Pemeriksaan Fisik Sistem Imun Hematologi
Pemeriksaan Fisik Sistem Imun Hematologi
Pemeriksaan Fisik Sistem Imun Hematologi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu sistim atau
suatu organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan
(auskultasi). (Raylene M Rospond,2009; Terj D. Lyrawati,2009).
Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data yang sistematik dengan memakai indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, dan rasa untuk mendeteksi masalah kesehatan klien.Untuk pemeriksaan fisik perawat
menggunakan teknik inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi (Craven & Hirnle, 2000; Potter & Perry, 1997;
Kozier et al., 1995).
Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan
klien.Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara.Fokus pengkajian fisik keperawatan
adalah pada kemampuan fungsional klien.Misalnya , klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka
perawat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau
tidak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas adapun masalah yangdapat kami kaji dalam makalah ini
yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
C. Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini semoga makalah ini bisa membantu mahasiswa
untuk lebih mengetahui tentang pengkajian fisik pada sistem imun hematologi dan menambah
wawasan pengetahuan mahasiswa tentang bagaimana pengkajian pada sistem imun hematologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap
system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat
untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi
yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005).
2. Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010)
B. Pengkajian Umum Sistem Hematologi
Pengkajian fisik adalah keterampilan paling esensial yang memerlukan banyak latihan
dalam melakukannya. Tujuan melakukan pengkajian fisik adalah untuk mengembangkan
pemahaman tentang masalah medis pasien dan membuat diagnosis banding. Pengkajian pada
klien dengan gangguan hematologi perlu dilakukan dengan teliti, sistematis, serta memahami
dengan baik fisiologis dari setiap organ system hematologi. Hal ini perlu dilakukan agar
kemungkinan adanya kesulitan dikarenakan gambaran klinis atau tanda serta gejala yang
hampir sama antara gangguan hematologi primer dan sekunder dapat diminimalkan.
Informasi dilakukan baik dari klien maupun keluarga tentang riwayat penyakit dan
kesehatan dapat dilakukan dengan anamnesis ataupun pemeriksaan fisik. Agar data dapat
terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya dilakukan penggolongan atau klasifikasi data
berdasarkan identitas klien, keluhan utama, riwayat kesehatan, keadaan fisik, psikologis,
sosial, spiritual, intelegensi, hasil-hasil pemeriksaan dan keadaan khusus
lainnya. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data keperawatan pada tahap
pengkajian adalah wawancara (interview), pengamatan (observasi), dan pemeriksaan
fisik(pshysical assessment). dan studi dokumentasi.
1. Wawancara
Biasa juga disebut dengan anamnesa adalah menanyakan atau tanya jawab yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang
direncanakan. Dalam berkomunikasi ini perawat mengajak klien dan keluarga untuk bertukar
pikiran dan perasaannya yang diistilahkan teknik komunikasi terapeutik.
Macam wawancara
a. Auto anamnesa yaitu wawancara dengan klien langsung
b. Allo anamnesa yaitu wawancara dengan keluarga / orang terdekat.
a.
b.
c.
d.
2. Observasi
Tahap kedua dalam pengumpulan data adalah pengamatan, dan pada praktiknya kita lebih
sering menyebutnya dengan observasi. Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan
klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Tujuan dari
observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan
alat panca indra. Contoh kegiatan observasi misalnya : terlihat adanya kelainan fisik, adanya
perdarahan, ada bagian tubuh yang terbakar, bau alkohol, urin, feses, tekanan darah, heart
rate, batuk, menangis, ekspresi nyeri, dan lain-lain.
3. Pemeriksaan Fisik
Tahap ketiga dalam pengumpulan data adalah pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dalam
keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien.
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara. Fokus pengkajian fisik
keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien. Misalnya , klien mengalami
gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah gangguan tersebut
mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak.
Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan adalah untuk menentukan status
kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk menentukan
rencana tindakan keperawatan.
Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu :
a. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang
diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat
membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian
tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu dibandingkan
hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata
kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
b. Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah
instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang : temperatur,
turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
1) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
2) Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
3) Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
4) Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi
(patah tulang), dan lain-lain.
c.
Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu
untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan
suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi
jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
1) Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
2) Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada
pneumonia.
3) Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi
daerah hepar.
4) Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya
daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.dan timpani pada usus
d. Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara
yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Halhal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
1) Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan
mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia,
TBC.
2) Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi.
Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
3) Wheezing : bunyi yang terdengar ngiii.k. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun
ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
4) Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar kering seperti suara gosokan amplas pada
kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.
C. Pengkajian Fisik
1. Pasien anak-anak/pediatrik
Pemeriksaan fisik seorang anak dilakukan secara terstruktur dan sistematik, tetapi
pendekatan cephalocaudal yang biasanya lebih disukai untuk orang dewasa mungkin tidak
selalu dapat dilakukan dengan sempurna pada anak-anak. Untuk anak-anak yang lebih
dewasa dan remaja, urutan pemeriksaan seperti pada pasien dewasa mungkin dapat
dilakukan, tetapi makin muda pasiennya maka makin besar kemungkinannya untuk
menggunakan pendekatan oportunisik untuk dapat memperoleh data pengkajian vital.
2. Pasien usia lanjut/geriatrik
Pengkajian pasien geriatric cukup kompleks dan memakan waktu, tergantung pada
tingkat keragaman, tingkat kronis dan kompleksitas masalah fisik yang mendasari.
Pemeriksaan fisik umum sama seperti pada pasien dewasa; namun, perubahan posisi
diusahakan sesedikit mungkin. Ruangan harus dijaga sedikit lebih hangat, atau diperlukan
selimut tambahan. Kadang-kadang, ketidakmampuan pasien untuk mencapai atau
mempertahankan posisi optimal membuat pemeriksa harus menyesuaikan posisinya gar dapat
melakukan pengkajian secara adekuat.
D. Pendekatan Pengkajian Fisik
Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan :
1. Head to toe (kepala ke kaki)
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki. Mulai
dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan
tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rectum,
ektremitas.
2. ROS (Review of System / sistem tubuh)
Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan umum, tanda
vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem perkemihan,
sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen, sistem reproduksi. Informasi yang
didapat membantu perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat
perhatian khusus.
3. Pola fungsi kesehatan Gordon, 1982
Perawat mengumpulkan data secara sistematis dengan mengevaluasi pola fungsi
kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus meliputi : persepsi
kesehatan-penatalaksanaan kesehatan, nutrisi-pola metabolisme, pola eliminasi, pola tiduristirahat, kognitif-pola perseptual, peran-pola berhubungan, aktifitas-pola latihan, seksualitaspola reproduksi, koping-pola toleransi stress, nilai-pola keyakinan.
4. Doengoes (1993)
Mencakup : aktivitas / istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi, makanan dan cairan,
hygiene, neurosensori, nyeri / ketidaknyamanan, pernafasan, keamanan, seksualitas, interaksi
sosial, penyuluhan / pembelajaran.
E. Pengkajian Sistem Kekebalan Tubuh
1. Identitas Pasien meliputi nama, umur, seks, suku/bangsa, pendidikan, status
perkawinan, alamat
2. Riwayat kesehatan meliputi:
a. Keluhan utama
1) Kelelahan
2) Demam
3) Diaforesis, keringat malam
4) Kemerahan
5) Kelemahan muscular
6) Nyeri / pembengkakan sendi
7) Penurunan berat badan
8) Proses pemulihan buruk
f.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
g.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Riwayat sosial
Merokok
Penggunaan alkohol
Peningkatan stres
Pilihan seksual
Pasangan seks multipel
Penggunaan obat iv, pemakaian jarum bersama-sama
Riwayat pengobatan
Imunisasi
Menerima darah atau produk darah sebelum 1985
Hidralazin
Prokainmid
Isoniazid
Penggunaan obat-obatan iv secara gelap
3. Riwayat kesehatan
a. Keadaan umum meliputi tanda-tanda vital ( nadi, respirasi, tekanan darah,suhu), tinggi
badan dan berat badan.
b. Sistem integumen
1) Sensitivitas matahari
2) Berkilau, kulit tegang diatas sendi yang rusak
3) Modul subkutaneus diatas tonjolan tulang
4) Kemerahan
5) Eritema : kupu-kupu pada pipi dan hidung : nodusum
6) bercak putih, abu-abu/putih pada mukusa
7) Lesi merah sampai ungu / coklat
8) vesikel herpetic
9) Olserasi oral, nasal
10) Kista tulang ; tangan ; kaki
11) Perlambatan pemulihan luka
12) Alopesia parsial
c. Sistem syaraf pusat
1) Umum meliputi sakit kepala, parestesia, paralisis, neuritis, perubahan kesadaran.
2) Kognitif meliputi kerusakan memori, kerusakan konsentrasi, penurunan proses berpikir, dan
kacau mental.
3) Motorik meliputi gaya berjalan, kelemahan tungkai bawah, penurunan koordinasi
tangan, tremor dankejang.
4) Perilaku meliputi kurang menjiwai, menarik diri, emosional labil, perubahan kepribadian,
ansietas, mengin
d. Sistem penglihatan meliputi fotokobia, berkurangnya lapang pandang penglihatan, diplopia,
kebutaan, pandangan kabur, katarak, badan cytoid retinal, kinjungtivitas & ureitis, proptosis,
papiledema
e. Sistem pernafasan meliputi sesak nafas, dipsnea, ispa sering, batuk, takipnea, sianosis,
pendarahan, hipertensi pulmoner, fibrosis
f. Kardiovaskuler meliputi palpitasi, lakikardia, nyeri dada dari sendang sampai berat,
hipertensi, murmur, kardiomegali, dan fenimena reynouds
g. Sistem gastrointestinal meliputi anorexia, mual, disfagia, nyeri abdomen, kram, kembung,
gatal pada rectum, nyeri, penurunan berat badan, tidak disengaja, muntah, diare, fisura
tektum, pendarahan, hepatosplenomegali
h. Sistem gonotourinarius meliputi hemakuria, serpihan selular, azotemia, nyeri panggul, nyeri
pada waktu berkemih, reynouds
i. Sistem muskuloskeletal meliputi nyeri dan kekacauan sendi, kelemahan muscular, parestesia
pada tangan dan kaki, artralgia, peradangan/pembengkakan sendi, kerusakan fungsi sendi,
nodul-nodul subkutan pada tonjolan hati dan edema jaringan lunak
j. Sistem hematologi meliputi petekie, purpura, mudah memar, epistaksis dan pendarahan gusi
k. Sistem limfatik meliputi limpadenopati dan splenomegali
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Elisa
Teknik ELISA pertama kali diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan Eva
Engvall. Enzim-Linked immune sorbent assay (ELISA) atau dalam Bahasa Indonesianya
disebut sebagai uji penentuan kadar immunosorben taut-enzim, merupakan teknik pengujian
serologi yang didasarkan pada prinsip interaksi antara antibody dan antigen. Pada awalnya,
teknik ELISA hanya digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi keberadaan
antigen maupun antibody dalam suatu sampel seperti dalam pendeteksian antibody IgM, IgG,
dan IgA pada saat terjadi infeksi (pada tubuh manusia khususnya, misalya pada saat terkena
virus HIV). Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan,teknik ELISA juga
diaplikasikan dalam bidang patologi tumbuhan, kedokteran, dll.
Test alergi
Alergi merupakan suatu kelainan sebagai reaksi imun tubuh yang tidak di harapkan.
Istilah alergi dikemukan pertama kali oleh Von Pirquet pada tahun 1906 yang pada dasarnya
mencakup baik respon imun berlebihan yang menguntungkan seperti yang terjadi pada
vaksinasi, maupun mekanisme yang merugikan dan menimbulkan penyakit. Tes alergi adalah
suatu cara untuk menentukan penyebab alergi.Beberapa jenis tes alergi seperti tes tusuk kulit
(Skin Prick Test), tes tempel (Patch Test), tes RAST (Radio Allergo Sorbent Test), tes kulit
intrakutan, tes provokasi dan eliminasi makanan dan tes provokasi obat
2.
4.
Limfanglografi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian fisik adalah keterampilan paling esensial yang memerlukan banyak latihan
dalam melakukannya. Tujuan melakukan pengkajian fisik adalah untuk mengembangkan
pemahaman tentang masalah medis pasien dan membuat diagnosis banding. Pengkajian pada
klien dengan gangguan hematologi perlu dilakukan dengan teliti, sistematis, serta memahami
dengan baik fisiologis dari setiap organ system hematologi. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data keperawatan pada tahap pengkajian adalah
wawancara (interview), pengamatan (observasi), dan pemeriksaan fisik (pshysical
assessment). dan studi dokumentasi.
Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Pada pemeriksaan fisik seorang anak dilakukan secara terstruktur dan sistematik,
sedangkan pengkajian pasien geriatric cukup kompleks dan memakan waktu, tergantung pada
tingkat keragaman, tingkat kronis dan kompleksitas masalah fisik yang
mendasari. Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan Head to toe (kepala ke kaki),
ROS (Review of System / sistem tubuh), pola fungsi kesehatan Gordon, 1982, dan Doengoes
(1993)
B. Saran
Kita sebagai seorang perawat harus mempelajari pengkajian fisik dengan benar, karena
dengan pengakajian fisik yang benar dan tepat akan memungkinkan perawat untuk mebuat
penilaian klinis. Keakuratan pengkajian fisik yang kita lakukan akan mempengaruhi
pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi.
DAFTAR PUSTAKA
Mary Meyers-Marquardt.1997.Pengkajian Keperawatan Kritis.Jakarta:EGC
Hudak dan Galo. 1996. Keperawatan Kritis: Volume II. Jakarta: EGC.
Jonathan Gleadle.2005.At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Erlangga.
Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomik FKUI. 1973. Patologi. Jakarta: FKUI.
Wiwik handayani&Andi sulistyo haribowo, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
http://id.wikipedia.org/wiki/ELISA
http://www.scribd.com/doc/131196084/limfangiografi-komplit-doc
http://www.amazine.co/26484/apa-itu-biopsi-sumsum-tulang-prosedur-resiko-biayanya/
http://ristalikestar.blogspot.com/2014/09/pemeriksaan-fisik-sistem-imunhematologi.html
PENGKAJIAN
1. DATA DEMOGRAFI
1) usia ( aging proses)
2) suku bangsa - ras normal / abnormal tergantung suku bangsa
3) pekerjaan - paparan sinar matahari, kimia iritasi zat atau substansi yang
abrasive - lingkungan yang menjadi faktor masalah kulit
2. RIWAYAT KESEHATAN
1) riwayat medis dan pembedahan
a. riwayat medis baik saat ini atau sebelumnya
b. riwayat pembedahan
2) riwayat keluarga riwayat pengobatan
a. tentang penyakit kulit yang kronis
b. anggota keluarga yang bermasalah dengan gangguan sistem integumen
3) RIWAYAT SOSIAL
pekerjaan aktifitas sehari-hari dengan lingkungannya, reaksi dss.
4) RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
a. kapan pertama kali mendapat masalah kulit
b. bagian tubuh mana yang pertama kali terkena
c. menjadi lebih baik atau memburuk
d. mempunyai kondisi yang sama sebelumnya
e. apa faktor penyebabnya
f. bagaimana penatalaksanaanya
g. adakah masalah yang menyertai : gatal, rasa terbakar, baal, nyeri, demam,
nausea, vomiting, diare, sakit tenggorokan , dingin kaku
h. keadaan buruk jika tersinar matahari, pengobatan panas atau dingin
i. apa yang membuat masalah menjadi baik
j. apa faktor pencetus karena makanan , sprei baru, sabun baru, kosmetik baru
dan lain-lain.
k. Bagaimana ruam atau lesi tersebut terlihat ketika muncul untuk pertama
kalinya
l. Apakah terdapat rasa gatal, tebakar, kesemutan atau seperti ada yang
merayap
m. Apakah ada gangguan sensasi kulit
n. Apakah masalah tersebut menjadi bertambah pada musim tertentu
o. Apakah anda mempunyai riwayat hypever, asma atau alergi
p. Apakah ada di keluarga yang mempunyai masalah kulit
q. Apakah erupsi kulit muncul setelaah makan makanan tertentu
r. Apakah anda mengkonsumsi alkohol
s. Apakah ada hubungan antara kejadian tertentu dengan ruam kulit
t. Obat- obatan apa yang anda gunakan ( krim, salep, lotion) untuk mengobati
kelainan kulit tersebut yang dapat dibeli di toko obat
u. Jenis kosmetik apa untuk perawatan kulit yang anda gunakan
v. Apakah di lingkungna sekitar anda terdapat faktor- faktor ( tanaman, hewan jat
iritan, kimia infeksi ) yang menimbulkan masalah pada kulit
w. Apakah ada sesuatu mengenai kulit yang yang menimbulkan ruam.
5) RIWAYAT DIET
Kaji BB, Bentuk tubuh, dan makanan yang disukai
6) STATUS SOSIAL EKONOMI
Latar belakang status ekonomi klen intuk mengidentifikasi faktor lingkungan
yang dapat menjadi faktor penyebab penyakit kulit ( berapa kjam terpapar sinar
matahari, bagaimana dengan personal hygienenya.
7) RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
b.
c.
hubungkan dengan gejala penyerta yang lain : gatal, gatal rasa terbakar,
rasa bassal;, demam, nausea dan vomiting, nyerio tenggorokan , Kaku kuduk
d.
II.
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi dan palpasi dengan menggunakan : - penlight untuk menyinari lesi pakaian dapat dilepaskan seluruhnya dan diselimuti dengan benar - proteksi diri
sarung tangan haris dipakai ketika melakukan pemeriksaan kulit Tampilan umum
kulit karakteristik kulit normal diantaranya:
1.
warna warna kulit normal bervariasi antara orang yang satu dengan yang
lain dari berkisar warna gading atau coklat gelap, kulit bagian tubuh yang
terbuka khususnya di kawasan yang beriklim panas dan banyak cahaya matahari
cenderung lebih berpigmen efek vasodilatasi yang ditimbulkan oleh demam
sengatan matahari dan inflamasi akan menimbulkan bercak kemerahan pada
kulit, pucat merupakan keadaan atau tidak adanya atau berkurangnya toonus
serta vaskularissi yang normal dan paling jelas terlihat pada konjungtiva. Warna
kebiruan pada sianosis menunjukan hipoksia seluler dan mudah terlihat pada
ekstremitas , dasar ,kuku bibir serta membran mukosa. Ikterus adalah keadaan
kulit yang menguning , berhubungan langsung dengan kenaikan bilirubin serum
dan sering kali terlihat pada sklera serta membran mukosa.
2.
Tekstur kulit Tekstur kulit normalnya lembut dan kencang, pajanan
matahari, proses penuaan dan peroko berat akan membuat kulit sedikit lembut.
Niormalnya kulit adalah elastis dan akan lebih cepat kembali turgor kulit baik
3.
Suhu Suhu kulit normalnya hangat , walaupun pada beberapa kondisi
pada bagian ferifer seperti tangan dan telapak kaki akan teraba dingin akibat
vasokontriksi
4.
Kelembaban Secara normal kulit akan teraba kering saat disentuh. Pada
suatu kondisi saat ada peningkatan aktifitas dan pada peningkatan kecemasan
kelembaban akan meningkat
5.
Bau busuk Kulit normal bebas dari bau yang tidak mengenakan. Bau yang
tajam secara normal akan ditemukan pada peningkatan produksi keringat pada
area aksila dan lipat paha
6.
(EFLORENSI) Eflorensi adalah pengkajian kelainan kulit yang dapat dilihat
dengan mata telanjang dan bila perlu di periksa dengan perabaan ada 2 macam
pengkajian efrolensi
a.
eflorensi primer adalah kelainan kulit yang terjadi pada permulaan
penyakit diantaranya : - makula : warna kulit tegas, ukuran bentuk bervariasi,
tanpa disertai peninggian atau cekungan diameter
b.
lorensi sekunder adalah kelainan kulit yang terjadi selama perjalanan
penyakit
1.Biops Kulit.
Mendapatkan jaringan untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik dengan cara
eksisi dengan scalpel atau alat penusuk khusus ( skin punch) dengan mengambil
bagian tengah jaringan. Indikasi Pada nodul yang asal nya tidak jelas untuk
mencegah malignitas. Dengan warna dan bentuk yang tidak lazim. Pembentukan
lepuh.
2. Patch Test
Untuk mrngenali substansi yang menimbulkan alergi pada pasien dibawah
plester khusus ( exclusive putches ). indikasi - Dermatitis, gejalak kemerahan,
tonjolan halus, gatal- gatal. Reaksi + lemah. - Blister yang halus, papula dan
gatal gatal yang hebat reaksi + sedang. - Blister/bullae, nyeri, ulserasi reaksi +
kuat. Penjelasan pada pasien sebelum dan sesudah pelksanaan patch test : Jangan menggunakan obat jenis kortison selam satu minggu sebelum tgl
pelaksanaan. - Sample masing masing bahan tes dalam jumlah yang sedikit
dibubuhkan pada plester berbentuk cakaram kemudian ditempel pada
punggung,dengan jumlah ynag bervariasi.( 20 30 buah.). - Pertahankan agar
daerah punggung tetap kering pada saat plester masih menempel. - Prosedur
http://andikoibito.blogspot.com/2012/03/pengkajian-sistem-integumen-danasuhan.html