Kalender Candra Surya

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 27

7

BAB II
KALENDER CANDRA SUNDA

II.1 Kalender
II.1.1 Definisi Kalender

Kalender sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia dimana
hal tersebut merupakan suatu alat yang digunakan untuk memberi nama pada
sebuah periode waktu (seperti hari sebagai contohnya). Di kamus Oxford
(New Shorter Oxford English Dictionary) Kata Calendar sendiri diambil
dari kata bahasa Latin kalendae, yang berarti hari pertama dari setiap bulan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kalender mempunyai dua
makna: (1) daftar hari dan bulan dalam setahun; penanggalan; almanak;
takwim; (2) jadwal kegiatan di suatu perguruan atau lembaga. Purwanto
(2007) mengatakan, bahwa kalender adalah sistem pengorganisasian satuan-
satuan waktu untuk tujuan penandaan serta perhitungan waktu alam jangka
panjang. Proses pengorganisasian waktu ini dimaksudkan untuk memahami
sang waktu, melalui pengamatan fenomena alam. Dengan demikian, berarti
alam mempunyai andil yang sangat besar untuk menentukan waktu.

Menurut Ali Sastamidjaja, ada tiga jenis kalender yang dipakai oleh
umat manusia di bumi ini, yaitu kalender solar, kalender lunar dan kalender
lunisolar. Kalender solar adalah kalender syamsiah yang perhitungannya
berdasarkan kepada pergerakan matahari. Satu tahun dalam kalender ini yaitu
lamanya bumi mengelilingi matahari yaitu 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik
atau 365,2422 hari. Pergantian hari pada kalender ini dimulai saat tengah
malam dan awal bulan tidak tergantung pada posisi bulan. Pada kalender ini,
Salah satu kalender yang menggunaka perhitungan solar adalah kalender
masehi.


8

Kalender lunar adalah kalender qamariah yang perhitungannya
berdasarkan peredaran bulan. Pada kalender ini waktu satu sahun adalah dua
belas kali lamanya bulan mengelilingi bumi, yaitu 29 hari 12 jam 44 menit 3
detik (29,5306 hari =1 bulan) dikalikan dua belas, menjadi 345 hari 8 jam 48
menit 34 detik atau 365,2422 hari. Contoh kalender yang menggunakan
perhitungan lunar adalah kalender Hijriah dan kalender Jawa. Adapun
pergantian hari yang terjadi pada kalender lunar adalah saat matahari
terbenam dan awal bulan adalah saat munculnya hilal.

Ketiga yaitu kalender lunisolar. Kalender lunisolar adalah kalender
lunar yang disesuaikan dengan matahari. Oleh karena kalender lunar dalam
setahun 11 hari lebih cepat dari kalrender solar, maka kalender lunisolar
memiliki bulan interaksi (bulan tambahan, bulan ke-13) setiap tiga tahun,
agar kembali sesuai dengan perjalanan matahari. Kalender Imlek, Saka,
Budha, dan Yahudi adalah beberapa kalender yang menggunakan perhitungan
kalender lunisolar. Sama halnya dengan kalender lunar, pergantian hari pada
kalender lunisolar adalah saat matahari terbenam, sementara pergantian
bulannya adalah saat konjungsi. Semua kalender tidak ada yang sempurna,
sebab jumlah hari dalam setahun tidak bulat. Untuk memperkecil kesalahan,
harus ada tahun-tahun tertentu menurut perjanjian yang dibuat sehari lebih
panjang (tahun kabisat).

Banyak sekali kegunaan kalender yang dapat kita terapkan dalam
kehidupan sehari-hari misalnya untuk menentukan pergantian musim,
kegiatan religius, mengukur panjang kurun dan sebagainya. Ada kalender
yang pergantiannyanya didasarkan pada letak benda langit, dan ada pula yang
tidak sama sekali. Kalender dapat dipakai mengingatkan orang kepada
sesuatu. Apakah yang akan terjadi, yang sedang berlangsung, dan yang telah
lalu. Sebagai bentuk ketidak berdayaan orang melawan perputaran waktu
diwujudkan dalam perhitungan-perhitungan. Sehingga orang sadar, kapan
akan datang masa yang panas terik maupun masa yang bersimbah air. Maka
semakin teliti ke pengaturan untuk bertani, berburu, mengungsi, mencari ikan
9

dan hampir segala segi kehidupan. Semuanya tercurah dalam kalender.
Kalender adalah suatu bentuk pengaturan komunikasi kita dengan alam
semesta.

II.1.2 Sejarah Kalender

J ika ditinjau dari pengetian kalender maka dapat disimpulkan bahwa
kalender merupakan suatu perhitungan yang didasarkan atas fenomena alam.
Menurut Ali Sastramidjaja (2007) Sebelum mengenal kalender, manusia
mengenal peristiwa alam yang berlalu secara rutin dan berkala. Hal tersebut
berpengaruh juga terhadap kalender yang digunakan saat ini oleh seluruh
masyarakat didunia yang pada mulanya merupakan kalender kepercayaan
bangsa Romawi yaitu kalender Masehi.

Bangsa Romawi zaman dahulu percaya bahwa tujuh benda langit
utama mempengaruhi bumi. Dimana pengaruh dari alam dikaitkan dengan
kepercayaan adanya tujuh langit, langit pertama terdapat bulan kemudian
yang kedua ada merkurius (bintang utarid), ketiga venus (bintang kejora),
keempat terdapat matahari, langit kelima ada Mars (bintang Merikh), dilangit
keenam ada Jupiter (bintang Musyitari), dan ketujuh ada Saturnus (bintang
Siarah). Orang-orang dahulu percaya bahwa ketujuh benda langit tersebut
mempengaruhi kehidupan di bumi. Pengaruhnya sangat besar terutama pada
pergantian jam yang dimulai dari dari yang paling jauh Sturnus, sampai
terdekat, bulan. Oleh karena itu hari pertama disebut Saturday (hari Saturnus)
dalam bahasa Inggris kemudian jika menghitunga mundur sampai tahun 1
masehi, tanggal 1 januari tahun 1 maka jatuhnya pada hari sabtu. (Purwanto,
2007, h. 16).





10

II.1.3 Kalender Berdasarkan Perhitungan Matahari (Solar)
a. Kalender Julian

Menurut Tjokorda (1984) bahwa kaisar Romawi pada tahun 47
Sebelum Masehi memerintahkan suatu penatapan yang kita kenal menjadi
tahun Masehi yang pada pokoknya sebagai berikut :
1. Satu tahun berumur 365 hari setiap tahun kelebihan 6 jam.
2. Setiap tahun yang ke 4 angkanya habis dibagi 4 diberi umur 366
hari, disebut kabisat.

Kalender Julian diperkenalkan oleh Julius Caesar pada tahun 63
sebelum Masehi. Purwanto mengatakan bahwa Julius Caesar mempelajari
penanggalan berdasarkan musim (syamsiah) selama ia berada di mesir.
Kalender ini lalu digunakan secara resmi di seluruh Eropa, sampai kemudian
diterapkannya reformasi dengan penggunaan Kalender Gregorian pada tahun
1582 oleh Paus Gregorius XIII. Britania Raya baru mengimplementasikan
pada tahun 1752, Rusia baru pada tahun 1918 dan Yunani baru pada tahun
1923. Gereja Ortodoks sampai sekarang tetap menggunakan Kalender Julian
sehingga perayaan Natal dan Tahun Baru berbeda.


Gambar II.1 Kalender J ulian
Sumber : http://docs.oracle.com/cd/E26228_01/doc.93/e21961/julian_date_conv.htm
(8 Mei 2013)
11

b. Kalender Gregorian

Purwanto (2007) menjelaskan bahwa kalender Gregorian adalah
kalender yang sampai sekarang secara internasional dipakai oleh semua
bangsa dan Negara di dunia ini. Kalender Gregorian menggunakan
perhitungan Masehi dan kalender Ini merupakan modifikasi dari kalender
Julian, karena perhitungan pada kalender Julian setelah diteliti lagi oleh
Aloysius Lilius dan membandingkannya dengan siklus matahari maka terjadi
kekeliruan dimana kekeliruan tersebut membuat selisih waktu lebih dari
17000 menit atau kira-kira 10 hari. (h.22).


Gambar II.2 Kalender Gregorian
Sumber : http://informasibogorbarat.blogspot.com/2012/05/voice-of-al-islam-
militer-lebanon.html (8 Mei 2013)





12

II.1.4 Kalender Berdasarkan Perhitungan Bulan (Lunar)
a. Kalender Hijriah

Kalender yang digunakan oleh umat Islam, termasuk dalam
menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan dengan ibadah, atau hari-hari
penting lainnya. Kalender ini dinamakan Kalender Hijriyah, karena pada
tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi peristiwa Hijrah-nya
Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun 622 M.
(Purwanto, 2007, h.9).

Dibeberapa negara yang berpenduduk mayoritas Islam, Kalender
Hijriyah digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-hari. Kalender Islam
menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya, kalender ini dibuat oleh
Umar Bin Khattab beserta sahabat dan penasehatnya pada tahun 682 M.


Gambar II.3 Kalender Hijriah
Sumber : http://noscadgie.wordpress.com/2008/12/16/mengenal-kalender-hijriah/ (8
Mei 2013)


Pada kalender ini terdapat 12 bulan yaitu Muharram, Shafar, Rabiul
Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Syaban,
Ramadhan, Syawal, Dzulqaidah dan Dzulhijjah yang juga didalamnya
terdapat 4 bulan haram dimana peperangan atau pertumpahan darah di larang
13

adalah Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Sesungguhnya
bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah
di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan
haram [At Taubah (9): 38].

Karena banyaknya umat Islam yang ada di Indonesia, maka
penggunaan kalender Hijriah di Indonesia biasanya digunakan bersamaan
dengan kalender Masehi. Penempatan kalender Hijriah biasanya digabungkan
atau disandingkan dengan kalender Masehi.


Gambar II.4 Kalender Hijriah 1434 versi Indonesia
Sumber : http://calendar-vector.blogspot.com/2012/10/kalender-hijriyah-1434-versi-
arab.html (8 Mei 2013)

c. Kalender Jawa

Kalender Jawa adalah sebuah kalender yang istimewa karena
merupakan perpaduan antara budaya Islam, budaya Hindu-Buddha J awa dan
bahkan juga sedikit budaya Barat. Dalam sistem kalender Jawa, siklus hari
yang dipakai ada dua: siklus mingguan yang terdiri dari 7 hari seperti yang
kita kenal sekarang, dan siklus pekan pancawara yang terdiri dari 5 hari
pasaran. Pada tahun 1625 Masehi, Sultan Agung yang berusaha keras
14

menyebarkan agama Islam di pulau Jawa dalam kerangka negara Mataram
mengeluarkan dekrit untuk mengubah penanggalan Saka. Sejak saat itu
kalender Jawa versi Mataram menggunakan sistem kalender kamariah atau
lunar, namun tidak menggunakan angka dari tahun Hijriyah (saat itu tahun
1035 H). Angka tahun Saka tetap dipakai dan diteruskan.
Hal ini dilakukan demi asas kesinambungan. Sehingga tahun saat itu
yang adalah tahun 1547 Saka, diteruskan menjadi tahun 1547 Jawa.

Gambar II.5 Kalender J awa
Sumber : http://the-world-will-end.blogspot.com/2012_05_01_archive.html

II.1.5 Kalender berdasarkan perhitungan Lunar yang disesuaikan
dengan matahari (lunisolar)

d. Kalender Imlek (Tionghoa)

Berdasarkan informasi yang didapat dari sumber www.tionghoa.info
bahwa kalender Imlek adalah kalender Lunisolar, kalender yang
perhitungannya berdasarkan kepada pergerakan bulan dan matahari. Karena
Tiongkok merupakan Negara agraris dimana pergantian musim sangat
penting untuk digunakan dalam pertanian, oleh karenanya kalender tersebut
sangat memperhitungkan matahari.
15

Menurut Dina Viriya dalam halaman websitenya www.dinaviriya.com
Kalender Imlek berasal dari kata Mandarin Yin Li yang berarti
penanggalan kalender berdasarkan pergerakan bulan karena tanggal 1 adalah
bulan baru dan tanggal 15 pasti merupakan bulan purnama. Kalender Imlek
juga disebut juga dengan Nong Li atau kalender pertanian, karena menurut
fungsinya pada zaman dahulu kalender Imlek dipergunakan oleh para petani
untuk memperhitungkan hari dan musim yang tepat untuk melakukan
pembenihan dan penanaman.

Dalam kalender Imlek, perhitungan satu hari ialah perputaran bumi
mengelilingi matahari. Kemudian satu bulan dalam kalender Imlek
merupakan perhitungan berdasarkan siklus bulan baru. Satu bulan dalam
kalender Imlek memiliki rata-rata 29.5306 hari. Untuk membulatkan jumlah
hari maka digunakan dua golongan jumlah hai dalam satu bulan, yaitu bulan
besar yang berjumlah 30 dan bulan kecil yang berjumlah 29 hari.


Gambar II.6 Kalender Imlek
Sumber : http://www.tionghoa.info/perhitungan-bulan-lun-lun-gwee-pada-kalender-
imlek/ (8 Mei 2013)






16

e. Kalender Saka
Kalender Saka adalah sebuah kalender yang berasal dari India.
Kalender ini merupakan sebuah penanggalan syamsiah-kamariah (candra-
surya) atau kalender lunisolar. Era Saka dimulai pada tahun 78 Masehi.
Menurut Stiti Dharma dalam websitenya www.stitidharma.org
mengatakan bahwa, astronomi (ilmu perbintangan) yang menjadi perhitungan
untuk hari-minggu-bulan-tahun bagi manusia sebenarnya sudah dikenal di
India sekitar 12.000 tahun Sebelum Masehi (SM), dari India astronomi ini
menyebar ke benua Eropa dan Asia.

Menurut Stiti, Weda merupakan wahyu yang diturunkan kepada umat
Hindu yang diturunkan sekitar tahun 3000 SM yang disebut sebagai Weda
Sruti. Karena sulit untuk dipahami oleh masyarakat Hindu, maka Weda Sruti
kemudian dijelaskan dengan pengertian sederhana dan lebih gamlang
kedalam beberapa tulisan diantara lain adalah Upweda, Wedangga, Itihasa,
dan Purana.

Salah satu Wedangga yang menjelaskan tentang astronomi adalah
Kitab J yotesha, yang terdiri dari Surya Siddhanta, Paitamaha Siddhanta,
Wasista Siddhanta, Paulisa Siddhanta, dan Romaka Siddhanta.

Banyaknya Suku di India membuat banyaknya juga perhitungan
mengenai waktu juga di India. Ketika suku Yuehchi di bawah Raja Kaniska
berhasil mempersatukan India maka secara resmi kerajaan menggunakan
sistem kalender suku Saka. Keputusan penting ini terjadi pada tahun 78
Masehi.

Sejak itu sistem kalender Saka digunakan terus menerus hingga saat
ini yang disebut Tahun Saka. Itulah sebabnya sistem kalender Hindu seolah-
olah terlambat 78 tahun dari kalender Masehi.

17


Gambar II.7 Kalender Hindu (kalender India)
Sumber : http://www.ganesh.us/calender/pages/june.html (8 Mei 2013)

f. Kalender Yahudi

Kalender Ibrani atau Kalender Yahudi adalah kalender lunisolar yang
digunakan oleh orang Yahudi dan penganut agama Yahudi. Saat ini kalender
ini hanya digunakan untuk acara-acara keagamaan, antara lain untuk
menghitung tahun baru Yahudi dan hari raya Yahudi.

Menurut sumber dari www.sarapanpagi.org bahwa kalender Yahudi
merupakan kalender yang dibuat oleh orang Ibrani. Orang Ibrani menandai
bagian-bagian tahun dengan menunjuk kepada bulan-bulan, musim pertanian
atau perayaan-perayaan pokok.

Perhitungan hari pada kalender Yahudi berbeda dengan perhitungan
hari kalender Internasional, mereka menghitung hari mulai dari matahari
terbenam atau sekitar jam 18:00, tidak seperti kalender internasional yang
perhitungan harinya dimulai pada jam 00:00.

18

Kalender yang digunakan di Israel masa kini adalah kalender Yahudi
(Jewish Calender) dan tidak mengikuti kalender sebagaimana tertulis di
Alkitab, justru mereka mengganti bulan pertamayanga dan pada kalender
Yahudi dari Nisan menjadi Trisya (bulan ketujuh).



Gambar II.8 Kalender Yahudi
- Sumber : http://www.sarapanpagi.org/kalendar-study-kata-vt316.html (8
Mei


g. Kalender Bali

Beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia membuat Indonesia
memiliki perhitungan mengenai kalender secara beragam juga. Hal tersebut
terbukti dengan salah satu kalender yang ada di Indonesia dan masih
digunakan, salah satunya adalah kalender Bali.

Kalender Saka Bali adalah sistem penanggalan yang digunakan oleh
orang Hindu Bali di pulau Bali dan Lombok. Kalender Bali bisa dianggap
istimewa sebab kalender Saka Bali adalah penanggalan konvensi. Seperti
yang tercantum dalam situs resmi www.kalenderbali.info mengatakan bahwa,
19

kalender Bali merupakan gabungan dari kalender Gregorian (Masehi),
kalender Saka Bali, dan kalender Tika. Kalender Gregosian (Masehi) adalah
kalender yang digunakan secara internasional yang perhitungannya
menggunakan perhitungan tahun (Tarikh) Masehi. Tarikh Masehi merupakan
Tarikh Surya (solar sistem), sementara kalender Bali adalah kalender Sakar
yang berkembang di Bali dengan menggunakan Tarikh Canra yang
disesuaikan dengan Tarikh Surya. Sedangkan kalender Tika merupakan
kalender tradisional Bali yang termasuk non-astronomik disusun berdasarkan
pawukon atau wuku (minggu) dan wewaran.

Kalender Bali digunakan untuk mengadakan acara keagamanan
(Yadnya) seperti Piodalan di Pura yang diselenggarakan berdasarkan dengan
pawukon yang ada pada kalender Bali. Namun pada umumnya, masyarakan
Bali menggunakan kalender Masehi dalam kehidupan sehari-hari.

Gambar II.9 Kalender Bali
Sumber : http://www.kalenderbali.info/ (8 Mei 2013)

h. Kalender Sunda

Kalender Sunda adalah Kalender yang dimiliki oleh suku Sunda
semenjak jaman dahulu, kalender ini kemudian ditemukan pada prasasti yang
ada di Cirebon yang kemudian diteliti kembali oleh Ali Sastramidjadja dan
diperkenalkan kembali oleh beliau pada 5 Desember 1987 pada seminar di
20

Observatoarium Bosscha ITB di Lembang dengan topik Kalangider dan
diperkenalkan kembali kepada publik pada tahun 2005.
Kalender sunda dibagi menjadi tiga berdasarkan penanggalannya,
diantaranya :
1. Penanggalan berdasarkan peredaran bulan yang disebut dengan Candra
Kala Sunda
2. Penanggalan berdasarkan peredaran matahari yang disebut dengan Surya
Kala Sunda
3. Penanggalan berdasarkan pergerakan bintang yang disebut dengan
Sukrakala

II.1.6 Kalender Kebudayaan

Kalender Masehi yang kita pakai hingga saat ini secara internasional
berasal dari bangsa Romawi yang baru menggunakan sistem perhitungan
syamsiah sejak tahun 46 sebelum Masehi. (Purwanto, 2007, h.12).

J ika di telaah lebih jauh lagi bahwa kalender yang digunakan oleh
masyarakat dunia hingga zaman sekarang merupakan cikal bakal dari bangsa
Romawi, maka sama halnya dengan bangsa Romawi yang memiliki budaya
serta mengingat banyaknya kebudayaan yang ada di dunia, maka tidak
diragukan lagi bahwa kebudayaan yang lainpun memiliki kepercayaan dan
sistem penanggalan masing-masing berdasarkan budayanya.

Disamping itu, menurut Ali Sastramidjaja kalender tergolong menjadi
dua yaitu kalender modern dan kalender tradisional. Kalender modern adalah
kalender dengan penanggalan waktu yang menggunakan ukuran seragam
untuk wilayah yang luas. Penanggalannya berbasis peredaran matahari
(kalender surya) dan penanggalan waktu berbasis peredaran bulan (kalender
candra).

21

Penanggalan waktu tradisional adalah penanggalan waktu yang
disampaikan sebagai unsur agama, sosial, dan budaya. Kalender ini seringkali
dikaitkan denga gejala-gejala alam yang terjadi, disampaikan dari generasi ke
genarasi berikutnya secara lisan, dan hanya dipergunakan dalam wilayah
lokal yang relatif sempit atau hanya dipergunakan oleh suatu bangsa atau
suku bangsa tertentu.

Dari penjelasan mengenai kalender tradisional tersebut, maka dapat
disimpulka bahwa kalender kebudayaan termasuk juga ke dalam kalender
tradisional. Karena sesuai juga dengan pengertiannya bahwa kalender
tradisional lahir berdasarkan beberapa unsur, salah satunya adalah unsur
kebudayaan.

Kalender Sunda termasuk ke dalam kalender kebudayaan yang lahir di
tanah Sunda karena kalender ini perhitungannya berdasarkan peredaran
matahari dan bulan, posisi rasi bintang dilangit, serta gejala-gejala alam yang
terjadi, misalnya perilaku tumbuhan dan binatang pada tiap skala waktu
tersebut, juga kalender Sunda menggunakan istilah-istilah yang sudah
melekat dengan masyarakat Sunda-nya sendiri.













22

II.2 Kalender Sunda
II.2.1 Definisi Kalender Sunda

Menurut Miranda salah seorang dari komunitas Bengkel Seni Budaya
mengatakan bahwa penanggalan Kalender Sunda secara sederhana dapat
didefinisikan sebagai metode perhitungan ketetapan waktu yang dilakukan
oleh masyarakat Sunda zaman dahulu dalam mengukur siklus perubahan
musim yang berguna untuk penjadwalan berbagai aktivitasnya ketika itu,
mesalnya bercocok-tanam dan berlayar.


II.2.2 Sejarah Kalender Sunda

Ali Sastramidjaja seorang peneliti kalender sunda telah mengkaji dan
meneliti kalender Sunda selama sembilan tahun. Ali Sastramidjaja
mengatakan bahwa kalender sunda pertama kali ditemukan di sebuah batu
prasasti yang bernama Sri Jayabupati pada tahun 952 Caka (Sunda), dalam
batu tulis Sri Jayabupati tersebut tertulis //0//Swasti cakrawarssatita 952
karttikasama tithi dwadaci cuklapa Buddhirancana II/10 109 ksa . ha . ra .
wara tambir/ dan seterusnya/ yang artinya /Selamat/ dalam tahun Saka
952 Bulan Kartika tanggal 12 bagian terang hari (ha)riyan (ka)liwon
ra(dite) Ahad wuku tambir / dan seterusnya/. Pada tahun 1991 Masehi,
kalender sunda ini memperoleh Hak Sipta Dirjen Hak Cipta, Paten dan Merek
Departemen Kehakiman RI, kemudian dipublikasikan melalui suratkabar,
televise, majalah dan internet pada tahun 1997 dan akhirnya pada tahun
2005n penerbitan pertama cetakan kalender Candra Caka Sunda tahun 1941
Caka Sunda dan pada saat itu sambutan dari masyarakat sangatlah besar yang
kemudian setiap tahunnya kalender sunda terus diterbitkan.

23


Gambar II.10 Ali Sastramidjaja (Peneliti kalender Sunda)
Sumber : Bengkel Kalender


Gambar II.11 Prasasti No. D96, satu dari empat prasasti Srijayabupati
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Sanghyang_Tapak (1 Mei 2013)

Berdasarkan data yang diperoleh dari komunitas Bengkel Budaya
menjelaskan bahwa orang Sunda zaman dahulu mengukur perhitungan
kalender Sunda menggunakan alat ukur yang terbuat dari batu ramping
panjang, yang disebut lingga.

Lingga adalah alat pengukur letak matahari yang ada sejak zaman
purba yang berbentuk batu panjang yang sebagiannya ditanam dalam tanah
secara kokoh dan letaknya tegak lurus mengarah langit yang biasanya
24

diletakkan pada tempat yang dengan leluasa dapat disinari oleh sinar
matahari. Batu lingga ini digunakan untuk melihat, memeriksa, dan meneliti
letak matahari dengan memperhatikan bayangan dari lingga tersebut, sebab
orang zaman dahulu tahu, bahwa melihat matahari dengan mata telanjang
dapat merusak mata.

Menurut hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa awal kalender
Sunda ialah Kala Surya Sunda diawali pada tanggal 01 kasa 00001, jatuh
pada hari respati (Kamis), pasar Pon (Sunda). Kala Candra Sunda, diawali
pada tanggal 01 Suklapaksa Kartika 00001, jatuh pada hari Radite (Minggu),
pasar Manis (Sunda) dan bersamaan kala Surya Sunda pada tanggal 28
Hapitlemah 00108+.

Namun ketika India berkuasa di Asia Selatan, Sunda pun di kuasainya
dan kalenderpun dirubah yang pada awal mulanya pada tanggal 01-01-15317
kemudian menjadi 01-01-00001Saka, bersamaan dengan 07 kresnapaksa
srawan 15678 kala candra sunda tembey. Sama halnya dengan kala candra
sundapun dirubah yang pada mulanya 01 suklapaksa kartika 15721 diganti
dengan 01 suklapaksa kartika 00001 caka. Kalender inilah yang terdapat
dalam tulisan kuno (lontar,batu,daluwang dll) hingga muncullah kalender
mataram yang menggantikan kala sunda.


Menurut Ali Sastramidjaja bila perhitungan penanggalan kalender
Sunda ini diteliti lebih lanjut, maka ternyata ketepatannya berlaku untuk masa
yang cukup lama, ialah 80.000. yang kemudian diteliti bahwa tahun 80.000
jatuh pada tahun pendek.

II.2.3 Jenis-jenis Kalender Sunda

Berdasarkan perhitungannya, terdapar tiga jenis kalender Sunda.
Perhitungan berdasarkan perputaran bulan, matahari dan pergerakan bintang.
25

Itu berarti kalender sunda menggunakan perhitungan lunar (kala caka candra)
tetapi juga didasarkan pada perhitungan solar (kala saka surya). Namun dari
ketiga penanggalan sunda tersebut hanya dua yang digunakan hingga saat ini
yaitu penanggalan berdasarkan peredaran bulan dan peredaran matahari.

Menurut Tjokorda (1948) penanggalan bulan ialah perhitungan tahun
berdasarkan peredaran bulan yang jumlahnya 12 yang tidak sama dengan
matahari yang jumlahnya 365 hari. (h.20) Satu kali bulan mengelilingi bumi
lamanya adalah 29.53059 hari, disebut satu bulan kala Candra. Dengan kata
lain 1 bulan itu 29 atau 30 hari.

Yang kedua berdasarkan perputaran matahari, atau yang disebut
tepung gelang bertemunya bayangan yang ada pada lingga lamanya 365
hari, kemudian diberi nama taun, warsa atau warsih. Setelah perhitungan
berlanjut, maka diketahui pula bahwa setiap empat tahun sekali tepung gelang
itu terjadi selama 366 hari, yang dinamai tahun panjang.


Gambar II.12 1949 Kala Candra Caka Sunda (2013)
Sumber : Bengkel Seni Budaya
26

II.2.4 Istilah-istilah Dalam Kalender Sunda

Sistem perhitungan pada kalender Sunda sama seperti sistem
perhitungan kalender Hijriah Jawa. Dalam sewindu ada tiga tahun kabisat,
sehingga jika misalnya awal windu (indung poe) Ahan manis, maka awal
windu selanjutnya Ahad Manis juga. Setiap siklus besar 120 tahun (tunggul
taun) satu hari dihilangkan. Jadi setiap 120 tahun, indung poe bergeser tahun
Ahad Manis menjadi Sabti Kliwon, kemudian menjadi Jumat Wage dan
seterusnya.

II.2.4.1 Nama Hari Pada Kalender Sunda

Menurut Ali Sastramidjaja, awal mula orang mengenal siang dan
malam, siang dan malam menunjukan ada dan tidak adanya sinar matahari.
Hari dimulai pada saat matahari terbit (jam 06.00 WIB). Kemudian penutup
hari pada sore hari (18.00 WIB).

Hari yang dikenal di sunda ada 10 wara atau 10 periode, diantaranya :

Nama Hari Pengertian
Ekawara Setiap hari, nama harinya luang atau luwang
Dwiwara
Dua harian atau selang sehari. Nama harinya
ialah mango dan pepet
Triwara
Tiga harian nama harinya: Dora, May,
Jantara
Caturwara
Periode empat harian. Nama harinya: Sri,
Laba, Jaya, Mandala
Pancawara
Peride lima harian. Nama harinya: Manis,
Pahing, Pon, Wage, Kaliwon
Sadwara
Periode enam harian. Nama harinya: Tungle,
Aryang, Wurukung, Paningron, Uwas,
Mawulu
27

Saptawara
Periode tujuh harian. Nama harinya: Radite,
Soma, Anggara, Buda, Respati, Sukra,
Tumpek
Astawara
Atau disebut padewaan atau dewa hari,
periodenya delapan hari. Nama harinya: Sri,
Indra, Guru, Yama, Rudra atau Ludra,
Brahma, Kala, Uma
Sangawara
Atau padangon, periode Sembilan hari.
Nama hariannya dangu, jagur, gigis,
kerangan, nohan, wogan, tulus, wurung,
dadi.
Dasawara
Periode sepuluh harian. Nama harinya:
Pamdita, Padih, Suka, Duka, Sri, Manu,
Manusya. Raja dewa raksasa atau jaksa
Tabel II.1 Nama-nama Hari Pada Kalender Sunda
Sumber : Bengkel Seni Budaya

Wara yang digunakan dalam kalender Sunda hanyalah Pancawara dan
Saptawara, namun pada umumnya hanya menggunakan Saptawara. Hari-hari
pasaran (pancawara) dalam kalender Sunda berselisih dua hari dengan
kalender Jawa, misalnya Manis (Legi) dalam kalender Jawa menjadi Pon
dalam kalender Sunda.
Nama hari pada Pancawara ialah :
Manis
Pahing
Pon
Wage
Kaliwon




28

Nama hari pada saptawara ialah :
Nama hari pada saptawara Penjelasan
Radite
(Ra =matahari, dite =hari)
adalah hari minggu
Soma
(bulan atau candra) adalah hari
senin
Anggara
(planet Mars) adalah hari
selasa
Buda
(planet Merkurius) adalah hari
rabu
Respati
(planet Yupiter) adalah hari
kamis
Sukra
(planet Venus) adalah hari
jumat
Tumpek
(planet Saturnus) adalah hari
sabtu
Tabel II.2 Nama-nama Hari Pada Saptawara
Sumber : Bengkel Seni Budaya

II.2.4.2 Nama Minggu Pada Kalender Sunda

Pancawuku yaitu gabungan dari pancawara (5 pasaran) dan saptawara
(hari dalam satu minggu) jadi pancawuku terdiri dari 35 hari. Dari gabungan
ini maka muncul naptu tahun, naptu bulan, naptu hari, dan naptu pasar yang
diperhitungkan dalam perhitungan paririmbon.

Menurut Dane salah satu anggota Lentera Zaman, Wuku adalah kata
serapan dari bahasa inggris yaitu Week yang artinya adalah satu minggu.
Wuku ini dihitung mulai dari hari minggu wage, semua wuku berjumlah 30
minggu.


29

II.2.4.3 Nama Bulan Pada Kalender Sunda

Nama-nama bulan yang ada pada kalender sunda juga berbeda dengan
bulan yang ada pada kalender Jawa. Diantaranya adalah sebagai berikut :

Nama bulan pada kalender
Sunda
Nama bulan pada kalender
Masehi
Kartika Januari
Margasira Februari
Posya Maret
Maga April
Palguna Mei
Setra Juni
Wesaka Juli
Yesta Agustus
Asada September
Srawana Oktober
Badra November
Asuji Desember

Tabel II.3 Nama-nama bulan pada
kalender Candra Sunda dan kalender masehi
Sumber : Bengkel Seni Budaya

Kartika dan Januari memiliki persamaan yaitu merupakan nama bulan
paling pertama yang ada pada kalender Sunda dan kalender Masehi,
namun ada perbedaan antara keduanya yaitu pada periode waktu. Pada
kalender Sunda bulan Kartika tahun 1949 periode waktu dalam
kalender Masehi yaitu antara 23 Oktober 2012 hingga 21 November
2012 dan hal tersebut berlaku untuk semua bulan pada kalender
Sunda.

30

II.2.4.4 Tahun Pada Kalender Sunda

Dalam melihat tahun, orang Sunda zaman dahulu menetapkan
perputaran bulan dan matahari. Perputaran itu ada dua macam, yaitu
perputaran bulan, 29 hari dan dan 30hari dari bulan purnama ke bulan
purnama, jadi rata-rata 29,5 hari. Kedua perputaran matahari atau tepung
gelang bertemunya bayangan yang ada pada lingga lamanya adalah 365
hari, kemudian diberi nama taun, warsa, atau warsih. Setelah perhitungan
berlanjut maka diketahui pula bahwa setiap emapt tahun sekali tepung gelang
itu terjadi selama 366 hari, yang dinamai tahun panjang. Dalam ukuran hari
terdapat perbedaan, 12 bulan itu hanya 354 atau 355 hari, sedangkan satu
tahun ada 365 atau 366 hari.

J ika dalam kalender Jawa tahun dalam sewindu ditandai menurut
numerologi huruf Arab (Alif-Ba-J im-Dal-Ha-Waw-Zai)n maka berbeda
dengan kalender Sunda dimana dalam sewindu ditandai dengan nama
binatang, yaitu kebo (1), keuyeup (2), hurang (3), embe (4), monyet (5),
cacing (6), dan kalabang (6).

II.3 Permasalahan Kalender Sunda

Dalam sejarah kebudayaan Indonesia, peran budaya visual sebagai
bagian dari percaturan pembentuk peradaban belum banyak ditelaah. Padahal
di Negara-negara maju, budaya visual menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari sejarah kebudayaan bangsa-bangsa dan peradaban modern Negara-negara
tersebut. Desain, sebagai salah satu wujud dari budaya visual, memiliki
peranan yang tidak kecil dalam peta sejarah kebudayaan bangsa Indonesia
modern yang telah terbangun semenjak masa kolonial. (Agus Sechari, 2007,
h.1).


31

Seperti halnya yang ditemukan dalam permasalah kalender Candra
Sunda. Kalender Candra belum banyak diketahui keberadaannya oleh
masyarakat luas bahkan masyarakat Sunda-nya sendiri. Juga beberapa
kalender Candra Sunda yang telah dibuat oleh beberapa komunitas masih
terlihat seperti kalender Masehi, selain itu banyaknya konten yang ada
didalam kalender Candra Sunda justru membuat kalender tersebut terkesan
padat, sehingga informasi utama tidak tersampaikan dengan baik.


Gambar II.13 Candra Kala Sunda 1949
Sumber : Bengkel Seni Budaya
32


Gambar II.14 Candra Kala Sunda 1974 (Nopember Desember 2010)
Sumber : Lentera Zaman

II.4 Fungsi Kalender Sunda

Mengingat kalender Candra Sunda merupakan kalender yang ada pada
zaman dahulu, maka fungsi kalender sunda dibagi menjadi dua, dulu dan
sekarang.

a. Fungsi kalender candra sunda pada zaman dahulu

Pada zaman dahulu umumnya kalender candra sunda digunakan oleh
masyarakat sunda sebagai alat untuk memperhitungkan kehidupan seperti
hari-hari baik serta untuk memperkirakan kondisi alam untuk kebutuhan
manusia salah satunya adalah pertanian.

b. Fungsi kalender candra sunda pada zaman sekarang

Dalam memperhitungkan kehidupan seperti hari-hari baik serta untuk
memperkirakan kondisi alam untuk kebutuhan manusia, yang digunakan oleh
masyarakat hingga kini khususnya dalam hal memperhitungkan hari baik, hal
tersebut masih berlansung pada masyarakat yang tergabung dalam komunitas
kalender sunda diantaranya adalah Lembaga Bengkel Seni Kebudayaan dan
33

komunitas Lentera Zaman. Hari baik tersebut biasanya digunakan saat ada
perayaan atau acara penting yang akan mereka selenggarakan, seperti
contohnya, pada hari sabtu mereka akan berkumpul disuatu tempat, karena
berdasarkan kalender sunda hari sabtu merupakan hari tumpek atau hari
dimana sangat baik apabila berkumpul dengan keluarga.

Selain itu, menurut Mira dari Lembaga Bengkel Kebudayaan karena
keakuratan kalender sunda maka pada masa sekarang kalender sunda juga
digunakan oleh pemerintahan kota Bandung sebagai arsip data penanggalan
sejarah serta sebagai alat untuk menandai hari-hari penting pada
pemerintahan kota Bandung.

Anda mungkin juga menyukai