Skripsi Triana Rachmaningsih
Skripsi Triana Rachmaningsih
Skripsi Triana Rachmaningsih
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1.1. PDRB per Kapita menurut Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2001-2008 5
2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................ 23
3.1. Kurva U Terbalik Kuznets ................................................................... 32
5.1. Tipologi Klassen Jawa Tahun 2001-2008 ............................................ 52
5.2. Tipologi Klassen Jawa Tanpa DKI Jakarta Tahun 2001-2008 ............ 53
5.3. Kurva Kuznets Jawa dengan Indeks Williamson Tahun 2001-2008 ... 60
5.4. Kurva Kuznets Jawa dengan Indeks Theil Tahun 2001-2008 ....................... 61
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Pulau Jawa Tahun
2001-2008 ............................................................................................. 69
2. Jumlah Penduduk Pulau Jawa Tahun 2001-2008 ................................. 73
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada hakekatnya pembangunan ekonomi harus mencerminkan perubahan
total suatu masyarakat secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman
kebutuhan individu maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya
untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik. Oleh
karena itu dalam pelaksanaan pembangunan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi
menjadi sasaran utama. Syarat utama bagi pembangunan ekonomi adalah bahwa
proses pertumbuhannya harus bertumpu pada kemampuan perekonomian dalam
negeri. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama suatu periode tertentu tidak
terlepas dari perkembangan masing-masing sektor atau subsektor yang ikut
membentuk nilai tambah perekonomian suatu daerah.
Salah satu yang mempengaruhi pola pembangunan ekonomi di Indonesia
adalah karakteristik wilayahnya. Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri
dari 17.508 pulau, 33 provinsi, 497 kabupaten/kota, 6.651 kecamatan, dan 77.126
desa adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari oleh Indonesia, sehingga tidak
mengherankan jika pembangunan ekonomi di Indonesia tidak seragam. Beberapa
daerah mencapai pertumbuhan yang cepat, sementara beberapa daerah mengalami
pertumbuhan yang lambat. Selanjutnya, perbedaan kemampuan untuk tumbuh ini
akan mengakibatkan terjadinya ketimpangan pendapatan antardaerah.
2
Investasi (I) terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk penggunaan masa
depan.
Pembelian pemerintah (G) adalah barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah
pusat, negara bagian, dan daerah. Kelompok ini meliputi peralatan militer,
jalan layang, dan jasa yang diberikan pegawai pemerintah.
Ekspor neto (NX) memperhitungkan perdagangan dengan negara lain. Ekspor
neto adalah nilai barang dan jasa yang diekspor ke negara lain dikurangi nilai
barang dan jasa yang diimpor dari negara lain.
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) menunjukkan pendapatan
yang dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah serta menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun.
PDRB ADHB ini digunakan untuk melihat struktur ekonomi pada suatu tahun.
Perkembangan PDRB ADHB dari tahun ke tahun menggambarkan perkembangan
yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi barang dan jasa
yang dihasilkan dan perubahan dalam tingkat harganya. Oleh karenanya untuk
dapat mengukur perubahan volume produksi atau perkembangan produktivitas
secara nyata, faktor pengaruh atas perubahan harga perlu dihilangkan dengan cara
menghitung PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).
Penghitungan atas dasar harga konstan ini berguna antara lain dalam
perencanaan ekonomi, proyeksi dan untuk menilai pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan maupun sektoral. PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga
konstan apabila dikaitkan dengan data mengenai tenaga kerja dan barang modal
11
yang dipakai dalam proses produksi, dapat memberikan gambaran tentang tingkat
produktivitas dan kapasitas produksi dari masing-masing lapangan usaha tersebut.
PDRB per kapita merupakan gambaran nilai tambah yang bisa
diciptakan oleh masing-masing penduduk akibat dari adanya aktivitas produksi.
Nilai PDRB per kapita didapatkan dari hasil bagi antara total PDRB dengan
jumlah penduduk pertengahan tahun. PDRB per kapita sering digunakan untuk
mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah. Apabila data tersebut
disajikan secara berkala akan menunjukkan adanya perubahan kemakmuran.
Menurut Jhingan (2010), kenaikan pendapatan per kapita dapat tidak
menaikkan standar hidup riil masyarakat apabila pendapatan per kapita meningkat
akan tetapi konsumsi per kapita turun. Hal ini disebabkan kenaikan pendapatan
tersebut hanya dinikmati oleh beberapa orang kaya dan tidak oleh banyak orang
miskin. Di samping itu, rakyat mungkin meningkatkan tingkat tabungan mereka
atau bahkan pemerintah sendiri menghabiskan pendapatan yang meningkat itu
untuk keperluan militer atau keperluan lain.
2.1.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu ukuran kuantitatif yang
menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu
apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Sukirno, 2007). Perkembangan
tersebut dinyatakan dalam bentuk persentase perubahan PDRB pada suatu tahun
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
12
wilayah, investasi, dan pola pertumbuhan di Jawa dan Luar Jawa. Hasil penelitian
menyebutkan bahwa proporsi penduduk miskin, pendapatan per kapita, dan
tingkat keterbukaan ekonomi di Jawa lebih tinggi dibanding luar Jawa. Struktur
ekonomi luar Jawa didominasi oleh sektor primer, sedangkan di Jawa sektor
sekunder dan tersier yang lebih menonjol. Di bidang investasi, sebelum krisis
tahun 1998, luar Jawa lebih diminati oleh PMDN, sedangkan Jawa lebih diminati
oleh PMA.
Bhinadi (2002) melakukan penelitian yang berjudul Disparitas
Pertumbuhan Ekonomi Jawa dengan Luar Jawa. Analisis yang digunakan adalah
analisis regresi data panel. Dengan PDRB migas riil, didapatkan bahwa nilai
efisiensi atau produktifitas faktor total Jawa lebih rendah daripada luar Jawa.
Sedangkan dengan PDRB non migas riil, didapatkan bahwa nilai efisiensi atau
produktifitas faktor total Jawa lebih tinggi daripada luar Jawa.
Sutarno dan Kuncoro (2003) melakukan penelitan dengan mengambil
judul Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan antar Kecamatan: Kasus
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan Tipologi
Daerah, Indeks Williamson, Indeks Entropy Theil, hipotesis Kuznets dan korelasi
pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam periode pengamatan 1993-
2000, terjadi kecenderungan peningkatan ketimpangan, baik di analisis dengan
Indeks Williamson maupun dengan Indeks Entropy Theil. Berdasarkan tipologi
daerah, daerah/kecamatan di Kabupaten Banyumas dapat diklasifikasikan menjadi
empat kelompok daerah yang cepat maju dan cepat tumbuh, daerah maju tapi
tertekan, daerah yang berkembang cepat, dan daerah yang relatif tertinggal. Dalam
17
ekonomi dan PDRB per kapita. Dalam penelitian ini juga akan dianalisis
hubungan antara indeks ketimpangan dengan PDRB per kapita apakah sesuai
dengan teori kurva U terbalik Kuznets atau tidak. Data yang digunakan antara
lain data PDRB, jumlah penduduk, dan data pendukung lainnya.
2.2. Kerangka Pemikiran
Salah satu penyebab ketimpangan antardaerah adalah adanya perbedaan
potensi dan sumber daya dari masing-masing daerah. Beberapa studi mengatakan
bahwa terpusatnya pembangunan nasional di Jawa, khususnya di DKI Jakarta
sebagai ibukota negara, juga menjadi penyebab terjadinya ketimpangan di Jawa.
Adanya kepercayaan penuh terhadap mekanisme trickle down effect dimana
diharapkan pertumbuhan ekonomi menetes dengan sendiri ternyata berjalan
lambat. Akibatnya pembangunan ekonomi hanya terpusat di suatu daerah yang
kuat potensinya. Oleh karena itu, penelitian ini ingin menganalisis seberapa besar
ketimpangan pembangunan antardaerah di Jawa itu terjadi.
Penelitian ini menggunakan Indeks Williamson dan Indeks Theil untuk
mengukur ketimpangan antarprovinsi maupun antarkabupaten/kota di Jawa.
Sebagai pendukung, penelitian ini juga menggunakan kriteria bank dunia untuk
menganalisis ketimpangan pendapatan masyarakat. Selanjutnya, dari hasil
perhitungan ketimpangan, akan dianalisis trend ketimpangan yang terjadi di Pulau
Jawa. Tipologi klassen digunakan untuk memberikan gambaran klasifikasi daerah
di Jawa berdasarkan laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita. Dalam
penelitian ini juga akan dianalisis hubungan antara PDRB per kapita dengan
23
analisisnya adalah kegiatan menyimpulkan data mentah dalam jumlah yang besar
sehingga hasilnya dapat ditafsirkan. Pengelompokkan atau pemisahan komponen
atau bagian yang relevan dari keseluruhan data, juga merupakan salah satu bentuk
analisis untuk menjadikan data mudah dikelola.
Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk memberikan suatu
gambaran secara umum mengenai kondisi dari Pulau Jawa dilihat dari kondisi
geografis, penduduk, ekonomi, maupun sosial. Variabel-variabel pembangunan
ekonomi yang ingin dijelaskan dalam penelitian ini adalah mengenai tingkat
pertumbuhan ekonomi.
Laju pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat diukur dengan
menggunakan laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).
Berikut ini adalah rumus untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi
(Sukirno, 2007):
G =
PDRB
1
-PDRB
0
PDRB
0
1uu% (3.1)
dimana:
G = Laju pertumbuhan ekonomi
PDRB
1
= PDRB pada suatu tahun
PDRB
0
= PDRB pada tahun sebelumnya
PDRB juga dapat digunakan dalam melihat struktur ekonomi dari suatu
wilayah. Struktur ekonomi digunakan untuk menunjukkan peran sektor-sektor
ekonomi dalam suatu perekonomian. Sektor yang dominan mempunyai
kedudukan paling atas dalam struktur tersebut dan akan menjadi ciri khas dari
suatu perekonomian. Struktur ekonomi merupakan rasio antara PDRB suatu
26
sektor ekonomi pada suatu tahun dengan total PDRB tahun yang sama. Struktur
ekonomi dinyatakan dalam persentase. Penghitungan struktur ekonomi adalah
sebagai berikut:
Struktur Ekonomi =
PDRB sektor i
t
Total PDRB
t
1uu% (3.2)
3.2.2. Analisis Ketimpangan
Sebagian masyarakat berpendapat bahwa suatu daerah memiliki
ketimpangan yang tinggi jika terdapat banyak orang miskin. Akan tetapi, ada juga
masyarakat yang berpendapat bahwa suatu daerah mengalami ketimpangan yang
tinggi jika ada sekelompok orang kaya di tengah-tengah masyarakat yang
umumnya masih miskin. Pendapat masyarakat tersebut lebih cenderung mengarah
ke distribusi pendapatan yang melihat ketimpangan antarkelompok masyarakat.
Sedangkan untuk ketimpangan pembangunan antardaerah lebih melihat ke
perbedaan antardaerah. Berikut ini adalah beberapa ukuran ketimpangan yang
digunakan dalam penelitian ini:
1) Indeks Williamson
Indeks Williamson merupakan koefisien variasi tertimbang yang dibuat
oleh Williamson pada tahun 1965. Indeks Williamson sangat sensitif untuk
mengukur perbedaan daerah dan mencermati trend kesenjangan yang terjadi.
Formula Indeks Williamson dapat ditulis sebagai berikut (Williamson dalam
Akita and Kataoka, 2003):
27
I =
1
y
_(y
i
n
i=1
-y)
2
P
i
P
y
y
antardaerah (between inequality) dan kesenjangan dalam suatu daerah (within
(3.3)
dimana:
V = Indeks Williamson
= PDRB per kapita di provinsi i
= PDRB per kapita rata-rata Jawa
P
i
= Jumlah penduduk provinsi i
P = Jumlah penduduk Jawa
Apabila angka indeks ketimpangan Williamson semakin mendekati nol,
maka menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil dan bila angka indeks
menunjukkan semakin jauh dari nol maka menunjukkan ketimpangan yang makin
melebar. Matolla dalam Puspandika (2007) menetapkan sebuah kriteria yang
digunakan untuk menentukan apakah ketimpangan ada pada ketimpangan taraf
rendah, sedang, atau tinggi. Berikut ini adalah kriterianya:
a. Ketimpangan taraf rendah, jika IW < 0,35
b. Ketimpangan taraf sedang, jika 0,35 IW 0,5
c. Ketimpangan taraf tinggi, jika IW > 0,5
2) Indeks Theil
Indeks theil merupakan indeks yang banyak digunakan dalam
menghitung dan menganalisis distribusi pendapatan regional. Karakter utama
indeks ini adalah kemampuannya untuk melihat terjadinya kesenjangan
28
inequality) itu sendiri. Nilainya berkisar antara nol sampai dengan tak berhingga,
di mana nol menyatakan bahwa distribusi PDRB merata sempurna
antarkabupaten/kota, sedangkan apabila menjauhi nol artinya distribusi PDRB
tidak merata antarkabupaten/kota di suatu wilayah.
Indeks ini mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:
a. Sifatn terpengaruh oleh nilai-
erhadap jumlah daerah sehingga dapat digunakan sebagai
pok dan
a yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
]
_ ln_
_ = I
w
+I
B
(3.4)
I
w
= _
_ I
(3.5)
I
= _
_ ln
]
_
(3.6)
I
B
= _
_ ln _
(3.7)
dimana:
29
T = Indeks Theil
T
w
= Ketimpangan dalam provinsi
i
bupaten provinsi i
Y
provinsi i
3) riteria Bank Dunia
erataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi
pendapatan nasional yang
duk berpendapatan terendah
T
B
= Ketimpangan antarprovinsi
Y
ij
= PDRB kabupaten j, provinsi
Y = Total PDRB Jawa (
]
)
]
= PDRB per kapita ka j,
= PDRB per kapita Jawa
i
= PDRB provinsi i
4) Daerah relatif tertinggal (low growth dan low income), adalah daerah yang
memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita yang lebih
rendah dibandingkan dengan rata-rata provinsi di Jawa.
Tabel 3.2. Klasifikasi menurut Tipologi Klassen
]
<
]
]
>
]
R
]
> R
]
Kuadran III
Daerah berkembang cepat
Kuadran I
Daerah cepat maju dan cepat tumbuh
R
]
< R
]
Kuadran IV
Daerah relatif tertinggal
Kuadran II
Daerah maju tetapi tertekan
Sumber: Prasetyo, 2008
Keterangan:
R
ij
adalah laju pertumbuhan PDRB ADHK tiap provinsi di Jawa.
R
]
panjang. Dalam jangka pendek ada korelasi positif antara pertumbuhan
adalah rata-rata laju pertumbuhan PDRB ADHK Jawa.
Y
ij
adalah PDRB per kapita tiap provinsi di Jawa.
adalah rata-rata PDRB per kapita Jawa.
3.2.4. Teori Kurva U Terbalik Kuznets
Teori pertumbuhan ekonomi Kuznets mengemukakan bahwa pada tahap-
tahap awal pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan memburuk atau
ketimpangan membesar, namun pada tahap-tahap berikutnya ketimpangan
menurun (Todaro dan Smith, 2006). Konsep inilah yang secara luas dikenal
dengan konsep kurva U terbalik seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Perlu
ditekankan bahwa sumbangan Kuznets ini berlaku untuk pola perubahan jangka
32
dengan rata-rata PDRB sebesar 290,74 trilyun rupiah atau dengan kontribusi rata-
rata sebesar 29,09%. Sedangkan penyumbang terkecil bagi pembentukan PDRB
Jawa adalah Provinsi DI Yogyakarta dengan rata-rata PDRB sebesar 16,52 trilyun
rupiah atau dengan rata-rata kontribusi sebesar 1,66%.
Jika dilihat dari tingkat PDRB kabupaten/kota di Jawa pada Lampiran 1,
kabupaten/kota yang memiliki PDRB tertinggi adalah Kota Jakarta Pusat. Rata-
rata kontribusi PDRB Kota Jakarta Pusat terhadap pembentukan PDRB Provinsi
DKI Jakarta adalah sebesar 25,87%. Hal ini disebabkan karena Kota Jakarta Pusat
adalah jantung perekonomian Indonesia. Setelah Kota Jakarta Pusat,
kabupaten/kota yang memiliki PDRB tertinggi di Pulau Jawa adalah Kota
Surabaya yaitu dengan rata-rata sebesar 59,07 trilyun rupiah. Hal ini sesuai
dengan sebutan Kota Surabaya sebagai kota terbesar kedua setelah Jakarta.
Sedangkan kabupaten/kota yang mempunyai PDRB terendah adalah Kota Blitar
yaitu dengan rata-rata PDRB dari tahun 2001-2008 sebesar 564,68 milyar rupiah.
Kontribusi rata-rata Kota Blitar bagi pembentukan PDRB provinsi adalah sebesar
0,23% sebagaimana jumlah penduduk Kota Blitar merupakan terkecil nomor tiga
di Jawa setelah Kepulauan Seribu dan Kota Mojokerto.
4.2.2. PDRB per Kapita
PDRB per kapita menunjukkan kemampuan nyata dari suatu wilayah
dalam menghasilkan barang/jasa dan kemakmuran yang diperoleh setiap
penduduk (per kapita) atas hasil itu. Meskipun PDRB per kapita tidak mampu
mencerminkan tingkat pemerataan pendapatan yang diterima oleh masyarakat di
36
suatu wilayah, namun PDRB per kapita tetap merupakan indikator yang cukup
penting yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan yang telah
dilaksanakan di wilayah tersebut.
Tabel 4.3. PDRB per Kapita Pulau Jawa Menurut Provinsi Tahun 2001-2008 (Juta
Rupiah)
PROVINSI 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
DKI Jakarta 28,15 29,27 30,51 31,83 33,32 34,90 36,73 38,67
Jawa Barat 5,55 5,64 5,76 5,96 6,23 6,49 6,80 7,09
Jawa Tengah 3,74 3,84 4,01 4,17 4,47 4,68 4,91 5,14
DIY 4,47 4,64 4,78 5,01 5,06 5,17 5,33 5,54
Jawa Timur 5,91 6,08 6,31 6,64 7,06 7,41 7,80 8,22
Banten 5,81 5,89 5,77 6,01 6,44 6,65 6,90 7,17
JAWA 6,73 6,91 7,13 7,44 7,88 8,24 8,65 9,07
Sumber: BPS (Diolah)
Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa selama periode pengamatan Provinsi DKI
Jakarta mempunyai PDRB per kapita di atas PDRB per kapita Pulau Jawa, bahkan
jauh melampaui PDRB per kapita provinsi-provinsi lain di Pulau Jawa. Gambaran
ini menunjukkan bahwa Provinsi DKI Jakarta menempati peringkat konsentrasi
perekonomian yang paling tinggi di antara provinsi lain di Jawa. Kondisi ini
disebabkan karena kontribusi PDRB di sektor jasa yang cukup signifikan.
Sedangkan PDRB per kapita terendah ditunjukkan oleh Provinsi Jawa Tengah
dibandingkan dengan PDRB per kapita Jawa maupun dengan PDRB per kapita
provinsi-provinsi lain di Jawa.
4.2.3. Laju Pertumbuhan
Laju pertumbuhan ekonomi Pulau Jawa sebagai salah satu indikator
keberhasilan pembangunan yang dihitung berdasarkan Persamaan 3.1 mengalami
fluktuasi (Tabel 4.4). Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi di Jawa relatif
37
meningkat dari tahun 2001-2008. Hanya saja pada tahun 2006 dan 2008, laju
pertumbuhan Jawa melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Lambatnya laju
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2006 dipengaruhi oleh adanya kenaikan bahan
bakar minyak pada tahun 2005. Sedangkan turunnya laju pertumbuhan ekonomi
pada tahun 2008, diduga karena dampak dari krisis keuangan global.
Tabel 4.4. Laju Pertumbuhan PDRB Riil Pulau Jawa Berdasarkan Provinsi Tahun
2001-2008
Sumber: PDRB BPS (diolah)
NO. PROVINSI 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 RATA-RATA
1 DKI JAKARTA 4,74 4,89 5,31 5,65 6,01 5,95 6,44 6,22 5,65
2 JAWA BARAT 3,16 3,76 4,67 4,77 5,60 6,02 6,48 5,84 5,04
3 JAWA TENGAH 3,59 3,55 4,98 5,13 5,35 5,33 5,59 5,46 4,87
4 DI YOGYAKARTA 4,26 4,50 4,58 5,12 4,73 3,70 4,31 5,02 4,53
5 JAWA TIMUR 3,76 3,80 4,78 5,83 5,84 5,80 6,11 5,94 5,23
6 BANTEN 3,95 4,11 5,07 5,63 5,88 5,57 6,04 5,77 5,25
RATA-RATA JAWA 3,91 4,10 4,90 5,35 5,57 5,39 5,83 5,71 5,10
Apabila dilihat dari provinsi, rata-rata laju pertumbuhan ekonomi
tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta. Hal ini disebabkan karena adanya
peningkatan sektor komunikasi yang memiliki laju pertumbuhan tinggi tiap
tahunnya yaitu dengan rata-rata 13,71%. Sedangkan provinsi yang memiliki laju
pertumbuhan ekonomi terendah adalah Provinsi DI Yogyakarta yaitu dengan rata-
rata 4,53%.
4.2.4. Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi dapat dilihat dari peran atau kontribusi dari masing-
masing sektor ekonomi. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut sektor
menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam
suatu negara. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan
38
Dilihat dari data provinsi, pada tahun 2008 Provinsi Jawa Barat
merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Jawa dan Indonesia
yaitu sebesar 17,91% dari total jumlah penduduk di Indonesia. Sedangkan
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah provinsi dengan jumlah penduduk
terkecil di Pulau Jawa yaitu sebesar 1,52% dari total penduduk di Indonesia.
Selanjutnya jika dilihat dari data kabupaten/kota pada tahun 2008,
Kabupaten Bogor adalah kabupaten yang jumlah penduduknya terbesar di Jawa
dan Indonesia yaitu sebesar 4.029.263 jiwa atau sebesar 1,76% dari total jumlah
penduduk di Indonesia. Sedangkan Kepulauan Seribu merupakan kabupaten
dengan jumlah penduduk terkecil di Pulau Jawa yaitu sebesar 19.423 jiwa atau
sebesar 0,01% dari total jumlah penduduk di Indonesia. Untuk lebih jelasnya, data
jumlah penduduk dapat dilihat pada Lampiran 2.
Menurut tingkat kepadatan penduduknya, Provinsi DKI Jakarta
merupakan provinsi yang paling padat dibandingkan provinsi-provinsi lain di
Indonesia. Pada tahun 2008, kepadatan penduduk DKI Jakarta mencapai 12.355
jiwa/km
2
. Sebaliknya, Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan kepadatan
penduduk paling rendah yaitu sebesar 794 jiwa/km2.
4.4. Keadaan Sosial Pulau Jawa
Kemiskinan dan ketimpangan merupakan dua masalah dalam konteks
pembangunan setiap bangsa. Pengentasan kemiskinan sebagai upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan tidak dengan sendirinya mengatasi ketimpangan.
Begitupula sebaliknya, kemerataan kesejahteraan tidak senantiasa serta merta
42
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Ketimpangan
Berdasarkan data PDRB per kapita, diketahui bahwa nilai PDRB per
kapita Provinsi DKI Jakarta sangat tinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya
di Jawa. Hal tersebut mengindikasikan adanya ketimpangan antarprovinsi di Jawa.
Oleh karena itu, dalam analisis ini peneliti juga melakukan perhitungan
ketimpangan dengan tidak memasukkan Provinsi DKI Jakarta.
5.1.1. Indeks Williamson antarprovinsi di Pulau Jawa
Ketimpangan pembangunan antarprovinsi di Pulau Jawa pada tahun
2001-2008 dapat dianalisis dengan menggunakan Indeks Williamson. Data yang
digunakan adalah data PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000 menurut
provinsi di Jawa. Hasil pengolahan data yang didapatkan dengan menggunakan
Indeks Williamson seperti pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Indeks Ketimpangan Williamson berdasarkan PDRB Provinsi Tahun
2001-2008
TAHUN IW IW tanpa DKI Jakarta
2001 0,7027 0,1799
2002 0,7088 0,1796
2003 0,7142 0,1725
2004 0,7152 0,1755
2005 0,7136 0,1746
2006 0,7156 0,1770
2007 0,7183 0,1796
2008 0,7212 0,1826
RATA-RATA 0,7137 0,1776
Sumber: Data diolah
44
Dalam analisis ini, digunakan data PDRB atas dasar harga konstan 2000 menurut
kabupaten/kota di Jawa. 115 kabupaten/kota di Jawa dikelompokkan ke dalam 6
provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa
Timur, dan Banten. Berikut ini adalah hasil perhitungan dengan menggunakan
Indeks Theil.
Tabel 5.3. Indeks Theil Jawa Tahun 2001-2008
Tahun
Antarprovinsi Dalam provinsi Total
Theil % Theil % Theil %
2001 0,24656 53,42 0,21498 46,58 0,46155 100
2002 0,24812 53,79 0,21314 46,21 0,46126 100
2003 0,25216 54,00 0,21482 46,00 0,46698 100
2004 0,25294 53,86 0,21667 46,14 0,46961 100
2005 0,25165 53,99 0,21444 46,01 0,46609 100
2006 0,25450 54,07 0,21618 45,93 0,47068 100
2007 0,25701 54,45 0,21501 45,55 0,47202 100
2008 0,25891 54,53 0,21593 45,47 0,47484 100
RATA-RATA 0,25273 54,01 0,21515 45,99 0,46788 100
Sumber: Data diolah
Dari Tabel 5.3 menunjukkan bahwa ketimpangan antarprovinsi dan
ketimpangan dalam provinsi memberikan kontribusi yang hampir sama terhadap
ketimpangan total di Jawa. Ketimpangan antarprovinsi menyumbang sekitar
54,01% dari total ketimpangan Jawa, sedangkan sisanya merupakan kontribusi
dari ketimpangan dalam provinsi. Hal ini berarti pola ketimpangan di Jawa
menyebar lebih merata baik dari level ketimpangan antarkabupaten/kota maupun
ketimpangan antarprovinsi.
Sama halnya pada analisis Indeks Williamson, selanjutnya dalam analisis
Indeks Theil ini Provinsi DKI Jakarta juga akan dikeluarkan. Jika DKI Jakarta
tidak dimasukkan ke dalam analisis, ketimpangan total Pulau Jawa didominasi
48
oleh ketimpangan dalam provinsi yaitu dengan rata-rata sebesar 93,6% seperti
yang ditunjukkan oleh Tabel 5.4 di bawah ini.
Tabel 5.4. Indeks Theil Jawa Tanpa DKI Jakarta Tahun 2001-2008
Tahun
Antarprovinsi Dalam Provinsi Total
Theil % Theil % Theil %
2001 0,01869 6,87 0,25321 93,13 0,27190 100
2002 0,01777 6,64 0,24997 93,36 0,26774 100
2003 0,01625 6,07 0,25148 93,93 0,26773 100
2004 0,01694 6,25 0,25415 93,75 0,27109 100
2005 0,01637 6,12 0,25132 93,88 0,26769 100
2006 0,01676 6,20 0,25339 93,80 0,27015 100
2007 0,01769 6,58 0,25111 93,42 0,26880 100
2008 0,01810 6,71 0,25153 93,29 0,26963 100
RATA-RATA 0,01732 6,43 0,25202 93,57 0,26934 100
Sumber: Data diolah
Tingginya kontribusi ketimpangan dalam provinsi terhadap ketimpangan
total disebabkan karena masing-masing provinsi terdapat kabupaten/kota yang
memiliki PDRB per kapita sangat tinggi sebagai akibat dari adanya kekhususan
karakteristik ekonomi serta menjadikan kabupaten/kota tersebut sebagai daerah
kantong yang mempunyai peran sangat vital dalam memperparah ketimpangan
pendapatan antarkabupaten/kota. Dengan kata lain, masing-masing provinsi
memiliki sektor yang diunggulkan, sehingga ketimpangan antarprovinsi di Jawa
relatif lebih kecil. Adapun kontribusi ketimpangan dalam provinsi dari masing-
masing provinsi ditunjukkan oleh Tabel 5.5.
49
Tabel 5.5. Ketimpangan dalam Provinsi Pulau Jawa Tanpa DKI Jakarta Tahun
2001-2008
Provinsi 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Jawa Barat 0,0577 0,0578 0,0583 0,0584 0,0568 0,0571 0,0568 0,0572
Jawa Tengah 0,0399 0,0413 0,0417 0,0427 0,0426 0,0422 0,0411 0,0409
DIY 0,0018 0,0018 0,0019 0,0019 0,0017 0,0016 0,0016 0,0016
Jawa Timur 0,1335 0,1282 0,1275 0,1286 0,1269 0,1285 0,1279 0,1278
Banten 0,0203 0,0209 0,0220 0,0225 0,0234 0,0240 0,0238 0,0240
Dalam Provinsi 0,2532 0,2500 0,2515 0,2542 0,2513 0,2534 0,2511 0,2515
Sumber: Data diolah
Pada Tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa provinsi yang memberikan
kontribusi terbesar bagi ketimpangan dalam provinsi adalah Provinsi Jawa Timur.
Menurut Tadjoeddin (2003), hal ini disebabkan oleh kekhususan karakteristik
ekonomi Kota Kediri sebagai sentra industri besar seperti industri rokok PT.
Gudang Garam, industri semen PT. Semen Gresik, industri pupuk PT. Petrokimia
Gresik, serta industri sarung PT. Behaestex dengan merk dagang Atlas, Rubat,
dan Marjan. Dilihat dari PDRB per kapita Kota Kediri sebesar 69,96 juta rupiah,
jauh lebih besar dibandingkan rata-rata PDRB per kapita Provinsi Jawa Timur
yang sebesar 6,22 juta rupiah.
Provinsi yang memberikan kontribusi terbesar nomor dua bagi
ketimpangan dalam provinsi setelah Jawa Timur adalah Provinsi Jawa Barat. Hal
ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan kabupaten/kota yang memiliki
karakteristik ekonomi yang unggul seperti Kabupaten Bekasi dan Kota Cirebon.
Kabupaten Bekasi merupakan daerah kantong industri pengolahan. Sedangkan
Kota Cirebon unggul di sektor industri pengolahan dan perdagangan termasuk
juga hotel dan restoran.
50
E
k
o
n
o
m
i
PDRBperKapita
Tipologi Klassen Jawa
DKIJAKARTA
JAWABARAT
JAWATENGAH
DIYOGYAKARTA
JAWATIMUR
BANTEN
RATA2
Kuadran I
Kuadran II
Kuadran
III
Kuadran
IV
Gambar 5.1. Tipologi Klassen Jawa Tahun 2001-2008
Dari Gambar 5.1 di atas terlihat klasifikasi daerah di Jawa dibagi
menjadi tiga yaitu daerah cepat maju dan cepat tumbuh, daerah berkembang
cepat, dan daerah relatif tertinggal. Satu-satunya provinsi yang diklasifikasikan ke
dalam daerah cepat maju dan cepat tumbuh (Kuadran I) adalah Provinsi DKI
53
Jakarta. Hal ini dikarenakan rata-rata PDRB per kapita dan laju pertumbuhan
ekonomi DKI Jakarta lebih besar dibandingkan rata-rata Jawa yaitu sebesar
33,04 juta rupiah untuk PDRB per kapita DKI Jakarta dan sebesar 5,65% untuk
rata-rata laju pertumbuhan DKI Jakarta dari tahun 2001-2008. Sedangkan Provinsi
Jawa Timur dan Banten dikategorikan sebagai daerah berkembang cepat (Kuadran
III). Untuk Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta
dikategorikan sebagai daerah relatif tertinggal (Kuadran IV), sebab ketiga provinsi
tersebut memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita yang lebih
rendah dibandingkan dengan rata-rata provinsi di Jawa.
Selanjutnya, dalam analisis ini juga akan dibuat klasifikasi antardaerah di
Jawa tanpa mengikutsertakan Provinsi DKI Jakarta. Gambar 5.2 menunjukkan
bahwa Pulau Jawa tanpa DKI Jakarta diklasifikasikan menjadi tiga daerah yaitu
daerah cepat maju dan cepat tumbuh, daerah maju tetapi tertekan, dan daerah
relatif tertinggal.
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
5
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
4.0 5.0 6.0 7.0 8.0
P
e
r
t
u
m
b
u
h
a
n
E
k
o
n
o
m
i
PDRBperKapita
Tipologi Klassen Jawa Tanpa DKI Jakarta
JAWABARAT
JAWATENGAH
DIYOGYAKARTA
JAWATIMUR
BANTEN
RATA2
Gambar 5.2. Tipologi Klassen Jawa Tanpa DKI Jakarta Tahun 2001-2008
54
Yang termasuk daerah cepat maju dan cepat tumbuh (Kuadran I) adalah
Provinsi Banten dan Jawa Timur. Sedangkan yang termasuk daerah maju tetapi
tertekan (Kuadran II) adalah Provinsi Jawa Barat. Dan yang termasuk daerah
relatif tertinggal adalah Provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Hal ini
menunjukkan bahwa PDRB per kapita dan tingkat pertumbuhan di Jawa Tengah
dan DI Yogyakarta di bawah rata-rata Pulau Jawa.
5.2.2. Klasifikasi Berdasarkan Kabupaten/kota
Dalam analisis ini akan diklasifikasikan kabupaten/kota dengan
menggunakan tipologi klassen. Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan
bahwa empat klasifikasi kabupaten/kota yaitu daerah cepat maju dan cepat
tumbuh, daerah maju tetapi tertekan, daerah berkembang cepat, dan daerah relatif
tertinggal. Berikut ini adalah hasil analisis tipologi klassen yang disajikan dalam
Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Tipologi Klassen Kabupaten/Kota Tahun 2001-2008
Kuadran I. Kabupaten/kota cepat maju dan cepat tumbuh
1. Kota Jakarta Selatan
2. Kota Jakarta Timur
3. Kota Jakarta Pusat
4. Kota Jakarta Barat
5. Kota Jakarta Utara
6. Bekasi
7. Kota Bandung
8. Cilacap
9. Gresik
10. Kota Mojokerto
11. Kota Surabaya
12. Kota Tangerang
13. Kota Cilegon
Kuadran II. Kabupaten/kota maju tetapi tertekan
1. Kep. Seribu
2. Indramayu
3. Kota Cirebon
4. Kota Cimahi
5. Kudus
6. Kota Semarang
7. Kota Yogyakarta
8. Sidoarjo
9. Kota Kediri
10. Kota Malang
55
Gambar 5
P
hipotesis
ketimpang
pembangu
tahap beri
pada pene
ketimpang
ekonomi
meningkat
sekunder d
dampak d
kata lain, h
(a)
.3. Kurva K
Pada Gamb
Kuznets
gan pemban
unan cende
ikutnya ada
elitian ini, t
gan menuru
dari tahun
t terus. H
dan tersier
dari kenaika
hipotesis Ku
Kuznets Jaw
bar 5.3a di
berlaku ya
ngunan men
rung menu
alah pertum
ahun 2004
un. Kemud
2006 samp
Hal ini dise
dan mening
an BBM, be
uznets tenta
0,167
0,169
0,171
0,173
0,175
0,177
5,00
I
n
d
e
k
s
W
i
l
l
i
a
m
s
o
n
Kurvaa Kuznets Jawa Tanp
wa dengan In
i atas terlih
aitu pada
ningkat dan
urun. Selanj
mbuhan den
ketimpanga
dian seiring
pai dengan
ebabkan se
ggalkan sek
encana alam
ang Kurva U
ndeks Willia
hat bahwa
tahap aw
n pada taha
jutnya sesu
ngan diserta
an kembali
g dengan m
n tahun 200
emakin ber
ktor primer.
m dan krisi
U Terbalik t
(b)
amson
pada tiga
wal pertumb
ap berikutny
uai hipotesi
ai pemerata
meningkat
meningkatny
08 ketimpa
rkembangny
. Selain itu
s keuangan
tidak berlak
5,50 6,00
PDRBper
Tahun 2001-20
pa DKI Jakarta
008
0 6,50
a tahun per
buhan eko
ya ketimpa
is Kuznets
aan. Akan t
dan tahun
ya pertumb
angan cende
ya sektor-s
juga diseba
n global. De
ku di Jawa.
rKapita
7,00
rtama
onomi
angan
pada
tetapi
2005
buhan
erung
sektor
abkan
engan
61
Ji
tinggi laju
pada titik
yang pada
Sehingga
Kuznets ti
terbalik K
ika Provins
u pertumbuh
tertentu ke
a akhirnya
meskipun
idak berlak
Kuznets terse
si DKI Jaka
hannya, ket
etimpangan
ketimpang
DKI Jakar
ku di Jawa.
ebut lebih b
arta dikeluar
timpangan
naik kemb
gan cenderu
rta tidak di
Satu hal ya
berlaku untu
rkan, maka
pembangun
bali dan beg
ung mening
ilakukan an
ang perlu d
uk jangka p
bisa dilihat
nan semakin
gitu seterus
gkat terus
nalisis, teta
diingat bahw
anjang.
t bahwa sem
n rendah h
snya berfluk
(Gambar 5
ap saja hipo
wa teori kur
makin
ingga
ktuasi
5.4b).
otesis
rva U
Gambar 5
S
mengguna
yaitu 200
ketimpang
yaitu diaw
sampai pa
Berdasark
pertumbuh
(a
.4. Kurva K
Selanjutnya,
akan Indeks
01-2002, ter
gan. Kemud
wali dengan
ada suatu tah
kan hipotesi
han dengan
a)
Kuznets Jaw
0,267
0,268
0,269
0,270
0,271
0,272
0,273
5,00
I
n
d
e
k
s
T
h
e
i
l
Kurva Kuznets Jawa Tanpa
, pada Gam
s Theil di Ja
rjadi penin
dian dari jan
n adanya t
hap maksim
is Kuznets
n disertai p
wa dengan In
mbar 5.4a m
awa. Pada ja
ngkatan per
ngka waktu
trade off a
mal, kemudi
seharusnya
pemerataan,
ndeks Theil
menunjukk
angka waktu
rtumbuhan
u 2002-2005
antara pertu
ian terjadin
tahap selan
, namun p
(b
kan Kurva
u satu tahun
diiringi de
5, hipotesis
umbuhan d
ya penurun
njutnya ada
ada penelit
5,50 6
PDRB pe
a DKI Jakarta, 2001-2
b)
Kuznets de
n awal pene
ngan penur
Kuznets be
dan ketimpa
nan ketimpa
alah pening
tian ini tah
6,00 6,50
er Kapita
2008
7,00
engan
elitian
runan
erlaku
angan
angan.
gkatan
hapan
62
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan
yang diuraikan di atas, yaitu:
1. Berdasarkan analisis Indeks Williamson dapat disimpulkan bahwa
ketimpangan antarprovinsi maupun antarkabupaten/kota di Jawa lebih
besar jika dibandingkan dengan ketimpangan antarprovinsi maupun
antarkabupaten/kota di Jawa tanpa DKI Jakarta.
2. Berdasarkan analisis Indeks Theil dapat disimpulkan bahwa ketimpangan
antarprovinsi dan dalam provinsi di Jawa memberikan kontribusi yang
hampir sama terhadap ketimpangan total di Jawa. Sedangkan ketimpangan
total Jawa tanpa DKI Jakarta didominasi oleh ketimpangan dalam provinsi
dengan rata-rata sebesar 93,57%.
3. Provinsi DKI Jakarta mempunyai peran perekonomian yang sangat
penting terhadap pembangunan ekonomi sehingga mempunyai peranan
yang besar terhadap ketimpangan di Jawa.
4. Berdasarkan analisis Tipologi Klassen provinsi, Pulau Jawa
diklasifikasikan menjadi tiga daerah yaitu daerah cepat maju dan cepat
tumbuh, daerah berkembang cepat, serta daerah relatif tertinggal.
5. Berdasarkan analisis Tipologi Klassen kabupaten/kota, Pulau Jawa
diklasifikasikan menjadi empat daerah yaitu daerah cepat maju dan cepat
64
DAFTAR PUSTAKA
Akita, T and Kataoka, M. 2003. Regional Income Inequality in the Post War
Japan. 43rd Congress of the European Regional Science Association,
Jyvaskyla, Finland.
Badan Pusat Statistik. 2000. Pedoman Praktis Penghitungan PDRB
Kabupaten/Kotamadya: Pengertian Dasar: Buku 1, Jakarta.
_______. 2008. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota di Indonesia
2003-2007, Jakarta.
_______. 2008. Statistik Indonesia 2009, Jakarta.
_______. 2009. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota di Indonesia
2004-2008, Jakarta.
Bhakti, A.S.A.S. 2004. Kesenjangan Antardaerah di Pulau Jawa Ditinjau dari
Perspektif Sektoral dan Regional [tesis]. Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia, Depok.
Bhakti, D. 2009. Ketimpangan Pendapatan di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Sebelum dan Selama Desentralisasi [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Bhinadi, A. 2002. Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Jawa dengan Luar Jawa.
Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Ekonomi Negara Berkembang,
Volume 8, Nomor 1: 39-48.
Caska dan RM. Riadi. 2005. Pertumbuhan dan Ketimpangan Pembangunan
Ekonomi Antar Daerah di Provinsi Riau. Universitas Riau, Pekanbaru.
Chrisyanto, C. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketimpangan
Perekonomian antar Daerah di Indonesia [tesis]. Fakultas Ekonomi,
Universitas Indonesia, Depok.
Emilia dan Imelia. 2006. Ekonomi Regional. Fakultas Ekonomi, Universitas
Jambi, Jambi.
Hartono, B. 2008. Analisis Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di Provinsi
Jawa Tengah [thesis]. Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Jhingan, M.L. 2010. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Rajawali Pers,
Jakarta.
66
Todaro, M.P. dan Smith, S.C. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jilid I. Edisi ke-9.
Haris Munandar (penerjemah). Erlangga, Jakarta.
Wijayanto, D.Y. 2005. Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan Daerah
di Kabupaten Semarang [skripsi]. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Semarang, Semarang.
69
Lampiran 1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Jawa (Juta Rupiah)
No. Kabupaten/Kota 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 Kep. Seribu 1,428,746.01 1,383,390.57 1,189,123.18 1,118,223.87 1,050,064.29 1,072,123.71 1,081,737.43 1,092,440.24
2 Jakarta Selatan 53,327,936.57 55,784,706.93 58,900,108.37 62,191,038.91 65,772,296.36 69,896,625.59 74,377,052.10 78,997,462.57
3 Jakarta Timur 40,791,229.79 42,784,904.00 45,033,276.35 47,621,546.09 50,495,912.00 53,489,027.63 56,886,294.12 60,123,980.87
4 Jakarta Pusat 61,327,015.80 64,234,136.69 67,559,195.05 71,609,431.78 75,964,761.76 80,548,626.42 85,780,643.12 91,228,665.29
5 Jakarta Barat 35,780,190.27 37,522,151.33 39,496,181.56 41,659,237.38 44,169,682.46 46,798,827.28 49,762,617.74 52,734,937.77
6 Jakarta Utara 45,160,743.61 47,318,896.80 49,793,908.00 52,659,304.47 55,829,604.34 59,123,442.00 62,880,809.57 66,533,400.23
7 Kab. Bogor 20,464,359.05 21,385,612.91 22,421,165.08 23,671,429.21 25,056,365.22 26,546,186.63 28,151,318.85 29,721,698.04
8 Kab. Sukabumi 6,097,295.40 6,331,391.75 6,568,259.18 6,828,320.51 7,125,599.90 7,404,870.48 7,714,652.99 8,015,201.03
9 Kab. Cianjur 5,875,030.43 6,094,911.49 6,318,986.09 6,569,796.50 6,820,520.45 7,048,228.89 7,342,965.05 7,639,658.34
10 Kab. Bandung 18,582,686.85 19,501,563.68 20,473,789.68 21,574,729.45 22,772,640.74 24,105,798.94 25,495,211.63 26,832,127.87
11 Kab. Garut 7,581,018.88 7,880,905.43 8,093,894.41 8,418,445.43 8,768,410.50 9,128,807.90 9,563,128.46 10,011,296.18
12 Kab. Tasikmalaya 3,785,154.65 3,901,465.81 4,035,622.53 4,177,562.24 4,337,406.06 4,511,372.24 4,883,981.54 5,080,500.04
13 Kab. Ciamis 4,973,056.79 5,185,406.32 5,396,452.35 5,631,737.68 5,889,671.26 6,115,834.64 6,422,150.01 6,739,795.41
14 Kab. Kuningan 2,741,011.62 2,852,880.97 2,953,394.13 3,072,812.51 3,198,189.04 3,329,844.21 3,470,198.67 3,619,216.35
15 Kab. Cirebon 5,325,137.14 5,544,641.40 5,768,836.08 6,038,363.81 6,343,778.91 6,669,999.63 7,026,563.79 7,371,621.54
16 Kab. Majalengka 3,051,462.36 3,152,036.92 3,254,183.36 3,387,039.35 3,538,226.77 3,686,235.93 3,865,690.52 4,042,240.29
17 Kab. Sumedang 3,827,066.05 3,979,480.63 4,133,002.92 4,311,330.91 4,506,200.56 4,694,276.21 4,911,883.03 5,136,819.72
18 Kab. Indramayu 12,913,620.41 13,812,336.63 12,775,269.32 13,369,131.43 12,323,269.39 12,621,074.47 12,956,044.05 13,233,522.04
19 Kab. Subang 4,555,654.36 4,889,793.86 5,209,017.21 5,633,680.03 6,026,462.33 6,173,853.79 6,473,285.04 6,779,801.94
20 Kab. Purwakarta 4,992,195.46 5,191,883.28 5,348,158.96 5,547,110.48 5,741,814.05 5,963,995.28 6,196,747.91 6,506,042.30
21 Kab. Karawang 11,011,754.00 11,386,620.00 11,803,041.00 13,423,736.19 14,479,920.56 15,568,184.09 16,558,530.64 18,353,975.09
22 Kab. Bekasi 33,276,384.47 35,066,761.76 36,732,895.55 38,976,643.97 41,319,270.04 43,793,374.65 46,481,291.50 49,302,484.58
23 Kota Bogor 2,823,430.21 2,986,837.37 3,168,185.54 3,361,438.93 3,567,230.91 3,782,273.71 4,012,743.17 4,252,821.78
24 Kota Sukabumi 1,141,864.78 1,202,798.55 1,267,582.78 1,340,714.16 1,420,505.39 1,509,018.71 1,607,222.90 1,705,461.58
25 Kota Bandung 16,080,000.03 17,226,732.09 18,490,720.67 19,874,812.60 21,370,696.00 23,043,103.74 24,941,516.65 26,978,908.92
26 Kota Cirebon 4,122,353.24 4,297,231.67 4,481,548.13 4,690,384.59 4,919,849.75 5,192,353.79 5,512,869.37 5,823,528.10
27 Kota Bekasi 9,531,352.75 10,019,135.93 10,545,455.20 11,112,519.42 11,739,945.23 12,453,012.95 13,255,153.53 14,042,404.19
28 Kota Depok 3,694,722.33 3,924,054.35 4,169,755.44 4,440,876.83 4,750,034.10 5,066,129.06 5,422,760.39 5,770,827.63
29 Kota Cimahi 4,331,201.11 4,505,787.28 4,694,208.57 4,898,150.91 5,121,599.93 5,368,656.06 5,638,909.76 5,908,068.14
30 Kota Tasikmalaya 2,479,073.31 2,584,132.14 2,698,635.23 2,833,366.59 2,947,228.42 3,097,968.38 3,283,255.81 3,470,241.90
31 Kota Banjar 500,256.52 516,751.15 538,477.50 562,184.33 588,215.84 615,936.27 646,323.90 677,455.67
32 Kab. Cilacap 14,748,667.52 16,015,937.33 17,029,165.06 18,162,397.84 19,565,221.07 20,564,936.12 21,108,693.94 22,390,015.92
33 Kab. Banyumas 3,113,408.02 3,227,485.20 3,347,157.94 3,486,633.69 3,598,399.16 3,759,547.61 3,958,645.95 4,171,468.95
34 Kab. Purbalingga 1,661,656.60 1,730,318.81 1,784,928.21 1,844,532.07 1,921,653.92 2,018,808.10 2,143,746.23 2,257,392.77
70
Lampiran 1. (Lanjutan)
No. Kabupaten/Kota 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
35 Kab. Banjarnegara 2,032,775.82 2,050,087.27 2,110,732.68 2,191,162.85 2,277,617.86 2,376,694.59 2,495,785.82 2,619,989.61
36 Kab. Kebumen 2,117,547.15 2,199,785.05 2,264,331.25 2,291,022.40 2,364,385.90 2,460,816.97 2,572,062.88 2,721,254.09
37 Kab. Purworejo 1,955,370.81 2,050,804.73 2,125,411.75 2,214,137.28 2,321,543.04 2,442,927.31 2,591,535.38 2,737,087.13
38 Kab. Wonosobo 1,423,801.85 1,453,827.30 1,487,044.15 1,521,807.31 1,570,347.69 1,621,132.33 1,679,149.65 1,741,148.31
39 Kab. Magelang 2,752,751.79 2,867,361.54 2,982,476.10 3,102,727.38 3,245,978.81 3,405,369.22 3,582,647.65 3,761,388.59
40 Kab. Boyolali 2,984,872.32 3,062,304.14 3,211,066.50 3,320,736.82 3,456,062.13 3,601,225.20 3,748,102.11 3,899,372.86
41 Kab. Klaten 3,477,045.38 3,612,899.26 3,791,474.35 3,975,792.87 4,158,205.16 4,253,788.00 4,394,688.02 4,567,200.96
42 Kab. Sukoharjo 3,397,537.25 3,490,382.02 3,629,051.38 3,786,212.72 3,941,788.46 4,120,437.35 4,330,992.90 4,540,751.53
43 Kab. Wonogiri 2,115,449.88 2,182,648.94 2,237,790.02 2,329,465.32 2,429,869.63 2,528,851.78 2,657,068.89 2,770,435.78
44 Kab. Karanganyar 3,360,714.37 3,546,613.14 3,746,320.10 3,970,278.92 4,188,330.50 4,401,301.74 4,654,054.50 4,900,690.40
45 Kab. Sragen 1,963,635.75 2,030,754.80 2,104,533.12 2,208,294.40 2,322,239.43 2,442,570.43 2,582,492.48 2,729,450.32
46 Kab. Grobogan 2,195,206.73 2,321,920.48 2,372,922.55 2,462,661.26 2,579,283.26 2,682,467.18 2,799,700.55 2,948,793.80
47 Kab. Blora 1,511,781.47 1,544,785.32 1,598,570.83 1,659,635.43 1,731,375.92 1,803,169.23 1,871,131.42 1,979,627.22
48 Kab. Rembang 1,583,725.62 1,637,136.95 1,686,409.73 1,762,799.91 1,825,560.59 1,926,563.25 1,999,951.16 2,093,412.59
49 Kab. Pati 3,161,503.83 3,256,362.76 3,331,575.28 3,473,080.90 3,609,798.36 3,770,330.52 3,966,062.17 4,162,082.37
50 Kab. Kudus 8,429,424.56 8,887,863.35 9,354,366.26 10,198,527.38 10,647,407.99 10,881,159.80 11,243,359.38 11,683,819.73
51 Kab. Jepara 2,915,878.15 3,032,806.32 3,146,838.55 3,272,708.72 3,411,159.47 3,554,051.11 3,722,677.82 3,889,988.85
52 Kab. Demak 2,177,849.20 2,237,835.55 2,301,218.90 2,379,485.66 2,471,258.72 2,570,573.50 2,677,366.77 2,787,524.02
53 Kab. Semarang 3,915,169.47 4,128,481.21 4,283,284.51 4,345,991.15 4,481,358.29 4,652,041.80 4,871,444.25 5,079,003.74
54 Kab. Temanggung 1,733,922.59 1,788,905.77 1,850,422.13 1,917,584.33 1,994,172.89 2,060,140.23 2,143,221.22 2,219,155.63
55 Kab. Kendal 3,818,784.14 3,949,051.74 4,061,726.90 4,167,626.21 4,277,354.27 4,434,408.16 4,625,455.57 4,822,465.28
56 Kab. Batang 1,794,227.52 1,833,190.97 1,880,020.18 1,918,980.13 1,972,776.85 2,022,301.42 2,092,973.93 2,169,854.55
57 Kab. Pekalongan 2,247,048.20 2,311,516.63 2,396,116.15 2,501,229.52 2,600,855.96 2,710,378.32 2,834,685.01 2,970,214.98
58 Kab. Pemalang 2,391,574.72 2,473,721.82 2,556,576.12 2,654,777.51 2,762,252.29 2,865,095.20 2,993,296.76 3,142,808.70
59 Kab. Tegal 2,296,261.23 2,414,200.05 2,547,921.29 2,682,689.71 2,809,340.21 2,955,259.71 3,120,395.64 3,286,263.44
60 Kab. Brebes 3,590,343.21 3,773,041.37 3,956,229.45 4,147,511.33 4,346,424.44 4,551,196.99 4,769,145.46 4,998,528.19
61 Kota Magelang 759,504.24 782,362.46 811,631.44 841,736.15 878,160.76 899,564.97 946,098.16 993,835.20
62 Kota Surakarta 3,113,668.99 3,268,559.54 3,468,276.94 3,669,373.45 3,858,169.67 4,067,529.94 4,304,287.37 4,549,342.95
63 Kota Salatiga 611,506.07 637,991.58 665,086.52 693,286.63 722,063.94 752,149.22 792,680.44 832,154.88
64 Kota Semarang 13,628,649.59 14,218,499.38 14,793,047.80 15,402,671.37 16,194,264.63 17,118,705.29 18,142,639.97 19,156,814.29
65 Kota Pekalongan 1,487,360.85 1,516,206.87 1,574,763.64 1,638,791.54 1,701,324.24 1,753,405.74 1,820,001.21 1,887,853.70
66 Kota Tegal 814,469.19 853,697.25 903,421.50 956,243.56 1,002,821.99 1,054,499.45 1,109,438.21 1,166,587.87
67 Kab. Kulon Progo 1,234,011.00 1,284,808.00 1,338,700.00 1,398,743.90 1,465,477.00 1,524,848.29 1,587,630.00 1,662,370.00
68 Kab. Bantul 2,681,329.39 2,800,955.18 2,932,377.26 3,080,311.60 3,234,172.86 3,299,645.85 3,448,948.76 3,618,060.49
69 Kab. Gunung Kidul 2,367,099.13 2,444,305.64 2,526,516.07 2,613,238.00 2,726,388.71 2,830,582.92 2,941,287.99 3,070,297.61
71
Lampiran 1. (Lanjutan)
No. Kabupaten/Kota 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
70 Kab. Sleman 4,171,269.93 4,374,022.46 4,596,226.61 4,837,376.08 5,080,564.31 5,309,059.21 5,553,593.02 5,838,246.09
71 Kota Yogyakarta 3,648,181.85 3,812,425.47 3,993,837.15 4,195,392.00 4,397,849.00 4,572,503.90 4,776,401.00 5,021,149.06
72 Kab. Pacitan 1,058,981.12 1,054,627.59 1,083,514.11 1,121,289.93 1,162,300.55 1,211,931.91 1,274,457.26 1,345,501.20
73 Kab. Ponorogo 2,193,864.62 2,271,917.60 2,362,406.72 2,464,589.74 2,573,609.41 2,694,520.70 2,871,341.71 3,034,363.54
74 Kab. Trenggalek 1,518,131.37 1,567,418.65 1,620,079.19 1,682,764.52 1,753,906.01 1,837,946.75 1,938,067.72 2,046,833.48
75 Kab. Tulungagung 4,852,754.02 5,080,611.40 5,320,887.99 5,588,457.30 5,874,962.78 6,196,735.17 6,552,885.24 6,936,741.79
76 Kab. Blitar 3,651,369.19 3,771,936.81 3,947,300.04 4,124,787.31 4,338,529.37 4,571,842.88 4,836,204.93 5,128,535.24
77 Kab. Kediri 4,481,049.48 4,635,463.03 4,815,356.38 5,017,086.67 5,232,029.80 5,471,105.73 5,713,217.77 5,962,064.84
78 Kab. Malang 9,194,525.65 9,537,799.81 9,923,823.15 10,466,449.27 10,987,067.99 11,617,936.65 12,325,207.43 13,034,488.46
79 Kab. Lumajang 4,024,415.28 4,172,514.94 4,353,045.04 4,570,180.20 4,793,733.63 5,044,176.39 5,321,481.75 5,610,679.26
80 Kab. Jember 6,912,406.88 7,185,061.97 7,473,399.52 7,821,292.24 8,236,276.67 8,705,996.37 9,226,767.89 9,783,828.13
81 Kab. Banyuwangi 6,788,903.62 7,431,229.63 7,725,704.20 8,029,336.49 8,414,262.77 8,815,927.14 9,309,065.68 9,845,052.99
82 Kab. Bondowoso 1,498,800.15 1,545,576.30 1,604,261.61 1,684,859.73 1,772,844.07 1,871,753.00 1,974,898.45 2,079,742.59
83 Kab. Situbondo 2,300,214.81 2,372,999.54 2,468,599.58 2,573,128.01 2,703,988.41 2,852,394.95 3,013,285.64 3,171,090.94
84 Kab. Probolinggo 4,316,779.52 4,500,481.72 4,683,601.65 4,894,982.91 5,126,680.92 5,418,554.86 5,742,265.63 6,073,913.66
85 Kab. Pasuruan 4,257,094.64 4,426,500.66 4,617,793.72 4,847,570.50 5,101,155.29 5,403,934.51 5,737,509.89 6,075,291.88
86 Kab. Sidoarjo 16,710,242.79 17,380,423.64 18,144,068.42 19,110,831.66 20,201,363.97 21,287,726.59 22,386,181.46 23,431,672.74
87 Kab. Mojokerto 3,829,199.61 3,973,883.39 4,132,789.51 4,341,533.35 4,574,703.71 4,825,150.21 5,111,149.58 5,411,938.53
88 Kab. Jombang 3,952,998.85 4,109,738.16 4,311,449.12 4,531,339.96 4,773,509.61 5,047,094.89 5,353,300.63 5,673,483.59
89 Kab. Nganjuk 3,060,921.23 3,177,534.23 3,320,952.34 3,492,408.48 3,691,208.27 3,913,021.49 4,152,601.53 4,400,779.52
90 Kab. Madiun 1,830,967.78 1,895,358.48 1,954,805.26 2,022,086.08 2,115,603.56 2,212,871.48 2,329,838.15 2,452,601.92
91 Kab. Magetan 2,154,260.91 2,219,008.93 2,297,109.30 2,392,632.56 2,507,673.01 2,639,069.03 2,776,572.47 2,920,176.07
92 Kab. Ngawi 2,076,059.58 2,122,888.84 2,187,262.88 2,282,391.93 2,385,681.99 2,510,075.52 2,639,717.89 2,785,335.43
93 Kab. Bojonegoro 3,918,933.95 4,060,242.03 4,202,968.31 4,608,476.29 5,329,967.28 5,267,341.73 6,675,879.75 7,505,833.16
94 Kab. Tuban 4,172,106.54 4,344,996.62 4,529,416.29 4,736,251.45 4,998,869.99 5,314,227.21 5,659,252.28 6,039,563.56
95 Kab. Lamongan 3,325,775.84 3,412,124.82 3,537,722.65 3,695,793.74 3,883,701.78 4,092,914.89 4,328,739.32 4,598,166.81
96 Kab. Gresik 9,600,031.34 10,043,999.76 10,487,376.42 11,102,199.28 11,892,606.44 12,702,413.51 13,553,685.95 14,412,941.49
97 Kab. Bangkalan 2,293,543.51 2,366,800.38 2,462,808.91 2,575,129.14 2,697,572.26 2,827,144.75 2,969,195.88 3,115,331.21
98 Kab. Sampang 1,842,289.42 1,886,435.72 1,945,290.96 2,021,642.86 2,101,077.26 2,187,483.76 2,279,628.67 2,384,149.57
99 Kab. Pamekasan 1,399,123.75 1,437,461.32 1,491,976.74 1,551,602.66 1,621,138.27 1,694,484.13 1,775,107.44 1,873,185.89
100 Kab. Sumenep 3,868,467.96 3,990,589.98 4,138,194.58 4,250,267.32 4,381,014.06 4,567,317.34 4,786,946.28 5,014,543.53
101 Kota Kediri 17,609,569.19 17,069,064.88 17,726,378.63 18,745,979.83 18,792,298.38 19,768,496.40 20,660,129.01 21,623,890.29
102 Kota Blitar 458,527.62 486,806.52 513,456.97 543,401.81 574,442.04 608,298.10 645,936.36 686,549.15
103 Kota Malang 8,398,065.72 8,684,854.46 9,063,136.48 9,593,857.30 10,136,320.71 10,745,067.46 11,412,769.63 12,118,269.47
104 Kota Probolinggo 1,248,319.77 1,303,696.68 1,356,238.14 1,432,569.75 1,513,804.23 1,603,445.99 1,705,841.88 1,808,452.67
72
Lampiran 1. (Lanjutan)
No. Kabupaten/Kota 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
105 Kota Pasuruan 703,963.02 731,483.49 765,629.40 809,581.70 856,746.45 905,174.47 954,628.55 1,006,823.61
106 Kota Mojokerto 754,227.73 793,515.84 838,305.42 887,077.04 935,647.65 987,173.15 1,046,188.09 1,101,295.70
107 Kota Madiun 742,600.07 773,497.25 807,873.94 846,174.40 889,322.53 937,574.10 995,215.21 1,057,364.29
108 Kota Surabaya 48,989,883.71 50,942,757.11 53,125,899.88 56,312,931.76 59,877,994.44 63,677,389.53 67,695,819.92 71,913,820.46
109 Kota Batu 773,466.44 814,228.12 848,669.97 895,261.94 952,545.24 1,018,209.86 1,087,389.59 1,162,186.88
110 Kab. Pandeglang 2,779,131.04 2,919,599.34 3,052,872.34 3,211,069.95 3,398,589.82 3,510,268.02 3,667,467.40 3,824,711.66
111 Kab. Lebak 2,848,261.94 2,943,833.77 3,046,905.45 3,170,530.64 3,289,215.00 3,392,776.01 3,559,031.99 3,703,579.42
112 Kab. Tangerang 13,173,440.30 13,787,391.66 14,401,066.58 15,323,646.74 16,445,456.12 17,576,747.54 20,042,591.44 21,309,004.85
113 Kab. Serang 6,781,749.99 7,020,647.75 7,317,283.70 7,638,401.10 7,973,370.70 8,357,679.63 8,785,786.50 9,172,970.52
114 Kota Tangerang 16,762,663.12 17,758,912.75 18,987,715.02 20,079,268.53 21,462,167.93 22,932,602.88 24,505,118.02 26,066,992.52
115 Kota Cilegon 7,208,186.57 7,720,263.47 8,281,367.51 8,886,737.29 9,440,708.14 9,972,846.95 10,518,939.33 11,047,320.64
TOTAL KAB/KOTA 807,274,259.23 843,281,382.40 881,368,659.80 929,860,607.22 979,864,320.42 1,033,835,944.89 1,096,154,400.05 1,159,315,571.26
PDRB MENURUT PROVINSI DI JAWA (JUTA RUPIAH)
NO. PROVINSI 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 DKI JAKARTA 238,656,137.26 250,331,156.55 263,624,241.89 278,524,822.22 295,270,543.61 312,826,712.76 332,971,254.83 353,694,057.17
2 JAWA BARAT 202,131,382.92 209,731,189.42 219,525,220.65 230,003,495.86 242,883,881.74 257,499,445.75 274,180,307.83 290,180,021.06
3 JAWA TENGAH 118,816,400.29 123,038,541.13 129,166,462.45 135,789,872.31 143,051,213.88 150,682,654.74 159,110,253.77 167,790,369.85
4 DI YOGYAKARTA 14,055,070.59 14,687,284.33 15,360,408.85 16,146,423.77 16,910,876.87 17,535,749.31 18,291,511.71 19,208,937.53
5 JAWA TIMUR 210,448,570.19 218,452,389.09 228,884,458.54 242,228,892.17 256,374,726.78 271,249,316.68 287,814,183.92 304,922,688.10
6 BANTEN 47,495,383.36 49,449,321.34 51,957,457.73 54,880,406.50 58,106,948.22 61,341,658.64 65,046,775.77 68,802,910.30
TOTAL 831,602,944.60 865,689,881.86 908,518,250.11 957,573,912.84 1,012,598,191.10 1,071,135,537.88 1,137,414,287.81 1,204,598,984.00
73
Lampiran 2. Jumlah Penduduk Pulau Jawa
No. Kabupaten/Kota 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 Kep. Seribu 18,365 19,027 19,947 20,113 18,644 18,925 19,203 19,423
2 Jakarta Selatan 1,809,930 1,833,280 1,867,028 1,895,887 2,007,172 2,053,770 2,100,679 2,141,773
3 Jakarta Timur 2,385,121 2,417,082 2,447,412 2,487,328 2,404,127 2,414,021 2,423,065 2,428,213
4 Jakarta Pusat 889,000 885,000 883,462 897,118 889,448 891,907 894,045 894,740
5 Jakarta Barat 1,947,625 1,962,900 2,012,343 2,027,608 2,093,185 2,131,863 2,170,459 2,202,672
6 Jakarta Utara 1,427,430 1,435,280 1,409,992 1,421,726 1,447,805 1,452,732 1,457,140 1,459,360
7 Kab. Bogor 3,630,400 3,762,220 3,796,789 3,797,875 3,835,563 3,903,650 3,971,128 4,029,263
8 Kab. Sukabumi 2,112,039 2,152,241 2,178,681 2,190,080 2,171,398 2,190,590 2,208,941 2,221,652
9 Kab. Cianjur 1,974,804 2,005,693 2,052,372 2,063,682 2,082,323 2,110,055 2,137,178 2,159,020
10 Kab. Bandung 3,815,111 3,916,479 4,046,415 4,097,366 4,044,117 4,112,027 4,179,163 4,236,349
11 Kab. Garut 2,087,400 2,122,263 2,200,056 2,204,175 2,198,767 2,228,953 2,258,520 2,282,527
12 Kab. Tasikmalaya 1,292,223 1,309,242 1,595,483 1,616,858 1,619,052 1,644,513 1,669,610 1,690,681
13 Kab. Ciamis 1,473,093 1,486,132 1,505,149 1,506,833 1,512,358 1,522,184 1,531,372 1,536,609
14 Kab. Kuningan 988,582 994,413 1,037,940 1,038,596 1,045,804 1,058,167 1,070,186 1,079,527
15 Kab. Cirebon 1,956,459 1,984,444 2,046,450 2,058,625 2,045,320 2,068,411 2,090,805 2,107,945
16 Kab. Majalengka 1,124,851 1,130,658 1,156,774 1,161,785 1,169,616 1,179,136 1,188,189 1,194,198
17 Kab. Sumedang 981,405 994,910 1,019,360 1,025,572 1,018,887 1,028,923 1,038,582 1,045,605
18 Kab. Indramayu 1,604,098 1,616,929 1,655,520 1,656,647 1,689,961 1,710,227 1,729,944 1,745,337
19 Kab. Subang 1,339,956 1,351,894 1,373,626 1,387,511 1,383,238 1,393,796 1,403,792 1,410,182
20 Kab. Purwakarta 713,715 728,271 751,608 763,743 757,645 769,501 781,185 790,984
21 Kab. Karawang 1,814,634 1,846,097 1,888,900 1,902,537 1,929,208 1,958,381 1,987,085 2,010,966
22 Kab. Bekasi 1,739,734 1,815,414 1,870,270 1,934,004 1,985,145 2,054,795 2,125,915 2,193,776
23 Kota Bogor 762,677 776,404 816,911 907,614 898,492 931,092 964,434 996,371
24 Kota Sukabumi 255,335 258,590 269,987 275,550 293,544 302,459 311,502 319,981
25 Kota Bandung 2,157,835 2,183,491 2,231,139 2,239,757 2,303,913 2,338,359 2,372,234 2,400,340
26 Kota Cirebon 275,705 278,365 273,311 275,228 309,728 317,732 325,794 333,191
27 Kota Bekasi 1,726,206 1,796,799 1,846,920 1,941,065 1,997,525 2,071,427 2,147,080 2,219,708
28 Kota Depok 1,186,684 1,228,578 1,319,990 1,320,773 1,378,937 1,431,186 1,484,735 1,536,282
29 Kota Cimahi 453,432 465,141 473,234 504,772 548,450 572,463 597,254 621,498
30 Kota Tasikmalaya 799,185 809,202 568,121 575,732 582,911 585,669 588,171 589,147
31 Kota Banjar 157,957 159,467 162,959 164,495 163,538 164,927 166,252 167,151
32 Kab. Cilacap 1,685,024 1,692,263 1,646,372 1,659,960 1,620,153 1,621,737 1,623,176 1,626,795
33 Kab. Banyumas 1,491,912 1,503,917 1,505,855 1,519,226 1,485,368 1,491,469 1,495,981 1,503,262
34 Kab. Purbalingga 841,183 849,813 849,406 856,720 811,602 816,813 821,870 828,125
35 Kab. Banjarnegara 867,455 875,441 887,259 895,828 855,211 859,178 864,148 869,777
36 Kab. Kebumen 1,171,329 1,176,822 1,196,095 1,202,651 1,197,769 1,203,876 1,208,716 1,215,801
37 Kab. Purworejo 765,788 768,405 709,859 711,132 715,487 717,326 719,396 722,293
38 Kab. Wonosobo 741,374 748,181 762,107 771,261 749,832 752,309 754,447 757,746
39 Kab. Magelang 1,108,407 1,117,366 1,146,034 1,158,067 1,145,246 1,153,915 1,161,278 1,170,894
40 Kab. Boyolali 925,219 929,342 928,097 935,091 923,652 928,712 932,698 938,469
41 Kab. Klaten 1,261,950 1,268,403 1,123,165 1,131,476 1,123,484 1,125,650 1,128,852 1,133,012
42 Kab. Sukoharjo 790,087 799,230 812,029 825,281 807,736 814,018 819,621 826,699
43 Kab. Wonogiri 1,114,311 1,130,367 1,005,690 1,008,403 977,486 978,651 980,132 982,730
44 Kab. Karanganyar 804,031 810,088 815,077 824,636 793,771 800,595 805,462 812,423
45 Kab. Sragen 848,187 850,405 861,301 865,112 854,751 856,271 857,844 860,509
46 Kab. Grobogan 1,331,383 1,341,703 1,304,304 1,319,474 1,310,208 1,318,145 1,326,414 1,336,322
47 Kab. Blora 827,240 831,372 828,768 834,837 827,587 830,201 831,909 835,160
48 Kab. Rembang 562,815 569,378 578,136 583,301 568,868 570,842 572,879 575,640
49 Kab. Pati 1,176,678 1,185,488 1,191,564 1,203,180 1,162,702 1,165,004 1,167,621 1,171,605
50 Kab. Kudus 710,915 716,664 741,472 750,707 754,424 764,633 774,838 786,269
51 Kab. Jepara 984,773 1,002,381 1,041,005 1,059,638 1,042,723 1,057,635 1,073,631 1,090,839
52 Kab. Demak 990,600 996,384 1,031,654 1,051,736 1,010,435 1,017,471 1,025,388 1,034,286
53 Kab. Semarang 836,334 839,512 881,972 888,430 881,477 891,046 900,420 911,223
54 Kab. Temanggung 662,648 667,600 698,149 707,834 689,103 694,447 700,845 707,707
55 Kab. Kendal 881,025 885,732 884,405 891,116 913,291 926,125 938,115 952,011
56 Kab. Batang 665,482 671,215 695,506 704,413 673,406 675,574 678,909 682,561
74
Lampiran 2. (Lanjutan)
No. Kabupaten/Kota 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
57 Kab. Pekalongan 806,334 813,104 834,201 846,832 831,631 838,090 844,228 851,700
58 Kab. Pemalang 1,269,731 1,276,146 1,324,829 1,348,386 1,330,394 1,343,992 1,358,952 1,375,240
59 Kab. Tegal 1,390,223 1,405,639 1,435,337 1,453,318 1,403,311 1,406,858 1,410,290 1,415,625
60 Kab. Brebes 1,702,034 1,707,969 1,771,026 1,793,184 1,755,250 1,766,347 1,775,939 1,788,687
61 Kota Magelang 115,117 115,847 121,079 126,169 127,764 129,854 132,177 134,615
62 Kota Surakarta 489,881 489,386 492,325 513,024 508,281 511,731 517,557 522,935
63 Kota Salatiga 145,101 145,485 160,592 168,113 167,865 171,277 174,699 178,451
64 Kota Semarang 1,322,052 1,334,696 1,396,059 1,416,227 1,448,217 1,468,268 1,488,645 1,511,236
65 Kota Pekalongan 262,250 263,224 272,208 274,626 270,283 271,786 273,342 275,241
66 Kota Tegal 236,808 240,927 242,423 243,397 239,200 239,549 239,860 240,502
67 Kab. Kulon Progo 370,728 370,474 375,628 376,055 373,770 374,112 374,445 374,783
68 Kab. Bantul 790,114 799,236 815,972 818,764 862,961 879,825 896,994 909,812
69 Kab. Gunung Kidul 672,422 674,273 686,306 687,412 681,554 683,389 685,210 686,772
70 Kab. Sleman 915,081 928,579 941,281 945,045 990,130 1,008,295 1,026,767 1,040,220
71 Kota Yogyakarta 395,775 394,140 392,239 396,238 435,236 443,112 451,118 456,915
72 Kab. Pacitan 532,726 535,674 538,640 540,026 547,091 551,155 555,262 557,029
73 Kab. Ponorogo 864,424 866,995 869,438 869,912 878,305 885,377 892,527 895,921
74 Kab. Trenggalek 663,790 667,582 669,685 671,022 667,975 671,281 674,620 675,380
75 Kab. Tulungagung 949,197 954,853 960,479 962,825 969,767 977,415 985,147 988,731
76 Kab. Blitar 1,100,663 1,105,902 1,111,075 1,113,170 1,069,151 1,069,462 1,069,798 1,070,122
77 Kab. Kediri 1,454,244 1,464,954 1,475,561 1,479,687 1,439,885 1,445,474 1,451,119 1,451,630
78 Kab. Malang 2,322,699 2,331,120 2,341,598 2,355,405 2,357,442 2,379,402 2,401,624 2,413,779
79 Kab. Lumajang 987,939 993,971 999,929 1,002,131 1,005,734 1,013,483 1,021,317 1,024,849
80 Kab. Jember 2,205,492 2,219,175 2,233,325 2,242,222 2,278,307 2,295,610 2,313,100 2,320,844
81 Kab. Banyuwangi 1,526,870 1,533,679 1,540,050 1,540,429 1,517,432 1,522,382 1,527,384 1,531,753
82 Kab. Bondowoso 700,692 704,831 708,973 710,822 701,105 703,233 705,384 707,242
83 Kab. Situbondo 613,778 617,570 621,407 623,362 616,505 618,754 621,026 623,042
84 Kab. Probolinggo 1,017,365 1,027,181 1,037,555 1,045,184 1,032,310 1,037,292 1,042,323 1,043,671
85 Kab. Pasuruan 1,381,027 1,401,079 1,422,820 1,441,383 1,422,352 1,432,977 1,443,716 1,448,370
86 Kab. Sidoarjo 1,592,385 1,638,669 1,690,266 1,738,899 1,702,372 1,730,740 1,759,623 1,781,405
87 Kab. Mojokerto 938,758 954,161 970,576 982,989 971,313 983,949 996,774 1,005,486
88 Kab. Jombang 1,152,962 1,163,083 1,173,519 1,179,900 1,228,212 1,248,843 1,269,851 1,285,739
89 Kab. Nganjuk 1,015,318 1,022,050 1,028,444 1,029,392 991,313 994,369 997,458 1,000,132
90 Kab. Madiun 653,421 655,243 657,024 657,660 642,159 642,271 642,398 642,518
91 Kab. Magetan 621,738 621,222 621,142 623,396 622,384 623,474 624,581 625,424
92 Kab. Ngawi 833,944 837,072 840,173 841,519 827,728 830,198 832,696 834,847
93 Kab. Bojonegoro 1,195,706 1,204,542 1,213,418 1,217,508 1,230,312 1,243,032 1,255,914 1,263,551
94 Kab. Tuban 1,061,529 1,069,618 1,078,083 1,083,874 1,069,935 1,072,964 1,076,027 1,078,641
95 Kab. Lamongan 1,221,528 1,229,000 1,236,169 1,237,616 1,187,504 1,188,017 1,188,559 1,189,087
96 Kab. Gresik 1,026,488 1,043,747 1,062,415 1,077,976 1,124,061 1,148,776 1,174,063 1,194,821
97 Kab. Bangkalan 864,279 875,584 886,843 891,296 900,209 920,040 940,331 956,996
98 Kab. Sampang 812,575 823,498 834,279 837,958 845,050 864,969 885,379 902,429
99 Kab. Pamekasan 722,148 731,487 741,083 746,545 779,945 799,031 818,604 835,101
100 Kab. Sumenep 1,016,812 1,024,843 1,032,873 1,038,706 1,008,446 1,012,438 1,016,471 1,016,907
101 Kota Kediri 251,697 251,872 252,126 252,673 261,329 264,680 268,081 270,374
102 Kota Blitar 122,683 123,027 123,327 123,808 127,750 129,423 131,121 132,278
103 Kota Malang 756,294 762,155 770,483 775,909 796,648 804,381 812,209 816,637
104 Kota Probolinggo 196,591 198,493 200,465 201,737 213,556 218,137 222,822 226,643
105 Kota Pasuruan 172,840 174,859 176,987 178,532 172,450 173,191 173,940 174,073
106 Kota Mojokerto 110,100 111,087 112,137 112,966 111,964 112,517 113,075 113,201
107 Kota Madiun 169,595 169,536 170,408 176,073 173,408 175,266 177,148 178,291
108 Kota Surabaya 2,633,067 2,647,283 2,689,728 2,698,792 2,622,024 2,625,036 2,628,113 2,630,079
109 Kota Batu 170,030 173,763 177,436 178,505 180,847 183,396 185,986 187,813
110 Kab. Pandeglang 1,018,438 1,032,980 1,088,215 1,101,876 1,064,535 1,074,762 1,085,042 1,092,527
111 Kab. Lebak 1,032,375 1,039,379 1,128,674 1,134,066 1,156,773 1,183,184 1,210,149 1,234,459
75
Lampiran 2. (Lanjutan)
No. Kabupaten/Kota 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
112 Kab. Tangerang 2,827,342 2,928,320 3,187,671 3,227,087 3,262,727 3,366,423 3,473,271 3,574,048
113 Kab. Serang 1,660,941 1,702,340 1,794,717 1,836,133 1,764,183 1,786,223 1,808,464 1,826,146
114 Kota Tangerang 1,335,756 1,381,249 1,471,396 1,499,911 1,455,185 1,481,591 1,508,414 1,531,666
115 Kota Cilegon 298,081 305,161 328,654 329,705 325,413 331,667 338,027 343,599
TOTAL JAWA 123,637,119 125,232,392 127,434,201 128,737,542 128,470,536 129,996,254 131,527,393 132,856,644
TOTAL PENDUDUK KAB/KOTA
NO PROVINSI 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 DKI JAKARTA 8,477,471 8,552,569 8,640,184 8,749,780 8,860,381 8,963,218 9,064,591 9,146,181
2 JAWA BARAT 36,423,520 37,173,337 38,137,965 38,610,875 38,965,440 39,648,623 40,329,051 40,918,290
3 JAWA TENGAH 31,785,681 32,019,895 32,175,360 32,542,786 31,977,968 32,179,395 32,380,279 32,626,390
4 DI YOGYAKARTA 3,144,120 3,166,702 3,211,426 3,223,514 3,343,651 3,388,733 3,434,534 3,468,502
5 JAWA TIMUR 35,633,394 35,930,460 36,269,939 36,481,809 36,294,280 36,592,435 36,895,571 37,094,836
6 BANTEN 8,172,933 8,389,429 8,999,327 9,128,778 9,028,816 9,223,850 9,423,367 9,602,445