Gaya Pengambilan Keputusan Dari Tipe Kepribadian

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 128

GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN

TESIS
Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat magister Sains

Diajukan oleh :

Heru Kuntadi
13893 / IV-2 / 543 / 99

Kepada

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2004

ii

iii

Oleh karena itu Aku berkata kepadamu : Mintalah, maka akan diberikan kepadamu, carilah, maka kamu akan mendapat, ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu (Lukas 11 : 9 )

Seperti bapa sayang kepada anakanaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akn DIA (MASMUR 103:13)

Kupersembahkan Karya ini untuk :

Kemuliaan nama Tuhan Papah & Mamahku Istriku Sila dan Anakku Nathanael, Bersama merekalah kunikmati hidup dan mengalami kebaikan dan keajaiban dari Bapa surgawi.

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat, syukur serta segala kemuliaan hanya bagi Allah Bapa di surga sampai selama-lamanya. Melalui karya ilmiah ini, penulis dapat melihat dan mengalami betapa baiknya Tuhan serta betapa heran dan indahnya campur tangan kuasaNya bagi mereka yang mau percaya dan berserah kepadaNya. Segala daya dan usaha telah banyak dicurahkan dalam proses penyusunan karya ilmiah ini, akan tetapi semua hal itu menjadi benar-benar berarti ketika DIA yang memimpin dan yang menyertai. Penulisan karya ilmiah ini tidak dapat terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak kepada penulis. Atas semua hal tersebut, penulis tidak akan melupakan dan mengucapkan banyak terimakasih. Pertama-tama penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Sumadi Suryabrata, MA. Eds. yang telah memberikan bimbingan, saran-saran kepada penulis hingga penulis dapat sampai pada pengertian dan fokus yang jelas dalam penelitian. Penulis merasa puas dan bangga mendapat kesempatan berada di bawah pengawasan dan bimbingan dari salah seorang yang mengahayati dan menguasai bidangnya. Ucapan terimakasih juga penulis berikan kepada Dr. Thomas Dicky Hastjarjo, Drs. Koentjoro, MBSc., Ph.D. dan Dr. Fatturochman yang telah memberikan saran serta feed back terhadap tulisan ini. Meskipun kadang-kadang terasa rumit dan cukup keras, akan tetapi buah pemikiran yang diberikan sangat memperkaya dan mempertajam tulisan ini.

Tidak terlupakan kepada teman-teman seperjuangan, angkatan 1999 dan 2000, yang dari jauh melambaikan tangan mereka dan memberikan applaus kepada penulis untuk segera menuntaskan tugas yang ada di depan mata : Thanks guys, you look great fr here, I will miss you. Terimakasih secara khusus penulis berikan kepada Ir. Eko Nugroho, Msi. Pria ini sempat menjadi misteri dan pertanyaan besar bagi penulis. Ide dan prakarsa sehingga penulis dapat melanjutkan studi di pasca sarjana adalah dari dia. Apa yang telah ia berikan kepada penulis adalah lebih dari cukup, baik dalam sarana, dorongan, semangat, doa dan apalagi dalam biaya kuliah, hampir dalam semua kebutuhan dana perkuliahan dialah yang terlibat secara penuh. Penulis saat ini mulai memahami jawaban pertanyaan tersebut di atas, yaitu Tuhan sedang memakai hambaNya untuk menyatakan kasih karunia, berkat, kemurahan kepada penulis. Bapa di surga yang akan membalas segala ketulusan dan kebaikan Bapak. Terimakasih buat Papah dan Mamah yang telah menaikan doa serta berjuang di balik layar demi keberhasilan akan hal ini. Biarlah semua hal ini dapat menjadi sukacita dan kebanggaan bagi mereka. Khusus untuk Papah, biarlah keberhasilan ini bisa

membuat Papah seolah-olah juga sudah bisa menuntaskan kuliah Papah yang tertunda pada masa yang lalu. Terimakasih juga buat kakak-kakaku yang tercinta, Tanti, P. Abraham, Anik, Yose, dan kepada adik-adikku: Eli, Lukas, dik Aan, Yuzak, Dik Os, Inung, Alfian. Terimakasih buat dukungannya. Dan, terimakasih dari hatiku yang terdalam buat istriku, Sila, yang telah

mendampingi dengan penuh ketulusan dan menyatakan iman baik dalam perkataan, perbuatan dan doa dan memberikan dorongan kepada penulis untuk segera

menyelesaikan tugasnya dengan baik. Dan juga untuk anakku Nathanael, yang kehadirannya memberikan semangat dan sukacita tersendiri. Biarlah ketika ia besar nanti dan membaca tulisan ini boleh diingatkan bahwa ia pernah tumbuh dalam suasana penuh iman dan kasih. Kedua pribadi inilah yang paling mengerti ketika penulis tertawa maupun meneteskan air mata. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terimakasih. Penulis sangat menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Meskipun demikian, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan.

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul Halaman Pernyataan ... Halaman Pengesahan .. Halaman Persembahan ... Halaman Motto . Kata Pengantar . Daftar Isi ... Daftar Lampiran . i ii iii iv v vi ix xii

Daftar Tabel .... xiii Daftar Gambar .... Inti Sari ... Abstract .. Bab1. PENGANTAR ... A. Latar Belakang Masalah xiv xv xvi 1

... 1

B, Perumusan Masalah . 7 C. Tujuan Penelitian . 8 D. Keaslian Penelitian ... 8 E. Manfaat Penelitian .... 10 Bab II TINJAUAN PUSTAKA ... .. 11

A. Pengambilan Keputusan 11 1. Pengertian Pengambilan Keputusan. 2. Proses Pengambilan Keputusan . 11 12

iv

3. Faktor-Faktor yang menpengaruh Pengambilan Keputusan 15 B. Gaya Pengambilan Keputusan .. 17 1. Pengertian Gaya Pengambilan Keputusan ... 17 2. Gaya Pengambilan Keputusan Rasional.... 20 3. Gaya Pengambilan Keputusan Intuitif. 21 C. Tipe Kepribadian.. 24 1. Pengertian Kepribadian.. 24 2. Tipe Kepribadian Extrovert dan Introvert.. 27 3. Faktor-faktor Dasar Kepribadian Extrovert dan Introvert.. 31 D. Gaya Pengambilan Keputusan dan Tipe Kepribadian ... 32 E. Hipotesis.. 38 Bab III. METODOLOGI PENELITIAN 39 A. Identifikasi Variabel Penelitian ..39 B. Definisi Operasional Variabel Penelitian39 C. Subyek Penelitian.41 D. Metode Pengumpulan Data 42 E. Uji Coba dan Hasil UjiCoba47 F. Jalannya Penelitian .53 G. Metode Analisa Data 55 Bab IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 57 A. Hasil Penelitian 57 1. Deskripsi Data Penelitian 57 a. Gaya Pengambilan Keputusan 57

b. Tipe Kepribadian... 58 2. Hasil Uji Asumsi60 a. Uji Normalitas Sebaran 60 b. Homogenitas Variansi61 3. Hasil Uji Hipotesa..62 B. Pembahasan66 1. Perbedaan Gaya Pengambilan Keputusan Antara Orang Extrovert dan Introvert66 2. Kecenderungan Gaya Pengambilan Keputusan Yang Dimiliki Oleh Orang Extrovert dan Introvert...67 Bab V. KESIMPULAN DAN SARAN.71 A. KESIMPULAN....71 B. SARAN72 DAFTAR PUSTAKA74 LAMPIRAN LAMPIRAN 78

vi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

Hal

1. Data Mentah Skala Extrovert Introvert. 78 2. Data Mentah Skala Gaya Pengambilan Keputusan.. 80 3. Uji coba Validitas dan Reliabilitas Skala Gaya Pengambilan Keputusan81 4. Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Skala Extrovert-Introvert..82 5. Validitas dan Reliabilitas Skala Gaya pengambilan Keputusan Terpakai84 6. Validitas dan Reliabilitas Skala Extrovert-Introvert Terpakai... 85 7. Uji Asumsi : Normalitas Sebaran 87 8. Uji asumsi : Homogenitas Varian 93 95 96 97 98 103 106 110

\9. Uji Hipotesis : ANOVA I 10. Uji ANOVA II 11. Uji ANOVA III . 12. Skala Uji Coba Extrovert Introvert . 13. Skala Uji Coba Gaya Pengambilan Keputusan 14. Skala Extrovert-Introvert Terpakai .. 15. Skala Gaya Pengambilan Keputusan Terpakai

vii

DAFTAR TABEL Tabel Hal 44 47 52 52 58 60 61 62 64 65

1. Kisi-Kisi Skala Gaya Pengambilan Keputusan 2. Kisi-Kisi Skala Extrovert Introvert 3. Kisi-Kisi Butir Gugur dan Valid Skala Gaya Pengambilan Keputusan .. 4.Kisi-Kisi Butir Gugur dan Valid Skala Extrovert Intrvert . 5. Distribusi Subyek Berdasar Gaya Pengambilan Keputusan . 6. Distribusi Subyek berdasar Kecenderungan Tipe Kepribadian . 7. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Sebaran Variabel Penelitian .. 8. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variabel Gaya Pengambilan Keputusan .. 9. Rangkuman ANOVA . 10. Rangkuman ANOVA

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Hal

1. Alur Uji Coba dan Analisis Terhadap Skala Penelitian.. 51 2. Alur Analisis Data ... 56

ix

GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN

Heru Kuntadi Program Studi Pskologi Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada

INTISARI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan gaya pengambilan keputusan yang diambil oleh subyek berkecenderungan tipe kepribadian extrovert dan introvert. Subyek penelitian berjumlah 75 orang, diambil atau dipilih dengan kriteria tertentu atau purposive sampling, yaitu berusia antara 25 tahun sampai dengan 50 tahun, sudah menikah, sudah bekerja dan semua subyek tinggal di Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) ada perbedaan yang signifikan dalam gaya pengambilan keputusan yang diambil oleh subyek berkecenderungan tipe extrovert dan introvert, (2) kelompok subyek dengan kecenderungan tipe kepribadian extrovert cenderung melakukan gaya pengambilan keputusan intuitif (3) kelompok subyek dengan kecenderungan tipe kepribadian introvert cenderung melakukan gaya pengambilan keputusan rasional.

Kata kunci : gaya pengambilan keputusan, tipe kepribadian, kecenderungan.

DECISION MAKING STYLE VIEWED WITH PERSONALITY TYPE

Heru Kuntadi Graduate Program of Gadjah Mada University

ABSTRACT

The purpose of this study was to find-out the difference of decision making style taken by people who have tendency of extroversion and that of introversion personality type. There were 75 participants in this study, choosen with spesific criteria or purposive sampling, is that 25 to 50 years old, married, worked and living in Yogyakarta. Result of this study showed that : (1) there was significant difference of decision making style taken by people who have tendency of extroversion and that of introversion personality type (p=.002) , (2) Group of participants who have tendency of extroversion personality type tended to do the intuitive decision making style (F=6.143, p=.019), (3) group of participants who have tendency of introversion personality type tended to do the rational decision making style ( F = 62.100, p=.000) .

Keywords : decision making style, personality type, tendency

xi

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan sehari-hari manusia menghadapi berbagai pilihanpilihan. Manusia yang satu dengan yang lainnya memiliki variasi dalam

keanekaragaman pilihan-pilihan yang dihadapi. Aktivitas atau kegiatan seseorang pada dasarnya adalah tindakan untuk menentukan salah satu atau sejumlah pilihan dari beberapa alternatif yang dihadapinya (Barlett, 1980). Individu dihadapkan dengan beberapa alternatif untuk dipilah-pilah atau dikaji dan mulai menentukan alternatif mana yang sesuai atau mendatangkan manfaat bagi dirinya. Hal ini merupakan sebagian dari pokok pikiran yang disampaikan dalam the real life choise theory (Gladwin, 1980). Menurut teori tersebut, apabila seseorang melakukan suatu aktivitas tertentu berarti ia telah melewati suatu tahapan pemilihan dari beberapa alternatif yang ada di hadapannya. Jadi, apabila seseorang pergi berbelanja ke suatu

supermarket, maka ia telah melewati tahap pemilihan terhadap beberapa alternatif. Kemungkinan sebelum pergi berbelanja ke supermarket, ia juga menghadapi pilihan lain, misalnya pergi ke salon, menjenguk cucu, menonton telenovela, menelpon seseorang, membaca koran, atau bersantai di atas sofa. Dari beberapa alternatif tersebut ia memilih untuk pergi berbelanja ke supermarket. Hal ini dipilih karena dipandang lebih sesuai dan mendatangkan manfaat bagi dirinya saat itu. Sangat dimungkinkan pilihan yang diambil oleh orang tersebut merupakan

pilihan yang tidak sesuai dan tidak bermanfaat bagi orang lain. Kemungkinan orang lain tersebut akan memilih beristirahat di atas sofa atau menonton televovela. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa pilihan yang diambil oleh seseorang terkait dengan kondisi internal seseorang. Erat terkait dengan pembahasan di atas adalah masalah pengambilan keputusan atau decision making. Pengambilan keputusan merupakan aktivitas sehari-hari yang tidak dapat dihindari oleh setiap orang baik disadari maupun tidak disadari. Pada saat orang harus memilih, mempertimbangkan, menaksir dan memprediksi sesuatu maka berarti ia berada dalam situasi pengambilan keputusan (Matlin, 1998). Studi tentang pengambilan keputusan telah banyak dilakukan orang dari pelbagai disiplin ilmu. Decision making telah menjadi perhatian yang cukup lama baik dalam pengembangan teori ataupun penelitian dalam Psikologi sosial. Dalam kancah Psikologi, biasanya studi tentang pengambilan keputusan dikaitkan dengan pengaruh persepsi, ingatan, pola pikir, emosi dan karakteristik kepribadian (Wolman, 1997). Menurut Chang (dalam, Kuntadi, 1996), dalam kehidupan sehari-hari individu sering berada dalam situasi pengambilan keputusan yang ditandai dengan adanya permasalahan dan beberapa alternatif atau pilihan yang harus diambilnya. Pilihan-pilihan tersebut merupakan alternatif pemecahan masalahnya. Dalam menentukan pilihan yang diambil maka individu harus melakukan perhitungan, analisa dan perkiraan terhadap serangkaian alternatif tersebut. Alternatif yang mendatangkan manfaat dan menghindarkan diri dari kerugian-kerugian akan

diambil, sementara alternatif yang merugikan akan dihindari atau diabaikan. Menurut Chang, proses pemilihan atau penentuan alternatif pemecahan masalah terhadap beberapa alternatif yang ada merupakan inti dari proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan ini meliputi semua aspek kegiatan individu, baik dalam kegiatan rutinitas maupun permasalahan yang penting dalam diri individu, namun seringkali dalam kajian ilmiah tentang pengambilan keputusan perhatian terutama ditujukan pada proses pengambilan keputusan yang penting dalam kehidupan seseorang (Siagian, 1991). Dalam hal pengambilan keputusan ternyata ditemukan bahwa tidak semua individu melakukan pendekatan dengan cara yang sama dalam mengambil keputusan. Jadi ada gaya yang berbeda-beda dalam pengambilan keputusan (Birgham Young University, 1999). Gaya pengambilan keputusan dapat didefinisikan sebagai cara unik seseorang dalam membuat keputusan-keputusan penting dalam hidupnya. Tanpa memperhatikan keputusan apa yang dibuat, tiap orang mempunyai cara unik untuk mengambil keputusan. Tidak ada satupun cara terbaik yang dapat berlaku bagi semua orang. Setiap orang belajar mengandalkan suatu cara terbaik yang berlaku atas dirinya sesuai dengan pengalamannya (Harren, dkk.,1978). Berdasarkan hal tersebut, maka berarti tiap orang memiliki cara atau gaya tersendiri dalam mengambil keputusan. Gaya pengambilan keputusan menjadi bersifat unik dan khas bagi individu-individu. Harren, (dalam Bruce & Scott, 1999) mengajukan skema klasifikasi gaya pengambilan keputusan yang mencakup dua (2) kategori yang berseberangan dengan tajam berkenaan dengan

pengumpulan informasi dan evaluasi informasi, yaitu gaya pengambilan keputusan rasional dan intuitif. Gaya pengambilan keputusan rasional bercirikan kepastian, kemampuan yang tinggi dalam perencanaan, sistematis, kepercayaan diri tinggi, cenderung menyelesaikan tugas dengan kontrol tinggi. Gaya intuitif lebih mengandalkan fantasi, perasaan, kesadaran emosional, kadang-kadang impulsif, cepat mengambil keputusan, banyak dipengaruhi oleh dorongan emosional. Gaya pengambilan keputusan juga dapat dipahami sebagai cara respon yang dipelajari atau dibiasakan dan melalui hal ini, individu melakukan pendekatan dan mengambil keputusan (Bruce & Scott, 1999). Dari hal ini nampak bahwa gaya pengambilan keputusan terjadi melalui pengalaman-pengalaman dan dalam kurun waktu tertentu atau dibiasakan. Telah disebutkan di atas bahwa pengambilan keputusan juga dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian seseorang (Wolman,1977). Tiap individu memiliki cara unik dalam melakukan pendekatan dan mengambil keputusan, sehingga caracara unik tersebut menjadi gaya pengambilan keputusan bagi masing-masing individu. Berdasarkan hal ini, maka dapat diajukan suatu pertanyaan yang relevan, yaitu apakah ada hubungan atau keterkaitan antara gaya pengambilan keputusan dan karakteristik kepribadian. Masalah kepribadian telah menjadi bahan perbincangan dan penelitian atau bahkan polemik ilmiah di antara para ahli Psikologi. Hal ini mengingat kepribadian merupakan masalah yang kompleks. Para ahli sebagian besar sepakat bahwa aspek kepribadian menjadi aspek penentu keunikan dan menentukan warna

khas individu yang satu dengan yang lain (Suryabrata, 2000). Kepribadian merupakan organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Istilah menentukan ini berarti sangat mempengaruhi perbuatan-perbuatan yang dilakukan individu atau perilakunya (Allport, dalam Suryabrata, 1998). Batasan yang lain menyatakan bahwa kepribadian dapat dilihat sebagai integrasi dari aspek kognitif, afektif, konatif dan karakteristik fisik individu . Kepribadian juga dipandang sebagai motif perilaku atau sistem berperilaku (Roback, dalam Bischof, 1970). Bersamaan dengan berjalannya waktu, minat para ahli Psikologi terhadap penemuan ilmiah tentang perbedaan kepribadian antar individu juga semakin besar. Para ahli mulai banyak mempelajari dan meneliti perbedaan atau tipologi kepribadian manusia. Berdasarkan penemuan-penemuan tentang perbedaan kepribadian manusia ini, para ahli juga mulai meneliti lebih dalam lagi, yaitu pengaruh perbedaan kepribadian tersebut bagi perilaku seseorang (Smith & Anderson, 1986) Penelitian seperti ini ternyata mendatangkan manfaat praktis yang besar, kemudian para ahli mulai menyusun teori maupun tes atau alat ukur untuk menentukan perbedaan kepribadian antara individu yang satu dengan yang lainnya (Suryabrata, 1998). Salah satu penemuan ilmiah berkaitan dengan hal tersebut di atas adalah tipologi yang diajukan oleh Jung, yaitu membedakan kepribadian seseorang ke dalam dua tipe kepribadian : introvert dan extravert. Tipe kepribadian ini

kemudian oleh Eysenck dikembangkan lebih lanjut. Eysenck membedakan

kepribadian dalam dua tipe, yaitu introvert dan extravert, untuk menyatakan adanya perbedaan dalam reaksi-reaksi terhadap lingkungan dan dalam tingkah laku (Suherman,M., R.A. & Yuanita, R., 2000). Menurut Jung (dalam Hall & Lindsay, 1999), individu yang bertipe kepribadian introvert orientasi jiwanya terarah ke dalam dirinya, suka menyendiri, menjaga jarak terhadap orang lain, cenderung pemalu, membutuhkan waktu agak lama dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan, tidak mudah percaya pada impuls seketika, tidak menyukai perangsangan, suka hidup teratur, perasaannya di bawah kontrol yang ketat, agak pesimis dan menjunjung nilai-nilai etis. Individu yang bertipe kepribadian extrovert orientasi jiwanya terarah ke luar dirinya, bersifat sosiabel, membutuhkan orang lain untuk diajak berbicara dan tidak menyukai aktifitas menyendiri, menyukai perangsangan, menyukai tindakan berisiko secara tiba-tiba, umumnya bersifat impulsive, menyukai perubahan, cenderung agresif dan perasaannya tidak di bawah kontrol yang ketat. Eysenck melihat bahwa tiap individu memiliki atau tergolong dalam salah satu tipe kepribadian tersebut. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa tipe kepribadian ekstravert intravert ini untuk menyatakan adanya perbedaan-perbedaan reaksi terhadap lingkungan, sekaligus menggambarkan keunikan individu dalam beringkah laku terhadap suatu stimulus sebagai perwujudan karakter,

temperamen, fisik dan kognitif individu (Suherman & Yuanita, 2000). Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, maka diketahui bahwa tipe kepribadian seseorang akan sangat berpengaruh dalam penentuan pola perilaku

tertentu dalam menghadapi stimulus-stimulus. Hal ini juga berlaku dalam masalah gaya pengambilan keputusan (decision- making style). B. Perumusan Masalah Telah dikatakan di atas bahwa tiap individu memiliki cara-cara yang unik dalam melakukan pendekatan dan mengambil keputusan. Tiap individu memilki gaya masing-masing dalam pengambilan keputusan. Gaya pengambilan keputusan ini merupakan keunikan masing-masing individu. Tipe kepribadian merupakan penggolongan-penggolongan yang dilakukan oleh para ahli Psikologi dengan pengertian bahwa tiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tertentu yang unik yang membedakan dirinya dengan orang lain. Tipe kepribadian extravert-intravert yang dikemukakan oleh Eysenck ini merupakan salah satu contoh dari tipologi kepribadian yang telah dilakukan oleh para ahli Psikologi. Berdasarkan penjelasan singkat di atas dapat ditarik kesamaan, yaitu baik gaya pengambilan keputusan maupun tipe kepribadian masing-masing meupakan keunikan yang dimiliki oleh individu. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan antara gaya pengambilan keputusan yang diambil atau dilakukan oleh orang yang berkecenderungan tipe kepribadian extrovert dan introvert.

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan gaya pengambilan keputusan yang diambil oleh orang yang berkecenderungan tipe kepribadian exrovert dan introvert. D. Keaslian Penelitian Sebatas pengetahuan penulis, belum pernah dilakukan penelitian yang secara khusus berusaha melihat perbedaan gaya pengambilan keputusan yang diambil oleh orang yang bekecenderungan tipe kepribadian extrovert dan introvert, ataupun yang berusaha melihat hubungan antara gaya pengambilan keputusan (decision-making style) dan tipe kepribadian (extravert-intravert), namun ada beberapa penelitian ilmiah tentang gaya pengambilan keputusan maupun tentang tipe kepribadian extrovert-introvert yang pernah dilakukan. Sebagai contoh, Bruce dan Scott (1999) pernah melakukan penelitian yang berusaha mengkaitkan antara gaya pengambilan keputusan dan pengaruhnya terhadap mutasi atau pepindahan pekejaan seseorang. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa orang dengan gaya pengambilan keputusan rasional lebih terarah dan efektif dalam menyesuaikan diri terhadap pekerjaannya yang baru maupun keputusan untuk memasuki posisi kerja yang baru, sedangkan orang dengan gaya pengambilan keputusan intuitif dan dependen cenderung pasif dan tergantung kepada orang lain. Penelitian lain berusaha mengkaitkan pengaruh gaya berpikir (cognitive style) terhadap gaya pengambilan keputusan (Harren, 1978). Hasil dari penelitian ini yaitu orang yang memiliki gaya berpikir secara menyeluruh atau umum

cenderung memiliki gaya pengambilan keputusan yang rasional, sementara orang dengan gaya berpikir spatial atau sebagian cenderung memiliki gaya pengambilan keputusan intuitif. Sementara itu, penelitian lain yang serupa yaitu berusaha mengkaitkan gaya pengambilan keputusan dan pemecahan masalah pekerjaan (Susan, dkk., 1984). Adapun kesimpulan dari penelitian ini, yaitu orang dengan gaya pengambilan keputusan intuitif cenderung pesimis dan menyukai status quo, dan orang dengan gaya pengambilan keputusan yang rasional lebih cepat menemukan solusi dan aktif. Penelitian ilmiah berkaitan dengan tipe kepribadian Eysenck (extravertintravert) yang pernah dilakukan antara lain penelitian mengenai hubungan

antara trait (extravert-intravert) dan social stereotypes (Andersen S.M. & Klatzky, 1987). Penelitian yang lain adalah mengenai penampilan klien bertipe extravert dan intravert pada saat mengungkapkan rasa depresinya atau stress-nya. Klien bertipe extravert nampak lebih ekspresif dan lebih menampakan kondisi depresi, sementara itu klien bertipe intravert tidak ekspresif dan cenderung stabil atau tidak begitu kelihatan sympton depresinya (Nocita & Stiles, 1986). Sugijanto dan Adijanti (1983) pernah melakukan penelitian tentang penalaran verbal dan abstrak orang bertipe introvert dan extrovert, sementara itu juga pernah dilakukan penelitian yang mengkaitkan kecenderungan kecanduan cybersex dan tipe kepribadian extrovert dan introvert(Haryanti, 2001). Adapun hasil penelitian ini yaitu orang bertipe introvert memiliki kecenderungan kecanduan cybersex yang lebih tinggi dibandingkan orang bertipe extrovert.

10

Pemaparan penelitian-penelitian ilmiah yang pernah dilakukan tersebut di atas adalah beberapa contoh penelitian yang berkaitan dengan masalah gaya pengambilan keputusan maupun tipe kepribadian Eysenck (extravert-intarvert), namun dari beberapa penelitian tersebut dan sebatas pengetahuan penulis belum ada penelitian yang secara khusus membahas hubungan antara gaya pengambilan keputusan dan tipe kepribadian Eysenck ini. E. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara gaya pengambilan keputusan yang diambil oleh individu yang memiliki kecenderungan tipe kepribadian extrovert dan introvert. Obyek kajian Psikologi amat luas dan beranekaragam, sehingga sangat dimungkinkan adanya penemuan-penemuan baru baik yang bersifat teoritik maupun terapan. Manfaat yang dapat diharapkan dengan penelitian ini adalah: 1. Menambah kekayaan kajian ilmu Psikologi, mengingat ruang lingkup ilmu Psikologi yang sangat luas . 2. Menambah kuantitas serta kualitas sumber referensi Psikologi, sehingga diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi mereka yang ingin mempelajari hal yang sama atau yang terkait. 3. Penelitian ini masih terbatas dalam beberapa hal, karena itu penelitian ini dapat menjadi perangsang bagi munculnya penelitian lain yang lebih komprehensif. 4. Bagi para pemerhati dan para praktisi yang ingin mendalami masalah pengambilan keputusan dan tipe kepribadian, kiranya penelitian ini dapat memberikan pencerahan baik bersifat teoritik atau terapan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengambilan Keputusan 1. Pengertian Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan telah menjadi perhatian yang cukup luas baik dalam pengembangan teori atau penelitian dalam Psikologi sosial (Wolman, 1977). Bagi penelitian sosial, pengambilan keputusan baik pada tingkat individu maupun pada tingkat kelompok menjadi daerah penelitian yang penting (Hofsteede, 1971). Hal ini memang terbukti dengan adanya studi-studi tentang pengambilan keputusan yang sudah banyak dilakukan oleh orang dari pelbagai latar belakang disiplin ilmu. Dalam bidang Psikologi biasanya studi pengambilan keputusan ini banyak dikaitkan dengan pengaruh persepsi, ingatan, pola berpikir, proses kognisi, emosi dan variabel-variabel kepribadian seseorang terhadap keputusan yang diambilnya (Suharman, 1999). Menurut Mckeachie (1986), pengambilan keputusan adalah

pertimbangan beberapa tujuan dan pengukuran atas kemungkinan keberhasilan dari beberapa alternatif yang diketahui. William Biddle (dalam Hofsteede, 1971) menyatakan bahwa pengambilan keputusan sebagai selection of proposed action to solve the problem, yaitu suatu pilihan dari tindakan yang ditawarkan untuk memecahkan persoalan. Hal yang senada dengan pernyataan tersebut, yaitu pengambilan keputusan diartikan sebagai pembuatan pilihan atas dua atau lebih alternatif yang ada. Pengambilan keputusan ini terjadi sebagai reaksi terhadap

11

12

suatu masalah . Ada kesenjangan antara keadaan saat ini dan keadaan yang diinginkan, dan hal ini menuntut pertimbangan arah tindakan yang dipilih (Robbins, 1996). Seseorang yang telah mengambil keputusan, dengan demikian dapat diartikan ia telah melakukan pemilihan terhadap alternatif-alternatif yang ditawarkan kepadanya. Hal yang tidak dapat dipungkiri adalah kemungkinan atau pilihan yang tersedia bagi tindakan itu dibatasi oleh kondisi dan kemampuan orang-perorangan, lingkungan sosial, ekonomi, budaya, lingkungan fisik dan aspek psikologis (Roepke, 1982). Siahaan (1992) memberikan batasan pengambilan keputusan sebagai pemilihan terhadap obyek perilaku tertentu dari dua alternatif atau lebih. Batasan yang lain menyatakan bahwa pengambilan keputusan diartikan sebagai proses berpikir dan bertindak yang diwujudkan dalam bentuk perilaku tertentu (Dunette, 1976). Definisi yang diberikan oleh Dunette ini nampak lebih menekankan adanya keterkaitan antara dilakukannya. Chang (1972) menyatakan hal yang hampir sama dengan batasan di atas, yaitu bahwa pengambilan keputusan tidak hanya meliputi proses kognisi dan afeksi saja, melainkan juga meliputi perilaku seseorang. Pengambilan keputusan yang diambil oleh seseorang akan mengontrol tindakannya. Berdasarkan hal tersebut dapat ditafsirkan perilaku seseorang merupakan produk dari keputusan yang diambil. Simatupang (1986) mengatakan pada saat seseorang sedang melakukan analisa, mempertimbangkan serta melibatkan emosinya maka orang proses berpikir seseorang dengan perbuatan yang

13

lain tidak bisa melihatnya, sedangkan pada saat ia melakukan suatu perilaku tertentu sebagai hasil dari keputusan yang diambilnya maka orang lain baru bisa melihatnya. Jadi memahami pengambilan keputusan yang telah diambil seseorang seharusnya melihat dari sisi yang bisa dilihat dan dari sisi yang tidak bisa dilihat. Berdasarkan uraian di atas, maka diketahui bahwa pengambilan keputusan itu berkaitan dengan alternatif yang dihadapi individu (terutama pemecahan masalah) dan pilihan yang diambil individu terhadap alternatif yang ada. Setiap individu memiliki kondisi yang berbeda-beda, hal ini mempengaruhi atau ikut menentukan pilihan yang ada pada individu. 2. Proses Pengambilan Keputusan Memilih dan mengambil keputusan merupakan dua tindakan yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Dalam sepanjang hidupnya manusia selalu diperhadapkan pada pilihan-pilihan atau alternatif dan pengambilan keputusan (Simatupang, 1986). Hal ini sejalan dengan teori real life choice, yang menyatakan dalam kehidupan sehari-hari manusia melakukan atau membuat pilihan-pilihan di antara sejumlah alternatif. Pilihan-pilihan tersebut biasanya berkaitan dengan alternatif dalam penyelesaian masalah (Gladwin, 1980). Pengambilan keputusan akan lebih dipahami apabila melihat bahwa pengambilan keputusan itu melewati suatu proses pengambilan keputusan. Erat terkait dengan proses pengambilan keputusan ini adalah situasi pengambilan keputusan (Matlin, 1998).

14

Situasi pengambilan keputusan adalah situasi atau kondisi di mana seseorang harus mempertimbangkan, berpikir, menaksir, memilih dan

memprediksi sesuatu (Matlin, 1998). Pilihan atau alternatif yang dihadapi oleh setiap orang seringkali berlainan, demikian pula dalam hal akibat, risiko maupun keuntungan dari pilihan yang diambilnya. Hal seperti ini jelas sekali pada gilirannya akan membuat situasi pengambilan keputusan antara individu yang satu dengan individu yang lain akan berbeda. Matlin (1998), pada penjelasan berikutnya, juga menyatakan bahwa situasi pengambilan keputusan yang dihadapi seseorang akan mempengaruhi keberhasilan suatu pengambilan keputusan . Tahap berikutnya setelah seseorang berada dalam situasi pengambilan keputusan adalah tindakan untuk memprtimbangkan, menganalisa, melakukan prediksi, dan menjatuhkan pilihan terhadap alternatif yang ada. Dalam tahap ini reaksi individu yang satu dengan yang lain berbeda-beda sesuai dengan kondisi masing-masing individu. Ada beberapa individu dapat segera menentukan sikap terhadap pertimbangan yang telah dilakukan, namun ada individu lain yang nampak mengalami kesulitan untuk menentukan sikap mereka. Tahap ini dapat disebut sebagai tahap penentuan keberhasilan dari suatu proses pengambilan keputusan (Matlin, 1998). Berdasarkan penjelasan singkat di atas diketahui bahwa proses pengambilan keputusan itu diawali ketika seseorang berada dalam situasi pengambilan keputusan. Hal yang lain adalah bahwa situasi pengambilan keputusan antar individu bisa berlainan, karena pilihan atau alternatif yang dihadapi individu juga berlainan dan hal ini akan mempengaruhi proses

15

pengambilan keputusan. Penanganan yang tepat terhadap situasi pengambilan keputusan juga akan menentukan keberhasilan suatu proses pengambilan

keputusan. Situasi pengambilan keputusan terjadi atau muncul dalam diri seseorang ketika ia diperhadapkan dengan permasalahan dan beberapa alternatif atau pilihan sebagai jawaban dari permasalahannya. Selanjutnya, dari beberapa alternatif jawaban tersebut , ia mulai mempertimbangkan, berpikir, menaksir, memprediksi dan menentukan pilihan. Tahap menentukan pilihan terhadap alternatif yang ada merupakan tahap penting dalam proses pengambilan keputusan. 3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengambilan Keputusan Menarik sekali untuk mengetahui apakah yang dapat mempengaruhi

suatu proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini merupakan proses wajar yang dialami oleh individu. Dalam prakteknya ternyata ada beberapa hal yang bisa mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Siagian (1991) menyatakan bahwa ada aspek-aspek tertentu bersifat internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Adapun aspek internal tersebut antara lain : a. pengetahuan Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Biasanya semakin luas pengetahuan seseorang semakin mempermudah pengambilan keputusan. b. Aspek kepribadian Aspek kepribadian ini tidak nampak oleh mata tetapi besar peranannya bagi pengambilan keputusan.

16

Aspek eksternal dalam pengambilan keputusan, antara lain : a. Kultur Kultur yang dianut oleh individu bagaikan kerangka bagi perbuatan individu. Hal ini berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan. b. Orang lain Orang lain dalam hal ini menunjuk pada bagaimana individu melihat contoh atau cara orang lain (terutama orang dekat ) dalam melakukan pengambilan keputusan. Sedikit banyak perilaku orang lain dalam mengambil keputusan pada gilirannya juga berpengaruh pada perilkau individu dalam mengambil keputusan. Arroba (1998) menyatakan ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang, antara lain : 1. Informasi yang diketahui perihal permasalahan yang dihadapi 2. Tingkat pendidikan 3. Personality 4. Coping , dalam hal ini dapat berupa pengalaman hidup yang terkait dengan permasalahan (proses adaptasi). 5. culture Pada penelitian ini tidak dilakukan pembahasan pada semua aspek yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan (seperti tersebut di atas), namun tanpa bermaksud menolak atau meniadakan aspek-aspek pengaruh tersebut , penelitian ini akan secara khusus mengupas keterkaitan aspek kepribadian terhadap proses pengambilan keputusan.

17

Berdasarkan beberapa batasan atau pengertian tentang

pengambilan

keputusan yang telah dipaparkan tersebut, maka dapat diberikan beberapa pokok atau point penting berkaitan dengan masalah pengambilan keputusan. Pertama, bahwa pengambilan keputusan seringkali berkaitan dengan munculnya

permasalahan. Individu yang satu dengan individu yang lain tentu saja memiliki permasalahan yang berlainan, hal ini akan membuat pengambilan keputusan menjadi beragam antara individu yang satu dengan yang lainnya. Kedua, sebelum suatu keputusan diambil, seseorang akan menghadapi apa yang disebut oleh

Matlin sebagai situasi pengambilan keputusan. Dalam kondisi ini individu melakukan pertimbangan, berpikir, menaksir, memprediksi dan melakukan pemilihan terhadap sejumlah alternatif yang ada. Ketiga, pengambilan keputusan tidak hanya meliputi proses kognisi dan afeksi saja, melainkan juga meliputi perilaku seseorang. Pengambilan keputusan yang diambil oleh seseorang akan mengontrol tindakannya. Berdasarkan hal tersebut dapat ditafsirkan perilaku seseorang merupakan produk dari keputusan yang diambil. Keempat, proses

pengambilan keputusan ternyata juga dipengaruhi oleh aspek kepribadian seseorang.

B. Gaya pengambilan Keputusan 1. Pengertian Gaya Pengambilan Keputusan Salah satu pengertian penting berkaitan dengan masalah pengambilan keputusan ini, yaitu dalam aktifitas sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari proses pengambilan keputusan (Matlin, 1998). Pengertian penting lainnya yaitu

18

berkaitan dengan keunikan atau keanekaragaman pengambilan keputusan antara individu yang satu dengan individu yang lain. Dalam hal mengambil keputusan, antar individu yang satu dengan individu yang lain melakukan pendekatan dengan cara yang tidak sama. Jadi ada gaya yang berbeda-beda antar individu yang satu dengan yang lain dalam melakukan pengambilan keputusan (Brigham Young University, 1999). Gaya pengambilan keputusan dipahami sebagai cara respon yang

dipelajari atau dibiasakan dimana melaluinya individu melakukan pendekatan dan melakukan pengambilan keputusan ( Bruce & Scott, 1999). Batasan yang lain menyatakan bahwa gaya pengambilan keputusan adalah cara-cara unik yang dilakukan seseorang di dalam membuat keputusan-keputusan penting dalam hidupnya (Harren, 1980). Dalam penjelasan berikutnya, Harren (1980) juga menyatakan bahwa tanpa memperhatikan keputusan-keputusan yang dibuatnya, tiap-tiap orang mempunyai cara unik untuk mengambil keputusan. Tidak ada satupun cara terbaik yang dapat berlaku bagi semua orang. Setiap orang belajar mengandalkan suatu cara terbaik yang berlaku atas dirinya sesuai pengalamannya. Berdasarkan batasan-batasan tentang gaya pengambilan keputusan ini, maka diketahui bahwa gaya pengambilan keputusan ini bersifat individual, yaitu terkait dengan kondisi masing-masing individu. Hal ini jelas ikut menentukan gaya pengambilan keputusan yang dimiliki seseorang. Harren, dkk. (1978) membedakan pengambilan keputusan ke dalam dua (2) gaya pengambilan keputusan yang berseberangan yaitu gaya rasional dan intuitif Penggolongan dua gaya ini di dasarkan atas:

19

a. Tingkat individu dalam menggunakan strategi pengambilan keputusan yang bersifat logis berlawanan dengan strategi pengambilan keputusan yang bersifat emosional. b. Cara individu dalam mengolah dan menanggapi informasi serta melakukan evaluasi dalam situasi pengambilan keputusan. Pada penelitian selanjutnya Harren, dkk. (1978) menemukan bahwa ada dimensi ketiga yang muncul dalam gaya pengambilan keputusan, yaitu gaya pengambilan keputusan dependen, yaitu individu yang menghindari tugas pengambilan keputusan dan menyerahkan pada orang lain untuk mengambil keputusan. Namun dalam penelitian empiris yang dilakukan setelah penemuan tersebut, Harren kembali menunjukan bahwa gaya pengambilan keputusan

dependen ini bersifat independen atau terpisah dari gaya pengambilan keputusan rasional dan intuitif (dalam Bruce & Scott, 1999). Mengingat akan hal ini, maka dalam penelitian ini akan digunakan dua dimensi gaya pengambilan keputusan yang telah dikemukakan oleh Harren, dkk. (1978), yaitu gaya pengambilan keputusan rasional dan intuitif. Berdasarkan uraian tersebut, penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam hal melakukan pengambilan keputusan, individu dapat digolongkan kepada salah satu gaya pengambilan keputusan. Setiap cara atau gaya pengambilan keputusan merupakan cara yang terbaik bagi masing-masing individu. Hal ini sekaligus memperlihatkan eksistensi gaya pengambilan keputusan sebagai keunikan individual. Berikut ini akan dipaparkan secara ringkas mengenai masing-masing

20

gaya pengambilan keputusan tersebut agar dapat dicapai pemahaman yang semakin baik. 2. Gaya Pengambilan Keputusan Rasional Harren, dkk. (1978) menyatakan bahwa gaya pengambilan keputusan rasional ini bercirikan adanya kepastian atau mengejar hal-hal yang eksak dan masuk akal, kemampuan yang tinggi dalam perencanaan, kepercayaan diri yang tinggi, cenderung menyelesaikan tugas dengan kontrol tinggi. Berdasarkan hal ini diketahui bahwa individu dengan gaya pengambilan keputusan rasional cenderung berusaha untuk merumuskan pengambilan keputusan dengan banyak

menitikberatkan pada penalaran rasional. Hal-hal yang tidak masuk akal dan berkaitan dengan emosi, perasaan maupun fantasi tidak begitu dihiraukan, akan tetapi hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan yang matang, perhitungan yang cermat, prediksi yang masuk akal dan pemikiran yang rasional tampak menonjol dalam individu dengan gaya pengambilan keputusan rasional ini. Mereka adalah tergolong orang yang tidak mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan Individu dengan gaya pengambilan keputusan rasional ini dapat menekan dan mengesampingkan hal-hal yang bersifat emosional dalam proses pengambilan keputusan (Phillips, dkk., 1984). Bruce dan Scott (1999) menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan berkaitan dengan masalah pengumpulan dan evaluasi informasi. Keen dalam disertasinya (dalam Bruce dan Scott, 1999), menunjukan bahwa pengumpul informasi yang sistematis, terarah lebih memungkinkan menjadi evaluator

informasi yang rasional, sementara itu pengumpul informasi yang lebih banyak

21

melibatkan perasaan atau hal-hal yang bersifat emosional lebih memungkinkan menjadi evaluator informasi intuitif. Sekali lagi diketahui bahwa gaya pengambilan keputusan rasional menitikberatkan pada penalaran yang sistematis, terarah dan masuk akal. Robbins (1996) menyatakan secara sosial gaya pengambilan keputusan yang rasional ini lebih banyak diterima dibanding yang lainnya, apalagi di masyarakat maju yang lebih banyak menaruh perhatian pada hal-hal yang rasional. Mengacu pada uraian tersebut, penulis berkesimpulan seorang yang memiliki gaya pengambilan keputusan rasional cenderung mengarahkan dirinya pada hal-hal yang masuk akal dan menekan hal yang bersumber pada aspek emosional. 3. Gaya Pengambilan Keputusan Intuitif Gaya pengambilan keputusan intuitif ini lebih mengandalkan perasaan, kesadaran emosional, fantasi, kadang-kadang bersifat impulsif, cepat mengambil keputusan (Harren, dkk., 1978). Pengambilan keputusan intuitif adalah suatu proses tak sadar yang diciptakan dari dalam pengalaman yang tersaring. Dalam hal ini tidak berarti analisa rasional sama sekali tidak berjalan, lebih tepatnya antara faktor emosional, fantasi dan rasional saling melengkapi. Hanya saja aspek emosional lebih dominan (Robbins, 1996). Robbins (1996) mengidentifikasikan ada delapan kondisi yang

memungkinkan orang menggunakan pengambilan keputusan intuitif, yaitu: a. Bila ada ketidakpastian dalam tingkat yang tinggi b. Bila hanya ada sedikit precedent untuk diikuti

22

c. Bila hal-hal yang dihadapi kurang dapat diramalkan secara ilmiah d. Bila fakta-fakta yang terkait terbatas e. Bila fakta tidak dengan jelas menunjukan jalan untuk diikuti f. Bila data analisis kurang berguna g. Bila ada beberapa penyelesaian alternatif yang masuk akal untuk dipilih dari antaranya dengan argumen yang baik untuk masing-masing h. Bila waktu terbatas dan ada tekanan untuk segera mengambil keputusan yang tepat Dalam masyarakat maju seperti Amerika, Inggris dan beberapa negara maju lainnya yang sangat menjunjung tinggi analisa rasional, ternyata pengambilan keputusan intuitif ini masih banyak dilakukan, namun orang yang melakukan cenderung tidak mengakui bahwa mereka melakukan demikian. Hal ini karena gaya pengambilan keputusan rasional lebih diinginkan dan diterima dalam masyarakat. Berbeda dengan analisa rasional, orang yang melakukan pengambilan keputusan intuitif ini biasanya akan menemui kesulitan apabila ia diminta untuk menjelaskan bagaimana ia sampai pada kesimpulannya dalam pengambilan keputusan yang dibuatnya karena kesimpulannya lebih cenderung berdasar pada intuisi yang dimilikinya, sementara itu orang yang menggunakan pengambilan keputusan rasional akan dengan mudah menjelaskan bagaimana jalan pikiran dan pertimbangan yang dipakai. Agar keputusan yang dibuat dapat dengan mudah diterima oleh banyak orang maka si pengambil keputusan intuitif sering mengemas keputusan yang dibuat itu dengan analisa yang bersifat rasional (Robbins, 1996).

23

Phillips, dkk. (1984) melakukan penelitian tentang gaya pengambilan keputusan ini dan menemukan bahwa dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang ternyata terkandung kedua gaya pengambilan keputusan tersebut (rasional dan intuitif ). Jadi dalam suatu pengambilan keputusan tidak secara mutlak atau sepenuhnya merupakan perwujudan salah satu gaya

pengambilan keputusan saja. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Harren (1978) yang menemukan kesimpulan yang serupa, yaitu pendekatan keputusan yang dipakai individu mengandung unsur-unsur dari kedua gaya pengambilan keputusan. Penentuan gaya pengambilan keputusan yang dipakai seseorang ditentukan dari gaya mana yang mendominasi individu dalam melakukan pendekatan pengambilan keputusan. Jadi di antara kedua gaya pengambilan keputusan tersebut, tidak terdapat batasan yang tegas. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang individu sangat dimungkinkan mengandung ciri-ciri dari kedua gaya pengambilan keputusan tersebut. Hanya saja, penentuan gaya pengambilan keputusan yang dipakai oleh seseorang dilihat dari gaya pengambilan keputusan manakah yang muncul secara dominan dalam dirinya. Berdasar penjelasan ini maka dapat ditarik beberapa hal berkaitan dengan gaya pengambilan keputusan intuitif. Pengambilan keputusan intuitif ini sering diterapkan pada saat kondisi sulit diprediksikan, bila waktu yang tersedia terbatas dan ada tekanan untuk segera mengambil keputusan (kondisi seperti ini sering mengarahkan orang untuk lebih mengandalkan intuisinya). Pengambilan keputusan intuitif ini tidak berarti bersifat negatif atau lebih buruk daripada

24

pengambilan keputusan rasional, hal ini terbukti dalam situasi yang genting gaya pengambilan keputusan intuitif ini ternyata sering dipergunakan orang. Pemaparan mengenai kedua macam gaya pengambilan keputusan (rasional dan intuitif) seperti tersebut di atas bukan dimaksudkan sebagai upaya untuk memperlihatkan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing gaya. Secara teoritik pemaparan tersebut dapat dipandang sebagai usaha untuk menunjukan bahwa dalam pengambilan keputusan dapat ditemukan dua macam gaya pengambilan keputusan .

C. Tipe Kepribadian 1. Pengertian Kepribadian Secara garis besar, persoalan dalam psikologi kepribadian itu berkisar di sekitar dua persoalan pokok, yaitu: menentukan apakah kepribadian itu dan usaha untuk mengukur apa yang telah ditentukan itu. Usaha-usaha untuk memecahkan persoalan yang pertama menghasilkan berbagai macam konsep dan teori tentang kepribadian, sedangkan usaha untuk memecahkan persoalan yang kedua menghasilkan berbagai alat atau tes untuk mengungkapkan atau mengukur kepribadian ( Suryabrata, 2000). Apabila seseorang ingin mempelajari masalah kepribadian maka yang akan dijumpainya bukan hanya satu teori saja, melainkan bermacam-macam teori tentang kepribadian. Untuk mempermudah pemahaman maka dari sekian banyak teori tentang kepribadian tersebut dilakukan penggolongan-penggolongan. Banyaknya teori yang berusaha mencapai

25

pemahaman tentang masalah kepribadian ini juga mempengaruhi banyaknya definisi tentang kepribadian (Suryabrata, 1998). Menurut Allport (dalam Sahrah,1990), dalam studi psikologi kepribadian ada empat pertanyaan dasar yang penting, yaitu: Pertama, apakah yang membuat individu-individu yang berbeda memiliki kesamaan dalam situasi yang sama. Kedua, apakah yang membuat individu-individu yang berbeda dalam situasi yang sama berperilaku secara berbeda. Ketiga, apakah yang membuat seseorang berperilaku sama dalam situasi yang berbeda-beda. Keempat, apakah yang membuat setiap orang unik satu dengan yang lainnya. Pertanyaan yang pertama sangat erat kaitannya dengan tujuan ilmu psikologi secara umum, yaitu untuk memahami, memprediksidan mengontrol perilaku individu di dalam

lingkungannya. Pertanyaan yang kedua memfokuskan pada pengamatan perbedaan perilaku dari individu yang berbeda dalam situasi yang sama (individual deferences). Pertanyaan yang ketiga menunjuk pada keajegan kepribadian, bahwa kualitas personal tidak berubah dari situasi yang satu ke situasi yang lain, sedangkan pertanyaan yang keempat mengisyaratkan bahwa studi-studi kepribadian ingin menemukan karakteristik yang membedakan individu yang satu dengan yang lainnya. Masing-masing teori akan menjawab keempat pertanyaan tersebut secara berlainan menurut latar belakang teori yang dianutnya, karena itu sangat besar kemungkinannya teori yang berbeda akan mendefinisikan arti kepribadian secara berbeda pula. Berikut ini akan dipaparkan beberapa pengertian kepribadian yang telah dinyatakan oleh beberapa ahli psikologi, meskipun tidak semua batasan

26

kepribadian dapat diakomodasikan di sini. Allport menyatakan bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya (dalam Suryabrata, 1998). Bischof (1970) menyatakan bahwa kepribadian dapat dilihat sebagai integrasi dari aspek-aspek kognitif, afektif, konatif dan karakteristik fisik individu seperti yang diperlihatkan dalam hubungannya dengan orang lain. Kepribadian merupakan motif perilaku atau sistem berprilaku. Sementara itu, Atkinson (1996) memberikan batasan kepribadian sebagai pola perilaku dan cara berpikir yang khas, yang menentukan penyesuaian diri individu terhadap lingkungan. Eysenck (dalam Suryabrata, 1998) memberikan definisi kepribadian sebagai keseluruhan pola perilaku baik yang aktual maupun potensial dari organisme yang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungan. Menurut Cattel (dalam Hall dan Lindzey, 1999) kepribadian dipandang sebagai suatu hal yang dapat memungkinkan prediksi tentang apa yang akan dilakukan individu dalam situasi tertentu berkenaan pada perilaku yang menyeluruh baik perilaku yang tampak atau tidak tampak. Berdasarkan beberapa batasan kepribadian yang telah dipaparkan di atas, berikut ini akan dipaparkan pula beberapa kesimpulan berkaitan dengan pengertian kepribadian. Pertama, kepribadian bukan hanya berkaitan dengan masalah kejiwaan saja, melainkan berkaitan juga dengan masalah kognitif, afektif, konatif yang terintegrasi ke dalam kesatuan kepribadian yang nampak dalam perilaku seseorang. Kedua, kepribadian mengandung tendensi determinasi yang ikut memainkan peranan yang aktif dalam tingkah laku individu. Personality is

27

what lies behind specific acts and within the individual (Allport, dalam Suryabrata, 1998). Ketiga, kepribadian ikut menentukan keunikan atau kekhasan individu yang satu dengan individu yang lainnya. Tidak ada dua orang yang benar-benar sama dalam caranya menyesuaikan diri terhadap lingkungan, jadi dengan demikian berarti tidak ada dua orang yang mempunyai kepribadian yang sama persis. Keempat, kepribadian mengantarai individu dengan lingkungannya. Setiap individu pasti berinteraksi dan berusaha beradaptasi dengan lingkungannya, kepribadian ini berperan sebagai sesuatu yang mempunyai fungsi atau arti adaptasi dan menentukan (Suryabrata, 1998). Berdasar hal ini, diketahui bahwa perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya (baik lingkungan fisik atau psikologis) sangat dipengaruhi oleh kepribadiannya. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Sahrah (1988), bahwa dalam kehidupan seharihari individu mempunyai kebebasan untuk memilih situasi kehidupan di mana mereka berada, hal ini sangat dipengaruhi dan disesuaikan dengan

kepribadiannya. Hall dan Lindzey (1978) juga menyatakan hal yang sepadan, yaitu kepribadian dapat dipandang sebagai ketrampilan sosial, yaitu kepribadian berkaitan dengan kemampuan dalam memilih reaksi-reaksi terhadap bermacammacam respon dan dalam berbagai situasi. Berdasarkan penjelasan ini, penulis menyimpulkan bahwa kepribadian menempati posisi yang punya peranan penting dalam kehidupan seseorang. Reaksi individu terhadap lingkungan dan perilakunya ternyata dipengaruhi oleh kepribadiannya.

28

2. Tipe Kepribadian Extravert dan Introvert Bersamaan dengan perkembangan teori dan penelitian dalam psikologi kepribadian, minat para ahli psikologi terhadap perbedaan dan ciri khas kepribadian antar individu semakin meningkat. Hal ini nampak dari munculnya usaha-usaha ilmiah dari para ahli untuk mulai melakukan penggolonganpenggolongan kepribadian individu berdasarkan cirinya yang unik ke dalam model-model maupun tipe-tipe kepribadian (Suryabrata, 1998). Kepribadian dapat ditinjau dari berbagai macam pendekatan, salah satu diantaranya berdasarkan perspektif disposisi. Menurut perspektif disposisi, kepri-badian dapat dibedakan berdasarkan tipenya (Carver dan Scheier, 1996). Salah satu contoh penggolongan kepribadian yang didasarkan atas tipologisnya adalah tipe kepribadian extravert dan introvert. Tipe kepribadian ini pertama kali dikemukakan oleh Carl Gustav Jung yang menganut aliran psikoanalisis, dengan teorinya tentang struktur kesadaran manusia (Eysenck, 1950). Menurut Jung (dalam Suryabrata, 1998), struktur kesadaran manusia digolongkan menjadi dua , yaitu : (a) Fungsi jiwa dan (b) sikap jiwa. Fungsi jiwa yaitu suatu bentuk aktivitas kejiwaaan yang secara teoritis tidak mengalami perubahan dalam lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan fungsi jiwa secara rasional, yaitu pikiran dan perasaan, dan secara irasional yaitu pendriaan dan intuisi. Sikap jiwa merupakan arah dari energi psikis umum atau libido yang menjelma ke dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Orientasi jiwa terhadap dunianya dapat mengarah ke dalam maupun ke luar.

29

Jung juga menyatakan bahwa pada dasarnya dalam diri individu terdapat dua kecenderungan tipe kepribadian yang berlawanan arah, namun selalu salah satu kecenderungan tampak dominan dan yang lainnya inferior. Kecenderungan tipe kepribadian yang dominan terdapat pada kesadaran, sebaliknya

kecenderungan kepribadian yang inferior berada dalam ketidaksadaran. Artinya, bila dimensi introvert lebih dominan maka dimensi tersebut berada dalam

kesadaran manusia, sedangkan dimensi extravert sifatnya inferior dan terletak dalam ketidaksadaran, begitu juga sebaliknya (Suryabrata, 1998). Pada perkembangan berikutnya, seorang ahli bernama Hans. J. Eysenck juga memaparkan teori tentang tipe kepribadian extrovert-introvert. Eysenck dalam memaparkan teorinya tentang ektrovert-introvert dipengaruhi oleh apa yng dinyatakan oleh Jung (Suryabrata, 1998). Eysenck (1950) membedakan kepribadian ke dalam dua tipe, yaitu extrovert dan intravert untuk menyatakan adanya perbedaan dalam reaksi-reaksi terhadap lingkungannya dan dalam tingkah laku sosial. Eysenck juga menyatakan bahwa tipe kepribadian extravert dan

intravert menggambarkan keunikan individu dalam bertingkah laku terhadap suatu stimulus sebagai perwujudan karakter, temperamen, fisik dan intelektual individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tipe kepribadian extravert dan introvert merupakan suatu dimensi yang bergerak dari satu ujung ke ujung yang lain pada suatu kontinum. Eysenck (1976) juga menyatakan bahwa kecenderungan tipe kepribadian extravert dan introvert tersebut bekerja saling melengkapi satu sama lain yang berorientasi pada keseimbangan jiwa individu.

30

Menurut Jung (Carver & Scheier,1996) seorang bertipe kepribadian introvert cenderung untuk lebih senang menyendiri, pemalu dan dalam interaksi sosial lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang memungkinkan sendirian. Bila menghadapi masalah cenderung sendirian. Sementara itu Sugiyanto dan Adiyanti (1983) menyatakan seorang introvert cenderung untuk menghindari percaturan sosial, mereka lebih mementingkan diri sendiri daripada keperluan untuk meluaskan pergaulan atau hubungan dengan orang lain. Hal ini tidak berarti negatif karena tidak jarang mereka mampu berprestasi secara menakjubkan. Seorang introvert bersembunyi bukan sekedar untuk merenung, mungkin mereka sedang berpikir tentang sesuatu obyek atau mempelajari sesuatu yang belum dimengerti, bahkan mungkin sedang terjadi suatu proses kreatif di dalam dirinya (Jung, dalam Mischel dan Mischel, 1973). Eysenck (Carver dan Scheier, 1996) menyebutkan bahwa orang-orang berkepribadian introvert cenderung berhati-hati, terkontrol, kalem dan penuh pertim-bangan dalam perilaku mereka. Jika mengalami ketidakstabilan emosi cenderung murung, pesimis, cemas., meskipun demikian mereka memiliki taraf intelektualitas tinggi, perbendaharaan kata baik, teliti tetapi lamban, taraf aspirasi tinggi, cenderung keras kepala, agak kaku, dalam keadaan stabil seorang introvert nampak riang dan tenang. Sebaliknya seorang bertipe kepribadian extravert adalah seorang yang tidak pernah diam, hidup adalah untuk pergaulan. Mereka tidak pernah terlepas dari kesibukan yang melibatkan kehadiran orang lain (Sugiyanto dan Adiyanti, 1983). Eysenck ( 1950) menyatakan seorang individu yang bertipe kepribadian introvert orientasi jiwanya terarah ke dalam dirinya,

31

dalam pengambilan keputusan maka nilai-nilai subyektif berperanan penting. Individu bertipa kepribadian extrovert, orientasi jiwanya terarah ke luar, kepada obyek dan hubungan antar obyek. Individu yang bertipe kepribadian extrovert tipikal bersifat sosiabel, nilai-nilai obyektif berperan penting, membutuhkan orang lain untuk diajak bicara dan tidak menyukai aktifitas sendiri, menyukai perangsangan, suka melakukan tindakan beresiko secara tiba-tiba, umumnya impulsif, suka pada perubahan, cenderung agresif dan perasaannya tidak di bawah kontrol yang ketat. Sebaliknya, seorang introvert tipikal adalah seorang pemalu, suka menyendiri dan menjaga jarak dengan orang lain, tidak percaya pada impuls seketika, tidak menyukai perangsangan, suka hidup teratur, perasaannya di bawah kontrol yang ketat, menjunjung nilai-nilai etis. 3. Faktor-Faktor Dasar kepribadian Extravert dan Introvert Eysenck dan Wilson (1982) mengklasifikasikan ciri-ciri tingkah laku yang operasional pada tipe kepribadian extravert dan introvert menurut faktor-faktor kepribadian yang mendasarinya, yaitu : (a) Activity : Pada aspek ini diukur bagaimana subyek dalam melakukan aktivitasnya, apakah energik dan gesit atau sebaliknya lamban dan tidak bergairah. Bagaimana subyek menikmati setiap pekerjaan yang dilakukan, jenis pekerjaan atau aktivitas apa yang disukainya. (b) Sociability : Aspek sociability mengukur bagaimana individu melakukan kontak sosial. Apakah interaksi sosial individu ditandai dengan banyak teman, suka bergaul,menyukai kegiatan sosial, mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, menyukai suasana ramah tamah,

32

atau sebaliknya individu kurang dalam kontak sosial, merasa minder dalam pergaulan, menyukai aktivitas sendiri. (c) Risk Taking : Aspek ini mengukur apakah individu berani mengambil risiko atas tindakannya dan menyukai tantangan dalam aktivitasnya. (d) Impulsiveness : Untuk membedakan kecenderungan extravert dan introvert berdasarkan cara individu mengambil tindakan, apakah cnderung impulsif, tanpa berpikir secara matang keuntungan dan kerugiannya atau sebaliknya mengambil keputusan dengan

mempertimbangkan konsekuensinya. (e) Expressiveness : Aspek ini mengukur bagaimana individu

mengekspresikan emosinya baik emosional sedih, senang, takut. Apakah cenderung sentimental, penuh perasaan, mudah berubah pendirian dan demonstratif, atau sebaliknya mampu mengontrol pikiran dan emosinya, tenang, dingin. (f) Reflectiveness : Aspek ini mengukur bagaimana ketertarikan individu pada ide, abstrak, pertanyaan filosofis. Apakah individu cenderung suka berpikir teoritis daripada bertindak, instropektif. (g) Responbility : Aspek ini membedakan individu berdasarkan tanggung jawab terhadap tindakan maupun pekerjaannya. Melihat uraian teori di atas, penulis menyimpulkan bahwa kecenderungan tipe kepribadian extrovert-introvert ini bisa diamati dari tujuh (7) faktor yang mewarnai perilkau seseorang. Pemahaman akan ketujuh faktor tersebut akan mempermudah pemahaman akan tipe kepribadian extrovert-introvert ini.

33

D. Gaya Pengambilan Keputusan dan Tipe Kepribadian Salah satu fakta yang ditemukan dalam studi mengenai pengambilan keputusan, yaitu adanya keunikan antar individu dalam mengambil keputusan. Team peneliti dari Brigham Young University (1999) menyatakan bahwa tidak semua individu melakukan pendekatan yang sama dalam mengambil keputusan. Antar individu mempunyai langkah maupun sudut pandang yang beragam dalam menentukan suatu keputusan dalam hidupnya. Pada penjelasan yang lebih lanjut, dinyatakan bahwa ada gaya yang berbeda-beda di dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh individu (Brigham Young University, 1999). Gaya pengambilan keputusan didefinisikan sebagai cara unik seseorang membuat keputusan-keputusan dalam hidupnya (Harren, 1980). Harren, dkk. (1978) mempercayai bahwa tanpa memperhatikan keputusan-keputusan yang dibuat, tiap orang mempunyai cara unik untuk mengambil keputusan. Gaya pengambilan keputusan juga dipahami sebagai cara respon yang dipelajari atau dibiasakan. Melalui hal ini individu melakukan pendekatan dan mengambil keputusan (Bruce dan Scott, 1999). Tidak ada satupun cara terbaik yang dapat berlaku bagi semua orang. Tiap-tiap orang belajar mengandalkan suatu cara terbaik yang berlaku atas dirinya sesuai dengan pengalamannya (Harren, 1980). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat ditarik suatu pengertian, bahwa gaya pengambilan keputusan bersifat melekat pada kondisi seseorang. Gaya pengambilan keputusan dipelajari dan dibiasakan oleh individu dalam

34

kehidupannya, sehingga menjadi bagian dan miliknya serta menjadi pola respon saat individu menghadapi situasi pengambilan keputusan. Gaya pengambilan keputusan juga menjadi ciri atau bagian unik dari individu (Phillips, dkk. 1984). Keunikan lain yang melekat pada diri individu adalah kepribadian orang tersebut. Hall dan Linzey (1978) menyatakan bahwa kepribadian merupakan ciri khas seseorang atau sebagai impresi menonjol yang terdapat dalam diri

seseorang. Kepribadian memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku seseorang. Eysenck menyatakan bahwa kepribadaian adalah keseluruhan pola perilaku baik yang aktual maupun potensial dari seseorang (dalam Suryabrata, 1995). Kepribadian merupakan alat yang digunakan individu dalam

berkomunikasi dengan dunia luar dan dalam melakukan penyesuaian dengan lingkungan sekitarnya (Allport, dalam Adisubroto, 1987). Bischof (1970) mengatakan bahwa kepribadian merupakan motif dari perilaku atau sistem berperilaku. Hal seperti tersebut di atas juga berlaku bagi tipe kepribadian seseorang. Tipe kepribadian juga merupakan hal unik yang dimiliki oleh seseorang. Tipe kepribadian seseorang berperan menentukan perilaku maupun respon seseorang terhadap lingkungan dan permasalahan yang dihadapi. Eysenck (1950) membedakan tipe kepribadian menjadi dua tipe, yaitu introvert dan ekstravert untuk menyatakan adanya perbedaan dalam reaksi terhadap lingkungan sosial dan tingkah laku seseorang. Tipe kepribadian introvert dan ekstravert menggambarkan keunikan individu dalam bertingkah laku terhadap suatu stimulus sebagai perwujudan karakter, temperamen, fisik dan intelektual individu dalam

35

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Jadi nampak jelas baik gaya pengambilan keputusan maupun tipe kepribadian adalah dua hal yang sama-sama mengacu kepada keunikan individu dan sama-sama memiliki andil yang besar bagi perilaku seseorang.. Menurut Mischel (dalam Sahrah, 1988), dalam kehidupan sehari-hari individu biasanya mempunyai kebebasan untuk memilih situasi kehidupan di mana mereka berada, dan hal ini akan dipengaruhi dan disesuaikan oleh kepribadiannya. Pada saat seseorang memilih dan berada dalam suatu situasi kehidupan yang diingininya, pasti ia melewati proses pengambilan keputusan. Berdasarkan hal ini terlihat adanya keterkaitan antara pengambilan keputusan dan aspek kepribadian seseorang. Penelitian lain yang hampir sama adalah tentang kecanduan cybersex

yang berusaha melihat hubungan antara kecanduan cybersex dengan tipe kepribadian seseorang (Haryanti, 2001). Dalam penelitian ini diperlihatkan bahwa pada saat seseorang ingin kembali ke warnet untuk mengunjungi situs porno (cybersex), seringkali mereka menghadapi situasi dilema. Peranan tipe kepribadian introvert dan ekstrovert diungkap dalam penelitian ini, untuk melihat seberapa jauh pengaruhnya terhadap perilaku mengunjungi (kecanduan) situs porno (cybersex). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa orang dengan tipe kepribadian introvert cenderung memiliki tingkat kecanduan yang lebih besar dari orang bertipe kepribadian extrovert dalam mengunjungi situs porno atau

cybersex Meskipun secara implicit, nampak pada saat seseorang menghadapi situasi dilema sampai dengan ia melakukan sesuatu, pastilah ia sudah melakukan

36

pengambilan keputusan. Dengan demikian penelitian ini secara tidak langsung telah memperlihatkan perbedaan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang yang berkecenderungan tipe kepribadian extrovert dan introvert . Ada satu tinjauan teoritis yang dapat digunakan sebagai acuan atau pencerahan untuk menunjukan keterkaitan antara gaya pengambilan keputusan dan kecenderungan tipe kepribadian extrovert dan introvert, yaitu apa yang dikemukakan oleh Carl Gustav Jung. Dalam teorinya tersebut, Jung menyatakan bahwa dalam berinteraksi dengan dunianya, individu salah satunya dipengaruhi oleh struktur kesadaran. Struktur kesadaran ini terdiri dari dua komponen pokok, yaitu : fungsi jiwa dan sikap jiwa, yang masing-masing mempunyai peranan penting dalam orientasi manusia terhadap dunianya. Fungsi jiwa ialah suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teori tiada berubah dalam lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan ada empat fungsi pokok, yang dua rasional,. yaitu pikiran dan perasaan, sedang yang dua lagi irrasional, yaitu pendriaan dan intuisi. Pada dasarnya manusia memiliki keempat fungsi tersebut, akan tetapi biasaya hanya salah satu fungsi saja yang paling dominan. Fungsi yang paling dominan ini merupakan fungsi superior dan menentukan tipe orangnya. Sikap jiwa ialah arah daripada energi psikis umum atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Arah energi psikis itu dapat ke luar maupun ke dalam, dan demikian pula arah orientasi manusia terhadap dunianya , dapat ke luar maupun ke dalam. Berdasarkan sikap jiwanya manusia dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu :tipe extravers dan tipe

37

introvers. Orang extravers terutama dipengaruhi oleh dunia obyektif, yaitu dunia di luar dirinya. Pikiran dan perasaannya banyak dipengaruhi oleh apa yang ada dilingkungannya. Jadi apa yang ada di luar dirinya dengan cepat dapat mempengaruhi pikiran dan perasaannya. Sementara itu orang introvers terutama dipengaruhi oleh dunia subyektif, yaitu dunia dalam dirinya. Pikiran dan perasaannya tidak dengan mudah dipengaruhi oleh lingkunganya, akan tetapi dipengaruhi oleh faktor subyektif. Pemaparan secara ringkas teori ini merupakan cuplikan buku karya Bapak Sumadi Suryabrata ( 1998 ). Apabila teori di atas dikaitkan dengan topik penelitian ini, maka nampak dalam masalah fungsi jiwa, hal ini dapat dikaitkan dengan masalah gaya pengambilan keputusan. Masing-masing gaya pengambilan keputusan (rasional dan intuitif) memiliki kriteria tersendiri (Harren, 1978). Gaya pengambilan keputusan rasional bercirikan penalaran yang sistematis dan logis, analitis, kontrol diri yang kuat atau tidak mudah terpengaruh hal yang bersifat emosional. Gaya pengambilan keputusan seperti ini bila dikaitkan dengan funsi jiwa maka terkait dengan fungsi jiwa yang rasional. Sedangkan gaya pengambilan keputusan

intuitif banyak diwarnai dengan kesadaran emosional, fantasi, impulsif. Gaya pengambilan keputusan seperti ini (intuitif) erat terkait dengan fungsi jiwa irrasional. Berakaitan dengan masalah sikap jiwa, maka orang bisa digolongkan menjadi dua tipe, yaitu tipe extravers dan introvers. Jadi jelas bahwa masalah sikap jiwa manusia itu berkaitan dengan masalah kepribadian, yaitu tipe extravers dan introvers.

38

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pemamparan teori di atas adalah sebagai berikut. Dalam diri manusia terdapat fungsi jiwa dan sikap jiwa. Fungsi jiwa dapat dikaitkan dengan masalah gaya pengambilan keputusan, sedangkan sikap jiwa dapat dikaitkan dengan masalah kepribadian (tipe extravers dan introvers). Semua hal ini dapat ditemukan dalam diri manusia sebagai aspek yang mempengaruhi manusia berinteraksi terhadap dunianya. Jadi dari hal ini nampak adanya keterkaitan antara gaya pengambilan keputusan dan tipe kepribadian extrovert dan introvert. Pemaparan penelitian dan teori di atas dimaksudkan untuk menunjukan bahwa ternyata ada keterkaitan antara pengambilan keputusan dan tipe kepribadian. Oleh karena penelitian yang secara khusus membahas hubungan atau keterkaitan antara gaya pengambilan keputusan dan tipe kepribadian belum pernah dilakukan (sebatas sepengetahuan penulis) maka prinsip yang ada dalam penelitian dan teori tersebut dipakai sebagai acuan penelitian. E. Hipotesis Hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ada perbedaan dalam gaya pengambilan keputusan yang dilakukan oleh subyek yang berkecenderungan tipe kepribadian extrovert dan introvert, yaitu subyek yang berkecenderungan tipe kepribadian introvert akan cenderung memiliki gaya pengambilan keputusan rasional, sedangkan subyek yang berkecenderungan tipe kepribadian extrovert akan cenderung memiliki gaya pengambilan keputusan intuitif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : Tipe kepribadian, yang terdiri dari : a. Tipe kepribadian ekstrovert b. Tipe kepribadian introvert 2. Variabel terikat : Gaya pengambilan keputusan, yang terdiri dari : a. Gaya pengambilan keputusan rasional b. Gaya pengambilan keputusan intuitif B. Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional dimaksudkan untuk mengubah konsep-konsep pada variabel penelitian yang masih bersifat teoritik atau abstrak menjadi konsep yang dapat diukur secara empiris (Azwar, 1999). Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Gaya pengambilan keputusan Gaya pengambilan keputusan adalah cara respon yang dipelajari dan dibiasakan oleh seseorang untuk melakukan pendekatan terhadap pengambilan keputusan. Gaya pengambilan keputusan rasional adalah cara pengambilan keputusan dengan menggunakan strategi yang logis dan sistematis. Gaya pengambilan keputusan intuitif adalah cara pengambilan keputusan yang lebih mengandalkan perasaan, fantasi, kesadaran emosional, bersifat impulsif . Variabel gaya pengambilan keputusan ini diukur dengan menggunakan skala gaya

39

40

pengambilan keputusan (Assesment of Career Decision Making Style Scale atau disingkat ACDMS-s) yang disusun oleh Vincent A. Harren. Penentuan gaya pengambilan keputusan yang dimiliki seseorang adalah dengan melihat gaya manakah yang dominan dalam diri individu. Skor atau nilai yang tertinggi menunjukan gaya pengambilan keputusan yang dominan dalam diri sesesorang dan sebaliknya. 2.Tipe kepribadian Tipe kepribadian dalam penelitian ini mengacu pada batasan teoritis dari Eysenck dan Wilson (1982) yang membedakan tipe kepribadian menjadi tipe kepribadian extravert dan introvert. Individu yang memiliki tipe kepribadian extravert dicirikan sebagai orang yang suka bergaul, responsif terhadap lingkungan , ramah, santai, bersemangat, riang, impulsif, suka menuruti dorongan kata hati, mengikuti perubahan, mudah terangsang dan terpengaruh, agresif, mudah gelisah, berani mengambil resiko, ekspresif, praktis dan kurang dapat bertanggung jawab. Sebaliknya individu yang bertipe kepribadian introvert

dicirikan sebagai orang yang kurang suka bergaul, pendiam, pesimistik, ekspresinya tenang, kaku, suka murung, penuh kekawatiran, emosinya datar, suka aktifitas sendiri, hati-hati dalam mengambil keputusan, cenderung suka menahan diri, reflektif dan bertanggung jawab. Variabel tipe kepribadian ini diukur dengan menggunakan skala extravert-introvert yang disusun oleh Eysenck (1982) , yaitu Eysenck Personality Questionaire atau EPQ yang telah diadaptasikan. Dalam skala ini diukur tujuh (7) karakteristik komponen atau faktor, yaitu : (a) activity, (b) sociability,(c) risk taking, (d)impulsiveness, (e)expressiveness, (f)

41

reflectiveness, (g) responsibility. Data dari variabel ini diperoleh melalui skor total yang diperoleh subyek pada skala extravert- introvert. Skor yang dimiliki oleh subyek menunjukan derajat atau kecenderungan ekstraversi. Skala extrovertintrovert ini mengukur dimensi extrovert-introvert sebagai suatu gejala kontinum. Skor yang tinggi menunjukan dimensi extrovert, skor yang rendah menunjukan dimensi introvert. Untuk menentukan apakah subyek cenderung berkepribadian extrovert atau introvert, maka digunakan angka rerata sebagai batas pemisah. Subyek yang mendapat skor di atas angka rerata skor total skala ini digolongkan sebagai subyek yang cenderung memiliki tipe kepribadian extrovert, sebaliknya subyek dengan skor dibawah angka rerata skor total digolongkan sebagai subyek yang cenderung memiliki tipe kepribadian introvert. C. Subyek Penelitian Pengambilan keputusan adalah salah satu proses wajar yang dialami dan dilakukan oleh setiap orang dalam berbagai situasi dan kondisi. Jadi pengambilan keputusan merupakan hal yang sudah familiar bagi berbagai komunitas sosial. Demikian halnya dengan tipe kepribadian. Setiap orang memiliki keunikan tersendiri yang menjadi ciri khas dari kepribadian seseorang. Berdasarkan hal tersebut , maka penelitian seperti ini sebenarnya dapat diterapkan pada banyak

kelompok, baik itu kelompok umur, profesi, lokasi maupun kriteria sosial tertentu. Akan tetapi untuk mempermudah jalanya penelitian, maka subyek penelitian diambil secara purposive sampling. Subyek penelitian ini berjumlah 75 orang. Adapun karakteristik subyek penelitian adalah mereka yang sudah bekerja di suatu perusahaan atau instansi maupun wiraswasta minimal selama 1 tahun.

42

Karakteristik seperti ini pernah dipilih dan dilakukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Suherman dan Yuanita (2000). Alasan dari penentuan karakteristik ini dikarenakan subyek dengan kondisi seperti ini dipandang sering

diperhadapkan dengan proses pengambilan keputusan dalam rutinitasnya. Selain hal tersebut, subyek adalah mereka yang sudah menikah atau berumah-tangga. Alasan dari hal ini karena seorang yang memasuki kehidupan berumah-tangga akan menghadapi kondisi yang kompleks dan menuntut pengambilan keputusan serta penanganan masalah (Christin, 2001). Berkaitan dengan masalah usia, dalam penelitian ini akan dipilih subyek yang yang sudah memasuki usia dewasa. Sinamo (2000) menyatakan bahwa untuk ukuran orang Indonesia, seorang digolongkan usia dewasa ketika ia sudah berusia di atas 21 tahun dan sudah menikah atau berumah-tangga. Dalam penelitian ini dipilih subyek yang berusia antara 25 tahun sampai dengan 50 tahun. Kondisi seperti ini membuat mereka menjadi orang-orang yang mulai menghayati proses pengambilan keputusan. Karakteristik lainnya adalah sudah berdomisili di Yogyakarta minimal 2 tahun. Kurun waktu selama 2 tahun dipandang sebagai waktu yang cukup untuk proses adaptasi (apabila subyek adalah orang dari luar Yogyakarta), sehingga minimal ada kesetaraan antar subyek. Kriteria seperti ini pernah diterapkan dalam penelitian Arroba (1998). D. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data tidak lain merupakan suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya selalu ada hubungan antara metode

43

pengumpulan

data

dengan

masalah

penelitian

yang

ingin

dipecahkan.

Permasalahan dalam penelitian memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data (Suryabrata, 1998). Metode yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian adalah menggunakan skala. Untuk mengukur variabel gaya pengambilan keputusan akan digunakan skala yang dikembangkan peneliti dari skala gaya pengambilan keputusan atau Assessment of Career Decision Making Style Scale (ACDM-s) hasil karya V.A. Harren (1980). Skala ini (ACDM-s) pernah digunakan dalam penelitian Sindunata (2000). Skala yang digunakan dalam penelitian ini mengangkat skala penelitian tersebut sebagai bahan acuan. Sedangkan untuk mengukur variabel tipe kepribadian akan digunakan skala yang telah dikembangkan dari skala extravert-introvert milik Eysenck (1982) yaitu Eysenck Personality Questionaire (EPQ). Skala karya Eysenck ini telah beberapa kali dipakai dalam penelitian psikologi, salah satunya juga telah dibakukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Era M. Pertiwi (2001). Skala yang dipakai dalam penelitian ini juga mengacu pada skala tersebut. Skala gaya pengambilan keputusan ini untuk mengetahui gaya pengambilan keputusan yang dimiliki oleh seseorang. Nilai yang akan dimiliki setiap subyek berupa nilai total untuk masing-masing dari kedua gaya pengambilan keputusan . Dalam skala ini, setiap pernyataan memiliki pilihan jawaban, yaitu: tidak pernah (TP), jarang (J), ragu-ragu (R), sering (S), selalu (SL). Pada pernyataan yang favorable, nilai 0 diberikan untuk pilihan jawaban tidak pernah (TP), nilai 1 untuk jawaban jarang (J), nilai 2 untuk jawaban ragu-ragu, nilai 3 untuk jawaban sering

44

(S), dan nilai 4 untuk jawaban selalu (SL). Sebaliknya pada pernyataan unfavorable, nilai 4 diberikan untuk pilihan jawaban tidak pernah (TP), nilai 3 diberikan untuk jawaban jarang (J), nilai 2 diberikan untuk jawaban ragu-ragu, nilai 1 untuk jawaban sering (S), dan nilai 0 diberikan untuk jawaban selalu (SL). Dari penghitungan nilai skor yang ada, maka dilihat nilai skor gaya pengambilan keputusan manakah yang tertinggi. Gaya pengambilan keputusan yang memiliki nilai skor yang tertinggi menunjukan bahwa gaya tersebut adalah gaya

pengambilan keputusan yang paling dominan dalam diri seseorang. Skala gaya pengambilan keputusan ini terdiri dari 20 butir pernyataan favorable dan 6 butir pernyataan unfavorable Butir-butir pernyataan dari skala gaya pengambilan keputusan ini dapat dilihat pada tabel 1 yang merupakan kisikisi skala tersebut. Tabel 1 Kisi-kisi Skala Gaya Pengambilan Keputusan

Gaya Pengambilan Keputusan RASIONAL INTUITIF JUMLAH

NOMOR BUTIR Favorable Unfavorable 2,7,8,12,14,16,20,23,25,26 1,4,6,9,11,15,17,19,21,24 20 5,10,18 3,13,22 6

JUMLAH 13 13 26

Skala extravert-introvert karya Eysenck (EPQ) adalah skala psikologi yang digunakan untuk mengungkap tipe kepribadian seseorang apakah ia termasuk

45

extrovert atau introvert. Skala ini mengandung 7 faktor yang mengungkapkan kecenderungan extrovert-introvert. Adapun 7 faktor tersebut adalah : a. Activity. Seorang bertipe kepribadian extravert cenderung aktif secara fisik, bersemangat, bergerak cepat dan memiliki minat dalam banyak hal. Tipe kepribadian introvert cenderung kurang aktif secara fisik, kurang bersemangat, mudah lelah, lebih suka berdiam diri dan lebih memilih kingkungan yang tenang. b. Sociability. Tipe kepribadian extravert lebih menyukai berkumpul dengan banyak orang, menyukai banyak kontak sosial, mudah bergaul dan bergembira,. Tipe kepribadian introvert cenderung menyukai aktifitas yang dilakukan sendirian, mempunyai sedikit teman, sulit mengutarakan pendapat dengan bebas kepada orang lain, cenderung menarik diri terhadap kontak-kontak sosial. c. Risk taking. Orang dengan tipe kepribadian extravert menyukai tantangan dan hal-hal yang mengandung resiko, kurang pertimbangan berkaitan dengan akibat yang mungkin timbul. Sedangkan orang dengan tipe kepribadian introvert cenderung menyukai pada hal-hal yang sudah familiar baginya dan cenderung berhati-hati. d. Impulsiveness. Orang dengan tipe kepribadian extravert cenderung terburu-buru, biasanya tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, berbuat sesuatu tanpaberpikir panjang terlebih dulu, mudah berubah, sulit diramalkan karena cenderung mengikuti dorongan hati. Seorang bertipe kepribadian introvert cenderung berhati-hati dan berpikir panjang dalam mengambil keputusan, sistematis, berpikir dulu sebelum bertindak.

46

e. Expresiveness. Seorang extrovert cenderung mengekspresikan emosinya secara terbuka entah itu rasa marah, benci, suka, cinta. Sebaliknya seorang introvert akan menjaga perasaanya agar tidak terlihat dan terkontrol. f. Reflectiveness. Seorang extrovert lebih tertarik untuk melakukan sesuatu daripada memikirkannya, suka terhadap hal-hal yang dipandang praktis. Sementara itu seorang introvert tertarik pada ide-ide yang abstrak, filosofis,senang berdiskusi dan menyukai ilmu pengetahuan. g. Responsibility. Seorang extrovert cenderung mengabaikan janji yang telah dibuatnya, mengabaikan hal-hal yang bersifat resmi, kurang berhati-hati dan kurang bertanggung jawab secara social. Seorang introvert cenderung serius, dapat diandalkan, dapat dipercaya dan bertanggung jawab. Dalam skala ini setiap pernyataan memiliki pilihan jawaban,yaitu : sangat tidak sesuai (STS), tidak sesuai (TS), ragu-ragu (R), sesuai (S), sangat sesuai (SS). Pada pernyataan yang favorable nilai 0 diberikan pada pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS), nilai 1 diberikan pada pilihan jawaban tidak sesuai (TS), nilai 2 diberikan pada pilihan jawaban ragu-ragu ( R ), nilai 3 diberikan pada pilihan jawaban sesuai (S), dan nilai 4 diberikan pada pilihan jawaban sangat sesuai (SS). Sebaliknya pada pernyataan unfavorable, nilai 4 diberikan untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS), nilai 3 diberikan untuk jawaban tidak sesuai (TS), nilai 2 diberikan untuk jawaban ragu-ragu ( R ) , nilai 1 untuk jawaban sesuai (S), dan nilai 0 diberikan untuk jawaban sangat sesuai (SL). Untuk menentukan apakah subyek cenderung berkepribadian extrovert atau introvert, maka digunakan angka rerata sebagai batas pemisah. Subyek yang

47

mendapat skor di atas angka rerata skor total skala ini digolongkan sebagai subyek yang cenderung memiliki tipe kepribadian extrovert, sebaliknya subyek dengan skor dibawah angka rerata skor total digolongkan sebagai subyek yang cenderung memiliki tipe kepribadian introvert. Skala extrovert-introvert ini terdiri dari 29 butir pernyatan favorable dan 26 butir unfavorable. Butir-butir pernyataan dari skala extrovert introvert ini dapat dilihat pada tabel 2 yang merupakan kisi-kisi dari skala tersebut.

Tabel 2 Kisi-kisi Skala Extrovert - Introvert NOMOR BUTIR Favorable Unfavorable 1,8,15,51 2,31,41,50 3,18,30 4,11,16,25,40 10,29,32,39,46 9,17,27 19,28,52 20,35,38,49 12,21,34 13,22,53,55 14,37,44,54 26

FAKTOR Activity Sociability Risk- taking Impulsiveness

JUMLAH 9 7 6 9 9 7 8 55

Expresiveness 5,26,33,43,45,48 Reflectiveness 6,24,42 Responsibility 7,23,36,47 JUMLAH 29

E. Uji Coba dan Hasil Ui Coba Sebelum uji coba dilaksanakan dalam penelitian ini, maka dilakukan terlebih dulu uji coba awal (preliminary). Adapun tujuan dari dari uji coba awal ini menurut Kartono (1996) untuk : 1. Menghindari pernyataan-pernyataan ambigius dan kurang jelas

48

2. Menghilangkan kata asing yang kurang perlu, atau kata-kata yang terlalu abstrak dan menggantikannya dengan kata-kata yang lebih sederhana serta dimengerti responden. 3. Menghilangkan kata-kata yang menimbulkan antipati atau curiga. 4. Menghilangkan aitem-aitem yang tidak relevan dengan penelitian dan menambah dengan aitem yang bisa menggali jawaban responden lebih banyak. Uji coba awal dilakukan pada tanggal 5 Januari 2004 sampai dengan 8 Januari 2004. Jumlah subyek yang terlibat dalam uji coba awal ini adalah 10 orang. Subyek dalam uji coba awal ini dipilih subyek yang dipandang mampu memberikan masukan maupun kritik terhadap penyempurnaan alat ukur. Peneliti mengenal para subyek dengan cukup baik, dan sebelum uji coba awal ini dilakukan, peneliti telah mengkomunikasikan rencana penelitian dan pelaksanaan uji coba awal. ini terhadap para subyek. Uji coba awal dilakukan dirumah salah satu subyek dan dihadiri oleh 7 orang. Peneliti memberikan penjelasan secara singkat sekali lagi untuk menyegarkan ingatan subyek dan saat subyek mengisi angket, peneliti menunggui mereka. Kepada para subyek diberi keleluasaan untuk bertanya dan memberikan komentar terhadap alat ukur yang disajikan. Setiap pertanyaan dan komentar subyek dicatat guna perbaikan atau penyempurnaan alat ukur. Sementara itu, angket juga diberikan kepada 3 subyek yang berhalangan hadir dengan cara dikirimkan kerumahnya dan pada hari berikutnya diambil kembali setelah diisi oleh mereka. Subyek juga diberi penjelasan berkaitan dengan pengisian angket.

49

Pertanyaan maupun komentar yang paling sering dilontarkan adalah hal yang berkaitan dengan masalah makna kalimat, bentuk kalimat pernyataan, kata-kata tertentu yang dirasakan oleh subyek asing atau sulit dimengerti, cara-cara pengisian angket. Berdasarkan semua hal ini, peneliti melakukan revisi dan perbaikan terhadap alat ukur Tahap berikutnya setelah pelaksanaan uji coba awal ini, peneliti mulai melakukan uji coba terhadap alat ukur. Uji coba dilakukan pada tanggal 12 Januari 2004 sampai dengan 18 Januari 2004. Subyek pada uji coba awal tidak dikutsertakan pada pelaksanaan uji coba ini. .Jumlah angket yang digunakan dalam uji coba ini berjumlah 35 buah, dari jumlah angket tersebut sejumlah 15 buah di berikan dengan cara diberikan di rumah para subyek (door to door) dan sisanya, yaitu 20 buah, dibagikan dalam suatu pertemuan yang telah direncankan oleh peneliti di salah satu rumah subyek. Seperti yang telah dilakukan pada uji coba awal, maka dalam uji coba yang diadakan di rumah salah satu subyek didahului dengan penjelasan kepada subyek perihal pengisian angket. Pada saat subyek mengisi angket, peneliti menunggu ditempat tersebut guna memastikan segala sesuatunya dapat berjalan dengan lancar. Semua angket dalam uji coba ini semuanya dapat terkumpul pada hari itu juga. Sementara itu angket-angket yang diberikan dengan cara diberikan di rumah subyek, akhirnya pada tanggal 16 Januari 2004 dapat terkumpul kembali. Hanya saja, dari 15 buah angket yang diberikan ternyata ada 4 buah angket yang belum diisi oleh subyek dan subyek tidak dapat dihubungi karena pergi ke luar kota. Jadi

50

dari sejumlah 15 angket yang diberikan secara door to door kepada subyek hanya terkumpul 11 buah angket. Selanjutnya setelah semua angket yang digunakan dalam uji coba telah terkumpul, maka dilakukan pemeriksaan dan pengecekan terhadap semua angket tersebut. Setelah pemeriksaan dilakukan, ternyata dari sejumlah 35 buah angket yang telah didistribusikan, hanya terdapat 20 buah angket yang memenuhi syarat untuk dilakukan analisa. Adapn perincian dari hal ini, yaitu sejumlah 4 buah belum diisi oleh subyek, sementara itu dalam 11 angket yang lain terdapat beberapa bagian dari angket yang belum lengkap terisi semua. Mengingat semua hal ini, akhirnya jumlah subyek yang dilibatkan dalam uji coba ini berjumlah 20 orang. Hasil uji coba skala (angket) gaya pengambilan keputusan dan skala extrovertintrovert tersebut selanjutnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Dengan uji validitas dan reliabilitas ini akan dapat diketahui mana butir yang sahih atau andal dan mana butir yang gugur. Reliabilitas alat ukur menunjukan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Validitas alat ukur adalah

sejauh mana alat tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur (Suryabrata, 2000). Reliabilitas dan validitas alat ukur merupakan salah satu ciri utama instrumen pengukuran yang baik ( Azwar, 1998). Kronologis dari ana-

lisa terhadap skala yang menjadi alat ukur dalam penelitian dapat dilihat pada gambar 1.

51

Skala Gaya Pengambilan Keputusan

Uji Coba Awal & Uji Coba

Uji Validitas & Reliabilit as

Alat Ukur Valid dan Reliabel

Skala Extrovertintrovert Gambar 1 Alur uji coba dan anlisis terhadap skala penelitian Adapun hasil uji coba terhadap alat ukur melalui analisis uji validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut : 1. Skala Gaya Pengambilan Keputusan Dengan menetapkan koeisien validitas (rbt) sebesar 0,300 maka diperoleh hasil bahwa dari jumlah aitem awal sebanyak 26 butir ternyata sebanyak 6 butir dinyatakan gugur, sehingga jumlah aitem yang valid adalah 20 butir. Koefisien butir bergerak dari 0,3582 sampai dengan 0,7837. Adapun sebaran aitem skala gaya pengambilan keputusan yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.

52

Tabel 3 Butir gugur dan valid Skala Gaya Pengambilan Keputusan Gaya NOMOR BUTIR Pengambilan Favorable Unfavorable JUMLAH Keputusan VALID GUGUR VALID GUGUR 8,14 5,10 18 13 RASIONAL 2,7,12,16,20 ,23,25,26 INTUITIF JUMLAH 1,4,9,11,15, 17,19,24 16 6,21 4 3,22 4 13 2 13 26

Melalui uji reliabilitas dengan teknik Alpha Cronbach diperoleh koefisien sebesar 0,8155 sehingga skala ini reliable untuk digunakan dalam penelitian. 2. Skala Extrovert Introvert Dengan menetapkan koefisien validitas (rbt) sebesar 0,300 maka diperoleh hasil bahwa dari jumlah aitem awal sebanyak 55 butir ternyata sebanyak 22 butir dinyatakan gugur sehingga jumlah aitem yang valid adalah sebanyak 33 butir. Adapun sebaran aitem dari skala Extrovert-Introvert yang telah mengalami uji Validitas dan reliabilitas dpat dilihat pada Tabel 4.

53

Tabel 4 Butir Valid dan Gugur Skala Extrovert Introvert FAKTOR


VALID NOMOR BUTIR FAVORABLE GUGUR UNFAVORABLE VALID GUGUR JUMLAH

Activity Sociability Risk-taking Impulsiveness Expresiveness Reflectiveness Responsibility JUMLAH

1,8,51 2,41 18,30 4,16,25 5,26,45,48 24,42 7,47 18

15 50,31 3 40,11 33,43 6 23,36 11

29,39,46 9,17 19,28 20,49 21,34 53 14,44,54 15

10,32 27 52 35,38 12 13,22,55 37 11

9 7 6 9 9 7 8 55

Koefisien butir valid dari skala ini bergerak dari 0,3084 sampai dengan 0,7197. Melalui uji Reliabilitas dengan teknik Alpha Cronbach diperoleh koefisien Alpha sebesar 0,8489 sehingga skala ini reliabel untuk digunakan dalam penelitian. F. Jalanya Penelitian Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, meliputi (1) tahap persiapan, (2) tahap pengumpulan data, dan (3) tahap analisa data. 1. Tahap persiapan Persiapan dimulai dengan membuat proposal penelitian lalu diajukan kepada pembimbing. Setelah bimbingan proposal, penulis menyusun Bab 1 sampai dengan Bab III. Setelah menerima masukan dan saran dari pembimbing, penulis kemudian menyusun alat ukur penelitian dan diajukan kepada pembimbing guna mendapatkan bim,bingan lebih lanjut. Setelah semua hal ini selesai, penulis diberi

54

kesempatan pada tanggal 5 Januari 2004 untuk mengikuti ujian komprehensif guna mendapatkan masukan yang lebih rinci lagi dari dewan pengajar. Sebelum skala penelitian diuji coba, terlebih dahulu dilakukan uji coba awal agar skala tersebut dapat dipahamidengan baik oleh para responden, baru setelah uji coba awal ini selesai dan perbaikan-perbaikan dilkukan maka uji coba segera dilaksanakan. Tujuan dari uji coba ini adalah agar alat ukur yng akan digunakan dalam penelitian memiliki validitas dan reliabilitas yang dapat diandalkan. 2. Tahap pengumpulan data lapangan Sebelum pengumpulan data lapngan ini dilakukan penulis mengajukan permohonan surat keterangan dari pihak pengelola Pasca Sarjana Psikologi guna keperluan penelitian di lapangan. Pengumpulan data lapangan ini dimulai pada tanggal 21 Januari 2004 sampai dengan 25 Januari 2004 (tahap I). Pada tahap ini sebagian besar angket diberikan kepada subyek dengan cara door to door . Untuk melakukan hal ini peneliti dibantu oleh beberapa teman yang sebelumnya mereka telah diberi pemahaman tentang skala penelitian terutama cara-cara pengisian, disamping itu peneliti mencermati kembali sekiranya masih ada petunjuk pengisian angket yang masih kabur. Jumlah angket yang didistribusikan dalam tahap ini sebanyak 55 eksemplar, dan jumlah yang dapat dicollect kembali berjumlah 49 eksemplar. Jadi ada 6 buah skala yang tidak kembali. Tahap berikutnya, penulis mendistribusikan angket sebanyak 35 buah kepada subyek yang lainnya. Hanya kali ini dilakukan pemantauan yang agak ketat supaya hal yang tidak diinginkan tidak terjadi kembali. Tahap ini dilakukan pada

55

tanggal 27 Januari sampai dengan 1 Febuari 2004. Pada tahap ini seluruh angket yang telah didistribusikan dapat terkumpul kembali semuanya. Jadi jumlah keseluruhan angket yang berhasil terkumpul kembali adlah sebanyak eksemplar. 3. Tahap analisi data Kegiatan pada tahap ini secara umum meliputi a) penghitungan dan pengecekan kembali terhadap data yang telah terkumpul dari alat ukur 84

penelitian, b) pemberian skor jawaban terhadap kedua alat ukur yang telah diisi oleh responden, dan c) tabulasi data hasil penskoran melalui program MS Excel, kemudian d) data diolah melalui program SPSS for Windows ver. 9 dan dari hasil olah data tersebut kemudian diinterpretasikan. Dari hasil pengecekan angket yang telah terkumpul ada 9 buah angket yang terpaksa tidak digunakan karena pengisian jawaban tidak lengkap (belum semua nomor diisi), sehingga jumlah angket yang layak untuk dianalisa berjumlah 75 buah.

G. Metode analisa data Data-data yang sudah terkumpul akan dianalisa dengan metode statistik. Untuk menguji perbedaan gaya pengambilan keputusan yang dilakukan oleh subyek yang berkecenderungan tipe kepribadian extrovert dan introvert, sekaligus untuk menguji apakah seorang yang berkecenderungan tipe kepribadian introvert akan cenderung memilki gaya pengambilan keputusan rasional, sedangkan seorang yang berkecenderungan tipe kepribadian extrovert akan cenderung

56

memiliki gaya pengambilan keputusan intuitif maka akan digunakan ANOVA. Sebelum dilakukan analisa statistik maka sebelumnya data harus memenuhi persyaratan uji asumsi seperti uji normalitas sebaran dan uji homogenitas. Uji normalitas untuk mengetahui apakah skor variabel yang diteliti mengikuti distribusi normal atau tidak. Menurut Hadi (2000), ada anggapan bahwa skor variabel yang dianalis harus mengikuti hokum sebaran normal baku (kurva) dari Gauss. Kaidah yang dipakai bila p>0,05 sebaran normal, sebaliknya bila p<0.05 sebaran tidak normal. Teknik uji yang dipakai adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Uji homogenitas adalah uji untukmengetahui homogen tidaknya skor Levene test. Kaidah yang dipakai

variabel terikat. Uji menggunakan teknik

adalah bila p > 0,050 berarti varians kelompok-kelompok yang dibandingkan status homogen, sedangkan bila p < 0,050 berarti status tidak homogen. Skala Gaya Pengambilan Keputusan Uji normalitas sebaran

ANOVA
Menguji Perbedaan Gaya pengambilan Keputusan yang diambil oleh orang berkecenderungan tipe kepribadian extrovert dan introvert

Skala ExtrovertIntrovert

Uji Homogenitas

Gambar 2 Alur Analisis Data Seluruh uji hipotesis maupun uji asumsi dilakukan dengan menggunakan pragram SPSS for Windows 9.0.

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Data Penelitian a. Gaya Pengambilan Keputusan Skala gaya pengambilan keputusan berisi 20 butir. Skala ini mengandung aitem-aitem yang mengungkap baik gaya pengambilan keputusan rasional maupun intuitif. Adapun perincian dari aitem-aitem tersebut yaitu 10 aitem merupakan aitem yang mengungkap gaya pengambilan keputusan rasional dan 10 aitem mengungkap gaya pengambilan keputusan intuitif. Skor dari masing-masing kelompok aitem (kelompok aitem gaya pengambilan keputusan rasional dan intuitif) bergerak dari skor terendah = 0 dan skor tertinggi = 4, dengan demikian dapat diketahui skor total minimum yang dimiliki oleh subyek untuk masing-masing kelompok aitem sebesar 0 dan skor total maksimum sebesar 40. Skor yang dimiliki oleh subyek adalah skor total dari masing-masing kelompok aitem. Penentuan kecenderungan gaya pengambilan keputusan yang

dimiliki oleh subyek adalah dengan melihat skor total yang tertinggi. Skor total yang tertinggi ini sekaligus menunjukkan gaya pengambilan keputusan yang dominan dalam diri subyek. Berdasarkan hasil penghitungan skor total terhadap jawaban responden pada skala gaya pengambilan keputusan berikut penentuan gaya pengambilan keputusan yang dimiliki , maka diketahui.dari 75 subyek penelitian yang ada ternyata

57

58

ditemukan ada sebanyak 43 subyek yang memiliki kecenderungan gaya pengambilan keputusan rasional, sementara yang lain yaitu sebanyak 32 subyek memiliki

kecenderungan gaya pengambilan keputusan intuitif. Jadi dari hasil pengukuran melalui skala gaya pengambilan keputusan ini diketahui distribusi gaya pengambilan keputusan yang dimiliki subyek yaitu 57,33 % (43 subyek) memiliki kecenderungan gaya pengambilan keputusan rasional, sementara itu 42,66 % (32 subyek) memiliki kecenderungan gaya pengambilan keputusan intuitif. Nampak jelas bahwa subyek lebih banyak yang memiliki kecenderungan gaya pengambilan keputusan rasional. Adapun ringkasan distribusi akan hal ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Distribusi subyek berdasar gaya pengambilan keputusan Gaya Pengambilan Keputusan RATIONAL INTUITIF JUMLAH 43 32 75 Subyek Persentase ( %) 57, 33 42, 66 100

b.Tipe kepribadian Variabel tipe kepribadian ini terdiri dari dua yaitu extraversion dan introversion. Skala etrovert-introvert ini terdiri dari 33 butir pernyataan untuk mengungkap kecenderungan ekstraversion yang dimiliki subyek. Jadi aitem-aitem yang ada mengungkap kecenderungan atau derajat ektraversi subyek.

59

Setiap subyek memiliki total skor yang diperoleh dari penjumlahan skor setiap jawaban aitem. Skor setiap aitem terendah yang dapat diperoleh subyek adalah = 0 dan skor tertinggi = 4, dengan demikian dapat diketahui skor total terendah yang dapat dimiliki oleh subyek adalah 0 dan skor total tertinggi adalah 132. Dasar penghitungan atau penentuan kecenderungan ekstraversi subyek

diperoleh dengan melihat rerata empirik. Angka rerata empirik ini diperoleh dengan cara skor kumulatif dibagi dengan jumlah aitem yang ada (33 aitem), diperoleh hasil 76,65. Skor total yang diperoleh subyek dibandingkan dengan rerata ini, apabila skor total yang dmiliki subyek dibawah angka rerata berarti ia cenderung memiliki tipe kepribadian introvert, sebaliknya apabila subyek memiliki skor total di atas angka rerata berarti ia cenderung memiliki tipe kepribadian extrovert. Berdasar perhitungan tersebut maka diketahui dari 75 subyek yang ada, ternyata ada 41 subyek memiliki kecenderungan extrovert sedangkan 34 subyek memiliki kecenderungan introvert. Hal ini berarti dari 75 subyek penelitian yang ada maka sebanyak 54,66 % (41 subyek) memiliki kecenderungan tipe kepribadian extrovert, sedangkan 45,33 % (34 subyek) memiliki kecenderungan tipe kepribadian introvert. Melihat hasil perhitungan tersebut maka diketahui bahwa prosentase subyek yang memiliki kecenderungan tipe kepribadian extrovert lebih besar daripada mereka yang memiliki kecenderungan tipe kepribadian introvert. Adapun distribusi subyek penelitian dilihat dari kecenderungan tipe kepribadian yang dimiliki dapat dilihat pada Tabel 6.

60

Tabel 6 Distribusi subyek berdasar kecenderungan tipe kepribadian TIPE KEPRIBADIAN SUBYEK PERSENTASE (%)

EXTROVERT INTROVERT JUMLAH

41

54,66

34 75

45,33 100

2. Hasil Uji Asumsi Uji asumsi yang dilakukan meliputi uji normalitas sebaran dan uji homogenitas. a. Uji Normalitas Sebaran Uji normalitas sebaran menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (Z-K-S). Kaidah yang digunakan adalah dengan melihat harga p. Jika p > 0,05 maka sebaran dinyatakan normal, sebaliknya apabila p 0,05 maka sebaran dinyatakan tidak normal. Sebaran data normal diartikan bahwa data tersebut tidak berbeda secara signifikan dengan sebaran normal dari Gauss ( Hadi, 2000). Variabel penelitian yang diuji normalitas sebarannya antara lain gaya pengambilan keputusan (rasional dan

61

intuitif) dan tipe kepribadian. Hasil uji normalitas sebaran variabel-variabel penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Rangkuman hasil uji normalitas sebaran variabel penalitian Variabel Rational Intuitif Tipe Kepribadian S ig 0,084 0,200 0,200 Keterangan Normal Normal Normal

Berdasarkan Tabel tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

variabel

penelitian yang diuji (baik gaya pengambilan keputusan, yang terdiri dari rational dan intuitif, dan tipe kepribadian) memilki sebaran normal. b. Homogenitas variansi Uji homogenitas variansi diperlukan untuk keperluan analisis variansi. Salah satu syarat yang diperlukan untuk analisis variansi yaitu varians kelompok yang dibandingkan adalah homogen (Sugiyanto, 2000) Uji homogenitas menggunakan Levene test. Adapun kaidah yang digunakn yaitu jika p > 0,050 berarti varians kelompok yang dibandingkan homogen, sedangkan apabila p 0.050 berarti berbeda atau tidak homogen. Rangkuman hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 8.

62

Tabel 8 Rangkuman hasil uji homogenitas variabel gaya pengambilan keputusan Model Levene Test S ig 0.176 Keterangan Homogen

Hasil uji Levene test seperti terlihat pada Tabel 8 tersebut menunjukan bahwa variabel gaya pengambilan keputusan memiliki varians yang homogen. 3. Hasil uji hipotesa Hipotesa dalam penelitian adalah ada perbedaan dalam gaya pengambilan keputusan yang dilakukan antara subyek yang berkecenderungan tipe kepribadian extrovert dan introvert, yaitu subyek yang berkecenderungan tipe kepribadian extrovert cenderung memiliki gaya pengambilan keputusan intuitif dan subyek yang berkecenderungan tipe kepribadian introvert cenderung memiliki gaya pengambilan keputusan rasional. Setelah dilakukan penghitungan terhadap data yang terkumpul melalui pengukuran dengan alat ukur penelitian yang ada, maka diketahui bahwa subyek dapat dikategorikan dalam kecenderungan tipe kepribadian dan gaya pengambilan keputusan tertentu seperti yang sudah dipaparkan di atas. Selain hal tersebut, ternyata setiap subyek merupakan kombinasi dari dua kondisi tersebut, jadi terjadi semacam randomized combination. Hal ini karena setiap subyek diukur baik dalam kecenderungan tipe kepribadiannya maupun dalam gaya pegambilan keputusan yang

63

dimiliki. Adapun kombinasi yang dapat mungkin terjadi adalah ada kelompok subyek yang merupakan kelompok subyek yang termasuk subyek berkecenderungan tipe kepribadian extrovert dan memiliki gaya pengambilan keputusan intuitif ( I-E ), subyek berkecenderungan tipe kepribadian introvert dan memiliki gaya pengambilan keputusan intuitif ( I-I ), subyek berkecenderungan tipe kepribadian extrovert dan memiliki gaya pengambilan keputusan rational ( R-E ), dan subyek

berkecenderungan tipe kepribadain introvert dan memiliki gaya pengambilan keputusan rational ( R-I ). Kombinasi tersebut didasarkan pada variabel gaya

pengambilan keputusan subyek, karena dalam Anova variabel inilah (dependent variable) yang sebenarnya dibandingkan (Sugiyanto, 2000). Sebagai langkah awal dalam analisa varians ini maka akan dilihat apakah ada perbedaan di antara kombinasi-kombinasi tersebut. Berikut ini akan dipaparkan

rangkuman anlisa varians dari masing-masing kombinasi. a. Kombinasi berdasar gaya pengambilan keputusan intuitif, maka akan didapat subyek ( I-E ) dan ( I-I ). Melalui Anova diketahui bahwa nilai F untuk

perbandingan subyek dalam dua kelompok ini adalah 6,143 dan nila p = 0,019, berarti ada perbedaan yang sangat signifikan diantara kelompok ( I-E ) dan ( I-I ) . Mengacu pada rerata atau mean untuk kelompok subyek ( I-E ) adalah 24,4375, sedangkan mean untuk kelompok subyek ( I-I ) adalah 22,2500, berarti dapat

dikatakan disini bahwa seorang berkecenderungan tipe kepribadian extrovert cenderung memiliki atau melakukan gaya pengambilan keputusan intuitif. Rangkuman dari Anova perbandingan kelompok di atas dapat dilihat pada Tabel 9.

64

Tabel 9 Rangkuman Anova

Kelompok

Mean

S ig

Intuitifekstrovert (I-E) Intuitif-introvert ( I-I ) 16 16 24,4375 22,250 6,14 0,019

b. Kombinasi berdasar gaya pengambilan keputusan rational , maka akan didapat subyek ( R-E ) dan ( R-I ). Melalui Anova diketahui bahwa nilai F untuk

perbandingan subyek dalam kelompok ini adalah sebesar 62,100 dan p = 0.000, berarti ada perbedaan yang sangat signifikan antara kelompok ( R-E ) dan ( R-I ) . Sementara itu, nilai rerata atau mean ( R-E ) adalah 15,565 dan ( R-I ) adalah 21,400, berarti dapat dinyatakan seorang berkecenderungan tipe kepribadian introvert akan cenderung memiliki atau melakukan gaya pengambilan keputusan. rational. Adapun rangkuman dari Anova perbandingan kelompok ini dapat dilihat Tabel 10.. pada

65

Tabel 10 Rangkuman Anova Kelompok Rationalextrovert ( RE) Rationalintrovert (R-I) 20 21,4000 62,100 0,000 N 23 Mean 15,5652 F S ig

Untuk lebih meyakinkan hasil uji di atas maka ada baiknya kalau dilakukan uji untuk mengetahui apakah antara kelompok subyek yang berkecenderungan tipe kepribadian extrovert yang memiliki gaya pengambilan keputusan intuitif ( I E ) dengan kelompok subyek yang berkecenderungan tipe kepribadian introvert yang memiliki gaya pengambilan keputusan rasional ( R I ) merupakan kelompok yang berbeda. Melalui Anova 1 jalur diketahui uji perbandingan tersebut trenyata memiliki nilai F sebesar 10,945 dan p = 0,002. Berarti dapat disimpulkan bahwa antara kelompok (I-E) signifikan. Berdasarkan hasil uji tersebut dapat dinyatakan bahwa hipotesa dalam penelitian ini ternyata dapat diterima. Berarti ada perbedaan dalam gaya pengambilan keputusan yang dilakukan oleh subyek yang berkecenderungan tipe kepribadian extrovert dan introvert, yaitu subyek berkecenderungan tipe kepribadian introvert dan (R-I) merupakan dua kelompok yang berbeda secara sangat

66

akan enderung memiliki atau melakukan gaya pengambilan keputusan rational, sedangkan subyek yang berkecenderungan tipe kepribadian extrovert akan cenderung memiliki atau melakukan gaya pengambilan keputusan intuitif.

B. PEMBAHASAN 1. 1. Perbedaan Gaya Pengambilan Keputusan Antara Orang Extrovert dan Introvert Penelitian ini paling tidak memaparkan dua hal yang menjadi keunikan diri individu, yaitu gaya pengambilan keputusan dan tipe kepribadian. Hasil penelitian memperlihatkan (setelah dilakukan pengukuran dengan alat ukur) telah terjadi randomized combination, artinya seluruh subyek dalam penelitian secara acak (tepatnya secara alamiah sesuai dengan dirinya) merupakan kombinasi dari aspekaspek tertentu (variabel penelitian). Kombinasi tersebut, oleh karena memakai Anova, maka yang menjadi sentralnya adalah dependent variabel, yaitu gaya pengambilan keputusan intuitif dan rational. Adapun kombinasi tersebut adalah subyek berkecenderungan tipe kepribadian extrovert dan memiliki gaya pengambilan keputusan intuitif ( I-E ), subyek berkecenderungan tipe kepribadian introvert dan memiliki gaya pengambilan keputusan intuitif ( I-I ), subyek berkecenderungan tipe kepribadian extrovert dan memiliki gaya pengambilan keputusan rational ( R-E ), dan subyek

berkecenderungan tipe kepribadain introvert dan memiliki gaya pengambilan keputusan rational ( R-I ).

67

Berdasarkan hasil penelitian diketahui, melalui Anova, bahwa antara kelompok subyek (I-E) dengan (I-I) ternyata berbeda secara sangat signifikan ( F = 6,143 dan p = 0,019). Sementara itu anlisis varians (Anova) antara kelompok subyek (R-E) dengan (R-I) ternyarta juga berbeda secara sangat signifikan (F = 62,100 dan p = 0.000). Hasil penelitian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Suryabrata (2000), yaitu aspek kepribadian menjadi aspek penentu keunikan dan menentukan warna khas individu yang satu dengan yang lain. Satu benang merah dapat ditemukan disini, bahwa perbedaan dalam hal gaya pengambilan keputusan yang diambil oleh subyek terkait dengan eksistensi aspek kepribadian yang berkapasitas ikut menentukan keunikan individu. Hall & Lindsay (1999) menyatakan bahwa perilaku seseorang bisa menjadi aspek pemicu untuk memahami kepribadian seseorang. Salah satu pengertian dari hal ini adalah ada hubungan antara aspek kepribadian dengan perilaku. Melalui perilaku, orang lain bisa melihat track atau jejak dari kepribadian seseorang. Apabila dikaitkan dengan masalah perbedaan gaya pengambilan keputusan yang diambil antara orang extrovert dengan introvert, maka dapat dikatakan aspek kepribadian inilah yang sebenarnya memberikan andil tersebut. 2. Kecenderungan Gaya pengambilan Keputusan yang dimiliki oleh Orang Extrovert dan Introvert bagi penentu perbedaan

68

Melalui hasil analisis varians, selain diketahui bahwa ada perbedaan dalam gaya pengambilan keputusan yang diambil antara subyek berkecenderungan tipe kepribadian extrovert (orang extrovert ) dengan subyek berkecenderungan tipe kepribadian introvert (orang introvert) secara sangat signifikan, juga dapat diketahui adanya kecenderungan yang terjadi dalam hal pengambilan keputusan yang dilakukan atau dimiliki oleh orang extrovert dengan orang introvert. Berdasarkan hasil uji anova diketahui orang extrovert cenderung melakukan atau memiliki gaya pengambilan keputusan intuitif, sedangkan orang introvert akan cenderung melakukan atau memiliki gaya pengambilan keputusan rasional. Pembahasan berikut kiranya dapat memperjelas hasil uji tersebut di atas. Penjelasan akan hal ini dimulai dari pemahaman tentang karakteristik atau ciri dari gaya pengambilan keputusan (intuitif dan rasional) dan tipe kepribadian (extrovert dan introvert). Jung (dalam Eysenck, 1950) menyatakan bahwa seorang introvert orientasi jiwanya adalah ke arah dalam dirinya, suka menyendiri, membutuhkan waktu untuk penyesuaian diri, suka hidup teratur, perasaanya di bawah kontrol yang ketat, tidak suka perangsangan,suka hal-hal bersifat filosofi, sementara itu seorang extrovert orientasi jiwanya ke arah luar dirinya, sociable, membutuhkan orang lain diajak berpikir dan berbicara, agresif, suka perubahan, perasaanya tidak dibawah kontrol yang ketat, suka perangsangan. Perincian karakteristik di atas akan lebih mengena lagi bila dikaitkan dengan pernyataan Eysenck (1950), yaitu tipe kepribadian extrovert dan introvert adalah untuk menyatakan adanya perbedaan dalam reaksi terhadap lingkungan sosial dan

69

tingkah laku seeorang. Memperhatikan akan hal ini, berarti perbedaan tingkah laku seseorang juga dapat dtentukan oleh aspek tipe kepribadian. Lebih spesifik lagi, dapat pula ditambahkan di sini bahwa pengambilan keputusan itu juga dipengaruhi oleh aspek kepribadian (Wollman, 1977). Seorang introvert akan cenderung melakukan atau memiliki gaya

pengambilan keputusan rasional karena dalam gaya pengambilan keputusan rasional itulah seorang introvert dapat mengaktualisasikan dirinya. Gaya pengambilan keputusan rasional diwarnai dengan penalaran yang logis, sistematis, perencanaan matang, tidak mudah mengikuti dorongan atau rangsangan-rangsangan. Jelas sekali hal seprti ini adalah kondisi yang sesuai bagi orang introvert untuk

mengaktualisasikan dirinya dengan baik, Sementara ia akan menemui kesulitan bila ia melakukan gaya pengambilan keputusan intuitif. Pada sisi yang lain, gaya pengambilan keputusan intuitif merupakan hal yang sesuai bagi orang extrovert untuk mengaktualisasikan dirinya. Harren (1978) menyatakan gaya pengambilan keputusan intuitif dicirikan dengan hal-hal yang berasal dari dorongan kesadaran emosional, impulsive, tidak sistematis. Penjelasan lainnya mengacu pada hasil penelitian Nocita & Style (1986). Dalam konseling yang mereka lakukan, ditemukan bahwa baik seorang extrovert maupun introvert nampak memiliki kecenderungan tertentu, dengan kata lain mereka mereka mempunyai preference orinted. Seorang introvert lebih menyukai hal-hal bersifat teoritik, suka analisa, suka akan suatu kesimpulan, penemuan baru, diskusi., sementar itu orang exrovert suka hal-hal sederhana (simple things), lebih senang

70

dengar orang lain bercerita daripada ia mempelajari sendiri (prefere to listen than recognize ), menghindari hal-hal rumit (avoid to a mistery). Melihat uraian ini maka jelaslah subyek akan berusaha mengaktualisasikan dirinya dengan hal-hal yang mereka anggap itu adalah dirinya. Termasuk dalam hal gaya pengambilan keputusan, mereka akan menyesuaikan dengan kondisi dirinya (tipe kepribadian).

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil peneletian dan pembahasan yang telah dikemukakan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada perbedaan yang sangat signifikan dalam gaya pengambilan keputusan yang dilakukan oleh subyek yang berkecenderungan tipe kepribadian extrovert dan introvert. 2. Kelompok subyek dengan kecenderungan tipe kepribadian extrovert lebih cenderung untuk melakukan atau memiliki gaya pengambilan keputusan intuitif. Bila dilihat pada gaya pengambilan keputusan intuitif, maka nampak subyek dengan kecenderungan tipe kepribadian extrovert memiliki mean sebesar (I-E) 24,4375 sedangkan mean kelompok subyek dengan kecenderungan tipe kepribadian introvert (I-I) sebesar 22,2500. Berarti kelompok subyek dengan kecenderungan tipe kepribadian extrovert lebih cenderung untuk melakukan atau memiliki gaya pengambilan keputusan intuitif. 3. Kelompok subyek dengan kecenderungan tipe kepribadian introvert lebih cenderung untuk melakukan atau memiliki gaya pengambilan keputusan rasional. Hal ini nampak bila dilihat pada gaya pengambilan keputusan rasional, maka nampak subyek dengan kecenderungan tipe kepribadian extrovert (R-E) memiliki mean sebesar 15,565 sedangkan mean kelompok subyek dengan kecenderungan tipe kepribadian introvert (R-I) sebesar 21,400. Berarti kelompok subyek dengan kecenderungan tipe kepribadian introvert lebih cenderung untuk melakukan atau memiliki gaya pengambilan keputusan rasional.

71

72 B. SARAN

1. Kepada para subyek penelitian

.Hasil pengukuran dan telaah teoritis dalam penelitian ini menunjukan bahwa baik berkaitan dengan masalah gaya pengambilan keputusan maupun tipe kepribadian keduanya merupakan aspek yang menentukan keunikan individu yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu janganlah merasa bahwa apabila tergolong pada salah satu kelompok tipe kepribadian ataupun gaya pengambilan keputusan membuat sikap penasaran yang tidak baik. Masing-masing kelompok memiliki kekuatan dan kelemahannya tersendiri, maka sikap yang tepat adalah menggali hal yang positif dan menanggulangi aspek negatif yang ada. 2. Kepada para peneliti selanjutnya Penelitian yang dilakukan dengan tema gaya pengambilan keputusan (terutama dikaitkan dengan aspek kepribadian ) masih dalam lingkup yang terbatas. Menimbang akan hal ini, penelitian yang masih kurang representatif ini kiranya dapat memicu munculnya penelitian lainnya dengan kapasitas teoritis, analisa maupun data yang lebih representatif, sehingga dapat ditarik kesimpulan yang representatif pula. Secara metodologis kiranya perlu diterapkan cara pengambilan data yang lebih inovatif dan memiliki keakuratan yang lebih bagus, misalnya diimbangi dengan terkumpulnya data kualitatif atau penggunaan alat ukur yang lain. Alat yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan skala. Dalam skala ini terdapat beberapa aitem yang secara makna bahasa berkesan mengukur lebih dari satu pokok bahasan. Hal seperti ini,.

73 bila kurang berhati-hati, dapat menimbulkan interpretasi ganda. Bagi peneliti berikutnya yang berkeinginan menggunakan alat ini agar mencermatinya dalam pelaksanaan try-out. Berkaitan dengan jumlah sampel, maka akan lebih bagus bila dapat melibatkan jumlah sampel yang lebih banyak lagi, sehingga bisa menambah tingkat representatif data. Demikian pula akan lebih menarik bila penelitian ini diterapkan pada sampel yang lebih spesifik batasannya, misal subyek dalam rentang usia tertentu (remaja, dewasa, orang tua, pelajar, mahasiswa, dst.), kelompok profesi tertentu atau kelompok kultur tertentu. Hal seperti ini akan berpengaruh pada kualitas maupun kekuatan dari kesimpulan penelitian (power of generalization). Peneliti menyadari bahwa masih ada banyak variabel yang dapat mempengaruhi gaya pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang. Sehubungan dengan hal ini akan lebih bagus bila mulai dicari dan diteliti variabel-variabel lainnya yang dapat mempengaruhi gaya pengambilan keputusan. Demikian pula dalam hal cara analisa data. Penelitian ini merupakan penelitian komparatif, masih sangat dimungkinkan dilakukan penelitian korelatif.

Daftar Pustaka
Adisubroto, D. 1987. Orientasi nilai orang Jawa dan ciri-ciri kepribadiannya. Disertasi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: UGM. Andersen, S.M., & Klatzky, R.L. 1987. Trait and social stereotypes : level of categorization. Journal of Personality and Social Psychology. 53, 235-246. Arroba, T. 1998. Decision making by Chinese US. Journal of Social Psychology. 38, 102 116. Atkinson, R.L., Atkinson, R.C. & Hilgard, E.R. 1996. Pengantar Psikologi Jilid 2. Terjemahan. Jakarta : Penerbit Erlangga. Azwar, S..1998. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Azwar, S. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Barlett, P.F. 1980. Cost Benefit Analysis : A Test of Alternative Methodologies, dalam Peggy F. Barlett (Ed.), Agricultural Decisioan Makling: Anthropogical Contributions to Rural Development. New York : Academic Press Inc. Hal. 148 154. Birgham Young University. 1999. Career and Major : Decision Making. Utah : BirghamUniversity.http://www.byu.edu/ccc/career_planning/assistance/decision.h tm. Bischof, L.J. 1970. Interpreting Personality Theories. New York : Harper and Row Publishers. Bruce, R.A. ; Scott, S.G. 1999. The Moderating Effect of Decision Making Style on The Turnover Process : An Extention of Previous Research. http://www.cbpa.louisville.edu/bruce/research/japum.htm. Carver, C.S. & Scheier, M. F. 1996. Perspective on Personality. 3rd.ed. Chicago : Allyn and Bacon. Chang, K. 1972. Decisioan Making System for Family Planning Program. Minnesotta : Population Centre. Christin. 2001. Kemampuan Wanita dalam Menikmati Keakraban Suami-Istri ditinjau dari Skema Kepribadian dan Strategi Menghadapi Masalah. Tesis. Tidak diterbitkan. Yogyakarta : Fakultas Psikologi, UGM.

Dunnete, M. 1976. Handbook of Industrial and Organizational Psychology. Chicago : Rand Mc. Nally College Publishing Company. Eysenck, H.J. 1950. Dimensions of Personality. London: Routledge & Kegan Paul limited. Eysenck, H.J. & Wilson, G.D. 1976. A Text Book of Human Psychology. London : MTP. Press. Ltd., St Leonards House. Eysenck, H.J. & Wilson, G. D. 1982. Know Your Own Personality. Anglesburg: Pelican Books, Hazel Watson and Viney, Ltd. Gladwin, C.H. 1980. A Theory of Real-Life Choise : Aplications to Agricultural Decisions, dalam Peggy F. Barlett (ed.) Agricultural Decision Making : Anthropological Contributions to Rural Development. New York : Academic Press Inc. Hal. 45 82. Hadi. S. 2000. Manuel Paket SPS Midi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Hall, C.S., & Lindzey, G. 1978. Theories of Personality. New York: John Wiley and Sons, Inc. Harren, V.A.; Kass, R.A.; Trusky,H.E.A. & Moreland, J.R. 1978. Influence of sex role attitude and cognitive style on career decision making. Journal of Counselling Psychology . 25, 390-398. Harren, V.A. 1980. Assesment of Carrer Decision Making. Los Angelos : Western Psychological services. Hall, J.A.; Friedman,H.S. & Harris, M.J. 1999. Type A behavior non verbal expressive style and health. Journal of Personality and Social Psychology. 48, 1322-1327. Haryanti,L.P.S. 2001. Kecenderungan Kecanduan Cybersex ditinjau dari Tipe Kepribadian. Skripsi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta : UGM. Hofsteede, W.M.F. 1971. Decision Making Processes in Four West Javanise Villages. Nijmegen : Offsettdrukkerij Faculteit der Wiskunde en Natur Wetenschappen. Kartono, K. 1996. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung : CV. Mandar maju. Kuntadi, H. 1996. Makelar tanah : suatu alternatif pekerjaan. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Sastra, UGM. Matlin, M.W. 1998. Cognition. New York : Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Mischel, H.N. & Mischel, W. 1973.Reading in Personality. New York : Holt, Rinehart and Winston, Inc.. Nocita, A. & Stiles, W.B. 1986. Extraversion and intraversion client in counseling. Journal of Personality and Social Psychology. 33, 235-241. Pertiwi. E.M. 2001. Kesepian ditinjau dari aktivitas dan tempat tinggal orang lanjut usia pensiun yang bertipe kepribadian extrovert dan introvert. Tesis. Tidak diterbitkan. Yogyakarta. Fakultas Psikologi, UGM. Robbins, S.P. 1996. Perilaku Organisasi : Konsep, Kontraversi, Aplikasi. Jakarta : Prenhallindo. Roepke, J. 1982. Kewiraswastaan dan Perkembangan Ekonomi Indonesia, Dalam Koentjaraningrat (ed.), Masalah-Masalah Pembangunan : Bunga Rampai Antropologi Terapan. Jakarta : LP3ES. Rubinton, N. 1980. Instruction in career decision making and decision making style. Journal of Counseling Psychology. 27, 581-588. Sahrah, A. 1990. Model Interaksionisme dalam Pengukuran Psikologi kepribadian. Tesis. Tidak diterbitkan. Yogyakarta : Fakultas Psikologi, UGM. Siagian.1991. Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan. Jakarta : CV. Haji Mas Agung. Simatupang, L. 1986. Pengambilan Keputusan dalam Beternak Ayam Ras : Studi Kasus di Kelurahan Soropadan, Kec. Pring Surat, Temanggung. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Sastra, UGM. Sinamo. 2000. Strategi Adaptif ke Abad 21: Berselancar di atas Gelombang Krisis, Jakarta : PT Gramedia. Sindunata. 2000. Gaya Pengambilan Keputusan dan Penundaan Akademik. Skripsi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta. Fakultas Psikologi, UGM. Smith, T.W.; Andersen, N.B. 1986. Model of personality and disease: an international approach type A behavior and cardiovascular risk. Journal of Personality and Social Psychology. 39 (1), 1166-1173. Sugiyanto & Adijanti, M.G. 1983. Penalaran Orang Tipe Introver dan Tipe Ekstrover. Laporan Penelitian. Tidak diterbitkan. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. Sugiyanto. 2000. Modul Penelitian Statistik dengan SPSS. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.

Suharman. 1999. Teori Prospek dalam Pembuatan Keputusan dan Implikasinya. Anima : Media Psikologi Indonesia. 14, 296-304. Suherman, R.A.& Yuanita, R.A. 2000. Eksistensi tipe kepribadian dalam pekerjaan. Jurnal Psikologi. 5, 1-12. Suryabrata, S. 1998 (a). Psikologi Kepribadian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Suryabrata. S 1998 (b). Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Suryabrata, S.. 2000 (a). Pengembangan Alat Ukur Psikologi. Yogyakarta : Penerbit ANDI. Suryabrata, S. 2000 (b). Peran Psikologi di Indonesia. Yogyakarta : Penerbit Yayasan Pembina Fakultas Psikologi UGM. Susan, D.P.; Paziensa, N.J.; Ferrin, H.H. 1984. Decision making styles and problem solving appraisal. Journal of Counselling Psychology. 31 (4), 497-502. Wolman, BB. 1977. International Encyclopedi of Psychitry, Psychology, Psychoanalysis and Neurology. New York : Van Nostrad Reinhold Company.

DATA MENTAH SKALA EXTROVERT - INTROVERT TRY OUT

DATA MENTAH SKALA EXTROVERT - INTROVERT


AITEM RESP. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 1 2 1 0 0 4 3 4 1 0 2 3 1 0 1 3 1 0 2 1 2 3 4 3 1 0 3 1 2 0 0 3 4 3 2 3 4 3 3 3 0 3 3 1 3 4 4 1 0 1 3 4 1 1 3 4 4 0 3 1 3 3 4 1 3 2 3 1 1 0 4 2 1 1 3 0 1 1 3 1 4 1 1 5 3 4 3 1 0 4 3 0 1 0 3 4 2 0 2 4 3 4 3 2 6 0 3 4 3 2 0 0 4 1 3 2 3 0 1 1 0 0 0 3 4 7 3 3 0 3 1 3 2 4 0 3 4 3 1 0 0 4 1 3 0 1 8 0 3 2 2 1 3 3 3 4 0 3 3 1 0 1 1 2 2 4 1 9 4 3 2 1 0 3 3 4 3 3 3 4 2 0 2 4 1 1 0 3 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1 4 3 0 0 2 2 1 1 0 1 3 2 1 2 1 4 1 1 3 2 1 4 0 4 3 4 0 1 0 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 4 3 4 3 1 2 1 3 4 1 4 3 2 2 4 1 3 2 4 4 0 1 0 2 4 0 0 2 1 1 1 0 0 0 3 1 0 0 4 4 1 2 3 1 2 3 3 3 1 3 0 0 1 1 3 3 4 1 4 3 3 2 2 2 3 1 4 1 1 0 1 3 3 3 3 1 4 1 4 4 0 1 2 0 3 4 0 4 3 2 0 3 3 4 2 1 2 3 4 3 1 0 3 3 4 2 0 3 0 0 1 0 1 0 4 4 0 1 0 3 3 0 0 1 3 3 2 3 3 3 2 1 1 3 2 3 0 2 2 0 1 4 4 1 3 4 1 0 3 3 1 3 3 3 1 3 0 1 2 0 2 1 4 4 2 1 0 3 1 1 1 3 0 0 0 3 2 0 4 4 1 0 2 1 0 3 2 2 3 2 4 3 1 2 3 2 2 3 3 3 1 2 2 1 4 3 3 4 2 3 2 1 3 4 1 3 3 4 0 3 1 1 2 3 0 1 4 3 1 2 4 1 1 4 1 1 0 4 0 1 2 4 1 0 1 1 3 3 3 3 1 3 4 3 4 3 1 3 4 1 3 2 1 4 4 1 3 2 1 1 0 4 2 1 4 2 2 0 26 0 3 2 1 0 2 3 4 4 0 3 1 2 0 4 1 1 0 2 4 27 28 29 30 31 32 33 4 4 3 2 3 3 3 1 4 2 1 4 4 3 3 3 4 1 1 3 3 3 2 3 1 1 2 3 3 4 1 0 1 2 4 1 3 3 3 4 0 3 0 2 2 2 3 2 4 3 4 0 1 3 4 3 3 3 3 1 1 4 3 4 1 1 0 1 4 3 4 3 3 3 0 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 2 2 1 3 3 3 1 1 1 0 2 3 4 0 3 3 3 1 4 1 1 4 4 4 2 1 4 4 1 3 1 0 1 4 4 3 4 0 3 3 4 0 1 2 2 1 0 3 3 3 1 4 0 2 3

LANJUTAN 34 0 3 4 4 0 4 3 1 3 0 3 4 1 1 2 3 2 0 4 1 AITEM 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 1 3 1 4 1 3 2 4 3 1 1 3 0 2 4 1 2 3 0 2 3 0 1 2 2 0 3 2 4 4 3 3 1 4 3 1 2 4 3 1 4 1 4 4 0 1 3 4 4 0 2 0 2 3 2 1 4 1 3 3 3 1 3 3 4 1 0 2 4 4 1 3 1 1 3 1 0 4 1 3 3 1 3 0 0 3 1 4 1 1 3 1 3 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 2 2 1 1 2 0 3 1 3 4 1 3 2 4 3 3 2 1 2 4 0 2 3 1 3 0 0 2 0 1 3 3 1 2 3 1 3 0 1 3 4 4 3 3 4 0 3 1 1 3 4 4 3 3 3 3 0 4 4 0 4 2 4 4 1 1 3 4 3 4 2 1 1 4 1 1 3 2 2 4 2 1 3 3 0 4 1 4 2 4 0 1 0 0 3 3 0 1 3 1 0 3 0 2 1 1 2 0 3 2 1 3 4 1 3 2 1 2 4 2 3 2 3 3 3 4 3 3 1 4 3 0 4 1 3 4 3 3 3 4 3 4 4 2 4 2 4 3 4 2 3 4 3 1 3 1 1 0 0 2 3 1 1 1 1 1 4 3 1 3 4 0 1 3 0 4 1 0 3 1 1 3 0 0 0 0 0 3 3 1 0 1 3 3 0 2 1 3 2 4 3 2 4 3 3 2 2 2 3 1 3 0 1 1 2 1 3 4 3 4 3 4 3 3 4 1 1 3 3 1 1 3 4 1 3 1 3 1 3 2 1 3 0 1 0 2 0 3 3 4 1 2 2 3 1 1 2 2 4 4 1 0 2 1 0 3 1 4 1 2 4 3 1 1 4 1 0 1 4 3 1 1 1 3 4 3 3 2 3 0 1 4 3 4 3 0 1 2 1 1 1 3 1 3 4 1 4 1 3 1 4 0 1 3 0 1 4

DATA MENTAH TRY-OUT SKALA GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN


A I T E M RESP. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 3 2 1 2 1 2 2 3 0 1 1 2 0 2 1 3 2 4 3 2 2 1 1 0 4 1 2 4 3 2 2 1 1 0 0 1 4 4 3 4 4 3 0 3 1 2 4 1 3 3 0 1 0 3 1 2 0 1 1 2 0 1 4 0 3 1 3 2 2 3 4 0 1 1 3 2 2 4 2 4 0 2 1 5 2 4 4 4 2 4 4 3 1 3 0 1 3 4 0 4 4 0 4 4 6 0 3 4 3 4 0 1 0 2 3 0 1 3 2 2 1 3 3 2 3 7 4 3 1 4 3 4 4 4 2 1 4 4 3 3 2 3 3 3 1 3 8 3 4 3 1 2 2 3 2 3 4 4 3 2 3 3 3 4 1 3 3 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 3 0 1 4 0 1 2 3 3 1 1 1 0 2 4 1 2 0 2 3 1 3 3 3 1 0 1 3 0 0 2 1 2 0 4 1 1 2 0 2 4 3 0 0 1 4 1 2 3 1 1 0 1 3 2 4 4 4 3 2 2 2 4 3 3 4 1 3 3 3 3 4 0 1 2 1 3 3 2 1 2 3 1 3 1 1 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 0 3 4 1 2 3 3 2 2 4 2 3 4 2 3 3 3 3 3 4 4 2 2 3 3 3 4 3 3 0 3 0 2 3 4 4 3 4 4 0 3 4 4 4 4 2 1 0 1 2 3 2 2 1 4 1 2 2 0 2 0 3 0 2 2 1 1 2 3 1 2 1 0 1 1 2 1 2 1 0 1 2 2 0 0 2 2 1 1 1 1 1 2 1 0 1 0 0 1 3 3 3 1 0 0 2 2 2 1 2 4 0 2 3 3 2 3 2 2 1 1 3 2 3 1 2 2 0 1 1 2 1 4 2 2 3 3 2 3 3 4 2 1 0 3 1 3 1 1 3 2 3 0 2 2 0 2 3 2 2 0 1 1 3 2 0 2 2 0 2 2 2 3 3 3 1 1 1 2 0 0 2 3 1 2 3 1 1 3 1 2 2 3 2 1 0 1 4 1 1 3 2 1 2 0 1 3 2 3 3 1 0 0 2 2 1 1 3 3 1 2 3 3 2 2 2 2 1 3 3 3 2 2 0 2 2 3 2 2 3 1 0 0 1 0 4 1 4 4 2 1 3 3 0 0 4 1 0 0 2 4

82

Reliability
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** _

R E L I A B I L I T Y

A N A L Y S I S

S C A L E N of Variables 55

(A L P H A)

Statistics for SCALE _

Mean 115.5500

Variance 530.1553

Std Dev 23.0251

R E L I A B I L I T Y

A N A L Y S I S

S C A L E

(A L P H A)

Item-total Statistics Scale Mean if Item Deleted VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 114.0500 113.3000 113.2000 113.8500 113.2500 113.8500 113.6000 113.6000 113.2500 113.7000 112.7000 113.1000 113.6000 113.9500 113.5000 113.5000 113.6000 113.2000 113.5000 113.7000 113.6500 112.7000 113.8000 113.9500 113.9500 113.7000 113.1500 112.8000 113.1000 113.8500 113.7000 Scale Variance if Item Deleted 490.6816 496.8526 572.3789 503.2921 493.2500 514.0289 506.6737 496.0421 493.2500 510.0105 528.0105 553.6737 517.4105 503.9447 553.9474 487.8421 497.3053 482.1684 506.4737 506.5368 494.1342 557.0632 563.1158 499.6289 488.2605 498.7474 540.8711 508.9053 504.8316 494.8711 518.4316 Corrected ItemTotal Correlation .6463 .4984 -.6493 .4643 .5239 .1937 .3135 .5714 .5709 .2816 .0297 -.3880 .1998 .3885 -.5273 .6192 .5126 .6961 .3357 .4008 .5594 -.4513 -.4896 .5721 .6698 .4364 -.1887 .3965 .4467 .5435 .1680

Alpha if Item Deleted .8183 .8213 .8475 .8229 .8204 .8288 .8257 .8203 .8197 .8265 .8309 .8415 .8283 .8240 .8399 .8181 .8212 .8159 .8252 .8242 .8200 .8424 .8452 .8211 .8175 .8226 .8377 .8246 .8233 .8204 .8290

83
VAR00032 VAR00033 VAR00034 VAR00035 VAR00036 VAR00037 VAR00038 VAR00039 VAR00040 VAR00041 _ 112.9500 112.3000 113.4000 114.1000 113.2500 113.7500 113.7000 113.6000 113.0500 113.5000 528.7868 536.9579 484.2526 528.8316 533.1447 518.0921 575.3789 497.3053 524.9974 507.9474 -.0059 -.2204 .6463 -.0052 -.0764 .2048 -.6475 .5126 .0533 .3718 .8328 .8333 .8170 .8326 .8348 .8281 .8489 .8212 .8317 .8247

R E L I A B I L I T Y

A N A L Y S I S

S C A L E

(A L P H A)

Item-total Statistics Scale Mean if Item Deleted VAR00042 VAR00043 VAR00044 VAR00045 VAR00046 VAR00047 VAR00048 VAR00049 VAR00050 VAR00051 VAR00052 VAR00053 VAR00054 VAR00055 113.5000 112.7500 113.8500 113.7500 112.9000 113.7000 113.6000 113.5000 114.1000 113.1000 112.8500 113.5500 113.4000 113.2000 Scale Variance if Item Deleted 491.0000 529.2500 502.8711 496.3026 506.2000 503.0632 493.4105 493.5263 517.1474 488.6211 527.0816 505.9447 506.0421 517.7474 Corrected ItemTotal Correlation .5142 -.0023 .4100 .6339 .4241 .4322 .5454 .4563 .2493 .6421 .0524 .3113 .4462 .1493

Alpha if Item Deleted .8202 .8316 .8235 .8198 .8238 .8232 .8201 .8217 .8274 .8179 .8305 .8258 .8235 .8298

Reliability Coefficients N of Cases = Alpha = .8297 20.0 N of Items = 55

84
UJI SKALA GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERPAKAI

Reliability
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** _

R E L I A B I L I T Y

A N A L Y S I S

S C A L E N of Variables 20

(A L P H A)

Statistics for SCALE

Mean 40.1000

Variance 196.3053

Std Dev 14.0109

Item-total Statistics Scale Mean if Item Deleted VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00007 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00019 VAR00020 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 38.2500 38.0000 38.6500 38.1000 37.3500 37.1500 38.0000 38.0000 38.4500 37.9000 38.3000 38.4500 38.2500 38.4000 37.6500 38.5500 37.7500 38.5500 38.1500 38.0000 Scale Variance if Item Deleted 181.4605 176.6316 178.6605 178.7263 183.3974 179.5026 184.0000 183.7895 178.0500 175.7789 184.2211 177.5237 175.9868 171.9368 172.1342 178.6816 178.1974 168.9974 180.8711 174.8421 Corrected ItemTotal Correlation .4912 .4304 .4885 .4581 .4249 .5580 .4638 .4145 .4567 .5777 .4648 .6061 .5171 .6890 .6493 .7676 .6132 .6590 .4375 .5060

Alpha if Item Deleted .8879 .8907 .8879 .8889 .8974 .8862 .8888 .8898 .8891 .8853 .8888 .8849 .8872 .8818 .8829 .8830 .8849 .8823 .8894 .8877

Reliability Coefficients N of Cases = Alpha = .8923 20.0 N of Items = 20

85
UJI SKALA EXTROVERT-INTROVERT TERPAKAI

Reliability
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** _

R E L I A B I L I T Y

A N A L Y S I S

S C A L E N of Variables 33

(A L P H A)

Statistics for SCALE

Mean 66.4500

Variance 655.2079

Std Dev 25.5970

Item-total Statistics Scale Mean if Item Deleted VAR00001 VAR00002 VAR00004 VAR00005 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00014 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00034 VAR00039 VAR00041 VAR00042 VAR00044 VAR00045 VAR00046 VAR00047 VAR00048 VAR00049 VAR00051 VAR00053 VAR00054 _ 64.9500 64.2000 64.7500 64.1500 64.5000 64.5000 64.1500 64.8500 64.4000 64.5000 64.1000 64.4000 64.6000 64.5500 64.8500 64.8500 64.6000 63.7000 64.0000 64.7500 64.3000 64.5000 64.4000 64.4000 64.7500 64.6500 63.8000 64.6000 64.5000 64.4000 64.0000 64.4500 64.3000 Scale Variance if Item Deleted 604.2605 613.2211 627.3553 608.5553 625.8421 616.2632 617.2921 623.7132 604.6737 617.8421 602.2000 621.4105 633.7263 615.2079 618.6605 607.0816 621.4105 627.5895 628.1053 609.6711 603.4842 617.8421 628.1474 601.7263 618.1974 615.5026 624.9053 624.8842 608.5789 625.7263 606.3158 633.3132 620.6421 Corrected ItemTotal Correlation .7595 .5730 .4321 .6043 .3603 .5889 .5250 .4252 .6701 .5269 .6912 .4447 .3237 .5598 .6201 .6942 .4230 .4707 .4302 .6401 .6563 .5269 .4127 .6464 .5114 .6716 .4891 .4372 .6311 .3196 .6836 .2487 .5875

Alpha if Item Deleted .9295 .9314 .9328 .9310 .9339 .9313 .9319 .9330 .9303 .9319 .9300 .9328 .9339 .9316 .9311 .9301 .9331 .9325 .9329 .9307 .9304 .9319 .9330 .9305 .9321 .9307 .9323 .9328 .9307 .9347 .9302 .9353 .9315

86

R E L I A B I L I T Y

A N A L Y S I S

S C A L E

(A L P H A)

Reliability Coefficients N of Cases = Alpha = .9338 20.0 N of Items = 33

87

UJI NORMALITAS UNTUK DATA INTUITIF DAN DATA RATIONAL

Explore
Case Processing Summary Cases Missing N Percent 0 .0%

INTUITIF

Valid N Percent 32 100.0%

Total N 32 Percent 100.0%

Descriptives INTUITIF Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. .127 32 .200*
a

Lower Bound Upper Bound

Statistic 23.3438 22.3720 24.3155 23.3472 24.0000 7.265 2.6954 18.00 29.00 11.00 3.0000 -.265 -.314

Std. Error .4765

.414 .809

INTUITIF

Statistic .951

Shapiro-Wilk df 32

Sig. .242

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

88

INTUITIF
Normal Q-Q Plot of INTUITIF
2

Expected Normal

-1

-2 16 18 20 22 24 26 28 30

Observed Value

Detrended Normal Q-Q Plot of INTUITIF


.3 .2

.1

0.0

-.1

Dev from Normal

-.2

-.3 -.4 16 18 20 22 24 26 28 30

Observed Value

89

Explore
Case Processing Summary Cases Missing N Percent 0 .0%

KEPUTUSAN RATIONAL

Valid N Percent 43 100.0% Descriptives

Total N 43 Percent 100.0%

KEPUTUSAN RATIONAL Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis

Lower Bound Upper Bound

Statistic 18.3256 17.1668 19.4844 18.3023 19.0000 14.177 3.7653 11.00 27.00 16.00 6.0000 .225 -.427

Std. Error .5742

.361 .709

Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig. .126 43 .084 Shapiro-Wilk df 43

KEPUTUSAN RATIONAL

Statistic .965

Sig. .354

a. Lilliefors Significance Correction

90

KEPUTUSAN RATIONAL
Normal Q-Q Plot of KEPUTUSAN RATIONAL
3

Expected Normal

-1

-2 10 20 30

Observed Value

Detrended Normal Q-Q Plot of KEPUTUSAN RATIONAL


.4

.3

.2

.1

Dev from Normal

0.0

-.1

-.2 10 20 30

Observed Value

91

UJI NORMALITAS DATA TYPE KEPRIBADIAN

Explore
Case Processing Summary Cases Missing N Percent 0 .0%

TYPE KEPRIBADIAN

Valid N Percent 75 100.0% Descriptives

Total N 75 Percent 100.0%

TYPE KEPRIBADIAN Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Tests of Normality

Lower Bound Upper Bound

Statistic 76.5733 75.5832 77.5634 76.6370 77.0000 18.518 4.3033 66.00 86.00 20.00 7.0000 -.161 -.381

Std. Error .4969

.277 .548

TYPE KEPRIBADIAN

Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. .074 75 .200*

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

TYPE KEPRIBADIAN

92

Normal Q-Q Plot of TYPE KEPRIBADIAN


3

Expected Normal

-1

-2

-3 60 70 80 90

Observed Value

Detrended Normal Q-Q Plot of TYPE KEPRIBADIAN


.1

0.0

-.1

Dev from Normal

-.2

-.3 60 70 80 90

Observed Value

93

ANALISIS ANOVA ONEWAY UNTUK INTUITIF DENGAN LAVENE Oneway


Descriptives INTUITIF 95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound 20.9667 23.5333 23.0621 25.8129 22.3720 24.3155

N INTROVERT EXTROVERT Total 16 16 32

Mean 22.2500 24.4375 23.3438

Std. Deviation 2.4083 2.5812 2.6954

Std. Error .6021 .6453 .4765

Minimum 18.00 19.00 18.00

Maximum 26.00 29.00 29.00

Test of Homogeneity of Variances INTUITIF Levene Statistic .008 df1 1 df2 30 Sig. .930 ANOVA INTUITIF Sum of Squares 38.281 186.938 225.219 df 1 30 31 Mean Square 38.281 6.231 F 6.143 Sig. .019

Between Groups Within Groups Total

94

ANALISIS ANOVA UNTUK RASIONAL DENGAN LAVENE Oneway


Descriptives KEPUTUSAN RATIONAL 95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound 20.1627 22.6373 14.6887 16.6157 17.1668 19.4844

N INTROVERT EXTROVERT Total 20 23 43

Mean 21.4000 15.6522 18.3256

Std. Deviation 2.6438 2.2281 3.7653

Std. Error .5912 .4646 .5742

Minimum 17.00 11.00 11.00

Maximum 27.00 19.00 27.00

Test of Homogeneity of Variances KEPUTUSAN RATIONAL Levene Statistic .816 df1 1 df2 41 Sig. .372 ANOVA KEPUTUSAN RATIONAL Sum of Squares 353.424 242.017 595.442 df 1 41 42 Mean Square 353.424 5.903 F 59.873 Sig. .000

Between Groups Within Groups Total

95

ANALISIS ONEWAY UNTUK INTUITIF INTROVERT DENGAN INTUITIF EXTROVERT Oneway


Descriptives INTUITIF 95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound 20.9667 23.5333 23.0621 25.8129 22.3720 24.3155

N INTROVERT EXTROVERT Total 16 16 32

Mean 22.2500 24.4375 23.3438

Std. Deviation 2.4083 2.5812 2.6954

Std. Error .6021 .6453 .4765

Minimum 18.00 19.00 18.00

Maximum 26.00 29.00 29.00

Test of Homogeneity of Variances INTUITIF Levene Statistic .008 df1 1 df2 30 Sig. .930 ANOVA INTUITIF Sum of Squares 38.281 186.938 225.219 df 1 30 31 Mean Square 38.281 6.231 F 6.143 Sig. .019

Between Groups Within Groups Total

Means Plots
25.0

24.5

24.0

23.5

Mean of INTUITIF

23.0

22.5

22.0 INTROVERT EXTROVERT

TYPE KEPRIBADIAN

96

ANALISIS ANOVA UNTUK RASIONAL DENGAN LAVENE Oneway


Descriptives KEPUTUSAN RATIONAL 95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound 20.1627 22.6373 14.6887 16.6157 17.1668 19.4844

N INTROVERT EXTROVERT Total 20 23 43

Mean 21.4000 15.6522 18.3256

Std. Deviation 2.6438 2.2281 3.7653

Std. Error .5912 .4646 .5742

Minimum 17.00 11.00 11.00

Maximum 27.00 19.00 27.00

Test of Homogeneity of Variances KEPUTUSAN RATIONAL Levene Statistic .816 df1 1 df2 41 Sig. .372 ANOVA KEPUTUSAN RATIONAL Sum of Squares 353.424 242.017 595.442 df 1 41 42 Mean Square 353.424 5.903 F 59.873 Sig. .000

Between Groups Within Groups Total

97 ANALISIS ONE WAY UNTUK INTUITIF EXTROVERT DAN RATIONAL INTUITIF

Oneway
Descriptives GAYA P K 95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound 20.0889 21.9111 22.1343 25.2407 21.2658 23.1231

N INTUITIF EXTROVERT RATIONAL INTROVERT Total 20 16 36

Mean 21.0000 23.6875 22.1944

Std. Deviation 1.9467 2.9148 2.7445

Std. Error .4353 .7287 .4574

Minimum 17.00 18.00 17.00

Maximum 25.00 29.00 29.00

Test of Homogeneity of Variances GAYA P K Levene Statistic 1.907 df1 1 df2 34 Sig. .176 ANOVA GAYA P K Sum of Squares 64.201 199.438 263.639 df 1 34 35 Mean Square 64.201 5.866 F 10.945 Sig. .002

Between Groups Within Groups Total

Means Plots

98

Petunjuk Pengisian

Berikut ini ada beberapa pernyataan dimana Bapak/Ibu/Sdr diminta untuk mengisinya. Dalam setiap pernyataan disediakan lima (5) alternatif jawaban. Bapak/Ibu/Sdr diharapkan memilih salah satu dari kelima pilihan jawaban tersebut. Dalam hal ini tidak ada jawaban yang benar atau salah . Semua jawaban yang dipilih bisa menjadi benar. Jawaban yang benar adalah jawaban yang sesuai dengan diri dan kondisi Bapak/Ibu/Sdr yang sebenarnya. Bapak/Ibu/Sdr tidak perlu berpikir panjang, cukup secara spontan memilih jawaban yang sesuai dengan diri dan kondisi Bapak/Ibu/Saudara. Berilah tanda silang ( X ) pada salah satu pilihan jawaban yang paling sesuai dengan kondisi Bpk/Ibu/Saudara. Kelima pilihan jawaban tersebut adalah: STS : Apabila Bpk./Ibu/Sdr. merasa bahwa pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan kondisi Bpk./Ibu/Sdr. yang sebenarnya. TS : Apabila Bpk./Ibu/Sdr. merasa bahwa pernyataan tersebut tidak sesuai dengan kondisi Bpk./Ibu/Sdr. yang sebenarnya. R S : Apabila Bpk/Ibu/Sdr. merasa ragu-ragu dengan pernyataan tersebut : Apabila pernyataan tersebut sesuai dengan kondisi Bpk/Ibu/Sdr. yang sebenarnya. SS : Apabila pernyataan tersebut sangat sesuai dengan kondisi Bpk/Ibu/Sdr.

Periksalah kembali apakah semua pernyataan telah terjawab dengan semestinya. Usahakanlah jangan ada satupun yang terlewatkan. Terimakasih atas perhatian dan kesedian Bpk./Ibu/Sdr. untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

99

IDENTITAS PRIBADI

NAMA PEKERJAAN

: : Peg. Negeri / Peg. Swasta / Wiraswasta

TANGGAL LAHIR :

NO 1 2 3 4 5 6 7 8

PERNYATAAN Saya sangat senang bila terlibat dalam pekerjaaan yang memerlukan tindakan cepat Salah satu hal yang saya sukai adalah terlibat dalam berbagai kegiatan social Bagi saya, pekerjaan yang menyenangkan adalah pekerjaan yang penuh variasi Minat dan keinginan saya seringkali berubahubah Saya akan ikut bersorak-sorai bila sedang menyaksikan suatu pertandingan olah-raga Saya merasa cepat bosan apabila diajak berdiskusi tentang masalah kehidupan Seringkali saya menunda pekerjaan sampai batas waktu yang telah ditentukan Ada perasaan canggung dalam diri saya ketika berada dalam suatu acara yang melibatkan banyak orang Biasanya saya cepat bosan apabila melakukan suatu pekerjaan yang rumit Saya lebih senang melakukan pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi yang tinggi Dalam menghadapi masalah, saya biasanya dapat membuat keputusan dengan cepat

STS

TS

SS

9 10 11

100

NO 12

PERNYATAAN Saya tidak menyukai kegiatan yang melibatkan banyak orang Meskipun saya jengkel terhadap seseorang, saya cenderung akan menyimpan sendiri kejengkelan saya tersebut Ada saat-saat tertentu yang saya luangkan untuk menyendiri sambil berpikir tentang kehidupan yang saya jalani Saya terbiasa menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya sesuai dengan yang telah saya rencanakan Saat mengalami kegagalan, saya akan berusaha mencoba kembali sampai saya berhasil melakukannya Saya adalah orang yang sangat bersemangat dalam melakukan sesuatu Seringkali saya merasa gelisah jika harus menunggu seseorang terlalu lama Biasanya saya akan berhati-hati dalam menghadapi situasi yang baru Bila ingin melakukan suatu kegiatan, saya terlebih dulu merencanakan segala sesuatunya dengan teliti Meskipun menghadapi situasi yang gawat, saya berusaha untuk tetap tenang Saya selalu berusaha untuk memahami apa yang menjadi penyebab dari perilaku seseorang Saya tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan kepada saya dengan bertanggung jawab Hampir sebagian besar waktu luang yang saya miliki, saya gunakan untuk merenung Seringkali saya tidak bisa menahan diri untuk membeli sesuatu yang sangat saya sukai Agar hati menjadi lega, maka saya akan melampiaskan amarah saya meskipun hanya sebentar saja Saya adalah seorang yang pemalu dalam bergaul Bagi saya, akan lebih baik bila melakukan sesuatu yang tidak menimbulkan resiko

STS

TS

SS

13

14

15

16

17 18 19 20

21 22 23

24 25 26

27 28

101

NO 29 30 31 32 33 34 35

PERNYATAAN Saya akan menjadi lupa akan segalanya bila tengah melakukan suatu pekerjaan Saya sangat menyukai segala kegiatan yang penuh dengan tantangan Saya cenderung aktif berbicara saat berada diantara banyak orang Di saat hari libur, saya lebih senang menghabiskan waktu dengan beristirahat Saya tidak bisa menahan tertawa bila melihat hal-hal yang lucu Saya berusaha untuk tidak bersikap emosional dalam menghadapi suatu masalah Sebelum membuat suatu keputusan, saya selalu mempertimbangkan semua keuntungan dan kerugiannya Saat sedang bekerja, saya seringkali berhenti untuk melamunkan sesuatu Saya dapat dipercaya sepenuhnya Saya akan memikirkan terlebih dulu bila akan mengungkapkan sesuatu kepada orang lain Dalam mengerjakan sesuatu saya cenderung berhati-hati Saya sangat menikmati keramaian yang penuh dengan sendau gurau Dalam melakukan sesuatu seringkali saya tidak mempertimbangkan terlebih dulu dengan matang segala konsekuensinya Saya lebih senang menghabiskan waktu dengan sedikit bersenang-senang bersama teman daripada melamun sendiri Seringkali saya tidak bisa menutupi ekspresi kemarahan saya Bila mengerjakan sesuatu saya harus menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan sebaik-baiknya Kemarahan saya seringkali terjadi secara tibatiba Waktu luang yang saya miliki selalu saya nikmati sendiri Saya ingin bersantai terlebih dulu sebelum menyelesaikan suatu pekerjaan Hal-hal yang mengharukan seringkali membuat saya menitikan air mata

STS

TS

SS

36 37 38 39 40 41

42

43 44

45 46 47 48

102

NO PERNYATAAN STS 49 Dalam bekerja saya selalu ingin melakukannya cermat 50 Saya lebih senang melakukan kegiatan yang menuntut aktifitas fisik yang besar 51 Ada kepuasan tersendiri yang saya peroleh saat berada bersama teman-teman saya 52 Saya takut mengalami kegagalan 53 Saya senang menganalisa ide-ide yang saya peroleh melalui sudut pandang saya sendiri 54 Sebagai penanggung jawab suatu pekerjaan saya akan menunjukan rasa tanggung jawab saya bila terjadi kesalahan meskipun itu bukan kesalahan saya sendiri 55 Saya senang menghabiskan waktu yang saya miliki dengan menuangkan ide-ide saya ke dalam bentuk tulisan

TS

SS

103

Petunjuk Pengisian
Tanpa kita sadari sebenarnya kita seringkali bahkan hampir selalu membuat keputusan, entah itu keputusan besar atau kecil. Pada bagian berikut, ada beberapa pernyataan tentang situasi pengambilan keputusan yang sering Bapak/Ibu?Saudara hadapi .Silahkan Bapak/Ibu/Saudara memahami setiap pernyataan berikut dengan sebaikbaiknya. Bapak/Ibu/Saudara dapat mengacu pada pengalaman yang pernah dialami selama ini dalam hal mengambil keputusan, baik keputusan besar atau kecil. Setiap orang mempunyai pengalaman yang berbeda-beda dan tidak dapat diperbandingkan dalam rangka untuk menilai baik dan buruknya seseorang.. Oleh karena itu, Bapak/Ibu/Saudara tidak mungkin mendapatkan nilai baik atau buruk. Bapak/Ibu/Saudara tidak perlu menganalisa dan berpikir panjang untuk menjawab setiap pernyataan. Dalam hal ini, jawaban yang tepat adalah jawaban atau pernyataan yang paling sesuai dengan kondisi Bapak/Ibu/Saudara. Berilah tanda silang ( X ) pada pilihan jawaban yang paling sesuai dengan kondisi Bapak/Ibu/Saudara. Adapun pilihan-pilihan jawaban tersebut adalah : TP : Apabila Bpk/Ibu/Sdr merasa pernyataan tersebut Bpk/Ibu/Sdr lakukan atau alami tidak pernah

: Apabila Bpk/Ibu/Sdr merasa pernyataan tersebut jarang Bpk/Ibu/Sdr lakukan atau alami : Apabila Bpk/Ibu/Sdr. merasa ragu-ragu dengan pernyataan tersebut : Apabila Bpk/Ibu/Sdr merasa pernyatan tersebut lakukan atau alami sering Bpk/Ibu/ Sdr

R S

SL

: Apabila Bpk/Ibu/Sdr merasa pernyataan tersebut selalu lakukan atau alami

Bpk/Ibu/Sdr

104

NO 1 2

PERNYATAAN Saya mengandalkan perasaan untuk membuat pilihan yang tepat untuk saya Saya merasa lebih mantap apabila dapat memperkirakan akibat dari keputusan yang saya buat di kemudian hari Saya cenderung berpikir panjang terlebih dulu sebelum bertindak Pilihan saya meluap begitu saja dari hati saya Saat hendak memutuskan sesuatu, salah satu hal yang saya tidak sukai adalah apabila harus melakukan analisa yang cukup rumit atas informasi yang ada Saya mengikuti kata hati dalam membuat suatu keputusan Saat membuat suatu keputusan, saya akan mengambil waktu untuk memikirkannya Saya akan menunda suatu keputusan apabila menurut saya belum ada alasan yang masuk akal Menurut saya menggunakan naluri atau dorongan insting kita dalam memutuskan sesuatu itu berguna Saya lebih mementingkan kecepatan membuat keputusan daripada mengumpulkan data yang memadai dalam mengambil keputusan Saya tidak menuntut keputusan yang saya buat harus mempunyai penjelasan maupun alasan yang logis Saya sangat sistematis dalam membuat keputusan Saya tidak mendasarkan keputusan saya pada apa yang saya rasakan saat ini Saya sangat rasional dalam membuat suatu keputusan Saya spontan dalam memilih, tanpa banyak pertimbangan Dalam membuat suatu keputusan, saya akan mengumpulkan semua informasi yang tersedia

TP

SL

3 4 5

6 7 8

10

11

12 13 14 15 16

105

NO 17 18 19 20 21

PERNYATAAN Saya merasa mantap dengan pilihan saya sekalipun tidak mengetahui alasannya Saya membuat keputusan tanpa melewati pertimbangan panjang Saya menyukai segera melakukan sesuatu daripada duduk untuk merenungkan sesuatu hal Sebelum melakukan sesuatu saya akan merencanakannya dengan hati-hati Saya sebenarnya tidak memikirkan keputusan yang akan saya buat. Sepertinya hal itu sudah ada di belakang kepala saya Saya baru berani memutuskan sesuatu setelah ada alasan yang masuk akal Saya tidak tergesa-gesa dalam membuat keputusan, untuk memastikan bahwa saya telah membuat keputusan yang tepat Saya memutuskan sesuatu menurut dorongan hati saat itu Fakta, data dan informasi yang memadai merupakan kebutuhan bagi saya dalam membuat suatu keputusan Saya berusaha mempertimbangkan alasan dan tujuan ketika saya sedang menentukan pilihan

TP

SL

22 23

24 25

26

= Terima kasih =

106

Petunjuk Pengisian

Berikut ini ada beberapa pernyataan dimana Bapak/Ibu/Sdr diminta untuk mengisinya. Dalam setiap pernyataan disediakan lima (5) alternatif jawaban. Bapak/Ibu/Sdr diharapkan memilih salah satu dari kelima pilihan jawaban tersebut. Dalam hal ini tidak ada jawaban yang benar atau salah . Semua jawaban yang dipilih bisa menjadi benar. Jawaban yang benar adalah jawaban yang sesuai dengan diri dan kondisi Bapak/Ibu/Sdr yang sebenarnya. Bapak/Ibu/Sdr tidak perlu berpikir panjang, cukup secara spontan memilih jawaban yang sesuai dengan diri dan kondisi Bapak/Ibu/Saudara. Berilah tanda silang ( X ) pada salah satu pilihan jawaban yang paling sesuai dengan kondisi Bpk/Ibu/Saudara. Kelima pilihan jawaban tersebut adalah: STS : Apabila Bpk./Ibu/Sdr. merasa bahwa pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan kondisi Bpk./Ibu/Sdr. yang sebenarnya. TS : Apabila Bpk./Ibu/Sdr. merasa bahwa pernyataan tersebut tidak sesuai dengan kondisi Bpk./Ibu/Sdr. yang sebenarnya. R S : Apabila Bpk/Ibu/Sdr. merasa ragu-ragu dengan pernyataan tersebut : Apabila pernyataan tersebut sesuai dengan kondisi Bpk/Ibu/Sdr. yang sebenarnya. SS : Apabila pernyataan tersebut sangat sesuai dengan kondisi Bpk/Ibu/Sdr.

Periksalah kembali apakah semua pernyataan telah terjawab dengan semestinya. Usahakanlah jangan ada satupun yang terlewatkan. Terimakasih atas perhatian dan kesedian Bpk./Ibu/Sdr. untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

107

IDENTITAS PRIBADI

NAMA PEKERJAAN

: : Peg. Negeri / Peg. Swasta / Wiraswasta

TANGGAL LAHIR :

NO 1 2 3 4 5 6

PERNYATAAN Saya sangat senang bila terlibat dalam pekerjaaan yang memerlukan tindakan cepat Salah satu hal yang saya sukai adalah terlibat dalam berbagai kegiatan social Minat dan keinginan saya seringkali berubahubah Saya akan ikut bersorak-sorai bila sedang menyaksikan suatu pertandingan olah-raga Seringkali saya menunda pekerjaan sampai batas waktu yang telah ditentukan Ada perasaan canggung dalam diri saya ketika berada dalam suatu acara yang melibatkan banyak orang Biasanya saya cepat bosan apabila melakukan suatu pekerjaan yang rumit Ada saat-saat tertentu yang saya luangkan untuk menyendiri sambil berpikir tentang kehidupan yang saya jalani Saat mengalami kegagalan, saya akan berusaha mencoba kembali sampai saya berhasil melakukannya Saya adalah orang yang sangat bersemangat dalam melakukan sesuatu

STS

TS

SS

7 8

10

108

NO 11 12 13

PERNYATAAN Seringkali saya merasa gelisah jika harus menunggu seseorang terlalu lama Biasanya saya akan berhati-hati dalam menghadapi situasi yang baru Bila ingin melakukan suatu kegiatan, saya terlebih dulu merencanakan segala sesuatunya dengan teliti Meskipun menghadapi situasi yang gawat, saya berusaha untuk tetap tenang Hampir sebagian besar waktu luang yang saya miliki, saya gunakan untuk merenung Seringkali saya tidak bisa menahan diri untuk membeli sesuatu yang sangat saya sukai Agar hati menjadi lega, maka saya akan melampiaskan amarah saya meskipun hanya sebentar saja Bagi saya, akan lebih baik bila melakukan sesuatu yang tidak menimbulkan resiko Saya akan menjadi lupa akan segalanya bila tengah melakukan suatu pekerjaan Saya sangat menyukai segala kegiatan yang penuh dengan tantangan Saya berusaha untuk tidak bersikap emosional dalam menghadapi suatu masalah Dalam mengerjakan sesuatu saya cenderung berhati-hati Dalam melakukan sesuatu seringkali saya tidak mempertimbangkan terlebih dulu dengan matang segala konsekuensinya Saya lebih senang menghabiskan waktu dengan sedikit bersenang-senang bersama teman daripada melamun sendiri Bila mengerjakan sesuatu saya harus menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan sebaik-baiknya Kemarahan saya seringkali terjadi secara tibatiba Waktu luang yang saya miliki selalu saya nikmati sendiri Saya ingin bersantai terlebih dulu sebelum menyelesaikan suatu pekerjaan Hal-hal yang mengharukan seringkali membuat saya menitikan air mata

STS

TS

SS

14 15 16 17

18 19 20 21 22 23

24

25

26 27 28 29

109

NO PERNYATAAN 30 Dalam bekerja saya selalu ingin melakukannya cermat 31 Ada kepuasan tersendiri yang saya peroleh saat berada bersama teman-teman saya 32 Saya senang menganalisa ide-ide yang saya peroleh melalui sudut pandang saya sendiri 33 Sebagai penanggung jawab suatu pekerjaan saya akan menunjukan rasa tanggung jawab saya bila terjadi kesalahan meskipun itu bukan kesalahan saya sendiri

STS

TS

SS

110

Petunjuk Pengisian
Tanpa kita sadari sebenarnya kita seringkali bahkan hampir selalu membuat keputusan, entah itu keputusan besar atau kecil. Pada bagian berikut, ada beberapa pernyataan tentang situasi

pengambilan keputusan yang sering Bapak/Ibu?Saudara hadapi .Silahkan Bapak/Ibu/Saudara memahami setiap pernyataan berikut dengan sebaik-baiknya. Bapak/Ibu/Saudara dapat mengacu pada pengalaman yang pernah dialami selama ini dalam hal mengambil keputusan, baik keputusan besar atau kecil. Setiap orang mempunyai pengalaman yang berbeda-beda dan tidak dapat diperbandingkan dalam rangka untuk menilai baik dan buruknya seseorang.. Oleh karena itu, Bapak/Ibu/Saudara tidak mungkin mendapatkan nilai baik atau buruk. Bapak/Ibu/Saudara tidak perlu menganalisa dan berpikir panjang untuk menjawab setiap pernyataan. Dalam hal ini, jawaban yang tepat adalah jawaban atau pernyataan yang paling sesuai dengan kondisi Bapak/Ibu/Saudara. Berilah tanda silang ( X ) pada pilihan jawaban yang paling sesuai dengan kondisi Bapak/Ibu/Saudara. Adapun pilihanpilihan jawaban tersebut adalah : TP : Apabila Bpk/Ibu/Sdr merasa pernyataan tersebut tidak pernah Bpk/Ibu/Sdr lakukan atau alami J : Apabila Bpk/Ibu/Sdr merasa pernyataan tersebut jarang Bpk/Ibu/Sdr lakukan atau alami : Apabila Bpk/Ibu/Sdr. merasa ragu-ragu dengan pernyataan tersebut : Apabila Bpk/Ibu/Sdr merasa pernyatan tersebut sering Bpk/Ibu/ Sdr lakukan atau alami : Apabila Bpk/Ibu/Sdr merasa pernyataan tersebut selalu Bpk/Ibu/Sdr lakukan atau alami

R S SL

111

NO 1 2

PERNYATAAN Saya mengandalkan perasaan untuk membuat pilihan yang tepat untuk saya Saya merasa lebih mantap apabila dapat memperkirakan akibat dari keputusan yang saya buat di kemudian hari Saya cenderung berpikir panjang terlebih dulu sebelum bertindak Pilihan saya meluap begitu saja dari hati saya
Saya tidak suka melakukan analisa yang cukup rumit atas informasi yang ada

TP

SL

3 4
5

6 7 8

9 10 11 12 13 14 15 16 17

18 19 20

Saat membuat suatu keputusan, saya akan mengambil waktu untuk memikirkannya Menurut saya menggunakan naluri atau dorongan insting kita dalam memutuskan sesuatu itu berguna Saya lebih mementingkan kecepatan membuat keputusan daripada mengumpulkan data yang memadai dalam mengambil keputusan Saya tidak menuntut keputusan yang saya buat harus mempunyai penjelasan maupun alasan yang logis Saya sangat sistematis dalam membuat keputusan Saya spontan dalam memilih, tanpa banyak pertimbangan Dalam membuat suatu keputusan, saya akan mengumpulkan semua informasi yang tersedia Saya merasa mantap dengan pilihan saya sekalipun tidak mengetahui alasannya Saya menyukai segera melakukan sesuatu daripada duduk untuk merenungkan sesuatu hal Sebelum melakukan sesuatu saya akan merencanakannya dengan hati-hati Saya baru berani memutuskan sesuatu setelah ada alasan yang masuk akal Saya tidak tergesa-gesa dalam membuat keputusan, untuk memastikan bahwa saya telah membuat keputusan yang tepat Saya memutuskan sesuatu menurut dorongan hati saat itu Data dan informasi yang memadai merupakan kebutuhan bagi saya dalam membuat suatu keputusan Saya berusaha mempertimbangkan alasan dan tujuan ketika saya sedang menentukan pilihan

= Terima kasih =

Anda mungkin juga menyukai