Crs GTSL

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN

Gigi tiruan lepasan adalah sebuah protesa yang menggantikan satu atau
lebih, tetapi tidak semua gigi alami dan mendukung struktur. Hal ini didukung
oleh gigi dan / atau mukosa. Dimana protesha tersebut dapat di lepas dan diganti
di dalam mulut pasien.1 Gigi Tiruan Sebagian Lepasan adalah gigi tiruan yang
mengganti satu atau lebih gigi yang hilang dengan didukung oleh gigi dan atau
jaringan dibawahnya, serta dapat dilepas dan dipasang kembali ke dalam mulut
oleh pasien.2 Gigi karies yang tidak dirawat, restorasi yang kurang estetik serta
hilangnya gigi anterior biasanya mengawali ketidakpuasan terhadap penampilan
gigi. Sehingga perawatan untuk gigi - gigi tersebut agar terlihat lebih estetik
dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan status psikologis.3
Menurut Shugar, dkk. (2000) gigi yang hilang dan tidak diganti akan
menyebabkan ketidakseimbangan pada sistem stomatognasi. Dimulai dari
ekstrusi dari gigi antagonis, adanya perpindahan gigi sebelahnya dan
mengganggu struktur pendukung gigi di sekitarnya. Ekstrusi gigi antagonis dari
gigi yang hilang dapat mengganggu oklusi sehingga akan menyulitkan
gigi penggantinya. Perpindahan gigi sekitar dari gigi yang hilang dapat
mengawali masalah periodontal dan dapat mempertinggi pertumbuhan karies.
Hasil penelitian Tin-Oo dkk. (2011) menyatakan sebanyak 16,2 persen dari
235 pasien lebih memilih untuk mengganti gigi yang hilang untuk meningkatkan
penampilan.3

Keberhasilan perawatan

prostodonsia melibatkan

banyak

faktor

seperti fungsi fungsional, estetik, determinasi biologi dan faktor psikologi


pasien. Persiapan pasien dan mental pasien terhadap pemasangan gigi tiruan
termasuk ke dalam faktor psikologi pasien. Mental pasien harus dipelajari
terlebih dahulu sebelum melihat dan menganalisis mulut pasien. Hal ini
menunjukkan bahwa sikap dan pemikiran pasien sangat berpengaruh dalam
keberhasilan perawatan gigi.5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.

DEFENISI
Menurut Applegate (1959), gigi tiruan sebagian lepasan adalah salah

satu alat yang dapat dilepas yang berfungsi untuk mengembalikan beberapa gigi
asli yang hilang dengan dukungan utama jaringan lunak di bawah plat
dasar

dan dukungan tambahan adalah gigi asli yang masih tertinggal dan

terpilih sebagai pilar. Pengertian gigi tiruan sebagian (GTS) menurut Osborne

(1959), adalah gigi tiruan yang mengganti gigi asli yang hilang sebagian dapat
dilepas oleh pasien. Menurut Mc. Craken (1973), GTS adalah suatu restorasi
prostetik yang mengganti gigi asli yang hilang dan bagian lain rahang yang
tidak bergigi sebagian, mendapat dukungan terutama dari jaringan dibawahnya
dan sebagian dari gigi asli yang masih tinggalakan menjadi gigi pegangan.6
Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
gigi tiruan penuh dan gigi tiruan sebagian. Gigi tiruan penuh dibuat pada pasien
yang sudah kehilangan seluruh gigi geliginya, sedangkan gigi tiruan
lepasan dibuat bila masih ada sebagian gigi yang tersisa. Gigi tiruan sebagian
dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan lepasan (yang dapat dilepas pasang
sendiri oleh pasien) dan gigi tiruan cekat (yang disemenkan ke gigi pasien
secara permanen). (Haryanto, 1991).6
Bagian jaringan mulut yang menahan komponen vertical dari gaya
kunyah merupakan bagian yang memberikan dukungan (support) bagi gigi
geligi tiruan sebagian dan dapat meliputi beberapa atau semua gigi yang masih
ada, serta sisa tulang alveolar (linger sisa). Sisa tulang alveolar, disebut pula
residual ridge atau edentulous ridge adalah bagian tulang alveolar yang
masih ada setelah tulang alveoli tertutup atau menghilang dari prosesus
alveolaris beberapa waktu setelah pencabutan gigi. (Haryanto, 1991).6

II.

Indikasi dan kontra indikasi pemakaia GTSL6


2.1 Indikasi pemakaian GTSL
1. Bila tidak memenuhi syarat untuk suatu gigi tiruan cekat:
a. Usia

Usia pasien masih muda, ruang pulpa masih besar, panjang


mahkota klinis masih kurang. Pasien usia lanjut dengan
kesehatan

umum

yang

buruk,

karena

perawatannya

memerlukan waktu yang lama.


b. Panjang daerah edentulous tida memenuhi syarat Hukum
Ante
c. Kehilangan tuang yang banyak pada daerah edentulous.
2. Tidak ada abutment gigi posterior pada ruang edentulous(free
end saddle).
3. Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat.
4. Bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan.
5. Bila membutuhkan estetik yang lebih baik.
6. Bila dibutuhkan gigi segera setelah dicabut.
7. Keinginan pasien

2.2 Kontraindikasi GTSL


1. Penderita yang tidak kooperatif, sifat tidak menghargai
perawatan gigi tiruan.
2. Umur lanjut, mempertimbangkan sifat dan kondisi penderita
sebaiknya dibuatkan GT temporer.
3. Penyakit sistemik (epilepsy, DM tidak terkontrol)
4. OH jelek.
2.3 Dampak yang terjadi apabila gigi yang hilang tidak diganti
a. Migrasi dan rotasi gigi

Hilangnya

kesinambungan

pada

lengkung

gigi

dapat

menyebabkan pergeseran, miring atau berputarnya gigi. karena


gigi ini tidak lagi menempati posisi yang normal untuk menerima
beban

yang

terjadi pada saat

pengunyahan,

maka akan

mengakibatkan kerusakan struktur periodontal. Gigi yang miring


lebih sulit dibersihkan, sehingga aktivitas karies dapat meningkat.
b.

Erupsi berlebih
Bila gigi sudah tidak mempunyai antagonis lagi, maka akan terjadi
erupsi berebih
tanpa atau

(overeruption).

Erupsi berlebih dapa terjadi

disertai pertumbuhan tulang alveolar. Bila hal ini

terjadi tanpa pertumbuhan tulang alveolar,

maka struktur

periodontal akan mengalami kemunduran sehingga gigi mulai


ekstrusi. Bila terjadinya hal ini disertai pertumbuhan tulang
alveolar berlebih, maka akna menimbulkan kesulitan jika pada
suatu hari penderita perlu dibuatkan gigi tiruan lengkap.
c. Penurunan efisiensi kunyah
Mereka yang sudah kehilangan cukup banyak gigi, apalagi yang
belakang akan merasakan betapa efisiensi kunyahnya menurun.
Pada kelompok orang yang ditnya cukup lunak, hal ini mungkin
tidak terlalu berpengaruh maklum pada masa kini banyak jenis
makanan yag dapat dicerna hanya dengan sedikit proses kunyah
saja.
d.

Gangguan pada sendi temporo-mandibula

Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih (over


closure) hubungan rahang yang eksentrik akibat keilangan
gigi, dapat menyebabkan gangguan pada struktur sendi rahang.
e.

Beban berlebih pada jaringan pendukung


Bila penderita sudah kehilangn sebagian gigi aslinya, maka gigi
yang masi ada akan menerima tekanan mastikasi lebih besar
sehingga terjadi pembebanan berlebih (over loading). Hal ini akan
mengakibatkan kerusakan membrane periodontal dan lama
kelamaan gigi tadi menjadi goyang dan akhirnya terpaksa dicabut.

f.

Kelainan bicara
Kehilangan gigi depan atas dan bawah seringkali menyebabkan
kelainan bicara, kaena gigi khususnya yang depan- termasuk
bagian organ fonetik.

g.

Memburuknya penampilan
Menjadi buruknya penampilan (loss of appearance) karena
kehilangan gigi depan akan

mengurangi daya tarik

wajah

seseorang. Apalagi dari segi pandang manusia modern.


h.

Terganggunya kebersihan mulut


Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak
dengan tatangganya, demikian pula gigi yang kehilangan lawan
gigitnya. Adanya ruang

interproksimal

tidak

wajar

ini

mengakibatkan celah antar gigi mudah disisipi sisa makanan.


Dengan sendirinya kebersihan mulut jadi terganggu dan mudah

terjadi plak. Plak tahap berikut terjadinya karies gigi dapat


meningkat.
i.

Atrisi
Pada kasus tertentu dimana membrane periodontal gigi asli masih
menerima beban berlebihan, tidak akan mengalami kerusakan,
malahan tetap sehat. Toleransi terhadap beban ini biasa berwujud
atrisi pada gigi- gigi tadi, sehingga dalam jangka waktu panjang
akan terjadi pengurangan dimensi vertical wajah pada saat gigi
dalam keadaan oklusi sentrik.

j.

Efek terhadap jaringan lunak mulut


Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan
ditempati jaringan lunak pipi dan lidah. Jika berlangsung lama, hal
ini menyebabkan kesukaran adaptasi terhadap geligi tiruan yang
kemudian dibuat, karena terdesaknya kembali jaringan lunak tadi
dari tempat yang ditempati protesis. Dalam hal seperti ini,
pemakaian geligi tiruan akan dirasakan sebagai suatu benda asing
yang cukup mengganggu.

2.4 Klasifikasi GTSL


Maksud utama pembuatan klasifikasi untuk rahang yang
sebagian giginya sudah hilang adalah agar dokter gigi dapat
berkomunikasi sejelas mungkin tentang keadaan rongga mulut
yang akan dibuatkan gigi tiruan Dasar klasifikasi:

2.4.1 Berdasarkan sadel/daerah yang tidak bergigi, klasifikasi menurut:


a. Kennedy
b. Swenson
c. Austin Lidge
d. Applegate Kennedy
2.4.1.1 Klasifikasi Kennedy
Syarat:
1.

Klasifikasi hendaknya

dibuat

setelah

semua

pencabutan gigi selesai dilaksanakan atau gigi yang


diindikasikan untuk dicabut selesai dicabut.
2. Bila gigi M3 hilang dan tidak akan diganti, gigi ini
tidak termasuk dalam klasifikasi.
3. Bila gigi M3 masih ada dan akan digunakan sebagai
pengganti, gigi ini dimasukkan klasifikasi
4. M2 hilang tidak akan diganti jika antagonisnya sudah
hilang.
5.

Bagian tidak bergigi paling posterior menentukan


Klas utama dalam klasifikasi.

6.

Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah


ditetapkan dalam klasifikasi masuk dalam modifikasi
dan disebut

sesuai dengan jumlah daerah atau

ruangannya.
7. Banyaknya modifikasi ditentukan oleh banyaknya
ruangan yang tidak bergigi.

8.

Tidak ada modifikasi pada klasifikasi Kennedy Klas IV.

Klasifikasi Kennedy ada 4 Klas:


1.

Kelas I
Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang
masih ada dan berada pada kedua sisi rahang / Bilateral Free End

2.

Kelas II
Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian posterior gigi yg ada,
pd 1 sisi rahang/unilateral free end.

3.

Kelas III
Daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi yang masih ada
dibagian posterior.

4.

Kelas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian anterior dan melewati
garis tengah rahang/median line. Untuk kelas ini tidak ada
modifikasi.

10

2.4.1.2

Klasifikasi Applegate Kennedy


1. Kelas I
a. Daerah yang tidak bergigi sama dengan klasifikasi
kennedy.
b.

Keadaan ini sering dijumpai pada rahang bawah


dan biasanya telah beberapa tahun kehilangan gigi.

c. Secara klinis dijumpai:

Derajat resorbsi residual ridge bervariasi.

Tenggang

waktu

mempengaruhi

/pasien

stabilitas

tidak

gigi

bergigi

tiruan

yang

akan
akan

dipasang.

Jarak

antar

lengkung

rahang

bagian

posterior

biasanya sudah mengecil.

Gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi ke dalam


berbagai posisi.

Gigi

antagonis

sudah

ekstrusi

dalam

berbagai

derajat

Jumlah gigi yang masih tertinggal bagian anterior


umumnya sekitar 6 10 gigi.

Ada

kemungkinan

dijumpai

kelainan

sendi

temporomandibula.
d. Indikasi pelayanan prostodonsia: Gigi tiruan sebagian
lepasan dengan desain bilateral dan perluasan basis distal

11

2. Kelas II
Daerah tidak bergigi sama dengan kelas II. Secara
klinis dijumpai keadaan:
a. Resorbsi tulang alveolar terlibat lebih banyak
b. Gigi antagonis relatif lebih ekstrusi dan tidak teratur.
c.

Ekstrusi menyebabkan rumitnya pembuatan restorasi


pada gigi antagonis.

d. Pada kasus ekstrim karena tertundanya pembuatan gigi


tiruan untuk jangka waktu tertntu karena perlu pencabutan
satu atau lebih gigi antagonis.
e. Karena pengunyahan satu sisi, sering dijumpai kelainan
sendi temporomandibula.
Indikasi pelayanan prostodonsia: Gigi tiruan sebagian
lepasan disain bilateral perluasan basis distal.
3. Kelas III
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga, tidak
lagi mampu memberi dukungan kepada gigi tiruan secara
keseluruhan. Secara klinis dijumpai keadaan:
a. Daerah tidak bergigi sudah panjang.
b. Bentuk dan panjang akar gigi kurang memadai
c. Tulang pendukung mengalami resorbsi cervikal dan atau
disertai goyangnya gigi secara berlebihan.
d. Beban oklusal berlebihan

12

e. Indikasi pelayanan prostodonsi; Gigi tiruan sebagian


lepasan dukungan gigi dengan desain bilateral.
4. Kelas IV
a. Daerah tidak bergigi sama dengan klas IV Kennedy.
b. Pada umumnya untuk klas ini dapat dibuat gigi tiruan
sebagian lepasan bila:

Tulang alveolar sudah banyak hilang, seperti pada kasus


akibat trauma

Gigi harus disusun dengan "overjet" besar, sehingga


dibutuhkan banyak gigi pendukung.

Dibutuhkan

distribusi

merata

melalui

lebih banyak

gigi penahan, pada pasien dengan daya kunyah besar.

Diperlukan dukungan danretensi tambahan dari gigi


penahan

Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan sayap


untuk

memenuhi

faktor

estetik

Indikasi

pelayanan

Prosthodontic Klas IV:


a) Geligi tiruan cekat, bila gigi gigi tetangga
masih kuat
b) Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain
bilateral dan dukungan gigi atau jaringan atau
kombinasi.
c) Pada kasus meragukan sebaiknya dibuat

13

5. Kelas V
a.

Daerah tak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior


tidak dapat dipakai sebagai gigi penahan atau tak
mampu menahan daya kunyah

b.

Kasus seperti ini banyak dijumpai pada rahang atas


karena gigi caninus yang dicabut karena malposisi atau
terjadinya kecelakaan

c. Gigi

bagian

anterior

kurang

disukai

sebagai

gigi

penahan, biasanya karena salah satu alasan berikut ini:

Daerah tak bergigi sangat panjang

Daya kunyah pasien berlebihan

Bentuk atau panjang akar gigi penahan kurang


memadai

Tulang pendukung lemah, penguatan dengan splin


tidak diharapkan, dan sekalipun dilakukan tetap tidak
memberikan dukungan yang memadai, tetapi tetap
dirasakan perlunya mempertahankan geligi yang masih
tinggal ini

d. Indikasi pelayanan Prosthodontik kelas V:


Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan
prinsip basis berujung bebas tetapi di bagian anterior.
6. Kelas VI

14

a.

Daerah tak bergigi paradental dengan ke dua gigi


tetangga

gigi

asli

dapat

dipakai

sebagai

gigi

penahan. Kasus seperti ini sering kali merupakan daerah tak


bergigi yang terjadi pertama kalinya dalam mulut
b. Biasanya dijumpai keadaan klinis:
1. Daerah tak bergigi yang pendek
2. Bentuk atau panjang akar gigitetangga memadai
sebagai pendukung penuh
3. Sisa processus alveolaris memadai
4. Daya kunyah pasien tidak besar
c. Indikasi pelayanan prosthodontik kelas VI
1. Geligi tiruan cekat
2. Geligi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dan
desain unilateral (protesa sadel)
d. Pemilihan geligi tiruan lepasan dalam hal ini didasarkan
pada:

Usia pasien masih muda

Mencegah ekstrusi gigi antagonis

Pulpa gigi masih lebar

Kesehatan pasien tak memungkinkan dilakukannya


preparasi segera

Kendala waktu untuk pembuatan gigi tiruan cekat

Pasien menolak pembuatan geligi tiruan cekat

Keadaan

sosial

ekonomi

pasien

tak menunjang

15

e.

Selain ke enam kelas tersebut di atas, klasifikasi


Aplegate Kennedy mengenai juga modifikasi untuk daerah
tak bergigi tambahan.

f. Bila tambahan ini terletak di anterior, maka disebut


kelas.... modifikasi A
g. Pada penambahan yang terletak di posterior, sebutan
menjadi kelas ... modifikasi P.
h.

Untuk penambahan ruangan yang

lebih dari satu,

dimuka huruf petunjuk modifikasi. Diberi tambahan angka


arab sesuai jumlahnya.

16

Contoh : Kelas II Modifikasi 2A (atau 1P atau 2A dan 3P dan


seterusnya).

17

2.4.1.3 Klasifikasi Swenson


Pada dasarnya sama dengan klasifikasi Kennedy

Kelas I : Unilateral free end

Kelas II : Ujung bebas bilateral/ Bilateral free end

Kelas III : Bounded sadle

Kelas IV : Anterior tooth supported

2.4.1.4 Klasifikasi Austin dan Lidge


Lebih

sederhana

karena

pengklasifikasiannya

berdasarkan wilayah daerah gigi yang hilang.


a. Daerah gigi yang hilang anterior A
b. Daerah gigi yang hilang posterior: P
Pada masing masing derah tersebut dibagi 2 lagi, dengan
batas median line.
2.4.2 Berdasarkan Retainer, klasifikasi menurut:
a. Miller
b. Cummer
2.4.2.1 Klasifikasi Berdasarkan Letak Klamer - Miller
a. Kelas I Miller:
Menggunakan

klamer,

dengan

letak

klamer

harus

berhadapan dan tegak lurus dengan median line


b. Kelas II Miller

Memakai

klamer,

diagonal

dimana

garis

fulkrum melewati median line.

18

Median line dengan lokasi fulkrum tegak


lurus.

c. Kelas III Miller


Menggunakan 3 klamer, letak klamer sedemikian rupa
sehingga bila ditarik akan berbentuk segitiga yang letaknya
kira kira ditengah protesa.
d. Kelas IV Miller
Memakai 4

klamer,

bila

dihubungkan

dengan

garis

membentuk segiempat dan terletak ditengah tengah protesa.


2.4.2.2 Klasifikasi Cummer
1. Kelas I
Protesa dengan 2 retensi (klamer) direct, letaknya
diagonal, berorientasi pada frame protesa
2. Kelas II
Protesa dengan 2 retensi direct, letak
berhadapan, bila dihubungkan membentuk garis tegak
lurus padamedian line.
3. Kelas III
Protesa dengan 2 atau lebih retensi direct, letak
pada 1 sisi/bidang.
4. Kelas IV

19

Protesa dengan 3 4 klamer, bila dihubungkan


dengan gads membentuk segi empat dan berada di
tengah protesa.

2.4.3 Pembagian GTSL berdasarkan jaringan pendukungnya


2.4.3.1 Menurut Osborne
1. GTS Paradental (Tooth Borne Denture)
Suatu GTSL yang beban kunyahnya sebagian atau
seluruhnya diteruskan ke gigi penjangkaran dan
jaringan periodonsiumnya, serta diteruskan ke gigi
tetangganya melalui titik kontak pendukung utamanya:
gigi asli
Indikasi GTSL Paradental:
a. Gigi penjangkaran sehat, kuat, bentuk anatomis
cembung
b.

Gigi hilang sedikit -> sadel pendek, beban kunyah


kecil

c. Kesehatan umum baik


2. GTS Gingival (Tissue Borne Denture)
Suatu GTSL yang beban kunyahnya sebagian besar atau seluruhnya
diterima oleh mukosa dan tulang alveolar di bawah mukosa.
Pendukung utamanya: mukosa
Indikasi GTSL Kombinasi:

20

a. Gigi penjangkaran kurang kuat untuk satu sisi rahang,


sedangkan pada sisi lainnya cukup kuat
b. Gigi yang hilang pada satu sisi rahang agak banyak (freeend

saddle),

sedangkan

pada

posisi

lainnya

sedikit

(bounded saddle)
c. Kesehatan umum baik
3. GTS Kombinasi Paradental dan Gingival (Tooh and Tissue Borne
Denture)
Suatu GTSL yang beban kunyahnya diterima oleh gigi asli dan
mukosa.
Indikasi GTSL Gingival:
a. Gigi penjangkaran kurang kuat, misalnya: punya akar satu,
goyang derajat satu atau dua
b. Gigi yang hilang banyak (free-end saddle)
c.

Kesehatan umum baik atau kurang baik (ada penyakit


sistemik)

2.4.3.2 Menurut Baylin


1. Klasifikasi I (Tooth borne/tooth supported)
Gigi-tiruan yang disangga oleh gigi asli sebagai gigi penyangga
(abutment) pada kedua sisinya (sebelah anterior dan posteriornya).
2. Klasifikasi II (Mucosa born)
Gigi-tiruan yang disangga oleh jaringan lunak dan tulang alveolar di
bawahnya.
a. Klasifikasi II tipe 1

21

Gigi-tiruan sebagian yang berujung bebas (free end


saddle).
b. Klasifikasi II tipe 2
Tooth

born

tetapi

gigi

asli

yang

ada

tidak

dapat

digunakan untuk menyangga gigi-tiruan.


Misalnya:
Seorang penderita dengan kasus kehilangan gigi P1, P2 dan
M1, sedangkan gigi C dan M2 mengalami kegoyangan,
sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai penyangga gigi- tiruan
tersebut
3. Klasifikasi III
Kasus tooth born, tetapi gigi-tiruan yang akan dibuat hanya
bersifat sementara (temporary denture).
3.4 Komponen GTSL
Gigi tiruan sebagian lepasan terdiri dari komponen-komponen:
1. Basis
Disebut juga plat protesa adalah bagian dari gigi tiruan yang
menutupi mukosa mulut di daerah palatum labial, bukal, lingual.

Macam-macam basis geligi tiruan:


a. Basis dukungan gigi
Pada

basis

merupakan

dukungan

gigi,

yang

semata-mata

span yang dibatasi gigi asli pada kedua

sisinya, tekanan oklusal secara langsung disalurkan


kepada gigi penyangga melalui kedua sandaran oklusal.

22

Selain fungsi tadi, basis bersama-sama elemen gigi tiruan


berfungsi pula mencegah migrasi horisontal gigi tetangga,
serta migrasi vertikal gigi antagonis.
b. Basis dukungan jaringan
Dukungan jaringan ini penting, agar tekanan kunyah dapat
disalurkan ke permukaan yang lebih luas, sehingga tekanan
persatuan luas menjadi lebih kecil

Macam-macam bahan basis:


a. Metal
Indikasi pemakaian basis metal
Penderita yang hipersensitif terhadap resin
Penderita dengan gaya kunyah abnormal
Ruang intermaksiller kecil
Kasus basis dukungan gigi dengan desain unilateral
Permintaan penderita
b. Resin
Indikasi basis resin

Resin merupakan bahan terpilih untuk basis protesa

Sebagai basis resin menunjukkan kelebihan

Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya

Dapat dilapisi dan dicekatkan kembali dengan mudah

23

Relatif lebih ringan

Teknik pembuatan dan pemolesannya mudah

Harganya murah

Beda basis akrilik dengan logam:


Kriteria

Akrilik

Logam

Proses pembuatan

Mudah

Sukar

Kekuatan

Kurang

Kuat

Penghantar panas

Kurang

Baik

Menyerap air

Dapat

Tidak dapat

Perubahan warna

Dapat

Tidak dapat

Luas basis

Luas/lebar

Tidak luas

Biaya

Murah

Mahal

Fungsi basis:
a. Untuk meneruskan tekanan kunyah ke mukosa dan
tulang alveolar di bawahnya.
b.

Untuk memberi retensi dari protesa, karena adanya


gaya adhesif antara basis dengan mukosa yang dibatasi
dengan media air ludah

c. Tempat melekatnya cengkeram


d. Menggantikan jaringan yang hilang serta memberikan
dukungan kepada bibir dan pipi(estetik)
2. Sadel
Adalah bagian dari gigi tiruan yang menutupi mukosa di atas
prosesus alveolaris dan mendukung elemen gigi tiruan. Bila
sadel letaknya:
a. Antara gigi asli diseut bounded saddle

24

b. Posterior dari gigi asli disebut free end saddle


3. Elemen gigi tiruan
Adalah bagian dari gigi tiruan yang merupakan bentuk gigi
tiruan dari gigi asli yang hilang. Bahan dasar gigi tiruan dapat
bermacam-macam, yaitu:resin akrilik, porselen,logam.

Elemen gigi tiruan resin akrilik:


a. Mudah

aus,

terutama

pada

penderita

yang

mempunyai kekuatan kunyah yang kuat


b. Perlekatannya

dengan

basis

merupakan

persenyawaaan kimia, karena bahannya sama


c. Dapat berubah warna
d. Mudah tergores
e. Mudah dibentuk/diperkecil sesuai dengan ruangan
f. Lebih ringan dibanding gigi tiruan yang dari
porselen dan logam
g. Dapat diasah dan dipoles
h.

Karena sifat mudah aus, baik sekali dipakai untuk


prosesus alvolaris yang datar

Elemen gigi tiruan porselen:


a. Tidak mudah aus/tergores
b. Perlekatannya dengan basis secara mekanis, sehingga
elemen gigi tiruan harus mempunyai retensi untuk
pelekatnya terhadap basis bentuk retensi gigi tiruan
porselen: undercur, pin, alur

25

c. Tidak berubah warna


d. Tidak dapat diasah
e. Lebih berat daripada akrilik
f. Tidak

baik

dipakai

untuk

prosesus

alveoalris

yang datar(resorbsi).

Elemen gigi tiruan logam:


a.

Biasanya dibuat

sendiri sesuai dengan ruang

protesa yang ada, terutama untuk gigi posterior yang


ruang protesanya sempit.
b. Estetis kurang baik
c. Tahan terhadap daya kunyah yang besar/kuat
4. Cengkeram
Disebut juga klammer. Cengekram adalah bagian dari gigi tiruan
lepas yang berbentuk bulat/gepeng. Terbuat dari kawat stainless
steel/

logam

tuang,

yang

melingkari/memegang

gigi

penjangakaran.
Fungsi cengkeram:

untuk retensi

untuk stabilisasi

untuk meneruskan beban kunyah ke gigi penjangkaran

Syarat umum gigi penjangkaran:

Gigi vital atau non vital yang telah dilakukan PSA


dengan sempurna

Bentuk anatomis dan besarnya normal

26

Tidak

ada

kerusakan/kelainan.

Misalnya:

tambalan

yang besar, karies, hypoplasia, konus

Posisi dalam lengkung gigi normal

Keadaan akar gigi:

Bentuk ukurannya normal


Tertanam dalam tulang alveolar dengan perbandingan
mahkota akar 2:3
Jaringan periodonta sehat
Tidak ada kelainan periapikalSedapat mungkin tidak goyang

Cengkeram kawat
Bagian-bagian dari cengkeram kawat:
a. Lengan, yaitu bagian dari cengkeram kawat yang
terletak/melingkari

bagian

bukal/lingual

gigi

penjangkaran. Sifat agak lentur, berfungsi untuk


retensi dan stabilisasi
b. Jari, yaitu bagian dari lengan yang terletakdi bawah
lingkaran terbesar gigi. Sifat lentur/fleksibel dan
berfungsi untuk retensi
c. Bahu, yaitu bagian dari lengan yang terleta di atas
lingkaran terbesar dari gigi. Sifat kaku dan berfungsi
untuk stabilisasi yaitu menahan gaya-gaya buccolingual

27

d. Badan/body, yaitu
di atas titik
Sifat

kaku,

kontak

cengekaram kawat yang terletak


gigi di daerah

aproksimal.

dan berfungsi untuk stabilisasi yaitu

menaha gaya-gaya antero- posterior


e. Oklusal rest, yaitu bagian dari cengekaram kawat yang
terletak di bagaian oklusal gigi. Sifat kaku, panjang
1/3 lebar mesio- distal gigi. Berfungsi untuk
meneruskan beban kunyah ke gigi penjangkaran
f. Retensi dalam akrilik, yaitu bagian dari cengkeram
kawat yang tertanam dalam basis akrilik

Syarat-syarat cengkeram kawat yang melingkari gigi:


a. Harus kontak garis
b. Tidak boleh menekan/harus pasif
c.

Ujung jari tidak boleh menyinggung gigi tetangga


dan tidak boleh tajam/harus dibulatkan

d. Tidak ada lekukan bekas tang(luka)pada lengan


cengkeram
e. Bagian cengkeram yang melalui oklusal gigi
tidak boleh mengganggu oklusi/artikulasi
f. Jarak bagian jari ke servikal gigi: cengkeram
paradental:1/2-1 mm cengekeram gingival:1 -2 mm
g. Bagian retensi dalam akrilik harus dibengkokkan

28

Macam-macam desain cengkeram


Desain cengkeram menurut fungsinya dibagi dalam dua
bagian:
1. Cengkeram paradental
Yaitu

cengkeram

yang

fungsinya

selain

dari

retensi dan stabilisasi protesa, juga sebagai alat untuk


meneruskan beban kunyah yang diterima gigi tiruan
ke gigi penjangkarannya Jadi,cengkeram paradental
harus

mempunyai

bagian

yang melalui

bagian

oklusal gigi penjangkaran atau melalui titik kontak


antara gigi penjangkaran dengan gigi tetangganya.
Macam-macam cengkeram paradental:

a. Cengkeram 3 jari terdiri dari:

Lengan bukal dan lingual

Body

Bahu

Oklusal rest

Bagian retensi dalam akrilik

Indikasi: gigi molar dan premolar


b. Cengkeram Jackson
Desain cengkeram ini mulai dari palatal/lingual, terus ke
oklusal di atas titik kontak, turun ke bukal melalui di
bawah lingkaran terbesar, naik lagi ke oklusal di atas

29

titik kontak, turun ke lingual masuk retensi akrilik.


Indikasi: gigi molar,premolar yang mempunyai kontak
yang

baik

di

bagian

mesial

dan

distalnya

Bila gigi penjangkaran terlalu cembung, seringkali


cengkeram ini sulit masuk pada waktu pemasangan
protesa.
c. Cengkeram jackson paradental
Desainnya mulai dari bukal terus ke oklusal di atas titik
kontak, turun ke lingual dan terus ke retensi akrilik Indikasi:
gigi molar dan premolar gigi terlalu cembung sehingga
cengkeram jackson sulit melaluinya ada titik kontak yang
baik di anatar 2 gigi

d.

Cengkeram S
Desain cengkeram ini mulai dari bukal terus ke
oklusal/insisal di atas titik kontak, turun ke lingual melalu
atas cingulum, kemudian turun ke bawah masuk ke dalam
akrilik
Indikasi:
Untuk kaninus rahang atas perlu diperhatikan agar letak
cengkeram tidak mengganggu oklusi

e. Cengkeram Kippmeider

30

Tidak mempunyai lengan, yang ada hanya rest di atas


cingulum

Indikasi: hanya untuk kaninus. Bentuk cingulum harus


baik.

Fungsi: hanya untuk menerusan beban kunyah dan


stabilisasi

f. Cengkeram rush angker

Desainnya mulai dari oklusal di aproksimal(daerah


mesial/distal)terus ke arah lingual ke bawah, masuk
dalam akrilik.

Indikasi: molar, premolar yang mempunyai titik kontak


yang baik.

Fungsi: hanya untuk meneruskan beban kunyah protesa


ke gigi penjangkaran dan sebagai retensi pada pembuatan
splin

g. Cengkeram roach
Desainnya mulai dari oklusal di daerah titik kontak
aproksimal, turun ke bukal dan lingual terus ke aproksimal
di daerah diastema, masuk dalam akrilik Indiksai:gigi
molar dan premolar yang mempunyai konta yang baik.
2. Cengkeram gingival

31

Yaitu cengkeram yang fungsinya hanya untuk retensi dan


stabilisasi protesa. Jadi, karena tidak berfungsi untuk meneruskan
beban kunyah yang diterima protesa ke gigi penjangkaran, maka
cengkeram ini tidak mempunyai bagian yang melalui bagian
oklusal gigi penjangkaran, bisa diatas permukaan oklusal.
Macam-macam cengkeram gingival:
a. Cengkeram 2 jari

Desainnya sama dengan cengkeram 3 jari, hanya tidak


mempunyai rest.

Indikasi: gigi molar dan premolar

b. Cengkeram 2 jari panjang


Desainnya seperti cengkeram 2 jari, hanya disini melingkari
2 gigi berdekatan Iindikasi:gigi molar, premolar, dimana gigi
yang deat diastema urang kuat(goyang 10).
c. Cengkeram jacson
Hampir sama dengan cengkeram jacson paradental bedanya
cengkeram ini melalui bagian proksimal dekat diastema dan
di bagian lingual lurus ke bawah, tetap di tepi lingual
indikasi:gigi molar,premolar dan kaninus
d. Cengkeram vestibular finger

Cengkeram ini berjalan mulai dari sayap bukal protesa ke


arah undercut di vestibulum bagian labial, ujungnya
ditutupi akrilik.

32

Indikasi: gigi sisa hanya gigi anterior yangtidak dapat


dilingkari cengkeram, dan bagian vestibulum labial
harus mempunyai undercut yang cukup.
Fungsi: untuk tambahan retensi, tetapi kurang efektif

Kelompok cengkram tuang oklusal


1. Cengkram akers
Merupakan

bentuk

dasar

dari

sirkumferensial,

cengkram ini terdiri dari lengan bukal, lengan lingual,


dan sebuah sandaran oklusal. Cengkram ini merupakan
pilihan pertama untuk gigi molar dan premolar,
terutama bila gigi tidak miring, estetik tidak penting,
dan letak gerong retentif jauh dari daerah tak bergigi.
2. Cengkram kail ikan
Merupakan kombinasi dari cengkram akers
3. Cengkram mengarah belakang (back action clasp)
Jenis cengkram ini digunakan pada gigi posterior
dengan retensi sedikit, dengan memanfaatkan gerong
retentif pada bagian distal dan mesiobukal, seperti pada
molar atas.
4. Reverse back action clasp
5. Half and half clasp
Digunakan pada gigi premolar yang berdiri sendiri
6. Cengkram kaninusCengkram akers ganda
7. Cengkram embrassur

33

8. Cengkram multiple
9. Cengkram cincin
10. Cengkram lengan panjang
11. Cengkram kombinasi
Kelompok cengkram tuang gingival
1. Cengkram proksimal de van
2. Cengkram batang roach
3. Cengkram mesio-distal
2.5 Tahap penentuan desain GTSL
Gigi tiruan sebagian adalah suatu alat yang berfungsi untuk
mengembalikan beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan
utama adalah jaringan lunak di bawah plat dasar dan dukungan
tambahan dari gigi asli yang masih tertinggal dan terpilih sebagai
gigi pegangan / abutment.

1. Tahap I

: Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak


bergigi.

2. Tahap II

: Menentukan macam-macam dukungan dari setiap


sadel.

I.

3. Tahap III

: Menentukan macam retainer / penahan.

4. Tahap IV

: Menentukan macam konektor.

Tahap I

34

Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi untuk setiap


rahang. Klasifikasi yang umum digunakan adalah Klasifikasi Kennedy
(1923) berdasarkan letak daerah tak bergigi/sadel dan free end :
a) Kelas I
Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari
gigi yang masih ada dan berada pada kedua sisi rahang /
Bilateral Free End
b) Kelas II
Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian posterior gigi
yg ada, pada 1 sisi rahang/unilateral free end.
c) Kelas III
Daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi yang masih
ada dibagian posterior.
d) Kelas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian anterior dan
melewati garis tengah rahang/median line. Untuk kelas ini
tidak ada modifikasi
II. Tahap II
Menentukan macam-macam dukungan dari setiap sadel.
Terdapat 3 (tiga) macam jenis dukungan gigi tiruan, yaitu:
a. Tooth borne
Dukungan gigi tiruan diperoleh dari gigi tetangga / gigi
yang masih dapat dijadikan sebagai pendukung.
b. Mucose/tissue borne

35

Dukungan gigi tiruan diperoleh dari mukosa.


c. Mucosa and tooth
Dukungan gigi tiruan diperoleh dari gigi dan mukosa.
Dukungan terbaik untuk protesa sebagian lepasan hanya
dapat diperoleh bila faktor-faktor berikut ini diperhatikan
dan dipertimbangkan.

Faktor-faktor

tersebut

adalah

kejadian jaringan pendukung, panjang sadel, jumlah sadel,


dan keadaan rahang yang akan dipasangi geligi tiruan.
1. Keadaan jaringan pendukung
2. Panjang sadel
3. Jumlah sadel
4. Keadaan rahang
III. Tahap III
Menentukan macam retainer / penahan yang digunakan
dalam pemakaian gigi tiruan. Terdapat 2 (dua) macam jenis
yang retainer yang dapat digunakan sesuai kebutuhan desain
gigi tiruan.
a. Direct Retainer
Merupakan bagian dari cangkolan GTS yang
berguna untuk menahan terlepasnya gigi tiruan secara
langsung.

Direct

retainer

ini

dapat

berupa

klamer/cengkeram dan presisi yang berkontak langsung


dengan permukaan gigi pegangan. Ciri khas cangkolan
tuang oklusal adalah lengan-lengannya berasal dari

36

permukaan oklusal gigi dan merupakan cangkolan yang


paling sesuai untuk kasus-kasus gigi tiruan dukungan gigi
karena konstruksinya sederhana dan efektif.
Fungsi direct retainer adalah untuk mencegah
terlepasnya gigi tiruan ke arah oklusal. Prinsip desain
cangkolan

yaitu

pemelukan,

pengimbangan,

stabilisasi, dukungan, dan pasifitas.

retensi,

Macam-macam

cangkolan menurut Ney, yaitu:


1. Akers clasp
2. Roach clasp
3. Kombinasi Akers-Roach
4. Back Action clasp
5. Reverse back Action clasp
6. Ring clasp
7. T clasp
8. I clasp
9. Compound clasp / Embrasure clasp.

b. Indirect Retainer
Indirect Retainer adalah bagian dari GTS yang
berguna untuk menahan terlepasnya gigi tiruan secara tidak
langsung. Retensi tak langsung diperoleh dengan cara
memberikan retensi pada sisi berlawanan dari garis

37

fulkrum tempat gaya tadi bekerja. Retensi itu dapat berupa


lingual bar atau lingual plate bar.
IV. Tahap IV
Menentukan macam konektor yang akan digunakan sesuai
desain dan kebutuhan bagi pasien pemakai gigi tiruan.
Terdapat 2 (dua) jenis konektor yang dapat dipilih sesuai
kebutuhan dan desain:
a. Konektor Utama
Merupakan bagian dari GTSL yang menghubungkan
komponen-komponen yang terdapat pada satu sisi rahang
dengan sisi yang lain atau bagian yang menghubungkan
basis dengan retainer.Fungsi konektor utama adalah
menyalurkan daya kunyah yang diterima dari satu sisi
kepada sisi yang lain. Syarat konektor utama adalah:
1. Rigid
2. Tidak mengganggu gerak jaringan
3. Tidak menyebabkan tergeseknya mukosa dan gingiva
4. Tepi konektor utama cukup jauh dari margin gingiva
5.

Tepi

dibentuk

membulat

dan

tidak

tajam

supaya tidak menganggu lidah dan pipi.


Konektor utama dapat berupa bar atau plate tergantung
lokasi, jumlah gigi yang hilang, dan rahang mana yang
dibuatkan. Pada rahang atas dapat berupa single palatal bar,
U-shaped palatal connector, antero-posterior palatal bar

38

dan palatal palate. Pada rahang bawah dapat berupa lingual


bar dan lingual plate.
b. Konektor minor
Konektor

minor

merupakan

bagian

GTSL yang

menghubungkan konektor utama dengan bagian lain,


misalnya sandaran oklusal. Biasanya diletakkan pada
daerah embrasur gigi dan harus berbentuk melancip ke
arah gigi penyangganya. Fungsi konektor minor adalah
meneruskan tekanan oklusal / beban oklusi ke gigi
peganggan, membantu stabilisasi dengan menahan gaya
pelepasan, menghubungkan bagian-bagian GTS dengan
konektor utama, menyalurkan efek penahan, sandaran dan
bagian pengimbangan kepada sandaran serta mentransfer
efek retainer/klamer serta komponen gigi lain ke gigi
tiruan.
Dasar pertimbangan pemilihan konektor adalah :
1. Pengalaman pasien
2. Stabilisasi
3. Bahan geligi tiruan
Khusus untuk kasus berujung bebas, hal-hal berikut ini perlu
diperhatikan :
1. Perlu adanya penahan tak langsung

39

2. Desain cengkram harus dibuat sedemikian sehingga tekanan


kunyah yang bekerja pada gigi penahan jadi seminimal
mungkin
3. Perlu

dilakukan

pencetakan

ganda

agar

keseimbngan

penerimaan beban kunyah antara gigi dan mukosa dapat


dicapai
4. Sandaran oklusal hendaknya diletakkan menjauhi daerah tak
bergigi
5. Dalam pembun hal ini harus mudatan deasain perlu dipikirkan
kemungkinan perlunya pelapisan atau penggantian basis di
kemudian hari dan hal ini harus mudah dilakukan.

BAB III
LAPORAN KASUS

40

A. DATA PERORANGAN
Nama Pasien

: Marwiyati

Umur

: 32 th

Jenis Kelamin

: Perempuan

Nomor RM

: 000157

Alamat

: Asrama Ganting Sisingamaraja Blok G

B. ANAMNESA
1. STATUS UMUM
Tidak ada riwayat penyakit sistemik
2. STATUS KHUSUS
a. Sebab kehilangan / kerusakan gigi : Lubang besar dan gigi goyang
b. Pencabutan terakhir : Atas
Bawah

: depan kiri
: depan kiri

c. Pemakaian gigi tiruan : tidak pernah


d. Tujuan pembuatan gigi tiruan : memperbaiki fungsi pengunyahan dan
dan pengucapan serta estetik

C. PEMERIKSAAN KLINIK
1. EKSTRA ORAL

41

Muka

: lonjong, simetris

Profil

: Cembung

Pupil

: Sama tinggi

Tragus

: Sama tinggi

Hidung

: simetris, bernafas melalui hidung

Rima oris

: Normal

Bibir atas

: Normal, ketebalan tipis, simetris

Bibir bawah

: Normal, ketebalan normal, simetris

Buka mulut

: Tidak deviasi

Kelainan lain : tidak ada

Gambar 1. Foto Profil dan foto muka


2. INTRA ORAL
a. Pemeriksaan Umum
-

Kuantitas saliva

: normal

Konsistensi saliva

: normal

Ukuran lidah

: normal

Refleks muntah

: rendah

Oklusi

: ada

b. Pemeriksaan gigi

24 Periodontitis kronis dengan mobility grade III

42

c.

31 pulpitis reversible

32 pulpitis reversible

41 pulpitis reversible

Pemeriksaan Lain
Vestibulum
Vestibulum

Posterior Kiri

Posterior Kanan

Anterior

Rahang atas

Sedang

Sedang

Sedang

Rahang Bawah

Dangkal

Dangkal

Dalam

Processus

Posterior kiri

Posterior Kanan

Anterior

Alveolaris
Rahang Atas
Bentuk
Ketinggian

Oval
Sedang

Oval
Sedang

Oval
Sedang

Tahanan Jaringan

Rendah

Rendah

Rendah

Rahang Bawah

Bentuk

Oval

Oval

Oval

Ketinggian

Rendah

Rendah

Tinggi

Tahanan Jaringan

Rendah

Rendah

Rendah

Frenulum
Labialis superior

: Tinggi

Labialis inferior

: Sedang

Bukalis RA kiri

: Sedang

Bukalis RA kanan

: Sedang

Bukalis RB kiri

: Rendah

43

Bukalis RB kanan

: Sedang

Lingualis

: Sedang

Rahang Atas

Palatum

Undercut

: Oval, Sedang, tidak ada torus palatinus

Kanan

: Tidak Ada

Kiri

: Tidak Ada

Ruang retromilohioid
Kanan

: Sedang

Kiri

: Sedang

Rahang Bawah

Bentuk lengkung : Oval

Undercut
Kanan

: Tidak ada

Kiri

: Tidak ada

Dasar mulut

Tidak ada eksotosis

Tidak ada torus mandibulari

: normal

44

Gambar 2. Model Studi

Gambar 3. Rontgen Panoramik

45

Gambar 4. Intra Oral


D. SIKAP MENTAL : Filosofis
E. KUMPULAN DATA UTAMA

Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan karena ingin


memperbaiki estetik dan fungsi pengunyahan

Pasien sudah pernah memakai gigi tiruan sejak 8 tahun yang lalu

Pasien memiliki sikap mental filosofis sehingga membantu operator


untuk membuat gigi tiruan

F. DIAGNOSA
RA : klas IV
RB : klas II modifikasi I
G. RENCANA PERAWATAN

46

Gigi tiruan penuh akrilik rahang atas dan gigi tiruan penuh sebagian
lepasan akrilik rahang bawah
RA : elemen : 17,16,15,14,13,12,11,21,22,23,24,25,26,27
RB : elemen : 36,37,46,47,48
Perawatan pra prostodontik

Pencabutan 24 (mobility)

Restorasi gigi 31,32,41

Gambar 5. Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


A. Rahang atas
1. Retensi

Reteiner berupa cangkolan 2 jari pada gigi 18 dan 28

Tegangan permukaan pada saliva, tahanan jaringan mukosa atas

Gaya adhesi perlekatan antara saliva dan GT rahang atas

Gaya kohesi perlekatan antara saliva dan saliva

Muscular

Atmosferik postdam, muscle trimming

muscle trimming rahang atas

47

2. Stabilisasi

Adaptasi basis GT rahang atas yang berkontak tepat pada mukosa

Perluasan basis GT rahang atas mencangkupi hamular notch dan


posterior palatal seal

Penyusunan gigi rahang atas di atas linggir

Penyusunan gigi anasir memenuhi konsep oklusi berimbang

Penyusunan gigi membentuk kurva spee dan kurva Manson

Mengurangi jumlah gigi anasir

Menginstruksikan pasien untuk mengunyah pada kedua sisi

Penentuan DV dan relasi sentrik yang tepat

3.

Dukungan / support
Mucosa and tooth support

4. Estetika
-

GT sesuai dengan kepribadian pasien sehingga tampak alami dan


disesuaikan dengan gigi yang ada

Incisal gigi anterior rahang atas terlihat + 2 mm dari batas bawah bibir atas
saat istirahat

Filtrum tidak terlalu kendor atau tegang

Bibir dan pipi tidak terlalu cembung

Sudut nasolabial + 90

Midline pasien tepat pada perpanjangan frenulum labialis rahang atas

Garis senyum gusi tidak banyak terlihat saat senyum

Pemilihan gigi tiruan yang sesuai:bentuk, ukuran, warna

Membuat kontur gusi dengan baik


48

Mendapatkan DV yang tepat

OB dan OJ =2-4

B. Rahang bawah
1. Retensi

Retainer berupa cangkolan 2 jari pada gigi 44 dan cangkolan 3 jari


pada gigi 38 dan 35

Tegangan permukaan pada saliva, tahanan jaringan mukosa rahang


bawah

Gaya adhesi perlekatan antara saliva dan GT rahang bawah

Gaya kohesi perlekatan antara saliva dan saliva

Muscular

Gaya berat GT Rahang bawah

muscle trimming rahang bawah

2. Stabilisasi

Adaptasi basis GT rahang bawah yang berkontak tepat pada mukosa

Perluasan basis GT rahang bawah mencangkupi retromolar pad,


bukal shelf dan sulkus alveoli lingual

Penyusunan gigi rahang bawah di atas linggir

Penyusunan gigi anasir memenuhi konsep oklusi berimbang

Penyusunan gigi membentuk kurva spee dan kurva Manson

Mengurangi jumlah gigi anasir

Menginstruksikan pasien untuk mengunyah pada kedua sisi

Membuat bracing cangkolan yang baik

Penentuan DV dan relasi sentrik yang tepat


49

3. Dukungan / support
Tooth and mucosa support
4. Estetika

Gigi tiruan menyesuaikan dengan gigi yang tersisa

Bibir dan pipi tidak terlalu cembung

Sulkus mentolabial tidak terlalu kendor atau tegang

Midline pasien tepat pada perpanjangan frenulum labialis rahang


bawah

Garis caninus tepat pada sudut mulut saat istirahat

Pemilihan gigi tiruan :bentuk, ukuran, warna

Membuat kontur gusi dengan baik

Mendapatkan DV yang tepat

5. Arah pemasangan

RA : anterior

tilting : 0

RB : posterior kanan

tilting : lateral kiri

H. Perawatan Preprostetik

Pencabutan radiks 23

Pencabutan 24 (ekstrusi dan karies akar)

I. Tahapan Perawatan
1. Kunjungan I
Tahap Klinis
a. Anamnesa dan pemeriksaan obyektif
b. Membuat cetakan studi

50

1) sendok cetak : stock tray RA


stock tray RB
2) bahan cetak : alginat
3) metode mencetak : mukostatis
2. Kunjungan II
Tahap Laboratoris
a. Pembuatan model kerja
Membuat cetakan model kerja

Rahang atas
Sendok cetak

Bahan cetak

: mukofungsional
: shellac (edentolous), stocktry (bergigi)

: elastomer (edentolous), alginate (bergigi)

Rahang bawah: mukofungsional


Sendok cetak : sendok cetak individual
Bahan cetak

: elastomer

b. Teknik pencetakan double impression


b.1 Tahap 1 : mencetak bagian edentolous dengan sendok cetak shellac

Shellac dipanaskan sampai bewarna bening, aplikasikan ke model


study dengan cara menekannya sesuai dengan kontur edentolous
dan bagian gigi dibebaskan

Cek adaptasi sendok cetak shellac tersebut dengan menggunakan


jari telunjuk sambil ditekan pada salah satu sisi, kemudian lihat
apakah sisi yang lainnya terangkat/tidak

Lakukan pengepasan sendok cetak shellac tersebut pada mulut


pasien

51

Jika adaptasinya sudah baik, lakukan muscle trimming, kemudian


lubangi sendok cetak shellac tersebut

Setelah itu, lakukan pencetakan mukofungsional pada daerah


edentolous dengan bahan elastomer (exaflex)

b.1 Tahap 2 : Mencetak bagian bergigi dengan stocktry dan bahan cetak
alginate

Masukkan hasil cetakan tahap I (shellac + exaflex) ke dalam mulut


pasien, pastikan adaptasinya baik pada daerah edentolous

Lakukan pencetakan tahap II ke dalam mulut pasien dengan


menggunakan stock try dan bahan cetak alginate untuk
mendapatkan cetakan gigi pasien

Setelah alginate menggeras, buka cetakan dengan keadaan cetakan


tahap I menempel pada cetakan tahap II

Kemudian lakukan pengecoran dengan gips stone

c. Langkah langkah Pembuatan Sendok Cetak Individual :

Pembuatan disain ( outline sendok cetak individual) mencakup semua gigi


dan jaringan pendukung gigi tiruan

Buat garis pada forniks dengan pensil biru, dengan batas anatomis :
RB : Retromolar pad dan Sulkus alveoli lingual

Buat garis dengan menggunakan pensil merah 2mm di atas garis biru
(forniks). Garis merah merupakan batas akhir dari sendok cetak fisiologis

Pembuatan wax spacer.

Lapisi model dengan selapis malam ( 2mm) menutupi gigi dan daerah
tidak bergigi sampai batas pensil merah.

52

Pembuatan stopper

Stopper berbentuk segi empat dengan ukuran 4 X 2 mm, dua pada bagian
posterior kiri dan kanan. Stopper tidak boleh ditempatkan pada gigi yang
akan dijadikan penyangga.

Manipulasi akrilik swapolimerisasi


a. Campurkan powder dan liquid
b. Sebagian akrilik dimasukkan ke stopper
c. Buat akrilik dalam bentuk lempengan dan adaptasikan ke model yang
telah ditutupi spacer.
d. Ketebalan akrilik 2mm
e. Tepi sendok cetak berada di garis merah yaitu 2 mm di atas forniks
f. Pembuatan tangkai sendok cetak
g. Finishing
h. Mencobakan sendok individual ke dalam mulut pasien
i. Muscle trimming dengan compound
j. Pembuangan wax spacer dan pembuatan lubang- lubang pada sendok
cetak
k. Lakukan pencetakan dengan menggunakan elastomer
l. Lakukan pengecoran dengan gips stone.

d. Pembuatan base plate dan bite rim

Patokan bite rim :


Anterior tinggi12 mm, lebar 4 mm
Posterior tinggi 10-11 mm, lebar 6 mm.

53

Lengkung bite rim rahang bawah disesuaikan dengan alveolar ridge


yang ada, tinggi bite rim rahang bawah dibuat sejajar dengan tinggi
retromolar pad dan gigi yang tersisa.

Bite rim rahang atas dibuat setinggi 2 mm di bawah bibir atas saat
rest position.

Untuk menambah retensi pada RA dibuat post dam di daerah AH line

3. Kunjungan III
a. Tahap Klinis
a.1 Pada insersi base plate dan bite rim perhatikan retensi
a.2 Tentukan kesejajaran RA
Langkah :

Pasien duduk rileks dengan posisi garis FHP (frankfurt horizontal


plane) dan dataran oklusal sejajar lantai

Posisikan bite rim RA ke dalam mulut pasien

Tentukan tinggi bite rim tepi bawah bite rim anterior 1-2 mm di
bawah low lip line (batas bawah bibir atas) dalam keadaan
istirahat

Lihat dukungan wajah dengan memperhatikan kemiringan


permukaan labial bite rim (sudut naso labial 90)

Lihat dukungan wajah dengan memperhatikan posisi filtrum,


garis naso labial/sulkus naso labialis, dan dukungan pipi/ bucal
support
54

Pasang benang jagung dan karet gelang ke telinga kiri dan kanan
pasien benang jagung melewati tengah tragus dan ala nasi pada
kiri dan kanan

Masukkan oklusal guide plane ke dalam mulut pasien

Bidang insisal bite rim anterior sejajar dengan garis interpupil


(Interpupilary line)

Bidang oklusal bite rim posterior sejajar dengan garis champher


(garis yang menghubungkan tragus ala nasi)

a.3 Pengukuran Posisi Istirahat Fisiologis

Pasien duduk rileks dengan posisi FHP dan dataran oklusal sejajar
lantai

Buat 2 titik : 1 pada hidung dan 1 pada dagu

Pasien diinstruksikan untuk menggumam mmmm berulang hingga


tidak terdapat kontraksi otot bibir, ukur jarak 2 titik

Lakukakan pengukuran pada kedua titik dengan menggunakan jangka


sorong

Hasil pengukuran merupakan dimensi vertikal istirahat fisiologis

a.4 Pengukuran dimensi vertikal oklusi tentatif

DVO = DV istirahat-FWS (2-4mm)

Tentukan DVO perhitungan, yaitu dengan mengurangi DVF yang


telah diukur sebanyak 2-4 mm

55

Cocokkan ukuran yang kita dapatkan secara perhitungan dengan


keadaan yang sebenarnya dengan menginstruksikan pasien untuk
mengoklusikan bite rim rahang atas dan rahang bawah, kemudian ukur
jarak 2 titik di hidung dan dagu. Jika hasil perhitungannya sama, maka
Dimensi vertikal oklusi sudah benar

Penilaian fungsi estetis, fonetik, dan kenyamanan

Masukkan bite rim RA dan RB dan instruksikan pasien untuk


menggigitkan kedua bite rim ukur jarak antara subnasion gnation
(hasilnya harus sama dengan dimensi vertikal oklusi tentatif)

Jika jarak subnasion-gnation < DVO tentatif kurangi tinggi bite rim
RB

Jika jarak subnasion-gnation > DVO tentatif tambah tinggi bite rim
RB

Jika tinggi bite rim sudah tidak memungkinkan untuk ketinggian


anasir, sedangkan DVO belum tercapai kurangi tinggi bite rim RA
tapi tidak boleh melewati low lip line

a.5 Tentukan relasi sentrik


Melatih pasien untuk mendapatkan relasi sentrik dengan 4 cara:
1. Instruksikan pasien untuk menengadahkan kepala
2. Instruksikan pasien untuk menelan ludah
3. Instruksikan pasien untuk meletakkan ujung lidah pada bulatan lilin
yang ditempelkan pada bagian posterior bite rim RA

56

4. Instruksikan pasien untuk membuka tutup rahang berulang-ulang


hingga otot-ototnya rileks. Bantu pasien meretruksikan RB dengan
mendorong RB tanpa paksaan
5. Lakukan berulang-ulang hingga didapatkan posisi yang sama.
6. Masukkan bite rim RA dan RB, instruksian pasien menggigitkan bite
rim RA dan RB pada posisi relasi sentrik sambil menengadahkan
kepala, menelan ludah, meletakkan ujung lidah di posterior bite rim
RA. Ukur dengan sliding caliper hingga didapat DVO. Terdapat teraan
gigitan gigi bawah di bite rim RA
7. Jika pasien kesulitan menggigit bite rim, lunakkan bite rim dengan
lecron panas pada bekas gigitan RA sampai pasien bisa menggigit pada
DVO
8. Masukkan bite rim RB, sesuaikan tinggi bite rim RB dengan DVO
dengan panduan teraan gigitan bite rim RA
9. Ukur kesesuaian DVO
10. Penilaian fonetik : pasien diinstruksikan untuk melafalkan huruf s
terdapat jarak antara tepi bite rim RA dan RB sebesar 1-1,5 mm
11. Pasien dapat melafalkan bunyi : s, f, dan v dengan benar dan jelas
12. Tanggapan pasien terhadap kenyamanan yang dirasakan setelah
menggunakan bite rim (> 5 menit)
13. Tentukan garis orientasi
- Midline, Low lip line, High lip line, C line
14. Fiksasi bite rim RA dan RB mengunakan isi hecter yang dipanaskan. 2
posterior, 1 di anterior

57

15. Keluarkan biterim dari mulut pasien, pasang di model kerja dan tanam
ke artikulator

Tahap Laboratoris
Pemasangan pada artikulator (free plane artikulator) dengan pedoman :
a. Garis median model berhimpit dengan garis median artikulator (dilihat
dari atas artikulator)
b. Pin horizontal ujungnya menyentuh tepi luar anterior bite rim RA dan
tepat pada garis tengah bite rim
c. Dataran oklusan bite rim sejajar atau berhimpit dengan karet gelang pada
artikulator (dilihat dari lateral artikulator)
d. Pin vertikal berkontak dengan meja insisal artikulator dibawahnya

4. Kunjungan IV
4.1 Tahap Laboratoris

Pemasangan gigi anterior rahang atas

4.2 Tahap klinis


Try in seluruh gigi tiruan di atas malam , kemudian diperiksa :

Garis caninus (pada saat rest posisi terletak pada sudut mulut)

Garis senyum (batas cervikal gigi atas, gusi tidak terlihat pada saat
senyum) High lip line

Fungsi fonetik (pasien disuruh mengucapkan huruf s, f, t, r, m)

5. Kunjungan V

58

Tahap Laboratoris

Pemasangan gigi posterior rahang atas

Pemasangan gigi posterior rahang bawah

Kontur gusi (modelir malam)

Tahap klinis
Try in seluruh gigi tiruan di atas malam lakukan pengamatan pada :
a. Oklusi
b. Estetis dengan melihat garis caninus dan garis senyum
c. Pasien disuruh mengucapkan huruf-huruf p, b, d, v

dan lain-lain

sampai tidak ada gangguan


d. Stabilisasi
Tahap Laboratoris

Proses pengodokan (flasking)

Manipulasi dan proses heat cured acrylic

Polishing dan finishing

5. Kunjungan VI
5.1 Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan dalam mulut.
5.2 Saat dilakukan insersi harus diperhatikan :
a. Oklusi
b. Retensi
c. Stabilisasi
d. Artikulasi
5.3 Apabila sudah tidak ada gangguan, maka protesa dapat dipolis.
5.4 Instruksi untuk pemeliharaan protesa :
59

a. Protesa direndam dalam air sewaktu dilepas


b. Protesa dijaga kebersihannya
c. Protesa dijaga agar tidak mudah lepas
5.5 Instruksi untuk pasien :
a. Pasien dianjurkan untuk beradaptasi
b. Malam hari ketika tidur, protesa dilepas
c. Pasien membersihkan protesanya setiap kali sehabis makan dan
sebelum tidur.
d. Apabila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil, pasien
dianjurkan untuk segera kembali ke klinik.
e. Kontrol sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

6. Kunjungan VII
Setelah pemasangan GTSL selama 1 minggu, pasien datang untuk kontrol.
Yang perlu diperhatikan pada saat kontrol :
1. Pemeriksaan subyektif :
a) Ditanyakan apakah ada keluhan, gangguan, rasa sakit atau tidak?
b) Ditanyakan bagaimana saat berfungsi?
2. Pemeriksaan obyektif :
a) Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradangan atau perlukaan
b) Diperiksa retensi dan stabilisasi

60

Kemajuan Perawatan
Sebelum perawatan

Sesudah perawatan

BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien seorang wanita berumur 32 th datang ke klinik FKG UNAND,


ingin dibuatkan gigi tiruan karena sulit makan. Pasien mulai kesulitan makan
semenjak banyak gigi yang hilang. Pasien sudah pernah dibuatkan gigi palsu
sebelumnya. Tetapi gigi palsu tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi akibat
hilang. Keadaan umum pasien baik, tidak ada riwayat penyakit sistemik di derita
oleh pasien ataupun orang tua pasien. Kehilangan gigi pasien akibat dari gigi
berlubang
Gigi yang hilang terdiri dari :

61

RA : elemen : 17,16,15,14,13,12,11,21,22,23,24,25,26,27
RB : elemen : 36,37,46,47,48
Diagnosa untuk kasus ini adalah gigi tiruan sebagian lepasan klas IV pada
rahang atas dan klas 2 modifikasi 1 untuk rahang bawah. Untuk melakukan
perawatan gigi tiruan sebagian pada kasus di atas, kita harus mengetahui tahapantahapan dari penatalaksanaan atau perawatan gigi tiruan sebagian. Diawali dengan
pemeriksaan, pemeriksaan utama maupun pemeriksaan penunjang. Mencetak
merupakan tahapan kedua yang dilakukan. Mencetak dilakukan berdasarkan
pertimbangan resiliensi jaringan mukosa mulut. Penentuan relasi rahang atas dan
rahang bawah dari pasien. Pemilihan elemen gigi tiruan yang dilihat dari bentuk,
ukuran dan warna serta tahapan penyusunan gigi.
1. Tahap I

: Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi.

2. Tahap II

: Menentukan macam-macam dukungan dari setiap sadel.

3. Tahap III

: Menentukan macam retainer / penahan.

4. Tahap IV

: Menentukan macam konektor.

Gigi tiruan harus dibuat mirip dengan gigi asli yang masih ada, sehingga
tidak terlihat perubahan yang nyata pada penampilan wajah dan senyum pasien.
Gigi tiruan juga dapat membuat pasien merasa nyaman pada saat memakan
makanan tertentu dan dapat mengurangi rasa malu akibat kehilangan gigi.
Fungsi dari gigitiruan itu sendiri didukung oleh kondisi fisik pasien. Dapat
dilihat dukungan dari mukosa rahang dan gingiva, kulit dapat tampak kendur, dan
dapat mengakibatkan penurunan kemampuan seseorang untuk makan dan
berbicara. Komplikasi-komplikasi tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup
dan kebahagiaan pasien.

62

BAB V
REFLEKSI KASUS

Wanita usia 41 tahun, datang ke RSGM Universitas Jember, ingin dibuatkan


gigi tiruan pada RA dan RB. Pasien merasa kurang nyaman untuk mengunyah.
Kemudian dokter gigi memeriksa rongga mulut Bu Ningsih. Hasil pemeriksaan
intra oral: gigi hilang pada 17, 18, 25, 26, 27, 28, 35, 36, 46, gigi 47 sissa akar
indikasi pencabutan/ekstraksi. Bentuk ridge RA square, tidak ada torus mandibula,
ada eksostosis pada daerah gigi 26,27, vestibulum RA dalam dan RB dalam,
frenulum rendah, torus palatines kecil, retromilohioid dalam dan tuberositas

63

maksilaris kecil. pasien tidak mempunyai kelainan sistemik. Hasil pemeriksaan


ekstra oral tidak ada kelainan. Kemudian dokter gigi merencanakan membuat gigi
tiruan sebagian lepasan
Desain gigi tiruan sebagian lepasan

Prosedur Kerja Dan Rencana Perawatan Pada Pasien GTSL


1. Kunjungan Pertama
a. Anamnesa Indikasi
b. Membuat Studi Model
Alat

: Sendok cetak nomor dua

Bahan Cetak

: Hyidrokoloid Irreversible

(alginat) Metode Mencetak

: Mucostatik

64

Posisi operator

: rahang bawah : di kanan depan pasien

Posisi pasien

: rahang baawah : pasien duduk tegak


dan bidang oklusal sejajar lantai
posisi mulut setinggi siku operator.

c. Cara mencetak
Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan
P/W yaitu
3:1, setelah dicapai konsistensi yang tepat dimasukkan ke
dalam sendok

cetak

dengan

merata,

kemudian

dimasukkan ke dalam mulut pasien dan tekan posisi


ke atas atau ke bawah sesuai dengan rahang yang
dicetak. Di samping itu dilakukan muscle triming agar
bahan

cetak

dipertahankan

mencapai
sampai

lipatan
setting,

mukosa.
kemudian

Posisi
sendok

dikeluarkan dari mulut dan dibersihkan dari saliva.


Hasil cetakan diisi dengan stone gips dan di-boxing.
2. Kunjungan Kedua
a. Membuat work model
Alat

: sendok cetak fisiologis

Bahan cetak

: hyidrokoloid irreversible (alginat)

Metode mencetak

: mucocompresi

b. Cara mencetak
Rahang Atas :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu
dimasukkan ke dalam sendok cetak. Posisi operator di
samping kanan belakang. Masukkan sendok cetak dan
bahan

cetak

kedalam mulut, sehingga garis tengah

sendok cetak berimpit dengan garis median wajah.


Setelah posisinya benar sendok cetak ditekan ke atas.

65

Sebelumnya bibir dan pipi penderita diangkat dengan jari


telunjuk kiri, sedang jari manis, tengah dan kelingking
turut menekan sendok dari posterior ke anterior. Pasien
disuruh mengucapkan huruf U dan dibantu dengan
trimming.
Rahang Bawah :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi
tertentu dimasukkan ke dalam sendok cetak. Pasien
dianjurkan untuk membuang air ludah. Posisi operator di
samping kanan depan. Masukkan sendok cetak dan bahan
cetak ke dalam mulut, kemudian sendok ditekan ke
processus

alveolaris.

Pasien

diinstruksikan

untuk

menjulur lidah dan mengucapkan huruf U. dilakukan


muscle

trimming

supaya

bahan

mencapai

lipatan

mucobuccal. Posisi dipertahankan sampai setting.


c.

Pembuatan cangkolan yang akan digunakan untuk


retensi

gigi tiruan dengan melakukan survey model

terlebih dahulu pada gigi yang akan dipakai sebagai


tempat cangkolan berada nantinya.
d.

Pembuatan basis gigi tiruan dengan menggunakan


malam merah yang dibuat sesuai dengan desain gigi
tiruan.

e.

Proses flasking, wax elimination, packing, processing


deflasking, finishing, polishing.

3. Kunjungan Ketiga
a. Try in basis gigi tiruan akrilik dengan cangkolannya.
b. Pembuatan

gigitan

kerja

yang

digunakan

untuk

menetapkan hubungan yang tepat dari model RA dan RB


sebelum dipasang di artikulator dengan cara : pada

66

basis gigi tiruan yang telah kita buat tadi ditambahkan


dua lapis malam merah dimana ukurannya kita sesuaikan
dengan lengkung gigi pasien. Malam merah dilunakkan
kemudian pasien diminta mengigit malam tersebut.
c. Pemasangan

model

RA dan

RB

pada

artikulator

dengan memperhatikan relasi gigitan kerja yang telah kita


dapatkan tadi.
d.

Penyusunan gigi tiruan dimana pada kasus ini akan


dipasang gigi posterior maka perlu diperhatikan bentuk
dan ukuran gigi yang akan dipasang. Posisi gigi
ditentukan oleh kebutuhan untuk mendapatkan oklusi
yang memuaskan dengan gigi asli atau gigi tiruan
antagonis untuk

mendapatkan derajat

oklusi

yang

seimbang. Malam dibentuk sesuai dengan kontur alami


prosesus alveolar dan tepi gingiva.
e.

Proses flasking, wax elimination, packing, processing


deflasking, finishing, polishing.

4. Kunjungan Keempat
Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTS lepasan dalam mulut
pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Part of insertion and part of removement
Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang
dijumpai pada saat pemasangan dan pengeluaran gigi
tiruan dapat dihilangkan dengan

cara

pengasahan

permukaan gigi tiruan (hanya pada bagian yang perlu


saja).
b. Retensi

67

Yaitu kemampuan GTS untuk melawan gaya pemindah


yang cenderung memindahkan gigi tiruan ke arah oklusal.
Retensi gigi tiruan ujung bebas di dapat dengan cara:
Retensi fisiologis, diperoleh dari relasi yang
erat antara
basis gigi tiruan dengan membarana mukosa di
bawahnya.

Retensi mekanik, diperoleh dari bagian gigi


tiruan yang bergesekan dengan struktur anatomi.
Retensi mekanik terutama diperoleh dari lengan
traumatic

yang

menempati

undercut

gigi

abutment.
c. Stabilisasi
Yaitu perlawanan atau ketahanan GTS terhadap gaya
yang menyebabkan perpindahan tempat/gaya horizontal.
Stabilisasi terlihat dalam keadaan berfungsi, misal pada
saat mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan dengan
cara menekan bagian depan dan belakang gigi tiruan
secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan
pergeseran pada saat tes ini.
d. Oklusi
Yaitu pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik,
lateral, dan anteroposterior. caranya dengan memakai
kertas artikulasi yang diletakkan di bawah gigi atas dan
bawah, kemudian pasien diminta melakukan gerakan
mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi pasien diminta
melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas
artikulasi diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal
gigi.

Pada keadaan

tersebar secara merata

normal terlihat
pada

permukaan

warna

yang

gigi.

Bila

68

terlihat warna yang tidak merata pada oklusal gigi maka


dilakukan pengurangan pada gigi yang bersangkutan
dengan metode selective grinding. Pengecekan oklusi ini
dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi.
Selective grinding yaitu pengrindingan gigi-gigi menurut
hukum MUDL (pengurangan bagian mesial gigi RA dan
distal RB) dan BULL (pengurangan bagian bukal RA dan
lingual RB).
Instruksi yang
kepada pasien

harus

disampaikan

o Mengenai cara pemakaian gigi tiruan tersebut,


pasien diminta memakai gigi tiruan tersebut terus
menerus selama beberapa waktu agar pasien
terbiasa.
o Kebersihan

gigi

tiruan

dan

rongga

mulut

harus selalu dijaga. Sebelum dipakai sebaiknya


gigi tiruan disikat sampai bersih.
o Pada malam hari atau bila tidak digunakan, protesa
dilepas dan direndam dalam air dingin yang bersih
agar gigi tiruan tersebut tidak berubah ukurannya.
o Jangan dipakai untuk

makan makanan

yang

keras dan lengket.\Apabila timbul rasa sakit setelah


pemasangan pasien harap segera kontrol.
o Kontrol seminggu berikutnya setelah insersi.
5. Kunjungan Kelima
Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang
mungkin terjadi. Tindakan yang perlu dilakukan:
a. Pemeriksaan subjektif

69

Pasien ditanya apa ada keluhan rasa sakit atau rasa


mengganjal saat pemakaian gigi tiruan tersebut.
b. Pemeriksaan objektif
o Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut
o Melihat keadaan GTS lepasan baik pada plat
dasar

gigi tiruannya maupun pada mukosa di

bawahnya.
o Melihat posisi cangkolan.
o Melihat keadaan gigi abutment dan jaringan
pendukungnya.
o Memperhatikan oklusi, retensi, dan stabilisasi gigi
tiruan.
A. Faktor Keberhasilan dan Kegagalan GTSL
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan GTS adalah :

1. Gigi tiruan tersebut harus tahan lama


2. Gigi tiruan tersebut harus dapat mempertahankan dan
melindungi gigi yang masih ada serta jaringan yang sekitarnya.
3. Gigi tiruan tersebut tidak boleh merugikan pasien dalam
bentuk apapun
4. Gigi tiruan tersebut harus mempunyai konstruksi dan
desain yang harmonis.
Keberhasilan pembuatan GTS adalah
1. Kooperatifan pasien.
2. Kondisi rongga mulut pasien
3. Kemampuan tekniker

70

4.

Retensi dan stabilisasi GTS yang berasal dari cengkram dan


anatomi rongga mulut pasien.

5. Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok


6. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut
Kegagalan Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan :
1. Manipulasi yang salah: mencetak dan permukaan oklusal yang
tidak balance oclution
2. Perluasan landasan geligi tiruan yang tidak memenuhi syarat atau
landasan geligi tiruan yang tidak cermat.
3. Oklusi yang tidak layak yaitu relasi sentris, dimensi vertical
dan kontak premature yang salah, hubungan sentris dan eksentris serta
hubungan tonjol yang kurang seimbang
4.

Daya horizontal dari bibir, pipi dan lidah pada gigi-gigi dan
sayap geligi tiruan.

71

Anda mungkin juga menyukai