Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara
REGIONAL INDONESIA
“SULAWESI”
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
DEPARTEMEN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2009
BAB 1
PENDAHULUAN
3. Apakah bentuk rupa bumi tersebut mempengaruhi penggunaan lahan dan mata
pencaharian di wilayah tersebut?
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman bentuk rupa bumi di
Pulau Sulawesi, dan untuk mengetahui sejarah dan proses pembentukannya
BAB 2
WILAYAH KAJIAN
Sulawesi adalah pulau dalam wilayah Indonesia yang terletak diantara Pulau Kalimantan
dan Kepulauan Maluku. Dengan luas wilayah sebesar 174.600 km²,Sulawesi merupakan
pulau terbesar ke-11 sedunia.
Gorontalo
Sulawesi Barat
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Utara
Geografis
Sulawesi merupakan pulau terbesar keempat di Indonesia setelah Papua, Kalimantan dan
Sumatera dengan luas daratan 174.600 kilometer persegi. Bentuknya yang unik
menyerupai bunga mawar laba-laba yang membujur dari utara ke selatan dan tiga
semenanjung yang membujur ke timur laut, timur dan tenggara. Pulau ini dibatasi oleh
Selat Makasar di bagian barat dan terpisah dari Kalimantan serta dipisahkan juga dari
Kepulauan Maluku oleh Laut Maluku.
Koolhofen (1932) menduga bahwa katil matano berlandasan peridotitic, ither dari
NW ke SE atau pada arah terbalik.
Brouwer (1934) menyebutkan pelipatan intensive dan local, menyerupai ular pada
saat Mesozoic seperti weel sebagai katil tersier, pada selatan penampang melintang dari
Danau Towuti.
Pada 1947 pengarang ini memberikan rangkuman berikut pada observasinya,
“Penggelunturan persilangan kita dari bagian utara, dari semenanjung bagian tenggara
peridotites yang menyerupai ular, yaitu sebagian mylonitic, terjadi dekat pantai barat,
stratigraphic dan hubungan tektonis di antara batu tulis terdiri dari kristal dan berlipat,
bukan batuan sediment yang sedikit metamorf, yang terjadi dari timur.
Bagian tengah dari semenanjung, sebagian besar consistent dengan menyarupai ular
dan peridotites. Irisan kecil dan berkumpul besar dari mesozonic dan endapan tersier
ditemukan di antara dasar teramat sangat bergoyang. Thrustplanes dan penghancuran
berulang dan brecciation dari berapi-api dan titik batuan sediment ke satu struktur silang
selimpat dari daerah ini.
Diamati thrustplanes yang mempunyai verying, sering curam pencelupan dan satu
arah umum dari penelusuran tidak dapat diperoleh dari observasi. Struktur silang selimpat
yang serupa ditemukan pada zona untuk mendominasi jeruk nipis Mesozoic melempar
dekat pantai timur.”
BOTHE, HETZEL, dan STRAETER, dikerjakan setelah tahun 1925 untuk Geol.
Survey pada bagian selatan, selatan dari baris Kolaka- Kendari, adalah semua pendapat
yang tertutup atau struktur overthhrust terjadi pada batu tulis terdiri dari kristal dan
endapan Mesozoic, dari area ini adalah kemungkinan untuk menelusuri unit structural.
BOTHE mencoba menyusun satu peta tektonos dari SE persenjatai (pada file dari survey
geologi di Bandung), tapi peta ini adalah stiil ke hipotetis ke permisi penerbitan ini.
Pada umumnya dapat disebutkan tektonis trenndlines pada pusat bagian dari Sulawesi
Tengggara garis lintang sejajar kea rah dari lengan ini (NW SE), sedangkan pada bagian
selatan dari baris Kolaka-Kendari, berbenturan dan jadilah lebih w e atau di tempat itu
juga MODA SW, dengan upthrusts atau overthrusts mengarahkan pada n dan NW.
BOTHE mencirikan untuk unit tektonis pada ares :
1. Satu kompleks batu gneiss, batu tulis mika, dan batu tulis glautophane dengan
tidak pasti, kirangya pra umur nesozoic.
2. Satu kompeks beruban, seperti grafit phyllites, serpihan batu phyllitic,
graywackes, batu gamping, schistose quartziter dan serpihan batu beraneka warna,
punya yang satu umur Mesozoic, bagian lebih dalam adalah triasso Jurassic,
sedangkan umur bagian lebih tinggi adalah jorasso seperti kapur.
3. Satu kompleks dari batuan beku gunung berapi dasar teramat sangat, dengan satu
marjin dari batu tulis hornblende dan amphibolites, termasuk dalam pulau dari
Kabaena dan di batu tulis nonrth laiwu garnetmica, khlorit batu tulis epidore,
kwarsit piemontite, biru dan marbels beruban, radiolarites dan batu gamping
globotruncana.
4. Satu kompleks dan Mesozoic dan batuan tersier pegawai rendahan, didirikan di
Buton.
BOTHE dari pendapat bahwa bentuk kompleks ini overthrust nappes, yaitu MODA
bangsal thrust. Dia menyebutkan dari atas sampai ke bawah :
a. Satu Buton atau Tobelo Nappe (meliputi kompleks No.4)
b. Satu Kabaena atau peridotite nappe (meliputi kompleks No.3)
c. Satu Kendari Nappe (meliputi kompleks No.2)
Bagaimanapun, overthrust nappes besar, dibangun oleh BOTHE (1927) pada ion
aliran agamanya ke seberang utara Buton, telah dikurangi untuk lebih proporsi rendah
hati oleh HETZEL (1936). Oleh sebab itu, juga sesuai nappes gonstructed oleh BOTHE
pada berdekatan bagian dar Sulawesi adalah sangat diragukan.
Evolusi geologi dari Sulawesi Tenggara dapat diringkas sebagai berikut:
1. Pembentukan landasan terdiri dari kristal kompleks m dekat dengan ini,
barat ke w e pra bagian atas Triassic
2. Baseleveling diikuti memperbaharui amblesan geosynclinal pada
Mesozoic. Pemecatan dari endapan Mesozoic, kiranya secara terus-menerus dari
Triassic bagian atas ke seperti kapur. Di tempat itu dan kondidi cekng
themporarily axisted (dasar dari pegawai rendahan seperti kapur matano buruk)
selama geosynclinal ini periode kerak surut thje adalah serbu dari di bawah oleh
ophiolitic bergoyang (terutama peridotites dan menyerupai ular)
3. Pada akhir dari pelipatan kuat seperti kapur, kiranya sehubungan dengan
pengangkatan dari mendampingi area, sedangkan pada area dari Danau Towuti
satu synoregenic berkapur claysandtone pembentukan dibentuk, perpaduan dari
pompangeo pembentukan di Sulawesi Tengah.
4. Darat kondisi dan baseleveling selama tersier lebih rendah.
5. Pergeseran dari sae pada Miocene lebih rendah (Te 2) berlalu bagian
tengah (timur dari Danau Towuti). Pada bagian selatan (daerah Kendari)
pergeseran mengikuti, terjadi pada waktu ledocyclina (menempatkan tersier f).
6. Diperbaharui lipatan pada akhir tersier. Rata-rata daerah selatan
(Kendari)cenderung melipat neogene adalah e w atau SW NODA.
7. Angkat umum dan penggundulan semasa quarter. Pada selatan akhir dari
Sulawasi Tenggara juga dikembangkan batu karang-karang, yaitu kemudiannya
pada, dinaikkan di atas permukaan laut. Angkat ini ditemani oleh faulthing
tegang, seperti kesalahan WNW ESE lipat graben dari Danau Matano, permukaan
dari wich berada pada 382 mdpl, sementara kedalamannya 590 m. dekat dengan
ini, barat ke barat 35 n mencenderungi kesalahan, disebut “Arah Matano” oleh
KOOLHOVEN, di sana berada di dalam area ini juga n ke NNW mencenderungi
kesalahan, disebut (Towuti Direction” oleh ahli ini.
Pada selatan akhir dari Sulawesi Tenggara, BOTHE mencirikan satu NNW SSE
mencenderungi kesalahan, timur dari Teluk Kolono, ditandai oleh spings termal. Satu
WNW mencenderungi kesalahan memisahkan Quaternary dan Neogene Utara dari
Torobulu dari Mesozoic di Bukit Tye Baito.
Batuan Ultra basic (peridotites dan yang berlekuk-lekuk) terjadi dalam waktu yang
lama di sepanjang barat Buton kecuali pada bagian pusat. Masa yang paling besar dari
batuan ini berada di Kapantoreh Mts di bagian selatan pulau. Di beberapa tempat, massif
ini juga ditemukan dengan jenis batuan gabbroic tetapi tidak dipelajari dalam
hubungannya dengan peridotis.
Pengerasan batu apung tuff pada dasar Sampolakosa di Semenanjung Teluk Utara
telah terjadi. Batuan kapur ini lebih muda daripada di dasar Sampolakosa. Itu
kemungkinan meletus selama orogenesa Plio-Plestosen, ketika daeerah tenggara Buton
telahh terangkat dan berdasarkan tekanan yang tinggi yang menybabkan blok patahan di
daerah ini.
Pada paragraph sebelumnya telah disebutkan bagaimana terbentuknya Kepulauan
Tukang Besi dalam hubungannya dengan pembentukan tektonik Buton di akhir tersier.
Pembentukan pulau dari barat laut sampai tenggara dengan arah berbaris, yang
sebagian terjadi penurunan agar terjadi pengangkatan Pulau Karang dan sebagiannya
terangkat supaya bentuk pulaunya dengan pengangkatan terumbu karang.
Pada pengangkatan Pulau Wangi-wangi, Kaledupa, dan Tomea Hetzei mengamati
batuan kapur globigerina pada lapisan ats neogene, yang kemungkinan sama bentuknya
dengan Sampolakosa dari Buton. Arah strike dari baratdaya menuju timur laut dan arah
lerang yaitu tenggara di neogene disebabkan gravitasi/ pergerakan kea rah dalam dari
Pulau Buton. Kemudian terjadi pergerakan berputar kembali, penekanan pada zona Buton
terangkat dari daerah Kepulauan Tukang Besi tenggelam ke bawah.
SULAWESI SELATAN
Geologi di bagian selatan Sulawesi terdiri dari 2 struktur yang berbeda bagian. Pada
bagian utara, utara Danau Tempe menyatu pada orogenesa Sulawesi, mengingat pada
bagian selatan menunjukkan adanya hubungan kea rah orogenesa daerah system Gunung
Sunda, garis pemisah di antara kedua bagian adalah penurunan NW-SE dari muara
Sungai Sadang pada pantai barat melewati Danau Tempe ke muara Sungai Tjenrana pada
pantai timur.
Bagian ini menyatukan zona Palu dari Sulawesi Tengah. Garis SW-NE dari Teluk
Mandar ke Palopo umumnya sebagai garis batas morfoloogi di antara Sulawesi Selatan
dan Sulawesi Tengah. Tetapi tingginya Pegunungan Quartes (3107 m) di bagian barat
daya dari pangkalan tubuh dari Pegunungan Molengraafs dari zona Palu. Mereka tersebar
dengan daerah dimana batuan kapur Batupu ditemukan di sekitar Limbang dan karua.
Dasar di sekitar tersier Pegunungan Quartey dibentuk oleh batubara, juga diperlebar
dengan penyaluran kea rah selatan, mengingat di zona Palu dan leher utara Eocene
mempunyai permukaan laut. Selebihnya batuan beku leucite bearing batuan beku yang
ditemukan di selatan garis Mamuju-palopo, mengingat potasik batuan jarang ditemukan
di zona Palu.
Krostal adalah jenis batuan paling tuan di area ini yang tersembunyi di sisi sebelah
timur dari Pegunungan Quaries dan di puusat Pegunungan Latimodjong. Di sisi di antara
timur dan barat dari pegunungan Latimodjong ditemukan tanah liat pilitis dan pilitik
bertukar-tukar dengan metomorfosis batu kapur. Cerita ini menyerupai susunan bentuk
Tinombo dari bagian utara Sulawesi.
Perkiraan bahwa “pembentukan gunung berapi” yang mempunyai pembagian yang
luas di bagian utara dari selatan arm, dan pada bagian terakhir serupa dengan “maroro”
atau susunan koperier. Ini terjadi pemanjangan sekali. Dengan penemuan kristal feldspare
asli dari letusan andesit di zaman tersier b.
Dekatnya tanah dengan aktivitas gunung berapi selama pengendapan oecene juga
terbukti dengan contoh dari lokasi 45, batu kapur pasir tersusuun bulat, terkadang tekanan
kuarsa schts, quartzite, gneiss, dan chert. Selanjutnya kuarsa terhapus feldspar, kaca
devitrifield dengan bentuk feldspar, semen dengan kristal-kristal kasar. Foraminifera,
Miliolina Sp, Fasciolites Sp, Assilina Sp, Camerina Sp, Discocylina Sp, Lamellibranchiat
pada usia tersier a.
Sesar umumnya NW, dengan lereng kea rah timur laut, pengamatan ini dari Brouwer
(1934) telah membuktikan susunan Marono, hana sebagai bentuk yang sama dari susunan
Tinombo dari utara arm Sulawesi, yang terdiri dari 2 anggota, seri krestasius dengan
dasar gejala vulkanis di bawah laut dan cerita marine eocine dengan ketentuan
pertengahan andesit aktivitas vulkanik, kedua anggota tersebar dengan tidak ada
hubungan.
Penurunan geosinklinal pada masa Krestasius diiringi oleh aktivitas vulkanik bawah
laut dan intrusi gabroik. Yang terakhir adalah di sabuk bagian utara-selatan yang
memanjang sepanjang pantai Teluk Bone di sekitar Palopo.
Selama Krestasius, sabuk latimodjong merupakan geosinklinal yang berhadapan
dengan vulkanisme dasar laut dan kaya endapan sediment dalam material terigenous, jauh
ke timur, batua kapur globotruncana di lapisan Matano, di Pegunungan Verbeek.
Sabuk Latimodjong dulu merupakan foredeep dari massa daratan terelevasi di
baratnya. Komplek dasar kristal dari Gunung Quarles juga merupakan area terelevasi
yang merupakan awal muda kehadiran palung Makassar. Pengangkatan daratan di daerah
barat pada akhir Mesozoik menandakan bermulanya vulkanisme andesit kuat. Pada
Oligosen revolusi orogenik nampak, tapi pengangkatan utama terjadi di bagian timur
sabuk latimodjong. Selama Oligosen, sabuk Latimodjong merupakan area depresi antara
sabuk vulkanik di barat dan sabuk non vulkanik di timur.
Daratan selatan dan utara daratan selatan Pulau Sulawesi ini dipisahkan oleh depresi.
Depresi ini membentang dari mulut Sungai Sadang di pesisir barat, melalui Danau
Tempe, hingga berakhir di mulut Sungai Tjenrana di pesisir timur. Jalur ini pada awalnya
ialah sebuah selat.
Evolusi tertier dan quarter bagian ini terdiri dari empat bagian.
• Bagian I : Paleogene & Neogene Awal
Selama masa tertier awal, daratan selatan ini terdiri dari gunungapi di barat
(Pulu Laut, pusat gangguan orogenik). Selama masa susiden dasar
mengaktifkan proses hypodiferensiasi pada lapisan salsima. Hasil diferensiasi
sialik terkumpul di dasar kerak.
• Bagian II : Miosen Tengah
Pada masa revolusi organic ini terdapat asthenolitik yang terdorong ke atas.
Batuan batolit mengangkatan kerak dan mengakibatkan magma mencapai
permukaan, sehingga meningkatan prosesvulkanisme orogenik (Pasifik) di
bagian tertinggi dari Undasi Makassar. Endapat tertier rendah secara perlahan
tertutup dan mengalami patahan karena pengangkatan ini.
• Bagian III : Neogen Muda
Dasar dari undasi Makassar mengalamati petahan pada saat fase diatrophisma.
Kemudian terjadi penyesuaian kembali karena penyebaran asthenolith.
Trangresi laut dan deposisi tingkat neogene muda. Kelanjutan aktifitas
vulkanik, intrusi magna.
• Bagian IV Quartener
Grup SW
Bagian selatan ini terhubung dengan lempeng dari Laut Jawa yang membentang
sepanjang 200-400 km. di sini sebelah timur dan baratnya lebih dalam dibandingkan
dengan yang tengah. Di sebelah utara terdapat Laars Banks dan Karang Doangdoangan
yang membatasi dengan Palung Makassar. Sedangkan sebelah selatan dibentuk oleh
beberapa punggungan dari pulau-pulau terumbu karang yang membentuk batasan dengan
basin Laut Flores. Terumbu karang bagian selatan ini memiliki dasar yang kemungkinan
terbentuk dari pengangkatan punggungan dengan bentukan “en echelon”. Dari barat daya
hingga timur laut dapat ditemui Maria Reigersbergen atau Zandbuis Atoll, Paternoster
Ridge, Karang Sapuka dan Pelokang, serta Pulau Postiljon dan de Bril.
Grup SE
Grup ini menunjukkan bentangan dari dua punggungan yang terbentuk secara
parallel. Salah satu punggungan mengarah ke SSE, dari gugusan karang di lepas pesisir
timur hingga kepulauan Tyger, kemudian berbelok kea rah Kalaotoa di ESE. Salah satu
cabangnya mengarah ke dataran Angelika, sedangkan cabang lain bergabung ke arah
timur dimana terdapat pengangkatan dasar laut di selatan basin Banda yang membawa
gunungapi Batu Tara. Punggungan kedua mengarah ke selatan, dari tenggara Tanjung
Lassa hingga Salajar atau Saleyer, kemudian berbelok ke arah ESE, Tana Djampea,
Kalao, dan Bonerate hingga Karang Marianne dan Karang Kaju Panggang.
Selajar merupakan blok yang miring dengan tebing patahan bawah laut d seanjang
sisi timur dengan kedalaman lebih dari 2000 m yang terletak dekat dengan garis pantai.
Ini pulau ini terdiri dari batu pasir tuff dan marls, serta breksi andesit yang dapat
dihubungkan dengan urutan neogene depresi Bone dan Walanae.
Di selatan Salajar, Tambulongang, ditemui leucite dan andesit ditemukan di Pullassi.
Tana Djampea sebagian besar terdiri dari batuan beku. Di bagian pesisir timur ditemukan
terumbu karang hasil pengangkatan, dan di pesisir selatan terdapat lapisan tebal dari
batuan kapur dengan Lepidocyclina yang bnyak (Neogene Tua).
Kalao, sebagian besar terdiri dari pengangkatan terumbu karang, batuan yang
ditemukan di sini marin tuff dan batu pasir tuff. Diperkirakan terbentukk pada masa
Neogene muda.
Bonerate terdiri dari pengangkatan terumbu karang, namu pada pesisir barat terdiri
batuan basalt atau andesit yang terlihat pada daerah dengan gelombang rendah, dan
bagian-bagiannya juga ditemukan menutupi karang batu kapur.