa digunakan untuk mengubah sistem bilangan yang lain, yaitu oktal atau heksadesimal. 6 sisa 1 = 3 sisa 0 = 1 sisa 1 = 0 sisa 1, MSB
B. Bilangan Oktal Bilangan Oktal adalah sistem bilangan yang berbasis 8 dan mempunyai delapan simbol bilangan yang berbeda : 0,1,2,.,7. Teknik mengubah yang akan pembagian desimal secara selalu diubah harus yang berurutan bilangan dibagi Sebagai dapat oktal. contoh, digunakan Bilangan 8 untuk dan untuk desimal sisa
bilangan
menjadi dicatat.
berturut-turut
dengan
pembagiannya
mengubah
bilangan 581910 ke oktal, langkah-langkahnya adalah : 5819/8 = 727, 727/8 90/8 11/8 1/8 = 90, = 11, = 1, = 0, sisa 3, LSB sisa 7 sisa 2 sisa 3 sisa 1, MSB
Sehingga 581910 = 132738 Bilangan Oktal dan Biner Setiap digit pada bilangan oktal dapat disajikan dengan 3 bilangan biner, lihat Tabel 1.5. Untuk mengubah bilangan oktal bilangan biner, setiap digit oktal diubah secara terpisah. Sebagai contoh, 35278 akan diubah sebagai berikut: 38 = 0112, MSB 58 = 1012 28 = 0102 78 = 1112, LSB Sehingga bilangan oktal 3527 sama dengan bilangan 011 101 010 111. Sebaliknya, pengubahan dari bilangan biner ke bilangan oktal dilakukan dengan mengelompokkan setiap tiga digit biner dimulai dari digit paling kanan, LSB. Kemudian, setiap kelompok diubah secara terpisah ke dalam bilangan oktal. Sebagai contoh, bilangan 111100110012 akan dikelompokkan menjadi 11 110 011 001, sehingga. 112 = 38, MSB 1102 = 68 0112 = 38 0012 = 18, LSB digit ke
Jadi, bilangan biner 11110011001 apabila diubah menjadi bilangan oktal akan diperoleh 36318. C. Bilangan Hexdadesimal Bilangan heksadesimal, sering disingkat dengan hex, adalah bilangan dengan basis 1610, dan mempunyai 16 simbol yang berbeda, yaitu 0 sampai dengan 15. Bilangan yang lebih besar dari 1510 memerlukan lebih dari satu digit hex. Kolom heksadesimal menunjukkan eksponen dengan basis 16, yaitu 160 = 1, 161 = 16, 162 = 256, dan seterusnya. Sebagai contoh : 152B16 = (1 x 16 ) + (5 x 16 ) + (2 x 16 ) + (11 x 16 ) = 1 x 4096 + 5 x 256 + 2 x 16 + 11 x 1 = 4096 + 1280 + 32 + 11 = 541910 Sebaliknya, untuk mengubah bilangan cara desimal menjadi bilangan desimal heksadesimal, dapat menjadi bilangan = = dilakukan dengan heksadesimal, 213, membagi bilangan dengan 116, LSB
3 2 1 0
tersebut dengan 16. Sebagai contoh, untuk mengubah bilangan 340810 dilakukan = langkah-langkah sebagai berikut : 3409/16 213/16 = 13/16 sisa 110 13, sisa 510 = 516 0, sisa 1310 = D16, MSB
Sehingga, 340910 = D5116. Bilangan Hexsadesimal dan Biner Setiap digit pada bilangan heksadesimal dapat disajikan dengan empat buah bit.
Untuk mengubah bilangan heksadesimal menjadi bilangan biner, setiap digit dari bilangan heksadesimal diubah secara terpisah ke bilangan biner. Sebagai contoh, 2A5C sebagai berikut. 216 = 0010, MSB A16 = 1010 516 = 0101 C16 = 1100, LSB Sehingga, bilangan heks adesimal 2A5C akan diubah menjaid bilngan biner 0010 1010 0101 1100. Sebaliknya, heksadesimal bilangan cara biner dapat diubah setiap menjadi empat bilangan digit dari dengan mengelompokkan
16
bilangan biner tersebut dimulai dari sigit paling kanan. Sebagai contoh, 010011110101110 2 dapat dikelompokkan menjadi 0100 1111 0101 1110. 0 Sehingga: 01002 = 416, MSB 11112 = F16 01012 = 516 11102 = E16, LSB Dengan demikian, bilangan 010011110101110 2 = 4F5E16. 0 D. Bilangan Biner Pecahan Dalam sistem bilangan desimal, bilangan pecahan disajikan dengan menggunakan titik desimal. Digit-digit yang berada di sebelah kiri titik desimal mempunyai nilai eksponen yang semakin besar, dan digit-digit yang berada di sebelah kanan titik desimal mempunyai nilai eksponen yang semakin kecil. Sehingga 0.110 = 10 0.2
-1 -2-
0.1010 = 10
= 2 x 0.1
Cara yang sama juga bisa digunakan untuk menyajikan bilangan biner pecahan. Sehingga, 0.12 = 2
-1 -2-
= , dan = =
2
101.1012 = 4 + 0 + 1+ + 0 + 1/8 = 5 + 0.625 = 5.62510 Pengubahan dilakukan pecahan dengan dalam bilangan cara bit pecahan dari bagian perkalian desimal ke biner dari dapat bilangan sisa mengalihkan Proses pecahan diteruskan
desimal tersebut dengan 2, bagian bulat dari hasil perkalian merupakan biner. pada sebelumnya sampai hasil perkalian sama dengan 1 atau sampai ketelitian yang diinginkan. Bit biner pertama yang diperoleh merupakan MSB dari bilangan biner pecahan. Sebagai contoh, untuk = = = mengubah 0.62510 menjadi bilangan biner dapat dilaksanakan dengan 0.625 x 2 = 1.25, bagian bulat 0.25 x 2 0.5 x 2 Sehingga, 0.62510 = 0.1012 = 0.5, = 1.0, bagian bulat bagian bulat 1 (MSB), sisa = 0.25 0, sisa = 0.5 1 (LSB), tanpa sisa
E. Sistem Bilangan BCD Sampai berdasar saat ini kita hanya melihat lebih pengubahan dari apabila bilangan digit desimal ke bilangan biner murni. Pada beberapa aplikasi, misalnya sistem mikroprosesor, seringkali sesuai setiap bilangan desimal diubah menjadi 4 digit bilangan biner. Dengan cara ini, suatu bilangan desimal 2 digit akan diubah menjadi dua kelompok empat
digit
bilangan sebagai
biner, nilai
sehingga bilangan
menjadi sendiri.
bit,
bergantung disebut
pada
Hasilnya
binary-coded
Penyandian yang
digunakan dikenal sebagai sandi 8421BCD. Selain penyandian 8421BCD, juga dikenal sejumlah penyandian yang lain. Contoh Ubah 25.12510 menjadi bilangan biner Penyelesaian Pertama kali, lihat bagian bulat dari bilangan di atas, yaitu 25 25 / 2 12 / 2 6/ 2 3/ 2 1/2 Sehingga, 2510 = 12, sisa 1, LSB = 6, sisa 0 = 3, sisa 0 = 1, sisa 1 = 0, sisa 1 = 110012 = = = 0 (MSB), sisa 0.25 0, sisa 0.5 1, tanpa sisa
Sekarang lihat bagian pecahannya, yaitu 0.125 0.125 x 2 = 0.25, bagian bulat 0.25 x 2 0.5 x 2 Sehingga 0.12510 = 0.5, = 1.0, = bagian bulat bagian bulat 0.0012 = 11001.0012
1. Ubah bilangan biner berikut ini menjadi bilangan desimal. (a) 110 (a) 5 (a) (a) (b) 17 (c) 278 010 (b) (b) (b) 42 2108 110011 10101 (d) (c) 31 558 (c) 101101 2. Ubah bilangan desimal berikut ini menjadi bilangan biner. 3. Ubah bilangan oktal berikut ini menjadi bilangan biner 4. Ubah bilangan biner berikut ini menjadi bilangan oktal
KEGIATAN BELAJAR 2
GERBANG LOGIKA
Lembar Informasi Gerbang logika adalah piranti dua keadaan, yaitu mempunyai keluaran dua keadaan: keluaran dengan nol volt yang menyatakan logika 0 (atau rendah) dan keluaran dengan tegangan tetap yang menyatakan logika 1 (atau tinggi). Gerbang logika dapat mempunyai beberapa masukan yang masing-masing mempunyai salah satu dari dua keadaan logika, yaitu 0 atau 1. Gerbang logika dapat digunakan untuk melakukan fungsi-fungsi khusus, misalnya AND, OR, NAND, NOR, NOT atau EX-OR (XOR). A. Gerbang AND Dan NAND Gerbang AND digunakan untuk menghasilkan logika 1 jika semua masukan mempunyai logika 1, jika tidak akan dihasilkan logika 0. Daftar yang berisi kombinasi semua kemungkinan keadaan masukan dan keluaran yang dihasilkan disebut sebagai Tabel kebenaran dair gerbang yang bersangkutan. Gerbang NAND akan mempunyai keluaran 0 bila semua masukan pada logika 1. Sebaliknya, jika sbeuah logika 0 pada sembarang masukan pada gerbang NAND, maka keluarannya akan bernilai 1. merupakan gerbang AND. kependekan dari NOT-AND, yang Kata NAND ingkaran merupakan
AND
&
F F B
A A
NAND
B A F BB
&
Tabel 4. Tabel Kebenaran dari Gerbang AND dan NAND Masukan A 100 110 101 011 B Keluaran AND 0 0 0 1 NAND
B. Gerbang OR Dan NOR Gerbang OR akan memberikan keluaran 1 jika salah satu dari masukannya pada keadaan 1. Jika diinginkan keluaran bernilai 0, maka semua masukan harus dalam keadaan 0 . Gerbang NOR akan memberikan keluaran 0 jika salah satu dari masukkannya pada keadaan 1. Jika diinginkan keluaran bernilai 1, maka semua masukan harus dalam keadaan 0. Kata NOR merupakan kependekan dari NOT-OR, yang merupakan ingkaran dari gerbang OR. OR A B NOR A B 1 F
Gambar 2. Simbol Gerbang OR dan NOR Tabel 5. Tabel Kebenaran dari Gerbang OR dan NOR Masukan A 100 010 001 011 C. Gerbang NOT Gerbang NOT merupakan gerbang satu-masukan yang berfungsi sebagai pembalik (inverter). Jika masukannya tinggi, maka keluarannya B OR 0 1 1 1 Keluaran NOR
rendah, dan sebaliknya. Tabel kebenaran dari gerbang NOT tersaji pada Tabel 6.
Gambar 3. Simbol Gerbang NOT Tabel 6. Tabel Kebenaran Gerbang NOT Masukan A 0 1 D. Gerbang XOR Gerbang XOR (dari kata exclusive-or) akan memberikan keluaran 1 jika masukan-masukannya mempunyai keadaan yang berbeda. tersebut dapat dilihat bahwa keluaran pada gerbang Dari XOR Tabel Keluaran F 1 0
merupakan penjumlahan biner dari masukannya. Tabel 7. Tabel Kebenaran dari Gerbang XORdan XNOR Masukan A B 100 010 001 111 E. Ungkapan Boole Keluaran dari satu atau kombinasi beberapa buah gerbang dapat dinyatakan dalam suatu ungkapan logika yang disebut ungkapan Boole. Teknik ini memanfaatkan aljabar Boole dengan notasi-notasi khusus dan aturan-aturan gerbang logika. yang berlaku untuk elemen-elemen logika termasuk Keluaran XOR 0 1 1 0 XNOR
Aljabar Boole mempunyai notasi sebagai berikut : (a) Fungsi AND dinyatakan dengan sebuah titik (dot,.). Sehingga, sebuah gerbang AND yang mempunyai dua masukan A dan B keluarannya bisa dinyatakan sebagai F = A.B atau F = B.A. Dengan A dan B adalah masukan dari gerbang AND. Untuk gerbang AND tiga-masukan (A,B dan C), maka keluarannya bisa dituliskan sebagai : F = A.B.C Tanda titik sering tidak ditulis, sehingga persamaan di atas bisa ditulis sebagai F =AB (Atau BA) dan G = ABC. (b) Fungsi OR dinyatakan dengan sebuah simbol plus (+). Sehingga gerbang OR dua-masukan dengan masukan A dan B, keluarannya dapat dituliskan sebagai : F = A + B atau F = B + A (c) Fungsi NOT dinyatakan Sehingga, dengan gerbang garis NOT atas dengan (overline) pada A masukannya. F= masukan
mempunyai keluaran yang dapat dituliskan sebagai : (dibaca sebagai not A atau bukan A).A
(d) Fungsi XOR dinyatakan dengan simbol . Untuk gerbang XOR dua-masukan, keluarannya bisa dituliskan sebagai: F =AB Notasi pembalik diingkar untuk NOT digunakan untuk jika fungsi menyajikan keluaran NAND, sembarang dari gerbang Boole fungsi AND dapat
contoh,
ungkapan
dituliskan sebagai :
F= A.B
atau
F = AB
Tabel 8. Notasi Boole Fungsi AND OR NOT EX-OR NAND NOR Notasi Boole A.B A+ B A AB A.B A+B
Lembar Kerja Alat dan Bahan : 1. IC TTL OR, NOR, AND, NAND, NOT......................... . 2. Sumber tegangan DC 5 volt ...................................... . 3. Indikator LED ............................................................ . . 4. Saklar .......................................................................... . . 5. Multimeter .................................................................... . . 6. Kabel penghubung ..................................................... . . 7. Papan penghubung ..................................................... . 1 unit 1 unit 1 buah 1 buah 1 buah secukupnya secukupnya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1. Periksalah terlebih dahulu semua komponen aktif maupun pasif sebelum digunakan ! 2. Bacalah dan pahami petunjuk pratikum pada lembar kegiatan belajar ! 3. Hati-hati dalam penggunaan peralatan pratikum ! Langkah kerja 1. Siapkanlah alat dan bahan yang digunakan ! 2. Periksalah semua alat dan bahan sebelum digunakan dan pastikan senmua alat dan bahan dalam keadaan baik !
3. Buatlah rangkaian seperti di bawah ini ! AA B 1 Rangkaian 1. A B & Rangkaian 3. F A B & Rangkaian 4. Kebenaran F F B 1 Rangkaian 2. F
4. Buatlah masing-masing rangkaian pada Tabel hubungan antara keluaran terhadap perubahan masukan
Lembar Latihan 1. Tentukan ungkapan Boolenya dan Buatlah Tabel kebenaran pada rangkaian dibawah ini: A C F DB
KEGIATAN BELAJAR 3
FLIP-FLOP
Lembar Informasi A. Flip-flop RS Flip-flop 1. Keluaran ini adalah nama lain bagi multivibrator bistabil, yakni multivibrator yang keluarnya adalah suatu tegangan rendah atau tinggi 0 atau tetap rendah atau tinggi, untuk mengubahnya, rangkaian harus didrive oleh suatu masukan yang disebut yang bersangkutan
(trigger). Sampai datangnya pemicu, tegangan keluaran tetap rendah atau tinggi untuk selang waktu yang tak terbatas. Tabel Masukan/Keluaran Tabel adalah RS = 00 Ini berarti tidak diterapkan pemicu. Dalam hal ini keluaran y mempertahankannilai terakhir yang dimilikinya. Tabel 9. FLIP-FLOP RS R 00 10 01 11 S y Nilai terakhir 1 0 Terlarang 9. merupakan bagi keringkasan RS. suatu kemungkinan-kemungkinan masukan yang pertama flip-flop Kondisi
masukan/keluaran
Kondisi masukan yang kedua adalah RS = 01 berarti bahwa suatu pemicu diterapkan pada masukan S. Seperti kita ketahui, hal ini mengeset flipflop dan menghasilkan keluaran y bernilai 1. Kondisi bahwa suatu masukan yang ketiga adalahRS = masukan R. 10 ini menyatakan yang pemicu diterapkan pada Keluaran y
dihasilkan adalah 1.
Kondisi masukan RS = 11 merupakan masukan terlarang. Kondisi ini berarti menerapkan suatu pemicu pada kedua masukan S dan R pada saat yang sama. Hal ini merupakan suatu pertentangan karena mengandung pengertian bahwa kita berupaya untuk memperoleh keluaran y yang secara serentak sama dengan 1 dan sama dengan 0. Flip-flop RS Terpadu Keluaran masukan pada masing-masing gerbang NOR gerbang yang NOR lain. mendrive salah satu Demikian pula, masukan-
masukan S dan R memungkinkan kita mengeset atau mereset keluaran y. Seperti sebelumnya, masukan S yang tinggi mengeset y ke 1; masukan R yang tinggi mereset y ke 0. Jika R dan S kedua-duanya rendah, keluaran tetap tergrendel (latched) atau tertahan pada keadaan terakhirnya. Kondisi pertentangan yakni R dan S kedua-duanya tinggi pada saat yang sama juga masih terlarang. S Y 1
Gambar 4. Flip-flop RS terpadu Berbagai menyempurnakan sebagainya. Konsep Flip-flop RS yang harus diingat adalah sbb: 1. R dan S keduanya rendah berarti keluaran y keadaan terakhirnya secara tak terbatas penggrendelan internal. tetap berada pada adanya aksi akibat rancangan kecepatan tingkat lanjutan dapat impedansi diwujudkan keluaran, untuk dan
perpindahan,
2. Masukan S yang tinggi mengeset keluaran y ke 1, kecuali jika keluaran ini memang telah berada pada keadaan tinggi. Dalam hal ini keluaran tidak berubah, walaupun masukan S kembali ke keadaan rendah. 3. Masukan R yang tinggi mereset keluaran y ke 0, kecuali jika keluaran ini memang telah rendah. Keluaran y selanjutnya tetap pada keadaan rendah, walaupun masukan R kembali ke keadaan rendah. 4. Memberikan R dan S keduanya tinggi pada saat yang sama adalah terlarang karena merupakan pertentangan (Kondisi ini mengakibatkan masalah pacu, yang akan dibahas kemudian). B. Flip-flop D Flip-flop menyimpan RS mempunyai dua bit tinggi, masukan data, S membutuhkan S dan R. Untuk untuk suatu Anda tinggi;
menyimpan bit rendah, Anda membutuhkan R tinggi. Membangkitkan dua buah sinyal untuk mendrive flip-flop merupakan suatu kerugian dalam berbagai penerapan. Demikian pula, kondisi terlarang yakni R dan S keduanya tinggi dapat terjadi secara tidak sengaja. Hal ini telah membawa kita kepada flip-flop D, suatu rangkaian yang hanya membutuhkan sebuah masukan data. Rangkaian Gambar membangun mencegah nilai lonceng. Cara 7-5 D kerja memperlihatkan flip-flop tunda suatu (delay = cara D). sederhana Jenis untuk ini sebuah flip-flop
berikut. Bila lonceng adalah rendah, kedua gerbang AND tertutup; oleh karenanya D dapat berubah nilai tanpa mempengaruhi nilai y. Sebaliknya, bila lonceng adalah tinggi, kedua gerbang AND terbuka. Dalam hal ini, y terdorong untuk menyamai nilai D. Bila lonceng turun kembali, y tak berubah dan menyimpan nilai D yang terakhir.
Terdapat
berbagai
cara
untuk
merancang
flip-flop
D.
Pada
dasarnya, flip-flop D merupakan multivibrator bistabil yang masukan D nya ditransfer ke keluaran setelah diterimanya sebuah pulsa lonceng.
D lonceng
Gambar 5. Rangkaian flip-flop D C. Flip-flop JK Dintara hal lainnya, bab berikutnya menjelaskan kepada Anda cara membangun sebuah pencacah, suatu rangkaian yang mencacah banyaknya pinggiran pulsa positif atau pulsa negatif pulsa lonceng yang mendrive masukan loncengnya. Flip-flop JK merupakan elemen yang ideal untuk digunakan. Rangkaian Gambar sebuah flip-flop 6 memperlihatkan salah JK, J dan K satu cara untuk membangun karena disebut masukan pengendali
menentukan apa yang dilakukan oleh flip-flop pada saat suatu pinggiran pulsa positif tiba. Rangkaian RC mempunyai tetapan waktu yang sangat pendek; hal ini mengubah pulsa lonceng segiempat menjadi impuls sempit. Pada saat J dan K keduanya 0, y tetap pada nilai terakhirnya. Pada saat J rendah dan K tinggi, gerbang atas tertutup, maka tidak terdapat kemungkinan untuk mengeset flip-flop. Pada saat y adalah tinggi, gerbang bawah melewatkan pemicu reset segera setelah pinggiran pulsa lonceng positif berikutnya tiba. Hal ini mendorong y menjadi rendah . Oleh karenanya J = 0 dan K=1 berarti bahwa pinggiran pulsa lonceng positif berikutnya akan mereset flip-flopnya.
Pada saat J tinggi dan K rendah, gerbang bawah tertutup dan pada saat J dan K keduanya tinggi, kita dapat mengeset atau mereset flipflopnya. Tabel 10. FLIP-FLOP JK CLK J 00 0 1 1 K 0 1 0 1 y Keadaan terakhir 0 1 Keadaan terakhir
J lonceng K
yS
Gambar 6. Rangkaian flip-flop JK D. Flip-flop JK Utama/Pembantu (JK Master/Slave Flip-Flops) Gambar 7 memperlihatkan salah satu cara membangun sebuah flipflop JK utama/pembantu (JK master/slave flip-flop), suatu cara lain untuk menghindarkan flip-flop utama pinggiran-negatif. pacu. Oleh Cara kerjanya adalah dan K nya sebagai flip-flop utama betikut. Pertama, pembantu terpicuterpicu-pinggiran-positif karenanya, dan
flip-flop
memberikan tanggapan
Jika J=1 dan K=0, flip-flop utama diset pada saat pinggiran pulsa lonceng positif tiba. Keluaran y yang tinggi dari flip-flop utama mendrive masukan J pada flip-flop pembantu, maka pada saat pinggian pulsa lonceng negatif tiba, flip-flop pembantu diset, menyamai kerja flip- flop utama.
Jika J=0 dan K=1, flip-flop utama direset pada saat pinggiran naik pulsa lonceng tiba. Keluaran y yang tinggi dari flip-flop utama menuju ke masukan K pada flip-flop pembantu. Oleh karenanya, kedatangan pinggiran turun pulsa lonceng mendorong flip-flop pembantu untuk reset. Seklai lagi, flip-flop pembantu menyamai kerja flip-flop utama. Jika masukan J dan K pada flip-flop utama adalah tinggi, maka flipflop ini toggle pada saat pinggiran pulsa lonceng positif tiba sedang flip- flop pembantu toggle pada saat pinggiran pulsa lonceng negatif tiba. Dengan demikian, apapun yang dilakukan oleh flip-flop utama, akan dilakukan pula oleh flip-flop pembantu: jika flip-flop utama diset, flip-flop pembantu diset; jika flip-flop utama direset, flip-flop pembantu direset pula.
JJ FF1
Q QFF2
KK
CLK
Lembar Kerja Alat dan Bahan 1. IC TTL NOR, NAND, NOT .................................. . 2. Sumber tegangan dc 5 volt ................................. . 3. Papan penghubung .............................................. . 4. Kabel penghubung ............................................... . Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1. Periksalah terlebih dahulu semua komponen aktif maupun pasif sebelum digunakan ! 2. Bacalah dan pahami petunjuk pratikum pada lembar kegiatan belajar ! 3. Hati-hati dalam penggunaan peralatan pratikum ! 1 unit 1 unit secukupnya secukupnya
Langkah Kerja 1. Siapkanlah alat dan bahan yang digunakan ! 2. Periksalah semua lat dan bahan sebelum digunaka dan pastikan semua alat dan bahan dam keadaan baik ! 3. Buatlah rangkian seperti di bawah ini S Y 1
4. Amatilah sinyal keluarannya terhadap masukan 5. Setelah selesai lakukanlah percobaan selanjutnya untuk rangkaian JK flip-flop 6. Buatlah rangkaian JK flip-flop dibawah ini :
J l o n c
eng K yS y
8. Jika telah selesai bongkar rangkaian dan kembalikan semua lat serta bahan ke tempat semula !
Lembar Latihan 1. Flip-flop kerjanya ? RS sederhana dapat diubah menjadi flip-flop RS berlonceng (clocked), Gambarkan rangkaiannya dan jelaskan cara
KEGIATAN BELAJAR 4
ARITMATIKA BINER
Lembar Informasi A. Penjumlahan Biner Penjumlahan bilangan biner serupa dengan penjumlahan pada bilangan desimal. Dua bilangan yang akan dijumlahkan disusun secara vertikal dan digit-digit yang mempunyai signifikansi sama ditempatkan pada kolom yang sama. Digit-digit ini kemudian dijumlahkan dan jika dijumlahkan lebih besar dari bilangan basisnya 2 untuk biner), maka ada (10 untuk desimal, dan bilangan yang disimpan. Bilangan yang
disimpan ini kemudian dijumlahkan dengan digit di sebelah kirinya, dan seterusnya. Dalam penjumlahan bilangan biner, penyimpanan akan terjadi jika jumlah dari dua digit yang dijumlahkan adalah 2. Berikut adalah aturan dasar untuk penjumlahan bilangan biner. 0+0=0 0+1=1 1+0=1 1 + 1 = 0, simpan 1 Tabel 11. menunjukkan perbandingan antara penjumlahan pada sistem bilangan desimal dan sistem bilangan biner, yaitu 82310 + 23810 dan 110012 + 110112. Tabel 11. Penjumlahan a. Penjumlahan desimal 10 (1000)
3 2 1 0
pada sistem
10 (100) 8 2 0
10 (10) 2 3 1 6 1
10 (1) 3 8
Simpan Jumlah
1 1
0 3
22 (4) 0 0 1 1
2 1(2) 10 1 1 0
Simpan Jumlah
1 1
2 (16) 1 1 1 1
(8) 1 1 0
1 0
Marilah kita perhatikan penjumlahan biner dengan lebih seksama. Kolom satuan : 1 + 1 = 0, simpan 1 Kolom 2an Kolom 4an Kolom 8an Kolom 16an Kolom 32an : 0 + 1 = yang disimpan = 0, simpan 1 : 0 + 0 yang disimpan = 1 : 1 + 1 = 0, simpan 1 : 1 + 1 yang disimpan = 1, simpan 1 : yang disimpan 1 = 1
Jika lebih dari dua buah digit biner dijumlahkan, ada kemungkinan yang disimpan lebih besar dari 1. Sebagai contoh, 1 + 1 = 0, simpan 1 1 + 1 + 1 = 1, simpan 1 Contoh berikut menunjukkan penjumlahan dengan penyimpanan lebih besar dari 1. 1 + 1 + 1 + 1 = (1 + 1) + (1 + 1) = (0, simpan 1) + (0, simpan 1) = 0, simpan 2; 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 1 + (1 + 1) + (1 + 1) = 1, simpan 2 0 + yang disimpan 2 = 1, simpan 1 1 + yang disimpan 2 = 0, simpan 2, dan seterusnya. B. Pengurangan Biner Pada bagian ini hanya akan ditinjau pengurangan bilangan biner yang memberikan hasil positif. Dalam hal ini, metode yang digunakan adalah sama dengan metode yang digunakan untuk pengurangan pada bilangan
desimal. Dalam pengurangan bilangan biner jika perlu dipinjam 1 dari kolom di sebelah kirinya, yaitu kolom yang mempunyai derajat lebih tinggi. Aturan umum untuk pengurangan pada bilanagan biner adalah sebagai berikut : 00=0 10=1 11=0 0 1 = 1, pinjam 1 Contoh : Kurangilah 11112 dengan 01012 Penyelesaian Susunlah dua bilangan di atas ke dalam kolom sebagai berikut : 2 (8) 1 0 1
3
Hasil
2 (4) 1 1 0
2 (2) 1 0 1
2 (1) 1 1 0
Secara lebih rinci, dimulai dari LSB (20 = 1) Kolom 2 Kolom 2 Kolom 2 Kolom 2
0 1 2 3
Sehingga, 11112 01012 = 10102 Contoh Kurangilah 11002 dengan 10102 Penyelesaian 2 (8) Pinjam 1 1 1 0
3
2 (4)
2 (2) 2 (2 ) 0 1
2 (1) 0
Hasil
00 =0 01=1
2
Dalam kasus ini kita harus meminjam 1 dari bit pada kolom 2 . Karena datang dari kolom 22, maka nilainya 2 kali nilai pada kolom 21. Sehingga,
2 1 2
1 (bernilai 2 ) 1 (bernilai 2 ) = 1 (bernilai 1). Bila meminjam 1 dari kolom di sebelah kiri maka berlaku aturan umum 1 1 = 1. Kolom 2 Nilai
2
00=0
1 dari kolom 2 diubah menjadi nol karena sudah dipinjam seperti Kolom 2
3
yang ditunjukkan dengan anak panah. 11=0 Sehingga, 11002 10102 = 00102 C. Bilangan Biner Bertanda Sejauh ini kita hanya melihat bilangan biner positif atau bilangan biner tak bertanda. Sebagai contoh bilangan biner 8-bit dapat mempunyai nilai antara 0000 00002 = 0010 dan 1111 11112 = 25510 yang semuanya bermilai positif, tanda - diletakkan di sebelah kiri bilangan desimal, misalnya 2510. Dalam sistem bilangan biner, tanda bilangan (yaitu negatif) juga disandikan dengan cara tertentu yang mudah dikenal dengan sistem digital. Untuk menyatakan bilangan negatif pada bilangan biner, bit yang dikenal dengan sebelah bilangan kiri MSB. Bilangan dan bit tanda bilangan (sign bit) ditambah di biner jika yang ditulis ditulis 1, dengan cara bilangan tersebut di atas adalah
menunjukkan tanda dan besarnya bilangan. Jika bit tanda ditulis 0, maka tersebut positif, bilangan negatif. Pada bilangan biner bertanda yang terdiri dari 8-bit, bit yang paling kiri menunjukkkan besarnya. Perhatikan contoh berikut :
No
Bit Bit
7 26 tanda
6 25 (64)
5 24 932)
4 23 (16)
3 22 (8)
2 21 (4)
1 20 (2)
0 1
Maka,
1101 0101 = -(64+16+4+2) = - 8510 1001 0001 = -(16 + 1) = -1910 0111 1111 = +(64+32+16+8+4+2+1)= +12710 1111 1111 = -(64+32+16+8+4+2+1)= - 12710 1000 0000 = -0 = 0 0000 0000 = +0 = 0 Dari contoh diatas dapat dilihat, bahwa hanya karena tujuh bit menunjukkan besarnya , maka bilangan terkecil dan terbesar ditunjukan bilangan biner bertanda yang terdiri dari 8-bit adalah : [1]111 11112 = - 12710 dan [0]111 11112 = + 12710 dengan bit dalam kurung menunjukkan bit tanda bilangan. Secara umum, bilangan biner tak bertanda yang terdiri dari n-bit mempunyai nilai maksimum M = 2
n
yang yang
bertanda yang terdiri dari n-bit mempunyai nilai maksimum M = 2 Sehingga, untuk register 8-bit di dalam
1.
sistem bilangan bertanda, nilai terbesar yang bisa disimpan dalam register tersebut adalah : M =2
(n-1) (8-1) 7
1 1
=2
D. Perkalian Perkalian pada bilangan biner mempunyai aturan sebagai berikut : 0x0= 0 1x0= 0 0x1= 0
1x1= 1 Perkalian bilangan biner dapat dilakukan seperti perkalian bilangan desimal. Sebagai contoh, untuk mengalikan 11102 = 1410 dengan 11012 = 1310 langkah-langkah yang harus ditempuh adalah : Biner 1 1 1 0 1 1 0 1 ---------------------------1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 ---------------------------------- + 1 0 1 1 0 1 1 0 Desimal 1 4 1 3 ---------4 2 1 4
-------------- + 1 8 2
Perkalian juga bisa dilakukan dengan menambah bilangan yang dikalikan ke bilangan itu sendiri sebanyak bilangan pengali. Contoh di atas, hasil yang sama akan diperoleh dengan menambahkan 1112 ke bilangan itu senidiri sebanyak 11012 atau tiga belas kali. E. Pembagian Pembagian pada sistem bilangan biner dapat dilakukan sama seperti contoh pembagian pada sistem bilangan desimal. Sebagai contoh, untuk membagi 110011 (disebut bilangan yang dibagi) dengan 1001 (disebut pembagi), langkah-langkah berikut perlu dilakukan.
Hasil Pembagi 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1
1 0 0 1 1
0 0 1 1 0
1 1
-----------------1 0 1 1
-----------------
Sisa
10
Sehingga hasilnya adalah 1012, dan sisa pembagian adalah 1102. Pembagian bisa juga dilakukan berulang jumlahnya kali bilangan dengan pembagi bilangan sama dengan cara menjumlahkan secara bilangan dibagi itu atau sendiri sampai sisa yang setelah
dengan
Lembar Latihan 1. Kurangilah 11112 dengan 01012 ! 2. Bagilah 1100112 dengan 10012 ! 3. Kalikanlah 11102 dengan 11012 !
LEMBAR EVALUASI A. Pertanyaan 1. Lakukanlah penjumlahan bilangan biner berikut: a. 101 + 110 b. 111 + 110 c. 1010 +1101 d. 1011 +1010 2. Lakukanlah pengurangan bilangan biner berikut: a. 11011 - 01101
4. Jelaskan monostabil.
B. Kriteria Kelulusan No 1 2 3 4 Kriteria Aspek Kognitif Kebenaran rangkaian Langkah kerja dan kecepatan kerja Perolehan dan analisis data, interpretasi data Keselamatan Kerja Nilai Akhir 1 Skor (1-10) Bobot 3 2 1 Syarat lulus Nilai minimal 70 Nilai Ket.
DAFTAR PUSTAKA Ibrahim, KF, Teknik Digital, Andi Offset, Yogyakarta, 1996
penerapan
digital,Penerbit
Erlangga,
Mowle,J,Frederic A systematic Approach to Digital Logic Design, Addison , Wesley,1976 Uffenbeck, John, Microcomputer and Microproseso r, Prentice Hall Inte rnational, Inc, 1985 Second edition,