5 Turbin Uap 3.35 MB
5 Turbin Uap 3.35 MB
5 Turbin Uap 3.35 MB
5. TURBIN UAP
5.1
PENDAHULUAN
Turbin uap terutama digunakan di Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
dan di industri. Di PLTU, turbin uap dipergunakan untuk menggerakkan generator. Di
industri, turbin uap selain untuk menggerakkan generator (untuk pembangkit listrik
kawasan industrinya) juga sebagai pemutar kompresor, pompa, dan berbagai proses
lainnya.
Klasifikasi turbin uap dapat dibagi dalam beberapa kelompok yaitu:
a. Berdasarkan jumlah tingkat:
1. Turbin satu tingkat (single stage)
2. Turbin bertingkat (multistage)
b. Berdasarkan arah aliran uap:
1. Turbin radial
2. Turbin aksial
c. Berdasarkan jumlah silinder:
1. Turbin silinder tunggal
2. Turbin silinder ganda
3. Turbin silinder tiga
4. Turbin silinder empat
Silinder merupakan poros dan tromol di mana sudu-sudu turbin dipasang.
d. Berdasarkan jumlah poros:
1. Turbin silinder jamak dengan rotor tunggal dan dikopel dengan generator
tunggal, dikenal dengan nama turbin poros tunggal.
2. Turbin-turbin dengan poros lebih dari satu dan diparalel disebut sebagai turbin
poros jamak (multiaxial).
e. Berdasarkan prinsip kerja uap:
1. Turbin impulse (turbin aksi, turbin tekanan rata), tekanan uap di sisi masuk
turbin sama dengan sisi keluar. Ekspansi uap terjadi pada nosel (nozzle) atau
karangan sudu arah.
2. Turbin reaksi (turbin tekanan tak rata), bila tekanan uap di sisi masuk lebih
besar daripada di sisi keluar. Ekspansi uap terjadi baik di karangan sudu arah
yang merupakan nosel maupun di sudu jalan.
f. Berdasarkan penurunan panas:
1. Turbin berkondensor, condensing turbine, atau dikenal juga dengan turbin
siklus tertutup.
2. Turbin berkondensor dengan satu atau dua tingkat ekstraksi pada tekanan
tertentu untuk kebutuhan kalor lain (water heater misalnya).
3. Turbin siklus terbuka, back pressure turbine, tanpa dilengkapi kondensor.
Kondensor dapat menurunkan tekanan menjadi sangat rendah, jadi bila turbin
tidak dilengkapi kondensor maka tekanan di sisi keluar akan lebih tinggi
daripada turbin berkondensor.
4. Topping turbine, jenis back pressure turbine yang biasanya dipergunakan
pada waktu peningkatan daya terpasang suatu instalasi. Biasanya turbin ini
akhirnya akan dilengkapi dengan kondensor sehingga berfungsi seperti turbin
berkondensor biasa.
Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808
5-1
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
(a)
(b)
Gambar 5.1. Contoh skema system instalasi turbin uap terbuka (a) dan kombinasi terbuka
dan tertutup (b).
Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808
5-2
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
Jalur uap bekas adalah uap yang telah dipergunakan turbin untuk dipergunakan pada
proses produksi dalam industri tertentu, misalnya kilang minyak, pabrik pupuk dan
sebagainya.
Gambar berikut menunjukkan skema instalasi turbin uap tertutup yang dilengkapi dengan
unit pemanfaat panas (economizer), pemanas ulang (reheater) dan pemanas lanjut
(superheater).
169,7bar
538c
39,6bar 538c
TTR
TTR
ITIT
TTM
600MW
0,0864bar
0,42 bar
2x7100kW
0,0864
bar
525c
119,8c
99,4c
74c
184,8c
184,3c
180,4c
Kondensor
4
5
Air Penambah
1,1 bar
2,2 bar
5,1bar
5,1 bar
10,3 bar
10,3 bar
22,3 bar
41,8 bar
Boiler
(Pic05tu)
Gambar 5.2. Contoh skema instalasi turbin uap tertutup dengan economizer, reheater dan
superheater.(Pic05tu)
Gambar 5.3 berikut menunjukkan skema aliran turbin uap tertutup sederhana.
WT
Turbin
Boiler
Q msk
Kondensor
Q klr
Pompa
Wp
Gambar 5.4 berikut menunjukkan diagram T-s siklus tertutup suatu turbin uap 1 tingkat
sederhana.
5-3
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
(Fig2-02tu)
Gambar 5.4 Diagram P-v dan T-s turbin uap sederhana, menunjukkan diagram tanpa dan
dengan pemanas lanjut.
Langkah 1-2
2-3
3-4
4-1
Langkah 1-1
2-2
Pertukaran kalor pada penukar panas terjadi karena ada perbedaan temperatur
antara yang dipanaskan dengan yang memanaskan. Aliran kalor terjadi dari sisi yang
bertemperatur tinggi ke sisi yang bertemperatur rendah. Dalam hal di boiler, sisi
bertemperatur tinggi (sumber panas-heat source) adalah api, gas panas atau fluida panas
lainnya (di reaktor nuklir). Sedangkan sisi bertemperatur lebih rendah (penyedot panasheat sink) adalah fluida kerja (air atau uap) dalam boiler.
Siklus yang ireversibel terjadi akibat kalor hanya bisa mengalir dari sisi bertemperatur
tinggi ke sisi bertemperatur rendah, hal yang sebaliknya adalah tidak mungkin.
Gambar 5.5 berikut menunjukkan proses pertukaran panas antara sumber dengan
penyedot. Akibat aliran kalor ini, sumber akan turun temperaturnya, sedangkan penyedot
akan naik. Hal ini digambarkan dengan garis a-b untuk proses pendinginan sumber panas
dan garis 4-j-1 untuk proses pemanasan penyedot panas. Kondisi ireversibilitas akan
membatasi kemungkinan terjadinya penyilangan dua garis tersebut.
5-4
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
(Fig2-03tu)
Gambar 5.5 Diagram T-s mengakomodir konsep Pinch untuk boiler dan kondensor.
Pada gambar diatas, arah garis-garis penurunan temperatur dan kenaikan
temperatur adalah saling berlawanan. Kondisi ini kita sebut sebagai proses berlawanan
arah (counterflow). Sebaliknya, bila arah penurunan dan kenaikan temperatur adalah
sama, prosesnya kita sebut sebagai proses searah. Titik-titik diantara dua garis yang
terpendek disebut sebagai titik pinch.
Dalam prakteknya proses yang berlawanan arah lebih banyak digunakan daripada proses
searah karena beda temperatur keseluruhannya antara sumber dan penyedot panas tidak
sebesar proses paralel. Gambar berikut menunjukkan konsep ini.
T
a
a
b
1
j
4
j
4
L atau H
(a)
L
(b)
(Fig2-04tu)
Gambar 5.6 Beda temperatur antara proses searah (a) dan berlawanan arah (b).
Jenis fluida juga menentukan beda temperatur antara sumber dan penyedot panas.
Pertukaran panas antara gas dengan gas, meskipun dengan perantara pipa yang sama,
akan lebih rendah kapasitasnya dibandingkandengan antara gas dengan cair. Hal ini
ditunjukkan dengan gambar berikut. Gambar (a) adalah antara gas dengan cair, sedangkan
gambar (b) adalah antara gas dengan gas.
5-5
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
e
j
e
b
4
(a)
(b)
(Fig2-05tu)
(Fig2-06tu)
Gambar 5.8 Perbandingan antara pemanas lanjut menggunakan air sebagai fluida primer
(a) dan gas atau metal cair sebagai fluida primer (b).
Turbin
tekanan
Turbin
tekanan tinggi rendah
Beban
Pemanas
lanjut
Boiler
Pengekonomis
Kondensor
5
Pompa
Gambar 5.9 Skema turbin uap bertekanan tinggi dan rendah dengan pemanas ulang.
Bila di pasal depan telah diterangkan perlunya penambahan instalasi pemanas
lanjut (superheater) maka pada gambar diatas ditunjukkan instalasi pemanas ulang
(reheater). Pemanas ulang sebenarnya sama fungsinya dengan pemanas lanjut, tetapi
dilakukan pada tekanan uap yang lebih rendah. Uap di by-pass pada sisi keluar turbin
tekanan tinggi untuk dialirkan kembali ke boiler. Di boiler uap dipanaskan kembali untuk
Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808
5-6
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
meningkatkan kembali entalpinya. Uap yang telah dipanaskan ulang ini dikembalikan ke
turbin tekanan rendah untuk kembali diekspansikan dan diambil energinya.
Gambar berikut menunjukkan diagram T-s siklus ideal dengan pemanas ulang ini.
s
Gambar 5.10 Diagram T-s turbin uap tekanan tinggi dan rendah dengan pemanas ulang.
Pada gambar ditunjukkan pula garis pinch antara sumber panas (di boiler) dengan
penyedot panas (di boiler dan pemanas ulang). Lihat titik mula proses sumber panas
dimulai dari atas titik 3 penyedot panas.
T
1
2
T
3 4
Boiler
m2
m3
C
10 P
P
9
P
7
(a)
5-7
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
(Fig5-24tu)
Gambar 5.12 Beberapa konfigurasi turbin reaksi antara lain dengan ekstraksi uap.
5.3
Generator
Turbin
Poros
Kerja
kotor
Kerja
neto
Boiler
Kalor
masuk
Kondensor
Panas keluar
Pompa
ke kebutuhan
dalam lain
ke peralatan
tambahan
ke pompa
5-8
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
i. Lampu penerangan
j. dan peralatan lainnya.
Untuk menentukan unjuk kerja sistem, dikenal beberapa istilah, antara lain:
1. Efisiensi termal (thermal efficiency), adalah rasio kerja neto terhadap jumlah
kalor yang diperlukan oleh pembangkit tenaga.
Efisiensi termal pembangkit akan lebih kecil daripada efisiensi yang dihitung
dalam siklus karena perhitungan untuk yang terakhir ini tidak memasukkan
energi yang diperlukan untuk peralatan-peralatan bantu dan energi akibat
ireversibiltas dalam prosesnya.
2. Efisiensi kotor (gross efficiency), berbeda dengan efisiensi termal, efisiensi
kotor dihitung berdasarkan rasio kerja kotor dari turbin dan generator.
3. Efisiensi bersih (net efficiency), dihitung berdasarkan kerja neto dari plant,
yaitu energi kotor dikurangi dengan energi yang diperlukan plant.
Pemilik pembangkit listrik pada umumnya menginginkan ukuran efisiensi yang
dapat menunjukkan unjuk kerjanya dari sudut pandang ekonomi sebagai akibat biayabiaya yang harus dikeluarkan untuk membangun dan menjalankan instalasi seperti
investasi, bahanbakar, operasi dan perawatannya. Untuk itu diperkenalkan ukuran lain
yaitu heat rate (HR), yang menyatakan jumlah kalor yang dimasukkan (biasanya dalam
Btu) untuk memproduksi satu satuan energi, biasanya dalam kWh. Satuannya adalah
Btu/kWh. HR adalah kebalikan secara proporsional dari efisiensi. Jadi makin kecil HR
akan makin baik. Ada beberapa definisi HR menurut variabel pembandingnya, yaitu:
1. HR neto siklus
2. HR kotor siklus
3. HR neto stasiun
4. HR kotor stasiun =
3412
teoretik
(5.2)
5-9
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
5.4
5-10
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
p0
dipergunakan
dalam
V
p V
u0 +
+ 0 + gz 0 = u1 + 1 + 1 + gz1
2
2
atau
h0 +
V0
V
+ gz 0 = h1 + 1 + gz1
2
2
(5.3)
[m2/s2]
[m2/s2]
5-11
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
2
C
C1
0 = h0 h1 + gz 0 gz1
[m2/s2]
(5.4)
2
2
Untuk fluida kompresibel ideal pada nosel tanpa timbulnya gelombang kejut, dengan
mengabaikan kecepatan fluida masuk nosel C0 dan beda ketinggian z0 dan z1, maka:
C1 = 2(h0 h1 )
[m/s]
(5.5)
Bila fluidanya tidak ideal, maka perlu diintrodusir faktor kerugian , sehingga kecepatan
C dapat dirumuskan sebagai berikut:
C1 = 2(h0 h1 )
(5.6)
Disini (h0 h1) adalah penurunan entalpi melalui noselm dalam m2/s2 atau kJ/kg.
Untuk aliran isentropik di nosel,
Tds = dh vdp
Diintegrasikan
(5.7)
1
dh = vdp ,
h0 h1 = vdp
atau
1
1
1
1
C12
k n
k n
k
k
= ( p0 v0 ) p dp ( p1v1 ) p dp
0
2 0
n
( p0 v0 p1v1 )
n 1
n 1
n
p
1
p0 v0 1
=
p0
n 1
Atau
n 1
p1 n
2n
C1 =
p0 v0 1
p0
n 1
(5.8)
A1C1
2n p0 v0 p1 n
m& =
1
= A1
v1
n 1 v12 p0
atau
AC
2n p0
m& = 1 1 = A1
v1
n 1 v0
2
n +1
n
n
p
p
1 1
p0 p0
(5.9)
(5.9a)
Laju massa m& menjadi maksimum bila turunan persamaan di atas ada dan sama dengan
nol, yaitu:
5-12
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
2
n +1
n
n
p
p
1 1
=0
p
p
p 0 0
p0
2 p1
n p0
2 n
n
atau
n + 1 p1 n
=0
n p0
n
Jadi,
p* 2 n 1
=
p0 k + 1
(5.10)
Di mana p* adalah tekanan kritik, dan persamaan di atas berarti rasio tekanan kritiknya.
Bila dikehendaki pklr < p* maka harus dipergunakan nosel jenis konvergen-divergen yang
memiliki leher nosel.
Bila dikehendaki pklr > p* maka harus dipergunakan nosel jenis konvergen.
Kecepatan uap pada leher nosel, yang merupakan kecepatan kritiknya, dirumuskan
sebagai berikut:
C* = 44, 72 h0 h*
di mana h0 h* adalah penurunan entalpi uap pada sisi konvergen dari nosel. Penurunan
entalpi ini dapat dibaca pada diagram Mollier.
Bila noselnya hanya konvergen, tekanan minimum di mana uap dapat berekspansi adalah
tekanan kritiknya bila laju uap keluarnya mencapai harga maksimumnya dan kecepatan
keluar uap mencapai kecepatan suaranya (sonik).
Kecepatan kritik dapat diperoleh dari Pers. (5.8) dengan disubstitusi rasio tekanan
kritiknya.
2n
2
p0 v0 1
n 1
n + 1
C1* =
2n
p0 v0
n +1
Sebagai contoh, untuk uap panas lanjut, k = 1,3, sedangkan untuk uap kering, k=1,135. Di
sini, k adalah eksponen politropik.
Efisiensi nosel dinyatakan sebagai:
nosel =
h0 h1
h0 his
nosel =
c p (T0 T1 )
c p (T0 Tis )
T0 T1
T0 Tis
Bila kecepatan riel uap keluar nosel adalah C1 dan kecepatan idealnya adalah Cis, maka:
Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808
5-13
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
nosel
C12 C0 2
= 2
Cis C0 2
nosel =
C12
Cis 2
Nosel
5-14
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
Nosel
5-15
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
5.5
DERAJAT REAKSI
Derajat reaksi R adalah rasio penurunan energi tekanan di sudu terhadap energi
spesifik keseluruhan. Atau:
R=
dimana:
Yp 2 3
(5.11)
Yp2-3
adalah beda energi tekanan spesifik fluida masuk dan keluar sudu
gerak.
adalah energi spesifik fluida semula.
Dalam hal penulisan dengan entalpi, Pers. (5.11) di atas dapat ditulis sebagai:
R=
hsudugerak
hsudu arah + hsudu gerak
Bila R = 0 yang didapat bila hsudugerak = 0 maka turbin disebut sebagai turbin aksi, turbin
impuls atau turbin tekanan rata.
Bila 0 > R > 1 maka turbin disebut sebagai turbin reaksi atau turbin tekanan lebih.
Bila R = 1 yang didapat bila hsudu arah = 0 maka turbin disebut sebagai turbin reaksi
penuh.
Turbin Hero merupakan contoh untuk turbin reaksi penuh (R = 1), karena hsudu arah =0
(lihat Pasal 5.6).
Lihatlah turbin dengan karakteristik sebagai berikut. Diagram segitiga kecepatan satu
tingkat turbin uap digambarkan sebagai berikut:
C1 = W2,
C2 = W1
Sudut
1 = 2
2 = 1
Sudu ini tidak simetrik, seperti ditunjukkan pada Gambar 5.23.b. Karena Ca1=Ca2, maka
tidak ada gaya aksial akibat perubahan vektor kecepatan absolut yang bekerja pada poros.
Tetapi sebaliknya, akan ada gaya aksial akibat beda tekanan sebelum dan sesudah sudu.
Bila R = 50%, maka hsudu arah = hsudu gerak .
Gambar 5.23 a dan b menunjukkan skema turbin uap jenis aksi dan reaksi, disertai dengan
gambar diagram h-s dan segitiga () kecepatannya. Perhatikan perbedaannya.
Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808
5-16
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
5.6
5.6.1
Turbin Aksi
Turbin aksi merupakan lawan kelompok turbin reaksi. Turbin aksi juga
dinamakan turbin impuls atau turbin tekanan rata, adalah turbin yang bekerja pada
tekanan rata atau sama di semua titik pada suatu sudu gerak. Jadi pertukaran energi di
sudu hanya dari energi kinetiknya saja, sedangkan dari energi potensial tetap.
Arah putaran
Nosel
Tekanan
C1
C2
Kecepatan
C0
(Fig5-07tu)
Po
V0
P V
+ gz 0 = u1 + 1 + 1 + gz1
2
1
2
(5.12)
(5.13)
dan energi potensial gz pada turbin uap umumnya kecil dan diabaikan, maka di nosel
persamaan ideal energi menjadi:
2
V
V
h0 + 0 = h1 + 1
2
2
(5.14)
Jadi pada diagram T-s proses pertukaran energinya ditunjukkan hanya dengan satu garis
saja. Di sisi masuk dan keluar turbinnya sendiri entalpinya konstan.
Hal ini dapat ditunjukkan pada Gambar 5.22.
5-17
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
Pada Gambar 5.23a, entalpi turun dari titik 0 ke titik 1. Pada titik 1 (tekanan keluar nosel),
tekanan uap akan sama dengan tekanan uap masuk sudu turbin (titik 2) dan tekanan
keluar sudu (titik 3). Jadi proses kerja di sudu seolah berimpit di titik 1, 2 dan 3.
Bila diperhatikan lebih mendetail, persamaan energi yang lengkap antara seksi sebelum
nosel sampai seksi sesudah sudu jalan dapat ditulis sebagai berikut:
2
Po
Di nosel:
V
P V
u0 +
+ 0 = u1 + 1 + 1
0
2
1
2
u2 +
P2
(5.15)
2
V2
P V
= u 3 + 3 + 3 + YT
3
2
2
(5.16)
YT = U 2 C u 2 U 3 C u 3
2
atau
YT =
(5.17)
2
C2
C
U
U
W
W
3 + 2 3 + 3 2
2
2
2
2
2
2
(5.18)
Energi kinetik spesifik tenaga uap (YTk) dinyatakan pada bagian persamaan:
2
C
C
YTk = 2 3
2
2
(5.19)
sedangkan gabungan energi potensial, tekanan dan termal spesifik dinyatakan dalam:
2
U
U
W
W
YTp = 2 3 + 3 2
2
2
2
2
(5.20)
Karena tidak ada penurunan tekanan lagi di dalam sudu jalan, maka YTp akan sama
dengan nol.
Untuk turbin aksial, U2 = U3. Jadi untuk turbin impuls akan didapat selalu W2 = W3.
Segitiga kecepatan turbin impuls ditunjukkan pada gambar. Karena tekanannya konstan,
maka kerapatan massanya juga konstan. Bila luas penampang aliran pada sudu jalan
konstan, maka kecepatan aksial juga akan konstan. Karena tekanannya sama, maka
volume spesifik v2 akan sama dengan v3. Akibatnya kecepatan aksial uap Ca2 akan sama
dengan Ca3 atau C3 dalam keadaan ideal.
Dari diagram h-s terlihat, entalpi uap turun di nosel sebagai akibat kenaikan kecepatan
uap. Selanjutnya di sudu jalan, penurunan energi total terjadi karena penurunan energi
kinetiknya saja. Tekanan yang konstan di sisi masuk dan keluar turbin impuls
menyebabkan tidak adanya kerugian kebocoran uap antara ke dua sisi tersebut. Akibat
lainnya adalah:
Turbin aksi dapat bekerja pada bukaan nosel sebagian, dalam arti, tidak semua nosel
(bila nosel dipasang penuh di depan roda jalan) diaktifkan.
5-18
MKE 2
p0
Sudu arah
1
2
Sudu jalan
p0
Entalpi h
Indek
0
2
Sudu jalan
3
1
p1
3
3s
p2
p3
p2
p1
Entalpi h
Sudu arah
Indek
0
3
3s
Entropi s
c3
w3
w3
2 w2
3 c
3
w2
(a)
Entropi s
(b)
Gambar 5.23 Sudu arah, sudu jalan, diagram h-s dan segitiga kecepatan
turbin aksi (a) dan turbin reaksi (b).
5-19
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
5.6.1.1
Sama dengan turbin air, gambar berikut menunjukkan sudu gerak turbin impuls
dan segitiga kecepatannya.
W2
C 2 U2
U
C1
C1
U1
W1
C1 .
C2 .
U =U1 = U2.
W1
W2
5-20
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
m& = VA
v
Vr .n = C1 U
dapat diperoleh
dan
(5.21)
(5.22)
(5.23)
Oleh karenanya
F = (m& V .n ) (m& V .n )
F = 2m& (C U )
v
msk
klr
(5.24)
P = U F = 2m& U (C1 U )
(5.25)
Jadi bila laju massa uap diketahui dan kecepatan pancaran uap dari nosel (C1) dan
kecepatan putar sudu (U) diketahui, daya rotor dapat dihitung.
Untuk mencari efisiensi rotor, dari definisi efisiensi sebagai rasio daya keluar poros
terhadap daya uap tersedia, efisiensi turbin adalah:
U U 2
P
= 1
= 4 1 1
2
&
mC
C1 C1
1
2
(5.26)
Jadi
U = 12 C
(5.27)
Pmaks = 12 m& C 2
(5.28)
Dengan cara yang sama, bila jet uap masuk dan keluar sudu membentuk sudut 1 dan 2
berturut-turut terhadap arah aksial (sudut 1 dan 2 selalu diperlukan untuk memungkinkan jet uap masuk ke dan keluar dari sudu-sudu), maka akan didapat:
F = 2m& (C
cos 1 C 2 cos 2 )
(5.29)
5-21
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
X+
2
6.4
Gambar 5.27 Sudu turbin impuls dengan sudut relatif masuk dan keluar 1 dan 2.
Jadi
(5.30)
U 1
U 1 C 2
P
=
2
cos
1
2
1
C
&
m
C
C1 C1
1
1
2
cos 2
(5.31)
C1 cos1 U.
U - (C1 cos 1 U) = 2U C1 cos 1
(5.32)
C1 cos 1
2
(5.33)
& opt 2
P = 12 m& ( C1 cos 1 ) = 2 mU
2
(5.34)
maks = (cos 1 )2
(5.35)
5-22
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
Bentuk lain dari turbin aksi adalah turbin Hero. Gambar berikut menunjukkan
turbin Hero dan gambar-gambar penjelasan untuk menganalisa cara kerja turbin ini.
Turbin Hero bekerja berdasarkan momentum yang dihasilkan dari pancaran uap dari
nosel turbin yang berfungsi pula sebagai rotor turbin. Reaksi dari momentum ini
dimanfaatkan sebagai proses konversi energinya. Sama dengan pada turbin aksi semisal
turbin Curtis sebelumnya, analisa turbin ini lebih mudah menggunakan analisa
momentum langsung.
(a)
(b)
(c)
5-23
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
Gaya yang dihasilkan uap keluar nosel dengan kecepatan absolut C2 adalah:
atau
F = m& C2
(5.36)
F = m& (W2 U 2 )
(5.37)
& 2 (W2 U 2 )
P = mU
(5.38)
Uap semula keluar melalui sumbu putar turbin dan bergerak menuju nosel di sisi luar
lingkaran putar turbin. Kerja akan dirasakan oleh fluida oleh rotor dalam bentuk:
a. Fluida dipercepat dari kecepatan mendekati nol (pendekatan) pada sumbu
nosel menjadi sama dengan kecepatan nosel U2, yaitu energi kinetik:
U
= 2
2
YKE
(5.39)
b. Fluida juga dimampatkan bila bergerak radial keluar dalam putaran. Energi
potensial atau, kerja pemompaan, diturunkan sebagai berikut (lihat gambar b):
Kesetimbangan gaya arah radial massa dm :
( p + dp p ) A = r 2 dm
dp = r 2 dr
Karena dm = A dr maka
atau
dp
= r 2 dr
(5.40)
(5.41)
(5.42)
U2
2
(5.43)
Gaya yang bekerja pada fluida oleh rotor, yang menghasilkan energi kinetik dan
kompresi, adalah gaya Coriolis. Jadi kerja oleh rotor pada fluida melalui gaya Coriolis
adalah sama dengan jumlah perubahan energi kinetik dan kerja pemompaan sebagai
berikut (lihat Gambar 5.29c):
dF = 2 r dm&
(5.44)
dF = 2 m& dr
(5.45)
dM = r dF
(5.46)
dPC = dM
(5.47)
atau
(5.48)
Setelah integrasi:
& 22
PC = mU
(5.49)
YC = U 2
(5.50)
5-24
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
Pada sistem koordinat relatif (bergerak bersama nosel) hanya kerja pompa menambah
energi yang tersedia untuk mempercepat fluida melalui nosel. Perubahan energi kinetik
diperlukan untuk memungkinkan fluida bergerak dengan kecepatan yang sama dengan
kecepatan nosel. Dengan asumsi ekspansi ideal (isentropik), kecepatan fluida keluar nosel
pada sistem koordinat non inersial (relatif) dapat dicari karena harganya harus merupakan
penjumlahan energi-energi potensial dalam sistem fluida statik dan dengan kompresi
akibat rotasi. Kerja pompa sebagai bagian dari energi potensial yang tersedia untuk
mempercepat fluida menembus nosel sering diabaikan.
Bila dalam keadaan = 0, rotor dimisalkan ditahan tetap, didefinisikan kecepatan fluida
keluar dari nosel sama dengan Cst, maka berdasarkan analisis energi:
C 2 = U 2 + C st
2
(5.51)
(5.52)
P
1
m& C st
2
(5.53)
U2
C st
(5.54)
dan koefisien dorong nosel (thrust coeficient) d dimana Ca adalah kecepatan fluida
sebenarnya, sedangkan C2 kecepatan keluar ideal:
d =
0 < d < 1
= 2 d 1 + 2
didapat:
5.6.2
Ca
C2
(5.55)
(5.56)
Turbin Reaksi
Lain halnya dengan turbin reaksi. Penurunan entalpi tidak semuanya dilakukan di
nosel, tetapi sebagian daripadanya dilakukan di sudu jalan. Jadi:
2
YTp =
U2
U
W
W
3 + 3 2 > 0.
2
2
2
2
(5.57)
Pada Gambar 5.23 dapat dilihat perbedaan dasar antara turbin aksi (Gambar 5.23a) dan
reaksi (Gambar 5.23b). Dari segitiga kecepatannya, karena kecepatan tangensial U2 sama
dengan U3 (turbin aksial) maka W2 tidak akan sama dengan W3.
Dari diagram h-s terlihat, entalpi uap turun di nosel sebagai akibat kenaikan kecepatan
uap. Selanjutnya di sudu jalan, penurunan energi total uap terjadi karena penurunan
energi kinetik dan entalpi.
Karena tekanan di sisi 2 lebih besar, maka volume spesifik v2 akan lebih kecil
daripada v3. Akibatnya kecepatan aksial uap ca2 akan lebih kecil daripada ca3 atau c3
dalam keadaan. Untuk menyamakannya, maka luas penampang aliran di sisi keluar turbin
diperbesar. Itulah sebabnya pada turbin reaksi diameter roda jalan di sisi hilir lebih besar.
5-25
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
5.6.2.1
Efisiensi Turbin Reaksi
Sama dengan turbin aksi, dengan menggunakan persamaan Euler, kerja spesifik pada
rotor turbin reaksi adalah:
2
C
C
U
U
W
W
Y = U1 cos 1 U2 cos 2 = U1 Cu1 U2 Cu2 = 1 2 + 1 2 + 2 1
2
2
2
2
2
2
C
U
U
W
W
Y1 = 1 + 1 2 + 2 1
2
2
2
2
2
Persamaan diatas menunjukkan energi yang dimiliki fluida sebelum masuk rotor. Bila kita
akan tinjau energi yang dipindahkan fluida ke rotor, maka energi kinetik sisa C22/2 yang
keluar rotor harus dimasukkan dalam perhitungan, yang kemudian akan kita dapatkan
kembali persamaan Euler.
Kita bahas khusus turbin aksial, maka efisiensi turbin reaksi adalah:
reaksi =
U ( Cu1 Cu 2 )
Y
= 2
Y1 C1 + U12 U 2 2 + W2 2 W12
2
Pada turbin reaksi, ada beberapa kemungkinan bentuk segitiga kecepatan masuk dan
keluar sudu. Pada dasarnya, bentuk-bentuk di bawah dapat mewakili berbagai bentuk
yang lain. Untuk menganalisanya, dua faktor pengubah akan kita pergunakan, yaitu
Faktor untuk kecepatan aksial, dengan definisi
1 = 2
5-26
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
Gambar 5.31 Beberapa bentuk sudu rotor dan stator turbin uap (Stork, Holland).
Menggunakan faktor pengubah diatas,
C 2 cos 2 = C m 2 tan 2 =
C1 sin 1 tan
Selanjutnya
Dimana
C2 =
cos 2
sin 1 tan
1 =
C m1
tan
1
=
C1 sin 1 tan
= 1C1
= 2 C1
2 =
sin 1 tan
cos 2
reaksi =
U ( C cos C cos )
Y
= 2 1 2 1 2 2 2 2 2
Y1 C1 + U1 U 2 + W2 W1
2
C
U C1 cos 1 1 sin 1 tan 1
= 2
2
2
2
C1 + U1 U 2 + W2 W12
2
Dari segitiga kecepatan:
W2 = U 2 + C 2 2U 2 C 2 cos(180 2 ) = U 2 + C 2 + 2U 2 C 2 cos( 2 )
2
= U 2 + 2 C1 + 2U 2 1C1
2
5-27
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
Sedangkan
W1 = U 1 + C1 2U 1C1 cos 1
2
Jadi
reaksi
C
U C1 cos 1 1 sin 1 tan 1
= 2
2
2
2
2
2
C1 + U1 U 2 + U 2 + 2 C1 + 2U 21C1 U12 C12 + 2U1C1 cos 1
2
reaksi
C
2U C1 cos 1 1 sin 1 tan 1
= 2 2
2 C1 + 2U 21C1 + 2U1C1 cos 1
U
1
cos 1 sin 1 tan 1
C1
=
U
U
2 2 + 21 + 2 1 cos 1
C1
C1
2
reaksi
5-28
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
Amati perbedaan turbin reaksi dengan turbin aksi (Gambar 5.15). Dapat dilihat,
pembukaan sudu-sudu terlihat lebih besar.
Gambar 5.33 Turbin reaksi tekanan rendah (LP) (Siemens- Muelheim Jerman).
Satu set turbin sejenis mampu membangkitkan tenaga listrik sebesar 1200 MW. Turbin
ini juga telah beroperasi di Paiton, Jawa Timur.
5-29
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
5.7
TURBIN BERTINGKAT
Kemampuan nosel dan turbin untuk mengambil energi dari fluida kerjanya adalah
terbatas. Sedangkan dari analisis sebelumnya sudah terbukti, beda temperatur (yang
ekivalen dengan energi) yang makin tinggi akan memberikan efisiensi yang makin tinggi
pula. Untuk mencapai efisiensi yang tinggi tersebut turbin uap dibuat bertingkat-tingkat.
Setiap tingkat bertugas memindahkan sebagian dari energi uap yang tersedia ke poros
turbin.
5.7.1
Pada turbin impuls, ada dua cara untuk membangun turbin bertingkat, yaitu:
a. Turbin impuls dengan satu nosel dan beberapa sudu jalan dengan beberapa sudu
pembalik arah aliran.
Sudu
arah
Sudu
gerak
Sudu
gerak
Nosel
Tekanan
C1
Kecepatan
Absolut
C2
C3
C4
(Fig5-08tu)
W2
1
Sudu jalan 1
W2
u1
2
C2
Sudu arah
u2
Sudu jalan 2
W3
C3
3
u3
W4
C4
u4
5-30
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
C1
W1
1
u1
W2
tingkat 1
Sudu gerak
Sudu tetap
C2
u2
W3
W4
tingkat 2
Sudu gerak
C3
4
U3
Sudu tetap
C4
C5
U4
W5
W6 C
6
U6
tingkat 3
Sudu gerak
(Fig5-10tu)
Gambar 5.36 Segitiga kecepatan turbin aksi tiga tingkat dengan sudu pembalik.
Kecepatan yang rendah di sisi keluar sudu terakhir merupakan tujuan untuk
mendapatkan efisiensi yang tinggi.
Tingkat 1
W1
Nosel
Tingkat 2
C1
Nosel
Tingkat 3
b. Turbin impuls bertingkat dengan beberapa nosel dan beberapa sudu jalan.
Dalam analisis disain sering dijumpai kondisi dimana nosel tidak mampu
menurunkan entalpi seperti yang dikehendaki. Untuk mengatasinya entalpi
diturunkan melalui beberapa nosel.
Gambar 5.37 menunjukkan turbin impuls tiga tingkat yang tekanan disetiap
tingkatnya tidak sama..
Nosel
Sudu
gerak
U1
W2
C2
U2
C3
W3
W4
43
Sudu
gerak
U3
U4
C5
W5
W6
Sudu
gerak
U5
C6
U6
(Fig5-12tu)
5-31
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
Sudu
gerak
Sudu
gerak
Nosel
Nosel
Tekanan
C2
C1
Kecepatan
Absolut
(Fig5-11tu)
Gambar 5.38 Turbin tekanan rata dua tingkat tekanan, ditunjukkan pola perubahan
tekanan dan kecepatan absolut uap di setiap tingkat.
Gambar diatas menunjukkan konsep turbin impuls dua tingkat bertekanan tidak
sama. Diagram dibawahnya menunjukkan besaran tekanan dan kecepatan absolut
di setiap tingkatnya.
5.7.2
Sudu
gerak
Sudu
tetap
Sudu
gerak
Sudu
tetap
Penurunan tekanan
di sudu tetap
Tekanan
Penurunan tekanan
di sudu gerak
Kecepatan
absolut
(Fig5-13tu)
Gambar 5.39 Turbin reaksi tiga tingkat tekanan, dengan besaran tekanan dan kecepatan
uapnya.
5-32
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
Sudu
tetap
C1
W1
Sudu
gerak
U1
W2
C2
U2
W4
W3
Sudu
tetap
C3
2
U3
Sudu
gerak
C4
U4
(Fig5-14tu)
5-33
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
5.8
5.8.1
Rotor
Stator
Gambar 5.43 Turbin uap radial rotor ganda dengan potongan sudu gerak dan sudu arah
dan segitiga kecepatannya.
Gambar 5.43 di atas menunjukkan potongan turbin radial reaksi bertingkat rotor
ganda. Di sisi kanan menunjukkan potongan sudu-sudu gerak rotor 1 dan rotor II. Turbin
ini tidak memiliki sudu arah.
Gambar bawahnya menunjukkan segitiga kecepatan kedua pasangan rotor tersebut.
Dalam gambar, C21 menyatakan kecepatan absolut uap masuk rotor 2 yang sama besarnya
dengan uap keluar rotor 1. Kecepatan absolut keluar dari rotor dinyatakan dengan C22.
5-34
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
Gambar 5.44 Turbin uap radial dengan sisi outlet arah aksial.
Gambar 5.44 di atas menunjukkan rotor turbin uap radial janis campuran. Uap masuk
impeler dalam arah radial, tetapi keluar impeler arah aksial. Gambar kanan atas
menunjukkan tampak depan rotor. Gambar bawah menunjukkan tipikal segitiga
kecepatan. Perlu diperhatikan, gambar kedua segitiga kecepatan di atas tidaklah dalam
satu bidang. Bidang segitiga kecepatan keluar rotor adalah tegak lurus terhadap arah
poros.
5-35
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
5.9
5.9.1 Nosel
(lihat bab khusus nosel, dalam persiapan)
5.9.2
ke Servo governor
Bocoran uap
Katup
Uap masuk
Uap masuk
Bocoran uap
Penutup
Segmen nosel
Segmen nosel
Rotor turbin tingkat 1
(Gbr6tu)
Gambar 5.45 Sketsa sistem kontrol pemasokan uap pada nosel atau sudu arah dengan 7
katup diparalel.
Turbin aksi dapat bekerja pada bukaan nosel sebagian, dalam arti, tidak semua
nosel (bila nosel dipasang penuh di depan roda jalan) diaktifkan. Pada gambar diatas,
tampak katup ke I (tunggal), pasangan katup ke II, ke III dan ke IV. Posisi tiap jarum
katup menentukan jumlah pasokan uap. Terlihat katup ke IV melayani nosel atau sudu
arah yang menempati sebagian lingkaran sudu jalan (tidak nampak). Tentunya ada
sebagian sudu jalan yang tidak menghasilkan daya (pasif) karena tidak tepat didepan
nosel ini. Sudu jalan yang pasif ini justru memakan daya akibat efek angin, yaitu bekerja
sebagai fan yang menimbulkan kerugian angin (windage).
Gambar 5.46
Contoh sistem hidrolik
batang pengatur turbin
uap buatan China.
5-36
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
5.9.3
Penyekat
5.9.3.1 Labirinth
C
D
Gambar 5.47 Labirin untuk menyekat uap atau gas bertekanan terhadap lingkungan luar
pada kompresor ataupun turbin uap/gas.
Labirin (labyrinth) merupakan salah satu komponen untuk menyekat uap atau
gas bertekanan tinggi terhadap kebocoran ke udara luar pada poros yang berputar. Ada
beberapa jenis labirin yang dipergunakan, antara lain berbentuk ring metal, penyekat air
dan ring dari bahan karbon. Pada gambar terlihat jenis ring metal yang ditanam dalam
takikan (groove) yang dikunci dengan ring kunci. Ring labirin dipasang baik pada bagian
poros maupun rumah turbin. Ring labirin yang bergerak mengakibatkan uap atau gas
berubah arah geraknya, berputar mengikuti gerak ring dan berputar melingkar diantara
dinding-dinding ring. Gerak dan arah kecepatan yang ditimbulkan menimbulkan efek
penyekatan yang baik.
Berbagai macam bentuk ring labirin dapat ditemui pada turbin-turbin uap dan gas, selain
juga yang digunakan pada kompresor. Diantaranya dapat dilihat pada gambar-gambar
berikut:
5-37
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
(Scan34tu)
5-38
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
5.10
CK
2
CN
2
eK
K*
hK
p stg,K
h
pk
pN
e M-K
h s,M-K
Ci
2
pM
1
p1
s
Abb 1.5.5
Kompresor :
Notasi :
M
K
1
N
CM
CK
eM-K
= sisi masuk
= sisi keluar
= sisi masuk impeler
= sisi keluar impeler
= kecepatan di sisi masuk
= kecepatan di sisi keluar
= beda energi antara sisi masuk dam keluar
= hM-K + CK2/2
e
= energi spesifik
h
= entalpi
hM-K = beda entalpi antara sisi masuk dan keluar
hs,M-K = beda entalpi isentropik antara sisi masuk dan keluar
p1
= tekanan statik di sisi masuk impeler
pM
= tekanan statik di sisi masuk
pN
= tekanan statik di sisi keluar impeler
pK
= tekanan statik di sisi keluar
pstg,K = tekanan stagnasi di sisi keluar
pstg,M = tekanan stagnasi di sisi masuk
Subscribt:
s
= isentropik
Efisiensi internal, adalah efisiensi dengan hanya memperhitungkan energi termal, adalah:
Efisiensi internal turbin didefinisikan sebagai :
Mke2 Turbin Uap/ Hen 0808
5-39
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
Untuk Turbin:
int =
Untuk Kompresor:
int =
int, M K =
m&
eM K
p stg,K
CK
2
CK
K
1
eK
2
K
C
2
h
CM
pK
pN
e M-K
N
p stg,M
h s,M-K
pM
p1
CM
2
1
C1
2
s
Abb 1.5.7
Selanjutnya, bila pada sisi masuk dan keluar kompresor kecepatan fluida tidak dapat
diabaikan, energi kinetik harus diperhitungkan. Maka:
int, M K =
es ,M K
e M K
5-40
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
PM P
1
hM-K
hs,M-K
K
C N2
2
PK
msK1
msK - m'sK
1
N'
N1
m sK2
N'1
CM
PM , TM
M
CK
K
PK , TK
Abb 1.5.2
Gambar 5.57 Skema turbin dengan sistem injeksi tengah dan injeksi penyekat
5-41
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
p stg,M
eM
pM
p1
eM
2
1
hM
C
2
h1
1
eM-K
C N1
2
es,M-K
h'1
h N1
N'1
N'
CK
2
pK
CN
2
N
p'N
K*
K
N'
s
Abb 1.5.4
C M2
2
p1
e 1-N1
es,1-N
h1-N1
hs,1-N
C N2
2
PN
Abb 1.5.3
5-42
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
CN
K
meks 1
meks 2
meks 3
Abb 1.6.1
CM
2
Pstg,M
pM
C 12
2
hs1
e 1
C 22
2
e 2
hs2
p2
e 3
hs3
p3
e 4
hs,M-K
hs4
e M-K
p4
pK
CN
2
s
Abb 1.6.2
Notasi :
m& i = laju massa per satuan waktu pada seksi i (i = 1, 2, 3, ..... , n).
m& 2 = laju massa uap pada jalur ekstraksi ke 1
m& 3 = laju massa uap pada jalur ekstraksi ke 2
m& 4 = laju massa uap pada jalur ekstraksi ke 3
Efisiensi dalam energetik :
5-43
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
n
ie =
m& e
i =0
n
m&
i =0
s ,i
es ,i
i ,e =
i =0
n
i =0
s ,i
es ,i
Bila jumlah kerja teoritik internal turbin dan kerja teoritik dari uap ekstraksi dituliskan
sebagai:
n
i =0
i =1
i ,thermodina mik =
i ei + i es, eks i
i =0
i =1
es ,M K
5-44
5.11
GAMBAR-GAMBAR
(Fig5-25tu)
5-45
MKE 2
BAB 5 TURBIN UAP
5-46