Refarat Kelainan Kelopak
Refarat Kelainan Kelopak
Refarat Kelainan Kelopak
KELAINAN KELOPAK
OLEH:
DERIX FALDEINSCOUV
N 111 13 069
PEMBIMBING
dr. SAUL DANIEL RAPAR, Sp. M
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
: Derix Faldeinscouv
Nim
: N 111 13 069
Program Studi
: Pendidikan Dokter
Fakultas
Universitas
: Tadulako
Judul
: Kelainan Kelopak
Bagian
Co-Asistant
Derix Faldeinscouv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan... 1
BAB II
Tinjauan Pustaka 2
Anatomi Kelopak Mata. 2
Definisi... 4
Kelainan Kelopak Mata. 5
Deformitas Anatomik Palpebra..18
Trauma Palpebra 32
Tumor Palpebra.. 33
BAB III
Kesimpulan 45
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri atas kulit, otot, dan jaringan fibrosa,
yang berfungsi melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra sangat
mudah digerakkan karena kulitnya paling tipis di antara kulit di bagian tubuh yang
lain. Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air mata di depan kornea.
Kelopak merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar dan keringnya bola mata. Kelopak membasahi
permukaan kornea dengan berkedipnya kelopak secara teratur. Kelopak berkedip
setiap 14-16 detik.
Oleh karena itu, berdasarkan hal-hal di atas kelopak mata merupakan suatu
bagian yang penting untuk mata. Namun kelopak mata juga tidak jarang mengalami
gangguan masalah seperti infeksi, peradangan, deformitas, trauma, dan tumor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI KELOPAK MATA
Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan
sedangkan dibagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut
konjungtiva tarsal. Konjungtiva tarsal hanya dapat dilihat dengan eversi
kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli.
Konjungtiva merupakan membrane mukosa yang mempunyai sel Goblet
yang menghasilkan musin.
Pada kelopak terdapat rambut halus yang hanya tampak dengan
pembesaran. Di bawah kulit terdapat jaringan areolar longgar yang bisa
mengembang pada edema masif. Musculus orbicularis oculi melekat pada
kulit. Permukaan dalamnya dipersarafi nervus cranialis facialis (VII), dan
fungsinya adalah untuk menutup palpebra. Otot ini terbagi atas bagian
orbital, praseptal, dan pratarsal. Bagian orbital, yang terutama berfungsi
untuk menutup mata dengan kuat, adalah suatu otot sirkular tanpa insersio
temporal. Otot praseptal dan pratarsal memiliki caput medial superfisialis dan
profundus yang berperan dalam pemompaan air mata.
Tepian palpebra ditunjang oleh tarsus yaitu lempeng fibrosa kaku
yang dihubungkan ke tepian orbita oleh tendo-tendo kantus medialis dan
lateralis. Septum orbitale, yang berasal dari tepian orbita, melekat pada
serat otot levator. Alur ini jauh lebih dangkal atau bahkan tidak ada pada
palpebra orang Asia. Dengan meningkatnya usia, kulit tipis palpebra superior
cenderung menggantung di atas alur palpebra tersebut dan bisa sampai
menyentuh bulu mata. Penuaan juga menipiskan septum orbitale sehingga
terlihat bantalan lemak di bawahnya.
Kantus lateralis terletak 1-2 mm lebih tinggi dari kantus medialis.
Karena longgarnya insersio tendo ke tepian orbita, kantus lateralis akan
sedikit naik saat melihat ke atas.
B. DEFINISI
Palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri atas kulit, otot, dan jaringan
fibrosa, yang berfungsi melindungi struktur-struktur mata yang rentan.
Palpebra sangat mudah digerakkan karena kulitnya paling tipis di antara kulit
di bagian tubuh yang lain. Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi
melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk
film air mata di depan kornea. Kelopak merupakan alat menutup mata yang
berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan
keringnya bola mata.
Gambar Blefaritis
Blefaritis bacterial
Infeksi bakteri pada kelopak mata dapat ringan sampai berat.
Diduga
sebagian
besar
infeksi
kulit
superfisial
kelopak
Blefaritis superfisial
Pada
infeksi
kelopak
superficial
disebabkan
oleh
Blefaritis seboroik
Blefaritis seboroik biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut
(50 tahun), dengan keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan.
Gejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar Meibom, air
mata berbusa pada kantus lateral, hyperemia dan hipertrofi papil
pada konjungtiva. Pada kelopak mata dapat terbentuk kalazion,
hordeolum madarosis, poliosis dan jaringan keropeng.
Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang
sukar
penanganannya.
Pengobatannya
adalah
dengan
pembersihan
dengan
nitrat
argenti
1%.
Salep
Blefaritis skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya
skuama atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas
tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan
tepi kelopak terutama yang mengenai kelenjar kulit di daerah akar
bulu mata dan sering terdapat pada orang dengan kulit berminyak.
Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik
ataupun oleh jamur. Pasien dengan blefaritis skuamosa akan
merasa panas dan gatal. Pada blefaritis skuamosa terdapat sisik
berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai
madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya tanpa
mengakibatkan perdarahan.
Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan membersihkan
tepi kelopak dengan shampoo bayi, salep mata, dan steroid,
setempat disertai dengan memperbaiki metabolisme pasien.
Blefaritis ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan
tukak akibat infeksi Staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif
terdapat keropeng berwarna kekuning-kuningan yang bila
diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah
disekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang
terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan luka
dengan disertai pendarahan. Penyakit berfiat sangat infeksius.
Ulserasi berjalan lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel
rambut sehingga mengakibatkan rontok (madarosis).
Pengobatan dengan antibiotic dan hygiene yang baik.
Antibiotik yang digunakan berupa sulfasetamid, gentamisin, atau
basitrasin. Biasanya disebabkan stafilokok maka diberi obat
Staphylococcus. Apabila ulseratif luas pengobatan harus ditambah
antibiotik sistemik dan diberi roboransia.
Penyulitnya adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut
yang merusak folikel rambut, trikiasis, keratitis superficial,
keratitis pungtata, hordeolum, dan kalazion. Bila ulkus kelopak ini
sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut yang juga dapat
berakibat trikiasis.
Blefaritis angularis
Blefaritis angularis merupakan infeksi Staphylococcus pada
tepi kelopak di sudut kelopak atau kantus. Blefaritis angularis
mengenai sudut kelopak mata (kantus eksternus dan internus)
sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi pungtum
lakrimal. Blefaritis angularis disebabkan Staphylococcus aureus
atau Morax Axenfeld. Kelainan ini pada umumnya bersifat
rekuren.
Blefaritis angularis diobati dengan sulfa, tetrasiklin dan
sengsulfat. Penyulit pada pungtum lakrimal bagian medial pada
sudut balik mata yang akan menyumbat pada duktus lakrimal.
Blefaritis Virus
Pada blefaritis virus terdapat beberapa infeksi seperti virus
herpes zoster, herpes simpleks, vaksinia, moluskum kontagiosum,
dan veruca vulgaris.
Veruca Vulgaris
Veruca Vulgaris merupakan nodul hiperkeratotik papilamatosa
yang lain pada wajah dan palpebra; disebabkan oleh virus kutil,
suatu virus DNA yang merupakan kelompok papovavirus.
Krioterapi merupakan pilihan utama untuk hampir semua veruka
vulgaris. Terapi pembedahan dengan kauter juga menjadi pilihan
untuk veruca vulgaris.
Blefaritis jamur
Infeksi jamur pada kelopak dibagi menjadi dua, yaitu infeksi
superfisial dan infeksi jamur dalam.
Infeksi jamur pada kelopak superficial biasanya diobati
dengan griseofulvin terutama efektif untuk epidermomikosis.
Diberikan 0,5-1 gram sehari dengan dosis tunggal atau dibagi rata.
Pengobatan diteruskan 1-2 minggu setelah terlihat gejala
Blefaritis pedikulosis
Kadang-kadang pada penderita dengan hygiene yang buruk
akan dapat bersarang tuma atau kutu pada pangkal silia di daerah
margo palpebra.
Pengobatan
pedikulosis
adalah
dengan
aplikasi
salep
Blefaritis urtikaria
Urtikaria pada kelopak mata terjadi akibat masuknya obat atau
makanan pada pasien yang rentan. Untuk mengurangi keluhan
yang utama diberikan steroid topical ataupun sistemik, dan dapat
dicegah pemakaian steroid lama. Obat antihistamin dapat
mengurangi gejala alergi.
Dermatitis kontak
Dermatitis kontak penyebabnya adalah bahan yang berkontak
pada kelopak, maka dengan berjalannya waktu segera akan
Staphylococcus
aureus.
Jarang
diperlukan
biakan.
Gambar Hordeolum
c. Kalazion
Kalazion adalah radang granulomatosa granulomatosa kronik
yang steril dan idiopatik pada kelenjar meibom; umumnya ditandai
oleh pembengkakan setempat yang tidak terasa sakit dan berkembang
dalam beberapa minggu. Awalnya dapat berupa radang ringan disertai
nyeri tekan yang mirip hordeolum. Kalazion dibedakan dengan
hordeolum
karena
tidak
ada
tanda-tanda
peradangan
akut.
Pemeriksaan
laboratorium
jarang
digunakan,
tetapi
Gambar Kalazion
d. Meibomianitis
Meibomianitis merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang
akan mengakibatkan tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut.
Meibomianitis
menahun
perlu
pengobatan
kompres
hangat,
Gambar Meibomianitis
2. Deformitas Anatomik Palpebra
a. Entropion
Entropion atau pelipatan palpebra ke arah dalam dapat
involusional (spastic, senilis), sikatrikal, dan kongenital. Entropion
involusional adalah yang paling sering dan menurut definisi terjadi
akibat proses penuaan. Gangguan ini selalu mengenai palpebra
inferior dan terjadi akibat lemahnya otot-otot retractor palpebra
inferior, migrasi otot orbikularis praseptal ke atas, dan menekuknya
tepi tarsus superior.
Entropion sikatrikal dapat mengenai palpebra superior atau
inferior dan disebabkan oleh jaringan parut di konjungtiva atau tarsus.
Gambar Entropion
b. Ektropion
Ektropion merupakan penurunan dan terbaliknya palpebra ke
arah luar, umunya bilateral dan sering ditemukan pada orang tua.
Ekstropion dapat disebabkan pengenduran muskulus orbicularis oculi,
akibat menua atau akibat kelumpuhan nervus ke tujuh. Gejalanya
adalah mata berair dan iritasi. Dapat timbul keratitis pajanan.
pemendekan
horizontal
pada
palpebra.
Ektropion
Gambar Ektropion
Gambar Trikiasis
d. Distikiasis
Distikiasis merupakan keadaan dimana terdapat penumbuhan
bulu mata abnormal atau terdapatnya duplikasi bulu mata daerah
tempat keluarnya saluran Meibom. Berbentuk lebih halus tipis dan
pendek dibandingkan dengan bulu mata normal. Dapat tumbuh ke
dalamsehingga mengakibatkan bulu mata menusuk jaringan bola mata
atau trikiasis. Bersifat congenital dominan, biasanya disertai dengan
kelainan kongentital lainnya.
Pengobatan distrikiasis bila telah memberikan penyulit berupa
epilasi atau melakukan krioterapi pada folikel rambut sehingga bulu
mata tersebut tidak tumbuh lagi.
Gambar Distrikiasis
Gambar Koloboma
f. Epikantus
Epikantus ditandai dengan lipatan vertikal kulit di atas kantus
medialis. Ini khas pada orang Asia dan ada dalam batas tertentu pada
kebanyakan anak dari semua ras. Lipatan kulit tersebut sering cukup
besar hingga semua ras. Lipatan kulit tersebut sering cukup besar
hingga
menutupi
sebagian
sclera
nasalis
dan
menimbulkan
Gambar Epikantus
g. Telekantus
Jarak normal antara kantus-medialis kedua mata - jarak
interkantus- sama dengan panjang visura palpebrae (kira-kira 30 mm
pada orang dewasa). Jarak interkantus yang lebar bisa terjadi akibat
disinsersi
traumatic
atau
disgenesis
kraniofasial
kongenital.
Gambar Telekantus
h. Lagoftalmos
Lagoftalmos adalah suatu keadaan dimana kelopak mata tidak
dapat menutup bola mata dengan sempurna. Kelainan ini akan
mengakibatkan trauma konjungtiva dan kornea, sehingga konjungtiva
dan selaput bening menjadi kering dan terjadi infeksi. Infeksi ini
dapat dalam bentuk konjungtivitis atau suatu keratitis.
Penyebab terjadinya lagoftamos dapat akibat terbentuknya
jaringan parut atau sikatrik yang menarik kelopak, ektropion, paralisis
orbikularis okuli, eksoftalmos goiter, dan terdapatnya tumor
retrobulbar.
Pengobatan lagoftalmos merupakan usaha mempertahankan
bola mata tetap basah dengan memberikan air mata buatan. Kadangkadang digunakan lensa kontak untuk mempertahankan air mata tetap
berada dipermukaan kornea. Bebat dengan kasa sebaiknya hati-hati
karena akan mengakibatkan permukaan kornea kering sehingga sering
terjadi erosi kornea. Bila keadaan terlalu berat maka dilakukan
blefarorafi dengan menjahit dan mendekatkan kedua kelopak atas
dengan bawah.
Gambar Lagoftalmos
i. Ptosis
Ptosis merupakan keadaan dimana kelopak mata atas tidak
dapat diangkat atau terbuka sehingga celah kelopak menjadi lebih
kecil dibandingkan dengan keadaan normal.
Keadaan ini terjadi akibat tidak baiknya fungsi m. levator
palpebra, lumpuhnya saraf ke III untuk levator palpebra atau dapat
pula terjadi akibat jaringan penyokong bola mata yang tidak
sempurna, sehingga bola mata tertarik kebelakang atau enoftalmos.
Penyebab
ptosis
adalah
kelainan
kongenital,
miogenik,
dan
neurogenik. Ptosis juga dapat terjadi pada miastenia gravis pada satu
mata atau kedua mata. Bila ptosis terjadi sejak lahir atau congenital
dan tidak segera diatasi dapat mengakibatkan terjadinya ambliopia
eks anopsia pada mata bayi tersebut.
Pengobatan adalah dengan memperbaiki fungsi otot levator
dengan memperpendek levator sehingga tarsus akan terangkat.
Gambar Ptosis
j. Pseuodoptosis
Bila
terdapat
suatu
kelainan
pada
kelopak
sehingga
Gambar Pseudoptosis
k. Blefarokalasis
Blefarokalasis adalah kondisi yang jarang ada, belum
diketahui penyebabnya (terkadang familial), dan mirip dengan edema
angioneurotik. Serangan beruntun terjadi menjelang masa pubertas,
berkurang pada masa dewasa, dan berakibat atrofi struktur-struktur
periorbital. Kulit palpebra tampak tipis, berkerut, dan menggelambir,
dan digambarkan mirip kertas rokok. Mata tampak cekung akibat
atrofi lemak. Bila aponeurosis levator terkena, akan terjadi ptosis
sedang sampai berat. Penanganan medis terbatas pada pengobatan
simtomatik terhadap edema. Koreksi bedah terhadap ruptur levator
dan eksisi kelebihan kulit paling mungkin berhasil bila seranganserangannya sudah berhenti.
Gambar Blefarokalasis
l. Dermatokalasis
Dermatokalasis adalah kulit palpebra yang menggelambir dan
menurun elastisitasnya, biasanya akibat penuaan. Dipalpebra superior
kulit praseptal dan otot orbikularis, yang biasanya membentuk alur
dekat batas tarsus superior pada orang kaukasia, menggantung di atas
bagian pratarsal palpebra. Bila dermatokalasisnya berat, lapang
pandang superior akan terhalang. Kelemahan septum orbitale
berakibat menonjolnya bantalan lemak medial dan praaponeurotik.
Kantung-kantung didaerah praseptal palpebra inferior merupakan
lemak orbita yang menonjol.
Blefaroplasti diindikasikan untuk alasan visual atau kosmetik.
Di palpebra superior, kelebihan kulit palpebra juga otot dan lemak
dibuang demi estetika yang optimum. Blefaroplasti palpebra inferior
dilakukan demi alasan kosmetik, kecuali pada kelebihan yang banyak
sekali yang akan berakibat ektropion tepian palpebra. Laser erbium
dan pulsed CO2 diketahui efektif untuk mengencangkan kulit
periokuler, tetapi harus dilakukan dengan hati-hati pada kulit palpebra
yang tipis.
Gambar Dermatokalasis
m. Blefarospasme
Blefarospasme esensial jinak adalah sejenis kontraksi otot
involunter yang tidak lazim, yang ditandai dengan spasme musculus
orbicularis oculi yang persisten atau repetitif. Kondisi ini hampir
selalu bilateral dan paling sering pada orang tua. Spasme cenderung
makin kuat dan makin sering menimbulkan ekspresi meringis dan
penutupan mata secara involunter.
Penyebab kelainan ini belum diketahui, tetapi disfungsi ini
diduga berasal dari ganglia basalis. Stress emosional dan kelelahan
terkadang memperburuk keadaan, mengesankan keadaan ini bersifat
psikogenik. Akan tetapi psikoterapi dan obat psikoaktif sangat sedikit
hasilnya.
Pengobatan
blefarospasme
dimulai
dengan
usaha
Gambar Blefarospasme
3. Trauma Palpebra
Bila mata mengalami trauma maka dapat terjadi edema dan ekimosis
atau bercak perdarahan kulit, sehingga memberikan warna pada kulit
kemerah-merahan. Warna ekimosis kelopak akan berubah perlahan-lahan
dari coklat-hijau dan kuning. Darah ini diserap tanpa timbulnya penyulit
dan kadang-kadang dapat berupa terbentuknya jaringan fibrosis yang
akan membentuk jaringan parut sehingga terjadi kelumpuhan otot
penggerak mata. Kelemahan otot penggerak ini dapat menimbulkan
ptosis.
4. Tumor Palpebra
Seperti di bagian tubuh lain, mata kita juga bisa terserang tumor,
baik jinak maupun ganas. Tumor adalah pertumbuhan atau tonjolan
abnormal di tubuh kita. Tumor sendiri dibagi menjadi jinak dan ganas.
Tumor ganas sering disebut sebagai kanker. Tumor pada mata disebut
juga tumor orbita.
a. Nevus
Nevus melanostik di palpebra adalah tumor jinak biasa dengan
struktur patologik yang sama dengan nevus di tempat lain. Pada
awalanya, nevus ini mungkin relatif kurang berpigmen ; makin
membesar dan bertambah gelap pada masa remaja. Banyak
diantaranya yang tak pernah mendapat pigmen yang jelas terlihat, dan
banyak yag mirip papiloma jinak. Nevus dapat dihilangkan dengan
eksisi-cukur jika dikehendaki dengan alasan kosmetik.
(akantotik
dan
hiperkerantotik),
member
tampilan
Gambar Papiloma
c. Xantelasma
Xantelasma adalah kelainan yang umum dan terdapat pada
permukaan anterior palpebra, biasanya lateral didekat sudut medial
mata. Lesi ini tampak berupa plak-plak kuning di dalam kulit palpebra
dan paling sering terlihat pada orang tua. Xantelasma merupakan
endapan lipid di dalam histiosit pada dermis palpebra. Walaupun bisa
ditemukan pada pasien hiperlipidemia herediter atau hiperlipidemia
sekunder.
Pengobatan diindikasikan dengan alasan kosmetik. Lesi dapat
dieksisi, dikauter, atau diatasi dengan bedah laser. Rekurensi tidak
jarang terjadi setelah pembuangan.
Gambar Xantelasma
d. Keratoakantoma
Keratoakantoma adalah tumor peradangan jinak yang terdapat
pada kulit orang dewasa yang terpajan matahari. Tumor ini sesekali
dihubungkan
dengan
kondisi
imunodefisiensi,
xeroderma
Gambar Keratoakantoma
e. Kista
Kista di palpebra sering ditemukan. Kista berkeratin yang
dilapisi epitel serta berisi debris dan keratin yang tampak seperti keju
yang timbul akibat penyumbatan struktur pilosebasea (milia dan kista
pilar) atau implantasi epitel permukaan di subepitel (kista inklusi
epidermal) yang terjadi secara kongenital atau akibat trauma.
Kista demoroid, dengan struktur adneksa di dindingnya serta
rambut dan keratin di lumennya, bersifat kongenital. Akan tetapi,
mungkin tidak tampak jelas hingga berjalannya usia saat kista
semakin membesar atau pecah dan menimbulkan respons peradangan
granulomatosa. Kebanyakan terletak di tepi orbita superotemporal,
dan banyak diantaranya berkaitan dengan defek pada tulang yang bisa
membentuk saluran ke rongga intracranial.
Hidrokistoma (kista sudorifera, kista duktus) berasal dari
duktus kelenjar keringat ekrin atau apokrin dan berisi bahan berair.
Gambar Hemangioma
Tumor ganas palpebra, karsinoma sel basal dan sel skuamosa
palpebra adalah tumor mata ganas paling umum. Tumor-tumor ini paling
sering terdapat pada orang bercorak kulit terang atau kuning langsat yang
terpajan menahun terhadap sinar matahari. 95% karsinoma palpebra adalah
dari jenis sel basal. Sisanya 5% terdiri atas karsinoma sel skuamosa dan
karsinoma kelenjar meibom.
tepian
irisan
terutama
penting
untuk
karsinoma
sel
basal
bersklerosis, karena tepian tumor secara klinis tidak nyata. Eksisi yang
dikontrol secara mikroskopik (teknik Mohs yang dimodifikasi), dipakai
sejumlah ahli
penyakit
kulit
tertentu dapat diobati dengan cara seperti radioterapi dengan nitrogen cair.
berulkus.
Tumor
radang
sebuah
jinak
nodul
hiperkeratotik,
yang
Seperti
karsinoma sel basal, tumor ini dapat menyisip dan mengkikis jaringan
sekitarnya, dapat pula menyebar ke limfonodus regional melalui sistim
limfatik.
e. Melanoma
Melanoma ganas palpebra serupa dengan melanoma kulit dibagian
lain dan terdiri atas tiga golongan berbeda: melanoma yang menyebar
superfisial, melanoma ganas lentigo, dan melanoma nodular. Tidak semua
melanoma ganas berpigmen. Kebanyakan lesi yang berpigmen pada kulit
palpebra bukan melanoma. Karenanya harus di biopsi untuk menegakkan
Gambar Melanoma
BAB III
KESIMPULAN
1. Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata Ed 5. Jakarta: Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2014. Hal: 1, 91- 104.
2. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asburys General Ophthalmology
17th Ed. USA: The McGraw-Hill Companies; 2007. Hal: 78-89.
3. Dharmawidiarini D, Unari U, Doemilah R. Bilateral Upper Eyelid Coloboma.
Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5. 2007
4. Doemilah R, Faradis H, Witjaksana N. Management Of Paralytic
Lagophthalmos Caused By Leprosy Reaction. Jurnal Oftalmologi Indonesia
Vol. 6. 2008.
5. Wahjudi H, Nuradianti L, Riyanto H. Combination Of Cutler Beard Flap, VY Glabellar Flap And Direct Closure For Large Resection Upper Eyelid
And Medial Canthus. Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5. 2007
6. Sutjipto, Desy B, Hoesin R G. Management of Upper Eyelid Coloboma
with Three Steps Technique Surgery. Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 7.
2009
7. Rayward
et
al.
Diagnostic
puzzler
Acute
eyelid
edema.
JFPONLINE.Com. 2013
8. Rodriguez R L. Blepharitis Disease and Its Management. American
Optomeric Association. 2013