Wrap Up Skenario 4

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PBL

SKENARIO 4

SUARA GAIB
Kelompok B-5
Ketua Sekretaris : Widya Marsyairiani (1102007288) : Mahisa Taradika W Syarifah Isra Mega Ayu Putri Nurul Hikmah (1102007169) (1102007272) (1102007174) (1102007202)

Puspa Astriana Holle (1102007215) Sofiah Riksa Adiba Putra Reagen Nurhadi (1102007265) (1102007232) (1102007226)

Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Jl. Letjen Soeprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510 2009\2010

SKENARIO 4: SUARA GAIB Seorang laki-laki, Sarjana Ekonomi, 25 tahun dibawa ke IGD RSJ karena memukul ibunya dan memcahkan kaca jendela. Alasannya ada suara gaib yang menyuruhnya melakukan tindakan tersebut. Sejak 2 pekan ini pasien mengalami insomnia dan iritabel. Sudah 6 bulan ia dikeluarkan dari tempat kerjanya karena kepribadiannya dinilai maladaptive. Pada pemeriksaan psikiatrik: Afek tumpul, tidak ditemukan gangguan kognitif, ada halusinasi auditorik, pada isi fikir terdapat waham bizarre. Pada pemeriksaan penunjang seperti CT Scan tak ditemukan tanda tanda kerusakan jaringan otak, tapi pada pemeriksaan PET Scan, ditemukan penigkatan aktifitas Dopamin pada system limbic dan system kortikal. Di IGD dokter mendiagnosis Skizofrenia yang merupakan salah satu gangguan psikotik. Kemudian dokter memberikan Neuroleptika injeksi sebagai terapi awal, yang akan dilanjutkan dengan program terapi secara holistic, meliputi psikoterapi dan sosioterapi, serta rehabilitasi. Orang tua pasien mempertanyakan kepada dokter apakah anaknya masih diwajibkan melaksanakan ibadah mahdhoh.

STEP 1 1. Insomnia: gangguan kesulitan tidur. 2. Iritabel: mampu menaggapi suatu rangsangan. 3. Maladaptive: ketidak mampuan dalam beradaptasi. 4. Afek tumpul: wajah yang tidak menunjukkan reaksi. 5. Dopamine: suatu katekolamin yang terbentuk dalam tubuh melalui dekarboksilasi dopa hasil antara nor epinephrine dan bekerja sebagai neuro transmitter pada SSP. 6. Gangguan kognitif; Gangguan pekerjaan pikiran yang dengannya kita jadi waspada akan objek mencakup semua aspek pengamatan dan pemikiran. 7. Halusinasi auditorik: Halusinasi yang menguasai indera pendengaran. 8. Halusinasi: persepsi sensorik tanpa ada sumber dari dunia luar. 9. Waham bizarre: waham yang aneh dimana ada sesuatu yang membisikkan pada dirinya. 10. Waham: keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus dengan cirri-ciri tidak realistis dan logis. 11. Sistem limbic: istilah yang secara longgar digunakan untuk sekelompok struktur otak yang membagi semua mamalia yang dihubungkan dengan penghidupan tetapi lebih penting di dalam aktivitas lainnya. 12. Kortikol: hormone kortikosteroid atau glukokortikoid yang dihasilkan di zona fasiculata di korteks adrenal. Biasanya hormone ini disebut hormone stress karena berespon pada saat stress dan gangguan kecemasan dan di control oleh kortisol releasing hormone. 13. Skizofrenia: gangguan mental heterogen yang terdiri dari gangguan psikotik mayor dan ditandai dengan terganggunya bentuk dan isi pikiran. 14. Rehabilitasi: pemulihan pasien yang sakit atau cidera pada tingkat fungsional optimal di rumah atau di masyarakat. 15. Neuroleptika: zat anti psikotik asli terhadap kognisi dan prilaku. 16. Holistic: menganggap manusia sebagai kesatuan fungsional. 17. Sosio terapi: setiap terapi yang menekankan lingkungan sosial dan factor-faktor antar manusia dari pada factor intrapsikis.

18. Ibadah mahdhoh: ibadah yang wajib dilakukan.

STEP 2 1. Apa penyebab insomnia dan iritabel pada pasien ini? 2. Apa yang menyebabkan pasien mendengar suara gaib? 3. Apa hubungan peningkatan aktivitas dopamine dengan skizofrenia? 4. Apa hubungan skizofrenia dengan waham bizarre? 5. Pemeriksaan apa lagi selain CT Scan dan PET Scan? 6. Bagaimana efek dopamine pada tubuh manusia? 7. Apakah pada pasien skizofrenia masih diharuskan melakukan ibadah mahdhoh? 8. Mengapa pada pasien ini untuk terapi awal diberikan neuroleptika secara injeksi? 9. Bagaimana ciri orang mengalami waham bizarre? 10. Macam-macam gangguan psikotik selain skizofrenia? 11. Adakah gangguan neurotransmitter pada skizofrenia?

STEP 3 1. Karena adanya stress maka dopamine meningkat dan dopamine itu sendiri merupakan hormone kortisol sehingga menyebabkan aktivitas meningkat sehingga terjadi insomnia dan iritabel. 2. Karena pasien ini meyakini suatu hal yang tidak logis dan realistis yang melalui indera pendengaran pasien tersebut. 3. Karena skizofrenia merupakan over aktivitas dopamine. 4. Waham bizarre adalah salah satu gejala skizofrenia. 5. Anamnesis, pemeriksaan fisik didapati afek tumpul 6. Jika dopamine meningkat pasien akan mengalami skizofrenia, sedangkan jika dopamine menurun maka pasien akan mengalami Parkinson. 7. Tidak, karena ada hukum yang mengharuskan beribadah dengan akal sehat. 8. Karena pasien ini dalam kondisi aktif, maka agar efek obat bekerja cepat harus diberikan secara parental. 9. Memiliki kelakuan aneh, pikiran kosong, mendengar sesuatu, dan lain-lain. 10. Gangguan somatoform, depresi, cemas menyeluruh, panic. 11. Ada, gangguan berlebihan atau peningkatan aktivitas dopamine.

STEP 4 Skizofrenia disebabkan oleh over aktivitas dopamine, dopamine yang meningkat pasien akan mengalami skizofrenia. Gejala yang timbul pada pasien ini seperti insomnia, iritabel, maladaptive, halusinasi, waham bizarre. Untuk mendiagnosa penyakit ini di awali dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang seperti CT Scan dan PET Scan. Pada terapi awal diberikan neuroleptika secara parental dan dalam segi agama pasien ini tidak dianjurkan melaksanakan ibadah mahdhoh karena hukum yang mengharuskan beribadah dengan akal sehat.

STEP 5 1. Memahami dan menjelaskan anatomi system limbic dan system kortikol 1.1. 1.2. Menjelaskan anatomi system limbic Menjelaskan anatomi system kortikal

2. Memahami dan menjelaskan neurotransmitter 2.1. 2.2. Macam-macam neurotransmitter Fungsi dari masing-masing neurotransmitter

3. Memahami dan menjelaskan gangguan psikotik 3.1. 3.2. 3.3. Definisi gangguan psikotik Etiologi gangguan psikotik Klasifikasi gangguan psikotik

4. Memahami dan menjelaskan skizofrenia 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7. 4.8. Definisi skizofrenia Etiologi skizofrenia Gejala skizofrenia Patifisiologi skizofenia Diagnosis skizofrenia Pemeriksaan penunjang pada penyakit skizofrenia Penatalaksanaan skizofrenia Prognosis dari skizofrenia

5. Memahami dan menjelaskan ibadah mahdhoh 5.1. 5.2. Macam-macam ibadah mahdhoh Batasan-batasan ibadah mahdhoh

Step 6 MANDIRI

Step 7 1. Memahami dan Menjelaskan Sistem Limbik dan Sistem Kortikal 1.1. Menjelaskan Sistem Limbik SISTEM LIMBIK (LIMBIC SYSTEM)

Pengertian : Ysang termasuk ke dalam system limbic ialah semua bangunan berikut:

Lobus limbic (Broca) Formatio hippocampi Nucleus amygdaloideus Hypothalamus Nucleus anterior thalami Nucleus medio dorsalis thalami Area septi

Beserta penghubungnya:

Alveus Fimbra Fornix Tractus mammilothalamicus Stria terminalis Stria medullaris

Dari bangunan-bangunan tersebut terlihat bahwa sistem limbik melibatkan: Tal-encephalon Di-encephalon

LOBUS LIMBIK (BROCA)

Pengertian: Lobus limbik merupakan bangunan berbentuk huruf C pada dataran medial haemispherum yang melingkari corpus callosum dan mempunyai kesatuan fungsi yang meliputi: Gyrus subcallosum s. Subiculum: Terltak di depan lamina terminalis dan rostrum corpus collosum, jalan melingkari corppus callosum sampai splenium corporis calloni. Gyrus cinguli: Terletak tepat di atas corpus callosum. Gyrus parahippocampi: Terletak antara fissura hippocampi dan sulcus collateralis Ke depan dia lanjut menjadi uncus.

FORMATIO HIPPOCAMPI

Pengertian: Merupakan bangunan yang mempunyai satu kesatuan fungsi yang meliputi:

1. HIPOCAMPUS (cornu ammonis) Merupakan substansia grisea yang melengkung ke atas sepanjang dasar cornu inferior ventriculus lateralis. Ujumg depannya melebar membentuk : PES HIPPOCAMPI. Pada penampang frontal, hippocampus berbentuk seperti HURUF C. Permukaan dalam ventrikulus yang melengkung dilapisi oleh EPENDYM. Di bawahnya terdapat selapis tipis substantia alba disebut sebagai : ALVEUS yang terdiri dari serabut saraf yang berasal dari hippocampus yang kemudian melengkung ke medial membentuk FIMBRIA. Fimbria sendiri meninggalkan ujung belakang hippocampus sebagai crus fornix. Crus fornix dari setiap sisi membelok ke belakang dan atas di bawah splenium corpus callosi dan mengelilingi dataran belakang thalamus.Kedua crus fornix tersebut kemudian menyatu membentuk Corpus Fornix yang terletak sangat dekat dengan dataran bawah corpus callosum. Pada waktu kedua crura saling mendekat, dia dihubungkan dengan serabut saraf yang jalan melintang: Commissura fornuces yang akan saling bersilangan kiri dengan yang kanan dan akhirnya bergambung dengan hippocampus pada sisi yang sama. Fungsi hippocampus: berperan dalam proses belajar dan ingatan sekarang

2. GYRUS DENTATUS

Pengertian: merupakan seberkas substantia grissea yang terletak antara Fimbria Hippocampi dan Gyrus Hippocampi. Struktur: Kebelakang Gyrus dentatus berjalan mendampingi fimbria sampai kedekat

Splenium Corporis callosi dimana dia lanjut menjadi: Induseum griseum. Induseum griseum sendiri merupakan seberkas tipis substantia grissea yang Menutupi dataran atas corpus callosum. Pada dataran atas Induseum griseum terdapat dua berkas serabut saraf: Stria longitudinalis mediale dan stria longitudinalis laterale. Kedua stria ini Merupakan sisa ( substantia alba ): Induseum grisea vestigii Gyrus dentatus dan hippocampus sama - sama berbentuk huruf C dan kedua huruf Tersebut saling mengunci satu dengan lainnya.

3. SUBICULUM s.GYRUS SUBCALLOSUM Meruapakan bangunan yang terletak antara hypocampus dengan gyrus parahippocampus. Keseluruhan formatio hippocampi mempunyai panjang 5 cm mulai dari depan ( pada amygdala ) kebelakang mencapai spelenium corporis callosi.

NUCLEUS AMYGDALOIDEUS ( amigdala )

Bentuk :seperti buah almond Merupakan massa nuclei yang terletak pada lobus temporalis di daerah transisi dengan dataran postero inferor lobus frontalis. Menrima aferen dari: Lobus olfactorius anterior Cortex piriformis, temporalis, pre frontalis Hypothalamus Nucleus medio dorsalis thalami Tegmentum

Mengirim eferen ke: Area preopticum mediale Nucleus area septi Hypothalamus Nucleus amygdaloideus sisi lain Nucleus medio doralis thalami Cortex prefrontalis Tegmentum

Letak : sebagian didepan dan sebagian lagi daatas puncak cornu inferior ventriculus lateralis. Dia berhubungan dengan ujung ekor nucleus caudatus yang berjalan kedepan pada atap inferior ventriculus lateralis. Stria terminalis muncul dari daratan belakangnya.

Fungsi amigdala: 1. kalau dipacu, terjadi perubahan suasana hati ( mood ) 2. kalau dirusak, terjadi sikap agresif 3. melalui hypothalamus, dia mempercepat aktifitas endokrin, sex dan reproduksi

AREA SEPTI : meruapakan bagian dari nuclei tel encephalon dibentuk oleh : - cortex area septi - gyrus para terminalis - gyrus ( area ) subcallosum - Letak : antara septum pellucidum dengan comminssura anterior - Hubungan timbale balik dengan formatio hippocampi via formix - Hubungan timbale balik dengan hypothalamus - berhubungan dengan habenula melalui stria medallarais thalami

HYPOTHALAMUS

NUCLEUS ANTERIOR THALAMI

NUCLEUS MEDIODORSALIS THALAMI

1.alveus ( sudah diterangkan ) 2. Fimbria ( sudah diterangkan ) 3. Fornix ( sudah diterangkan ) 4. Tractus mammillothalamicus ( sudah diterangkan ) 5. Stria terminalis ( sudah diterangkan ) 6. Stria medullaris ( sudah diterangkan ) 7. Commissura anterior ( sudah diterangkan )

FUNGSI SISTEM LIMBIK

1. berkaitan erat dengan keadaan emosi dan perilaku, terutama: reaksi takut, marah dan libido 2. khusus hippocampus mempunyai fungsi: Pembelajaran Ingatan sekarang ( hal hal baru ) 3. Berkaitan erat dengan fungsi penciuman, walau tak cukup bukti 4. Berkaitan erat dengan respons homeostatik terhadap perubahan lingkungan 5. Berkaitan erat dengan perubahan emosi sehingga melibatkan aktivitas lokomotorik, saraf otonom dan kelenjar endokrin 6. Berkaitan erat dengan: - Perasaan - Makan - Berkelahi

Melarikan diri Mencari pasangan

1.2. Menjelaskan Sistem Kortikal A. Otak a. Perkembangan Otak Otak manusia mencapai 2% dari keseluruhan berat tubuh, mengkonsumsi 25% oksigen dan menerima 1,5% curah jantung. Bagian cranial pada tabung saraf membentuk tiga pembesaran (vesikel) yang berdiferensiasi untuk membentuk otak : otak depan, otak tengah dan otak belakang. Otak depan (proensefalon) terbagi menjadi dua subdivisi : telensefalon dan diensefalon. Telensefalon merupakan awal hemisfer serebral atau serebrum dan basal ganglia serta korpus striatum (substansi abu-abu) pada serebrum. Diensefalon menjadi thalamus, hipotalamus dan epitalamus. Otak tengah (mesensefalon) terus tumbuh dan pada orang dewasa disebut otak tengah. Otak belakang (rombensefalon) terbagi menjadi dua subdivisi : metensefalon dan mielensefalon. Metensefalon berubah menjadi batang otak (pons) dan serebelum. Mielensefalon menjadi medulla oblongata. Rongga pada tabung saraf tidak berubah dan berkembang menjadi ventrikel otak dan kanal sentral medulla spinalis. b. Lapisan Pelindung

Otak terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan jaringan ikat yang disebut meninges. Lapisan meningeal terdiri dari pia meter, lapisan araknoid dan durameter. a) Pia meter adalah lapisan terdalam yang halus dan tipis, serta melekat erat pada otak. b) Lapisan araknoid terletak di bagian eksternal pia meter dan mengandung sedikit pembuluh darah. Runga araknoid memisahkan lapisan araknoid dari piameter dan mengandung cairan cerebrospinalis, pembuluh darah serta jaringan penghubung serta selaput yang mempertahankan posisi araknoid terhadap piameter di bawahnya. c) Durameter, lapisan terluar adalah lapisan yang tebal dan terdiri dari dua lapisan. Lapisan ini biasanya terus bersambungan tetapi terputus pada beberapa sisi spesifik. Lapisan periosteal luar pada durameter melekat di permukaan dalam kranium dan berperan sebagai periosteum dalam pada tulang tengkorak. Lapisan meningeal dalam pada durameter tertanam sampai ke dalam fisura otak dan terlipat kembali di arahnya untuk membentuk falks serebrum, falks serebelum, tentorium serebelum dan sela diafragma. Ruang subdural memisahkan durameter dari araknoid pada regia cranial dan medulla spinalis. Ruang epidural adalah ruang potensial antara perioteal luar dan lapisan meningeal dalam pada durameter di regia medulla spinalis. c. Cairan Cerebrospinalis Cairan serebrospinalis mengelilingi ruang sub araknoid di sekitar otak dan medulla spinalis. Cairan ini juga mengisi ventrikel dalam otak. Cairan cerebrospinalis menyerupai plasma darah dan cairan interstisial, tetapi tidak mengandung protein. Cairan serebrospinalis dihasilkan oleh plesus koroid dan sekresi oleh sel-sel ependimal yang mengitari pembuluh darah serebral dan melapisi kanal sentral medulla spinalis. Fungsi cairan cerebrospinalis adalah sebagai bantalan untuk pemeriksaan lunak otak dan medulla spinalis, juga berperan sebagai media pertukaran nutrient dan zat buangan antara darah dan otak serta medulla spinalis. d. Serebrum Serebrum tersusun dari dua hemisfer serebral, yang membentuk bagian terbesar otak. Koterks serebral terdiri dari 6 lapisan sel dan serabut saraf. Ventrikel I dan II (ventrikel lateral) terletak dalam hemisfer serebral. Korpus kolosum yang terdiri dari serabut termielinisasi menyatukan kedua hemisfer. Fisura dan sulkus. Setiap hemisfer dibagi oleh fisura dan sulkus menjadi 4 lobus (frontal, paritetal, oksipital dan temporal) yang dinamakan sesuai tempat tulangnya berada. Fisura longitudinal membagi serebrum menjadi hemisfer kiri dan kanan Fisura transversal memisahkan hemisfer serebral dari serebelum

Sulkus pusat / fisura Rolando memisahkan lobus frontal dari lobus parietal. Sulkus lateral / fisura Sylvius memisahkan lobus frontal dan temporal. Sulkus parieto-oksipital memisahkan lobus parietal dan oksipital. Girus. Permukaan hemisfer serebral memiliki semacam konvolusi yang disebut girus. e. Area Fungsional Korteks Serebri a) Area motorik primer pada korteks Area primer terdapat dalam girus presentral. Disini neuron mengendalikan kontraksi volunteer otot rangka. Area pramotorik korteks terletak tepat di sisi anterior girus presentral. Neuron mengendalikan aktivitas motorik yang terlatih dan berulang seperti mengetik. Area broca terletak di sisi anterior area premotorik pada tepi bawahnya. b) Area sensorik korteks Terdiri dari area sensorik primer, area visual primer, area auditori primer. Area olfaktori primer dan area pengecap primer (gustatory). c) Area asosiasitraktus serebral Terdiri area asosiasi frontal, area asosiasi somatic, area asosiasi visual, area wicara Wernicke. d) Ganglia basal Adalah kepulauan substansi abu-abu yang terletak jauh di dalam substansi putih serebrum. f. Diensefalon Terletak di antara serebrum dan otak tengah serta tersembunyi di balik hemisfer serebral, kecuali pada sisi basal. TALAMUS Terdiri dari dua massa oval (lebar 1 cm dan panjang 3 cm) substansi abu-abu yang sebagian tertutup substansi putih. Masing-masing massa menonjol ke luar untuk membentuk sisi dinding ventrikel ketiga. HIPOTALAMUS Terletak di didi inferior thalamus dan membentuk dasar serta bagian bawah sisi dinding ventrikel ketiga. Hipotalamus berperan penting dalam pengendalian aktivitas SSO yang melakukan fungsi vegetatif penting untuk kehidupan, seperti pengaturan frekwensi jantung, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan air, selera makan, saluran pencernaan dan aktivitas seksual.

Hipotalamus juga berperan sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri, kegembiraan dan kemarahan. Hipotalamus memproduksi hormon yang mengatur pelepasan atau inhibisi hormon kelenjar hipofise sehingga mempengaruhi keseluruhan sistem endokrin. EPITALAMUS Membentuk langit-langit tipis ventrikel ketiga. Suatu massa berukuran kecil, badan pineal yang mungkin memiliki fungsi endokrin, menjulur dari ujung posterior epitalamus. g. Sistim Limbik Terdiri dari sekelompok struktur dalam serebrum dan diensefalon yang terlibat dalam aktivitas emosional dan terutama aktivitas perilaku tak sadar. Girus singulum, girus hipokampus dan lobus pitiformis merupakan bagian sistem limbic dalam korteks serebral. h. Otak Tengah Merupakan bagian otak pendek dan terkontriksi yang menghubungkan pons dan serebelum dengan serebrum dan berfungsi sebagai jalur penghantar dan pusat refleks. Otak tengah, pons dan medulla oblongata disebut sebagai batang otak. i. Pons Hampir semuanya terdiri dari substansi putih. Pons menghubungkan medulla yang panjang dengan berbagai bagian otak melalui pedunkulus serebral. Pusat respirasi terletak dalam pons dan mengatur frekwensi dan kedalaman pernapasan. Nuclei saraf cranial V, VI dan VII terletak dalam pons, yang juga menerima informasi dari saraf cranial VIII j. Serebelum Terletak di sisi inferior pons dan merupakan bagian terbesar kedua otak. Terdiri dari bagian sentral terkontriksi, vermis dan dua massa lateral, hemisfer serebelar. Serebelum bertanggung jawab untuk mengkoordinasi dan mengendalikan ketepatan gerakan otot dengan baik. Bagian ini memastikan bahwa gerakan yang dicetuskan di suatu tempat di SSP berlangsung dengan halus bukannya mendadak dan tidak terkordinasi. Serebelum juga berfungsi untuk mempertahankan postur. k. Medulla Oblongata Panjangnya sekitar 2,5 cm dan menjulur dari pons sampai medulla spinalis dan terus memanjang. Bagian ini berakhir pada area foramen magnum tengkoral. Pusat medulla adalah nuclei yang berperan dalam pengendalian fungsi seperti frekwensi jantung, tekanan darah, pernapasan, batuk, menelan dan muntah. Nuclei yang merupakan asal saraf cranial IX, X, XI dan XII terletak di dalam medulla. l. Formasi Retikular

Formasi retukular atau sistem aktivasi reticular adalah jarring-jaring serabut saraf dan badan sel yang tersebar di keseluruhan bagian medulla oblongata,pons dan otak tengah. Sistem ini penting untuk memicu dan mempertahankan kewaspadaan serta kesadaran. B. Medulla Spinalis a. Fungsi Medulla Spinalis Medulla spinalis mengendalikan berbagai aktivitas refleks dalam tubuh. Bagian ini mentransmisi impuls ke dan dari otak melalui traktus asenden dan desenden. b. Struktur Umum Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih. Walaupun diameter medulla spinalis bervariasi, diameter struktur ini biasanya sekitar ukuran jari kelingking. Panjang ratarata 42 cm. Dua pembesaran, pembesaran lumbal dan serviks menandai sisi keluar saraf spinal besar yang mensuplai lengan dan tungkai. Tiga puluh satu pasang (31) saraf spinal keluar dari area urutan korda melalui foramina intervertebral. c. Struktur Internal Terdiri dari sebuah inti substansi abu-abu yang diselubungi substansi putih. Kanal sentral berukuran kecil dikelilingi oleh substansi abu-abu bentuknya seperti huruf H. Batang atas dan bawah huruf H disebut tanduk atau kolumna dan mengandung badan sel, dendrite asosiasi dan neuron eferen serta akson tidak termielinisasi. Tanduk dorsal adalah batang vertical atas substansi abu-abu. Tanduk ventral adalah batang vertical bawah. Tanduk lateral adalah protrusi di antara tanduk posterior dan anterior pada area toraks dan lumbal sistem saraf perifer. Komisura abu-abu menghubungkan substansi abu-abu di sisi kiri dan kanan medulla spinalis. Setiap saraf spinal memiliki satu radiks dorsal dan satu radiks ventral. d. Traktus Spinal Substansi putih korda yang terdiri dari akson termielinisasi, dibagi menjadi funikulus anterior,posterior dan lateral. Dalam funikulus terdapat fasiukulu atau traktus. Traktus diberi nama sesuai dengan lokasi, asal dan tujuannya. C. Sistem Saraf Perifer Sistem ini terdiri dari jaringan saraf yang berada di bagian luar otak dan medulla spinalis. Sistem ini juga mencakup saraf cranial yang berasal dari otak ; saraf spinal, yang berasal dari medulla spinalis dan ganglia serta reseptor sensorik yang berhubungan. 2. Memahami dan Menjelaskan Neurotransmitter 2.1. Macam- macam neurotransmitter

Bahan-bahan kimiawi dapat mempengaruhi impuls dari sel-sel saraf, bahan kimiawi tersebut bekerja melalui mekanisme yang berbeda, yaitu: 1. Sebagian besar sel-sel dalam tubuh melepaskan sejernis atau lebih zat sebagai sinyal kimiawi yang berfungsi sebagai mediator kimiawi setempat. Karena zat-zat tersebut mudah sekali rusak atau dibuang dari tempatnya, maka hanya efektif untuk daerah sekitarnya saja. 2. sel-sel endokrin khusus yang melepaskan hormaon yang harus diangkut melaui peredaran darah sebelum mencapai sel sasaranya. 3. sel saraf membentuk hubungan khusus yang disebut sinapsis kimiawi dengan sel sasaranya yang akan dipengaruhi (sel saraf, sel otot, sel kelenjar) dengan cra melepaskan mediator kimiawi yang hanya bekerja pad jarak yang sangat dekat.sedang bahan yang dilepaskan tersebut dinamakan neurotransmitter dan hanya berpengaruh pada bagian sel yang sangat dekat. Apabila informasi telah mencapai ujung saraf, maka impuls listrik yang merambat tersebut akan diubah menjadi sinyal kimiawi pada saat dilepaskan neurotransmtter. Neurotransmitter hanya memerlukan jarak yang sangat kecil dan tempo kurang dari 1 milisekon untuk mencapai sel sasaran. Dalam tubuh vertebrata telah diungkapakan sekitar 30 jenis molekul yang digolongkan dalam neurotransmitter diantaranya adalah(Tabel 1.2): 2 .2. Fungsi Neurotransmitter Tabel 1.2 Beberapa contoh Neurotransmitter dengan fungsinya No 1. 2. 3. Nama Asam amino dan turunanya : Glycine Norepinephrin Gamma - aminobutyric acid Efek utama Transmitter penghambat dalam SSP Tranmitter dalam SSP dan SS peririfir yang bersifat penghambat dan eksitasi Transmitter penghambat dari SSP

(GABA) 4. Acetylcholine Transmitter eksitasi pada hubungan neromuskuler, transmitter eksitasi dan penghambat dalam SSP dan susunan saraf perifir Transmitter yang mempunyai efek seperti morfin yaitu menghambat lintasan nyeri dalam SSP

5.

Enkephalin

Menjelaskan Efek Dopamin pada Sistem Limbik dan Sistem Kortikal Fungsi Dopamin sebagai neururotransmiter kerja cepat disekresikan oleh neuron-neuron yang berasal dari substansia nigra, neuron-neuron ini terutama berakhir pada regio striata ganglia basalis. Pengaruh dopamin biasanya sebagai inhibisi.(Guyton,1997: 714). Dopamin bersifat inhibisi pada beberapa area tapi juga eksitasi pada beberapa area. Sistem norepinefrin yang bersifat eksitasi menyebar ke setiap area otak, sementara serotonin dan dopamin terutama ke regio ganglia basalis dan sistem serotonin ke struktur garis tengah (midline).(Guyton,1997: 932) Pengaruh DOPAMINE Dopamine mengatur aktivitas di dalam frontal lobe, area otak yang mengatur komunikasi, motivasi, dan kemampuan untuk merasakan kesenangan. Kekurangan zat kimia ini dikaitkan dengan simptom psikologis seperti keresahan sosial, mengkritik diri sendiri, menunda atau sulit mempertahankan hubungan, begitu menurut riset di Leiden University Medical Center di Netherlands. Tapi begitu kekurangan ini dikoreksi, perempuan yang mengalaminya sering merasa lebih berenergi, dapat bergaul dan percaya diri.

3. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Psikotik 3.1. Menjelaskan Definisi Gangguan Psikotik Definisi: Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh. 3.2. Menjelaskan Penyebab Gangguan Psikotik Penyebab Gangguan Jiwa

Gejala utama atau gejala yang menonjol pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun psikis (psikogenik), (Maramis, 1994). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan badan ataupun jiwa. 1.Faktor - Faktor Somatik a. Neuroanatomi. b. Neurofisologi. c. Neurokimia. d. Tingkat kematangan & perkembangan organik. e.Faktor-faktor pre dan perinatal. 2.Faktor Faktor Psikogenik a.Interaksi ibu dan anak b.Peranan ayah. c.Persaiangan antar saudara kandung. d.Intelegensi. e.Persaiangan dalam keluarga, pekerjaan, permainan & masyarakat. f.Kehilangan kecemasan, depresi, rasa salah/ maluu. g.Konsep dini : identitas diri. h.Keterampilan, bakat, & kreativitas. i.Pola adaptasi & pembelaan. j.Tingkat perkembangan emosi. 3.Faktor- Faktor Sosio Budaya (Sosiogenik). a.Kestabilan keluarga. b.Pola mengasuh anak. c.Tingkat ekonomi. d.Perumahan : kota >< desa. e.Masalah kelompok minoritas. f.Pengaruh rasial dan keagamaan.

g.Nilai-nilai. Secara umum penyebab gangguan jiwa dibedakan menjadi 2; yaitu: 1. faktor predisposisi ( dari dalam ) a. genetik { Xsom ( kromosom ) x erat hubungannya dg gangguan afektif, sehingga gangguan afektif lebih sering pada wanita { Kromosom Y erat kaitannya dg kenakalan { Kepribadian : domestik pada perempuan ; liar pada laki2 b. vulnerabilitas otak / stress diathesis (mudah terluka ) stres yg menyerang otak merupakan stimuli dari luar yg dapat berupa reaksi fisik, psikis atau sosial c. faktor perkembangan ( psikodinamik ) { perkembangan badaniah yg salah maksudnya adalah setiap faktor yg mengganggu perkembangan fisik dapat menyebabkan gangguan mental. Bisa berasal dari keturunan atau lingkungan ( kelainan Xsom, konstitusi, cacat kongenital, gangguan otak) { perkembangan psikologik yg salah mungkin disebabkan oleh berbagai jenis deprivasi dini, pola keluarga yg patogenik dan masa remaja yg dilalui secara tdk baik. { factor sosilogik dalam perkembangan yg salah contohnya adat istiadat dan kebudayaan yg kaku ataupun perubahan2 yg ceat dalam unia modern, sehingga menimbulkan stres pd individu. 2. faktor pencetus ( peristiwa yg langsung baik fisik / psikososial yg menyebabkan timbulnya gejala2 sakit jiwa ) { Stres fisik. Hal ini menyebabkan penyakit jiwa lewat fungsi otak dan berupa sindrom otak organik.c/ : ensefaliti, infeksi virus sistemik,perubahan2 hormon, kimia, zat racun dan obat2an.

{ Stres psikososial. Terutama berakibat sebagai depresi .c/ : putus hubungan dg saudara, renggangnya persahabatan. 3.3. Menjelaskan Klasifikasi Gangguan Psikotik Klasifikasi Gangguan Jiwa Klasifikasi psikiatri melibatkan pembedaan dari perilaku normal dari abnormal. Dalam hal ini normal dan abnormal dapat berarti sehat dan sakit, tetapi bisa juga digunakan dalam arti lain. Sejumlah gejala psikiatri berbeda tajam dari normal dan hampir selalu menunjukkan penyakit ( Ingram et al., 1993): Gangguan Jiwa dibagi menjadi dua kelainan mental utama, yaitu penyakit mental dan cacat mental. Cacat mental suatu keadaan yang mencakup difisit intelektual dan telah ada sejak lahir atau pada usia dini. Penyakit mental secara tidak langsung menyatakan yang kesehatan sebelumnya, kelainan yang berkembang atau kelainan yang bermanifestasi kemudian dalam kehidupan 1. Penyakit mental secara prinsip dibagi dalam psikoneurosis dan psikosis. Kategori ini sesuai dengan awam tentang kecemasan dan kegilaan. Psikoneurosis merupakan keadaan lazim yang gejalanya dapat dipahami dan dapat diempati. Psikosis merupakan penyakit yang gejalanya kurang dapat dipahami dan tidak dapat diempati serta klien sering kehilangan kontak realita. 2. Istilah fungsional dan organik menunjukkan etiologi penyakit dan digunakan untuk membagi psikosis. Psikosis fungsional berarti ada gangguan fungsi, tanpa kelainan patologi yang dapat dibuktikan Macam-Macam Gangguan Jiwa Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang psikologik dari unsur psikis (Maramis, 1994). Macam-macam gangguan jiwa (Rusdi Maslim, 1998): Gangguan mental organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja. 1). Skizofrenia. Skizofrenia merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebabmusabab dan patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994). Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak cacat (Ingram et al.,1995). 2). Depresi

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998). Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997). Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi (Rawlins et al., 1993). Individu yang menderita suasana perasaan (mood) yang depresi biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktiftas (Depkes, 1993). Depresi dianggap normal terhadap banyak stress kehidupan dan abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai pulih (Atkinson, 2000). 3). Kecemasan Kecemasan sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik (Rawlins 1993). Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat. Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasn ringan, sedang, berat dan kecemasan panik. 4). Gangguan Kepribadian Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-konpulsif, kepridian histerik, kepribadian astenik, kepribadian antisosial, Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequat, Maslim (1998). 5). Gangguan Mental Organik Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994). Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak atau yang terutama diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas , maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu

saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut dan menahun. 6). Gangguan Psikosomatik Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah (Maramis, 1994). Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik. 7). Retardasi Mental Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial (Maslim,1998). 8). Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja. Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis, 1994). Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling mempengaruhi. Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat kepribadian yang umum dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Pada gangguan otak seperti trauma kepala, ensepalitis, neoplasma dapat mengakibatkan perubahan kepribadian. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan oleh karena lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu dapat dipengaruhi atau dicegah. 4. Memahami dan menjelaskan skizofrenia 4.1. Menjelaskan definisi skizofrenia Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis dengan variasi psikopatologi, biasanya berat, berlangsung lama dan ditandai oleh penyimpangan dari pikiran, persepsi serta emosi 4.2. Menjelaskan etiologi skizofrenia Etiologi Model diatesis -stress Menurut teori ini skizofrenia timbul akibat faktor psikososial dan lingkungan. Model ini berpendapat bahwa seseorang yang memiliki kerentanan (diatesis) jika dikenai stresor akan lebih mudah menjadi skizofrenia.

a. Keturunan Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 4068 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ). b. Endokrin Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan. c. Metabolisme Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik. d. Susunan saraf pusat Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan. e. Teori Adolf Meyer : Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme). f. Teori Sigmund Freud Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme dan (3) kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin. g. Eugen Bleuler Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain). h. Teori lain Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-macaam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui.

i. Ringkasan Sampai sekarang belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia. Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang mempercepat, yang menjadikan manifest atau faktor pencetus (presipitating factors) seperti penyakit badaniah atau stress psikologis, biasanya tidak menyebabkan Skizofrenia, walaupun pengaruhnyaa terhadap suatu penyakit Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal.( Maramis, 1998;218 ). Faktor Biologi Komplikasi kelahiran Bayi laki laki yang mengalami komplikasi saat dilahirkan sering mengalami skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap skizofrenia. Infeksi Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus pernah dilaporkan pada orang orang dengan skizofrenia. Penelitian mengatakan bahwa terpapar infeksi virus pada trimester kedua kehamilan akan meningkatkan seseorang menjadi skizofrenia. Hipotesis Dopamin Dopamin merupakan neurotransmiter pertama yang berkontribusi terhadap gejala skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik baik tipikal maupun antipikal menyekat reseptor dopamin D2, dengan terhalangnya transmisi sinyal di sistem dopaminergik maka gejala psikotik diredakan.Berdasarkan pengamatan diatas dikemukakan bahwa gejala gejala skizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitas sistem dopaminergik. Hipotesis Serotonin Gaddum, wooley dan show tahun 1954 mengobservasi efek lysergic acid diethylamide (LSD) yaitu suatu zat yang bersifat campuran agonis/antagonis reseptor 5-HT. Ternyata zat ini menyebabkan keadaan psikosis berat pada orang normal. Kemungkinan serotonin berperan pada skizofrenia kembali mengemuka karena penetitian obat antipsikotik atipikal clozapine yang ternyata mempunyai afinitas terhadap reseptor serotonin 5-HT~ lebih tinggi dibandingkan reseptordopamin D2. Struktur Otak Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem limbik dan ganglia basalis. Otak pada pendenta skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan orang normal, ventrikel teilihat melebar, penurunan massa abu abu dan beberapa area terjadi peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolik. Pemeriksaan mikroskopis dan jaringan otak ditemukan sedikit perubahan dalam distribusi sel otak yang timbul pada masa prenatal karena tidak ditemukannya sel glia, biasa timbul pada trauma otak setelah lahir.

Genetika Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1% dari populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan derajat pertama seperti orang tua, kakak laki laki ataupun perempuan dengan skizofrenia. Masyarakat yang mempunyai hubungan derajat ke dua seperti paman, bibi, kakek / nenek dan sepupu dikatakan lebih sering dibandingkan populasi umum. Kembar identik 40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia sedangkan kembar dizigotik 12%. Anak dan kedua orang tua yang skizofrenia berpeluang 40%, satu orang tua 12%. 4.3. Menjelaskan manifestasi klinis skizofrenia Gambaran klinis Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal, fase aktif dan fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan orang ini tidak seperti yang dulu. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya. Pada fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, pendenta skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial). 4.4 Menjelaskan patofisiologi skizofrenia Pada otak terjadi proses penyampaian pesan secara kimiawi (neurotransmitter) yang akan meneruskan pesan sekitar otak. Pada penderita skizofrenia, produksi neurotransmitterdopamin- berlebihan, sedangkan kadar dopamin tersebut berperan penting pada perasaan senang dan pengalaman mood yang berbeda. Bila kadar dopamin tidak seimbangberlebihan atau kurang penderita dapat mengalami gejala positif dan negatif seperti yang disebutkan di atas. 4.5. Menjelaskan diagnosis skizofrenia Diagnosis: Pedoman Diagnostik PPDGJ-lll

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas): a. - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau

- thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan - thought broadcasting= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya; b. - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau - delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus); - delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat; c. Halusinasi auditorik:

suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas: a. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus; b. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme; c. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor; d. gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja

sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal) Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

4.6 Menjelaskan macam-macam pemeriksaan penunjang PET Scan untuk melihat aktivitas-aktivitas pada otak CT Scan untuk melihat apakah ada lesi pada otak

4.7. Menjelaskan penatalaksanaan skizofrenia Terapi / Tatalaksana I. Psikofarmaka

Pemilihan obat

Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan utama pada efek sekunder ( efek samping: sedasi, otonomik, ekstrapiramidal). Pemilihan jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Pergantian disesuaikan dengan dosis ekivalen. Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang tepat, dapat diganti dengan obat antipsikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak sama) dengan dosis ekivalennya. Apabila dalam riwayat penggunaan obat antipsikosis sebelumnya sudah terbukti efektif dan efek sampingnya ditolerir baik, maka dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang. Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif pilihannya adalah obat antipsikosis atipikal, Sebaliknya bila gejala positif lebih menonjol dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah tipikal. Begitu juga pasien-pasien dengan efek samping ekstrapiramidal pilihan kita adalah jenis atipikal. Obat antipsikotik yang beredar dipasaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik generasi ke dua (APG ll). APG I bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal, nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga dengan cepat menurunkan gejala positif tetapi pemakaian lama dapat memberikan efek samping berupa: gangguan ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang akan menyebabkan disfungsi seksual / peningkatan berat badan dan memperberat gejala negatif maupun kognitif. Selain itu APG I menimbulkan efek samping antikolinergik seperti mulut kering pandangan kabur gangguan miksi, defekasi dan hipotensi. APG I dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis yang digunakan kurang atau sama dengan 10 mg diantaranya adalah trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan pimozide. Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis, menarik diri,

hipoaktif, waham dan halusinasi. Potensi rendah bila dosisnya lebih dan 50 mg diantaranya adalah Chlorpromazine dan thiondazine digunakan pada penderita dengan gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur. APG II sering disebut sebagai serotonin dopamin antagonis (SDA) atau antipsikotik atipikal. Bekerja melalui interaksi serotonin dan dopamin pada ke empat jalur dopamin di otak yang menyebabkan rendahnya efek samping extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi gejala negatif. Obat yang tersedia untuk golongan ini adalah clozapine, olanzapine, quetiapine dan rispendon.

Pengaturan Dosis Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan: o Onset efek primer (efek klinis) : 2-4ininggu Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6 jam
o o

Waktu paruh : 12-24 jam (pemberian 1-2 x/hr) Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil, malam besar) sehingga tidak mengganggu kualitas hidup penderita. Obat antipsikosis long acting : fluphenazine decanoate 25 mg/cc atau haloperidol decanoas 50 mg/cc, IM untuk 2-4ininggu. Berguna untuk pasien yang tidak/sulitininum obat, dan untuk terapi pemeliharaan.

Cara / Lama pemberian Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hr sampai mencapai dosis efektif (sindrom psikosis reda), dievaluasi setiap 2ininggu bila pertu dinaikkan sampai dosis optimal kemudian dipertahankan 8-12ininggu. (stabilisasi). Diturunkan setiap 2ininggu (dosis maintenance) lalu dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun ( diselingi drug holiday 1-2/hari/minggu) setelah itu tapering off (dosis diturunkan 2-4ininggu) lalu stop. Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis multiepisode, terapi pemeliharaan paling sedikit 5 tahun (ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5 sampai 5 kali). Pada umumnya pemberian obat antipsikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis reda sama sekali. Pada penghentian mendadak dapat timbul gejala cholinergic rebound gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing dan gemetar. Keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian anticholmnergic agent seperti injeksi sulfas atropin 0,25 mg IM, tablet trhexyphenidyl 3x2 mg/hari.

II. Terapi Psikososial Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :

Psikoterapi individual o Terapi suportif


o o o

Sosial skill training Terapi okupasi Terapi kognitif dan perilaku (CBT)

Psikoterapi kelompok Psikoterapi keluarga Manajemen kasus Assertive Community Treatment (ACT)

4.8. Menjelaskan prognosis skizofrenia Prognosis Walaupun remisi penuh atau sembuh pada skizofrenia itu ada, kebanyakan orang mempunyai gejala sisa dengan keparahan yang bervariasi. Secara umum 25% individu sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan 35% mengalami perburukan. Sampai saat ini belum ada metode yang dapat memprediksi siapa yang akan menjadi sembuh siapa yang tidak, tetapi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya seperti : usia tua, faktor pencetus jelas, onset akut, riwayat sosial / pekerjaan pramorbid baik, gejala depresi, menikah, riwayat keluarga gangguan mood, sistem pendukung baik dan gejala positif ini akan memberikan prognosis yang baik sedangkan onset muda, tidak ada faktor pencetus, onset tidak jelas, riwayat sosial buruk, autistik, tidak menikah/janda/duda, riwayat keluarga skizofrenia, sistem pendukung buruk, gejala negatif, riwayat trauma prenatal, tidak remisi dalam 3 tahun, sering relaps dan riwayat agresif akan memberikan prognosis yang buruk.

5. Memahami dan menjelaskan ibadah mahdhoh 5.1. Menjelaskan macam-macam ibadah wajib Ibadah itu bermacam-macam. Ada ibadah mahdhah (murni), yaitu amal yang dilihat dari sisi bentuknya adalah murni penghambaan pada Allah, seperti sujud dan ber-tasbih atau menyucikan nama-Nya, ada ibadah ghayru mahdhah (tidak murni). Ibadah murni ada dua macam. Pertama, ibadah murni yang sudah dibatasi tata caranya (mahdhah muqayyadah), seperti salat, puasa, haji dan lain-lain. Kedua, ibadah murni yang tidak dibatasi tatacaranya (mahdhah ghayru muqayyadah) seperti mengucap tasbih, tahlil, tahmid, membaca Al-Quran dan lain-lain. Ibadah murni macam pertama sudah ditentukan tatacara sekaligus jumlahnya sehingga tidak boleh diubah, ditambah ataupun dikurangi. Misalnya, salat lima waktu tidak boleh ditambah menjadi enam waktu atau dikurangi menjadi tiga waktu, misalnya. Haji sudah diatur tatacara dan waktunya, yaitu pada bulan Dzil Hijjah (untuk pelaksanaan rukun-rukun selain ihram yang boleh dilakukan sejak bulan Syawal). Mengubah waktu haji adalah bidah yang sesat.

Ibadah murni macam kedua tidak tertentu tatacara ataupun jumlahnya sehingga boleh dilakukan dengan cara dan dalam jumlah berapapun, sepanjang cara itu tidak mengurangi dan bertolak belakang dengan kesucian ibadah. Misalnya, berzikir sambil bermaksiat tidak layak dilakukan. 5.2. Menjelaskan batasan-batasan ibadah mahdhah Perinsip dasar dalam ibadat mahdhah ialah: Tidak boleh dikerjakan kecuali yang diperintahkan Allah SWT dan Rasul SAW Ibadah mahdhah merupakan pelatihan (diklat) pengabdian kepada Allah dalam bentuk yang terbatas untuk diaplikasikan dalam kehidupan yang tidak terbatas sehingga segenap kehidupan itu mempunyai nilai ibadah yang diredhai Allah swt.

DAFTAR PUSTAKA 1. Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan jiwa di Indonesia III, 1993 2. Maramis, WF: Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa,Cetakan I, Airlangga University Press, Surabaya,1995 3. Agus D, Pendekatan holistik terhadap Skizofrenia, dalam majalah psikiatri, Jakarta, 2005:1. 4. Buchanan RW, Carpenter WT, Schizophrenia : introduction and overview, in: Kaplan and Sadock comprehensive textbook of psychiatry, 7th ed, Philadelphia: lippincott Williams and wilkins :2000: 1096-1109. 5. Maslim R, skizofrenla, gangguan skizotipal dan gangguan waham, dalam PPDGJ III, Jakarta, 1998 :46-57. 6. Kaplan, Hl, Sadock BJ, Grebb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis psikiatri, ed 7, vol 1, 1997 : 685-729. 7. Uddin, Jurnalis: Anatomi Susunan Saraf Manusia, Cetakan 2, Universitas Yarsi, Jakarta, 2006. 8. http://perawatpskiatri.blogspot.com/2008/11/psikotik-psychotic.html 9. www.nimh.nih.gov, what is schizophrenia 10. www.medicastore.com 11. www.medicafarma.com 12. www.akademik.unsri.ac.id 13. www.idijakbar.com 14. www.nurulyaqin.org

Anda mungkin juga menyukai