Kelengkeng
Kelengkeng
Kelengkeng
Tanaman lengkeng (Dimocarpus longan Lour.) dalam sistem klasiIikasi tanaman termasuk
keluarga Sapindaceae, dan termasuk satu suku (Nepheliaea) dengan tanaman lecee dan
rambutan (Lampiran 1). Asal mula lengkeng adalah daerah subtropik tetapi jenis tanaman ini
ternyata dapat tumbuh baik di daerah panas (tropik). Di Indonesia, buah lengkeng umumnya
digunakan sebagai buah meja walaupun buah ini juga bisa dijumpai dalam kemasan kaleng
maupun sebagai buah yang dikeringkan. Banyak yang belum mengetahui bahwa buah
lengkeng yang dalam bahasa mandarin dikenal sebagai 'ong ya guo` atau 'long yan` yang
berarti mata naga mempunyai banyak manIaat untuk kesehatan dan dunia kecantikan, Bagi
kesehatan, khasiat daging buah lengkeng telah ditulis dalam beberapa artikel antara lain
bermanIaat untuk meningkatkan vitalitas, pengobatan penyakit insomnia, cemas, depresi,
mudah marah dan berkeringat, kurang naIsu makan, limpa lemah, badan lemah setelah sakit,
pusing, diare, batuk dan asma, penglihatan kabur, dan menghaluskan kulit. Selain buahnya,
daun lengkeng mengandung quercetin, sebagai antioksidan dan antiviral serta digunakan
untuk mengobati penyakit alergi, kanker, diabetes dan kardiovaskuler. Bubuk biji lengkeng
mengandung busa dan dapat digunakan sebagai sampo. Di Cina dan Vietnam, buah lengkeng
juga digunakan sebagai penangkal racun.
Pada mulanya daerah penghasil lengkeng di Indonesia adalah dataran tinggi di Jawa Tangah
dan Jawa Timur, tetapi pada akhir-akhir ini beberapa pekebun/petani telah berhasil
mengembangkan lengkeng di dataran rendah seperti di daerah Selarong (DIY) yang dikenal
dengan varietas Selarong, di Singkawang dan Pontianak (Kalbar), dan Demak dan Semarang
(Jateng) mengembangkan beberapan varietas introduksi antara lain Diamond River, Pingpong
dan Itoh. Ketiga varietas terakhir mendapatkan perhatian yang lebih besar karena memiliki
kelebihan dibandingkan dengan jenis lengkeng yang sudah ada, antara lain umur lebih genjah
dan rajin berproduksi, ukuran buah lebih besar, daging buah lebih tebal, rasa lebih manis, dan
pemeliharaan relatiI lebih mudah. Adaptasi yang baik dari varietas lengkeng yang konon
bibitnya didatangkan dari Vietnam (Ping Pong, Diamond River), Malaysia (Itoh) dan
Thailand (Bie Kiew, Ido, dan Sichompu) merupakan salah satu indikasi bahwa lengkeng
memiliki potensi besar untuk dikembangkan di dataran rendah Indonesia. Selain memiliki
sumberdaya alam yang sesuai, Iakta bahwa jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar
merupakan potensi pasar yang harus diperhitungkan. Pertambahan jumlah penduduk yang
diikuti oleh peningkatan kesejahteraan dan kesadaran masyarakat terhadap gizi akan
mengarah pada peningkatan permintaan masyarakat terhadap buah-buahan. Berdasarkan data
yang ada, impor buah lengkeng pada tahun 2002 sekurang-kurangnya 20.000 ton dan pada
tahun 2003 meningkat hampir mencapai 350 ton atau setara dengan US $ 386.000.
Seperti halnya tanaman buah tahunan lainnya, pengembangan lengkeng perlu direncanakan
secara matang karena uasahatani lengkeng membutuhkan modal besar (lahan luas, bibit,
saprodi dan tenaga kerja relatiI lebih mahal, dan lain-lain) dan hasilnya akan dinikmati dalam
jangka panjang. Salah satu Iaktor penting yang harus dipertimbangkan dalam menyusun
rencana pengembangan lengkeng adalah pemilihan lahan tanam, karena hasil optimal dan
pengelolaan kebun yang eIisien hanya didapatkan di kebun-kebun yang memiliki
karakteristik lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Berdasarkan kenyataan
bahwa pertumbuhan dan hasil lengkeng secara alami sangat dipengaruhi oleh Iaktor
lingkungan dan lengkeng dataran rendah merupakan teknologi baru di Indonesia yang belum
banyak inIormasinya, maka pada makalah ini disajikan secara ringkas hasil-hasil penelitian
Karakterisasi Lahan Tanaman Lengkeng Dataran Rendah Di Indonesia yang dilakukan oleh
BALITJESTRO. Tulisan ini diharapkan dapat berguna sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam menyusun rencana pengembangan lengkeng dataran rendah dan atau
sebagai salah satu reIerensi bagi peminat yang akan mengusahakan atau mendalami tanaman
lengkeng.
Persyaratan Tumbuh
Lengkeng merupakan jenis tanaman yang pembungaannya di ujung ranting, dan bersiIat
-iennial -earing yang artinya hasil tinggi dalam satu musim akan diikuti oleh hasil rendah
pada musim berikutnya. Secara alami, pembungaan dan pembuahan lengkeng banyak
dipengaruhi oleh Iaktor lingkungan yaitu iklim dan tanah. Dalam menentukan lokasi
pengembangan, Iaktor iklim yang penting adalah suhu dan curah hujan, sedangkan Iaktor
tanah yang diutamakan adalah kondisi Iisik tanah (kedalaman eIektiI, tekstur, draenase, dan
batuan permukaan) karena kondisi Iisik tanah sulit untuk diperbaiki dan untuk
memperbaikinya dibutuhkan biaya jauh lebih mahal dibandingkan dengan memperbaiki
kesuburan kimia tanah. Oleh karena itu iklim dan kondisi Iisik tanah merupakan komponen
utama yang digunakan untuk menilai kriteria kesesuaian lahan tanaman lengkeng.
Suhu dan Curah Hufan.
Meskipun berasal dari daerah subtropik, tanaman lengkeng dapat tumbuh dan berbunga baik
di daerah tropik asalkan terdapat perubahan musim yang tegas (menyolok). Tanaman
lengkeng banyak ditemukan di daerah yang memiliki suhu sekitar 15 30
o
C. Pertumbuhan
dan hasil yang baik biasanya didapatkan di daerah yang memiliki musim dingin pendek (suhu
15 22
o
C selama 3 bulan), dan musim kemarau panjang yang panas, lembab dan basah.
Setelah periode panen dan tanaman melewati periode pertumbuhan daun maksimal, kondisi
suhu udara 25
o
C dan ketersediaan air yang rendah merupakan kondisi ideal untuk periode
istirahat tanaman yang akan memicu induksi pembungaan. Pada masa induksi pembungaan
dibutuhkan suhu rendah ( 22
o
C) sekitar 2 bulan, jika suhu udara ~ 22
o
C dapat menyebabkan
kegagalan pembungaan. Berdasarkan hasil survei lapangan dan pengumpulan data dari para
pelopor lengkeng dataran rendah di Indonesia, tanaman lengkeng varietas Itoh, Ping Pong
dan Diamond River dapat tumbuh di ketinggian hingga 700 meter diatas permukaan laut (m
dpl.), tetapi yang paling baik (sesuai) adalah di dataran rendah hingga ketinggian kurang dari
500 m dpl. Di tempat yang lebih tinggi biasanya tanaman lebih lambat menghasilkan bunga
sehingga pengembalian modal menjadi lebih lama..
Tanaman lengkeng dapat dikembangkan di daerah yang memiliki curah hujan tahunan antara
1.000 3.000 mm dengan jumlah bulan kering ( 60 mm) sebanyak 3 6 bulan. Salah satu
contoh adalah sentra lengkeng di dataran rendah Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang,
Jawa Timur, selama sepuluh tahun memiliki curah hujan tahunan rata-rata 2.250 mm dengan
bulan kering 5 bulan berturut-turut mulai Juli sampai dengan Oktober.
Secara umum Iase pertumbuhan tanaman lengkeng dibagi menjadi lima Iase, yaitu panen,
pertumbuhan daun, istirahat, induksi pembungaan, dan pembungaan. Faese-Iase tersebut
berhubungan dengan kondisi iklim dan lingkungan setempat setempat, meliputi suhu,
ketersediaan air dan nutrisi (Gambar 2). Kebutuhan air paling besar adalah pada periode
induksi pembungaan hingga akhir periode pertumbuhan daun, sebaliknya pada periode
istirahat pemberian air dan pupuk N perlu dikurangi.
Kondisi Tanah.
Lengkeng merupakan jenis tanaman pohon yang dapat tumbuh hingga mencapai tinggi
sekitar 10 m dan lebar tajuk sekitar 15 m, memiliki percabangan yang banyak dan daun yang
rimbun. Agar agar tidak mudah roboh dan untuk memenuhi kebutuhan makanannya,
tanaman ini didukung oleh sistem perakaran yang baik, yaitu memiliki akar tunggang yang
dalam dan akar kesamping yang luas. Oleh karena itu tanaman lengkeng yang masih bertahan
hingga tua umumnya dijumpai pada tanah-tanah yang memiliki kedalaman eIektiI cukup
dalam. Tanah-tanah dangkal yang memiliki kedalaman eIektiI kurang dari 30 cm mungkin
tidak mengganggu pertumbuhan awal tanaman, tetapi dalam jangka panjang hal tersebut akan
mempengaruhi pertumbuhan maupun hasil buah.
Sentra lengkeng di Indonesia umumnya memiliki kesuburan tanah yang bervariasi (Lampiran
Tabel 1), memiliki daya adaptasi yang baik pada berbagai tekstur tanah, kecuali tekstur liat
(clay) berat dan pasir. Tanah-tanah berat yang kandungan partikel liatnya tinggi memiliki
konsistensi sangat teguh, dan draenasenya terhambat sampai sangat terhambat dapat
menyebabkan gangguan perakaran, yaitu perkembangan akar terhambat atau serangan
penyakit busuk akar. Tanah-tanah pasir yang konsistensinya sangat lepas, dan draenasenya
cepat menyebabkan tanaman mengalami gangguan pertumbuhan dan pembungaan berkaitan
dengan kekurangan air dan kesuburan kimia tanah yang rendah. Penanaman lengkeng di
daerah ini membutuhkan masukan teknologi yang sangat mahal sehingga dianggap tidak
sesuai.
Tabel 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Lengkeng Dataran Rendah
SIMBOL
KUALITAS DAN
KARAKTERISTIK
LAHAN
KELAS KESESUAIAN LAHAN
S CS N
t ELEVASI
- Ketinggian tempat (m
dpl.)
500 500 700 ~700
w IKLIM
- Curah Hujan 1.500 2.500 1.000 1.500 ~3.000
2.500 3.000 1.000
r KONDISI MEDIA PERAKARAN
- Kedalaman EIektiI (cm) ~ 75 30 75 30
- Tekstur Tanah Lainnya Lainnya Liat berat, pasir,
- Konsisitensi tanah
Sangat gembur
gembur
Teguh
Sangat teguh, lepas
(pasir)
- Kelas Drainase Tanah Baik
Agak terhambat
agak cepat
Cepat, terhambat,
sangat terhambat
s MEDAN (TERAIN)
- Lereng ()
- (RelieI ( datar)
- Batuan Permukaan () 30 30 50 ~50
Keterangan :
S : Sesuai
CS : Sesuai bersyarat
N : Tidak sesuai
Lengkeng
uphoria longana (Lour.) Steud. Nama umum
Indonesia: Lengkeng, kelengkeng
Inggris: Longan, Cat\'s eyes
Melayu: Lengkeng
KlasiIikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Sapindales
Famili: Sapindaceae
Genus: Euphoria
Spesies: uphoria longana (Lour.) Steud.