Laporan Ekoper (Fieldtrip Cangar)
Laporan Ekoper (Fieldtrip Cangar)
Laporan Ekoper (Fieldtrip Cangar)
Disusun oleh:
Kelompok: O (AC) 1
Kelas: O (AC)
Asisten: Anella R.Kumala.S
135040201111327
135040201111328
135040201111329
135040201111330
135040201111331
135040201111332
135040201111333
135040201111334
135040201111335
135040201111336
135040201111337
135040201111338
135040201111339
135040201111340
135040201111341
135040201111342
135040201111343
135040201111344
135040201111345
135040201111346
135040201111347
1350402011113
1350402011113
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan
Asisten,
CO Asisten
NIM. 115040207111018
NIM. 116040217011012
Tanggal Pengesahan :
RINGKASAN
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga
merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.Vegetasi tanah dan
iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang
spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena
berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang
dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi
vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur
struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk
keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk
menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan
analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi
suatu komunitas tumbuhan.Studi struktur dan klasifikasi komunitas tumbuhan
(vegetasi) disebut juga fitososiologi, analisis vegetasinya disebut analisis vegetasi
yang dapat secara kualitatif dan kuantitatif . Karena ada hubungan yang khas antara
lingkungan dan organisme, maka komunitas disuatu lingkungan bersifat spesifik.
Dengan demikian pola vegetasi dipermukaan bumi menunjukan pola diskontinyu.
Seringkali sustu komunitas bergabung atau tumpang tindih dengan komunitas lain.
Karena tanggapan setiap spesies terhadap kondisi fisik, kimia maupun biotik disuatu
habitat cenderung mengakibatkan perubahan komposisi komunitas. Komunitas
mempunyai beberapa kekhususan yaitu :
1. Komunitas biotic sebagai campuran hewan dan tumbuhan dalam jumlah besar
di suatu habitat, merupakan bagian terbesar dari ekosistem dan dicirikan
adanya hubungan interaksi antara komponen biotic dan abiotic.
2. Karena dalam habitat utama biasanya kondisi lingkungan tidak besar
variasinya maka tumbuhan yang ada menunjukan kesenangan/perilaku yang
khas sesuai dengan kondisi lingkungan itu. Dengan demikian vegetasi
merupakan pencerminan iklim dan secara umum keadaan iklim menampakkan
pola vegetasi yang sama. Konsep ini berkembang menjadi indikator.
3. Komunitas sebagai suatu kesatuan sering terlihat batasnya, tetapi batas itu
kadang-kadang tidak jelas. Habitat yang diatasnya tumbuh vegetasi/kehidupan
yang khas, atau suatu komunitasyang dapat mengkarakteristikakan suatu unit
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun laporan akhir
praktikum ekologi pertanian ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam laporan
akhir praktikum ekologi pertanian ini kami membahas mengenai analisis vegetasi,
faktor abiotik, dan faktor biotik di daerah Jatikerto, Cangar, dan Malang.
laporan akhir praktikum ekologi pertanian ini dibuat dengan berbagai observasi
dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan
dan hambatan selama mengerjakan laporan akhir praktikum ekologi pertanian ini.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan akhir praktikum
ekologi pertanian ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada laporan
akhir praktikum ekologi pertanian ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca
untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan laporan akhir selanjutnya.
Akhir kata semoga laporan akhir praktikum ekologi pertanian ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.
Malang,
Desember 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vegetasi adalah berbagai macam jenis tumbuhan atau tanaman yang
menempati suatu ekosistem. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, vegetasi di
definisikan sebagai suatu bentuk kehidupan yang berhubungan dengan tumbuh-
tumbuhan atau tanam-tanaman. Istilah vegetasi dalam ekologi adalah istilah yang
digunakan untuk menyebut komunitas tumbuh-tumbuhan yang hidup di dalam suatu
ekosistem.
Vegetasi dapat juga di definisikan sebagai tumbuhan penutup permukaan
bumi. Vegetasi seperti ini dapat berbeda berdasarkan lokasi dan waktu serta
bergantung pada komposisi penyusunnya. Vegetasi yang ada di suatu tempat akan
berubah seiring dengan perubahan iklim. Berdasarkan lokasi dan keluasannya
vegetasi dapat di bedakan kedalam banyak formasi. Masing-masing formasi vegetasi
di beri nama sesuai dengan spesies tumbuhan yang paling dominan Contohnya
formasi vegetasi taiga, savana, tundra, dll.
Vegetasi yang ada di suatu tempat dapat berubah seiring dengan berjalannya
waktu dan perubahan iklim dan aktivitas manusia. Seperti vegetasi yang pernah ada
di hutan Afrika dahulu kala. Afrika di kenal dengan hutan hujan tropisnya. Namun
karena aktivitas penebangan hutan yang tidak mengindahkan kelestarian alam,
perlahan namun pasti, hutan hujan tropis yang dahulu merupakan paru-paru dunia
berubah menjadi gurun pasir yang tandus dan gersang. Vegetasi lama telah punah di
gantikan vegetasi jenis baru yang sesuai dengan kondisi iklim dan keadaan ekosistem
yang sekarang.
Vegetasi yang terbentuk dari kumpulan tumbuh-tumbuhan di suatu tempat
dapat di analisa komposisinya. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan
(komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi dalam suatu ekosistem. Analisa
vegetasi berfungsi untuk mengukur dan menentukan komposisi jenis tumbuhan,
dominansi spesies, kerapatan tumbuhan maupun keadaan penutupan tajuknya.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana kondisi lingkungan pada lahan percobaan cangar dilihat dari
faktor biotik dan abiotik?
2) Bagaimana penyebaran populasi vegetasi pada lahan percobaan cangar?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukan adalah:
1) Untuk mengetahui kondisi yang diamati pada area pengamatan.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Analisis vegetasi dan faktor abiotik
2.1.1 Analisa vegetasi
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis )
dan bentuk ( struktur ) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Peranan
vegetasi dalam ekosistem tidak saja berkaitan dengan nilai ekologis kawasan
namun juga sangat berhubungan dengan nilai social maupun nilai ekonomi
masyarakat yang mendiami kawasan tersebut. Oleh karena itu, pengambilan
data vegetasi kawasan ekosistem harus memperhatikan factor ekonomi, social,
dan ekologinya termasuk teknologi yang menunjang budidayanya.
Suhu
juga
mempengaruhi
perkembangbiakan
makhluk
hidup.
2.2.4. Kelembaban
Kelembaban merupakan salah satu komponen abiotik di udara dan tanah.
Kelembaban di udara berarti kandungan uap air di udara, sedangkan kelembaban
di tanah berarti kandungan air dalam tanah. Kelembaban diperlukan oleh makhluk
hidup agar tubuhnya tidak cepat kering karena penguapan. Kelembaban yang
diperlukan setiap maklhuk hidup berbeda-beda. Sebagai contoh, cendawan dan
cacing memerlukan habitat yang sangat lembab.
2.2.5. Udara
Udara terdiri dari berbagai macam gas, diantaranya nitrogen (78.09%),
oksigen (20.93%), karbon dioksida (0.03%), dan gas-gas lain. Nitrogen
diperlukan makhluk hidup untuk membentuk protein. Oksigen digunakan
makhluk hidup untuk bernafas, sedangkan karbondioksida diperlukan tumbuhan
untuk fotosintesis.
2.2.2. Salinitas
Salinitas merupakan tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut dalam
air. Tingkat salinitas di dalam tanah akan menyebabkan terganggunya
pertumbuhan, produktivitas tanaman serta fungsi-fungsi fisiologi tanaman seperti
menghambat pembesara dan pembelahan sel, produksi protein dan penambahan
biomasa tanaman
(Soemarno MS.2010)
2.3. Antrophoda
Artropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup
serangga, laba-laba, udang, kaki seribu dan hewan sejenis lainnya. Artropoda
adalah nama lain hewan berbuku-buku. Artropoda biasa ditemukan di laut, air
tawar, darat, dan lingkungan udara, termasuk berbagai bentuk simbiosis dan
parasit.
Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, arthos yang artinya segmen/ruas dan poda
yang artinya kaki. Jadi, Arthropoda adalah hewan berkaki ruas. Semua jenis
hewan yang termasuk filum arthropoda memiliki tubuh dan kaki yang berruasruas. Tubuhnya tertutup dengan kitin sebagai rangka luarnya.
Filum Arthropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan
mencakup serangga, laba-laba, udang, kaki seribu dan hewan mirip lainnya.
Arthropoda adalah nama lain hewan berbuku-buku.
Empat dari lima bagian dari spesies hewan adalah Arthropoda, dengan jumlah di
atas satu juta spesies modern yang ditemukan dan rekor fosil yang mencapai awal
Cambrian. Arthropoda biasa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan lingkungan
udara, serta termasuk berbagai bentuk simbiotis dan parasit. Hamper 90% dari
seluruh jenis hewan yang diketahui orang adalah Arthropoda. Arthropoda
dianggap berkerabat dekat dengan Annelida, contohnya adalah Peripetus di
Afrika Selatan.
(Program Nasional PHT.1991)
4. Unsur Hara
5. Air
6. Cahaya
7. Pengaruh Suhu
8. Kelembaban
9. PH Tanah
10. Angin
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat, Bahan beserta Fungsinya
Alat:
Alat tulis
Cetok
: menggali tanah
Sweepnet
: menangkap hama
Meteran/penggaris
: mengukur lahan
Kantong plastic
: menaruh serangga
Alcohol 70%
: membius serangga
Kapas
Gunting
Buku flora
Bahan:
Vegetasi
Kepik
Ulet
Laba-laba
Kutu daun
Belalang
Lalat
3.1.1 Analisis Vegetasi & Faktor Abiotik (Suhu Udara, Radiasi Matahari)
Tali raffia (4 meter)
Bambu
Luks meter
Termometer hygrometer
Blanko
Alat tulis
: untuk mencatat
Alat tuis
: untuk mencatat
Blanko
: untuk pengamatan
Swept net
untuk
memasukkan
serangga
yang
Bagi plot tersebut menjadi lima sub plot. Batasi pembagian plot dengan tali rafia dan
kayu penahan disetiap pojokan
Identifikasi & Inventarisasi vegetasi yang masuk dalam plot
pengamatan
Amati vegetasi di dalam plot pengamatan yang terdiri dari spesies, jumlah individu,
mengukur diameter terpanjang suatu spesies (d1) dan diameter spesies yang tegak
lurus dengan d1 (d2)
Ambil sampel dari spesies yang belum diketahui jenisnya. Sampel digunakan untuk
membandingkan dengan sumber informasi lain seperti buku identifikasi flora, website
internet dan sumber lainnya
Hitung besarnya kerapatan (individu/ha), frekuensi dan dominasi (m2/ha), indeks nilai
penting (INP), dan Summed Dominance Ratio (SDR) dari masing-masing data vegetasi
yang sudah diambil
Pitfall traps yang telah dipasang satu hari sebelum pelaksanaan praktikum lapang pada
masing-masing lahanlah yang diamati
Pitfall traps yang telah dipasang satu hari sebelum pelaksanaan praktikum lapang pada
masing-masing lahanlah yang diamati
Ambil Serangga yang terperangkap pada pitfall dan masukan pada fial film kemudian
diberi alkohol 70%. Sedangkan serangga yang terperangkap swept net dimasukan pada
plastik dan diberi alkohol 70%
1.1.4
Lubangi tanah di polybag tadi dengan kedalaman kurang lebih sedalam 2/3 jari tangan
BAB IV
1.
2.
3.
Kubis
Brokoli
Gulma Ageratum
Rata- Rata
D1
D2
59
62.8
47.7
60.4
74.3
42.8
4.
conyzoides L
Gulma Croton hirtus
61.6
NO
SPECIES
2) Jatikerto
23.8
1
22
6
4
2
5
2
20
1
No Spesies
1.
2.
3.
4.
Tebu
Singkong
Kacang Tanah
Rumput Berbulu
D1
D2
(cm)
30
5
5,4
0,25
(cm)
150
10
20
50
4
2
39
5
1
27
NO
1.
LOKASI
Petak Percobaan cangar
Suhu
RH (%)
RM (Lux)
Udara (C)
22.2
10
588
Suhu (C)
RH (%)
RM (Lux)
2) Jatikerto
No
1.
Lokasi
Lahan Tebu
29,43
39,6
Klasifikasi Vegetasi
1) Cangar
Brokoli :
Regnum
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub Divisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Sub Kelas
: Dialypetalae
Bangsa
: Rhoeadales/Brassicales
Famili
: Cruciferae/Brassicaceae
Genus
: Brassica
Kubis
Kerajaan
: Plantae
85,54
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Magnoliophyta
Magnoliopsida
Brassicales
Brassicaceae
Brassica
B. oleracea
:
:
:
:
:
:
: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Asterales
: Asteraceae
: Ageratum
: Ageratum houstonianum
: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Euphorbiales
: Euphorbiaceae
: Croton
: Croton hirtus L. Heril.
2) Jatikerto
Tebu
Kingdom
: Plantae (tumbuhan)
Sub Kingdom
: Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas
: Liliopsida (berkeping satu /monokotil)
Sub Kelas
: CommelinidaeOrdo : Poales
Famili
: Graminae atau Poaceae (suku rumputrumputan)
Genus
Spesies
: Saccharum
: Saccharum officinarum L
4). Nilam
Kingdom
Subkingdom
Super Divisi
: Plantae (Tumbuhan)
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
Kelas
Sub Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Asteridae
: Lamiales
: Lamiaceae
: Pogostemon
: Pogostemon hortensis Benth
Identifikasi Tumbuhan
1) Cangar
Pada lokasi pengamatan petak percobaan cangar ditemukan beberapa
spesies yaitu :
Kubis ungu
Brokoli
Gulma Ageratum conyzoides L
Gulma Croton hirtus
2) Jatikerto
Pada lokasi pengamatan yaitu lahan tebu, ditemukan beberapa tumbuhan
yaitu :
Tebu
Singkong
Kacang Tanah
Rumput berbulu
Analisa Vegetasi
1) Cangar
Ageratum conyzoides L
(bebandotan )
Kubis
Kubis banyak ditanam di dataran tinggi dengan sentra terdapat
di Dieng, Wonosobo, Tawangmangu, Kopeng, Salatiga, Bobot Sari,
Purbalingga, Malang, Brastagi, Argalingga, Tosari, Cipanas, Lembang,
Garut, Pengalengan dan beberapa daerah lain di Bali, Timor Timur,
Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya, tetapi beberapa varietas dapat
ditanam di dataran rendah. Tanaman kubis dapat hidup pada suhu
udara 10-24 derajat C dengan suhu optimum 17 0 C. Untuk waktu
singkat, kebanyakan varietas kubis tahan dingin (minus 6-10 0 C),
tetapi untuk waktu lama, kubis akan rusak kecuali kubis berdaun kecil
(<3> 9), merupakan racun bagi akar-akar tanaman.
Kandungan air tanah yang baik adalah pada kandungan air
tersedia, yaitu pF antara 2,5-4. Dengan demikian lahan tanaman kol
memerlukan pengairan yang cukup baik (irigasi maupun drainase).
Brokoli
Brokoli
forma
cymosa)
Tebu
Tanaman Tebu (Saccharum Officanarum L)merupakan tanaman
perkebunan semusim,yang mempunyai sifattersendiri,sebab didalam
batangnya terdapat zat gula. Tebu termasukkeluarga rumput-rumputan
Kacang Tanah
Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) adalah tanaman polongpolongan atau legume anggota suku Fabaceae yang dibudidayakan,
serta menjadi kacang-kacangan kedua terpenting setelah kedelai di
Indonesia. Tanaman yang berasal dari benua Amerika ini tumbuh
secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1 kaki) dengan
daun-daun kecil tersusun majemuk. Tanaman ini adalah satu di antara
dua jenis tanaman budidaya selain kacang bogor, Voandziea
subterranea
yang
buahnya
mengalami
pemasakan
di bawah
permukaan tanah. Jika buah yang masih muda terkena cahaya, proses
pematangan biji terganggu.
akan
humus.
Tanaman nilam menjadi salah satu penghasil minyak atsiri, minyak yang
dihasilkan oleh tanaman nilam disebut dengan minyak nilam
(patchouli oil). Minyak ini antara lain digunakan sebagai zat pengikat
(fiksatif) dalam industri parfum, sabun, hair tonic, dan beberapa industri
kosmetika. Minyak tersebut diperoleh dari hasil penyulingan (destilasi)
daun dan tangkai tanaman nilam.
Tabel SDR
1) Cangar
NO
1.
2.
SPECIES
Kubis Ungu
Brokoli
Kerapatan
Mutl Nis
ak
bi
5.6
4.2
(%)
13
9
Frekuensi
Mutl Nisb
ak
0.6
1
(%)
15
26
LB
A
590
478.
Dominisasi
Mutl Nis
IV
SDR
ak
bi
(%)
(%)
23.6
19.12
(%)
24
18
52
73
17.33
24.3
3.
Gulma
17.8
41
26
02
404.
Ageratum
16.2
16
83
27.6
9.32
9.2
60.2
20.06
IV
SDR
(%)
(%)
82
conyzoides
4.
L
Gulma
13.4
30
0.8
21
233.
Croton
03
hirtus
2) Jatikerto
Kerapatan
Frekuensi
Dominansi
Nis
No
1.
2.
Spesies
Tebu
Kacang
Mutla bi
k
(%)
Mutla Nisb
k
i (%)
41,6
0,2
5,7
0,57 0,2
Mutla Nis
k
bi
309,8
19,36
95,6 142,
8,33
0,687
0,042
0,20 9,10
Tanah
3.
LBA
Singkong
0,4
1,15 0,2
8,33
3,14
7
0,196
4.
Rumput-
32
rumputan
92,4 1
41,6
7
10,41
0,650
98
3,03
0,96 10,4
7
47,66
3,48
3,20 137,
45,76
27
terbesar adalah brokoli yang tumbuh 24,3 % dari lahan yang ada, yang
ketiga didominasi oleh gulma yang berjenis corton hirtus
yang
tumbuh 20,06 % dari lahan yang ada dan yang ke empat adalah kubis
yang memiliki 17,33 % dari lahan.
2) Jatikerto
Dari hasil SDR yang didapat pada lahan percobaan jatikero didapatkan
bahwa 47,76 % dari lahan ditumbuhi rumput-rumputan yang berarti
sebagian besar dari lahan ditutupi oleh vegetasi sekunder dan yang
berikutnya populasi vegetasi yang terbesar adalah tebu yang tumbuh
47,66 % dari lahan yang ada, yang ketiga didominasi oleh tanaman
singkong yang tumbuh 3,48 % dari lahan yang ada dan yang ke empat
adalah kacang tanah yang memiliki 3,03 % dari lahan.
Tebal Seresah
Tebal seresah yang didaptakan dalam masing- masing plot adalah sebagai
berikut :i
1) Cangar
NO
1.
2.
3.
4.
5.
PLOT
Plot 1
Plot 2
Plot 3
Plot 4
Plot 5
2) Jatikerto
No
Lokasi
Plot 1
0,1
Plot 2
0,5
Plot 3
0,2
Plot 4
0,5
Plot 5
0,2
Keadaan Suhu
Keadaan suhu yang didapat dalam pengamatan dalam plot adalah sebagai
berikut :
1) Cangar
NO
LOKASI
1.
Petak Percobaan cangar
2) Jatikerto
No
Lokasi
Suhu
pH
Lahan Tebu
39,1
7,4
pH
6,8
Lokasi
Di Dalam Tanah
Di Atas Tanah
Titik 1
Cacing tanah
Lalat
Kaki seribu
Jangkrik
Laba laba
Ulat kubis
Kepik
Kutu daun
Belalang
2) Jatikerto
No
Lokasi
Di Dalam Tanah
Di Atas Tanah
Titik 1
Belalang (1)
Titik 2
Kumbang (6)
Belalang (1)
Semut (1)
Titik 3
Belalang(1)
Laba-laba(1)
Semut (1)
Titik 4
Cacing,
laba-laba
5
Titik 5
Ulat putih
Kepik Hijau
Lalat Buah
Ulat Daun
Cacing
Jangrik
Kutu Daun
Belalang
Laba - Laba
Kaki Seribu
Ulat Tanah
Semut
Laba - Laba
Cacing Tanah
Belalang
Kumbang
Kutu Daun
Klasifikasi
1) Cangar
Lalat Buah
Kingdom
: Animalia
Phyllum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Diptera
Famili
: Drosophilidae
Genus
: Drosophila
Spesies
: Drosophila melanogaster
Jangkrik
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Orthoptera
Famili
: Grylludae
Genus
: Gryllus
Spesies
: Gryllus assimilis
Laba Laba
Nama Ilmiah : Araneus diadematus
Kingdom : Animalia
Ordo : Araneae
Divisi : Arthropoda
Spesies : Hesperus
Genus : Latrodectus
Class : Arachnida
Ulat kubis
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthrophoda
Kelas
: Insekta
Ordo
: Lepidopthera
Famili
: Pluetelidae
Genus
: Plutela
Spesies
: Plutela xylostella
Kepik hijau
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Hemiptera
family
: Pentatomidae
Genus
: Nezara
Spesies
: Nezara viridula
Kutu daun
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Homoptera
Suku
: Aphihidae
Genus
: Aphid
Spesies
: Aphid sp
Belalang
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Orthoptera
family
: Acridididae
Genus
: Oxya
Spesies
: Oxya chinensis
Cacing Tanah
Kingdom
:Animalia
Phylum
:Annelida
Class
:Clitellata
Order
:Haplotaxida
Family
:Lumbricidae
Genus
:Lumbricus
Species
Kaki seribu
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthopoda
Klas
: Myriopoda
Ordo
: Dilopoda
Family
: Lulusdae
Genus
: Lulus
Spesies
: Julus sp.
2) Jatikerto
Belalang
Kingdom
Filum
Kelas
Ordo
Subordo
Famili
Genus
Spesies
: Animalia
: Artropoda
: Insecta
: Orthoptera
: Caelifera
: Acrididae
: Dissosteira
: Dissosteira Carolina
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Arachnida
Ordo
: Araneae
Family
Genus
: Araneus
Spesies
: Araneus diadematus
Kumbang
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Coleoptera
Family
: Scarabaeidae
Genus
: Oryctes
Species
: Oryctes rhinoceros L.
Kutu daun
Kingdom
Phylum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Animalia
: Arthropoda
: Insekta
: Hemiptera
: Aphididae
: Aphis
: Aphid sp
Semut
Kingdom
: Animalia
Pillum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Hymenoptera
Subordo
: Apokrita
Superfamil
: Vespoidea
Famili
: Formicidae
Genus
: Formica
Spesies
: Formica yessensis
Ulat putih
Kingdom
Filum
Classis
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Lepidoptera
: Lasiocampidae
: Macrothylacia
: Macrothylacia rubi
Bioekologi Serangga
Cangar
1) Lalat Buah
Dalam siklus hidupnya lalat buah mempunyai 4 stadium hidup
yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat buah betina memasukkan
telur kedalam kulit buah atau di dalam luka atau cacat buah secara
berkelompok. Lalat buah betina bertelur sekitar 15 butir. . Larva lalat
buah hidup dan berkembang di dalam daging buah selama 6-9 hari.
Larva mengorek daging buah sambil mengeluarkan enzim perusak. .
Enzim tersebut diketahui yang mempercepat pembusukan, selain
bakteri pembusuk yang mempercepat aktivitas pembusukan buah.
buah akan jatuh ke tanah, larva masuk dalam tanah dan menjadi pupa.
Lalat betina ujung perutnya lebih runcing dibandingkan lalat jantan.
Siklus hidup dari telur menjadi dewasa berlangsung selama 16 hari.
Fase kritis tanaman yaitu pada saat tanaman mulai berbuah terutama
pada saat buah menjelang masak.
2) Jangkrik
Jangkrik menjalani metamorfosis tidak sempurna. Perjalanan
hidupnya sejak menetas berupa anak jangkrik (nimfa) sampai tumbuh
dewasa mengalami pergantian kulit sebanyak 7-8 kali. Siklus hidup
jangkrik jangkrik didaerah tropis sangat berbeda jika dibandingkan
dengan
daerah
yang
mengalami
empat
pergantian
jumlahnya
cukup
banyak
sebgai
pengganti
generasi
fertilisasi
(pembuahan),
labah-labah
betina
mengalami
sangat
sedikit
metamorfosis
selama
instar I-IV selama 3-7; 2-7; 2-6; dan 2-10 hari. Larva atau ulat
mempunyai pertumbuhan maksimum dengan ukuran panjang tubuh
mencapai 10-12 mm. Prepupa berlangsung selama lebih kurang 24
jam, setelah itu memasuki stadium pupa. Panjang pupa bervariasi
sekitar 4,5-7,0 mm dan lama umur pupa 5-15 hari.Kemudian ulat
menetad . Aktif pada malam hari (nocturnal), dapat berpindah-pindah
dari satu tanaman ke tanaman lain atau daerah ke daerah lain dengan
bantuan hembusan angin. Siklus hidup berlangsung sekitar 2-3 minggu
mulai dari telur hingga menjadi dewasa.
5) Kepik
Telur kecil bulat atau oval ukuran 0,6 x 0,3 mm, berwarna
kuning, diletakkan secara tunggal atau berkelompok di bawah daun
kubis. ngengat (dewasa) betina dihadapkan pada tanaman muda maka
mereka bertelur pada bagian batang. Stadium telur antara 3-6
hari.Yang kemudian nerubah menjadi Larva pertama setelah keluar
dari telur segera menggerek masuk ke dalam daging daun. Instar
berikutnya baru keluar dari daun dan tumbuh sampai instar keempat.
Pada kondisi lapangan, perkembangan larva dari instar I-IV selama 37; 2-7; 2-6; dan 2-10 hari. Larva atau ulat mempunyai pertumbuhan
maksimum dengan ukuran panjang tubuh mencapai 10-12 mm Ketika
larva (ulat) muda menetas dari telur, maka larva akan mulai untuk
menyerang tanaman dengan cara mengorok daun kubis selama 2-3
hari. Selanjutnya memakan jaringan bagian permukaan bawah daun
atau permukaan atas daun dan meninggalkan lapisan tipis/transparan
sehingga daun seperti berjendela dan akhirnya sobek serta membentuk
lubang-lubang kecil. Apabila tingkat populasi larva tinggi, maka
seluruh
daun
akan
6) Kutu Daun
kutu daun yang berwarna kuning kehijauan atau kemerahan.
Baik kutu muda (nimfa atau aptera) maupun dewasa (Imago)
mempunyai
antena yang
sinar
matahari,
warna
khas
mereka
akan
segera
Cacing
sempurna
(usia
10-55
minggu,
tergantung
spesies).
Jatikerto
1) Belalang
Siklus hidupnya yaitu dimulai dari Telur larva pupa
imago. Baerperan
minggu hidup dalam kokon dan bertukar rupa menjadi bentuk dewasa
selama 3 minggu dan masih tinggaldalam kokon. Pada fase imago
Kumbang panjangnya bisa mencapai 3 cm. Kumbang tinggal dalam
terowongan 1 minggu. Bila cukup makanan, jarak terbangnya dekat.
Bila kurang makanan, jarak terbangnya bisa mencapai 10 km
Ukuran kumbang dewasa 3-4 cm. Kumbang dewasa betina dapat
hidup sampai 274 hari, sedangkan kumbang dewasa jantan dapat hidup
sampai 192 hari
4) Kutu Daun
Secara umum kutu berukuran antara 1-6 mm, tubuh lunak,
berbentuk seperti buah per, pergerakan rendah dan biasanya hidup
secara berkoloni (bererombol). Perkembangan optimal terjadi pada
saat tanaman bertunas. Satu generasi berlangsung selama 6-8 hari pada
suhu 250C dan 3 minggu pada suhu 150C.Secara visual, bentuk dan
ukuran spesies-spesies kutu daun ini serupa.
5) Semut
Siklus hidupnya dimulain dari telur larva pupa
dewasa. Berperan sebagai hama tanaman. Ditemukan hampir disemua
tempat ; di bangkai, pertanaman, rongga/celah-celah di dalam
bangunan atau tanah. Semut merupakan serangga sosial dengan kasta
berbeda; ratu, jantan yang biasanya bersayap dan jantan pekerja tanpa
sayap. Sebagian besar akan menggigit bila diganggu dan beberapa
akan menyengat.
6) Ulat Putih
Telur diletakkan satu-satu atau dalam kelompok. Bentuk telur
seperti kerucut terpancung dengan garis tengah pada bagian dasarnya
0,5 mm. Seekor betina dapat meletakkan 1.430 - 2.775 butir telur.
Warna telur mula-mula putih lalu berubah menjadi kuning, kemudian
merah disertai titik coklat kehitam-hitaman pada puncaknya stadium
telur berlangsung 4 hari. Larva yang baru keluar dari telur berwarna
Dalam hal ini kami tidak melakukan pengamatan pada tanaman tumpang sari
tetapi menurut Prof. Dr. Hasan Basri Jumin, M.Sc Sitem tumpang sari dapat dapat di
atur berdasarkan : Sifat-sifat perakaran dan Waktu penanaman.
Pengaturan sifat-sifat perakaran sangat perlu untuk menghidarkan persaingan
unsur hara, air yang berasal dari dalam tanah. Sistem perakaran yang dalam dapat di
tumpang sarikan dengan tanaman yang berakar dangkal. Tanaman monocotyl yang
bisanya memiliki perakaran yang dangkal karena berasal dari akar seminal dan akar
buku.sedangkan tanaman dikotil pada umumnya memiliki perakaran yang dalam
karena memiliki akar tunggang. Dalam pengaturan penanaman sistem pertania
tumpang sari dilihat dari sifat-sifat perakarannya dapat di pandang dari perakarannya.
Contoh pada tanaman jagung di tumpang sarikan dengan jeruk manis, karena jagung
termasuk jenis tanaman yang memiliki perakaran dangkal sedangkan jeruk manis
termasuk tanaman jenis perakaran dalam maka keduanya tidak akan mengalami
gangguan dalam penyerapan unsur-unsur hara yang terdapat didalam tanah.
Perlu diingat bahwa sistem pertanian tumpang sari selalu terdapat persaingan
di atas (oksigen, CO2, suhu, kelembaban dan cahaya matahari) dan persaingan di
bawah (unsur hara dan air). Sehingga perlu di atur sedemikian rupa agar tidak terlalu
menggangu perkembangan tanaman yang di kukan tumpang sari.
Tumpang sari juga dapat di lakukan antara tanaman semusim dengan tanaman
semusim lainya, misalnya antara kacang-kacangan dengan jagung. Jagung
No.
Nama Tanaman
Jumalah Daun
Tinggi Tanaman
Polybag 1
11
40
Polybag 2
12
39
Polybag 3
16
30
Polybag 4
10
29
Polybag 5
37
Polybag 6
38
Polybag 7
10
52
Polybag 8
30
Polybag 9
10
30
10
Polybag 10
30
8.9
35.5
Rata - Rata
No.
Nama Tanaman
Jumalah Daun
Tinggi Tanaman
Polybag 1
72
Polybag 3
63
Polybag 4
54
Polybag 6
81
Polybag 7
54
5.4
64.8
Rata -rata
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Vegetasi & Faktor Abiotik
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan yang telah dilakuakan,
wilayah Cangar yang merupakan dataran tinggi dan wilayah Jatikerto yang
merupakan dataran rendah mempunyai perbedaan pada komposisi vegetasi. Hal
tersebut dapat dilihat pada data yang menunjukkan bahwa pada wilayah Jatikerto
tingkat atau jenis vegetasinya lebih banyak dibandingka pada wilayah Cangar yaitu 7
jenis pada wilayah Jatikerto dan 4 jenis pada wilayah Cangar.
IV=83 dan SDR=27,6. Pada spesies gulma B diperoleh KM=13,4 KN=30% FM=0,8
FN=21% LBA=233,03 DM=9,32 DN=9,2% IV=60,2 dan SDR=20,06.
Sementara dari perhitungan vegetasi di daerah Jatikerto, pada spesies Tebu diperoleh
KM=2 KN=5 FM=1 FN=41,67% LBA= 309,83 DM=19,364 DN=95,61 IV=142,98 dan
SDR=47,66. Pada spesies Kacang Tanah diperoleh KM= 0,2 KN=0,57% FM=0,2
FN=8,33% LBA=0,6878 DM=0,042 DN=0,207 IV=9,107 dan SDR=3,035. Pada
spesies tubuhan singkong KM=0,4 KN=1,15% FM=0,2 FN=8,33% LBA= 3,14
DM=0,196 DN=0,967 IV=10,447 dan SDR=3,482. Spesies terakhir yaitu rumput-
Keragaman arthropoda di daerah Cangar dan Jatikerto pada intinya sama. Dengan
adanya hewan tersebut yaitu ada predator dan yang dimangsa membuktikan
bahwasanya di kedua daerah tersebut masih memiliki ekosistem yang baik.
Pengaruh suhu dan iklim menjadi penting karena akan berpengaruh terhadap
proses kehidupan, penyebaran dan kelimpahan organisme yang ada. Selain itu pada
tiap keadaan lingkungan dengan suhu dan iklim yang berbeda maka berbeda pula
sumber makanan yang ada dan cara adaptasi yang ada, dalam hal ini ialah keragaman
arthropodanya. Interaksi antara suhu, kelembapan, angin, altitudinal, latitudinal, dan
topografi menghasilkan daerah iklim yang luas yang dinamakan bioma. Setiap bioma
memiliki hewan dan tumbuhan tertentu yang khas. Beberapa bioma di bumi antara
lain tundra, taiga, hutan gugur, hutan hujan tropik, padang rumput, dan gurun.
4.2.4 Pengaruh Lingkungan pada pertumbuhan Lingkungan
Faktor lingkungan pada pertumbuhan lingkungan yang terjadi pada percobaan
tanamann jagung antara kelas O(AC) dengan kelas P adalah sebagai berikut.
Pertama kita akan membahas tentang perlakuan yang dilakaukan pada kedua
tanaman jagung yang digunkan sebagai tanaman percobaan, pada tanaman jagung
kelas O diberi perlakuan tidak dinaungi dan pada tanaman jagung kelas P mendapat
perlakuan dinaungi dan menghasilkan jumlah tanaman jagung yang tumbuh berbeda.
Karena pada tanaman jagung kelas P yang mendapat perlakuan dinaungi mendapat
intensitas cahaya yang masuk lebih optimal dibandingkan dengan intensitas jagung
kelas O yang mendapat perlakuan tidak dinaungi, selain itu suhu tempat untuk
tanaman yang dinaungi suhunya lebih baik daripada jagung yang tidak dinaungi, dan
juga intensitas penyiraman pada tumbuhan jagung kelas O hanya memiliki intensitas
penyiraman setiap satu kali dalam satu minggu.
Yang kedua dalam hasil percobaan yang terakhir yang didapat jumlah tanaman
yang tumbuh pada tanaman jagung kelas P didapatkan bahwa kesepuluh polybag
yang menjadi tanaman percobaan kesepuluhnya tumbuh dengan baik sedangkan pada
tanaman jagung kelas O dari sepuluh polybag hanya 5 polybag yang tumbuh.
Data perbandingan hasil yang didapat pada pengamatan terakhir yang didapat,
pada tanaman jagung kelas diketahui tanaman yang tumbuh yakni polybag 1 yang
memiliki T(tinggi) = 72, dan D(jumlah daun) = 6, polybag 3 T = 63 dan D = 7,
polybag 4 T = 54 dan D = 5, polybag 6 T= 81 dan D = 6, dan yang terakhir adalah
pada polybag 7 tinngi daun T = 54 dan jumlah daun D = 3. Sedangkan pada tanaman
jagung yang tumbuh di polybag percobaan kelas P adalah sebagai berikut, polybag 1
yang memiliki T(tinggi) = 40, dan D(jumlah daun) = 11, polybag 2 T = 39 dan D =
12, polybag 3 T = 30 dan D = 16, polybag 4 T= 29 dan D = 10, polybag 5 yang
memiliki T(tinggi) = 37, dan D(jumlah daun) = 9, polybag 6 T = 38 dan D = 6,
polybag 7 T = 52 dan D = 10, polybag 8 T= 30 dan D = 8, polybag 9 T= 30 dan D =
7, dan yang terakhir adalah pada polybag 10 tinngi daun T = 30 dan jumlah daun D =
7.
Dari data yang didapat dapat diketahui perbedaan antara jagung percobaan kelas
O memiliki rata-rata tinggi dan jumlah daun lebih tinggi dan banyak dibandingkan
dengan rata-rata jumlah daun pada jagung dan tinggi pada jagung kelas P. Tetapi
apabila dibandingkan dengan jumlah tanaman yang tumbuh pada polybag tanaman
jagung kelas P tumbuh lebih banyak dari kelas O yang dikarenakan jumlah intesitas
cahaya yang didapat oleh tanaman jagung dan intensitas penyiraman yang dilakukan
juga berbeda dalam kata lain memiliki perlakuan yang berbeda walaupun memiliki
perlakuan sama pada tempat yakni dinaungi tetapi memiliki perlakuan berbeda pada
penyiraman dan jenis tanah yang digunakan. Selain perlakuan secara penyiraman
tanaman dan intensitas cahaya juga perlakuan tempat yakni yang dinaungi dan tidak
dinaungi.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di tempat yang berbeda,
jumlah vegetasi yang terdapat di daerah Cangar sama dengan yang terdapat di daerah
Jatikerto yaitu sebanyak 4 vegetasi. Spesies yang berada di daerah Cangar antara lain
kubis ungu, brokoli, gulma Ageratum conyzoides L dan gulma Croton hirtus L.
Heril, sedangkan spesies yang berada di Jatikerto antara lain tebu, singkong, kacang
tanah dan rumput berbulu.
Untuk jumlah SDR tanaman terbanyak yang terdapat di Cangar yaitu gulma A
sebesar 27,6%, disusul dengan jumlah SDR tanaman gulma B sebesar 20,06%,
kemudian jumlah SDR tanaman brokoli sebesar 24,3% dan yang terakhir jumlah SDR
tamanan kubis ungu sebesar 17,33%. Sedangkan untuk jumlah SDR tanaman
terbanyak yang terdapat di Jatikerto yaitu tebu sebesar 47.66%, disusul dengan
jumlah SDR tanaman rumput-rumputan sebesar 45,76%, kemudian jumlah SDR
tanaman singkong sebesar 3,48% dan yang terakhir jumlah SDR tamanan kacang
tanah sebesar 3,03%.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh faktor abiotik maupun faktor biotik.
Beberapa faktor abiotik seperti tebal seresah dan keadaan suhu dapat mempengaruhi
spesies yang hidup pada suatu daerah. Sedangkan faktor biotik seperti keragaman
arthropoda pada agroekosistem juga dapat mempengaruhi spesies yang hidup.
Keragaman arthropoda yang ditemukan di daerah Cangar dan Jatikerto
memiliki keragaman yang relatif sama. Keragaman arthropoda yang ditemukan di
Cangar antara lain lalat buah, jangkrik, laba-laba, ulat kubis, kepik hijau, kutu daun,
belalang, cacing tanah, dan kaki seribu. Sedangkan arhtropoda yang ditemukan di
daerah Jatikerto antara lain belalang, laba-laba, kumbang, kutu daun, semut, dan ulat