Lks Menentukan Nilai E/m

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

1

PETUNJUK PRAKTIKUM
MENENTUKAN NILAI e/m


Petunjuk ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Praktikum Fisika
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Jumadi, M. Pd







Disusun Oleh:
Wiworo Retnadi Rias Hayu (13708251008)
Naomi Dias Laksita Dewi (13708251012)
Bekti Nur Hamida (13708251018)




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014

2

MENENTUKAN NILAI e/m

A. Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah :
1. Menyelidiki pembelokan elektron oleh medan magnet.
2. Menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan pembelokan elektron oleh medan magnet.
3. Menentukan besarnya nilai muatan persatuan massa (e/m) elektron.

B. Landasan Teori
Percobaan tabung sinar katoda pertama kali dilakukan William Crookes (1875). Hasil
eksperimennya adalah ditemukannya seberkas sinar yang muncul dari arah katoda menuju ke
anoda yang disebut sinar katoda.
George Johnstone Stoney (1891) yang memberikan nama sinar katoda disebut
elektron. Kelemahan dari Stoney tidak dapat menjelaskan pengertian atom dalam suatu
unsur memiliki sifat yang sama sedangkan unsur yang berbeda akan memiliki sifat berbeda,
padahal keduanya sama-sama memiliki elektron.
Antoine Henri Becquerel (1896) menentukan sinar yang dipancarkan dari unsur-unsur
Radioaktif yang sifatnya mirip dengan elektron. Joseph John Thomson (1897) melanjutkan
eksperimen William Crookes yaitu pengaruh medan listrik dan medan magnet dalam tabung
sinar katoda. Hasil percobaannya membuktikan bahwa ada partikel bermuatan negatif dalam
suatu atom karena sinar tersebut dapat dibelokkan ke arah kutub positif medan listrik.


Perkembangan ilmu Fisika terutama yang menyangkut Fisika Atom mengalami
perkembangan yang sangat pesat setelah J.J. Thompson menemukan partikel elementer yang
disebut dengan elektron. Penemuan elektron ini diawali dengan penelitian tentang sinar
katode oleh William Crookes yang menghasilkan kesimpulan bahwa :
3

1. Sinar katode merambat menurut garis lurus.
2. Dapat memendarkan sulfide seng dan barium platinasianida.
3. Terdiri atas partikel bermuatan negatif.
4. Dapat menghasilkan panas.
5. Mampu menghitamkan plat foto.
6. Dibelokkan oleh medan listrik dan medan magnet ke arah tertentu.
7. Dapat menghasilkan sinar X

Berdasarkan sifat-sifat sinar katode di atas, J.J, Thompson mengusulkan bahwa sinar
katode merupakan aliran elektron-elektron yang keluar dari katode menuju anode dengan
kecepatan tinggi. Selanjutnya Thompson berhasil merancang dan melakukan percobaan untuk
menentukan perbandingan antara muatan persatuan massa (e/m) partikel bermuatan negatif
yang terdapat pada berkas sinar katode.
Pada akhir abad 19, studi tentang muatan elektron dilakukan melalui penembakan
elektron. Satu contoh penelitian diperlihatkan pada gambar 1.











Gambar 1 Tabung Penembakan Sinar Katode

Ketika tegangan tinggi digunakan pada rangkaian di atas melalui elektroda-elektroda,
dalam tabung (ruang gelap) terlihat sinar yang merambat dari katode menuju ujung tabung sisi
lain dan pada akhir tabung tersebut akan memancarkan sinar. Jika satu atau lebih lubang kecil
pada layar yang digunakan, maka akan terlihat titik-titik kecil pada sisi tabung yang lain akan
Sinar
Katode Layar
Anode
Tegangan
Tinggi
4

memancarkan sinar. Hal ini terjadi karena emisi dari penjalaran electron dari elektroda negatif
(katode) menuju ujung tabung yang disebut sinar katode.
Sinar-sinar katode yang dihasilkan dari elektroda negatif ini diasumsikan sebagai
muatan elektron. Pada tahun 1897 J.J. Thomson berhasil mengukur perbandingan antara
muatan elektron dengan massa elektron yang diperlihatkan pada gambar 2 .











Sinar katode yang dipercepat oleh tegangan tinggi dan melewati antara plat yang sejajar
di dalam tabung yang menghasilkan medan listrik dan lilitan-lilitan yang menghasilkan medan
magnet. Ketika sinar katode melewati medan listrik maka sinar katode akan dibelokkan
kearah a (mendekati medan lsitrik), ketika melewati medan magnetic akan dibelokkan kearah
c (mendekati medan magnetic) yang mengasilkan gaya mangetik sebesar :

F = e v B

Keterangan : F : gaya magnetic; e : muatan electron; v : kecepatan sinar katode dan B
adalah induksi medan magnetic.
Jika tanpa medan listrik maka sinar katode dibelokkan mendekati arah c mendekati
medan magnetic sehingga dihasilkan gaya sentripetal sebesar :
F = m a dengan a = v
2
/ r

Sehingga : e v B = m v
2
/ r


Tegangan
Tinggi
Katode
Anode
e
Plat Medan Listrik
Lilitan Kawat
a
b
c
I
I
Gambar 2 Sinar Katode Dibelokkan oleh Medan Listrik dan Medan Magnetik
5

Dengan nilai e/m = 1,76 x 10
11
C/kg, yang selanjutnya bahwa sinar katode ini disebut
dengan elektron. Dari hasil perhitungan nilai tersebut, Thomson berkeyakinan bahwa electron
bukan merupakan atom, tetapi bagian dari sebuah atom.
Robert A Milikan melakukan percobaan dengan percobaannya yang terkenal yaitu
Percobaan Tetes minyak. Dari hasil percobaan tersebut didapat nilai muatan electron dan nilai
muatan electron juga bisa dihitung.
Hasil percobaannya membuktikan bahwa ada partikel bermuatan negatif dalam suatu
atom karena sinar tersebut dapat dibelokkan ke arah kutub positif medan listrik.
Besarnya muatan dalam elektron ditemukan oleh Robert Andrew Milikan (1908)
melalui percobaan tetes minyak Milikan seperti gambar di bawah ini :










Minyak disemprotkan ke dalam tabung yang bermuatan listrik. Akibat gaya tarik
gravitasi akan mengendapkan tetesan minyak yang turun. Bila tetesan minyak diberi muatan
negatif maka akan tertarik kekutub positif medan listrik.
Dengan menggunanakan Hk. II Newton F = m g, dimana pada saat yang sama juga
menghasilkan gaya coulomb yang memiliki nilai yang sama yaitu : F = q E, maka secara
matematikanya:
F
Newton
= F
Coulomb
m a = q E q = mg/E

Dengan melihat perbandingan e/m = 1,76 x 10
11
C/kg dengan muatan electron sebesar e
= (1,60217733 0,0000049) x 10
- 19
C atau dibulatkan menjadi 1,602 x 10
19
C, maka akan
didapatkan massa electron sebesar : m
e
= (9,1093897 0,0000054) x 10
31
kg yang
dibulatkan menjadi 9,11 x 10
31
kg.
6

Elektron yang dihasilkan oleh katode akibat proses pemanasan dengan menggunakan
filament pemanas (proses thermo electron) dipercepat menuju anode oleh suatu beda potensial
antara anoda dan katoda sebesar V. Jika kecepatan electron pada saat lepas dari katode karena
proses pemanasan diabaikan, maka kelajuan electron v pada saat melewati anode dapat
dihitung berdasarkan hukum kekekalan energi berikut:

mv
2
= e V

atau v =

..(1)
Keterangan: e = muatan electron dan m = massa electron

Elektron yang bergerak dengan kecepatan v tegak lurus terhadap medan magnet
homogen B, akan melakukan gerak melingkar dengan jari-jari R karena pengaruh gaya
Lorentz F = e v B yang berfungsi sebagai gaya sentripetal sehingga berlaku persamaan :

e v B =

atau e B =

..... (2)

Berdasarkan persamaan (1) dan (2) maka perbandingan muatan terhadap massa electron
dapat ditentukan dengan persamaan :

.....(3)

Medan magnet yang tertulis pada persamaan (3) dihasilkan oleh kumparan Helmholtz
yang tersusun atas dua kumparan sejajar dan terletak dalam satu sumbu dengan jari-jari R
dengan arah yang sama, maka akan dihasilkan medan magnet homogen yang sejajar dengan
sumbu kumparan tersebut. Menurut Hukum Biot-Savart, besarnya kuat medan magnet di
antara dua kumpuran tersebut adalah :




..(4)

Di mana
o
: permiabilitas ruang hampa dan N : jumlah lilitan. Dengan mengambil
o
=
4 x 10
7
H/m, dan khusus untuk alat yang digunakan dalam percobaan ini mempunyai
jumlah lilitan N = 130 Lilitan serta R = 0,150 m, sehingga diperoleh besarnya kuat medan
magnet diantara dua kumparan tersebut adalah

7

B = 7,793 x 10
4
I (Wb/m
2
) .. (5)

Selanjutnya substitusikan persamaan (5) ke dalam persamaan (3) maka diperoleh

.. (6)

Dengan menggunakan persamaan (6) dapat diperoleh besarnya harga perbandingan
muatan (e) terhadap massa (m) elektron.

C. Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini merupakan seperangkat peralatan e/m
Apparatus EM-2N yang terdiri atas :
1. Tabung lucutan yang berisi gas helium
2. Unit power supply yang menyediakan tegangan pemanas (heater), tegangan pemercepat
(V) pada anoda dan arus (I) yang mengalir pada kumparan Helmholtz.
3. Kumparan Helmholtz dengan spesifikasi N=130 lilitan dan R = 0,150 meter.
4. Voltmeter
5. Ampermeter

D. Prosedur kerja
Adapun langkah-langkah percobaan pada praktikum ini adalah :
1. Menyusun alat seperti gambar di bawah ini.
2. Memastikan saklar unit power supply dalam keadaan off dan tombol pengatur tegangan
anoda V dan arus I yang mengalir pada kumparan Helmholtz pada keadaan minimum.







Gambar 1. Skema rangkaian percobaan e/m


8









3. Menghubungkan unit power supply dengan sumber tegangan PLN. Hidupkan unit power
supply dengan menekan tombol power supply pada posisi on.
4. Ketika katoda berubah menjadi merah dan panas, naikkan tegangan power supply secara
bertahap dengan cara memutar tombol pengatur tegangan searah jarum jam. Pada
tegangan sekitar 90 V akan teramati lintasan berkas elektron yang berwarna hijau.
5. Memperbesar arus (I) yang mengalir pada kumparan Helmholtz dengan cara memutar
tombol pengatur arus searah jarum jam.
6. Mengamati gejala yang terjadi pada tabung pelepas elektron. Tampak bahwa pada
lintasan elektron mulai membelok dan lintasannya berbentuk lingkaran.
7. Untuk tegangan pemercepat elektron (V) yang konstan, menaikan arus (I) yang mengalir
pada kumparan Helmholtz secara bertahap dan catat hasil pengukuran jari-jari berkas
lintasan (r)
8. Mencatat hasil pengamatan ke dalam tabel sebagai berikut :
Untuk tegangan pemercepat elektron (V) yang konstan sebesar V = 100 volt dan 130 volt
(tetap)
No I (A) d (x10
-2
) m r (.x10
-2
) m r
2
(.x10
-3
) m
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9

10
Jika I = 1,5 Ampere (tetap)
No V (volt) d (x10
-2
) m r (.x10
-2
) m r
2
(.x10
-3
) m
2
1 90
2 95
3 100
4 105
5 110
6 115
7 120
8 125
9 130
10 135
11 140

9. Menghitung besarnya e/m elektron menggunakan persamaan (6) berdasarkan data
percobaan.
10. Membuat grafik hubungan antara arus (I) yang mengalir pada kumparan Helmholtz
dengan seperjari-jari (1/R) lintasan elektron, untuk tegangan pemercepat elektron (V)
yang konstant

E. Analisa data dan perhitungan
F. Kesimpulan
G. Kepustakaan
Giancoli, Douglas C (1984). Physics For Scientists and Engineers With Modern Physics, 2
nd

Ed, New Jersey : Prentice Hall Englewood Cliffs

Hewitt. Paul G., (1981). Conceptual Physics : A New Introduction to Your Environment 4
th

Ed. Boston : Little, Brown and Company

J.J., Dwyer (1984). College Physics 2
nd
Ed. California: Wadworth Publishing

Prasetio. Lea & Adi. Rahmad W (1998). Fisika untuk Sains dan Teknik jilid 1Edisi Ketiga.
Jakarta : Erlangga

Serway Reymond A (1990). Physics for Scientist & Engineers 3
rd
Ed. Florida : Holt, Rinehart
and Winston, Inc.
10


Shipman. James T. & Wilson. Jerry D., (1990). An Introduction to Physical Science 6
th
Ed.
Lexington : D.C Heath and Company

Anda mungkin juga menyukai