Latar Belakang Bogasari
Latar Belakang Bogasari
Latar Belakang Bogasari
A. Latar Belakang PT. Indofood Sukses Makmur Divisi Bogasari Flour Miills Surabaya mulai beroperasi pada tanggal 10 juli 1972. PT. ISM Bogasari Surabaya yang merupakan produsen tepung di Indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 1,2 juta ton per tahun, terbesar di dunia dalam dua lokasi yaitu di Jakarta dan Surabaya. Produk Bogasari yang sangat dikenal masyarakat adalah cakra kembar, kunci biru, dan segitiga biru, ketiga produk ini digunakan oleh industri mie, roti, biskuit, dan sebagainya, baik berskala kecil maupun besar serta skala rumah tangga. PT. ISM Bogasari Surabaya juga menghasilkan produk sampingan berupa pellet yaitu produk untuk makanan ternak. Dengan meningkatnya perkembangan industri di Indonesia ini maka limbah yang dihasilkan juga semakin banyak khususnya limbah cair. Menurut Purwanto, D.S. (2004:2), limbah cair merupakan buangan cair yang tidak terpakai akibat dari aktifitas manusia, yang berasal dari kegiatan rutinitas aktifitas rumah tangga dan aktifitas proses industri. Limbah cair yang dihasilkan industri terdapat dua jenis yaitu limbah dari produksi serta non produksi misalnya dari kantin, toilet dan fasilitas penunjang lainya.
Kedua jenis limbah cair industri tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan sehingga perlu adanya pengolahan secara benar dan tepat agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat dan pencemaran lingkungan. PT. ISM Bogasari Surabaya terletak di Jl. Nilam Timur no 16 Tanjung Perak, Surabaya Jawa Timur. Menurut hasil survey pendahuluan pada bulan November 2013, PT. ISM Bogasari memiliki area seluas 14 Ha serta memiliki karyawan yang berjumlah 831 orang. PT. ISM Bogasari mempunyai 8 unit produksi yaitu unit Mill A sampai dengan unit Mill H, dan memiliki fasilitas teknis penunjang seperti; office, kantin, quality control, kamar mandi, grand terminal dan sebagainya. Proses produksi di Bogasari terbagi menjadi proses Loading and unloading yang merupakan proses bongkar bahan baku dan proses memuat 1
produk untuk diekspor, proses penggilingan yang dilakukan di bagian Mill, ada 2 tahap utama yang ada dalam Mill yaitu, tahap pembersihan dan penggilingan gandum, proses packing yaitu pengemasan tepung guna melindungi produk agar tidak terkontaminasi, dan proses By product packing yaitu hasil limbah padat yang dihasilkan dari proses produksi yang diolah menjadi makanan ternak yaitu pellet. Dengan adanya aktifitas produksi tersebut, dan proses penunjang produksi, serta kegiatan non-produksi yang dilakukan oleh PT. ISM Bogasari maka akan dihasilkan limbah cair dan limbah padat. Karena proses produksi tepung ini berupa proses kering maka jenis limbah cair yang dihasilkan tergolong limbah domestik (non-produksi) yang berasal dari unit operasional seperti kamar mandi, toilet, kantin, cafetaria, cuci kendaraan, dan fasilitas penunjang produksi seperti boiler serta garasi. Sumber limbah cair dari PT. ISM Bogasari dapat dikelompokan menjadi dua golongan yaitu limbah cair toilet (black water) dan limbah non toilet (grey water). Menurut Asmadi dan Suharno (2012:23), limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenisnya. Komponen-komponen yang terkadung dalam limbah cair domestik sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan, hal ini dikarenakan limbah cair domestik mengandung mikroba patogen yang dapat menyebabkan penyakit seperti kolera, tifus, dan tuberkulosis, serta penyakit yang diakibatkan oleh protozoa yaitu disentri. Dilihat dari sifat bahan polutan yang ada limbah non kimia merupakan limbah yang mudah untuk didegradasi dan jika dilakukan pengolahan limbah cair dengan baik maka tidak menimbulkan banyak permasalahan. Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada bulan november 2013, menurut ketua Divisi Thermal PT. ISM debit limbah cair domestik Bogasari yaitu 450 m3/hari. PT. ISM Bogasari melakukan upaya-upaya pengendalian pencemaran air yaitu dengan membangun instalasi
pengolahan limbah cair domestik agar dapat memenuhi persyaratan sesuai Kepmenlh No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Parameter kualitas effluent yang di pantau sesuai Kepmenlh No. 112 Tahun 2003 meliputi pH, BOD (Biochemical Oxygen Demand), SS (Suspended solid), minyak dan lemak.
Instalasi
pengolahan
limbah
cair
domestik
PT.
ISM
Bogasari
menggunakan sistem terpusat (off site system) dimana terdapat 25 bak penampung dari beberapa wilayah di PT. ISM Bogasari yang nantinya akan disalurkan ke instalasi pengolahan limbah cair (IPLC), sedangkan unit pengolahan yang digunakan dalam pengolahan limbah cair adalah terdiri dari grease trap, bak ekualisasi, bak pengendap 1, reaktor anaerobik, reaktor aerobik 1, reaktor aerobik 2, bak pengendap 2, bio kontrol, filter multimedia dan tangki penampung. Dari hasil olahan filtrasi multimedia digunakan untuk memenuhi keperluan air siram tanaman dan untuk air cuci kendaraan. Dari latar belakang diatas dan belum pernah ada penelitian tentang studi sistem instalasi pengolahan limbah cair di perusahaan tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dalam rangka penyusunan karya tulis dengan judul STUDI SISTEM INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK DAN RE-USE DI PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA.
B. Rumusan Masalah Bagaimanakah proses pengolahan limbah cair domestik di PT ISM Bogasari Flour Mills Surabaya? C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan judul, maka peneliti membatasi permasalahan pada sistem pengolahan limbah cair mulai dari sumber limbah cair, pengolahan sampai dengan pembuangan akhir dan kualitas effluent limbah cair di PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya.
D. Tujuan Penelitian 1. Umum Mengetahui Sistem Pengolahan Limbah Cair Domestik PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya. 2. Khusus a. Mengidentifikasi sumber-sumber kegiatan penghasil limbah cair. b. Menghitung debit limbah cair domestik PT ISM Bogasari. c. Mempelajari proses pengolahan limbah cair domestik. d. Mengidentifikasi unit-unit proses pengolahan limbah cair domestik. e. Melakukan pengambilan contoh limbah cair di inlet dan outlet untuk pemeriksaan parameter pH ,BOD, COD, SS, Minyak dan Lemak serta membandingkan dengan standar baku mutu. f. Menghitung beban pencemar limbah cair. g. Mempelajari proses re-use effluent dari instalasi pengolahan limbah domestik.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan Sebagai bahan masukan dalam upaya penanganan limbah cair di PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya. 2. Bagi peneliti Peneliti dapat mempelajari sistem pengolahan limbah cair pada PT. ISM Bogasari, dan mengimplementasikan teori yang didapat di Jurusan Kesehatan Lingkungan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Limbah Cair Domestik 1. Limbah Cair adalah bahan buangan cair yang tidak terpakai akibat dari aktifitas manusia, yang berasal dari kegiatan rutinitas aktifitas rumah tangga dan aktifitas proses industri (Purwanto, D.S. 2004:2). Sedangkan menurut Azwar, Azrul (1995:64) limbah cair ialah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia dan atau hewan, dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia (termasuk industrialisasi). 2. Menurut KepMeNLH No. 112 Tahun 2003, Air Limbah Domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan pemukiman (real estate), rumah makan (restaurant), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Sedangkan menurut Asmadi dan Suharno (2012:23) limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenisnya. Jenis sumber limbah cair lain yang dapat digolongkan sebagai limbah cair domestik antara lain, limbah cair yang berasal dari aktifitas asrama, perhotelan aktifitas KM/WC kantor dan perdagangan, rumah makan, kegiatas pelayanan medis seperti rumah sakit, rumah bersalin, puskesmas, balai pengobatan, laboratorium medis dan lain-lain. B. Karakteristik Limbah Cair Domestik Secara umum menurut Puji dan Rahmi (2010:6-7) sifat air limbah cair domestik terbagi atas tiga karakteristik, yaitu karakteristik fisik, kimia, dan biologi. 1. Karakteristik fisik Menurut sugiharto 1987:24, sifat fisik limbah cair rumah tangga dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Sifat fisik dari airl limbah rumah tangga Sifat-sifat Penyebab Kondisi udara sekitarnya, air padas yang dibuang kesaluran dari rumah maupun industri Benda-benda tercamour seperti limbah padat, garamtanah iat, bahan organik yang halus dari buahbuahan asli, algae, organisme kecil Benda terlarut seperti sisa bahan organik dari daun dan tanaman (kulit, gula, besi), buangan industri. Bahan volatile, gas terlarut, selalu hasil pembusukan bahan organik, minyak utama dari mikroorganisme. Bahan penghasil bau, benda terlarut, dan beberapa ion. Benda organik dan an organik yang terlarut ataupun tercampur Pengaruh Mempengaruhi kehidupan biologis kelarutan oksigen/gas lain. Juga kerapatan air, daya viskositas dan tekanan permukaan. Memantulkan sinar, jadi mengurangi produksi oksigen yang dihasilkan tanaman. Mengotori pemandangan dan menggangu kehidupan dalam air. Umumnya tidak berbahaya dan berpengaruh terhadap kualitas keindahan air Petunjuk adanya pembusukan air limbah, untuk itu perlu adanya pengolahan, merusak keindahan Mempengaruhi kualitas keindahan air Mempengaruhi jumlah organik padat, garam, juga merupakan petunjuk pencemaran atau kepekatan limbah meningkat. Cara mengukur
Suhu
Kekeruhan
Warna
Bau
Kepekaan terhadap bau dari manusia terhadap tingkat dari bau Tidak di ukur pada air limbah Teknik analisis grafitasi, jumlah zat padat, SS, DS,TSS.
Rasa
Benda padat
Sumber : Sugiharto 1987 a. Padatan (Solid) Limbah cair mengandung berbagai macam zat padat dari material yang kasar sampai dengan material yang bersifat koloidal. Dalam karakterisasi limbah cair material kasar selalu dihilangkan sebelum dilakukan analisis contoh tehadap zat padat. Macam-macam klasifikasi padatan sebagaimana tercantum pada Tabel 2.2 6
Tabel 2.2 Pengelompokan Zat Padat dalam Limbah Cair Kelompok zat padat Total Solid (TS) Prosedur mendapatkan padatan Residu yang tersisa setelah contoh diupkan dan dipanaskan pada suhu 1031050C Total Volatile Solids (TVS) Padatan yang dapat diuapkan
0 0
dan
dipanaskan pada suhu 500 C, 50 C) Total Fixed Solids (TFS) Residu yang tersisa setelah Total Solids dibakar pada suhu 5000C, 500C Total (TSS) Suspended Solids Bagian TS yang tersisa dikertas saring dengan porositas tertentu, yang diukur setelah dikeringkan pada suhu 1050C Volatile (VSS) Suspended Solids Padatan yang dapat diuapkan dan
Fixed (FSS)
Suspended
Solids Residu yang tersisa setelah TSS dibakar pada suhu 5000C, 500C Adalah padatan yang lolos melewati filter dan kemudian diuapkan dan dipanaskan pada suhu tertentu 1050C
yang
dapat
diuapkan
dan
Residu yang tersisa setelah pembakaran TDS pada suhu 5000C, 500C
Settleable Solids
Zat pada tersuspensi yang ditunjukkan dalam ml per liter, setelah diendapkan dalam periode waktu tertentu.
Sumber : Purwanto D.S, 2006 Tes standart untuk padatan terendap, dengan cara memasukan contoh kedalam kerucut imhoff, kemudian catat volume lumpur yang terendap dalam ml/L setelah mengalami proses pengendapan selama 7
1 jam. Tipikal limbah cair domestik memiliki jumlah endapan kurang lebih sebanyak 60% (purwanto D.S, 2006:10). b. Bau (Odor) Bau merupakan petunjuk adanya pembusukan air limbah. Penyebab adanya bau pada air limbah karena adanya bahan volatile, gas terlarut dan hasil samping dari pembusukan bahan organik. Bau yang dihasilkan oleh air limbah pada umumnya berupa gas yang dihasilkan dari penguraian zat organik yang terkandung dalam air limbah, seperti Hidrogen sulfida (H2S) (Asmadi dan Suharno, 2012:7). Efek dari bau adalah stres psikologis manusia, bukan bahayanya pada tubuh. Bau yang merangsang dan busuk dapat menyebabkan manusia kurang nafsu makan, tidak suka minum, gangguan
pernafasan, mual dan muntah. c. Warna (Color) Air murni tidak berwarna tetapi seringkali diwarnai oleh benda asing. Warna yang disebabkan oleh padatan terlarut yang masih ada setelah penghilangan partikel suspended disebut warna sejati. Karakteristik yang sangat mencolok pada limbah cair adalah berwarna yang umumnya disebabkan oleh zat organik dan algae. Air limbah yang baru biasanya berwarna abu-abu. Apabila bahan-bahan organik mengalami dekomposisi oleh bakteri, maka DO turun sampai nol dan warna berubah menjadi hitam disebut septic (Djabu, Udin, dkk. 1990/1991:16). d. Temperatur Limbah cair umumnya mempunyai temperatur lebih tinggi daripada temperatur udara setempat. Temperatur limbah cair dan air merupakan parameter sangat penting sebab efeknya pada kehidupan dalam air ; meningkatkan reaksi kima, dan menambah species ikan dalam air (Djabu, Udin, dkk. 1990/1991:16). e. Kekeruhan (Turbidity) Kekeruhan sifat optis air yang akan membatasi pencahayaan kedalam air. Kekeruhan terjadi karena adanya zat-zat koloid yang melayang dan zat-zat yang terurai menjadi ukuran yang lebih (tersuspensi) oleh binatang, zat-zat organik, jasad renik, lumpur, tanah, dan benda-benda lain yang melayang. 8
Kekeruhan didalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti lempung, lumpur, zat organik, plankton dan zat-zat halus lainya. Kekeruhan merupakan sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorpsi cahaya yang melaluinya. Tidak dapat dihubungkan secara langsung antara kekeruhan dengan kadar semua jenis zat suspensi, karena tergantung juga kepada ukuran dan bentuk butir (Gambar II. 1)
Gambar II.1 Skala ukuran (diameter) partikel-partikel dalam air alam serta efisien dari bermacam-macam jenis filter
2. Karakteristik kimia a. Parameter organik 1) Biological Oxygen Demand (BOD) Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis yang benarbenar terjadi dalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri (aerobik) untuk menguraikan
(mengoksidasikan) hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air (Alarets dan Santika, 1984:159). 9
Parameter BOD adalah parameter yang paling banyak digunakan dalam pengujian air limbah dan air permukaan. Penentuan ini melibatkan pengukuran oksigen terlarut yang
digunakan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik (metcalf and eddy.1979:86). Hasil dari BOD ini akan digunakan untuk; a) Menentukan jumlah perkiraan oksigen yang akan dibutuhkan secara biologis untuk menstabilkan bahan organik yang ada. b) Menentukan ukuran (desain) pengolahan limbah cair. c) Mengukur efisiensi dari beberapa proses pengolahan. Menurut Ryadi, Slamet 1998:24, pengertian BOD adalah
sejumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteria (aerobik) untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organis yang terlarut maupun sebagi zat-zat organis yang tersuspensi didalam sistem air. Jika bahan organik yang belum diolah dan dibuang ke badan air, maka bakteri akan menguraikan bahan organik dan oksigen untuk proses pembusukanya. Oksigen diambil dari yang terlarut di dalam air dan apabila pemberian oksigen tidak seimbang dengan kebutuhanya maka oksigen yang terlarut akan turun mencapai titik nol, dengan demikian kehidupan air akan mati. Semakin besar angka BOD maka derajat pengotoran air limbah semakin besar (Sugiharto, 1987:27)
2) Chemical Oxygen Demand Analisis COD adalah menentukan banyaknya oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi senyawa organik secara kimiawi. Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2 Cr2 O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksgen terlarut di dalam air.
10
Analisa
COD
berbeda
dengan
analisa
BOD
namun
perbandingan antara angka COD dengan angka BOD dapat dilihat dalam Tabel 2.3 tercantum perbandingan angka tersebut untuk beberapa jenis air. Tabel 2. 3 Perbandingan Rata-Rata Angka BOD5/COD untuk Beberapa Jenis Air
Jenis Air Air buangan domestik (penduduk) Air buangan domestik setelah pengendapan primer Air buangan domestik setelah pengolahan secara biologis Air sungai
Sumber : Alarets dan santika, 1984
0,20
0,10
Angka perbandingan yang lebih rendah dari yang seharusnya, misalnya untuk air buangan zat-zat penduduk yang (domestik) racun <0,20, bagi
menunjukan
adanya
bersifat
mikroorganisme. Tidak semua zat-zat organis dalam air buangan maupun air permukaan dapat dioksidasikan melalui tes COD atau BOD. Pada Tabel 2.4 dibawah ini menunjukan jenis zat organik/inorganis yang tidak atau dapat dioksidasikan melalui tes COD dan BOD.
Tabel 2.4 Jenis Zat-Zat yang tidak atau Dapat Dioksidasi Melalui Tes COD dan BOD 11
Dapat dioksidasikan Jenis zat organis/inorganis Zat organis yang biodegradablea (protein, gula, dan sebagainya) Selulosa dan sebagainya N organis yang biodegradablea (Protein dan sebaginya) N organis yang non-biodegradable NO2,Fe2+,S2-,Mn3+ NH4 bebas (nitrifikasi) Hidrokarbon aromatik dan rantai Sumber : Alarets dan santika, 1984 Keterangan : 1) Biodegradable : dapat dicerna/diuraikan. 2) Mulai setelah 4 hari, dan dapat dicegah dengan pembubuhan inhibitor 3) Dapat dioksidasikan karena adanaya katalisator Ag2So4Theoritical Oxygen Demand (ThOD) atau kebutuhan oksigen teoritis adalah kebutuhan oksigen untuk mengoksidasikan zat organis dalam air yang dihitung secara teoritis. Jumlah oksigen tersebut dihitung bila komposisi zat organis terlarut telah diketahui dan dianggap semua C,H, dan N habis teroksidasi menjadi CO2, H2O dan NH3. Untuk masin-masing jenis air (air sungai, air buangan penduduk, air limbah industri) terdapat perbandingan angka ThOD, COD, dan BOD yang tertentu (Alarets dan santika. 1984:149-151). 3) Protein Protein merupakan bagian yang penting dari makhluk hidup, termasuk di dalamnya tanaman, dan hewan bersel satu. Protein mengandung karbon, hidrogen, dan oksigen yang mempunyai bobot molekul sangat tinggi. Struktur kimianya sangat kompleks dan tidak stabil serta mudah terurai, sebagian ada yang larut dalam air, tetapi ada yang tidak. Susunan protein sangat majemuk dan terdiri dari beribu-ribu asam amino dan merupakan bahan pembentuk sel dan inti sel. Di dalam limbah cair, protein merupakan unsur penyabab 12 X Xc X
b
bau, karena adanya proses pembusukan dan peruraian oleh bakteri. 4) Karbohidrat Karbohidrat antara lain : gula, pati, sellulosa dan benangbenang kayu terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Gula dalam limbah cair cenderung terdekomposisi oleh enzim dari bakteri-bakteri tertentu dan ragi menghasilkan alkohol dan gas CO2 melalui proses fermentasi. Fermentasi merupakan proses peruraian metabolik dari bahan organik oleh mikroorganisme yang
menghasilkan energi dan gas, yang berlangsung dalam kondisi anaerobik. Metabolisme merupakan peristiwa pembentukan dan peruraian zat di dalam diri makhluk hidup yang memungkinkan berlangsungnya hidup. Pati merupakan salah satu karbohidrat yang relatif lebih stabil, tetapi dapat diubah menjadi gula oleh aktivitas bakteri. Sedang sellulosa merupakan salah satu karbohidrat yang paling tahan terhadap dekomposisi atau peruraian bakteri.
Karbohidrat ini keberadaannya dalam limbah cair mengakibatkan bau busuk dan turunnya oksigen terlarut, sehingga dapat mengganggu kehidupan biota air. 5) Minyak dan Lemak Minyak mempunyai adalah lemak utama yang bersifat dan cair. Keduanya yang
komponen
karbon
hidrogen
mempunyai sifat tidak larut dalam air. Bahan-bahan tersebut banyak terdapat pada makanan, hewan, manusia dan bahkan ada dalam tumbuh-tumbuhan sebagai minyak nabati. Sifat lainnya adalah relatif stabil, tidak mudah terdekomposisi oleh bakteri. 6) Deterjen Deterjen termasuk bahan organik yang sangat banyak digunakan untuk keperluan rumah tangga, hotel, dan rumah sakit. Fungsi utama deterjen adalah sebagai pembersih dalam pencucian, sehingga tanah, lemak dan lainnya dapat dipisahkan. Pemisahan terjadi akibat penurunan tegangan muka, sehingga kotoran-kotoran yang menempel pada alat atau bahan dapat dipisahkan. Bahan aktif pembersih yang terkandung dalam deterjen di Indonesia sebelum tahun 1993 masih menggunakan ABS (Alkyl Benzene Sulfonate). 13
ABS ini dapat menimbulkan busa yang mempunyai sifat tahan terhadap peruraian biologis, sehingga dapat menimbulkan masalah pencemaran air. Sejak tahun 1993, bahan aktif ini diganti dengan LAS (Linear Alkyl Sulfonate) yang busanya dapat diuraikan, walaupun harganya relatif lebih mahal.
b. Parameter anorganik dan gas 1) pH Air limbah dengan konsentrasi air limbah yang tidak netral akan menyulitkan proses biologis, sehingga menggangu proses penjernihannya. pH yang baik bagi air limbah adalah netral (7). Semakin kecil nilai pH-nya, maka akan menyebabkan air tersebut berupa asam (Sugiharto. 1987:31). 2) Alkalinitas Alkalinitas atau kebasaan air limbah disebabkan oleh adanya hidroksida, karbonat dan bikarbonat seperti kalsium, magnesium, dan natrium atau kalium. Kebasaan adalah hasil dari adanya hidroksi karbonat dan bikarbonat yang berupa kalsium, magnesium, sodium, potasium atau amoniak. Dalam hal ini, yang paling utama adalah kalsium dan magnesium nikarbonat. Pada umumnya air limbah adalah basa yang diterima dari penyediaan air, air tanah, dan bahan tambahan selama dipergunakan dirumah (Sugiharto. 1987:31). 3) Logam Menentukan jumlah kandungan logam pada air limbah seperti nikel (Ni), magnesium (Mg), timbal (Pb), kromium (Cr), kadmium (Cd), Zeng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe) dan air raksa (Hg) sangat penting dikarenakan jika belebihan maka akan bersifat racun. Akan tetapi, beberapa jenis logam biasanya dipergunakan untuk pertumbuhan kehidupan biologis, misalnya pada pertumbuhan algae apabila tidak ada logam
pertumbuhannya akan terhambat. 4) Gas Banyak gas-gas terdapat didalam air, oksigen (O2) adalah gas yang penting. Oksigen terlarut selalu diperlukan untuk 14
pernafasan mikroorganisme aerob dan kehidupan lainya. Apabila oksigen berada pada ambang yang rendah, maka bau-bauan akan dihasilkan sebab unsur karbon berubah menjadi metan termasuk CO2 dan sulfur. Belerang akan menjadi amonia (NH3) atau teroksidasi menjadi nitrit (Sugiharto, 1987:34). Menurut Tchobanoglous (1991) dalam Asmadi dan Suharno (2012), Gas yang sering muncul dalam air limbah yang tidak diolah antara lain : Nitrogen, CO2, H2S, NH3, dan CH4 gas-gas ini berasal dari hasil dekomposisi zat organik dalam air limbah. 5) Nitrogen Unsur nitrogen merupakan bagian yang penting untuk keperluan pertumbuhan protista dan tanaman. Nitrogen ini dikenal sebagai unsur hara atau makanan dan perangsang pertumbuhan. Nitrogen dalam limbah cair terutama merupakan gabungan dari bahan-bahan berprotein dan urea. Oleh bakteri, nitrogen ini diuraikan secara cepat dan diubah menjadi ammonia, sehingga umur dari air buangan secara relatif dapat ditunjukkan dari jumlah ammonia yang ada. 6) Phospor Unsur phospor (P) dalam air seperti juga elemen nitrogen, merupakan unsur penting untuk pertumbuhan protista dan tanaman, yang dikenal pula sebagai nutrient dan perangsang pertumbuhan. Phospor merupakan komponen yang menyuburkan algae dan organisme biologi lainnya, sehingga dapat dijadikan tolak ukur kualitas perairan.
3. Karakteristik Biologi Menurut Qasyim (1985) dalam Asmadi dan Suharno (2012), limbah cair biasanya mengandung mikroorganisme yang memiliki peranan penting dalam pengolahan limbah cair secara biologi, tetapi ada juga mikroorganisme yang membahayakan bagi kehidupan manusia.
Mikroorganisme tersebut antara lain bakteri, jamur, protozoa dan algae. a. Bakteri Menurut Tchobanoglous (1991) dalam Asmadi dan Suharno (2012), bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal dan 15
biasanya tidak berwarna. Memiliki berbagai bentuk seperti batang, bulat, dan spiral. Sedangkan menurut Ryadi, Slamet, (1998:6) bakteri adalah suatu mikroorganisme yang hanya terdiri dari satu sel saja yang mempunyai sifat sebagai single-selled procaryotics eubacteria. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang dapat dijadikan indikator polusi buangan manusia. Bakteri in digunakan sebagai indikator dalam penentuan kualitas air apakah terkontaminasi atau tidak pada bakteri coli b. Jamur Jamur sangat penting dalam penjernihan air seperti halnya dengan bakteri mereka menggunakan partikel organik terlarut. Jamur tidak melaksanakan fotosintesis dan dapat tumbuh pada daerah lembab dengan pH yang rendah, suatu kondisi dimana bakteri tidak bisa hidup (Sugiharto, 1987:37). c. Algae Algae dapat memberikan ganguan pada air, seperti timbulnya bau dan rasa yang tidak kita inginkan. C. Komposisi Limbah Cair Domestik Menurut Asmadi dan suharno (2012:23), air limbah rumah tangga tediri dari 3 fraksi penting : 1. Tinja (faeces), berpotensi mengandung mikroba patogen 2. Air seni (urine), umumnya mengandung Nitrogen dan Pospor, serta kemungkinan kecil organisme 3. Grey water, merupakan air bersih cucian dapur, mesin cuci dan kamar mandi, grey water sering juga disebut istilah sullage. Campuran faeces dan urine disebut sebagai excerta, sedangkan
campuran excreta dengan air bilasan toilet disebut disebut sebagai black water. Mikroba patogen banyak terdapat pada excreta, yang ini merupakan cara transport bagi penyakit bawaan air. Komponen atau komposisi limbah domestik antara lain: mikroorganisme, dapat berkembang jika terdapat bahan makanan yang sesuai dan kelembaban yang memadai serta suhu yang sesuai. Limbah domestik menyediakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan mikroba terutama golongan bakteri, serta beberapa virus dan protozoa. Kebanyakan mikroba 16
tidak berbahaya dan dapat dihilangkan dengan proses biologi yang mengubah zat organik menjadi produk akhir yang stabil. Tetapi limbah domestik dapat pula mengandung organisme patogen yang menimbulkan penyakit berasal dari excreta manusia yang terinfeksi penyakit menular yang dapat menyebar melalui air yang terkontaminasi. Penyakit akibat bakteri yang berasal dari air antara lain kolera, tifus dan tuberkulosis, serta penyakit akibat virus seperti hepatitis dan disentri akibat protozoa (Asmadi dan Suharno, 2012:24)
Air Limbah
Air (99%)
Padatan (0,1%)
Gambar II.2 Komposisi Limbah Cair Domestik D. Pengolahan Limbah Cair Domestik 1. Sistem Pengolahan berdasarkan tempat pengolahan Hal-hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan sistem pengolahan air limbah domestik menurut Pedoman Pengelolan Air Limbah perkotaan Departemen Kimpraswil tahun 2003 didasarkan pada faktor-faktor kepadatan penduduk, sumber air yang ada, kedalaman muka air tanah, kemampuan membiayai. Berdasarkan faktor faktor tersebut kemudian dilakukan pemilihan pemilihan sistem pengolahan air limbah dengan mempertimbangkan kondisi tersebut terhadap kemungkinan penerapan sistem pengolahan terpusat (Off Site System) ataupun sistem pengolahan setempat (On Site System) dengan membandingkan keuntungan dan kerugiannya seperti pada Tabel 2.2 (Asmadi dan Suharno, 2012:26-27). 17
a.
Sistem pengolahan terpusat (Off Site System) adalah sistem pengolahan air limbah dari seluruh daerah pelayanan dikumpulkan melalui suatu bak pengumpul, kemudian dialirkan ke bak
penampungan kota untuk disalurkan ke tempat instalasi pengolahan limbah cair (IPLC) dan atau dengan pengenceran tertentu (intersepting sewer), yang selanjutnya bila telah memenuhi standar baku mutu dapat dibuang ke badan air penerima (Soewondo, Prayatni, 2009:2). Pengolahan limbah cair dengan sistem terpusat, memerlukan keberadaan bangunan pengolahan air limbah yang biasanya diistilahkan sebagai Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPLC). b. Sedangkan sistem pengolahan setempat (On Site System) adalah sistem pembuangan air limbah dimana air limbah serta diolah langsung ke tempat tanpa melalui penyaluran terlebih dahulu (Soewondo, Prayatni, 2009:3). bangunan pengolahan limbah cair dengan sistem setempat umumnya dilakukan secara individual, setiap rumah atau bangunan mempunyai unit bangunan
pengolahan limbah cair sendiri. Menerut kementrian perkerjaan umum (2009) terdapat beberapa bangunan pengolahan limbah cair yang digunakan pada sistem setempat diantaranya adalah : 1) Tangki septik Adalah suatu ruangan kedap air atau beberapa kompartemen ruangan yang berfungsi menampung dan mengolah limbah cair rumah tangga dengan kecepatan alir yang lambat, sehingga memberi kesempatan untuk terjadi pengendapan terhadap suspensi benda-benda padat dan kesempatan untuk penguraian bahan-bahan organik oleh jasad anaerobik membentuk bahan larut air dan gas. 2) Filter anaerobik (bio filter) Adalah bak kedap air yang terbuat dari beton, fiberglass, PVC atau plastik, untuk penampungan dan pengolahan black water dan grey water. Ini adalah tangki pengendapan, dan proses anaerobik memebantu mengurangi padatan serta material organik. 3) Anaerobic baffled reactor 18
Adalah teknologi tangki septik yang lebih maju. Reretan dinding penyekatnya memaksa limbah cair mengalir melewatinya. Pengolahan jadi lebih baik karena adanya peningkatan waktu kontak dengan biomasa aktif. 4) Constructed wetland (aliran horizontal di bawah permukaan) Adalah saluran yang diisi pasir dan kerikil, yang ditanami vegetasi air. Limbah cair mengalir horizontal melalui saluran berisi material penyaring yang berfungsi menguraikan zat organik.
Gambar II.4 Pengolahan Sistem Setempat (on site system) Tabel 2.5 Perbandingan Off Site System dan On Site System Menurut Pedoman Pengelolaan Air Limbah Perkotaan Off Site System On Site System
19
Keuntungan : Menggunakan teknologi sederhana. Memerlukan biaya yang rendah. Masyarakat dan tiap-tiap keluarga dapat menyediakan sendiri. Pengoperasian dan pemeliharaan oleh masyarakat. Manfaat dapat dirasakan secara langsung.
kepadatan tinggi. Pencemaran terhadap air tanah dan badan air dapat dihindari. Memiliki masa guna lebih lama. Dapat Limbah. menampung semua
Kerugian : Tidak setiap dapat daerah, diterapkan misalkan tanah, pada sifat tingkat
operasi, dan pemeliharaan yang tinggi. Menggunakan teknologi tinggi. Tidak dapat dilakukan oleh
permeabilitas Fungsi
perseorangan. Manfaat secara penuh diperoleh setelah selesai jangka panjang. Waktu yang lama dalam
buangan kotoran manusia, tidak melayani air limbah kamar mandi dan air bekas cucian. Operasi dan pemeliharaan sulit dilaksanakan.
perencanaan dan pelaksanaan. Perlu pengelolaan, operasional, dan pemeliharaan yang baik.
Sumber : Asmadi dan Suharno, 2012 2. Tahap Pengolahan Limbah Cair Domestik Pengolahan limbah cair domestik dapat dilakukan secara fisika, kimia dan biologi (mikrobiologi). Tujuan utama pengolahan limbah cair adalah untuk mengurangi polutan organik dan anorganik dalam limbah cair ke level dimana mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan senyawa toksik dapat dikurangi. Indikator pencemaran limbah cair domestik menurut KepMeNLH No. 112 Tahun 2003 tentang baku mutu air limbah
20
domestik, parameter
Demand), pH, SS (suspended solid), minyak dan lemak. Dalam rangkaian proses pengolahan limbah cair secara garis besar terdiri dari 3 tahap proses pengolahan, yaitu: a. Pengolahan pertama (Primary treatment) Pegolahan ini sering juga disebut pengolahan secara fisika, karena dalam tahap pengolahan ini limbah cair menggunaka prinsip fisika, seperti proses pengendapan, proses penyaringan, proses pengapungan. Tujuan dari pengolahan pertama ini yaitu untuk menghilangkan zat padat tercampur melalui pengendapan atau pengapungan. Pengolahan pertama (Primary treatment) mempunyai dua metode utama, yaitu dengan pengolahan secara fisika dan pengolahan secara kimia (Asmadi dan Suharno, 2012:71). Secara fisika yaitu menggunakan gravitasi untuk mengendapkan dan berat jenis untuk penampungan. Dan secara kimia menggunakan bahan kimia atau koagulan untuk mengendapkanya. Pengendapan adalah kegiatan utama pada tahap ini. Dengan adanya pengendapan ini, maka akan mengurangi kebutuhan oksigen pada pengelolahan biologis berikutnya dan pengendapan yang terjadi adalah secara grafitasi Asmadi dan Suharno, 2012:71).. Berbagai macam unit pengolahan yang diperlukan dalam proses pengolahan tahap awal ini, seperti penyaringan (screening), pengendapan, grit chamber, grease trap, ekualisasi dan netralisasi (Purwanto DS, 2004:104). 1) Penyaringan (screening) Penyaringan diperlukan untuk material-material kasar yang terkandung dalam air limbah. Fungsi dari penyaringan adalah untuk melindungi pompa dan peralatan mekanikal lainya terhadap terjadinya penyumbatan (Purwanto DS, 2004:104). Sehingga penyaringan menjadi sesuatu yang sangat penting dalam pengolahan air limbah sebelum air limbah melewati unitunit lain dalam sistem pengolahan air limbah. Penyaringan air limbah diklasifikasikan dalam dua macam, yaitu saringan halus (fine screen) dan saringan kasar (coarse screen). Saringan haus terbuat dari kawat kasa, plat berlubang, atau bahan lain dengan 21
lebar bukaan 5 mm atau kurang. Saringan kasar terdiri dari batang berpenampang persegi atau bulat yang dipasang berjajar pada penampang aliran (Kementrian Perkerjaan umum.
2011:17). 2) Pengendapan awal (primary sedimentation) Unit pengendapan awal didesain untuk mereduksi zat padat tersuspensi yang ada dalam air limbah. Kebanyakan material zat padat tersuspensi secara alamiah berbentuk flokulan. Sistem pengendapan awal dioperasikan dalam dua tipe, yaitu sistem pengendapan dengan penambahan bahan koagulan dan sistem tanpa bahan koagulan. Material organik tersuspensi umumya lebih berat daripada air, dan memiliki kecepatan pengendapan 1 2,5 m/jam. Sedangkan material-material yang paling ringan seperti minyak dan lemak akan mengapung dan membeku pada suhu kurang daro 20C. Unit pengendapan ini umumnya berbentuk lingkaran atau persegi panjang (Purwanto D.S., 2006:35). 3) Penangkap pasir (grit removal) Air limbah pada uumnya mengandung bahan-bahan anorganik (khususnya air limbah domestik) seperti pasir, kerikil, kulit telur, pecahan kaca dan serpihan logam. Kebanyakan sifat dari bahan-bahan tersebut bersifat abrasif dan akan
menimbulkan gangguan tehadap akselerasi sistem pompa yang diopersikan dalam pengilahan air limbah. Sifat lain bahan-bahan tersebut adalah tidak mudah terurai (un-biodegradable) serta meningkatkan jumlah endapan sehingga mengurangi volume digester yang tersedia. Fasilitas penangkap pasir ini berkerja secara gravitasi, umumnya berbentuk saluran terbuka yang dilengkapi dengan bak pengendap. Unit ini sering disebut dengan Grit Removal atau Grit Chamber. Unit ini berfungsi sebagai pengendap partikel padat yang terkandung dalam air buangan untuk mencegah keausan peralatan mekanik,
penyumbatan pada pipa atau saluran akibat adanya deposit partikel padat (Kementrian Perkerjaan umum. 2011:17). 4) Bangunan penangkap leak (grease trap) 22
Unit
pengolahan
air
limbah
yang
berfungsi
untuk
memisahkan lemak atau minyak (grease) dari limbah cair. Lemak akan mengapung pada suhu 20C. Selanjutnya lemak yang terperangkap dibersihkan secara berkala dengan cara manual atau mekanik. 5) Ekualisasi Unit pengolahan air limbah yang berfungsi untuk
melancarkan beban pencemar air limbah (mencampur untuk menjadi lebih homogen) serta untuk mengurangi atau
mengendalikan variasi karakteristik air limbah agar tercapai kondisi optimum untuk proses lebih lanjut. Secara teknis unit ini berfungsi : a) Meredam beban kejut akibat danya fluktuasi beban organik yang dapat menggangu proses biologis aerobik. b) Mengendalikan pH air limbah melalui pencampuran limbah asam dan limbah basa, sehingga mengurangi biaya pembelian asam/basa. c) Mengurangi fluktuasi debit sehingga beban hidrolis yang tinggi dapat menggunakan proses lumpur aktif. Secara merata diatur pengaliranya menuju proses lebih lanjut. d) Mencegah konsentrasi bahan beracun yang memasuki pengolahan biologis sehingga mematikan organisme yang ada.
b.
Pengolahan kedua (secondary treatment) Pengolahan kedua sering juga disebut sebagai pengolahan biologis, yaitu sistem pengolahan air limbah yang memanfaatkan aktifitas mikroorganisme dengan bantuan atau tanpa oksigen. Pada proses ini sangat dipengaruhi banyak faktor antara lain jumlah air limbah, tingkat kekotoran, jenis kekotoran, dan sebagainya (Sugiharto, 1987:113). Treatment kedua pada umumnya melibatkan proses biologi dengan tujuan tujuan untuk mengurangi dan menghilangkan bahan organik mikroorganisme yang ada dalam air limbah (Asmadi dan Suharno, 2012:74). Menurut kementrian perkerjaan umum (2011:21) terdapat 3 jenis pengolahan yang akan 23
sangat mempengaruhi jenis, tipe dan dimensi dari bangunan limbah cair yaitu ; 1) Pengolahan dengan sistem aerobik Pengolahan limbah cair yang oleh mikroorganisme yang membutuhkan suplai oksigen, sehingga diperlukan adanya aerator pada IPLC, pengolahan ini dibagi menjadi : a) Suspended growth processes Adalah proses pengolahan dengan memanfaatkan
mikroorganisme penguraian zat organik yang tersuspensi dalam limbah cair yang akan diolah. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain proses lumpur aktif. b) Attached growth processes Adalah pengolahan yang memanfaatkan mikroorganisme yang menempel pada media yang membentuk lapisan film untuk menguraikan zat organik. Menurut Azwar, Azrul (1995:75) Proses aerobik ini terjadi
sebagai hasil kerja dari bakteri yang bersifat aerob dan atau fakultatif aerob. Proses hanya terjadi jika tersedia oksigen yang cukup yang umumnya diperoleh dari air yang melarutkan kotoran manusia tersebut. Pada proses ini hasil uraian dari anaerob mengalami oksidasi dan terbentuklah nitrat dan sulfat yang amat bermanfaat bagi kehidupan tumbuh-tumbuhan. Proses ini umumnya berjalan sangat cepat, yakni hanya beberapa jam saja, namun jka udara yang dibutuhkan tidak tersedia cukup, proses aerob akan terhenti, dan sebagai kelanjutanya terjadilah proses aerob yang akan menimbulkan bau.
2) Pengolahan dengan sistem anaerobik Pengolahan dengan sistem anaerobik adalah pengolahan limbah car oleh mikroorganisme yang tidak membutuhkansuplai oksigen, sehingga tidak diperlukan adanya aerator pada IPLC. Menurut Azwar, Azrul (1995:75) Proses anaerobik ini akan terjadi jika pada tempat tersebut terdapat bakteri-bakteri yang bersifat anaerobik atau fakultatif aerobik; sesuai dengan prosesnya maka akan ia terjadi pada keadaan yang bebas oksigen. Pada proses 24
ini zat-zat karbon, asam-asam organis, metan, berbagai jenis protein serta zat-zat lainya yang mengandung nitrogen akan terurai dan terbentuklah amoniak, asam-asam amino, amides, indole, skatol. Sedangkan zat-zat yang mengandung sulfur akan terurai menjadi hidrogen sulfida dan mercaptant. Indole, skatol, hidrogen sulfida, dan mercaptant adalah zat-zat yang
mengandung bau yang tidak enak, yang menjadi bau khas kotoran manisia. Proses ini umumnya lambat; dapat sampai berminggu-minggu ataupun berbulan-bulan. Sebagai hasil dari proses in terbentuklah semacam zat yang berwarna gelap dan relatif tidak berbau, dan ini disebut humus.
3) Pengolahan dengan sitem kolam Kolam stabilisasi/oksidasi adalah salah satu metode pengolahan limbah cair alami. Kolam stabilisasi adalah kolam tanah buatan yang terdiri dari serangkaian kolam anaerobik fakultatif dan kolam maturasi. Kolam oksidasi mirip kolam dangkal yang luas, biasanya berbentuk empat persegi panjang dengan kedalaman hanya 1-1,5 m. Pada proses ini, seluruh limbah cair diolah secara alamiah dengan melibatkan ganggang hijau, bakteri, dan sinar matahari. Kolam oksidasi ini dapat digunakan untuk mengolah limbah cair yang berasal dari ruamah tangga ataumoun kotoran dari kaskus. Dengan demikian, kolam oksidasi merupakan cara yang dianjurkan untuk pengolahan limbah cair di negara-negara yang sedang berkembang yang beriklim tropis dimana tanah masih cukup memungkinkan.
c.
Pengolahan ketiga (tertiery treatment) Pada pengolahan tahap ini ditujukan untuk menyempurnakan hasil-hasil pada proses pengolahan sebelumnya, yaitu pada tahap proses pengolahan fisika dan proses pengolahan biologis.
Pengolahan ketiga ini ditunjukan terutama untuk menghilangkan senyawa anorganik, diantaranya kalsium, kalium, sulfat. Nitrat, phospor, dan lain-lain maupun senyawa kimia organik (Asmadi dan Suharno, 2012:76). Proses-proses kimia fisika, kimia, dan biologis 25
yang terjadi pada pengolahan tingkat lanjut ini antara lain : filtrasi, desinfeksi, dan lain-lain. Proses kimia meliputi absorbsi karbon aktif, pengendapan kimia, oksidasi dan reduksi. Sedangkan proses biologis melalui bakteri, algae nitrifikasi. E. Dampak yang Ditimbulkan Limbah Cair Menurut Asmadi dan Suharno (2012), Limbah Cair dapat menimbulkan pencemaran bagi lingkungan dan juga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pada manusia. Adapun pencemaran dan pengaruh terhadap kesehatan manusia serta penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh air limbah adalah sebagai berikut: 1. Pencemaran Akibat Limbah Cair a. Pencemaran mikroorganisme dalam air. Berbagai kuman penyebab penyakit pada makhluk hidup seperti, virus, protozoa, dan parasit sering mencemari air. Kuman yang masuk dalam air tersebut berasal dari buangan limbah rumah tangga maupun buangan dari industri perternakan, rumah sakit, tanah pertanian, dan lain-lain. pencemaran kuman penyakit ini merupakan penyebab utama terjadinya penyakit pada orang yang terinfeksi. b. Pencemaran limbah organik menyebabkan kurangnya oksigen terlarut Penyebab utama berkurangnya kadar oksigen dalam air limbah organik yang terbuang dalam air limbah akan mengalami degradasi dan dekomposisi oleh bakteri aerob, sehingga lama kelamaan oksigen yang terlarut dalam air berkurang. Dalam kondisi berkurangnya oksigen tersebut hanya spesies organisme tertentu saja yang dapat hidup. c. Pencemaran air sungai dan kebutuhan oksigen terlarut Hampir setiap hari sungai diseluruh dunia menerima sejumlah aliran sedimen baik secara alamiah, buangan industri, buangan air limbah rumah tangga, aliran permukaan, daerah urban dan pertanian. Karena aliran air tersebut kebanyakan sungai, dapat berubah kembali dari pencemaran karena arus air dapat mempercepat proses degradasi limbah yang memerlukan oksigen selam sungai tersebut tidak meluap karena banjir. Degradasi dan non degradasi pada arus
26
sungai yang lambat tidak dapat menghilangkan polusi oleh limbah penjernihan alamiah tersebut. d. Pencemaran laut sebagai tempat pembuangan air limbah Diperkirakan 20% dari limbah yang dibuang kelaut ialah limbah industri berupa lumpur lunak (Sludge), lumpur yang bercampur dengan bahan kimia toksik, agen infeksi, dan bahan padat yang berasal dari endapan pengolahan limbah (Asmadi & Suharno,2012:17). Ada 4 cara untuk melakukan penbuangan limbah yaitu dibakar, dikubur, dibuang kelaut, dan diolah untuk menghilangkan bahan toksik, kemudian disebar sebagi pupuk dilahan pertanian.
2. Pengaruh ditimbulkan
Limbah
Cair
terhadap
kesehatan
dan
penyakit
yang
Air limbah sangat berbahaya bagi kesehatan manusia mengingat banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah. Air limbah ini ada yang hanya berfungsi sebagai pembawa saja seperti penyakit kolera, radang usus, hepatitis, infektiosa, skhistosomiasis. Selain sebagai pembawa air limbah juga bayak terdapat bakteri peyebab penyakit seperti Virus, Vibrio Kolera, Salmonella Spp, Leptospira, Shigella Spp, dan sebagainya. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh air limbah adalah sebagai berikut: a. Penyakit Kolera b. Penyakit Thypus c. Prnyakit Hepatitis A d. Penyakit Disentri e. Segala macam penyakit kulit yang disebabkanoleh jamur dan bakteri. Contohnya Scabies (penyakit kudis), lan lain-lain.
3. Pencemaran oleh zat kimia dalam Limbah Cair Selain sebagai pembawa dan kandungan kuman penyakit maka air limbah juga dapat mengandung bahan-bahan beracun, penyebab iritasi, bau dan suhu yang tingi serta bahan-bahan lainya yang mudah terbakar. Keadaan demikian sangat dipengaruhi oleh sumber asal air limbah sehingga bahan beracun yang dapat membahayakan kesehatan manusia antara lain: 27
a. Timah Hitam Apabila manusia terpapar oleh timah hitan, maka orang tersebut dapat terserang penyakit anemia, kerusakan fungsi otak,serta kerusakan pada ginjal. b. Krom Apabila manusia terpapar oleh krom maka dapat menyebabkan kanker pada kulit dan saluran pernafasan. c. Sianida Senyawa ini sangat beracun terhadap manusia karena dalam jumlah yang sangat kecil sudah dapat menimbulkan keracunan dan merusak organ hati. F. Standart Baku Mutu Limbah Cair Untuk mengadakan pemantauan terhadap limbah cair yang dibuang, maka perlu dibandingkan dengan baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003, tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Standar yang digunakan untuk parameter COD adalah perbandingan antara BOD dan COD. Baik BOD maupun COD menentukan senyawa organis dalam suatu sampel air, namun melalui metoda yang berbeda. Karena COD menggunakan oksidasi kimiawi yang lebih kuat daripada oksidasi biologis pada analisa BOD, maka angka BOD selalu 0,65x angka COD. Perbandingan tersebut dapat berubah sesuai dengan jenis air. (Alarets dan Santika, 1984:44).
Bermacam-macam Jenis Air. Jenis air Air buangan penduduk Air buangan penduduk setelah pengendapan primer Air buangan penduduk sesudah diolah secara biologis Air sungai yang tercemar Air beracun industri organis tanpa keracunan Air buangan industri inorganis atau beracun Sumber : Alarets dan santika, 1984 G. Manfaat Baku Mutu Limbah Cair Dengan telah ditetapkanya baku mutu air limbah dan baku mutu badan air maka dapat dimanfaatkan untuk : 1. Menginterpretasikan hasil pemantauan. 2. Menginventarisasi permasalahan yang timbul. 3. Meramalkan kemungkinan timbulnya kasus pencemaran dalam periode tertentu. Adapun cara menginterpretasikan hasil pemantauan adalah dengan cara membandingkan antara hasil yang didapat dengan baku mutu yang telah ditetapkan (Djabu, Udin, dkk. 1990/1991:130). BOD5/COD 0,4 sampai 0,6 0,6
H. Kerangka Konsep PT. ISM BOGASARI SURABAYA Aktifitas Produksi Limbah Padat 29
Aktifitas Kantor dan Penunjang Produksi Parameter yang Diperiksa: 1. pH 2. BOD 3. SS 4. Minyak dan Lemak 5. COD
Limbah Cair
Baku mutu limbah cair yang ditetapkan oleh KepMeNLH No. 112 Tahun 2003, tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik dan Standar COD ditentukan dengan perbandingan antara COD dengan BOD.
Dari kerangka konsepsional di atas menyatakan bahwa PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS Surabaya merupakan industri tepung yang dalam proses produksinya menggunakan proses kering sehingga PT. Bogasari tidak menghasilkan limbah cair dari proses produksi. Limbah cair PT. Bogasari berasal dari kegiatan Non Produksi yang ada dalam lokasi Bogasari yaitu, aktivitas perkantoran seperti; kamar mandi, westafle, kantin, pembersihan lingkungan, dan proses penunjang produksi seperti; boiler dan garasi. Agar tidak mencemari badan air maka PT. ISM Bogasari mengolah limbah cairnya guna untuk menurunkan kadar bahan pencemar yang ada dalam limbah cair. Limbah cair yang dibuang harus memenuhi baku mutu sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Parameter yang ditentukan dan sesuai dengan baku mutu yaitu; PH: kisaran 6-9, BOD: 100mg/l, SS: 100mg/l, Minyak dan lemak: 10 mg/l serta parameter
tambahan COD: 153,8 mg/l (parameter COD ditentukan dengan perbandingan antara BOD dan COD) dengan parameter tersebut maka dapat diketahui apakah limbah cair PT ISM Bogasari aman atau mencemari lingkungan. BAB III 30
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian Deskripif yang bertujuan untuk menggambarkan atau mengkaji sistem pengolahan limbah cair di PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya. Sedangkan berdasarkan waktu penelitian, penelitian ini termasuk penelitian Cross Sectional dimana dikumpulkan dalam satu waktu tertentu dan penelitian ini dilakukan sekali pada saat penelitian berlangsung.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di PT. ISM Bogasari Flour Mills Surabaya 2. Waktu Penelitian Dilakukan pada Bulan Maret-Juli 2014 C. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sistem instalasi pengolahan limbah cair di PT. Indofood Sukses Makmur Bogasari Flour Mills Surabaya
D. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian ini meliputi: a. Sumber Limbah Cair b. Debit Limbah Cair c. Sistem Pengolahan Limbah Cair d. pH e. BOD f. SS g. Minyak dan Lemak h. COD
a. Sumber limbah cair adalah asal mula dari hasil buangan cair dari kegiatan operasional dan penunjang produksi tepung di PT. ISM Bogasari, yang diketahui melalui lem observasi dan wawancara pada petugas. b. Debit limbah cair adalah volume hasil buangan limbah cair domestik PT. ISM Bogasari yang dibuang dalam satuan m3/hari, yang didapatkan dengan melakukan pengukuran langsung atau melihat alat ukur debit yang sudah terpasang. c. Sistem pengolahan limbah cair adalah suatu rangkaian sistem yang ditujukan untuk menurunkan bahan pencemar dalam limbah cair sehingga limbah cair tersebut tidak mencemari lingkungan, yang diketahui dengan observasi langsung. d. pH adalah derajat keasaman limbah cair di PT. ISM Bogasari, yang didapatkan dengan pengukuran dengan pH meter atau indikator pH. e. BOD (Biological Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen dalam satuan mg/l yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organis yang terlarut dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air, di dapatkan dengan pemeriksaan laboratorium. f. SS (Suspended Solid) adalah jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada di dalam limbah cair setelah mengalami penyaringan dengan kertas saring, yang didapatkan dengan pengukuran laboratorium. g. Minyak dan Lemak adalah jumlah seyawa dalam satuan mg/l yang dapat menimbulkan rasa dan bau yang mengganggu dan mengotori dinding tempat limbah cair, yang didapatkan dengan pengukuran laboratorium. h. COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen dalam satuan mg/l yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, di mana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent), dan angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang secara alamiah dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air, didapatkan dengan pengukuran laboratorium. E. Sumber Data dan Jenis Data 32
a. Data Primer Data-data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, pemeriksaan laboratorium meliputi : 1. Sumber-sumber limbah cair 2. Debit limbah cair 3. Unit-unit pengolahan limbah cair 4. Pemeriksaan parameter; pH,BOD,COD,SS, minyak dan lemak. b. Data Sekunder Data-data yang diperoleh dari hasil meminta data yang dimiliki oleh petugas instalasi pengolahan limbah cair di PT. ISM Bogasari : 1. Data umum lokasi PT. ISM Bogasari 2. Peta jaringan pengumpulan limbah cair domestik 3. Diagaram proses pengolahan limbah cair domestik F. Prosedur Pengumpulan Data 1. Cara pengumpulan data a. Observasi Melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian untuk mengamati, sumber limbah cair, debit limbah cair, keadaan dan cara kerja masing-masing unit pengelolahan limbah cair dalam proses pengolahan limbah cair serta pengukuran parameter yang telah dtentukan di PT. ISM Bogasari. b. Wawancara Wawancara dilakukan dengan petugas yang bertanggung jawab atas kegiatan proses instalasi pengolahan limbah cair guna memperoleh data sekunder yang dimiliki oleh PT. ISM Bogasari. c. Pemeriksaan Laboratorium Limbah cair diperiksa pada laboratorium menggunakan parameter pH, SS, BOD, COD, minyak dan lemak. 2. Alat Pengumpulan Data a. Alat Tulis b. Alat Dokumentasi c. Lembar Observasi d. Lembar Wawancara G. Metoda Analisis Data 33
Data yang terkumpul selanjutnya dianalisa secara deskriptif, yaitu analisa dengan uraian pembahasan berdasarkan literatur, pedoman, sehingga didapatkan hasil penelitian terhadap: 1. Debit Limbah Cair yang dihasilkan dalam m3/hari. 2. Sumber-sumber limbah cair di PT. ISM Bogasari Surabaya 3. Hasil observasi sistem pengolahan limbah cair PT. ISM Bogasari Surabaya 4. Hasil pemeriksaan laboratorium dengan parameter pH, BOD, COD, TSS, dan Minyak dan Lemak sesuai KepMenLH No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik dan juga khusus parameter COD standart effuent ditentukan dengan perbandingan antara COD dan BOD. 5. Menghitung beban Pencemar limbah cair.
34
DAFTAR PUSTAKA Alaerst,G dan Santika,Sri Sumestry, 1984. Metode Penelitian Air .Usaha Nasional. Surabaya. Asmadi, dan Suharno, 2012. Dasar-dasar pengolahan limbah cair. Yogyakarta, Gosyen Publishing. Azwar, Azrul. 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta:Mutiara Sumber Widya. Badan Pembinaan Konstruksi, 2011. Melaksanakan Perkerjaan Bangunan Air Limbah Pemukiman. Kementrian Perkerjaan Umum. Budjianto, Didik, dan prajoga. Metodelogi Penelitian. Surabaya:Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Kesehatan Surabaya. Djabu, Udin, dkk., 1990/1991. Pedoman bidang studi pembuangan tinja dan air limbah pada instalasi pendidikan sanitasi kesehatan lingkungan. Jakarta DepKes RI. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003. Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Notoadmodjo, Soekidjo. 2012. Metode Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta:Rineka Cipta Purwanto, DS., 2004. Pengelolaan Limbah Cair. Surabaya. Prodi Kesling Surabaya. Purwanto, DS., 2006. Pengelolaan Limbah Cair. Surabaya. Dua tujuh. Rahmi Saadah, Nur, and Winarti, Puji, 2010. Pengolahan Limbah Cair Domestik Menggunakan Lumpur Aktif Proses Anaerob. Jurusan Teknik kimia Fak. Teknik UNDIP. http://eprints.undip.ac.id/11591/ . 21 Januari 2014. Sugiharto, 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta. Universitas Indonesia (UI-Press).. Soewondo, Prayatni, 2009. Konsep Pengelolaan Limbah Cair Domestik.. http://bhupalaka.files.wordpress.com/2011/03/pengelolaanlimbah-cair-domestik.pdf. 21 Januari 2014
35