Molahidatidosa
Molahidatidosa
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
REFERAT
April 2014
MOLA HIDATIDOSA
Disusun Oleh :
Subhiyawati Burhan
C 111 08 004
Pembimbing:
dr. Nigelia Renaldi Ahfriani
Konsulen :
dr. Trika Irianta, Sp.OG (K)
LEMBAR PENGESAHAN
Subhiyawati Burhan
NIM
C 111 08 004
Pembimbing,
Subhiyawati Burhan
NIM
C 111 08 004
:
:
Minggu dibacakan
Nilai
IX
Pembimbing,
Nama
Subhiyawati Burhan
NIM
C 111 08 004
Hari/Tanggal :
Judul Referat :
Mola Hidatidosa
Tempat:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
Nama
Tanda Tangan
38
39
40
Konsulen,
Pembimbing,
MOLA HIDATIDOSA
I.
PENDAHULUAN
Mola hidatidosa merupakan bagian dari penyakit trofoblastik gestasional
yang paling sering terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya proliferasi
abnormal dari jaringan trofoblas yang berkembang menjadi ganas. Trofoblas
merupakan jaringan yang pertama kali mengalami diferensiasi pada masa
embrional dini kemudian berkembang menjadi jaringan ekstraembrionik dan
membentuk plasenta. Penyakit trofoblas gestasional meliputi spektrum yang luas.
Bentuk jinak dari penyakit ini adalah mola hidatidosa sedangkan yang bersifat
ganas meliputi mola invasif, koriokarsinoma, dan placental site throphoblastic
tumor. (1)
Mola hidatidosa dapat didefinisikan sebagai kehamilan yang berkembang
tidak wajar, dimana seluruh vili korialis mengalami perubahan hidropik. Mola
hidatidosa terbagi atas dua yaitu mola hidatidosa komplit dan parsial. Perbedaan
keduanya berdasarkan morfologi, gambaran klinikopatologi dan sitogenik. (2)
Mola hidatidosa tergolong penyakit jinak namun dapat berkembang
menjadi keganasan. Secara makroskopik, mola hidatidosa berupa gelembunggelembung putih, berisi cairan jernih dengan ukuran bervariasi. Gambaran klinik
dari mola hidatidosa adalah perdarahan di trimester awal kehamilan, hiperemesis
gravidarum atau preeklampsia sebelum 24 minggu usia kehamilan. Tidak adanya
denyut jantung janin dan ukuran rahim yang lebih besar dari usia gestasi
merupakan pemeriksaan fisik yang menunjang dalam mendiagnosis mola
hidatidosa komplit. Sedangkan mola hidatidosa parsial lebih mirip dengan abortus
spontan. Ultrasonografi dan pemeriksaan -hCG serial dibutuhkan untuk
mendiagnosis pasti mola hidatidosa. (1) (2)
Pada umumnya, setelah menegakkan diagnosis, dilakukan evakuasi mola
hidatidosa dengan kuret hisap yang dilanjutkan dengan kuret tumpul kavum uteri.
Sebagian besar prognosis dari mola hidatidosa baik setelah dievakuasi, namun
tetap dilakukan pemantauan ketat pasca evakuasi mola hidatidosa. Hal ini penting
untuk mengidentifikasi pasien berisiko keganasan seperti mola invasif
(korioadenoma), koriokarsinoma, dan placenta site throphoblastic tumor. (3)
II.
EPIDEMIOLOGI
Secara umum, 80% dari penyakit trofoblas gestasional merupakan mola
besar-besar dan mengandung lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh
trofoblas. (4)
Dalam perkembangan diferensiasi trofoblas, sitotrofoblas yang belum
berdiferensiasi dapat berkembang dan berdiferensiasi menjadi 3 jenis, yaitu
sinsisiotrofoblas yang aktif menghasilkan hormon, trofoblas jangkar ekstravili
yang akan menempel pada endometrium dan trofoblas invasif. Invasif trofoblas
diatur oleh pengaturan kadar hCG. Sinsiotrofoblas menghasilkan hCG yang akan
mengubah sitotrofoblas menyekresikan hormon invasif. Trofoblas yang semakin
dekat dengan endometrium menghasilkan kadar hCG yang semakin rendah dan
membuat trofoblas berdiferensiasi dalam sel-sel jangkar yang menghasilkan
protein perekat plasenta (trophouteronectin). Trofoblas invasif yang lain akan
lepas dan bermigrasi ke endometrium dan miometrium untuk melakukan invasi ke
dalam endometrium dan miometrium akan menghasilkan protease dan inhibitor
protease yang diduga memfasilitasi proses invasi ke dalam jaringan maternal. (4)
Kelainan dalam optimalisasi aktivasi trofoblas akan berlanjut dengan
berbagai penyakit dalam kehamilan. Misalnya, invasi trofoblas yang tidak
terkontrol akan menimbulkan penyakit trofoblas gestasional, seperti mola
hidatidosa. (4)
IV.
Gambaran
Mola
Hidatidosa Mola
Kariotipe
Parsial
Komplit
Triploid (69 XXX atau Diploid (46 XX atau 46
69 XXY)
Patologi
Hidatidosa
XY)
Embrio fetus
Amnion, RBC fetus
Edema vili
Trofoblastik hyperplasia
Inklusi stroma trofoblas
Ukuran uterus
Ada
Ada
Fokal, variabel
Fokal
Ada
Gambaran Klinis
Lebih kecil dari usia
kehamilan
Kista teka-lutein
Jarang
Peningkatan -hCG
0,5%
Komplikasi
Jarang
Penyakit
gestasional 0,5%
Tidak ada
Tidak ada
Difus (menyeluruh)
Difus (menyeluruh)
Tidak ada
50% lebih besar dari
usia kehamilan
25-30%
20%
Sering
20%
ganas
Mola Hidatidosa Komplit
Pada mola hidatidosa komplit, hanya mengandung DNA paternal sehingga
bersifat androgenik tanpa adanya jaringan janin. Hal ini terjadi karena satu sel
sperma membawa kromosom 23 X- melakukan fertilisasi terhadap sel telur
yang tidak membawa gen maternal (tidak aktif), kemudian mengalami
duplikasi membentu 46 XX homozigot. Kromosom ini paling sering terbentuk.
Namun, fertilisasi juga dapat terjadi pada dua spermatozoa yang akan
membentuk 46 XY atau 46XX heterozigot yang merupakan penggabungan dari
dua sel sperma yang berbeda. (2) (6)
DIAGNOSIS
1. Manifestasi Klinik
Biasanya penderita mengalami keterlambatan haid dalam 1-2 bulan.
Terdapat keluhan mual dan muntah yang lebih nyata. Perdarahan
pervaginam dapat bervariasi, mulai spotting hingga perdarahan berat
yang dapat menyebabkan syok. Pada mola hidatidosa yang lebih lanjut,
perdarahan uterus berat disertai adanya anemia defisiensi besi. (6)
Pada sebagian besar kasus, perkembangan uterus lebih cepat dari
perkiraan usia kehamilan. Konsistensi uterus lebih lunak. Adanya kista
teka lutein sehingga sulit untuk membedakan pembesaran uterus pada
pemeriksaan bimanual. Ukuran uterus terus semakin membesar, namun
tidak terdeteksi denyut jantung janin. (6)
Mola Hidatidosa Komplit
Gejala paling dominan pada mola hidatidosa komplit adalah
perdarahan vagina. Tanda klasik dari mola hidatidosa selain perdarahan
vaginal adalah tidak adanya denyut jantung janin dan ukuran uterus yang
lebih besar dari perkiraan usia getasi sehingga menimbulkan keluhan
nyeri perut. Tanda patognomonik dari mola hidatidosa adalah pencairan
bekuan darah intrauterin berupa prune juice, seperti vaginal discharge.
Perdarahan berulang yang terjadi menyebabkan defisiensi besi. 20-30%
pasien datang dengan toksemia, 10% dengan hiperemesis gravidarum,
7% dengan hipertiroid yang diduga bahwa terjadi kemiripan antra hCG
dengan TSH pada -subunit. (3)
Mola Hidatidosa Parsial
Manifestasi klinik paling sering mola hidatidosa parsial adalah
perdarahan yang ireguler. Berbeda dengan mola hidatidosa komplit, mola
referensi
menyatakan
adanya
gambaran
avaskuler villi
Jaringan embrio dapat teridentifikasi
4. Gambaran Radiologi
DIAGNOSIS BANDING
PENATALAKSANAAN
Angka penyembuhan mola hidatidosa dapat mencapai 100%.
Penatalaksanaan mola hidatidosa tergantung pada kemampuan reproduksi
penderita. Pengelolaan mola hidatidosa terdiri dari: (2)
1. Perbaikan keadaan umum
Yang termasuk pengelolaan ini misalnya pemberian transfusi darah
untuk memperbaiki syok atau anemia dan menghilangkan atau
mengurangi preeklampsia dan tirotosikosis. (2)
2. Pengeluaran jaringan molahidatidosa
Teknik evakuasi mola hidatidosa ada 2 cara yaitu (2):
a. Kuretase
Bila diagnosis telah dikonfirmasi dan pemeriksaan darah
lengkap, tes fungsi hati dan ginjal, dan rontgen dada pre evakuasi
telah diperoleh, kehamilan mola harus dihentikan. Kuretase hisap
adalah metode pilihan. Aman, cepat dan efektif dalam hampir
semua kasus. Oksitosin intravena harus dimulai setelah sebagian
jaringan telah dikeluarkan dan dapat dilanjutkan 24 jam pasca
evakuasi jika perlu. Kuretase hisap dengan kuret terbesar mungkin
harus diikuti dengan kuret tajam lembut dan jaringan dari desidua
basalis harus diperiksa secara terpisah untuk studi patologis.
Kuretase hisap dapat dengan aman dilakukan bahkan ketika rahim
dalam ukuran usia 28 minggu. Kehilangan darah biasanya terjadi
dalam jumlah sedang, tetapi kemungkinan transfusi harus tetap
dipersiapkan sebagai tindakan pencegahan. Bila mola hidatidosa
yang dievakuasi oleh kuret hisap berukuran besar (usia kehamilan
lebih dari 12 minggu), peralatan laparotomi harus siap tersedia.
Histerotomi, histerektomi atau ligasi arteri bilateral hipogastrikus
mungkin diperlukan jika perforasi atau perdarahan terjadi. (1) (5)
10
11
KOMPLIKASI
1. Perforasi uterus selama kuretase hisap kadang terjadi karena uterus
besar dan lembek. Jika ditemukan perforasi, prosedur sebaiknya
dilanjutkan dengan laparoskopi.
2. Perdarahan merupakan komplikasi yang sering terjadi selama evakuasi
kehamilan mola. Untuk itu, injeksi oksitosin dilakukan sebelum
kuretase hisap. Ergometrin dan darah untuk transfusi sebaiknya
tersedia. (7)
3. Penyakit trofoblas ganas berkembang pada 20% kasus mola, oleh
karena itu sebaiknya dilakukan pemeriksaan -hCG serial secara
kuantitatif.
4. Emboli paru merupakan penyulit lain yang mungkin terjadi, yaitu
emboli sel trofoblas ke paru-paru. Sebetulnya pada tiap kehamilan
selalu ada migrasi sel trofoblas ke peredaran darah kemudian ke paruparu tanpa memberikan gejala apa-apa. Tetapi pada mola kadang
jumlah sel trofoblas ini demikian banyak sehingga dapat menimbulkan
emboli paru-paru akut yang bisa menyebabkan kematian. Seorang
pasien dapat mengalami dispnea dan sianosis dalam waktu 4-6 jam
setelah evakuasi mola. (2) (11)
5. Edema paru yang mengarah ke gagal jantung kogestif juga bisa terjadi
akibat pemberian cairan yang berlebihan, preeklamsia, anemia atau
hipertiroidisme. (6)
IX.
12
Terdiri dari follow up pada wanita yang mengalami mola pasca evakuasi
yang bertujuan untuk memastikan telah terjadi penyembuhan komplit dari
penyakit trofoblas. Langkah yang direkomendasikan adalah sebagai
berikut : (6) (11)
Pencegahan kehamilan minimal dalam 6 bulan dengan menggunakan
kontrasepsi hormonal.
Pengambilan kadar -hCG serum 48 jam setelah evakuasi mola
sebagai
baseline
dalam
pemantauan,
dimana
kadar
-hCG
interval 3x)
Kadar -hCG lebih dari 100.000mlU/mm
Hasil diagnosis jaringan adalah koriokarsinoma
Kegagalan serum -hCG mencapai kadar normal
Adanya tanda metastasis
Peningkatan serum -hCG setelah mencapai kadar normal sebelumnya
13
X.
XI.
PROGNOSIS
1. Kematian pada mola hidatidosa disebabkan karena pendarahan,
infeksi, preeklamsia, payah jantung atau tirotoksikosis. Di negara
maju, kematian mola hampir tidak ada lagi, tetapi dinegara
berkembang masih cukup tinggi, yaitu sekitar 2.2% dan 5.7%. Hampir
14
mencerminkan
jumlah
proliferasi
trofoblas.
Sulit
untuk
15
DAFTAR PUSTAKA
16
17
18