Chronic Sorrow Theory
Chronic Sorrow Theory
Chronic Sorrow Theory
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori Middle Range, merupakan level kedua dari teori keperawatan,
abstraknya pada level pertengahan, inklusif, diorganisasi dalam lingkup terbatas,
memiliki sejumlah varibel terbatas, dapat diuji secara langsung. Teori MiddleRange memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik.
Hubungan antara penelitian dan praktik menurut Merton (1968), menunjukkan
bahwa Teori Mid-Range amat penting dalam disiplin praktik, selain itu Walker dan
Avant (1995) mempertahankan bahwa mid-range theories menyeimbangkan
kespesifikannya dengan konsep ekonomi secara normal yang nampak dalam
grand teori. Akibatnya mid-range teori memberikan manfaat bagi perawat, mudah
diaplikasikan dalam praktik dan cukup abstrak secara ilmiah. Chinn dan Kramer
(1995:216) mengatakan bahwa mid-range teori sesuai dengan lingkup fenomena
yang relatif luas tetapi tidak mencakup keseluruhan fenomena yang ada dan
merupakan masalah pada disiplin ilmu. Contoh yang mewakili mid-range teori
adalah teori meredakan nyeri dalam keperawatan. Teori ini lebih luas dari theory
neural conduction terhadap rangsangan nyeri tetapi lebih sempit dari tujuan
mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Jadi fenomena nyeri terkait
pada konsep mid-range pada keperawatan, karena nyeri adalah salah satu dari
fenomena yg terdiri dari konsep global suatu disiplin.
Mid-range theories berfokus pada konsep peminatan perawat dan
mencakup nyeri, empati, berduka, konsep diri, harapan, kenyamanan, martabat
dan kualitas hidup. Contoh dalam keperawatan middle range theories adalah :
Rogerss Theory dari akselerasi perubahan, Roys Theory dari teori adaptasi,
Kings Theory dari pencapaian tujuan.
Teori chronic sorrow merupakan teori mid-range karena dalam teori ini
membahas tentang fenomena yang spesifik yaitu tentang masalah-masalah yang
timbul dari penyakit kronis mencakup proses berduka, kehilangan, faktor
pencetus dan metoda manajemennya. Karena kespesifikan teori tersebut, maka
teori ini mudah diaplikasikan dalam praktik keperawatan.
Banyak penelitian yang telah dilakukan sebagai aplikasi teori ini terkait
dengan penyakit kronik seperti pada pasien multiple sklerosis, diabetes mellitus
pada anak, anemia sickle cell pada anak, epilepsy, sindrom down, spina bifida,
dan lain-lain.
Penyakit
kronis
dapat
didefinisikan
sebagai
kondisi
sakit
yang
konsep
penerapannya
dasar
pada
teori
asuhan
keperawatan
keperawatan
chronic
di
tatanan
sorrow
dan
pelayanan
kesehatan.
2. Tujuan Khusus :
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :
a. Agar perawat yang bekerja di rumah sakit dapat menerapkan teori
chronic sorrow pada klien.
b. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat tentang konsep
teori chronic sorrow.
c. Mampu menerapkan teori chronic sorrow pada asuhan keperawatan
dengan pendekatan proses keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Sejarah
1. Georgene Gaskill Eakes
Georgene Gaskill Eakes lahir di New Bern, North Carolina. Dia
menerima Diploma keperawatan dari Sekolah keperawatan Rumah sakit
Watts di Durham, North Carolina 1966 dan pada tahun 1977 dia lulus
Bacalaureate dengan Summa Cumlaude dari North Carolina Agricultural
dan Technical State university. Eakes melanjutkan M.S.N pada University
of North Carolina di Greensboro pada tahun 1980 dan Ed.D dari North
Carolina
State
University
pada
tahun
1988.
Eakes
menerima
kesadarannya
tentang
bagaimana
mempersiapkan
Eakes
mengkontak
Burke
untuk
publikasinya,
Eakes
melakukan
mekanisme
koping
efektif
(G.
Eakes,
personal
communication, 2005).
2. Mary Lermann Burke
Mary Lermann Burke dilahirkan di Sandusky Ohio dimana dia
menyelesaikan sekolah elementary dan secondary. Dia menerima
penghargaan untuk pertama kalinya saat diploma dari Good Samaritan
Hospital School of Nursing di Cincinnati tahun 1962 kemudian diikuti
sertifikat post graduate dari Childrens Medical Center di District
Columbia. Setelah beberapa tahun bekerja di keperawatan pediatric,
Burke lulus dengan Summa Cum Laude dari Rhode Island College
kesehatan
mental
dan
psikiatrik.
Reseach
Chronic
Sorrow
(NCRCS)
dibuat
10
populasi
ini
juga
kesedihan
kronis.
11
pengalaman
kesedihan
tersebut
biasanya
akan
menggunakan
metode
adalah
situasi,
keadaan
dan
kondisi
yang
12
F.
Strategi Manajemen
NCRCS menyakinkan bahwa kesedihan kronis bukan masalah jika para
interpersonal
misalnya
dengan
13
G. Asumsi Utama
1. Keperawatan
Diagnosis penderitaan kronik dan memberikan intervensi sesuai dengan
lingkup praktik keperawatan, perawat dapat memberikan antisipasi
berduka pada individu yang beresiko. Peran utama perawat meliputi
menunjukan rasa empati, ahli/profesional, caring dan pemberi asuhan
keperawatan yang kompeten.
2. Manusia
Manusia mempunyai persepsi yang idealis pada proses kehidupan dan
kesehatan.
Orang
membandingkan
pengalamanya
dengan
kedua
14
4. Lingkungan
Interaksi yang terjadi di dalam suatu masyarakat, yang mana meliputi
lingkungan keluarga, sosial, lingkungan kerja dan lingkungan perawatan
kesehatan. Respon individu di kaji berdasarkan hasil interaksi individu
terhadap norma-norma sosial (Eakes, Burke, & Hainsworth, 1998).
H. Dampak Kehilangan
1. Masa kanak-kanak :
a. Mengancam kemampuan anak untuk berkembang.
b. Kadang-kadang regresi.
c. Merasa takut ditinggalkan dibiarkan kesepian.
2. Remaja dan dewasa muda :
a. Disintegrasi dalam keluarga.
b. Kematian pada orang tua wajar.
3. Dewasa tua :
a. Kematian pasangan.
b. Masalah kesehatan meningkat.
I.
Berduka (Grieving)
Berduka adalah reaksi emosi terhadap kehilangan, biasanya akibat
15
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Kasus
Annie adalah anak pertama Amanda dan Alan yang sudah lama
dirindukan kehadirannya didunia ini. Ketika dia dilahirkan dia tidak responsif,
terkulai dan tidak mampu untuk saat diberi makan. Prognosisnya buruk dan dia
diprediksikan tidak akan bertahan hidup. Ketika dia berumur beberapa minggu,
orang tua nya membawanya pulang ke rumah dan mereka diberitahu untuk
memberinya kecintaan, karena dia akan berumur pendek. Faktanya, perawat
klinik mengatakan kepada Amanda bahwa itu akan lebih baik jika Annie
menghilang saja. Karena ternyata Amanda mempunyai radang selaput otak (viral
meningitis) selama trimester pertama kehamilannya.
B. Tinjauan Teori
Orang
tua
dengan
anak
yang
didiagnosa
dengan
16
proses yang disebut dengan kehilangan loss anak yang normal dan peran
orangtua yang normal yang mereka harapkan. Profesional perawatan kesehatan
primer membutuhkan pemahaman terhadap kehilangan alamiah ini dan
dampaknya terhadap kehidupan keluarga dan masa depan orangtua. Saat
didiagnosa adalah merupakan waktu penuh emosional dan kebingungan yang
sering juga adalah kecemasan yang tinggi. Orangtua tidak akan pernah siap
untuk mendengar berita yang traumatik tentang anak mereka dan pendapat
anggota keluarga, teman, para kenalan dan laporan media yang menambah
kebingungan mereka. Informasi akurat dan komprehensif tentang disability dibuat
secepat mungkin meliputi hasil positif dan negatif terhadap kerusakan dan
disabillity.
Sebaiknya
orangtua
dipersiapkan
dulu
bahwa
mereka
akan
17
4. Management method
Secara internal pasangan
ini
menggunakan
strategi
koping
untuk
mengidentifikasi
strategi
koping
secara
personal.
c. Intervensi
1) Grief work fasilitation :
Identifiksi kehilangan
Bantu pasien untuk mengidentifikasi ikatan antara orang yang
hilang
18
identifikasi
ketakutan
yang
paling
besar
terhadap
kehilangan
Instruksikan dalam fase berduka
Dukung perkembangan melalui tahapan berduka
Libatkan orang yang berarti dalam diskusi/pengambilan keputusan
Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi koping personal
Anjurkan pasien untuk melakukan kebiasaan sosial, budaya dan
keagamaan
Komunikasikan tentang penerimaan kehilangan
Beri reinforcement untuk perkembangan yang dbuat dalam proses
berduka
19
2) Hope instillation :
Bantu pasien/ keluarga untuk mengidentifikasi harapan dalam hidup
Informasikan pasien tentang situasi saat ini adalah bagian yang
temporer
Demonstrasikan harapan dengan mengenali nilai intrinsik pasien
dan pandangan penyakit dari segi individu
Kembangkan mekanisme koping individu
Ajarkan mengenali realita dengan mengamati situasi dan membuat
perencanaan darurat
Bantu pasien menemukan dan meninjau ulang tujuan berhubungan
dengan harapan
Bantu pasien kembangkan spiritual diri
Hindari menutupi kebenaran
Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan diri
Ajarkan kepada keluarga tentang aspek positif pada harapan
Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk terlibat dalam
kelompok pendukung
Ciptakan lingkungan untuk praktik keagamaan pasien
20
3) Coping enhancement :
Kaji hal-hal yang dapat merubah gambaran diri klien
Kaji dampak situasi kehidupan klien terhadap peran dan hubungan
Dukung klien untuk mengidentifikasi gambaran nyata perubahan
peran
Kaji pemahaman klien terkait dengan proses penyakit
Kaji dan diskusikan alternatif respon terhadap situasi
Gunakan pendekatan yang membuat klien tenang dan nyaman
Ciptakan suasana untuk dapat menerima klien
Bantu
klien
untuk
mengembangkan
kemampuannya
untuk
21
22
Kenalkan klien dengan orang atau grup yang telah sukses dalam
menyelesaikan masalah yang sama
Dukung penggunaan mekanisme defensif
Dukung klien untuk mengungkapkan perasaan, persepsi dan
ketakutannya
Diskusikan konsekuensi ketika tidak mampu menerima rasa
bersalah dan perasaan malu
Dukung klien untuk mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan
jangka panjang
Bantu klien untuk menyederhanakan tujuan menjadi labih mudah
untuk dilakukan
Bantu klien untuk mengkaji sumber-sumber yang tersedia untuk
mencapai tujuan
Kurangi stimulus lingkungan yang dapat mengancam
Kaji kebutuhan pasien akan support social
Tingkatkan keterlibatan keluarga dan orang-orang terdekat dalam
perawatan
Dukung keluarga untuk mengunkapkan perasaannya mengenai
penyakit yang dialami anggota keluarganya
Sediakan keterampilan-keterampilan sosialisasi
23
dan
mengatur
kebutuhan
hidupnya
serta
4) Counseling :
Bina hubungan saling percaya sebagai dasar rasa percaya dan
perhatian
Tunjukkan perasaan empati, kehangatan, dan ketulusan
Lakukan konseling yang lebih mendalam
Tentukan tujuan
Tingkatkan privasi klien dan rasa percaya diri klien
Berikan informasi yang nyata sesuai kebutuhan
Anjurkan untuk mengekspresikan perasaan
24
klien
untuk
mencatat
dan
memprioritaskan
alternatif
tools
pengkajian
untuk
membantu
meningkatkan
25
5) Emotional Support :
Diskusikan dengan klien terkait pengalaman emosional klien
Eksplorasikan stimulus yang memicu emosi klien
Berikan dukungan atau pernyataan yang empati
Berikan sentuhan yang terapeutik
Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri
Bantu klien untuk mengungkapkan perasaannya seperti cemas,
takut, sedih
Dengarkan keluhan klien dengan tenang
Fasilitasi klien untuk mengidentifikasi mekanisme koping terhadap
ketakutan yang dialami
Berikan dukungan selama fase menolak, marah, tawar menawar
dan menerima terhadap proses berduka
Identifikasi adanya perasaan marah, frustasi dan amuk yang dialami
klien
Berikan kesempatan klien untuk mengunkapkan perasaannya atau
menangis untuk menurunkan emosinya
26
Berada bersama klien dan beri rasa aman dan nyaman selama
periode cemas
Bantu dalam pengambilan keputusan
Kurangi beban pikiran klien ketika klien berada dalam kondisi stress
(jangan menambah beban pikirannya selama sakit)
6) Spiritual Support :
Gunakan komunikasi terapeutik untuk membina rasa percaya dan
empati
Kaji pengalaman masa lalu klien yang mendukung kekuatan
spiritualnya
Rawat klien dengan sopan
Motivasi klien untuk mengenang masa lalu yang menyenangkan
Motivasi klien untuk berinteraksi dengan anggota keluarga, teman
dan orang lain
Berikan waktu khusus dan ketenangan untuk aktivitas spiritual
Motivasi klien untuk berpartisipasi dalam kelompok pendukung
sosialnya
Ajarkan metode relaksasi, meditasi dan imaginasi terbimbing
Diskusikan kepercayaan diri mengenai arti dan tujuan hidup
27
terhadap
ekspresi
klien
akan
kesendirian
dan
ketidakberdayaan
Dukung penggunaan sumber-sumber spiritual
Libatkan rohaniawan
Fasilitasi individu untuk melakukan meditasi, ibadah atau ritual dan
tradisi keagamaannya
Dengarkan secara cermat
Yakinkan klien bahwa perawat akan selalu ada untuk klien
Menerima setiap keluhan klien terkait penyakit dan kematian
Bantu klien untuk mengekspresikan perasaan marah dan cara
mengendalikannya.
28
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penyakit kronis
dapat
didefinisikan
sebagai
kondisi
sakit
yang
29
D AFTAR PUSTAKA
30