5 Turbin Uap 3.35 MB

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 46

MKE 2

BAB 5 TURBIN UAP

5. TURBIN UAP
5.1

PENDAHULUAN

Turbin uap terutama digunakan di Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
dan di industri. Di PLTU, turbin uap dipergunakan untuk menggerakkan generator. Di
industri, turbin uap selain untuk menggerakkan generator (untuk pembangkit listrik
kawasan industrinya) juga sebagai pemutar kompresor, pompa, dan berbagai proses
lainnya.
Klasifikasi turbin uap dapat dibagi dalam beberapa kelompok yaitu:
a. Berdasarkan jumlah tingkat:
1. Turbin satu tingkat (single stage)
2. Turbin bertingkat (multistage)
b. Berdasarkan arah aliran uap:
1. Turbin radial
2. Turbin aksial
c. Berdasarkan jumlah silinder:
1. Turbin silinder tunggal
2. Turbin silinder ganda
3. Turbin silinder tiga
4. Turbin silinder empat
Silinder merupakan poros dan tromol di mana sudu-sudu turbin dipasang.
d. Berdasarkan jumlah poros:
1. Turbin silinder jamak dengan rotor tunggal dan dikopel dengan generator
tunggal, dikenal dengan nama turbin poros tunggal.
2. Turbin-turbin dengan poros lebih dari satu dan diparalel disebut sebagai turbin
poros jamak (multiaxial).
e. Berdasarkan prinsip kerja uap:
1. Turbin impulse (turbin aksi, turbin tekanan rata), tekanan uap di sisi masuk
turbin sama dengan sisi keluar. Ekspansi uap terjadi pada nosel (nozzle) atau
karangan sudu arah.
2. Turbin reaksi (turbin tekanan tak rata), bila tekanan uap di sisi masuk lebih
besar daripada di sisi keluar. Ekspansi uap terjadi baik di karangan sudu arah
yang merupakan nosel maupun di sudu jalan.
f. Berdasarkan penurunan panas:
1. Turbin berkondensor, condensing turbine, atau dikenal juga dengan turbin
siklus tertutup.
2. Turbin berkondensor dengan satu atau dua tingkat ekstraksi pada tekanan
tertentu untuk kebutuhan kalor lain (water heater misalnya).
3. Turbin siklus terbuka, back pressure turbine, tanpa dilengkapi kondensor.
Kondensor dapat menurunkan tekanan menjadi sangat rendah, jadi bila turbin
tidak dilengkapi kondensor maka tekanan di sisi keluar akan lebih tinggi
daripada turbin berkondensor.
4. Topping turbine, jenis back pressure turbine yang biasanya dipergunakan
pada waktu peningkatan daya terpasang suatu instalasi. Biasanya turbin ini
akhirnya akan dilengkapi dengan kondensor sehingga berfungsi seperti turbin
berkondensor biasa.
Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-1

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

5. Back pressure turbine dengan beberapa ekstraksi uap di beberapa tingkat


untuk memasok uap dengan spesifikasi tekanan dan temperatur tertentu.
g. Berdasarkan kondisi uap pada sisi masuk:
1. Turbin bertekanan rendah, 1 2 bar.
2. Turbin bertekanan menengah, sampai 40 bar.
3. Turbin bertekanan tinggi, diatas 40 bar.
4. Turbin bertekanan sangat tinggi, diatas 170 bar dan bertemperatur diatas 550
o
C.
5. Turbin superkritikal, menggunakan uap bertekanan 225 bar.
h. Berdasarkan sifat penggunaannya:
1. Turbin stasioner dengan kecepatan konstan, biasanya digunakan untuk
memutar alternator di PLTU.
2. Turbin stasionar dengan kecepatan variable, biasanya untuk memutar
kompresor, pompa dan sebagainya.
3. Turbin nonstasioner dengan kecepatan variable, misalnya yang digunakan di
kapal, lokomotif dan sebagainya.
Dari klasifikasi -f- di atas, dua macam instalasi turbin uap yang banyak dijumpai adalah:
1. instalasi turbin uap tertutup (condensing turbine).
2. instalasi turbin uap terbuka (back pressure turbine).
Instalasi tertutup menggunakan fluida kerja yang mengikuti jaringan tertutup. Di sini
diperlukan kondensor untuk mengkondensasikan kembali uap, kemudian pompa dan
boiler untuk menaikkan energi air dari kondensor untuk disirkulasikan secara tertutup
menuju ke turbin uap kembali. PLTU menggunakan prinsip kerja ini, selain untuk
menjaga kebutuhan air kerja yang ketat syarat kualitasnya juga secara nyata dapat
menaikkan efisiensi total PLTU.
Instalasi terbuka tidak menggunakan kondensor. Uap yang keluar dari turbin masih tinggi
temperatur dan tekanannya dan sisa energi ini dipergunakan dalam proses lain di pabrik.
Di industri kedua system instalasi ini dapat kita jumpai.
Gambar 5.1 berikut menunjukkan contoh skema instalasi terbuka dan tertutup.
Gambar 5.1b menunjukkan system kombinasi antara instalasi terbuka dengan tertutup di
industri.

(a)

(b)

Gambar 5.1. Contoh skema system instalasi turbin uap terbuka (a) dan kombinasi terbuka
dan tertutup (b).
Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-2

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

Jalur uap bekas adalah uap yang telah dipergunakan turbin untuk dipergunakan pada
proses produksi dalam industri tertentu, misalnya kilang minyak, pabrik pupuk dan
sebagainya.
Gambar berikut menunjukkan skema instalasi turbin uap tertutup yang dilengkapi dengan
unit pemanfaat panas (economizer), pemanas ulang (reheater) dan pemanas lanjut
(superheater).
169,7bar
538c
39,6bar 538c
TTR

TTR
ITIT

TTM

600MW

0,0864bar
0,42 bar

2x7100kW
0,0864
bar

525c

119,8c

99,4c

74c

184,8c

184,3c
180,4c

Kondensor

4
5

Air Penambah

1,1 bar

2,2 bar

5,1bar

5,1 bar

10,3 bar

10,3 bar

22,3 bar

41,8 bar

Boiler

(Pic05tu)

Gambar 5.2. Contoh skema instalasi turbin uap tertutup dengan economizer, reheater dan
superheater.(Pic05tu)
Gambar 5.3 berikut menunjukkan skema aliran turbin uap tertutup sederhana.
WT

Turbin
Boiler
Q msk

Kondensor

Q klr

Pompa
Wp

Gambar 5.3 Skema aliran siklus Rankine sederhana.


Dari gambar,
WT
Qklr
Qmsk
WP

adalah kerja keluar poros turbin.


adalah panas yang dikeluarkan melalui kondensor.
adalah panas yang masuk ke sistem melalui boiler (ketel).
adalah kerja yang masuk sistem melalui poros pompa.

Gambar 5.4 berikut menunjukkan diagram T-s siklus tertutup suatu turbin uap 1 tingkat
sederhana.

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-3

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

(Fig2-02tu)

Gambar 5.4 Diagram P-v dan T-s turbin uap sederhana, menunjukkan diagram tanpa dan
dengan pemanas lanjut.
Langkah 1-2
2-3
3-4
4-1
Langkah 1-1
2-2

: langkah ekspansi isentropik di turbin.


: langkah pengeluaran panas ke penyedot panas di kondensor
: langkah penaikan tekanan isentropik di pompa pemasok air boiler
: langkah pemasukan kalor dengan tekanan konstan dalam boiler
: langkah pemanasan lanjut (superheated)
: langkah pengeluaran panas dikondensor

Langkah 2-3 merupakan satu langkah yaitu pengeluaran panas di kondensor.


Proses ideal ditunjukkan dengan siklus tertutup 1-2-3-4-1. Energi yang masuk (berupa
energi panas melalui boiler dan energi poros melalui poros pompa) dinyatakan dengan
luas area a-3-4-j-1-2-b-a pada Gambar 5.4 (b). Sedangkan energi panas yang keluar
melalui kondensor ditunjukkan dengan luas area a-3-2-b-a.
Untuk menaikkan kerja keluar yang dapat dihasilkan, pada gambar (b) siklus yang
berjalan dimodifikasi dengan penambahan pemanas lanjut (superheater), yang
ditunjukkan pada langkah 1-1. Siklus menjadi 1-1-2-3-4-j-1.
5.2

SIKLUS RANKINE YANG IREVERSIBEL

Pertukaran kalor pada penukar panas terjadi karena ada perbedaan temperatur
antara yang dipanaskan dengan yang memanaskan. Aliran kalor terjadi dari sisi yang
bertemperatur tinggi ke sisi yang bertemperatur rendah. Dalam hal di boiler, sisi
bertemperatur tinggi (sumber panas-heat source) adalah api, gas panas atau fluida panas
lainnya (di reaktor nuklir). Sedangkan sisi bertemperatur lebih rendah (penyedot panasheat sink) adalah fluida kerja (air atau uap) dalam boiler.
Siklus yang ireversibel terjadi akibat kalor hanya bisa mengalir dari sisi bertemperatur
tinggi ke sisi bertemperatur rendah, hal yang sebaliknya adalah tidak mungkin.
Gambar 5.5 berikut menunjukkan proses pertukaran panas antara sumber dengan
penyedot. Akibat aliran kalor ini, sumber akan turun temperaturnya, sedangkan penyedot
akan naik. Hal ini digambarkan dengan garis a-b untuk proses pendinginan sumber panas
dan garis 4-j-1 untuk proses pemanasan penyedot panas. Kondisi ireversibilitas akan
membatasi kemungkinan terjadinya penyilangan dua garis tersebut.

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-4

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

(Fig2-03tu)

Gambar 5.5 Diagram T-s mengakomodir konsep Pinch untuk boiler dan kondensor.
Pada gambar diatas, arah garis-garis penurunan temperatur dan kenaikan
temperatur adalah saling berlawanan. Kondisi ini kita sebut sebagai proses berlawanan
arah (counterflow). Sebaliknya, bila arah penurunan dan kenaikan temperatur adalah
sama, prosesnya kita sebut sebagai proses searah. Titik-titik diantara dua garis yang
terpendek disebut sebagai titik pinch.
Dalam prakteknya proses yang berlawanan arah lebih banyak digunakan daripada proses
searah karena beda temperatur keseluruhannya antara sumber dan penyedot panas tidak
sebesar proses paralel. Gambar berikut menunjukkan konsep ini.

T
a

a
b
1

j
4

j
4

L atau H
(a)

L
(b)

(Fig2-04tu)

Gambar 5.6 Beda temperatur antara proses searah (a) dan berlawanan arah (b).
Jenis fluida juga menentukan beda temperatur antara sumber dan penyedot panas.
Pertukaran panas antara gas dengan gas, meskipun dengan perantara pipa yang sama,
akan lebih rendah kapasitasnya dibandingkandengan antara gas dengan cair. Hal ini
ditunjukkan dengan gambar berikut. Gambar (a) adalah antara gas dengan cair, sedangkan
gambar (b) adalah antara gas dengan gas.

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-5

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

e
j

e
b

4
(a)

(b)
(Fig2-05tu)

Gambar 5.7 Beda antara fluida sumber dan penyedot panas.

(Fig2-06tu)

Gambar 5.8 Perbandingan antara pemanas lanjut menggunakan air sebagai fluida primer
(a) dan gas atau metal cair sebagai fluida primer (b).
Turbin
tekanan
Turbin
tekanan tinggi rendah

Beban
Pemanas
lanjut
Boiler
Pengekonomis
Kondensor
5
Pompa

Gambar 5.9 Skema turbin uap bertekanan tinggi dan rendah dengan pemanas ulang.
Bila di pasal depan telah diterangkan perlunya penambahan instalasi pemanas
lanjut (superheater) maka pada gambar diatas ditunjukkan instalasi pemanas ulang
(reheater). Pemanas ulang sebenarnya sama fungsinya dengan pemanas lanjut, tetapi
dilakukan pada tekanan uap yang lebih rendah. Uap di by-pass pada sisi keluar turbin
tekanan tinggi untuk dialirkan kembali ke boiler. Di boiler uap dipanaskan kembali untuk
Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-6

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

meningkatkan kembali entalpinya. Uap yang telah dipanaskan ulang ini dikembalikan ke
turbin tekanan rendah untuk kembali diekspansikan dan diambil energinya.
Gambar berikut menunjukkan diagram T-s siklus ideal dengan pemanas ulang ini.

s
Gambar 5.10 Diagram T-s turbin uap tekanan tinggi dan rendah dengan pemanas ulang.
Pada gambar ditunjukkan pula garis pinch antara sumber panas (di boiler) dengan
penyedot panas (di boiler dan pemanas ulang). Lihat titik mula proses sumber panas
dimulai dari atas titik 3 penyedot panas.

T
1
2

T
3 4

Boiler
m2

m3
C

10 P

P
9

P
7

(a)

Gambar 5.11 Turbin uap dengan 2 ekstraksi 3 tingkat tidak ideal.


Gambar diatas menunjukkan skema aliran dan diagram T-s turbin uap siklus
Rankine tak ideal dengan dua buah pemanas air pasok tipe terbuka. Uap panas hasil
ekstraksi dari turbin dicampur dengan air pemasok boiler yang lebih dingin
temperaturnya. Keseimbangan tekanan dan temperatur antara uap hasil ekstraksi dengan
air pemasok harus diatur dengan baik.
Beberapa konfigurasi turbin uap tanpa ekstrasi uap (gambar a) dan dengan ekstrasi uap di
antara turbin tekanan tinggi dan rendah ditunjukkan dalam gambar-gambar berikut.

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-7

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

(Fig5-24tu)

Gambar 5.12 Beberapa konfigurasi turbin reaksi antara lain dengan ekstraksi uap.
5.3

KEBUTUHAN ENERGI INTERNAL DAN EFISIENSI

Generator
Turbin

Poros

Kerja
kotor

Kerja
neto

Boiler

Kalor
masuk

Kondensor

Panas keluar

Pompa
ke kebutuhan
dalam lain

ke peralatan
tambahan

ke pompa

Gambar 5.13 Aliran energi pada suatu PLTU.


Sebagian energi yang dihasilkan turbin tidak dapat dipergunakan untuk melayani
kebutuhan luar. Sebagian energi ini diperlukan untuk mentenagai peralatan internal yang
dibutuhkan antara lain:
1. Pompa pemasok boiler (termasuk dalam siklus).
2. Peralatan tambahan, antara lain:
a. Pulverizer (penghalus batubara).
b. Pengolah air (water treatment).
c. Motor dan peralatan kontrol.
d. Conveyor batubara, pompa minyak atau kompresor gas untuk PLTU
batubara, minyak atau gas.
e. Pengolah limbah padat dan cair.
f. Pompa-pompa pendingin.
g. Mesin pendingin kondensor.
h. Air conditioning bangunan kantor.
Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-8

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

i. Lampu penerangan
j. dan peralatan lainnya.
Untuk menentukan unjuk kerja sistem, dikenal beberapa istilah, antara lain:
1. Efisiensi termal (thermal efficiency), adalah rasio kerja neto terhadap jumlah
kalor yang diperlukan oleh pembangkit tenaga.
Efisiensi termal pembangkit akan lebih kecil daripada efisiensi yang dihitung
dalam siklus karena perhitungan untuk yang terakhir ini tidak memasukkan
energi yang diperlukan untuk peralatan-peralatan bantu dan energi akibat
ireversibiltas dalam prosesnya.
2. Efisiensi kotor (gross efficiency), berbeda dengan efisiensi termal, efisiensi
kotor dihitung berdasarkan rasio kerja kotor dari turbin dan generator.
3. Efisiensi bersih (net efficiency), dihitung berdasarkan kerja neto dari plant,
yaitu energi kotor dikurangi dengan energi yang diperlukan plant.
Pemilik pembangkit listrik pada umumnya menginginkan ukuran efisiensi yang
dapat menunjukkan unjuk kerjanya dari sudut pandang ekonomi sebagai akibat biayabiaya yang harus dikeluarkan untuk membangun dan menjalankan instalasi seperti
investasi, bahanbakar, operasi dan perawatannya. Untuk itu diperkenalkan ukuran lain
yaitu heat rate (HR), yang menyatakan jumlah kalor yang dimasukkan (biasanya dalam
Btu) untuk memproduksi satu satuan energi, biasanya dalam kWh. Satuannya adalah
Btu/kWh. HR adalah kebalikan secara proporsional dari efisiensi. Jadi makin kecil HR
akan makin baik. Ada beberapa definisi HR menurut variabel pembandingnya, yaitu:

1. HR neto siklus

kalor masuk siklus [ BTU] [kkal]


kerja neto siklus [kWh] [kWh]

2. HR kotor siklus

kalor masuk siklus [ BTU] [kkal]


kerja output turbin [kWh] [kWh]

3. HR neto stasiun

kalor masuk ke boiler [ BTU] [kkal]


kerja output stasiun [kWh] [kWh]

4. HR kotor stasiun =

kalor masuk ke boiler


[ BTU] [kkal]
kerja kotor turbin dan generator [kWh] [kWh]
(5.1)

Karena 1 kWh = 3412 Btu, maka:


HR =

3412

teoretik

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

(5.2)

5-9

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

5.4

KOMPONEN TURBIN UAP

Komponen utama turbin uap terdiri dari:


a. Rumah turbin (casing), umumnya terdiri dari belahan tutup atas dan rumah bagian
bawah
b. Poros dan piringan sudu jalan (rotor)
c. Piringan sudu arah dan nosel
d. Bantalan aksial dan radial
e. Penyekat (umumnya dari jenis labirint)
f. Peralatan kontrol uap (steam chest)
Sudu Arah dan Sudu Gerak

Gambar 5.14 Tampak belahan turbin uap (Siemens)


Gambar 5.15
Gambar potongan
turbin uap (Shin Nippon Machinery).
1. Kopling,
2. Bantalan luncur,
3. Poros turbin,
4. Tutup (casing) atas,
5. Piringan dan sudu jalan,
6. Piringan dan sudu arah,
7. Rumah (casing) turbin bawah,
8. Labirint, 9. Bantalan radial dan aksial,
10. Penumpu (pedestal) bantalan depan,
11. Penumpu (pedestal) bantalan belakang,
12. Sistem kontrol hidrolik,
13. Katup pengontrol.

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-10

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

Gambar 5.16 Rotor impuls 2 tingkat (Shin Nippon Machinery).


i. Aliran Uap di Nosel
Persamaan konservasi energi bentuk umum akan
mempelajari proses perubahan energi didalam nosel, yaitu:
2

p0

dipergunakan

dalam

V
p V
u0 +
+ 0 + gz 0 = u1 + 1 + 1 + gz1

2
2

atau

h0 +

V0
V
+ gz 0 = h1 + 1 + gz1
2
2

(5.3)

Disini h adalah entalpi fluida dengan satuan [m2/s2].


Indeks 0 menyatakan kondisi sisi awal nosel dan 1 menyatakan sisi keluar nosel. Notasi
kecepatan V pada rumus diatas dapat diganti dengan C sebagai notasi yang dipergunakan
pada sistem mesin pada mesin konversi energi. Selanjutnya beda ketinggian antara sisi
masuk dan keluar nosel sangatlah kecil peranannya dalam menyumbang perubahan
bentuk energi, sehingga dapat diabaikan.
Energi kinetik spesifik fluida masuk nosel:
C0
2

[m2/s2]

Energi kinetik spesifik fluida keluar nosel:


C1
2

[m2/s2]

Dengan menggunakan persamaan konservasi energi, penambahan energi kinetik pada


nosel diperoleh dari penurunan entalpi fluida dari h0 ke h1. Jadi:

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-11

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
2

C
C1
0 = h0 h1 + gz 0 gz1
[m2/s2]
(5.4)
2
2
Untuk fluida kompresibel ideal pada nosel tanpa timbulnya gelombang kejut, dengan
mengabaikan kecepatan fluida masuk nosel C0 dan beda ketinggian z0 dan z1, maka:

C1 = 2(h0 h1 )

[m/s]

(5.5)

Bila fluidanya tidak ideal, maka perlu diintrodusir faktor kerugian , sehingga kecepatan
C dapat dirumuskan sebagai berikut:

C1 = 2(h0 h1 )

(5.6)

Disini (h0 h1) adalah penurunan entalpi melalui noselm dalam m2/s2 atau kJ/kg.
Untuk aliran isentropik di nosel,

Tds = dh vdp

Diintegrasikan

(5.7)
1

dh = vdp ,

h0 h1 = vdp

atau

Selanjutnya dengan menggunakan asumsi hukum pv n = konstan, di mana n adalah


eksponen isentropik, dari Pers (5.5), didapat:
1

1
1

1
1
C12
k n
k n
k
k
= ( p0 v0 ) p dp ( p1v1 ) p dp
0
2 0

n
( p0 v0 p1v1 )
n 1

n 1

n
p

1
p0 v0 1
=
p0
n 1

Atau

n 1

p1 n
2n

C1 =
p0 v0 1
p0
n 1

(5.8)

Laju aliran uap adalah:


n 1

A1C1
2n p0 v0 p1 n
m& =
1
= A1
v1
n 1 v12 p0

atau

AC
2n p0
m& = 1 1 = A1
v1
n 1 v0

2
n +1

n
n

p
p
1 1

p0 p0

(5.9)

(5.9a)

Laju massa m& menjadi maksimum bila turunan persamaan di atas ada dan sama dengan
nol, yaitu:

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-12

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
2
n +1

n
n

p
p
1 1

=0

p
p

p 0 0


p0

2 p1

n p0

2 n
n

atau

n + 1 p1 n

=0
n p0
n

Jadi,

p* 2 n 1
=

p0 k + 1

(5.10)

Di mana p* adalah tekanan kritik, dan persamaan di atas berarti rasio tekanan kritiknya.
Bila dikehendaki pklr < p* maka harus dipergunakan nosel jenis konvergen-divergen yang
memiliki leher nosel.
Bila dikehendaki pklr > p* maka harus dipergunakan nosel jenis konvergen.
Kecepatan uap pada leher nosel, yang merupakan kecepatan kritiknya, dirumuskan
sebagai berikut:

C* = 44, 72 h0 h*
di mana h0 h* adalah penurunan entalpi uap pada sisi konvergen dari nosel. Penurunan
entalpi ini dapat dibaca pada diagram Mollier.
Bila noselnya hanya konvergen, tekanan minimum di mana uap dapat berekspansi adalah
tekanan kritiknya bila laju uap keluarnya mencapai harga maksimumnya dan kecepatan
keluar uap mencapai kecepatan suaranya (sonik).
Kecepatan kritik dapat diperoleh dari Pers. (5.8) dengan disubstitusi rasio tekanan
kritiknya.

2n
2

p0 v0 1
n 1
n + 1

C1* =

2n
p0 v0
n +1

Sebagai contoh, untuk uap panas lanjut, k = 1,3, sedangkan untuk uap kering, k=1,135. Di
sini, k adalah eksponen politropik.
Efisiensi nosel dinyatakan sebagai:

nosel =

h0 h1
h0 his

Untuk gas ideal,

nosel =

c p (T0 T1 )

c p (T0 Tis )

T0 T1
T0 Tis

Bila kecepatan riel uap keluar nosel adalah C1 dan kecepatan idealnya adalah Cis, maka:
Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-13

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

nosel

C12 C0 2
= 2
Cis C0 2

Bila kecepatan awal dapat diabaikan,

nosel =

C12
Cis 2

Gambar 5.17 Nosel dan diafragma turbin uap.

Gambar 5.18 Diafragma (SNM).

Nosel

Gambar 5.19 Nosel jenis dilas.

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-14

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

Nosel

Gambar 5.20 Nosel jenis reaming.

ii. Aliran Uap di Sudu Gerak


Aliran uap di sudu gerak dapat dikelompokkan sebagai aliran tekanan tetap (pada turbin
aksi) dan aliran tekanan tidak tetap (pada turbin reaksi). Penjelasan untuk turbin aksi dan
reaksi diberikan pada pasal-pasal selanjutnya.

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-15

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

5.5

DERAJAT REAKSI

Derajat reaksi R adalah rasio penurunan energi tekanan di sudu terhadap energi
spesifik keseluruhan. Atau:
R=
dimana:

Yp 2 3

(5.11)

Yp2-3

adalah beda energi tekanan spesifik fluida masuk dan keluar sudu
gerak.
adalah energi spesifik fluida semula.

Dalam hal penulisan dengan entalpi, Pers. (5.11) di atas dapat ditulis sebagai:

R=

hsudugerak
hsudu arah + hsudu gerak

Bila R = 0 yang didapat bila hsudugerak = 0 maka turbin disebut sebagai turbin aksi, turbin
impuls atau turbin tekanan rata.
Bila 0 > R > 1 maka turbin disebut sebagai turbin reaksi atau turbin tekanan lebih.
Bila R = 1 yang didapat bila hsudu arah = 0 maka turbin disebut sebagai turbin reaksi
penuh.
Turbin Hero merupakan contoh untuk turbin reaksi penuh (R = 1), karena hsudu arah =0
(lihat Pasal 5.6).
Lihatlah turbin dengan karakteristik sebagai berikut. Diagram segitiga kecepatan satu
tingkat turbin uap digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5.21 Diagram kecepatan suatu tingkat turbin uap.


Kecepatan

C1 = W2,

C2 = W1

Sudut

1 = 2

2 = 1

Sudu ini tidak simetrik, seperti ditunjukkan pada Gambar 5.23.b. Karena Ca1=Ca2, maka
tidak ada gaya aksial akibat perubahan vektor kecepatan absolut yang bekerja pada poros.
Tetapi sebaliknya, akan ada gaya aksial akibat beda tekanan sebelum dan sesudah sudu.
Bila R = 50%, maka hsudu arah = hsudu gerak .
Gambar 5.23 a dan b menunjukkan skema turbin uap jenis aksi dan reaksi, disertai dengan
gambar diagram h-s dan segitiga () kecepatannya. Perhatikan perbedaannya.
Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-16

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

5.6

TURBIN AKSI DAN REAKSI

5.6.1

Turbin Aksi
Turbin aksi merupakan lawan kelompok turbin reaksi. Turbin aksi juga
dinamakan turbin impuls atau turbin tekanan rata, adalah turbin yang bekerja pada
tekanan rata atau sama di semua titik pada suatu sudu gerak. Jadi pertukaran energi di
sudu hanya dari energi kinetiknya saja, sedangkan dari energi potensial tetap.
Arah putaran

Nosel

Tekanan

C1
C2

Kecepatan

C0
(Fig5-07tu)

Gambar 5.22 Turbin tekanan rata satu tingkat, dengan ditunjukkan


besaran tekanan dan kecepatan uapnya pada arah aksial.
Gambar 5.22 menunjukkan turbin tekanan rata satu tingkat. Turbin menggunakan nosel
(nozzle) yang menurunkan entalpi uap sepenuhnya menjadi energi kinetik.
Di nosel, persamaan energi:
u0 +
dimana subskrip
Atau karena

Po

V0
P V
+ gz 0 = u1 + 1 + 1 + gz1
2
1
2

menyatakan notasi untuk seksi sebelum masuk nosel,


1 menyatakan notasi untuk seksi keluar nosel.
Po
P
u0 +
= h0 dan
u1 + 1 = h1

(5.12)

(5.13)

dan energi potensial gz pada turbin uap umumnya kecil dan diabaikan, maka di nosel
persamaan ideal energi menjadi:
2

V
V
h0 + 0 = h1 + 1
2
2

(5.14)

Jadi pada diagram T-s proses pertukaran energinya ditunjukkan hanya dengan satu garis
saja. Di sisi masuk dan keluar turbinnya sendiri entalpinya konstan.
Hal ini dapat ditunjukkan pada Gambar 5.22.

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-17

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

Pada Gambar 5.23a, entalpi turun dari titik 0 ke titik 1. Pada titik 1 (tekanan keluar nosel),
tekanan uap akan sama dengan tekanan uap masuk sudu turbin (titik 2) dan tekanan
keluar sudu (titik 3). Jadi proses kerja di sudu seolah berimpit di titik 1, 2 dan 3.
Bila diperhatikan lebih mendetail, persamaan energi yang lengkap antara seksi sebelum
nosel sampai seksi sesudah sudu jalan dapat ditulis sebagai berikut:
2

Po

Di nosel:

V
P V
u0 +
+ 0 = u1 + 1 + 1
0
2
1
2

di roda jalan turbin:

u2 +

P2

(5.15)
2

V2
P V
= u 3 + 3 + 3 + YT
3
2
2

(5.16)

Sedangkan energi spesifik turbin dapat ditulis sebagai (rumus Euler):

YT = U 2 C u 2 U 3 C u 3
2

atau

YT =

(5.17)
2

C2
C
U
U
W
W
3 + 2 3 + 3 2
2
2
2
2
2
2

(5.18)

Energi kinetik spesifik tenaga uap (YTk) dinyatakan pada bagian persamaan:
2

C
C
YTk = 2 3
2
2

(5.19)

sedangkan gabungan energi potensial, tekanan dan termal spesifik dinyatakan dalam:
2

U
U
W
W
YTp = 2 3 + 3 2
2
2
2
2

(5.20)

Karena tidak ada penurunan tekanan lagi di dalam sudu jalan, maka YTp akan sama
dengan nol.
Untuk turbin aksial, U2 = U3. Jadi untuk turbin impuls akan didapat selalu W2 = W3.
Segitiga kecepatan turbin impuls ditunjukkan pada gambar. Karena tekanannya konstan,
maka kerapatan massanya juga konstan. Bila luas penampang aliran pada sudu jalan
konstan, maka kecepatan aksial juga akan konstan. Karena tekanannya sama, maka
volume spesifik v2 akan sama dengan v3. Akibatnya kecepatan aksial uap Ca2 akan sama
dengan Ca3 atau C3 dalam keadaan ideal.
Dari diagram h-s terlihat, entalpi uap turun di nosel sebagai akibat kenaikan kecepatan
uap. Selanjutnya di sudu jalan, penurunan energi total terjadi karena penurunan energi
kinetiknya saja. Tekanan yang konstan di sisi masuk dan keluar turbin impuls
menyebabkan tidak adanya kerugian kebocoran uap antara ke dua sisi tersebut. Akibat
lainnya adalah:
Turbin aksi dapat bekerja pada bukaan nosel sebagian, dalam arti, tidak semua nosel
(bila nosel dipasang penuh di depan roda jalan) diaktifkan.

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-18

MKE 2

p0

Sudu arah
1
2
Sudu jalan

p0

Entalpi h

Indek
0

2
Sudu jalan
3

1
p1
3

3s

p2

p3

p2

p1

Entalpi h

Sudu arah

Indek
0

BAB 5 TURBIN UAP

3
3s

Entropi s

c3

w3

w3

2 w2
3 c
3

w2

(a)

Entropi s

(b)

Gambar 5.23 Sudu arah, sudu jalan, diagram h-s dan segitiga kecepatan
turbin aksi (a) dan turbin reaksi (b).

Gambar 5.24 Turbin impuls 2 rotor 4 tingkat.


(Shin Nippon Machinery).

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-19

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

Gambar 5.25 Turbin uap impuls 2 rotor 4 tingkat tutup terbuka.


(Shin Nippon Machinery).

5.6.1.1

Analisis Turbin Impuls Berdasarkan Momentum

Sama dengan turbin air, gambar berikut menunjukkan sudu gerak turbin impuls
dan segitiga kecepatannya.
W2
C 2 U2
U

C1
C1
U1

W1

Gambar 5.26 Sudu turbin impuls dan vektor-vektor kecepatan uap.


Gambar 5.26 diatas menunjukkan prinsip kerja sebuah turbin uap impuls. Jet menyembur
dari nosel di kiri dengan kecepatan C0 dan menumbuk sudu seperti nampak pada gambar.
Sudu-sudu dibuat seperti mangkuk. Jumlah sudu dimisalkan tak berhingga.
Selanjutnya sudu dipasang pada rotor dalam konfigurasi aksial, sehingga U1 = U2.
Kecepatan jet masuk sudu adalah
Kecepatan jet keluar sudu adalah
Kecepatan tangensial sudu adalah
Kecepatan masuk relatif terhadap sudu
Kecepatan keluar relatif terhadap sudu

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

C1 .
C2 .
U =U1 = U2.
W1
W2

5-20

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

Bagaimana rumus daya turbin tersebut?


Pengamat berada di sumbu inersial, di luar sudu.
Sudu bergerak dengan kecepatan tangensial
U.
Kecepatan relatif jet masuk sudu adalah
W1 = C1 U1
Kecepatan relatif jet keluar sudu adalah
W2 = C1 U1 = W1
Kecepatan absolut jet keluar sudu adalah
C2 = U (C1 U1)
= 2U C1
Dari persamaan momentum:
v
v
M& = V (Vr .n )dA
VA

m& = VA
v
Vr .n = C1 U

dapat diperoleh
dan

(5.21)
(5.22)
(5.23)

Oleh karenanya

F = (m& V .n ) (m& V .n )
F = 2m& (C U )
v

msk

klr

= m& (C1 U ) ( m& (C1 U ))

(5.24)

Kerja per satuan waktu P adalah:

P = U F = 2m& U (C1 U )

(5.25)

Jadi bila laju massa uap diketahui dan kecepatan pancaran uap dari nosel (C1) dan
kecepatan putar sudu (U) diketahui, daya rotor dapat dihitung.
Untuk mencari efisiensi rotor, dari definisi efisiensi sebagai rasio daya keluar poros
terhadap daya uap tersedia, efisiensi turbin adalah:

U U 2
P
= 1
= 4 1 1
2
&
mC
C1 C1
1
2

(5.26)

Dengan menurunkan persamaan efisiensi diatas terhadap U1/C1, efisiensi optimum


didapat bila:

Jadi

U = 12 C

(5.27)

Pmaks = 12 m& C 2

(5.28)

Dengan cara yang sama, bila jet uap masuk dan keluar sudu membentuk sudut 1 dan 2
berturut-turut terhadap arah aksial (sudut 1 dan 2 selalu diperlukan untuk memungkinkan jet uap masuk ke dan keluar dari sudu-sudu), maka akan didapat:

F = 2m& (C

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

cos 1 C 2 cos 2 )

(5.29)

5-21

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

X+
2
6.4

Gambar 5.27 Sudu turbin impuls dengan sudut relatif masuk dan keluar 1 dan 2.
Jadi

P = U F = 2m& U (C1 cos 1 C 2 cos 2 )

(5.30)

Efisiensi akan menjadi:

U 1
U 1 C 2
P

=
2
cos

1
2
1
C
&
m
C
C1 C1
1
1
2

Kecepatan sudu optimum:


Kecepatan relatif uap masuk sudu adalah:
Kecepatan uap keluar sudu adalah:
Jadi :

cos 2

(5.31)

C1 cos1 U.
U - (C1 cos 1 U) = 2U C1 cos 1

& ( C1 cos C2 cos 2 ) = 2 mU


& ( C1 cos 1 U )
P = 2 mU

(5.32)

Kecepatan optimum akan diperoleh bila:


U opt =

C1 cos 1
2

(5.33)

Daya maksimum diperoleh bila Uopt dipergunakan, sehingga:

& opt 2
P = 12 m& ( C1 cos 1 ) = 2 mU
2

(5.34)

Efisiensi maksimum adalah:

maks = (cos 1 )2

(5.35)

Bila 1 = 0, maka efisiensi akan sama dengan 100%.


Contoh aplikasi turbin aksi adalah turbin Curtis. Gambar 5.28 berikut menunjukkan roda
Curtis 2 tingkat. Selepas dari nosel, tekanan uap sama di semua stasiun antara sisi masuk
sudu tingkat I sampai dengan sisi keluar sudu tingkat II. Kecepatannya yang berkurang
seiring dengan berkurangnya energi kinetik uap dan bertambahnya energi pada poros
putar turbin.

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-22

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

Gambar 5.28 Turbin tekanan rata dua tingkat.


5.6.1.2

Turbin Aksi Turbin Hero

Bentuk lain dari turbin aksi adalah turbin Hero. Gambar berikut menunjukkan
turbin Hero dan gambar-gambar penjelasan untuk menganalisa cara kerja turbin ini.
Turbin Hero bekerja berdasarkan momentum yang dihasilkan dari pancaran uap dari
nosel turbin yang berfungsi pula sebagai rotor turbin. Reaksi dari momentum ini
dimanfaatkan sebagai proses konversi energinya. Sama dengan pada turbin aksi semisal
turbin Curtis sebelumnya, analisa turbin ini lebih mudah menggunakan analisa
momentum langsung.

(a)

(b)

(c)

Gambar 5.29 Turbin Hero


W2
U2

= kecepatan relatif terhadap nosel


= kecepatan keliling nosel
= kecepatan putar
= luas penampang saluran

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-23

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

Gaya yang dihasilkan uap keluar nosel dengan kecepatan absolut C2 adalah:

atau

F = m& C2

(5.36)

F = m& (W2 U 2 )

(5.37)

Kerja per satuan waktu uap adalah:

& 2 (W2 U 2 )
P = mU

(5.38)

Uap semula keluar melalui sumbu putar turbin dan bergerak menuju nosel di sisi luar
lingkaran putar turbin. Kerja akan dirasakan oleh fluida oleh rotor dalam bentuk:
a. Fluida dipercepat dari kecepatan mendekati nol (pendekatan) pada sumbu
nosel menjadi sama dengan kecepatan nosel U2, yaitu energi kinetik:
U
= 2
2

YKE

(5.39)

b. Fluida juga dimampatkan bila bergerak radial keluar dalam putaran. Energi
potensial atau, kerja pemompaan, diturunkan sebagai berikut (lihat gambar b):
Kesetimbangan gaya arah radial massa dm :

( p + dp p ) A = r 2 dm
dp = r 2 dr

Karena dm = A dr maka
atau

dp

= r 2 dr

(5.40)
(5.41)
(5.42)

Kerja pemompaan fluida aliran kompresibel maupun inkompresibel adalah:


YKE =

U2
2

(5.43)

Gaya yang bekerja pada fluida oleh rotor, yang menghasilkan energi kinetik dan
kompresi, adalah gaya Coriolis. Jadi kerja oleh rotor pada fluida melalui gaya Coriolis
adalah sama dengan jumlah perubahan energi kinetik dan kerja pemompaan sebagai
berikut (lihat Gambar 5.29c):
dF = 2 r dm&

(5.44)

dF = 2 m& dr

(5.45)

Momen dari momentum

dM = r dF

(5.46)

Daya karena gaya Coriolis

dPC = dM

(5.47)

atau

dPC = 2 2 m& rdr

(5.48)

Setelah integrasi:

& 22
PC = mU

(5.49)

Energi Coriolis spesifik:

YC = U 2

(5.50)

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-24

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

Pada sistem koordinat relatif (bergerak bersama nosel) hanya kerja pompa menambah
energi yang tersedia untuk mempercepat fluida melalui nosel. Perubahan energi kinetik
diperlukan untuk memungkinkan fluida bergerak dengan kecepatan yang sama dengan
kecepatan nosel. Dengan asumsi ekspansi ideal (isentropik), kecepatan fluida keluar nosel
pada sistem koordinat non inersial (relatif) dapat dicari karena harganya harus merupakan
penjumlahan energi-energi potensial dalam sistem fluida statik dan dengan kompresi
akibat rotasi. Kerja pompa sebagai bagian dari energi potensial yang tersedia untuk
mempercepat fluida menembus nosel sering diabaikan.
Bila dalam keadaan = 0, rotor dimisalkan ditahan tetap, didefinisikan kecepatan fluida
keluar dari nosel sama dengan Cst, maka berdasarkan analisis energi:

C 2 = U 2 + C st
2

(5.51)

Masukkan persamaan diatas pada Persamaan 5.38 maka:


2
2
P = m& U 2 C st + U 2 U 2

Dari definisi efisiensi turbin =


Definisikan rasio kecepatan

(5.52)

P
1
m& C st
2

(5.53)

U2
C st

(5.54)

dan koefisien dorong nosel (thrust coeficient) d dimana Ca adalah kecepatan fluida
sebenarnya, sedangkan C2 kecepatan keluar ideal:

d =

0 < d < 1

= 2 d 1 + 2

didapat:

5.6.2

Ca
C2

(5.55)
(5.56)

Turbin Reaksi

Lain halnya dengan turbin reaksi. Penurunan entalpi tidak semuanya dilakukan di
nosel, tetapi sebagian daripadanya dilakukan di sudu jalan. Jadi:
2

YTp =

U2
U
W
W
3 + 3 2 > 0.
2
2
2
2

(5.57)

Pada Gambar 5.23 dapat dilihat perbedaan dasar antara turbin aksi (Gambar 5.23a) dan
reaksi (Gambar 5.23b). Dari segitiga kecepatannya, karena kecepatan tangensial U2 sama
dengan U3 (turbin aksial) maka W2 tidak akan sama dengan W3.
Dari diagram h-s terlihat, entalpi uap turun di nosel sebagai akibat kenaikan kecepatan
uap. Selanjutnya di sudu jalan, penurunan energi total uap terjadi karena penurunan
energi kinetik dan entalpi.
Karena tekanan di sisi 2 lebih besar, maka volume spesifik v2 akan lebih kecil
daripada v3. Akibatnya kecepatan aksial uap ca2 akan lebih kecil daripada ca3 atau c3
dalam keadaan. Untuk menyamakannya, maka luas penampang aliran di sisi keluar turbin
diperbesar. Itulah sebabnya pada turbin reaksi diameter roda jalan di sisi hilir lebih besar.

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-25

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

5.6.2.1
Efisiensi Turbin Reaksi
Sama dengan turbin aksi, dengan menggunakan persamaan Euler, kerja spesifik pada
rotor turbin reaksi adalah:
2

C
C
U
U
W
W
Y = U1 cos 1 U2 cos 2 = U1 Cu1 U2 Cu2 = 1 2 + 1 2 + 2 1
2
2
2
2
2
2

Sebelum rotor, energi spesifik yang dimiliki uap adalah:


2

C
U
U
W
W
Y1 = 1 + 1 2 + 2 1
2
2
2
2
2

Persamaan diatas menunjukkan energi yang dimiliki fluida sebelum masuk rotor. Bila kita
akan tinjau energi yang dipindahkan fluida ke rotor, maka energi kinetik sisa C22/2 yang
keluar rotor harus dimasukkan dalam perhitungan, yang kemudian akan kita dapatkan
kembali persamaan Euler.
Kita bahas khusus turbin aksial, maka efisiensi turbin reaksi adalah:

reaksi =

U ( Cu1 Cu 2 )
Y
= 2
Y1 C1 + U12 U 2 2 + W2 2 W12
2

Pada turbin reaksi, ada beberapa kemungkinan bentuk segitiga kecepatan masuk dan
keluar sudu. Pada dasarnya, bentuk-bentuk di bawah dapat mewakili berbagai bentuk
yang lain. Untuk menganalisanya, dua faktor pengubah akan kita pergunakan, yaitu
Faktor untuk kecepatan aksial, dengan definisi

Cm1 = Cm2, dan

Faktor untuk sudut 1 dan 2 , dengan definisi

1 = 2

Perubahan kecepatan aksial Cm dapat terjadi karena kemungkinan perubahan kecepatan


aksial akibat makin turunnya tekanan yang mengakibatkan naiknya volume spesifik uap
di sisi keluar. Dan ini mengakibatkan membesarnya Cm di sisi keluar.
Pada kasus khusus, bila turbin reaksi didisain menggunakan konsep Cm konstan, maka
akan sama dengan 1. Sudu turbin ini diameter pada sisi keluarnya lebih besar daripada di
sisi masuknya (lihat sudu dengan tanda panah gambar berikut).

Gambar 5.30 Contoh rotor turbin uap reaksi.

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-26

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

Gambar 5.31 Beberapa bentuk sudu rotor dan stator turbin uap (Stork, Holland).
Menggunakan faktor pengubah diatas,
C 2 cos 2 = C m 2 tan 2 =

C1 sin 1 tan
Selanjutnya

Dimana

C2 =

cos 2
sin 1 tan

1 =

C m1

tan

1
=

C1 sin 1 tan

= 1C1

= 2 C1

2 =

sin 1 tan

cos 2

Sehingga efisiensi dapat ditulis sebagai:

reaksi =

U ( C cos C cos )
Y
= 2 1 2 1 2 2 2 2 2
Y1 C1 + U1 U 2 + W2 W1
2

C

U C1 cos 1 1 sin 1 tan 1


= 2
2
2
2
C1 + U1 U 2 + W2 W12
2
Dari segitiga kecepatan:
W2 = U 2 + C 2 2U 2 C 2 cos(180 2 ) = U 2 + C 2 + 2U 2 C 2 cos( 2 )
2

= U 2 + 2 C1 + 2U 2 1C1
2

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-27

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

Sedangkan

W1 = U 1 + C1 2U 1C1 cos 1
2

Jadi

reaksi

C

U C1 cos 1 1 sin 1 tan 1

= 2
2
2
2
2
2
C1 + U1 U 2 + U 2 + 2 C1 + 2U 21C1 U12 C12 + 2U1C1 cos 1
2

Untuk turbin aksial, U1 = U2.


Jadi

reaksi

C

2U C1 cos 1 1 sin 1 tan 1


= 2 2
2 C1 + 2U 21C1 + 2U1C1 cos 1

Bagi dengan C12 didapat

U
1

cos 1 sin 1 tan 1

C1


=
U
U
2 2 + 21 + 2 1 cos 1
C1
C1
2

reaksi

Gambar 5.32 Gambar


potongan turbin uap reaksi.

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-28

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

Amati perbedaan turbin reaksi dengan turbin aksi (Gambar 5.15). Dapat dilihat,
pembukaan sudu-sudu terlihat lebih besar.

Gambar 5.33 Turbin reaksi tekanan rendah (LP) (Siemens- Muelheim Jerman).
Satu set turbin sejenis mampu membangkitkan tenaga listrik sebesar 1200 MW. Turbin
ini juga telah beroperasi di Paiton, Jawa Timur.

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-29

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

5.7

TURBIN BERTINGKAT

Kemampuan nosel dan turbin untuk mengambil energi dari fluida kerjanya adalah
terbatas. Sedangkan dari analisis sebelumnya sudah terbukti, beda temperatur (yang
ekivalen dengan energi) yang makin tinggi akan memberikan efisiensi yang makin tinggi
pula. Untuk mencapai efisiensi yang tinggi tersebut turbin uap dibuat bertingkat-tingkat.
Setiap tingkat bertugas memindahkan sebagian dari energi uap yang tersedia ke poros
turbin.
5.7.1

Turbin Impuls Bertingkat

Pada turbin impuls, ada dua cara untuk membangun turbin bertingkat, yaitu:
a. Turbin impuls dengan satu nosel dan beberapa sudu jalan dengan beberapa sudu
pembalik arah aliran.
Sudu
arah

Sudu
gerak

Sudu
gerak

Nosel

Tekanan
C1
Kecepatan
Absolut

C2

C3

C4

(Fig5-08tu)

Gambar 5.34 Turbin tekanan rata dua tingkat rotor,


dengan besaran tekanan dan kecepatan uapnya.
Gambar 5.34 menunjukkan satu contoh turbin impuls bertingkat 2 dengan sudu
pembalik. Tekanan uap sekeluar dari nosel adalah konstan di seluruh seksi impuls.
Sebaliknya kecepatan absolut uap di kedua tingkat sudu jalan tidak sama, sebagai
akibat terpindahkannya sebagian energi kinetik di tingkat pertama.
Gambar 5.35 menunjukkan segitiga kecepatan turbin impuls dua tingkat dengan
sudu pembalik.
C1

W2

1
Sudu jalan 1

W2

u1
2

C2
Sudu arah

u2
Sudu jalan 2

W3

C3

3
u3

W4

C4

Gambar 5.35 Segitiga kecepatan pada sudu gerak


dan sudu diam turbin uap tekanan rata dua tingkat.
(Fig5-09tu)

u4

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-30

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

C1
W1

1
u1

W2

tingkat 1

Sudu gerak
Sudu tetap

C2
u2
W3
W4

tingkat 2

Sudu gerak

C3

4
U3

Sudu tetap

C4
C5

U4
W5
W6 C
6
U6

tingkat 3

Sudu gerak

(Fig5-10tu)

Gambar 5.36 Segitiga kecepatan turbin aksi tiga tingkat dengan sudu pembalik.
Kecepatan yang rendah di sisi keluar sudu terakhir merupakan tujuan untuk
mendapatkan efisiensi yang tinggi.

Tingkat 1

W1

Nosel

Tingkat 2

C1

Nosel

Tingkat 3

b. Turbin impuls bertingkat dengan beberapa nosel dan beberapa sudu jalan.
Dalam analisis disain sering dijumpai kondisi dimana nosel tidak mampu
menurunkan entalpi seperti yang dikehendaki. Untuk mengatasinya entalpi
diturunkan melalui beberapa nosel.
Gambar 5.37 menunjukkan turbin impuls tiga tingkat yang tekanan disetiap
tingkatnya tidak sama..

Nosel

Sudu
gerak

U1

W2

C2
U2

C3
W3
W4

43

Sudu
gerak

U3

U4

C5
W5
W6

Sudu
gerak

U5
C6

U6

(Fig5-12tu)

Gambar 5.37 Turbin tekanan rata tiga tingkat tekanan,


dengan segitiga kecepatannya.
Prinsip kerja konfigurasi ini dijelaskan dengan gambar berikut. Nosel berfungsi
sebagai penurun entalpi dan peningkat energi kinetik uap. Sudu jalan berfungsi
sebagai pemindah energi kinetik uap ke energi mekanik pada poros turbin. Entalpi
yang masih tinggi di sisi keluar sudu jalan tingkat I di ekspansikan kembali oleh
nosel tingkat ke II. Energi kinetik yang dihasilkan dipindahkan menjadi energi
poros di turbin tingkat ke II.

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-31

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

Sudu
gerak

Sudu
gerak

Nosel

Nosel

Tekanan
C2

C1
Kecepatan
Absolut

(Fig5-11tu)

Gambar 5.38 Turbin tekanan rata dua tingkat tekanan, ditunjukkan pola perubahan
tekanan dan kecepatan absolut uap di setiap tingkat.
Gambar diatas menunjukkan konsep turbin impuls dua tingkat bertekanan tidak
sama. Diagram dibawahnya menunjukkan besaran tekanan dan kecepatan absolut
di setiap tingkatnya.
5.7.2

Turbin Reaksi Bertingkat


Lain halnya dengan turbin aksi, turbin reaksi mengatasi keterbatasan penurunan
energi di setiap tingkatnya dengan menghadirkan nosel yang berupa sudu arah di setiap
tingkatnya.
Sudu
gerak
Sudu
tetap

Sudu
gerak
Sudu
tetap

Sudu
gerak
Sudu
tetap

Penurunan tekanan
di sudu tetap
Tekanan
Penurunan tekanan
di sudu gerak

Kecepatan
absolut

Kenaikan kecepatan absolut


di sudu tetap

Penurunan kecepatan absolut


di sudu gerak

(Fig5-13tu)

Gambar 5.39 Turbin reaksi tiga tingkat tekanan, dengan besaran tekanan dan kecepatan
uapnya.

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-32

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

Sudu
tetap
C1

W1

Sudu
gerak

U1

W2

C2
U2

W4

W3

Sudu
tetap

C3

2
U3

Sudu
gerak

C4
U4

(Fig5-14tu)

Gambar 5.40 Turbin reaksi dua tingkat tekanan,


dengan segitiga kecepatannya.

Gambar 5.41 Diagram h-s turbin reaksi dua tingkat tekanan.


Cobalah anda buat analisis, bagaimana dengan pernyataan berikut:
Persamaan energi 0-1 di sudu tetap:
C0 2
C12
h0 +
= h1 +
+ hrg 01sudu tetap
2
2
Persamaan energi 1-2 di sudu gerak:
C2
C2
h1 + 1 = h2 + 2 + hrg 1 2 sudu gerak + e1 2 sudu gerak
2
2

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-33

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

5.8

BEBERAPA BENTUK KHUSUS KONSTRUKSI TURBIN UAP

5.8.1

Turbin Uap Radial

Rotor
Stator

Gambar 5.42 Contoh konstruksi turbin uap radial.


Gambar di atas menunjukkan gambar turbin uap radial sederhana. Rotor
(karangan sudu sebelah kanan) terdiri dari cincin lingkar yang di bagian tengahnya
dibentuk menjadi sudu-sudu. Tepat disisi hilir atau hulunya, terdapat sudu arah (stator,
bagian kiri). Arah aliran uap pada gambar di atas adalah dari bawah ke atas, arah radial.

Gambar 5.43 Turbin uap radial rotor ganda dengan potongan sudu gerak dan sudu arah
dan segitiga kecepatannya.
Gambar 5.43 di atas menunjukkan potongan turbin radial reaksi bertingkat rotor
ganda. Di sisi kanan menunjukkan potongan sudu-sudu gerak rotor 1 dan rotor II. Turbin
ini tidak memiliki sudu arah.
Gambar bawahnya menunjukkan segitiga kecepatan kedua pasangan rotor tersebut.
Dalam gambar, C21 menyatakan kecepatan absolut uap masuk rotor 2 yang sama besarnya
dengan uap keluar rotor 1. Kecepatan absolut keluar dari rotor dinyatakan dengan C22.

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-34

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

Gambar 5.44 Turbin uap radial dengan sisi outlet arah aksial.
Gambar 5.44 di atas menunjukkan rotor turbin uap radial janis campuran. Uap masuk
impeler dalam arah radial, tetapi keluar impeler arah aksial. Gambar kanan atas
menunjukkan tampak depan rotor. Gambar bawah menunjukkan tipikal segitiga
kecepatan. Perlu diperhatikan, gambar kedua segitiga kecepatan di atas tidaklah dalam
satu bidang. Bidang segitiga kecepatan keluar rotor adalah tegak lurus terhadap arah
poros.

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-35

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

5.9

BEBERAPA PERALATAN UTAMA TURBIN UAP

5.9.1 Nosel
(lihat bab khusus nosel, dalam persiapan)
5.9.2

Katup Kontrol Tingkat Pertama (Steam Chest)

ke Servo governor

Bocoran uap
Katup
Uap masuk

Uap masuk

Bocoran uap
Penutup

Segmen nosel

Sumbu poros rotor

Segmen nosel
Rotor turbin tingkat 1
(Gbr6tu)

Gambar 5.45 Sketsa sistem kontrol pemasokan uap pada nosel atau sudu arah dengan 7
katup diparalel.
Turbin aksi dapat bekerja pada bukaan nosel sebagian, dalam arti, tidak semua
nosel (bila nosel dipasang penuh di depan roda jalan) diaktifkan. Pada gambar diatas,
tampak katup ke I (tunggal), pasangan katup ke II, ke III dan ke IV. Posisi tiap jarum
katup menentukan jumlah pasokan uap. Terlihat katup ke IV melayani nosel atau sudu
arah yang menempati sebagian lingkaran sudu jalan (tidak nampak). Tentunya ada
sebagian sudu jalan yang tidak menghasilkan daya (pasif) karena tidak tepat didepan
nosel ini. Sudu jalan yang pasif ini justru memakan daya akibat efek angin, yaitu bekerja
sebagai fan yang menimbulkan kerugian angin (windage).
Gambar 5.46
Contoh sistem hidrolik
batang pengatur turbin
uap buatan China.

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-36

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

5.9.3

Penyekat

5.9.3.1 Labirinth

C
D

Gambar 5.47 Labirin untuk menyekat uap atau gas bertekanan terhadap lingkungan luar
pada kompresor ataupun turbin uap/gas.
Labirin (labyrinth) merupakan salah satu komponen untuk menyekat uap atau
gas bertekanan tinggi terhadap kebocoran ke udara luar pada poros yang berputar. Ada
beberapa jenis labirin yang dipergunakan, antara lain berbentuk ring metal, penyekat air
dan ring dari bahan karbon. Pada gambar terlihat jenis ring metal yang ditanam dalam
takikan (groove) yang dikunci dengan ring kunci. Ring labirin dipasang baik pada bagian
poros maupun rumah turbin. Ring labirin yang bergerak mengakibatkan uap atau gas
berubah arah geraknya, berputar mengikuti gerak ring dan berputar melingkar diantara
dinding-dinding ring. Gerak dan arah kecepatan yang ditimbulkan menimbulkan efek
penyekatan yang baik.
Berbagai macam bentuk ring labirin dapat ditemui pada turbin-turbin uap dan gas, selain
juga yang digunakan pada kompresor. Diantaranya dapat dilihat pada gambar-gambar
berikut:

Gambar 5.48 Penyekat labirin yang


dilengkapi dengan penyekat cairan.

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-37

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

(Scan34tu)

Gambar 5.49 Ring labirin yang ditanam


sejajar poros. (Scan34tu)

5.9.3.2 Penyekat Mekanikal

Gambar 5.50 Penyekat mekanikal


(mechanical seal) dilengkapi dengan
penyekat minyak.

Gambar 5.51 Ring labirin yang ditempatkan


pada ring dudukan khusus.

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-38

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

5.10

CATATAN TAMBAHAN DIAGRAM H S BEBERAPA KONFIGURASI


KOMPRESOR DAN TURBIN UAP.
2

CK
2

CN
2

eK
K*

hK

p stg,K

h
pk

pN

e M-K
h s,M-K

Ci
2

pM
1
p1

Gambar 5.52 Kompresor aksial

s
Abb 1.5.5

Gambar 5.53 Diagram h s kompresor

Kompresor :
Notasi :
M
K
1
N
CM
CK
eM-K

= sisi masuk
= sisi keluar
= sisi masuk impeler
= sisi keluar impeler
= kecepatan di sisi masuk
= kecepatan di sisi keluar
= beda energi antara sisi masuk dam keluar
= hM-K + CK2/2
e
= energi spesifik
h
= entalpi
hM-K = beda entalpi antara sisi masuk dan keluar
hs,M-K = beda entalpi isentropik antara sisi masuk dan keluar
p1
= tekanan statik di sisi masuk impeler
pM
= tekanan statik di sisi masuk
pN
= tekanan statik di sisi keluar impeler
pK
= tekanan statik di sisi keluar
pstg,K = tekanan stagnasi di sisi keluar
pstg,M = tekanan stagnasi di sisi masuk

Subscribt:
s
= isentropik
Efisiensi internal, adalah efisiensi dengan hanya memperhitungkan energi termal, adalah:
Efisiensi internal turbin didefinisikan sebagai :
Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-39

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

Untuk Turbin:

int =

Energi yang diberikan fluida kerja ke rotor


Energi turbin tanpa rugi - rugi

Untuk Kompresor:

int =

Energi fluida yang dihasilkan tanpa rugi - rugi


Energi yang diberikan rotor ke fluida kerja

Sebagai contoh, pada kompresor gambar di bawah:

int, M K =

m& m& loss hs ,M K

m&
eM K

p stg,K

CK
2

CK

K
1

eK

2
K

C
2

h
CM

pK

pN

e M-K
N

p stg,M

h s,M-K

pM
p1

CM
2
1

C1
2

s
Abb 1.5.7

Gambar 5.54 Kompresor aksial

Gambar 5.55 Diagram h s kompresor

Selanjutnya, bila pada sisi masuk dan keluar kompresor kecepatan fluida tidak dapat
diabaikan, energi kinetik harus diperhitungkan. Maka:

int, M K =

es ,M K
e M K

Pada proses ekspansi, gambar berikut menunjukkan diagram h s :

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-40

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

PM P
1

hM-K

hs,M-K
K
C N2
2

PK

Gambar 5.56 Diagram h-s turbin uap.


Pada gambar di atas, seksi M-1 adalah nosel. Dalam gambar, seperti ditunjukkan pada
gambar, proses ekspansi pada nosel adalah proses entalpi konstan M-1.
Efisiensi internal turbin uap adalah:
hM K
i , M K =
hs ,M K
m'sK

msK1
msK - m'sK
1

N'

N1

m sK2

N'1
CM
PM , TM
M

CK

K
PK , TK

Abb 1.5.2

Gambar 5.57 Skema turbin dengan sistem injeksi tengah dan injeksi penyekat

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-41

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

p stg,M
eM

pM
p1

eM

2
1

hM

C
2

h1
1

eM-K

C N1
2

es,M-K

h'1
h N1

N'1
N'

CK
2

pK

CN
2

N
p'N

K*
K

N'

s
Abb 1.5.4

Gambar 5.58 Diagram ekspansi turbin pada Gambar 5.57.

C M2
2

p1

e 1-N1

es,1-N

h1-N1

hs,1-N

C N2
2

PN

Abb 1.5.3

Gambar 5.59 Diagram h s pada ekspansi turbin bertingkat.

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-42

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

Turbin Uap Dengan Ekstraksi:


M
0
1

CN

K
meks 1

meks 2

meks 3

Abb 1.6.1

Gambar 5.60 Turbin uap dengan 3 ekstraksi.


2

CM
2
Pstg,M
pM

C 12
2

hs1

e 1
C 22
2

e 2

hs2

p2

e 3

hs3

p3

e 4

hs,M-K

hs4

e M-K

p4

pK

CN
2

s
Abb 1.6.2

Gambar 5.61 Diagram h-s untuk turbin uap dengan 3 ekstraksi.

Notasi :
m& i = laju massa per satuan waktu pada seksi i (i = 1, 2, 3, ..... , n).
m& 2 = laju massa uap pada jalur ekstraksi ke 1
m& 3 = laju massa uap pada jalur ekstraksi ke 2
m& 4 = laju massa uap pada jalur ekstraksi ke 3
Efisiensi dalam energetik :

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

5-43

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
n

ie =

m& e

i =0
n

m&
i =0

s ,i

es ,i

ei dan hs,i ditunjukkan pada Gambar 5.61 di atas.


Bila seluruh massa uap yang masuk ke turbin m& dapat dibagi menurut:
m&
m&
i i
dan
s ,i s ,i
m&
m&
Maka berlaku:
n

i ,e =

i =0
n

i =0

s ,i

es ,i

Bila jumlah kerja teoritik internal turbin dan kerja teoritik dari uap ekstraksi dituliskan
sebagai:
n

i =0

i =1

i ei + i es, eks i , maka:


n

i ,thermodina mik =

Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808

i ei + i es, eks i
i =0

i =1

es ,M K

5-44

BAB V TURBIN UAP

5.11

GAMBAR-GAMBAR

(Fig5-25tu)

Gambar 5.62 Contoh potongan instalasi turbin 4 silinder 4 poros serie.

Mke2 Turbin Uap 1 101106/ Hen

5-45

MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP

Gambar 5.63 Turbin impuls dua tingkat

Gambar 5.64 Turbin uap 7 MW

Gambar 5.65 Turbin uap 7 MW

Mke2 Turbin Uap /Hen 0808

5-46

Anda mungkin juga menyukai