Transform at or
Transform at or
Transform at or
1. Auto Transformator
Auto transformator adalah trafo yang hanya memiliki satu lilitan. Pada
trafo jenis ini antara lilitan primer dan sekunder tidak dilakukan isolasi elektrik
seperti pada trafo biasa dengan dua lilitan. Namun, secara teori dan operasi
memiliki kesamaan dengan trafo dengan dua lilitan.
Karena hanya memiliki satu lilitan, auto trafo ini menggunakan lebih
sedikit tembaga sehingga lebih ekonomis. Adapun rangkaian ekivalen auto trafo
adalah sebagai berikut:
Dan dengan mengabaikan rugi-rugi besi dan rugi-rugi arus keadaan tanpa beban
maka:
V2 N 2 I1
= = =K
V1 N1 I 2
Arus pada sector CB adalah diferensiasi vektor dari I2 dan I1. Tetapi,
sebagai dua arus yang berbeda fasa, resultan arus arus adalah (I2 - I1) dimana I2
lebih besar dari I1.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, auto-trafo digunakan ketika nilai K
hampir mendekati nilai satu dan juga ketika tidak ada objek antara primer
sekunder. Oleh karena itu, auto-trafo digunakan untuk:
• Mengurangi jatuh tegangan pada kabel distribusi,
• Sebagai auto-stater trafo pada stater motor induksi,
• Sebagai trafo interkoneksi pada system 132 kV/330 kV,
• Pada peralatan control pada lokomotif listrik 1-fasa dan 3-fasa.
Dimana ZAB adalah kombinasi impedansi dari ZA dan ZB secara paralel, yaitu:
1 1 1
= +
Z AB ZA ZB
Sehingga:
ZAZ B
Z AB = ...... (ii)
Z A + ZB
Dan, berdasarkan persamaan (i), diperoleh:
IZ AB IZ B IZ AB IZ A
IA = = dan I B = =
ZA Z A + ZB ZB Z A + ZB
Dengan mengalikan kedua sisi tegangan terminal V2, maka:
ZB ZA
V2 I A = V2 I dan juga V2 I B = V2 I
Z A + ZB ZA +ZB
Dan jika V2I x 10-3 = S (kombinasi beban dalam kVA), maka:
ZB 1 ZA 1
SA = S =S dan S B = S =S
ZA + ZB 1+ Z A / ZB ZA + ZB 1+ ZB / Z A
EB = I B Z B + V2
Dimana:
V2 = IZ L = ( I A + I B ) Z L
EB = I B Z B + ( I A + I B ) ZL ……… (iii)
Jadi,
E A − EB = I A Z A − I B Z B
( E A − EB ) + I B Z B
IA =
ZA
Dengan mesubstitusi IA ke persamaan (iii), maka:
( E A − EB ) + I B Z B
EB = I B Z B + ( + IB ) ZL
ZA
Sehingga:
E A Z B + EB Z A
I = I A + IB =
Z A Z B + Z L (Z A + ZB )
Dengan mengalikan numerator dan denumerator persamaan ini dengan 1/ZAZB dan
juga karena ZL, maka:
E A / Z A + EB / Z B
V2 = IZ L =
1/ Z A + 1/ Z B + 1/ Z L
2.2. Kerja Paralel Trafo Tiga Fasa
Pada dasarnya semua kondisi pada proses pemaralelan trafo satu fasa dapat
juga diaplikasikan pada proses pemaralelan trafo tiga fasa, namun terdapat sedikit
tambahan, yaitu:
• Rasio tegangan harus mengarah pada tegangan sisi primer dan
sekunder trafo. Contoh: Jika V1 dan V2 adalah tegangan primer dan
sekunder trafo satu fasa, maka untuk trafo tiga fada dengan hubungan Y/Δ
memiliki rasio V2/(V1/√3) = √3V2/V1,
• Pemindahan fasa diantara tegangan primer dan sekunder harus
sama untuk semua trafo yang diparalelkan,
• Urutan fasa harus sama,
• Ketiga trafo pada trafo tiga fasa memiliki konstruksi yang sama
baik inti atau kulitnya.
Contoh soal:
• Dua trafo 1-fasa A dan B memiliki rating daya 250 kVA masing-
masingnya. Kedua trafo tersebut dihubungkan secara paralel. Persentase
impedansi A dan B berturut-turut adalah (1 + j6) dan (1.2 + j4.8). Hitung
pembagian daya pada masing-masing trafo jika daya total sebesar 500 kVA
dengan faktor daya 0.8 lagging !
Pembahasan:
ZA 1 + j6
= = 0.55 ∠2.1°
ZA + ZB 2.2 + j10 .8
ZB 1.2 + j 4.8
= = 0.45 ∠ − 2.5°
ZA + ZB 2.2 + j10 .8
ZB
SA = S = 500 ∠ − 36 .9° × 0.45 ∠ − 2.5° = 225 ∠ − 39 .4°
ZA + ZB
ZA
SB = S = 500 ∠ − 36 .9° × 0.55 ∠2.1° = 275 ∠ − 34 .8°
ZA + ZB
275 − 250
Sehingga, trafo B terjadi kelebihan beban sebesar × 100 = 10% .
250
Dan, persentase total daya pada trafo B adalah (275/500) x 100% = 55 %.
Pembahasan:
Z A = 1 + j 5 = 5.1∠78 .7°
500
ZB = (1.5 + j 4) = 3 + j8 = 8.55 ∠69 .4°
250
• Suatu beban 1400 kVA pada p.f. 0.866 lagging disupply oleh dua buah
trafo 3-fasa yang diparalelkan. Rasio kedua trafo adalah sama yaitu 6600/400
Δ/Y. Jika ekivalen impedansi sekunder masing-masing trafo adalah (0.001 +
j0.003) ohm dan 0.0028 + j0.005) ohm. Hitung daya dan faktor daya masing-
masing trafo !
Pembahasan:
Dengan dasar 1000 kVA, ZA = (0.001 + j0.003) Ω,
ZB = (1000/500)(0.0028 + j0.005) Ω = (0.0056 + j0.01) Ω
ZA (0.001 + j 0.003 ) 3.162 ×10 −3 ∠71 .6°
= = = 0.2032 ∠8.5°
ZA + ZB (0.0066 + j 0.013 ) 14 .57 ×10 −3 ∠63 .1°
−1
S =1400 ∠cos (0.866 ) =1400 ∠ − 30 ° = (1212 − j 700 )
ZA
SB = S = 1400 ∠ − 30 ° × 0.2032 ∠8.5
ZA + ZB
= 284 .5∠− 21 .5° = 265 − j104
Rasio antara sekunder dan primer tegangan fasa-fasa adalah 1/√3 kali rasio
setiap trafo. Terjadi sudut 30° antara tegangan fasa-fasa antara primer dan
sekunder yang berarti bahwa trafo Y-Δ tidak bisa diparalelkan dengan trafo Y-Y
atau trafo Δ-Δ. Dan juga, ketiga harmonisa arus yang mengalir pada Δ dapat
menimbulkan suatu fluks sinusoidal.
Contoh soal:
• Suatu trafo 3-fasa 50 Hz dengan hubungan delta-bintang memiliki rasio
22000/400 V. Faktor daya sisi sekunder dengan beban seimbang adalah 0.8
lagging. Arus pada sisi primer adalah 5 A. Tentukan arus pada setiap inti
besi pada sisi primer dan sekunder ! Dan tentukan besar daya keluarannya !
Pembahasan:
Tegangan Line to Netral sisi primer : 22000 V
Tegangan Line to Netral sisi sekunder : 400/√3 V
Sehingga : K = 400/22000 x √3
= 1/55 √3
Arus Line to Netral sisi primer : 5/√3 A
5 1
Arus Line to Netral sisi sekunder : + = 275 A
3 55 3
Arus Line to Line sisi sekunder : 275 A
Dan, daya output : S = √3VLIL cos Φ
= √3 x 400 x 275 x 0.8
= 15.24 Watt
• Suatu trafo 3-fasa dengan rasio 33/6.6 kV, Δ/Y, 2-MVA memiliki
resistansi primer 8 Ω/fasa dan resistansi sekunder 0.08 Ω/fasa. Persentase
impedansi 7 %. Hitung tegangan sisi sekunder dan tentukan regulasi
tegangan beban penuh dimana faktor daya 0.75 lagging !
Pembahasan:
2 ×10 6
Arus F.L. sekunder = = 175 A
3 × 6.6 ×10 3
K = 6.6/(√3 x 33) = 1/8.65
R02 = 0.08 + 8/8.652 = 0.1867 Ω/fasa
7 6600
Drop impedansi sekunder per-fasa = × = 266 .7 V
100 3
Z02 = 266.7/175 = 1.523 Ω/fasa
X 02 = Z 02
2
− R02
2
= 1.523 2 − 0.1867 2
=1.51 Ω/fasa
Drop per-fasa = I2(R02 cos Φ + X02 sin Φ)
= 175(0.1867 x 0.75 + 1.51 x 0.66) = 200 V
Tegangan sekunder/fasa = 6600/√3 = 3810 V;
V2 = 3810 – 200 = 3610 V
Tegangan Line to Line sekunder = 36.10 x √3 = 6250 V
% regn. = (200/3810) x 100 % = 5.23 %
Pembahasan:
Keluaran F.L. = 100 x 0.8 = 80 kW
Masukan = 80/0.958 = 83.5 kW
Total rugi – rugi = masukan – keluaran = 83.5 – 80 = 3.5 kW
tegangan / fasa _ sekunder 400 / 3 4
K = = =
tegangan / fasa _ primer 3300 33 3
4. Trafo Instrumentasi
4.1.Trafo Arus
Trafo arus adalah trafo instrumentasi yang digunakan untuk mengukur
arus beban suatu rangkaian. Dengan menggunakan trafo arus maka arus beban
yang besar dapat diukur hanya dengan menggunakan alat ukur (ammeter) yang
tidak terlalu besar.
4.2.Trafo Tegangan
Trafo tegangan adalah trafo instrumentasi yang digunakan untuk
mengukur tegangan. Dengan mengetahui N1 dan N2, membaca tegangan V2, serta
menganggap transformator ideal maka tegangan V1 adalah :
V1 =(N1/N2)V2
Pada trafo tegangan pentanahan rangkaian sekunder diperlukan untuk
mencegah adanya beda potensial yang besar antara kumparan primer dan sekunder
saat isolasi kumparan primer rusak.