SKDN

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

BALOK SKDN

Penyelenggaraan kegiatan posyandu merupakan sesuatu kegiatan

pemantauan. Kegiatan ini dilakukan dengan melihat naik atau tidaknya berat badan anak, yang dilakukan sebulan sekali dengan jalan penimbangan anak balita dan penggunaan KMS. Sistem ini kemudian kemudian dikenal dengan SKDN dimana 1 1. S adalah jumlah seluruh balita yang ada dalam wilayah kerja posyandu 2. K adalah jumlah Balita yang ada di wilayah kerja posyandu yang mempunyai KMS (Kartu Menujuh Sehat) 3. D adalah Jumlah Balita yang datang di posyandu atau dikunjungan rumah dan menimbang berat badannya 4. N adalah jumlah balita yang ditimbang bebrat badannya mengalami peningkatan bebrat badan dibanding bulannya sebelumnya. 2 Tabel 1. SKDN 3

SDKN merupakan indikator pokok untuk mengukur keberhasilan kegiatan penimbangan balita, khususnya dan bahkan pengukuran keberhasilan program posyandu pada umumnya (BKKBN, 1985). 3 Menurut Hartini (1985), SKDN dibuat untuk suatu wilayah kerja. Wilayah kerja ini dapat berupa suatu daerah lingkungan posyandu yang anggotanya terdiri dari 30-50 keluarga atau bahkan dalam satu wilayah desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi. Pada

pelaksanaannya SKDN ini dibuat seperti balok-balok yang dinamakan balok SKDN. Balok SKDN ini dibuat diatas poster blangko yang tersedia (Tim Lintas Sektorial Pusat, 1985). SKDN bermanfaat baik di tingkat bawah (tingkat desa) maupun pada tingkat yang lebih atas.1 Biasanya setelah melakukan kegiatan di posyandu atau di pos penimbangan petugas kesehatan dan kader Posyandu (Petugas sukarela) melakukan analisis SKDN. Analisisnya terdiri dari 1. Tingkat partisipasi masyarakat dalam penimbangan balita yaitu jumlah balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang ada diwilayah kerja posyandu atau dengan menggunakan rumus (D/S x 100%), hasilnya minimal harus capai 80 % apabila dibawah 80 % maka dikatakan partisipasi mayarakat untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan berat badan sangatlah rendah. Hal ini akan berakibat pada balita tidak akan terpantau oleh petugas kesehatan ataupun kader posyandu dan memungkinkan balita ini tidak diketahui pertumbuhan berat badannya atau pola pertumbuhan berat badannya. 2. Tingkat Liputan Program yaitu Jumlah balita yang mempunyai KMS dibagi dengan Jumlah seluruh balita yang ada di wilayah Posyandu atau dengan menggunakan rumus (K/S x 100%), hasil yang ducapai harus 100 %. Alasannya balita-balita yang telah mempunyai KMS (Kartu Menujuh Sehat ) telah mempunyai alat instrumen untuk memantau berat badannya dan data pelayanan kesehatan lainnya, Apabila tidak digunakan atau tidak dapat KMS maka pada dasarnya program Posyandu tersebut mempunyai liputan yang sangat rendah atau biasa juga dikatakan balita yang seharusnya mempunyai KMS karena memang mereka (Balita) masih dalam fase pertumbuhan ini

telah kehilangan kesempatan untuk mendapat pelayanan sebagaimana yang terdapat dalam KMS tersebut. Khusus untuk Tingkat Kehilangan Kesempatan ini menggunakan rumus {(S-K)/S x 100%) yaitu jumlah balita yang ada diwilayah posyandu dikurangi jumlah balita yang mempunyai KMS, hasilnya dibagi dengan jumlah balita yang ada, semakin tinggi presentase kehilangan kesempatan maka semakin rendah kemauan orang tua balita untuk dapat memanfaatkan KMS. Padahal KSM sangat baik untuk memantau

pertumbuhan Berat Badan Balita atau juga Pola Pertumbuhan Berat Badan Balita. 3. Indikator-indikator lainnya adalah (N/D x 100%) yaitu jumlah balita yang Naik Berat Badannya di bandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang. Sebaiknya semua balita yang ditimbang harus memgalami peningkatan berat-badannya. 4. Indikator lainnya dalam SKDN adalah Indikator Drop Out yaitu balita yang sudah mempunyai KMS dan pernah datang menimbang berat badannya tetapi kemudian tidak pernah datang lagi di posyandu untuk selalu mendapatkan pelayanan kesehatan rumusnya yaitu jumlah balita yang telah mendapat KMS dibagi dengan Jumlah Balita ditimbang hasilnya dibagi dengan Balita yang punya KMS atau rumusnya adalah (K-D)/K x 100%. Dari kesemua indikator tersebut diatas. Indikator yang paling sederhana di posyandu adalah Anak Sehat Bertambah Umur Bertambah Berat Badan. Dan ini juga adalah yang menjadi ikon dari keberadaan posyandu (pos penimbangan), sekaligus juga berlaku sebagai output untuk semua kegiatan di posyandu. 2

DAFTAR PUSTAKA

1.

Tampubolon.

1996.

Posyandu.

Diunduh

dari

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/42531/Bab%20II%20 A96DTA.pdf?sequence=4 , pada tanggal 21 Oktober 2012. 2. Ali, Arsad Rahim. 2009. Catatan Perkembangan Posyandu. Diunduh dari http://arali2008.wordpress.com/2009/04/20/catatan-ringan-tentangperkembangan-posyandu/ , pada tanggal 21 Oktober 2012. 3. Wimala, Acittra Raras. 2011. Balok SKDN. , Diunduh tanggal dari 21

http://id.scribd.com/doc/74250443/BALOK-SKDN Oktober 2012.

pada

Anda mungkin juga menyukai