Resume Hukum Perdata Internasional
Resume Hukum Perdata Internasional
Resume Hukum Perdata Internasional
oleh :
DIENNISSA PUTRIYANDA
Nim : 1209114065
A. Pengertian HPI
mengatur
hubungan-hubungan
hukum
perdata
yang
intern (Belanda).
Prof. Sunaryati Hartono
Hukum Perdata Internasional mengatur setiap peristiwa atau
hubungan hukum yang mengandung unsur asing, baik di bidang
hukum publik maupun hukum privat. Inti dari HPI adalah pergaulan
hidup masyarakat internasional, maka HPI dapat disebut sebagai
dianggap
sebagai
awal
menyelesaikan
sengketa
dalam
hubungan-hubungan
perorangan.
Ius Privatuum inilah yang menjadi cikal bakal HPI yang berkembang
dalam tradisi Eropa Kontinental.
b. Ius Publicum, mengatur persoalan-persoalan kewenangan negara
sebagai kekuasaan publik.
Ius Publicum berkembang menjadi sekumpulan asas dan kaidah
hukum yang mengatur hubungan antara Kekaisaran Romawi
dengan negara-negara lain (cikal bakal Hukum Internasional Publik).
Prinsip HPI pada masa ini dilandasi asas teritorial, artinya perkaraperkara yang menyangkut warga-warga propinsi tunduk pada Ius
Gentium sebagai bagian dari hukum kekaisaran.
Asas-asas HPI yang tumbuh dan berkembang pada masa ini dan
menjadi asas-asas penting HPI modern :
Asas Lex Rei Sitae (Lex Situs)
tunduk
pada
hukum
dari
tempat
benda
itu
berada/terletak.
Asas Lex Domicili
Hak dan kewajiban perorangan harus diatur oleh hukum dari
tempat seseorang berkediaman tetap.
Asas Lex Loci Contractus
Terhadap
perjanjian-perjanjian
berlaku
hukum
dari
tempat
pembuatan perjanjian.
2. MASA PERTUMBUHAN ASAS PERSONAL HPI
(Abad ke-6 s/d Abad ke-10)
Pada akhir abad ke-6 Kekaisaran Romawi ditaklukkan oleh bangsabangsa barbar dari wilayah-wilayah bekas propinsi-propinsi jajahan
Romawi.
Wilayah bekas jajaran Romawi diduduki oleh pelbagai suku bangsa
yang dibedakan secara genealogis dan bukan territorial.
Masing-masing suku bangsa memberlakukan kaidah-kaidah hukum
adat, hukum personal, hukum keluarga serta hukum agama mereka.
Dalam menyelesaikan sengketa antar suku bangsa, ditetapkan
terlebih dahulu sistem-sistem hukum adat mana yang relevan dengan
perkara, kemudian baru dipilih hukum mana yang harus diberlakukan.
Tumbuh beberapa prinsip HPI yang dibuat atas dasar asas
Genealogis :
a. Asas umum
yang
menetapkan
bahwa
dalam
setiap
proses
melanggar hukum;
f. Pengesahan suatu perkawinan harus dilakukan berdasarkan hukum
dari pihak suami.
3. PERTUMBUHAN ASAS TERITORIAL
(Abad ke-11 s/d Abad ke -12)
Pertumbuhan asas personal
genealogis
semakin
sulit
untuk
menjadi
masyarakat
teritorialistik
melaui
berada
di
bawah
kekuasaan
feodal
(tuan-tuan
tanah)
asas-asas
hukum
yang
dapat
digunakan
untuk
yang
dalam
persoalan-persoalan
menyangkut
pribadi
dan
keluarga.
:
ekstra-teritorial, berlaku juga di luar
wilayah.
Statuta personalia hanya berlaku terhadap warga kota yang
berkediaman tetap di wilayah kota yang bersangkutan, namun
statuta ini akan tetap melekat dan berlaku atas mereka, diamana
pun mereka berada.
b. Statuta Realia
Objek pengaturan
: benda dan status hukum dari benda.
Lingkup berlaku : prinsip territorial, hanya berlaku di dalam
wilayah kota kekuasaan penguasa.
Statuta ini akan tetap berlaku terhadap siapa saja (warga kota
ataupuan pendatang / orang asing) yang berada dalam teritorial
yang bersangkutan.
c. Statuta Mixta
Ojek pengaturan :
hukum
Lingkup berlaku
atau
perbuatan-perbuatan
terhadap benda-benda.
: prinsip teritorial, berlaku
perbuatan
hukum
yang
atas
terjadi
hukum
semua
atau
di
dunia.
Perusahaan
ini
mendesain,
memproduksi
dan
keterkenalan
Merek-Merek
milik
penggugat
sehingga
Penggugat
adalah
pemilik
yang
berhak
atas
Merek
VERSUS,
merek penggugat dan Merek milik tergugat tersebut terdaftar dalam kelas
yang sama dengan Merek-Merek milik penggugat.
membonceng
keterkenalan
Merek-Merek
milik
penggugat
taut
primer
adalah
faktor-faktor
dan
keadaan-keadaan
yang
Italia,
dan
pihak
tergugat
Sutardjo
Jono
berkewarganegaraan Indonesia.
Titik Taut Sekunder :
Titik taut sekunder adalah faktor-faktor dan keadaan-keadaan yang
menentukan hukum Negara mana yang harus berlaku dalam suatu peristiwa
hukum perdata internasional.
Dalam kasus ini titik taut sekundernya adalah Lex Loci Delicti Commisi
(hukum tempat perbuatan melawan hukum dilakukan).
Hukum Yang Berlaku :
Dalam kasus ini hukum yang berlaku adalah hukum Indonesia sebagai Lex
Loci
Delicti
Commissi,
karena
perbuatan
melawan
hukum
berupa
yang mempunyai